bab ii kajian pustaka -...

15
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif a. Pengertian Strategi pembelajaran Aktif Zaini (2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Siswa belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Hal tersebut dapat menjadikan siswa berperan secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari setiap materi belajar, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam dunia nyata. Sejalan dengan Zaini, Wina Sanjaya dalam Akhmad Sudrajat (2010) menyatakan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksaanaan pembelajaran, dilihat dari segi strateginya, pembelajaan dapat di kelompokkan menjadi dua bagian pula, yaitu : (1) expository- discovery learning dan (2) group-individual learning. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaan deduktif. Strategi pembelajaran masih bersifat konseptual dan untuk mengimpletasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation archieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”. Strategi pembelajaran aktif dapat menciptakan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran (Machmudah : 2008).

Upload: dinhduong

Post on 11-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Strategi Pembelajaran Aktif

a. Pengertian Strategi pembelajaran Aktif

Zaini (2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah

suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif.

Siswa belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi aktifitas

pembelajaran. Hal tersebut dapat menjadikan siswa berperan secara aktif

menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari setiap materi

belajar, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru

mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam dunia nyata.

Sejalan dengan Zaini, Wina Sanjaya dalam Akhmad Sudrajat (2010)

menyatakan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah suatu kegiatan

yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara efektif dan efisien dalam strategi pembelajaran

terkandung makna perencanaan. Strategi pada dasarnya masih bersifat

konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu

pelaksaanaan pembelajaran, dilihat dari segi strateginya, pembelajaan

dapat di kelompokkan menjadi dua bagian pula, yaitu : (1) expository-

discovery learning dan (2) group-individual learning. Ditinjau dari cara

penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat

dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi

pembelajaan deduktif. Strategi pembelajaran masih bersifat konseptual

dan untuk mengimpletasikannya digunakan berbagai metode

pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of

operation archieving something” sedangkan metode adalah “a way in

achieving something”.

Strategi pembelajaran aktif dapat menciptakan pembelajaran aktif.

Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan

penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua

siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan

karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran aktif (active

learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap

tertuju pada proses pembelajaran (Machmudah : 2008).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

6

Bellanca (2011) mengungkapkan bahwa pembelajaran aktif adalah

penggunaan taktik pengajaran melibatkan pikiran siswa dan

memungkinkan mereka mengubah apa-apa yang mereka pelajari dari hal

positif menjadi hal aktif, dimana siswa bertindak sebagai penghasil ilmu

pengetahuan. Saat siswa menghubungkan bermacam-macam taktik

dalam belajar, guru memperluas kesempatan siswa untuk meningkatkan

prestasi dan mengembangkan kebiasaan aktif dalam jangka panjang.

Menurut Machmudah (2008), secara umum dengan melakukan

pembelajaran aktif (active learning) akan diperoleh hal-hal sebagai

berikut: 1) Interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan

menimbulkan positive interdependence dimana pengetahuan yang

dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi

aktif dalam belajar, 2) Setiap individu harus terlibat aktif dalam proses

pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk

setiap siswa sehingga terdapat individual accountability, 3) Proses

pembelajaran aktif ini agar berjalan dengan efektif diperlukan tingkat

kerjasama yang tinggi sehingga dapat memupuk social skill.

b. Macam-macam Strategi Pembelajaran Aktif

Menurut Hisyam Zaini (2007) macam-macam strategi

pembelajaran aktif antara lain: a) inquiring minds want to know

(bangkitkan minat); b) active knowledge sharing (saling tukar pikiran); c)

learning starts with a question (belajar dimulai dari pertanyaan); d)

critical incident (pengalaman penting); e) prediction guide (tebak

pelajaran).

2. Strategi Pembelajaran Aktif tipe Learning Starts with A Question (LSQ)

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif tipe Learning Start With A

Question (LSQ)

Silberman (2009) menyatakan bahwa salah satu strategi mengajar

yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran matematika untuk

meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan strategi pembelajaran

aktif agar belajar mengajar tidak hanya berpusat pada guru, tetapi siswa

dapat menggali potensi yang dimiliki untuk memahami sesuatu materi

pelajaran, pembelajaran yang dapat menumbuhkan suasana sedemikian

rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan

mengemukakan gagasan. Strategi pembelajaran aktif tipe LSQ (memulai

pelajaran dengan pertanyaan) adalah suatu strategi pembelajaran aktif

dalam bertanya. Proses mempelajari sesuatu yang baru lebih efektif jika

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

7

siswa tersebut aktif mencari pola daripada menerima saja (terus

bertanya dari pada hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru).

Satu cara untuk menciptakan pola belajar aktif ini adalah merangsang

peserta didik untuk bertanya tentang mata pelajaran mereka tanpa

penjelasan dari guru terlebih dahulu. Strategi sederhana ini merangsang

siswa untuk bertanya.

Sejalan dengan Silberman, Howard (2008) menyatakan LSQ adalah

suatu model pembelajaran aktif dalam bertanya, agar siswa aktif

bertanya. Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan berfikir kritis siswa

karena menyusun pertanyaan merupakan upaya mengembangkan rasa

ingin tahu siswa dalam memperoleh berbagai informasi. Pertanyaan yang

disusun oleh siswa adalah untuk mengetahui sejauhmana rasa ingin tahu

dan yang sudah diketahui oleh siswa serta melatih siswa berfikir kritis.

Penelitian ini sependapat dengan Howard (2008) menyatakan LSQ

adalah suatu model pembelajaran aktif dalam bertanya, agar siswa aktif

bertanya. Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan berfikir kritis siswa

karena menyusun pertanyaan merupakan upaya mengembangkan rasa

ingin tahu siswa dalam memperoleh berbagai informasi. Pertanyaan yang

disusun oleh siswa adalah untuk mengetahui sejauhmana rasa ingin tahu

dan yang sudah diketahui oleh siswa serta melatih siswa berfikir kritis.

b. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Aktif tipe Learning Start

With A Question (LSQ)

Belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika siswa aktif dan

terus bertanya ketimbang hanya menerima apa yang disampaikan oleh

guru. Salah satu cara untuk membuat siswa belajar secara aktif adalah

dengan membuat siswa bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada

penjelasan dari guru. Strategi LSQ dapat menggugah siswa untuk

menggapai kunci belajar dengan bertanya sebelum dijelaskan (Hisyam

Zaini : 2007).

Menurut Howard (2008) ada beberapa unsur penting yang menjadi

ciri khas dalam strategi pembelajaran aktif tipe LSQ yaitu : a) kemampuan

individu dalam memahami informasi; b) kemampuan tim kecil; c)

ketrampilan membuat pertanyaan secara individu; d) kerja sama dalam

tim yang lebih besar; e) tanggapan siswa terhadap pertanyaan; f)

menginventarisasi fokus peranyaan; g) guru menjelaskan jawaban dari

sisa yang yang belum terjawab; h) siswa membuat kesimpulan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

8

Langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe LSQ menurut

Hisyam Zaini (2007) adalah: a) bagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil

4-6 siswa perkelompok menjadi pasangan belajar; b) pilih bahan bacaan

yang sesuai kemudian bagikan kepada siswa, dalam hal bacaan tidak

harus difotokopi kemudian dibagi kepada siswa, akan tetapi dapat

dilakukan dengan memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks; c)

minta siswa untuk mempelajari bacaan secara sendirian atau dengan

teman kelompoknya; d) minta siswa untuk memberi tanda pada bagian

bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan siswa untuk memberi tanda

sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan pasangan

belajar dengan lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin

yang tidak diketahui yang telah diberi tanda; e) di dalam pasangan atau

kelompok kecil, minta siswa untuk menuliskan pertanyaan tentang

materi yang telah dibaca; f) kumpulkan pertanyaan yang telah ditulis

siswa; g) sampaikan materi pelajaran dengan menjawab pertanyaan-

pertanyaan tersebut.

Howard (2008) menyatakan langkah-langkah strategi pembelajaran

aktif tipe LSQ sebagai berikut :a) Guru menentukan materi yang akan

dipelajari; b) Guru meminta siswa untuk membaca materi c) Guru

mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil (beranggotakan 2 orang);

d) Siswa bersama dengan temannya dalam kelompok kecil bekerjasama

memaknai materi atau mempelajari materi; e) Siswa diminta memberi

tanda pada bagian materi yang tidak dipahami dan diminta menyusun

suatu pertanyaan; f) Guru meminta dua kelompok kecil bergabung

menjadi satu kelompok (beranggotakan 4 orang) untuk membahas

pertanyaan atau poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda;

g) Siswa didalam kelompoknya diminta untuk menuliskan pertanyaan

tentang materi yang dibaca dan belum dapat diselesaikan; h) Guru

meminta setiap kelompok menginventarisasi pertanyaan yang telah

ditulis; i) Kelompok membacakan pertanyaan yang belum dapat

terselesaikan untuk ditanggapi kelompok lain; j) Guru menjelaskan sisa

pertanyaan yang belum terjawab; k) Guru mengarahkan siswa untuk

menarik kesimpulan.

Penelitian ini sependapat dengan Howard (2008) yang menyatakan

bahwa langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe LSQ adalah

sebagai berikut :a) Guru menentukan materi yang akan dipelajari; b)

Guru meminta siswa untuk membaca materi c) Guru mengelompokkan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

9

siswa dalam kelompok kecil (beranggotakan 2 orang); d) Siswa bersama

dengan temannya dalam kelompok kecil bekerjasama memaknai materi

atau mempelajari materi; e) Siswa diminta memberi tanda pada bagian

materi yang tidak dipahami dan diminta menyusun suatu pertanyaan; f)

Guru meminta dua kelompok kecil bergabung menjadi satu kelompok

(beranggotakan 4 orang) untuk membahas pertanyaan atau poin-poin

yang tidak diketahui yang telah diberi tanda; g) Siswa didalam

kelompoknya diminta untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang

dibaca dan belum dapat diselesaikan; h) Guru meminta setiap kelompok

menginventarisasi pertanyaan yang telah ditulis; i) Kelompok

membacakan pertanyaan yang belum dapat terselesaikan untuk

ditanggapi kelompok lain; j) Guru menjelaskan sisa pertanyaan yang

belum terjawab; k) Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan.

c. Kelebihan Strategi Pembelajaran Aktif Learning Starts with a

Question

Adapun kelebihan dari strategi pembelajaran aktif tipe LSQ

menurut Silberman (2009) yaitu: a) siswa menjadi siap memulai

pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit

gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan

penjelasan dari guru; b) siswa menjadi aktif bertanya; c) materi dapat

diingat lebih lama; d) kecerdasan siswa diasah pada saat siswa belajar

untuk mengajukan pertanyaan; e) mendorong tumbuhnya eberanian

mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas wawasan

melalui bertukar pendapat secara berkelompok; f) siswa belajar

memecahkan masalah sendiri secara berkelompok dan saling

bekerjasama anatara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang

pandai; g) dapat mengetahui mana siswa yang belajar dan yang tidak

belajar.

Sejalan dengan Silberman, Hisyam Zaini (2007) menyatakan

kelebihan dari strategi pembelajaran aktif tipe LSQ adalah sebagai

berikut : a) siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar

terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih

paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru; b) siswa aktif

bertanya dan mencari informasi; c) materi dapat diingat lebih lama; d)

kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tentang

materi tersebut tanpa bantuan guru; e) mendorong tumbuhnya

keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

10

wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok.; f) siswa belajar

memecahkan masalah sendiri secara berkelompok dan saling

bekerjasama antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.

3. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan Belajar

Proses pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk

mengembangkan keaktifan dan kreatifitas siswa melalui berbagai

interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan

unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran.

Hamalik (2009) memberikan pengertian bahwa keaktifan belajar adalah

suatu proses belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara

fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar

berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama

siswa berada di dalam kelas.

Dimyati dan Mudjiono (2006) menyatakan bahwa keaktifan

belajar siswa merupakan proses pembelajaran yang mengarah kepada

pengoptimalisasian yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam

proses pembelajaran dengan melibatkan fisik siswa. Keaktifan belajar

siswa dapat ditimbulkan dengan penggunaan strategi pembelajaran oleh

guru diantaranya dengan melaksanakan perilaku-perilaku berikut ini yaitu

menggunakan multimetode dan multimedia, memberikan tugas secara

individu dan kelompok, kelompok kecil (beranggotakan 3 orang),

memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang

kurang jelas, mengadakan tanya jawab dan diskusi.

Sejalan dengan Dimyati dan Mudjiono, Rahardja (2002)

menjelaskan bahwa keaktifan adalah kegiatan jasmani dan rohani

manusia untuk melakukan sesuatu dalam upaya mencapai tujuan

tertentu. Guru mengajar harus berupaya agar siswa benar-benar ada

keaktifan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar baik keaktifan

secara jasmani seperti melakukan praktik, berlatih dan keaktifan secara

rohani seperti mengamati, memecahkan persoalan, mengambil

kesimpulan dan sebagainya. Keaktifan jasmani maupun rohani itu

meliputi keaktifan indera (pendengaran, penglihatan, dan peraba),

keaktifan akal dimana akal siswa harus aktif atau diaktifkan untuk

memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan

mengambil keputusan, keaktifan ingatan yaitu waktu mengajar, siswa

harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

11

menyimpannya di otak, kemudian pada saat siswa siap mengutarakan

kembali, keaktifan emosi dimana dalam hal ini siswa hendaklah

senantiasa berusaha mencintai pelajarannya.

Penelitian ini sependapat dengan Hamalik (2009) yang menyatakan

bahwa keaktifan belajar adalah suatu proses belajar mengajar yang

menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan

emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara

aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama siswa berada di dalam

kelas.

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keaktifan Belajar

Hamalik (2009) menyebutkan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keaktifan siswa, yaitu: a) motivasi, jika siswa dimotivasi

dalam kegiatan pembelajaran maka mereka akan berperan aktif dalam

kegiatan tersebut; b) penjelasan tujuan instruksional dari guru; c)

penjelasan kompetensi belajar dari guru kepada siswa; d) stimulus

(masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari); e) petunjuk dari guru

kepada siswa cara mempelajarinya; f) inisiatif guru dalam memunculkan

aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran; g)

umpan balik atau feedback, umpan balik atau feedback dari guru maupun

siswa lain didalam kelas akan membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran; h) tes atau mengerjakan lembar kerja siswa, dengan

adanya tes atau lembar kerja siswa, kemampuan siswa selalu terpantau

dan terukur.

c. Pengukuran Keaktifan Belajar

Pengukuran keaktifan belajar siswa menurut Paul D. Diedrich

(Hamalik, 2009), terdiri atas delapan kelompok yaitu: 1) Kegiatan-

kegiatan visual seperti membaca, memerhatikan gambar demonstrasi,

percobaan, pameran, mengamati orang lain bekerja; 2) Kegiatan-kegiatan

lisan atau oral seperti mengajukan suatu pertanyaan, menghubungkan

suatu kejadian, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara,

diskusi; 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan

penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,

mendengarkan suatu permainan instrumen musik, pidato; 4) Kegiatan-

kegiatan menulis seperti menulis cerita, menulis laporan, menulis

karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket; 5)

Kegiatan-kegiatan mengambar seperti menggambar, membuat grafik,

diagram, peta, pola; 6) Kegiatan-kegiatan motorik seperti melakukan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

12

percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,

menyelenggarakan permainan (simulasi), berkebun; 7) Kegiatan mental

seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis

faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, mengambil keputusan;

8) Kegiatan-kegiatan emosional seperti minat, membedakan, berani,

merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan uraian tersebut diharapkan keaktifan belajar siswa

dapat mengikutsertakan delapan indikator. Siswa tidak hanya

mendengarkan dan menulis saja tetapi juga lisan, visual, mental serta

emosional. Penelitian ini menggunakan delapan indikator aktivitas dari

Paul D. Dierich (Hamalik, 2008) untuk mengukur keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran di kelas.

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku

yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris

dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu (Jihad dan Haris

: 2008). Suprijono (2012) menjelaskan hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar berupa a)

informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; b) Keterampilan intelektual

yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang; c) Strategi

kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri; d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan

melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi; e) Sikap

adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut. Hasil belajar yang ditandai oleh

perubahan perilaku memiliki ciri-ciri yaitu: sebagai hasil tindakan rasional

instrumental yaitu perubahan yang disadari, kontinu atau

kesinambungan dengan perilaku lainnya, fungsional atau bermanfaat

sebagai bekal hidup, positif atau berakumulasi, aktif atau sebagai usaha

yang direncanakan dan dilakukan, permanen atau tetap, bertujuan atau

terarah, mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Hamalik (2008) hasil

belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain

kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya sebagai berikut: a) Ranah

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

13

kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6

aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian; Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai; b) Ranah

afektif , berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima

jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,

organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai; c)

Ranah psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-

benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Penelitian ini sependapat dengan Jihad dan Haris (2008) yang

menyatakan hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan

perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan

psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

b. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Menurut Baharuddin (2007) secara umum faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling

mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan

kualitas hasil belajar.

1) Faktor-faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu dan

dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini

meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

a. Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua

macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani

pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang.

Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif

terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang

lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang

maksimal. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah:

1) menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan ntrisi yang

masuk kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan

mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga

tidak ada gairah untuk belajar; 2) rajin berolahraga agar tubuh selalu

bugar dan sehat; 3) istirahat yang cukup dan sehat. Kedua, keadaan

fungsi jasmani atau fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

14

peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil

belajar, terutama pancaindra.

b. Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang

yang dapat memengaruhi hasil belajar. Beberapa faktor psikologi yang

dapat memengaruhi hasil belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi,

minat, sikap, dan bakat. Kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan

kualitas otak saja, tetapi juga orang-organ-organ tubuh yang lain,

karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive

control) dari hampir seluruh aktivitas manusia. Kecerdasan

merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam roses belajar

siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Motivasi adalah

salah satu faktor yang dapat memengaruhi keefektifan kgiatan belajar

siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan

belajar.

Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang

berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk

melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki

pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama

dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik). Motivasi

ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi

pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan,

tata tertib, teladan guru, orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya

respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat

belajar seseorang menjadi lemah.

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu, untuk membangkitkan minat

belajar siswa, banyak cara yang bisa digunakan. Pertama dengan

membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak

membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran

yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari,

melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,

psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru

yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang

studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

15

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang

relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik

secara positif maupun negatif. Sikap siswa dalam belajar dapat

dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performa

guru, pelajaran atau lingkungan sekitar.

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah

bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai

kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat adalah kemampuan

seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam

proses belajar seseorang. Apabila bakat, seseorang sesuai dengan

bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat akan mendukung

proses belajarnya sehingga kemungkinan besar siswa akan berhasil.

2) Faktor-faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-

faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Faktor-

faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar dapat digolongkan

menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor

lingkungan nonsosial.

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial dibagi menjadi tiga yaitu lingkungan sosial sekolah,

lingkungan sosial masyarakat, lingkungan sosial keluarga. Lingkungan

sosial sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas

yang dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Lingkungan

sosial masyarakat adalah kondisi lingkungan masyarakat tempat

tinggal yang akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan sosial

keluarga, lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.

b. Lingkungan nonsosial

Lingkungan nonsosial dibagi menjadi tiga, pertama lingkungan

alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak

dingin, sinar yang tidak terlalu kuat, atau tidak terlalu lemah, suasana

yang sejuk dan tenang. Kedua, faktor instrumental yaitu perangkat

belajar yang dapat digolongkan menjadi dua macam. Pertama,

hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar,

lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software seperti

kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

16

silabi, dan lain sebagainya. Ketiga, faktor materi pelajaran, faktor ini

hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga

dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa.

c. Pengukuran Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar sangat bermanfaat bagi siswa. Bagi siswa,

hasil belajar berguna untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman

siswa terhadap materi yang disampaikan serta untuk mengetahui

kelebihan atau potensi dan kekurangan yang dimilikinya. Adapun

fungsi hasil belajar (Arifin, 2011) adalah sebagai berikut: a) Fungsi

formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik dan memperbaiki

proses pembelajaran serta mengadakan remedial bagi siswa; b) Fungsi

sumatif, yaitu untuk menentukan nilai atau angka kemajuan hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan laporan

kepada pihak tertentu, penentuan kenaikan kelas dan penentuan lulus

tidaknya siswa; c) Fungsi diagnostik, yaitu untuk memahami latar

belakang siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan hasilnya dapat

digunakan sebagai dasar untuk memecahkan kesulitan tertentu; d)

Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan siswa dalam situasi

pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

Berdasarkan fungsi hasil belajar tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar tidak hanya menilai tentang

bagaimana pemahaman siswa tetapi juga untuk memperbaiki kegiatan

pembelajaran yang sudah dilaksanakan, mengatasi kesulitan belajar

siswa serta untuk mengontrol kemajuan siswa. Hasil belajar yang

digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari fungsi sumatif

yang diartikan sebagai peningkatan kemampuan kognitif siswa yang

diukur melalui pretestt dan posttest guna memperoleh data berupa

nilai.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Lavanda Dita Kusuma (2013) tentang “Pengaruh

Strategi Learning Starts With a Qustion (LSQ) terhadap Keaktifan Belajar

Siswa pada Materi Segitiga dan Segiempat untuk Siswa Kelas VII SMPN

Blitar” menyatakan Learning Start with a Question (LSQ) guru dapat

meningkatkan keaktifan siswa kelas VII-H SMPN 1 Blitar dari 74.96%

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

17

menjadi 94.4%. Peningkatan keaktifan siswa ini membuat 85.71% siswa

mampu memperoleh nilai lebih atau sama dengan KKM yaitu 75.

Penelitian Nilma Purnama (2010) yang berjudul “Pengaruh Strategi

Pembelajaran Aktif Metode Learning Starts With a Question terhadap Hasil

Belajar Matematika Siswa di SMP Negeri 181 Jakarta” menunjukkan bahwa

ada pengaruh signifikan tentang penerapan model pembelajaran LSQ

terhadap hasil belajar matematika di SMP Negeri 181 Jakarta. Teknik

analisa data untuk menguji hipotesis menggunakan menggunakan uji

Mann-Whitney. Dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai z hitung = -

4,46 pada taraf signifikan 0,05 dan sesuai dengan sifat distribusi normal ,

maka diperoleh nilai p = 0,00. Karena � < �(0,00 < 0,05), maka H0

ditolak, sehingga tingkat hasil belajar matematika siswa yang diajarkan

dengan metode learning starts with a question lebih tinggi daripada yang

diajarkan dengan metode ekspositori.

Sependapat dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang

dilakukan oleh Reza Yuwandra (2012) yang berjudul “Pengaruh Strategi

Pembelajaran Aktif LSQ terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 27 Padang”. Penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang menerapkan

pembelajaran dengan strategi pembelajaran aktif tipe LSQ lebih baik

daripada pemahaman konsep matematis siswa yang menerapkan

pembelajaran konvensional di kelas VII SMP Negeri 27 Padang. Hal ini

terlihat dari nilai uji T kelas eksperimen 2,21 lebih besar dari uji T tabel

yaitu 1,645.

Penelitian Veronika Afrianda (2012) yang berjudul “ Pengaruh

Strategi aktif LSQ terhadap Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 10 Padang” menyimpulkan bahwa ada pengaruh

strategi pembelajaran aktif LSQ terhadap aktivitas dan hasil belajar

matematika SMP Negeri 10 Padang. Analisis data pada � = 0,05 dengan

nilai P = 0,017 lebih kecil dari � = 0,05, sehingga strategi pembelajaran

aktif tipe LSQ lebih baik dari pembelajaran konvensional.

Penelitian ini mencoba mengkombinasikan ketiga variabel yang

telah diteliti yaitu strategi pembelajaran aktif tipe LSQ, keaktifan belajar,

dan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh variabel bebas yaitu strategi pembelajaran aktif tipe LSQ

terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

18

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh wawancara dengan guru

matematika MTs Negeri Salatiga kelas VIII pada tanggal 21 Januari 2014

diperoleh data dari nilai murni rata-rata hasil ujian semester pertama kelas

VIII yaitu sebesar 56,31. Hasil itu tentunya belum memenuhi standar

keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 70. Hasil observasi di kelas VIII yang

dilakukan pada tanggal 8 Maret 2014 diketahui masalah-masalah siswa

kurang aktif dalam proses pembelajaran, beberapa siswa kurang

memperhatikan penjelasan guru, hal ini dibuktikan dengan ada siswa yang

asyik berbicara dengan teman sebangkunya dan beberapa siswa tidak

mencatat materi yang dijelaskan oleh guru.

Berdasarkan masalah-masalah yang ada maka, penelitian ini

menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe LSQ pada kelas eksperimen dan

pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Tahapan strategi

pembelajaran aktif tipe LSQ adalah siswa dibagi handout yang telah

dipersiapkan oleh guru. Siswa membaca handout dan bertanya tentang

materi yang belum dipahami. Guru mulai mengajar dari pertanyaan-

pertanyaan siswa. Tujuan strategi pembelajaran aktif LSQ adalah mengubah

aktivitas siswa dari pasif menjadi aktif. Berdasarkan uraian yang ada maka

kerangka berfikir penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 1

Kerangka Berpikir Penelitian

Strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts with a questions (LSQ) (X)

Keaktifan belajar siswa (Y1)

Hasil belajar siswa (Y2)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4978/3/T1_202010041_BAB II.pdf · Ditinjau dari cara ... Kegiatan ini dapat melatih ketrampilan

19

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan dua

hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Strategi Pembelajaran Aktif tipe Learning Starts with a Question

berpengaruh terhadap Keaktifan matematika siswa di kelas VIIIB MTs

Negeri Salatiga.

2. Strategi Pembelajaran Aktif tipe Learning Starts with a Question

berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas VIIIB

MTs Negeri Salatiga.