bab ii kajian pustaka - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3833/3/t1... ·...
TRANSCRIPT
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mata Pelajaran IPA
Pada subbab mata pelajaran IPA akan dibahas tentang ilmu pengetahuan
alam untuk sekolah dasar, tujuan mata pelajaran IPA di SD, ruang lingkup mata
pelajaran IPA di SD, yang akan di jabarkan dibawah ini secara jelas.
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah
(MI) dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehizngga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar.
Sementara itu, Powler (dalam Winataputra, 1999: 122) mengatakan bahwa
IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan
sistematis, yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan
dari hasil observasi dan eksperimen.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI
dijelaskan mengenai pembelajaran IPA, yaitu (BNSP: 13):Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta
6
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekita, serta prospek pembangunan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu
peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
2.1.2 Tujuan Mata Pelajaran IPA di SD/MI
Menurut Depdiknas (2003: 3), pada prinsipnya, pembelajaran IPA harus
dirancang dan dilaksanakan sebagai cara “mencari tahu dan cara
mengerjakan/melakukan yang dapat membantu siswa memahami fenomena alam
secara mendalam. Pada tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Berdasarkan fungsi yang demikian, maka menurut Depdiknas (2006: 27)
tujuan pembelajaran IPA di SD/MI adalah sebagai berikut:
1) Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dalam
kehidpuan sehari-hari.
2) Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA dan teknologi;
3) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan;
4) Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam;
5) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; dan
6) Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
Tuhan.
7
Selanjutnya menurut BNSP (2007: 13), Mata Pelajaran IPA di SD/MI
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1)
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; 2) Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3) Mengembangkan rasa ingin tahu,
sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; 4) Mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan; 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6) Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan; 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.3 Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA di SD/MI
Berdasarkan KTSP 2006, ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI
meliputi aspek-aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu
manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas; 3)
Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana; 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya,
dan benda-benda langit lainnya.
8
2.2 Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD
Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD akan dibahas
tentang pengertian model pembelajaran, cooperative learning, cooperative
learning tipe STAD, langkah-langkah cooperative tipe STAD,dan kelebihan dan
kelemahan cooperative tipe STAD yang akan di jabarkan dibawah ini:
2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model mengajar dapat dipahami
sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur
yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perencanaan bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran
(Sagala,2008: 175- 176).
Mills berpendapat (dalam Suprijono 2009: 45-46) bahwa “model adalah
bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model
merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang dipeoleh
dari sistem.Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang
berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai
pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
memberi petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar.
9
Joyce dan Weil (dalam Sagala 2008: 176) menambahkan bahwa model
mengajar adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan
perencanaan kurikulum, kursus-kursus, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja,
program multimedia dan bantuan belajar melalui komputer. Selanjutnya Wahab
(2008: 52), memaparkan bahwa model mengajar adalah suatu perencanaan
pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar
mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang
diharapkan.
2.2.2 Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan salah satu pembelajaran yang
dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur
kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional
(Rustamanet al., 2003: 206). Cooperative learning bergantung pada kelompok-
kelompok kecil si pebelajar. Meskipun isi dan petunjuk yang diberikan oleh
pengajar mencirikan bagian dari pengajaran, namun pembelajaran kooperatif
secara berhati-hati menggabungkan kelompok-kelompok kecil sehingga anggota-
anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajaran
dirinya dan pembelajaran satu sama lainnya. Masing-masing anggota kelompok
bertanggungjawab untuk mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman
anggotanya untuk belajar. Ketika kerjasama ini berlangsung, tim menciptakan
atmosfir pencapaian, dan selanjutnya pembelajaran ditingkatkan (Karen
L.Medsker and Kristina M. Holdsworth, 2001: 287).
Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa
bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam
belajar.Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4
(empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994: 19),
dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda (Johnson &
Johnson, 1994; Kagan, 1992; Sharan & Sharan, 1992).
Model pembelajaran cooperative learning didasarkan atas falsafah
manusia sebagai homohomini socius, yang menekankan bahwa manusia adalah
10
makhluk sosial (Lie, 2008: 28). Slavin (dalam Solitahin dan Raharjo, 2008: 5),
menambahkan bahwa cooperative learning berangkat dari asumsi mendasar
dalam kehidupan manusia, yaitu getting better together atau raihlah yang lebih
baik secara bersama-sama.Kerjasama dalam kelompok merupakan kebutuhan
yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Oleh karena itu, tidak
dapat dipungkiri lagi pada kenyataan bahwa manusia tidak dapat hidup secara
individual tanpa bantuan dari orang lain. Sehingga dalam proses belajar juga
manusia diusahakan dapat saling bekerja sama untuk memperoleh tujuan belajar
yang sesuai dengan harapan.
2.2.3 Cooperative Learning tipe STAD
Stundent Teams Achievement Divisions atau STAD merupakan salah satu
dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif. Dalam STAD siswa akan
dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok terdiri dari
individu-individu yang mempunyai latar belakang berbeda-beda baik dari tingkat
prestasi, jenis kelamin maupun suku. Pada kelompok tersebut, siswa akan belajar
bekerjasama.
Mesikpun sama dengan pembelajaran cooperative learning pada
umumnya, ada perbedaan antara pembelajaran tipe STAD ini dengan lainnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, langkah pertama yang dilakukan adalah
penyampaian materi pembelajaran kepada siswa, selanjutnya siswa diminta untuk
berlatih bekerjasama dengan anggota lain dalam kelompoknya. Selanjutnya
seluruh siswa diberikan tes untuk dikerjakan masing-masing.Skor siswa tersebut
dibandingkan dengan skor siswa terdahulu.Poin diberikan pada siswa yang
mampu menyamai atau melampaui skor yang diperoleh sebelumnya.
Seperti dipaparkan oleh Nurhadi (2004: 49) bahwa cooperative learning
tipe STAD merupakan model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi
ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai
5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang
heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi,
rendah, sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan
11
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota tim.
Seperti yang dipaparkan oleh Nuhardi (2004:49), dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dengan cooperative learning tipe STAD
adalah salah satu dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa akan
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen; dimana setelah
pembagian kelompok tersebut, guru memberikan materi dan meminta siswa
bekerjasama dengan cara berdiskusi dan bertanya jawab dengan anggota dalam
satu kelompok; selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal yang
diberikan guru. Siswa yang mendapat poin adalah siswa yang mampu menyamai
atau melampaui skor yang telah diperoleh sebelumnya.
2.2.4 Langkah-langkah Cooperative Learning tipe STAD
Menurut Slavin (2009: 34) langkah-langkah cooperative learning tipe
STAD terdiri dari lima langkah, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis,
skor, perkembangan individu dan penghargaan kelompok. Kelima langkah
pembelajaran kooperatif tipe STAD tersebut diuraikan dalam kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
a) Kegiatan pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan, hal-hal yang perlu dilakukan guru antara
lain:
1) Guru memberikan apersepsi dan motivasi tentang materi pelajaran
yang akan diberikan
2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan diberikan
3) Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen
b) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
1) Guru memberikan materi pelajaran yang dibahas pada hari itu
2) Guru memberikan tugas untuk dibahas secara berkelompok oleh
masing-masing kelompok
12
3) Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk menemukan
jawaban pada tugas yang diberikan
4) Kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
5) Tanggapan dari kelompok lain (tanya jawab)
c) Kegiatan penutup
1) Guru menyimpulkan materi pelajaran yang diberikan
2) Guru memberikan tes yang dikerjakan secara individual.
3) Guru memberikan penghargaan terhadap individu ataupun kelompok
yang aktif di dalam berdiskusi pada tugas yang diberikan
Dari penjelasan menurut Slavin (2009:34) maka dapat disimpulkan
bahwa cooperative learning tipe STAD menempuh 5 langkah
pembelajaran yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor,
perkembangan individu dan penghargaan kelompok.
2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning tipe STAD
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya
masing-masing. Pembelajaran cooperative learning tipe STAD memiliki
kelebihan antara lain:
1) Aktivitas belajar siswa dalam kelas meningkat
2) Melatih siswa berbicara dan mengajukan pendapat di depan
umum dan kelompok.
3) Terciptanya interaksi antar siswa, dan antar siswa dengan guru.
4) Proses belajar yang diperoleh dalam kelompok mudah diingat
kembali karena merupakan hasil berpikir dan bekerjasama.
5) Prestasi belajar lebih bermakna, karena siswa belajar memecahkan
persoalannyya melalui diskusi dalam kelompok.
6) Memotivasi siswa yang cemas untuk belajar secara aktif
7) Membantu siswa yang lemah atau kurang menguasai pelajaran oleh
siswa yang pandai.
Selain itu, model pembelajaran ini memiliki kekurangan antara
lain:
13
1) membutuhkan banyak waktu, sehingga seringkali tujuan utama
pembelajaran tidak tercapai.
2) kerja kelompok sering hanya melibatkan siswa yang pandai, sebab
mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang
menguasai topik yang dibahas.
3) keberhasilan belajar bergantung kepada kemampuan siswa
memimpin kelompok atau bekerja mandiri dan kekompakan antar
kelompok.
4) Keberhasilan dari tiap-tiap individu juga berbeda-beda, karena
motivasi dan semangatnya juga tidak sama.
Adapun solusi dari kelemahan model pembelajaran STAD tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Atur waktu yang cukup
2) Bagi peran dalam pembagian kelompok: Misalnya siswa yang
pandai supaya tidak dominan dan diberi peran sebagai moderator
atau pencatat, jadi pendamping rekan atau siswa yang lain.
3) Guru memberi motivasi/penguatan atau memperhatikan karakter
tiap siswa. Misalnya: Siswa yang pendiam diberi tugas tujuanya
agar siswa tersebut lebih banyak berbicara
14
2.3 Alat Peraga
Pada kajian teori ini akan dijabarkan berbagai landasan atau teori yang
menjadi pendukung alat peraga dalam penelitian ini. Untuk penjelasan lebih rinci
dapat dilihat di bawah ini:
2.3.1 Pengertian Alat Peraga
Menurut KBBI, alat peraga ialah alat bantu untuk mendidik atau mengajar
supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik (KBBI 1988 : 21).
Menurut Nasution (1985: 100) “alat peraga adalah alat pembantu dalam mengajar
agar efektif”. Pendapat lain dari pengertian alat peraga adalah media yang
pengajarannya berhubungan dengan indera pendengaran (Suhardi, 1978: 11).
Sejalan dengan itu Sumadi (1972: 4) mengemukakan bahwa alat peraga adalah
alat untuk memberikan pelajaran ata yang dapat diamati melalui panca indera.
Menurut Ali (1992: 89) alat peraga diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Sedangkan Rustiyah
(1986: 61) alat peraga adalah alat metode dan teknik yang digunakan dalam
rangka meningkatkan efektifitas
komunikasi dan interaksi educatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan
danpengajaran di sekolah.
Dari beberapa pengertian tentang alat peraga, maka penulis dapat
mengambil suatu kesimpulan bahwa alat peraga ialah suatu alat yang digunakan
untuk membantu dalam mendidik atau mengajar, sehingga materi yang diajarkan
mudah dimengerti dan dipahami oleh anak didik secara efektif.
2.3.2 Manfaat Alat Peraga
Menurut Rustiyah (1986: 64), mengemukakan bahwa manfaat alat peraga antara
lain :
1) Memperbesar atau meningkatkan perhatian siswa.
2) Mencegah verbalisme.
3) Memberikan pengalaman yang nyata dan langsung.
4) Membantu menumbuhkan pemikiranyang teratur dan sistematis.
15
5) Mengembangkan sikap eksploratif.
6) Dapat berorientasi langsung dengan lingkungan dan dapat memberi kesatuan
(kesamaan) dalam pengamatan.
7) Membangkitkan motivasi kegiatan belajar dan memberikan pengalaman
yang menyeluruh.
Sementara itu, Nasution (1986 : 100), mengemukakan bahwa manfaat alat peraga
adalah sebagai berikut:
1) Menambah kegiatan belajar siswa.
2) Menghemat waktu belajar.
3) Menyebabkan agar hasil belajar lebih permanen dan mantap.
4) Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajarannya.
5) Memberikan alasan yang wajar untuk belajar karena membangkitkan minat
perhatian (motivasi) dan aktivitas pada siswa.
6) Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas.
2.4 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Ada berbagai pendapat yang mencoba membuat definisi dan batasan-
batasan tentang belajar. Sudjana (1989: 5), mengatakan bahwa belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditinjau dari berbagai
bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, aspek-aspek lain yang ada pada individu yang
belajar.
Sementara itu, Slameto (2003: 2), mencoba membuat batasan tentang
pengertian belajar bahwa, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Masih dalam batasan tentang perubahan yang terjadi akibat
aktivitas tertentu, Gagne (Suprijono, 2009:2), mendefinisikan belajar sebagai
perubahan disposisi atau kemampuan melalui aktivitas. Hampir sependapat
dengan Gagne, Travers dan Cronbach (Suprijono, 2009: 2), mengatakan
16
bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku, atau
dalam definisi yang dibuat Cronbach sebagai perubahan perilaku sebagai
hasil dari pengalaman.
Sedikit berbeda dengan beberapa pernyataan pengertian belajar dan
hasil belajar,Harold Spears (Suprijono 2009: 2), mencoba memberi
pemahaman bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Belajar merupakan proses
manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan
sikap belajar. Burhanudin (2007:11) melengkapi berbagai pernyataan di atas
dengan mengatakan bahwa belajar merupakan aktivitas manusia sejak
manusia lahir sampai akhir hayat.
Dari pengertian belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seumur
hidup oleh manusia yang menghasilkan perubahan tingkah laku, sikap,
kebiasaan melalui proses penyesuaian akibat hasil interaksi antara dirinya
dengan lingkungannya
2.4.1 Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009: 6) hasil belajar
berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah.
17
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan
menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Menurut Bloom (Suprijono, 2009: 6), hasil belajar adalah
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.Sedangkan
menurut Lindgren (dalam Suprijono, 2009: 7), hasil belajar meliputi
kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.
Ketiga aspek yang disebut Bloom inilah yang menjadi ukuran
dalam menilai hasil belajar siswa.Meskipun demikian, dalam penelitian
ini, peneliti memilih menggunakan aspek kognitif sebagai ukuran dalam
menilai hasil belajar siswa. Aspek ini digunakan atas pertimbangan
bahwa, pada umumnya di sekolah, aspek ini yang paling sering
digunakan guru dalam menilai hasil belajar siswa.
2.4 Hubungan Antara Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe
STAD Berbantuan Alat Peraga dengan Hasil Belajar IPA
Dalam penjelasan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD
telah dipaparkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatifadalah pencapaian
hasil belajar individu melalui kerjasama kelompok.Pembelajaran kooperatif
memiliki falsafah “getting better together”.Sementara itu, diketahui bahwa
salah satu faktor yang ikut mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model
pembelajaran, juga bagaimana interaksi siswa dengan teman-teman lainnya
dalam kelas.Melalui pembelajaran kooperatif, teman-teman siswa disetting
menjadi sumber belajar siswa. Asumsinya adalah dengan belajar dengan rekan
seusianya, siswa menjadi lebih mudah untuk terbuka belajar pada hal-hal yang
tidak diketahui, ataupun siswa lebih mudah berbagi apa yang diketahuinya,
dibandingkan jika itu dilakukan terhadap gurunya.
18
Dengan menerapkan model pembelajaran Student Teams Achievement
Division atau STAD,dimana model pembelajaran ini merupakan model
pembelajaran yang mengeksplorasi kemampuan individu dari masing-masing
siswa dalam bekerja sebagai kelompok, maka dengan demikian dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
2.5 Hasil Kajian Penelitian yang Relevan
Asbullah.2005. Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe
STAD dalam Pembelajaran Sains pada Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa
dan Penguasaan Konsep Pencemaran Lingkungan.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatan aktiviats belajar dan penguasaan konsep
siswa.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada konsep pencemaran lingkungan
efektif meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan konsep
pencemaran lingkungan.
Wulandari, 2005.Peningkatan Hasil Belajar Menerapkan Dasar-dasar
Elektronika Melalui Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student
Team Achievement Divisions) di SMKN 5 Jakarta. Tujuan penelitian ini
adalah meningkatkan hasil belajar pada pokok pembahasan kompetensi dasar
menjelaskan sifat-sifat elektronik pasif dan aktif di SMNK 5.Penelitian ini
menggunakan strategi Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD.Dalam
pelaksanaan Pelaksanaan tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa
pendekatan peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran cooperative
learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.Karena itu,
strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat
diterapkan sebagai variasi strategi pembelajaran mata pelajaran menerapkan
dasar-dasar elektronik
19
2.7 Kerangka Pikir
Kerangka berpikir model pembelajaran Cooperative learning tipe STAD
dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2.1
Kerangka berpikir Penelitian
Siswa menjadi bosan dan malas serta
tidak termovitasi dalam belajar
diajarkan
Pembelajaran menggunakan
metodekonvensional
Hasil belajar IPA
siswa rendah di
bawah KKM <70
Diterapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam
pembelajaran IPA
Guru kurang
memaksimalkan kegiatan
siswa di kelas
Kelebihan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD:
1) aktivitas belajar siswa dalam kelas meningkat
2) melatih siswa berbicara dan mengajukan pendapat di depan umum dan kelompok.
3) terciptanya interaksi antar siswa, dan antar siswa dengan guru.
4) proses belajar yang diperoleh dalam kelompok mudah diingat kembali karena
merupakan hasil berpikir dan bekerjasama.
5) prestasi belajar lebih bermakna, karena siswa belajar memecahkan persoalannyya
melalui diskusi dalam kelompok.
6) memotivasi siswa yang cemas untuk belajar secara aktif.
7) membantu siswa yang lemah atau kurang menguasai pelajaran oleh siswa yang
pandai.
Hasil belajar IPA siswa
kelas 5 meningkat di atas
KKM >70
Kegiatan
pembelajaran lebih
bermakna
Siswa lebih termotivasi
dalam pembelajaran
20
2.6 Hipotesis Tindakan
Mengacu pada keseluruhan pemaparan kajian pustaka dan kerangka
berfikir,maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
“Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga semester II tahun pelajaran
2012/2013.