bab ii kajian pustaka -...

23
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang kajian pustaka yang meliputi: matematika, pembelajaran project based learning, kreativitas, hasil belajar, kajian penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesa penelitian pembelajaran matematika secara lebih rinci akan dijelaskan seperti berikut. 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika 2.1.1.1 Hakikat Matematika Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2013:1) mengemukakan bahwa “ bahasa simbul, ilmu yang mempunyai pola teratur, tersetruktur. Hal ini tentunya bukan menjadi ilmu yang sulit untuk dipelajari oleh siswa. Karena matematika adalah suatu dasar pembekalan pendidikan untuk melatih siswa berfikir logis, sistematis, analitis efektif dan kritis. Matematika merupakan ilmu pasti, Menurut Ibrahim (2012:2) Matematika disebut ilmu deduktif. Artinya dalam pembelajaran matematika tidak mengenal eksperimen atau coba-coba. Kebenaran dalam pembelajaran matematika harus bisa dibuktikan. Menurut Susanto (2013: 183) Matematika merupakan ide-ide yang abstrak yang berisi simbol-simbol.matematika adalah ilmu yang harus dipahami. Dengan belajar matematika maka siswa akan belajar menalar, bekerja kreatif dan menjadi lebih aktif. Ali hamzah dan muhlisrarini (2014:49) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran, dan konsep- konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan abstrak yang di dapat dengan bernalar tanpa coba-coba untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan secara cermat, jelas, dan akurat.

Upload: vancong

Post on 14-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas tentang kajian pustaka yang meliputi:

matematika, pembelajaran project based learning, kreativitas, hasil belajar, kajian

penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesa penelitian pembelajaran

matematika secara lebih rinci akan dijelaskan seperti berikut.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Matematika

2.1.1.1 Hakikat Matematika

Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2013:1)

mengemukakan bahwa “ bahasa simbul, ilmu yang mempunyai pola teratur,

tersetruktur. Hal ini tentunya bukan menjadi ilmu yang sulit untuk dipelajari oleh

siswa. Karena matematika adalah suatu dasar pembekalan pendidikan untuk

melatih siswa berfikir logis, sistematis, analitis efektif dan kritis. Matematika

merupakan ilmu pasti, Menurut Ibrahim (2012:2) Matematika disebut ilmu

deduktif. Artinya dalam pembelajaran matematika tidak mengenal eksperimen

atau coba-coba. Kebenaran dalam pembelajaran matematika harus bisa

dibuktikan.

Menurut Susanto (2013: 183) Matematika merupakan ide-ide yang

abstrak yang berisi simbol-simbol.matematika adalah ilmu yang harus dipahami.

Dengan belajar matematika maka siswa akan belajar menalar, bekerja kreatif dan

menjadi lebih aktif.

Ali hamzah dan muhlisrarini (2014:49) mengatakan bahwa matematika

adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran, dan konsep-

konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi dalam tiga bidang,

yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah salah satu ilmu pengetahuan abstrak yang di dapat dengan bernalar tanpa

coba-coba untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bilangan secara

cermat, jelas, dan akurat.

8

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah

Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, Mata pelajaran

matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang pembelajaran matematika, menyelesaikan pembelajaran dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Menurut Ibrahim (2012: 36) secara umum, pendidikan matematika SD

bertujuan agar siswanya mempunyai kemampuan seperti berikut ini:

1. Memahami konsep matematika, konsep dan pengaplikasian pada matematika

dapat dijelaskan secara tepat dan akurat dalam penyelesaian masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, dalam bernalar siswa mampu

menyusun bukti untuk menjelaskan gagasan dalam penyelesaian masalah.

3. Memecahkan masalah, mampu merancang dan mendesain pembelajaran

matematika dengan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengkomunikasiah gagasan dengan simbul, untukmemperjelas masalah

siswa dapat menggunakan gagasannya dengan diagram maupun

pembelajaran.

5. Memiliki sikap menghargai matematika, dengan pembelajaran ini siswa

diharapkan memiliki rasa ingin tahu, minat mempelajari mtematika, memiliki

9

sikappercaya diri dalam mengemukakan gagasan dan pemecahan masalah

dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Pembelajaran Pelajaran

2.1.2.1 Hakikat Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Kesuksesan kegiatan mengajar sangat berdampak dan dapat

mempengaruhi proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dulu, guru sangat

berperan yaitu sebagai salah satu sumber ilmu yang didapat, sehingga

pembelajaran terjadi searah dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa.

Sehingga daya serap materi yang diperoleh siswa dari kegiatan pembelajaran

tersebut menjadi berkurang. Kegiatan belajar biasanya berorientasi pada tahap

penguasaan materi saja, sehingga pemikiran anak hanya akan bertahan pada

jangka pendek dan anak tidak punya bekal untuk memecahkan masalah dan

berkreasi untuk menciptakan sebuah produk. Salah satu pembelajaran yang dapat

memberikan perubahan pada siswa adalah pembelajaran Project based learning.

Menurut Berenfeld dalam trianto (2014:43) Pembelajaran berbasis

proyek adalah suatu pendekatan pendidikan yang efektif yang berfokus pada

kreativitas berfikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara siswa dengan kawan

sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Dalam

pembelajaran ini siswa mampu mengelola dan memecahkan masalah yang ada

dan mampu mengembangkan kreativitas beerfikir maupun berkreasi dalam bentuk

produk.

Kegiatan pembelajaran project based learning siswa dituntut berkreasi

dalam menciptakan produk nyata berdasarkan masalah yang sudah dipecahkan

dalam bentuk kelompok maupun individu. Project based learning merupakan

pembelajaran yang mengutamakan siswa untuk belajar sesuai dengan keadaan

lingkungannya atau realistik. Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) siswa

belajar dalam masalah yang nyata, yang dapat melahirkan pengetahuan yang

bersifat permanen dan mengorganisasi proyek dalm pembelajaran (Thomas dalam

Trianto 2014:43).

Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) adalah pembelajaran yang

memiliki potensi yang begitu luar biasa untuk menjadikan kegiatan yang

10

dilakukan siswa menjadi pengalaman yang menarik dan bermakna bagi siswa

(Gaer dalam wena, 2013 :145)

Project Based Learning menurut Hosnan (2014: 321) adalah strategi

pembelajaran yang menggunakan proyek / kegiatannya sebagai sarana

pembelajaran. Pembelajaran ini menenkankan pada aktivitas siswa saat

memecahkan masalah dengan menerapkan kemampuan yang dimiliki siswa

seperti ketrampilan dalam pembuatan karya maupun memecahkan masalah.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

Pembelajaran Project based learning (PjBL) merupakan kegiatan pembelajaran

yang menghasilkan sebuah proyek dengan mengedepankan pengalaman siswa

dalam memecahkan masalah yang sesuai dengan keadaan lingkungan untuk

meningkatkan kreativitas siswa.

2.1.2.2 Karakteristik Pembelajaran Project Based Learning

Project Based Learning (PjBL) merupakan pembelajaran yang berbeda

dengan yang lainnya karena memiliki karakteristik tersendiri. Buck Institute For

Education (BIE) dalam Trianto (2014:49) menyebutkan ciri-ciri Project Based

Learning di antaranya:

Pertama,Isi. Pembelajaran Project Based Learning berfokus pada ide dan

gagasan siswa, topik yang dibahas adalah yang relevan dengan minat siswa serta

seimbang dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan sumber

diri sendiri siswa bisa mengembangkan kemampuan yang ada.

Kedua,Kondisi. Kondisi diharapkan dapat mendorong kemandirian siswa

dalam mengelola tugas maupun waktu belajar. Sehingga dalam kegiatan

pembelajaran siswa mampu mencari referensi sumber informasi dengan mandiri

dari jurnal, buku atau internet.

Ketiga,Aktivitas. Aktivitas memudahkan siswa mencari jawaban atas

pertanyaan dalam masalah. Harapannya siswa mampu membuat strategi yang

efektif untuk memecahkannya. Aktivitas merupakan pengalaman yang dapat

mentransfer pengetahuan maupun ilmu dengan mudah, sehingga penyimpanan

informasi yang di ketahui dapat bertahan lebih lama.

11

Keempat,Hasil. Hasil disini merupaka suatu penerapan yang dapat

membantu siswa dalam mengembangkan kecakapan dalam belajar, termasuk

bagaimana strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah.

Karakteristik pembelajaran Project Based Learning dapat membantu

siswa dalam memecahkan suatu masalah. Pemecahan masalah ini terjadi karena

ada peningkatan interaksi antar personal dalam menyampaikan suatu gagasan dan

mendengarkan gagasan atau ide dari orang lain. Proses interaksi dengan teman ini

mampu membantu proses pengembangan pengetahuan pada siswa. Interaksi sosial

juga terjadi dengan lingkungan sekitar, termasuk lingkungan sekolah dimana

mereka menjadikan sebagai sumber untuk menuntut ilmu.

2.1.2.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Project Based Learning

Sebagai sebuah pembelajaran , menurut Thomas dalam Hosnan (2014:

323) pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip yaitu:

a. Keterpusatan (Centrality)

Proyek adalah sebagai strategi pembelajaran, bukan lagi pelengkap

namun menjadi sebuah inti dalam kurikulum. Melalui pembelajaran berbasis

proyek siswa bisa belajar tentang konsep-konsep dan mengalami sebuah

pengalaman secara langsung. Pembelajaran ini menjadi pusat strategi, dimana

siswa belajar konsep yang utama dari sebuah proyek.

b. Berfokus pada pertanyaan atau masalah

Pertanyaan dan masalah ini dapat mendorong siswa dalam belajar

konsep. Konsep yang tertanam pada siswa tentunya akan lebih bermanfaat karena

siswa menyelesaikan masalah-masalah dengan sendirinya. Pertanyaan dan

masalah yang diberikan tentunya seimbang dengan aktivitas yang dilakukan

siswa, sertap roduk yang dibuat.Keseimbangan ini berguna untuk menyelaraskan

untuk menciptakan hasil sesuai yang telah diharapkan.

c. Investigasi Konstruktif atau desain

Pembelajaran proyek ini melibatkan siswa langsung dalam memproses

desain, mengambil keputusan, menemukan masalah, dan memecahkan masalah.

Aktivitas inti dalam pembelaajaran Project based learning ini harus bberperan

untukmeningkatkan pemahaman baru dan ketrampilan baru. Masalah yang

12

diberikan dalam pembelajaran project based learning memiliki tingkat kesulitan,

oleh karena itusiswa dapat terdorong untuk mengkontruksi pemahaman sendiri

melalui kerja berbasis proyek.

d. Otonomi

Pembelajaran project based learning tidak mementingkan hasil yang dari

sebuah proyek namun pilihan waktu kerja, dan tanggung jawab siswa dalam

proses proyek tersebut. Dalam hal ini siswa diberikan kebebeasan dalam

menentukan pilihan sendiri, bekerja secara maksimal untuk kemandirian siswa.

Dalam pembelajaran iniguru hanya sebagai fasilitator dan siswa terlibat aktif.

e. Realisme

Tantangan dalam pengalaman yang benar-benar terjadi , pertanyaan atau

masalah, dan pemecahan masalah yang nantinya akan diterapkan dalam

kehidupan sehari hari untuk dilibatkan dalam pembelajaran berbasis proyek ini.

Untuk itu guru harus memberikan kesempatan yang luas pada siswa dalam

menggali sumber nyata dari diri siswa untuk meningkatkan kreativitas.

2.1.2.4 Keuntungan Pembelajaran Project based learning

Menurut Han dan Bhattacharya dalam Warsono (2014:157) beberapa

keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut:

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kesempatan saling bertukar pikiran, dapat memberikan dorongan siswa untuk

semakin mencari tahu wawasan dilingkungan sekitar mereka. Kesempatan

siswa yang menjadikan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari sebagai

bahan belajar menjadikan siswa lebih termotivasi untuk belajar karena sesuai

dengan dunianya.

b. Meningkatkan kecakapan siswa dalam pemecahan masalah.

Penyelesaiaan masalah yang berorientasi pada pengalamannya akan semakin

terlatih untuk penyelesaian masalah yang lebih komplek.

c. Memperbaiki ketrampilan menggunakan media pembelajaran.

d. Meningkatkan semangat dalam berkolaborasi

13

Bekerja kelompok secara mendiri memberikan peluang anak untuk

memberikan ide dan gagasan untuk mengembankan kecakapan berkomunikasi

antar teman.

e. Meningkatkan ketrampilan.

Ketrampilan siswa akan meningkat dalam pembelajaran berbasis proyek.

Peningkatan ini terlatih saat proses pembuatan proyek yang disesuikan dengan

kreasi anak, berkolaborasi, dan ketika menyelesaikan masalah.

Sedangkan menurut syaiful dalam trianto (2014: 45) keuntungan

menggunakan pembelajaran Project Based Learning adalah:

a. Dapat merombak pola pikir siswa.

Keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah dapat mengubah pola

pemikiran yang sempit terarah lebih luar dan menyeluruh.

b. Membina siswa dalam segala ketrampilan.

Ketrampilan yang dikembangkan dengan pembelajaran ini tidak hanya dalam

bidang pengetahuan saja, namun sikap serta ketrampilan dalam kegiatan

pembelajaran yang diperhatikan. Dengan harapan dapat memberikan dampak

positif terhadap kebiasaan kehidupan sehari-hari pada siswa.

c. Sesuai dengan prinsip modern.

Dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan siswa perlu dibperhatikan saat

memecahkan masalah maupun dalam berkolaborasi. Bahan pembelajaran

juga berorientasi pada kehidupan sehari-hari dan benar-benar nyata.

Kemampuan setiap siswa untuk menyelesaikan masalah mendorong

pengembangan kreatifvitas dan aktivitas.

2.1.2.5 Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning

sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Education Foundation

dalam trianto (2014: 52-53)terdiri dari :

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang

dapat memberi penugasan siswa dalam melalukakan kegiatan. Topik diambil

yang sesuai dengan dunia nyata yang dimulai dengan sebuah investigasi

14

yang mendalam. Guru harus memilihkan topik yang sesuai dan relevan bagi

siswa.

2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project.

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa. Dengan

demikian harapannya siswa juga merasa “memiliki” proyek yang telah

dibuat. Perencanaan ini berisi tentang bagaiman aturan main , pemilihan

aktivitas yang dapat mendukung saat menjawab pertanyaan esensial, dengan

cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat

dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap kegiatan yang

telah dilakukan selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan

cara menfasilitasi siswa pada setiap roses. Dengan kata lain guru berperan

menjadi fasilitator bagi aktivitassiswa . Agar mempermudah proses , dibuat

sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

Guru dan siswa secara bersama-sama menyusun jadwal dalam

menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:

a. Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,

b. Membuat deadline penyelesaian proyek,

c. Membawa siswa agar merencanakan cara yang baru,

d. Membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan

dengan proyek,

e. Meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan

suatu cara.

f. Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the

Progress of the Project).

4. Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian

standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa,

memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa,

membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

15

5. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap

kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan

baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk

mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.

Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja

selama proses pembelajaran.

2.1.2.6 Sintak Pembelajaran Project based learning

Tabel 1

Sintak Project Based Learning (PjBL)

Fase TingkahLaku Guru

Fase 1

Penentuan Pertanyaan Mendasar

(Start With the Essential

Question).

Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memberikan

pertanyaan esensial, tujuan pertanyaan itu untuk memancing

pengetahuan , tanggapan, kritikan dan ide yang dapat

memberi penugasan siswa untuk melakukan suatu aktivitas .

Fase 2

Mendesain Perencanaan Proyek

(Design a Plan for the Project.

Perencanaan dilakukan bersama-sama antara guru dengan

siswa secara kolaboratif. Dengan seperti itu maka siswa akan

merasa memiliki hasil produk yang telah dibuat. Perencanaan

ini berisi aturan main dalam kegiatan, pemilihan kegiatan

yang dapat mendukung menjawab pertanyaan esensial,

dengan cara menghubungkan berbagai subjek, dan

mengetahui alat serta bahan yang dapat membantu untuk

menyelesaikan proyek.

Fase 3

Menyusun Jadwal (Create a

Schedule)

Guru dan siswa berkolaborasi menyusun jadwal aktivitas

untuk menyelesaikan proyek.

Fase 4

Memonitor siswa dan kemajuan

proyek (Monitor the Students

and the Progress of the Project)

Guru berperan sebagai fasilitator siswa, untuk mempermudah

monitoring dibuat sebuah rubrik untuk mengetahui segala

aktivitas yang penting pada siswa.

Fase 5

Menguji Hasil (Assess the

Outcome)

Guru berperan mengevaluasi kemajuan setiap siswa, memberi

umpan balik terhadap tingkat pemahaman yang sudah dicapai

siswa, membantu dalam pengajar untuk menyusun strategi

pembelajaran berikutnya.

Fase 6

Mengevaluasi Pengalaman

(Evaluate the Experience)

Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan

hasil proyek yang sudah dilakukan. Refleksi bisa dilakukan

secara kelompok maupun individu. Dalam tahap ini siswa

diminta untuk mengungkapkan segala perasaannya dan

pengalaman selama penyelesaian produk.

16

Tabel 2

Pemetaan Integrasi Dengan Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Pembe-

Lajaran Sintak

Langkah dalam Standar Proses

Penda-

Huluan

Kegiatan Awal Penutup

Eksplorasi Elaborasi Konfirmasi

Project

Based

Learning

(PjBL)

1. Menentukan

pertanyaan

mendasar √

2. Menyusun

perencanaan

proyek

√ √

3. Menyusun dan

melaksanakan

aktifitas proyek

4. Memonitor

kemajuan proyek √

5. Menilai hasil

proyek √

6. Mengevaluasi

pengalaman

(refleksi)

Tabel 3

Implementasi Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam Standar Proses

Langkah Dalam

Standar Proses Sintaks PjBL Kegiatan Guru

PENDAHULUAN

Penentuan

pertanyaan

mendasar

Guru memberikan pertanyaan yang dapat

mengeksplorasi pengetahuan siswa berdasarkan

pengalaman belajaranya untuk melakukan suatu

aktivitas.

Guru membentuk siswa dalam kelompok-

kelompok (4-5) orang.

K

E

G

I

A

T

A

N

I

N

T

I

Eksplorasi

Menyusun

perencanaan

proyek

Guru menjadi fasilitator setiap kelompok untuk

menentukan ketua dan sekretaris secara, dan

memberitahu tugas setiap anggota

kelompoknya.

Guru dan siswa berdiskusi aturan main yang

disepakati dalam proses penyelesaian proyek.

Hal-halyang disepakati:waktu maksimal yang

direncanakan, pemilihan aktivitas ,tempat

pelaksanaan proyek,hal-hal yang dilaporkan,

sansi yang dijatuhkan pada pelanggaran aturan

main, dan alat serta bahan yang dapat digunakan

untuk membantu penyelesaian proyek

Elaborasi

Menyusun dan

melaksanakan

aktifitas

proyek

Guru dan siswa menyusun jadwal , tahap

pelaksanaan projek dan mempertimbangkan

langkah-langkah dan teknik penyelesaian

produk serta waktu yang ditentukan guru.

Memonitor

kemajuan

proyek

Menyelesaikan proyek dengan pantauan guru,

mengumpulkan atau mencari data dan

mengolahnya sampai menghasilkan suatu

produk akhir. Guru memfasilitasi siswa saat

17

Langkah Dalam

Standar Proses Sintaks PjBL Kegiatan Guru

pembuatan laporan, termasuk dalam

melaporkan proses berlangsungnya projek dan

sebagai bentuk refleksi siswa menceritakan

semua hambatan dalam menyelesaikan proyek.

Konfirmasi Menilai hasil

proyek

Proyek dipeblikasikan atau dipresentasikan

dalam bentuk diskusi, pameran, atau publikasi

seperti majalah dinding atau internet untuk

memperoleh tanggapan dari siswa, guru,

maupun masyarakat lainnya.

PENUTUP

Mengevaluasi

pengalaman

(Refleksi)

Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap

kegiatan dan hasil proyek yang sudah

dilakukan. Proses ini dilakukan secara

kelompok maupun secara individu.

2.1.2.7 Penerapan Pembelajaran Project based learning

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi

lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan

pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar

dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem

kredit semester. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan

proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan

efisien.

Pada jenjang Sekolah Dasar untuk terlaksananya pembelajaran yang aktif

kreatif dan mampu menciptakan hasil karya terutama untuk pembelajaran

matematika yang sering kali membuat takut siswa, guru harus pandai dalam

merancang pembelajaran agar materi mudah terserap didalam otak siswa.

Penerapan pembelajaran dengan pembelajaran project based learning ini perlu

memperhatikan kreativitas dari siswa.

2.1.3 Kreativitas Siswa

2.1.3.1 Hakikat Kreativitas Siswa

Clark Mountakis dalam Munandar (2019:18) Kreativitas merupakan

pengalaman untuk mengekpresikan dalam hubungannya dengan diri sendiri,

18

orang lain, maupun alam. Bentuk ekspresi ini bisa diwujudkan dari pengalaman

siswa dalam lingkungannya. kemampuan umum dalam menciptakan sesuatu yang

baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat

diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat

hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

Slameto (2011:119) “Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan

sesuatu yang tidak dibuat oleh orang lain, sesuatu yang baru dan memiliki daya

guna”. Kecakapan ini merupakan hasil murni yang dibuat oleh siswa sesuai

dengan kreasinya. Meskipun unsur-unsur karya sudah pernah ada untuk

meningkatkan kreativitas siswa perlu adanya keinginan untuk mengubah atau

memodifikasinya.

Sedangkan menurut Sudarma (2013: 9 ) Kreativitas adalah kemampuan

seseorang untuk membuat segala sesuatu dalam bentuk ide, gagasan, langkah,

maupun produk. Segala sesuatu yang dapat diciptakan atau dibuat dalam bentuk

beraneka ragam. Pada saat membuat hasil tersebut ada beberapa aaspek yang

harus diperhatikan, seperti perencanaan atau ide yang akan digunaka, menemukan

bahan dan alat yang mungkin berbeda dari biasanya, dan mampu melaksanakan

dengan baik.

Berfikir kreatif merupakan sebuah kunci dari berfikir untuk merancang,

memecahkan masalah, untuk melakukan perubahan dan perbaikan , dan

memperoleh gagasan baru (De Bono, 2007 : 35). Pengalaman dalam memecahkan

masalah dapat memberikan inspirasi baruuntuk menciptakan gagasan yang baru.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan

kreativitas merupakan kemampuan menciptakan sesuatu yang baru berupa benda,

ide atau gagasan yang dapat dimanfaatkan dan disampaikan dan membuahkan

hasil.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Adapun faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas menurut

Hurluck dalam Susanto (2013:104) yaitu:

19

1. Waktu, Semakin berjalannya waktu siswa akan memiliki peningkatan dalam

bidang kreativitas. Dimana waktu memberikan peluang bagi siswa untuk bisa

melihat, mendengar dan mencoba hal-hal yang berhubungan dengan kreatif.

2. Kesempatan menyendiri, berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membangun gagasan atau ide yang kreatif. Pemberian peluang ini Bertujuan

agar siswa lebih mengembangkan krativitas yang dimiliki dan membangun

pengalaman yang baru.

3. Dorongan, guru dan orang tua harus selalu memberikan dorongan kepada

siswa untuk memberikan semangat, dan motivasi. Dengan seperti itu siswa

akan semakin leluasa untuk berkreasi karena mendapat dukungan dari orang

terdekat mereka.

4. Sarana, benda yang bermanfaat menjadi sarana yang pertama untuk

digunakan mengembangkan kreativitas siswa. Sarana dapat membentu untuk

meningkatkan kreativitas karena sebagai media visualisasi siswa.

5. Lingkungan yang merangsang, dalam hal ini lingkungan tidak hanya dimana

siswa tinggal,namun lingkungan sekolaah juga berperan penting dalam

pengembangan kreativitas siswa. Dimana teman dan guru yang memberikan

gagasan maupun objek yang berbeda dapat menjadikan ide yang cemerlang

bagi siswa untuk dikembangkannya. Karena lingkungan adalah faktor

pendukung dimana anak banyak melakukan aktivitas.

6. Cara mendidik anak, jika orang tua selalu memberikan kesempatan siswa dan

mengasah kemampuan maka kreativitas akan tertanam pada anaknya. Namun

dimana orang tua selalu mekekang dan memberikan batasan anak untuk

mengemukakan pendapat atau bereksperimen maka anak tidak akan

berpengalaman dalam mengembangkan kreativitasnya.

7. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, pengetahuan ini bukan berarti

di dapat di lingkungan sekolahan saja, namun pendidikan akan bermanfaat

jika didapat dari pengalamnnya sendiri. Keluarga juga menjadi lingkungan

pendidik untuk meningkatkan kreativitas.

20

Namun sebaliknya adpun faktor penghambat yang dapat

mematikankreativitas anak itu menurut Torrance dalam Susanto (2013: 105)

yaitu:

1. Usaha terlalu dini untuk mengeliminasi fantasi, saat siswa masih terlalu kecil

seharusnya orang tua dan guru yang membentu dalam meluruskan fantasi

anak.

2. Pembatasan terhadap rasa ingin tahu anak, siswa SD berada pada tingkat

dimana keingin tahuannya besar. Sebagai guru maupun orang tua harusnya

mendukung dan semakin memancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang

mendorong siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum diketahui. Karena

hal ini akan mendoorong siswa untuk meningkatkan pengetahuan. Guru harus

selalu memberikan kesempatan siswanya untuk bertanya.

3. Terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan seksual, membatasi anak

untuk berkolaborasi maupun menggali pengalaman dengan perbedaan seksual

itu dapat memperkecil jaringan pengetahuan anak.

4. Terlalu banyak melarang, siswa yang terlalu terkekang tidak boleh melakukan

banyak hal ini berartipengalaman yang dimilikipun akan menyempit. Siswa

tidak bisa merasakan hal-hal yang belum pernah dirasakan, bahkan tidak akan

pernah merasakan karena selalu dilarang.

5. Takut dan malu, Takut bereti tidak berani dalam mencoba maupun

mengambil resiko. Siswa yang takut dan malu pasti tidak mempunyai

keberanian untuk mencoba dan bergabung seperti teman yang lain. Dengan

begitu maka kreativitasnya akan terhambat karena hanya menjadikan dirinya

sebagai sumber penglamnnya.

6. Penekanan yang salah terhadap ketrampilan verbal tertentu, ini menjadikan

ketidak sesuaian ketrampilan yang dimiliki siswa.

7. Memberikan kritik yang bersifat desktruktif/ Mematikan. Sebagai guru harus

memberikan kritik untuk membangun demi kemajuan siswanya. Ritik yang

diberikan tidak boleh membuat siswa menjadi takut akan kesalahan yang

telah di buat.

21

2.1.3.3 Karakteristik kreativitas

Menurut Gilford dan Torrance dalam Filsaime (2008: 21-23)

Karakteristik berfikir kreatif yaitu:

a. Orisinalitas; yaitu kemampuan yang mengacu kepada keunikan dan belum

pernah terjadi. Hal ini bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak biasa atau

tidak lazim. Kemampuan ini dapat menghasilkan pemikiran yang yang belum

pernah diketahui. Sedangkan menurut Susanto (2013: 112) Orisinalitas

merupakansuatu kemampuan dimana dapat memberikan hal yang baru dan

unik. Hal ini dapat dilihat ketika siswa mampu berfikir tentang masalah atau

ide yang tidak pernah terfikirkan oleh orang lain.

b. Elaborasi; yaitu kemampuan untuk menguraikan sebuah obyek tertentu. Inti

dari kemampuan ini adalah siswa mampu mengembangkan sebuah produk

maupun gagasannya. Mengembangkan berarti membuat lebih detail dan

terperinci dari sebuah objek. Memperindah dan memberikan dekorasi yang

lebih menarik sehingga objek menjadi lebih berguna dan indah. Susanto

(2013: 113) elaborasi diartikan dengan kemampuan yang dapat menambah

atau memperinci suatu gagasan maupun produk. Hal ini dapat dilihat ketika

seseorang mampu memperinci gagasan dari orang lain ataupun membuat

lebih detail suatu produk dengan memberikan dekorasi tambahan.

c. Kelancaran; yaitu kemampuan untuk menciptakan segudang ide. Berfikir

lancar ini berarti memiliki cara yang banyak untuk menyelesaikan dan

memecahkan masalah. Pemikiran yang dimiliki juga luas sehingga siswa

mudah untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya. Guilford dalam Abdus-

salam (2005: 237) berpendapat bahwa kelancaran yaitu mampu menghasilkan

berbagai mcam pemikirran dalam waktu yang singkat dan bersifat baru.

d. Fleksibilitas; yaitu kemampuan untuk mengatasi rintangan-rintangan mental,

mengubah pendekatan untuk sebuah masalah. Fleksibilitas berarti berfikir

luwes yang dapat menghasilkan banyak macam pemikiran, dan kemudahan

berpindah dari jenis pemikiran tertentu kepada jenis pemikiran lainya.

Ketrampilan ini dapat menghasilkan jawaban maupun pertanyaan yang lebih

variatif dan dapat memecahkan masalah dengan cara yang berbeda. Dalam

22

halini siswa mampu memberikan pertimbangan atas keadaan yang dianggap

berbeda.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Hakikat Hasil Belajar

Makna hasil belajar menurut Susanto (2013: 5) adalah perubahan-

perubahan yang terjadi pada siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif,

afektif,dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil ini diperoleh

selama siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dari hasil tes yang dapat

dinyatakan dalam bentuk skor.

Hasil Belajar menurut purwanto (2008:54) Suatu perubahan yang terjadi

pada siswa berupa tngkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan. Perubahan ini

bisa terjadi pada setiap siswa dimana siswa mengalami perubahan dari berbagai

aspek seperti aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Majid (2014: 28) Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.

Proses belajar ini ini dapat menghasilkan suatu pengetahuan dan memberikan

suatu perubahan bagi siswa. Bentuk perubahan dari hasil belajar yang didapat ini

merupakan suatu tujuan dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan.

Cakupan kemampuan hasil belajar menurut bloom dalam Suprijono

(2011: 6) adalah:

1. Domain kognitif

Hasil belajar yang meliputi pengetahuan, daya ingat, pemahaman siswa,

menentukan hubungan, merencanakan, dan menilai. Kognitif ini lebih mengacu

bagaimana tingkat pemikiran seorang siswa. Sedangkan menurut purwanto

(2008:50) hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang yang terjadi

dalam kawasan kognisi. Hal ini berarti dimana siswa mendapatkan pengetahuan

melalui proses berfikir dari berbagai aktivitas yang sudah dilakukan.

2. Domain Afektif

Domain afektif bagaimana siswa sikap dalam menerima, memberikan respon, dan

organisasi. Dalam hal ini hasil dipengaruhi oleh sikap yang dilakukan oleh siswa.

Menurut Majid (2014: 48) Ranah afektif diartikan sebagai pertumbuhan pada

individu terjadi karena sadar akan sesuatu yang sudah didapat melalui kegiatan

23

yang dapat membentuk suatu sikap dan tingkah laku. Apa yang dilakukan

diakibatkan dari hasil yang diterima menuju suatuperubahan.

3. Domain psikomotorik

Psikomotorik mencakup ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, dan

intelektual. Menurut Bloom dalam Majid (2014 : 52) dalam aspek Psikomotorik

terdapat tiga bagian yaitu: specific responding, motor chaining, dan rule using.

Ketrampilan psikomotorik dimana siswa mampu mengembangkan ketrampilan

yang bersifat ketrampilan fisik.

Sedangkan menurut Suprijono (2011: 7) Hasil belajar adalah perubahan

perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan

saja. Perubahan yang dihasilkan siswa ini secara menyeluruh dalam setiap aspek.

Tidak hanya dalam bidang ketrampilan saja namun setiap bidangnya juga dapat

mempengaruhi hasil belajar dari siswa.

Hasil belajar menurut Gagne, Briggs dalam Suprihatiningrum (2013: 37)

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat dari perbuatan

belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Kemampuan siswa ini

tentunya dalam segala hal yang dahasilkan dari belajar untuk memperoleh

perubahan bagi siswa.

Hasil belajar menurut Supratiknya (2012: 5) merupakan objek penilaian

kelas berupa kemampuan yang baru diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu.hal ini dapat dilihat dari perubahan

tingkah laku siswa dari belum mengerti menjadi mengerti, belum bisa menjadi

bisa.

Gagne dalam Suprijono (2012: 5-6), menjelaskan bahwa hasil belajar

berupa hal-hal berikut:

1. Informasi verbal, kemampuan siswa untuk mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan ini tidak

melibatkan pemecahan maslah.

2. Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Ketrampilan intelektual ini adalah kemampuan dalam melakukan

aktivitas yang bersifat kognitif.

24

3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Dalam kemampuan ini siswa sudah bisa membuat strategi

untuk memecahkan suatu masalah.

4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi. Ketrampilan siswa yang dilihat dari

perilaku atau gerakan yang dilakukan.

5. Sikap adalah kemampun menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap merupakan perilaku siswa yang dapat merubah

hasil belajar.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan yang terjadi secara menyeluruh pada siswa dalam 3 aspek yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar menjadi tolak ukur yang

digunakan dalam mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Dalam menentukan

tingkat keberhasilan belajar siswa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar.

2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Susanto

(2013:15-18) yaitu:

1. Kecerdasan Anak

Kemampuan dalam berfikir siswa dapat mempengaruhi cepat dan lambatnya

dalam bertindak serta saat memecahkan suatu masalah. Kecerdasan siswa sangat

berperan penting dalam kegiatan pembelajaran karena dapat membantu

mengetahui apakah siswa mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan

berhasil atau tidak. Alfared Binnet dalam Susanto (2013: 15) membagi kecerdasan

dalam 3 aspek kemampuan, yaitu: (1) Direction kemampuan yang digunakan

untuk memusatkan pada masalah yang akan diselesaikan; (2) adaptation

kemampuan untuk menyesuikan diri pada masalah yang dihadapi; (3) direction

kemampuan untuk mengkritik terhadap dirinya sendiri dan masalah yang sedang

dihadapi.

25

2. Kesiapan atau kematangan

Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan dimna siswa atau organ-

organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam kegiatan pembelajaran

kesiapan atau kematangan siswa sangat penting sekali untuk menentukan hasil

belajar.tingkat kematangan siswa ini berkenaan dengan minat belajar siswa, jadi

jika tingkatkematangan siswa semakin tinggi maka minatnya pun juga akan

bertambah.

3. Bakat siswa

Menurut dalam susanto (2013:16) bakat adalah kemampuan potensi yang

dimilikiseseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

Sebenarnya setiap siswa mempunyai bakat, namun kaena kurang dikembangkan

jadi tidak terlihat. Bakat sangat penting karena dapat mempengaruhi tingkat

prestasi belajar siswa.

4. Kemampuan belajar

Kemauan adalah pendorong bagi anak untuk gemar dan giat untuk meningkatkan

hasil belajar. Untuk meningkatkan kemauan belajar siswa sebenarnya adalah

tugas bagi guru. Ini terjadi karena siswa belum tahu sepenuhnya manfaat belajar

bagi masa depan. Tugas guru harus selalu memberikan dorongan untuk

meningkatkan kemauan belajar. Agar aktivitas siswa lebih bermakna dalam

peningkatan hasil belajarnya.

5. Minat

Minat merupakan keinginan yang tinggi terhadaap sesuatu. Jika siswa mempunyai

minat belajar yang tinggi maka dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan

semua perhatiannya terhadap apa am meningkatkan hasil belajar karena siswa

akan lebih giat dan mencoba setelah mengetahui hasil yang didapat memuaskan.

6. Model penyajian materi pelajaran

Keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh model yang digunakan guru.

Model yang digunakan dalam pembelajaran harus dikemas yang menarik,

sehingga siswa tidak akan jenuh dan bosan. Mengemas kegiatan yang

menyenangkan, selalu memberikan kesempatan memberikakan gagasan pada

siswa, memberikan peluan untuk mengembangkan kreativitas itu juga dapat

26

membantu daya tarik siswa. Materi yang diberikan tentunya juga harus mudah

dipahami, agar siswa tidak putus asa dalam belajar.

7. Pribadi dan sikap guru

Sikap yangdilakukan guru merupakan sebagai teladan siswa. Maka sebagai guru

harus selalu memberikan contoh yang baik. Jika kepribadian dan sikap guru aktif

dan kreatif dalam berperilaku, maka siswa akan menirukan kepribadian itu pula.

Pribadi dan sikap guru itu tercermin dalam perilaku yang baik seperti ramah,

menyayangi siswa, rajin, disiplin, sopan, membimbing siswa dengan kasih

sayang, memberikan masukan demi membanggun, dan bertanggung jawab dalam

segala hal.

8. Suasana Pengajaran

Pembelajaran yang menyenangkan dan menumbuhkan suasana yang aktif antar

siswa maupun guru untuk saling berargumen dapat memberikan nilai yang lebih

dalam proses pembelajaran. Untuk meningktkan hasil belajar siswa secara

maksimal guru harus bisa membawa suasana pembelajaran yang asik, selain itu

ketenangan di dalam kelas yang menjadi tugas seorang guru untuk mengelolanya

dengan baik.

9. Kompetensi guru

Kemampuan-kemampuan yang maksimal seorang guru merupakan kunci untuk

mendorong siswa bisa meningkatkan hasil belajarnya. Kemampuan yang dapat

mendorong keberhasilan ini dimiliki seorang guru yang profesional. Profesional

berarti guru ini benar-benar memiliki kemampuan dalam bidangnya, serta

memahami betul materi atau bahan yang akan diajarkan.

10. Masyarakat

Kepribadian siswa dapat dipengaruhi oleh masyarakat disekitarnya. Karena

masyarakat adalah lingkungan yang begitu luas, dan tercipta banyak tingkah laku

serta karakter yang ada. Hal ini terjadi karena dalam masyarakat terdiri dari

banyak latar belakang yang berbeda-beda.

Menurut Sabri (2007: 45) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

adalah faktor kemampuan siswa , faktor motivasi belajar, ketekunan, sosial,

ekonomi, faktor psikis dan faktor fisik. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh diri

27

sendiri amupun lingkungan sekitar. Faktor diri sendiri merupakan hal yang

penting karena dapat dirasakan dan disadari untuk memberikan perubahan

tingkah laku. Sedangkan faktor lingkungan adalah keadaan diluar dirinya yang

berperan dalam menentukan hasil belajar yang didapat dari kegiatan pembelajaran

di sekolah.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vironica tahun 2013 dengan judul

“ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas 4 Melalui

Project Based Learning dengan pendekatan konteksual di Sd Negeri 01 Gandulan

Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013” Hasil penelitian menunjukkan dengan

penggunaan pendekatan kontekstual melalui Project Based Learning terbukti

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dilihat dari siklus I , siklus II. Hasil pada

pra siklus terdapat 11 siswa (52,38%) yang belum tuntas dengan hasil belajarnya,

sedangkan 10 siswa (47,62%) telah tuntas hasil belajarnya. Dan pada siklus I

mengalami peningkatan hasil belajar pada siswa dilihat dari hasil tes formatif

yang diperoleh 5 siswa (23,8%) belum tuntas dan 16 siswa (72,2%) sudah tuntas

dengan KKM. Setelah siklus II hasil yang diperoleh 2 siswa (9,5%) belum

memenuhi KKM dan 19 siswa (90,5%) sudah memenuhi KKM. Penelitian ini

berhasil karena hasil belajar siswa yang sudah mencapai KKM lebih dari 85%

Penelitian yang dilakukan Elislamia Salsabila tahun 2016. Dengan judul

“ Penerapan Model Project Based Learning Sebagai Upaya untuk Meningkatkan

Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKN “. Hasil penelitian

menunjukkan data awal respon siswa tmemiliki persentase 20% setelah

melakukan penelitian siklus I sampai siklus II respon siswa kreativitas dan hasil

belajar siswa pun meningkat 100% dengan demikian, penggunaan model Project

Based Learning dapat menumbuhkan kreativitas dan hasil belajar sisiwa.

Dari hasil penelitian vironica dan elislamia pembelajaran yang digunakan

adalah pembelajaran Project Based Learning (PjBL) untuk meningkatkan hasil

belajar maupun kreativitas siswa. Penelitian vironica dan elislamia menunjukkan

hasil yang sama bahwa dengan pembelajaran Project Based Learning(PjBL) dapat

meningkatkan hasil belajar. Selain dapat meningkatkan hasil belajar siswa

28

penelitian elislamia juga dapat meningkatkan kreativitas siswa. Dengan adanya

penelitian tersebut dapat menjadi sebuah bukti bahwa dengan pembelajaran

Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar maupun

kreativitas siswa. Dari hasil penelitian vironica dan elislamia dapat diartikan

bahwa penggunaan pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan

kreativitas dan hasil belajar siswa kelas V SD.

2.3 Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran matematika pada umumnya masih kurang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat serta

berkreasi dalam menghasilkan produk, hal ini dapat dilihat pada permasalahan

yang ada di kelas V SD N 03 Kalimanggis. Hal ini terjadi karena kegiatan

pembelajaran masih kurang melibatkan anak untuk aktif dan kreatif dalam

kegiatan pembelajaran. Tingkat kreativitas anak tidak bisa muncul karena anak

bosan dengan pembelajaran yang biasa di terapkan yaitu kegiatan pembelajaran

yang berpusat pada guru atau Teacher Center.

Melihat permasalahan yang ada penulis akan mencoba merubah

pembelajaran yang yang kurang kreatif menjadi pembelajaran yang

menyenangkan dan melibatkan anak untuk ikut berperan dengan menerapkan

pembelajaran Project Based Learning. Pembelajaran Project Based Learning

menjadikan siswa ikut berpartisipasi , aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

Dengan menciptakan suasana yang berbeda dari biasanya dalam pembelajaran,

harapannya anak mengubah pandangan cara belajar matematika. Pembelajaran

Project Based Learningjuga dapat meningkatkan kreativitas siswa dilihat dari

hasil bentuk akhir anak dapat membuat sebuah proyek.

Dengan hal itu penerapan pembelajaran Project Based Learning pada

pembelajaran matematika dapat berdampak positif untuk meningkatkan

kreativitas matematika pada siswa kelas V.

29

2.4 Hipotesis Tindakan

1. Dengan langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat

meningkatkan kreativitas dah hasil belajar matematika siswa kelas V SD

Negeri 03 Kalimanggis.

2. Penggunaan pembelajaran Project Based Learning diduga dapat

meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD

Negeri 03 Kalimanggis.