bab ii kajian pustaka dan rumusan hipotesis 2.1 · pdf filemardiasmo (2002:66) ... 2007...

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian ini. Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori keagenan adalah konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen, yaitu antara dua atau lebih individu, kelompok atau organisasi. Pihak prinsipal adalah pihak yang mengambil keputusan dan memberikan mandat kepada pihak lain (agen), untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal. Menurut Eisenhard (1989) dalam Asak (2014), teori keagenan memiliki tiga asumsi, yaitu: 1) asumsi tentang sifat manusia, yaitu sifat manusia yang mengutamakan kepentingan sendiri, keterbatasan rasionalitas atau daya pikir terhadap persepsi masa depan, dan cenderung untuk menghindari risiko; 2) asumsi tentang keorganisasian, adalah konflik antar anggota organisasi, efisiensi, dan asimetri informasi yang terjadi antara principal dan agen; dan 3) asumsi tentang informasi, adalah informasi dianggap sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan. Berdasarkan ketiga asumsi tersebut manusia akan bertindak oportunistik, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi. Agen akan termotivasi untuk meningkatkan kompensasi dan jenjang karir di masa mendatang, sedangkan prinsipal termotivasi untuk meningkatkan utilitas dan profitabilitasnya.

Upload: vuongdieu

Post on 16-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian ini.

Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori keagenan adalah konsep yang

menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen, yaitu antara dua atau

lebih individu, kelompok atau organisasi. Pihak prinsipal adalah pihak yang

mengambil keputusan dan memberikan mandat kepada pihak lain (agen), untuk

melakukan semua kegiatan atas nama principal.

Menurut Eisenhard (1989) dalam Asak (2014), teori keagenan memiliki tiga

asumsi, yaitu: 1) asumsi tentang sifat manusia, yaitu sifat manusia yang

mengutamakan kepentingan sendiri, keterbatasan rasionalitas atau daya pikir terhadap

persepsi masa depan, dan cenderung untuk menghindari risiko; 2) asumsi tentang

keorganisasian, adalah konflik antar anggota organisasi, efisiensi, dan asimetri

informasi yang terjadi antara principal dan agen; dan 3) asumsi tentang informasi,

adalah informasi dianggap sebagai barang komoditi yang dapat diperjualbelikan.

Berdasarkan ketiga asumsi tersebut manusia akan bertindak oportunistik, yaitu

mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan organisasi. Agen akan

termotivasi untuk meningkatkan kompensasi dan jenjang karir di masa mendatang,

sedangkan prinsipal termotivasi untuk meningkatkan utilitas dan profitabilitasnya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal akan terus meningkat, karena

prinsipal tidak dapat memonitor kegiatan agen setiap hari. Sebaliknya, agen memiliki

lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan

organisasinya secara keseluruhan. Hal inilah yang menimbulkan asimetri informasi

yaitu ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen. Jensen dan Meckling

(1976) menyatakan permasalahan tersebut, antara lain: 1) moral hazard adalah

permasalahan yang muncul karena agen tidak melaksanakan hal-hal yang telah

disepakati bersama sesuai kontrak kerja; dan 2) adverse selection adalah principal

tidak mengetahui bahwa keputusan yang diambil oleh agen merupakan keputusan

yang sesuai dengan informasi yang diterima oleh prinsipal atau terjadi kelalaian

dalam bertugas.

Entitas di Indonesia terdiri dari dua sektor, yaitu entitas sektor publik dan non

publik/swasta. Anggaran sektor publik berhubungan dengan proses penentuan jumlah

dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter yang menggunakan

dana milik rakyat, serta bersifat terbuka untuk publik. Sedangkan,

anggaran pada sektor swasta bersifat tertutup untuk publik dengan tujuan untuk

meningkatkan kinerja perusahaan. Meskipun berbeda, tetapi kedua sektor memiliki

kesamaan sifat yakni terbagi dalam dua pihak, yaitu: prinsipal dan agen.

2.1.2. Anggaran

2.1.2.1. Pengertian Anggaran

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

dicapai dalam periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam ukuran finansial

(Mardiasmo, 2002). Menurut Bastian (2006) anggaran merupakan rencana operasi

keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber

pendapatan yang diharapkan membiayainya dalam periode waktu tertentu. Anggaran

merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan. Dari beberapa pengertian

anggaran di atas, dapat disimpulkan bahwa anggaran adalah suatu rencana yang rinci

yang dinyatakan dalam bentuk keuangan dan atau angka-angka dari suatu

kebijaksanaan suatu organisasi/ instansi pemerintah yang harus dicapai pada suatu

periode tertentu. Anggaran daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja

yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran daerah harus bisa menggambarkan

sasaran kinerja secara jelas.

2.1.2.2. Fungsi Anggaran

Menurut Supriyono (2000: 42) banyak perusahaan menerapkan sistem anggaran

dalam kegiatan operasionalnya karena anggaran memiliki beberapa fungsi sebagai

berikut.

1) Fungsi Perencanaan

Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan jangka pendek dan merupakan

kesanggupan manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan program

atau bagian dari program dalam jangka pendek, umumnya satu tahun.

2) Fungsi Koordinasi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

Anggaran berfungsi sebagai alat mengkoordinasikan rencana dan tindakan

berbagai unit atau segmen yang ada dalam organisasi agar dapat bekerja secara

selaras kearah pencapaian tujuan.

2) Fungsi Komunikasi

Dalam penyusunan anggaran, berbagai unit dan tingkatan organisasi

berkomunikasi dan berperan dalam proses anggaran. Selanjutnya setiap orang

yang bertanggung jawab terhadap anggaran harus dinilai mengenai prestasinya

melalui laporan pengendalian periodik.

3) Fungsi Motivasi

Anggaran berfungsi sebagai alat memotivasi para pelaksana didalam

melaksanakan tugas-tugas atau mencapai tujuan.

4) Fungsi Pengendalian

Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian, karena anggaran yang

telah disetujui merupakan komitmen dari para pelaksana yang ikut berperan

serta dalam penyusunan anggaran tersebut.

5) Fungsi Pendidikan

Anggaran berfungsi juga sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenai

bagaimana bekerja secara terperinci pada pusat pertanggungjawaban yang

dipimpinnya dan sekaligus menghubungkan dengan pusat pertanggungjawaban

lain didalam organisasi yang bersangkutan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

2.1.3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai instrumen hukum untuk mendukung

reformasi penganggaran daerah.Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan UU

No.32/2004 tentang pemerintah daerah, Permendagri No.13/2006, Peraturan

Pemerintah No.58/2005, dan Permendagri No.37/2012 sebagai pedoman penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Lembaga-lembaga yang berperan

penting dalam perencanaan dan penganggaran daerah berdasarkan UU.No.17/2003

tentang Keuangan Negara dan UU.No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN) adalah Badan Perencanaan Daerah (Bappeda),

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Badan Pengelola Keuangan Daerah

(BPKD), Kepala daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan praktek-praktek penyimpangan

pengelolaan keuangan Negara.Salah satu penanggulangan yang dilakukan pemerintah

pusat adalah memperbaiki sistem keuangan Negara dengan menerapkan sistem

penganggaran yang disebut dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK). Anggaran

Berbasis Kinerja (ABK) merupakan proses penyusunan APBD di organisasi sektor

publik untuk tatakelola pemerintahan, yakni proses pembangunan yang efisien dan

partisipatif, serta terjadi reformasi anggaran, yaitu penggunaan sistem anggaran

berbasis kinerja (performance budget system) untuk menggantikan sistem anggaran

tradisional (traditional budget system). Proses pembangunan ini melibatkan

pengambilan kebijakan pemerintahan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan, dan dalam

tahap tertentu melibatkan masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

pelayanan publik. Salah satu kunci utama penyusunan anggaran berbasis kinerja

adalah penentuan kinerja, adanya ukuran kinerja yang jelas dan dapat diverifikasi

terhadap outcome, output maupun kewajaran dana yang dikeluarkan dengan output

yang dicapai (Asak, 2014)

2.1.4. Penganggaran Sektor Publik

2.1.4.1 Konsep Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas pengelolaan

dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.

Anggaran yang dihasilkan harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik,

didiskusikan, dan diberi masukan. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses

penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam sataun

moneter. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan

strategi dan perencanaan strategik telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan

artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategi yang telah dibuat,

tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan

tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah

disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi

tercapainya tujuan anggaran.

Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi: aspek

perencanaan, aspek pengendalian, dan aspek akuntabilitas publik. Penganggaran

sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

(oversight body) yang bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian

anggaran (Mardiasmo, 2002:61).

2.1.4.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk

rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang

paling sederhana anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan

kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai apa yang

hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang (Mardiasmo, 2002:62).

Menurut Mardiasmo (2002:63) anggaran sektor publik penting karena:

1) anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan

pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan dan

meningkatkan kualitas hidup masyarakat;

2) anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat

yang tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang

ada terbatas;

3) anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah

bertanggung jawab terhadap rakyat sehingga anggaran publikmerupakan

instrumen pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik

yang ada.

2.1.4.3 Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

Mardiasmo (2002:66) mengatakan anggaran sektor publik dibagi menjadi dua,

yaitu anggaran operasional dan anggaran modal.

1) Anggaran operasional

Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari

dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran pemerintah yang dapat

dikategorikan dalam anggaran operasional adalah “Belanja Rutin”. Belanja

Rutin (recurrent expenditure) adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya

untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menabah aset atau kekayaan bagi

pemerintah. Disebut rutin karena sifat pengeluaran tersebut berulang-ulang

pada setiap tahun.

2) Anggaran modal

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas

aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan

sebagainya.Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan

menggunakan pinjaman. Belanja Investasi/Modal adalah pengeluaran yang

manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset

atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin

untuk biaya operasional dan pemeliharaannya.

2.1.4.4 Prinsip-prinsip Anggaran Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2002:67-68), prinsip-prinsip anggaran sektor publik

adalah sebagai berikut.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

1) Otorisasi oleh Legislatif.Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi

dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan

anggaran tersebut.

2) Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan

pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dananonbudgetair pada

dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

3) Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus

terhimpun dalam dana umum.

4) Nondiscretionary Appripriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan

legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

5) Periodik. Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat

tahunan maupun multitahunan.

6) Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang

tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-

kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan

munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.

7) Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan

tidak membingungkan.

8) Dipublikasi.Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

2.1.4.5 Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri (Permendagri) No. 59 Tahun

2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD

adalah sebagai berikut.

1) Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)

Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah menyusun RKPD yang

merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD).RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,

prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang

terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh

pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan

mendorong partisipasi masyarakat.

2) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)

Berdasarkan RKPD, pemerintah daerah kemudian menyusun KUA.

KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-

program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap

urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan,

alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang

disertai dengan asumsi yang mendasari. Rancangan KUA disampaikan

kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni sebelum tahun

anggaran dan disepakati bersama oleh Pemda dan DPRD menjadi KUA

paling lambat minggu pertama bulan Juli.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

3) Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA)

Berdasarkan KUA yang telah disepakati, Pemda dan DPRD menyusun

PPA.PPA disepakati paling lambat bulan Juli sebelum tahun

anggaran.KUA dan PPA yang telah disepakati kemudian dituangkan

kedalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh pihak

kepala daerah dan pimpinan DPRD. Berdasarkan nota kesepakatan

tersebut pemerintah daerah menerbitkan surat edaran tentang pedoman

penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat

daerah (RKA-SKPD). Surat edaran tersebut diterbitkan paling lambat

awal bulan Agustus sebelum tahun anggaran dimulai.

4) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)

Berdasarkan surat edaran yang diterbitkan oleh pemerintah daerah,

masingmasing SKPD kemudian menyusun RKA-SKPD. Surat edaran

tersebut memuat arah dan kebijakan umum APBD, strategi dan prioritas

APBD, standar biaya, standar pelayanan minimal, dan formulir RKA-

SKPD.Formulir RKA-SKPD merupakan dokumen yang memuat

rancangan anggaran unit kerja yang disampaikan oleh setiap unit kerja.

RKA-SKPD memuat pernyataan mengenai:

(1) visi dan misi unit kerja;

(2) deskripsi tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) unit kerja;

(3) rencana program dan kegiatan unit kerja beserta tolak ukur

dan target kinerjanya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

RKA-SKPD kemudian disampaikan kepada tim anggaran pemerintah

daerah untuk dievaluasi. Tim anggaran pemerintah daerah mengevaluasi

dan menganalisis:

(1) kesesuaian antara rancangan anggaran unit kerja dengan

program dan kegiatan berdasarkan yang direncanakan unit

kerja;

(2) Kesesuaian program dan kegiatan berdasarkan tugas pokok dan

fungsi unit kerja;

(3) Kewajaran antara anggaran dengan target kinerja berdasarkan

Standar Analisa Biaya (SAB) yang telah diperhitungkan.

5) Penyusunan RAPBD

Rencana kerja dan anggaran masing-masing SKPD yang telah

dievaluasi oleh tim anggaran pemerintah daerah selanjutnya dirangkum

menjadi Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(RAPBD)

6) Penetapan APBD

Pemerintah daerah menyampaikan Rancangan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (RAPBD) kepada DPRD paling lambat pada

minggu pertama bulan Oktober sebelum tahun anggaran untuk dibahas.

RABPD ditetapkan menjadi APBD setelah mendapatkan persetujuan

bersama dari pemerintah daerah dan DPRD paling lambat satu bulan

sebelum tahun anggaran dimulai.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

2.1.5. Senjangan Anggaran

Menurut Sugiwardani dalam Priliandani (2015) senjangan anggaran (budgetary

slack) adalah selisih atau perbedaan antara sumber daya yang sebenarnya dibutuhkan

untuk melaksanakan sebuah pekerjaan dengan sumber daya yang diajukan dalam

anggaran. Mereka menciptakan slack agar lebih mudah dalam pencapaian targetnya.

Slack diciptakan dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan

mengestimasikan biaya lebih tinggi, atau menyatakan terlalu tinggi input yang

diperlukan untuk mendapatkan suatu unit output. Salah satu faktor penyebab

terjadinya kesenjangan anggaran adalah kekakuan dalam mengontrol anggaran

(Sancita, 2014).

Selain itu, Young (1985) juga berpendapat bahwa budgetary slack sebagai

suatu tindakan yang mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi

ketika agen diberi kesempatan untuk memilih standar kerja untuk meningkatkan

kinerjanya. Hal ini dapat berdampak buruk pada organisasi sektor publik yaitu terjadi

kesalahan alokasi sumber daya dan bias dalam evaluasi kinerja agen terhadap unit

pertanggungjawabannya (Suartana, 2010).

Menurut Hilton dalam Falikhatun (2007), tiga alasan utama bawahan

melakukan budgetary slack yaitu: (1) orang-orang selalu percaya bahwa hasil

pekerjaan mereka akan terlihat bagus di mata atasan jika mereka dapat mencapai

target anggarannya, (2) senjangan anggaran selalu digunakan untuk mengatasi

kondisi ketidakpastian, jika tidak ada kejadian yang tidak terduga yang terjadi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

manajer tersebut dapat melampaui atau mencapai anggarannya, (3) rencana anggaran

selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber daya.

2.1.6. Partisipasi Penganggaran

Salah satu faktor yang banyak diteliti dan dianggap memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap budgetary slack adalah partisipasi anggaran. Menurut Ikhsan dan

Ishak (2005: 173) partisipasi merupakan suatu proses pengambilan keputusan

bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki

dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Partisipasi penganggaran

adalah proses yang menggambarkan individu-individu terlibat dalam penyusunan

anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran (Brownell, 1982).

Partisipasi dalam penyusunan angggaran dapat diartikan sebagai keikutsertaan

manager tingkat bawah dalam memutuskan bersama dengan komite anggaran

mengenai rangkaian kegiatan di masa yang akan datang dalam mencapai sasaran

anggaran (Mulyadi, 2001). Keterlibatan (partisipasi) berbagai pihak dalam membuat

keputusan dapat terjadi dalam penyusunan anggaran. Dengan menyusun anggaran

secara partisipatif diharapkan kinerja para manajer di bawahnya akan meningkat. Hal

ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standar yang dirancang

secara partisipatif disetujui, maka karyawan akan bersungguh-sungguh dalam tujuan

atau standar yang ditetapkan, dan karyawan juga memiliki rasa tanggung jawab

pribadi untuk mencapainya karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya (Milani,

1975).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

2.1.7. Job Relevant Information

Kren (1992) dalam Nugroho mengidentifikasi dua jenis informasi utama dalam

organisasi yaitu decision influencing dan job relevant information, yakni informasi

yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas. Job

relevant information terbentuk melalui partisipasi bawahan (manajer level bawah)

agar memberikan informasi yang relevan dengan tugas sekaligus tidak melanggar

peraturan. Job relevant information yang tinggi akan mengurangi senjangan

anggaran. Hal ini disebabkan selama proses penyusunan anggaran bawahan

memberikan informasi yang dimilikinya sehingga senjangan anggaran dapat

dikurangi (Srimuliani, 2014).

Job relevant information meningkatkan kinerja melalui pemberian perkiraan

yang lebih akurat mengenai lingkungan sehingga dapat dipilih rangkaian tindakan

efektif yang terbaik Merchant (1985: 820). Pelaksana anggaran dalam mengambil

keputusan atau tindakan ditentukan oleh job relevant information dalam menyusun

dan melaksanakan tugas kegiatan yang membutuhkan dana, apakah sesuai atau tidak

dengan dana yang dicadangkan oleh pemberi dana. Karena itu tinggi rendahnya job

relevant information mempengaruhi tinggi rendahnya senjangan anggaran yang

terjadi. Dengan demikian, tingginya job relevant information yang diberikan oleh

bawahan akan meminimalisir senjangan anggaran yang terjadi.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

2.1.8. Kejelasan Sasaran Anggaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai rencana kerja pemerintah

daerah merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk mencapai tujuan daerah.

Jika kualitas anggaran pemerintah daerah rendah, maka kualitas fungsi-fungsi

pemerintah cenderung lemah. Anggaran daerah seharusnya tidak hanya berisi

mengenai informasi pendapatan dan penggunaan dana (belanja), tetapi harus

menyajikan informasi mengenai kondisi kinerja yang ingin dicapai. Anggaran

Pemerintah daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan,

sehingga perencanaan anggaran daerah harus bisa menggambarkan sasaran kinerja

secara jelas.

Menurut Kenis (1979) dalam Suhartono dan Solichin (2006), kejelasan sasaran

anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan

spesifik dengan tujuan anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang

bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran. Oleh sebab itu, sasaran

anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh

mereka yang bertanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Pelaksana

anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk

meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan

kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap pegawai terhadap

anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara

signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas. Adanya sasaran anggaran

yang jelas, maka akan memudahkan dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

dan kegagalan dari suatu pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan dalam rangka

untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya

(Pitasari, 2014).

2.1.9. Kapasitas Individu

Kapasitas individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum baik melalui

pendidikan, pelatihan, dan pengalaman seseorang. Pendidikan dan pelatihan

merupakan investasi sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilan kerja, sehingga dapat meningkatkan kinerja seseorang. Pendidikan yang

dimaksud adalah pendidikan formal yang telah ditempuh seseorang di bangku

sekolah atau perguruan tinggi. Kurikulum pendidikan yang baku dan waktu yang

relatif lama biasanya dapat membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan

umum.

Pelatihan merupakan pendidikan yang diperoleh seorang karyawan di instansi

terkait dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan atau dunia

kerja.Pelatihan biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dengan tujuan

untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Sedangkan, pengalaman

adalah pendidikan yang diperoleh sesorang selama bekerja di instansinya.

Pengalaman seorang pegawai berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang yang

sudah handal dalam melaksanakan pekerjaan karena pengalamannya dalam beberapa

tahun (Simanjuntak dalam Asak,2014).

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

Menurut David (1964) dalam Nasution (2011) kinerja seseorang merupakan

perpaduan antara kemampuan dan motivasi. Motivasi merupakan perpaduan antara

sikap dan kondisi, sedangkan kemampuan merupakan perpaduan antara pengetahuan

dan keterampilan seseorang. Kemampuan adalah faktor penting dalam meningkatkan

produktifitas kerja dan berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan

seseorang. Individu yang memiliki pengetahuan yang cukup adalah individu yang

berkualitas dan mampu meningkatkan kualitas kinerjanya.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh partisipasi penganggaran pada senjangan anggaran

Partisipasi penganggaran merupakan keterlibatan individu-individu dalam

penyusunan anggaran. Partisipasi penganggaran melibatkan semua tingkatan

manajemen untuk ikut serta dalam mengembangkan rencana anggaran. Siegel dan

Marconi (1989) menyatakan bahwa partisipasi akan memungkinkan terjadinya

perilaku disfungsional, misalnya dengan menciptakan slack anggaran. Partisipasi

yang tinggi dalam proses pembuatan anggaran akan memberikan kesempatan yang

lebih besar kepada bawahan untuk melakukan slack dengan tujuan membuat

anggaran yang mudah dicapai agar kinerja yang dihasilkan terlihat bagus atau dalam

kata lain para penyusun anggaran “mengamankan diri” mereka apabila anggaran

tersebut tidak dapat terealisasi dengan baik. Young (1985) juga menemukan bahwa

bawahan yang berpartisipasi dalam penyusunan anggaran akan cenderung

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

menimbulkan budgetary slack untuk menghindari risiko ketidakpastian masa

mendatang.

H1: Partisipasi penganggaran berpengaruh positif pada senjangan anggaran.

2.2.2. Pengaruh Job Relevant Information pada senjangan anggaran

Job relevant information merupakan informasi yang relevan mengenai tugas.

Bawahan yang memiliki informasi relevan dapat mengurangi terjadinya senjangan

anggaran (Dunk, 1993). Job relevant information dapat meningkatkan kinerja karena

memberikan prediksi yang lebih akurat mengenai kondisi lingkungan yang

memungkinkan dilakukannya pemilihan serangkaian tindakan yang lebih efektif.

Ompusunggu (2006) menemukan job relevant information dalam proses partisipasi

memberikan kesempatan bawahan untuk menyampaikan masukan berupa informasi

privat yang dimilikinya kepada atasan/pemegang kuasa anggaran sehingga atasan

akan memeroleh pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan yang relevan

dengan tugas sehingga mampu mengalokasikan sumber daya secara tepat sehingga

mengurangi potensi timbulnya senjangan anggaran. Berdasarkan penjelasan tersebut,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H2: job relevant information berpengaruh negatif pada senjangan anggaran.

2.2.3. Pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada senjangan anggaran

Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif signifikan terhadap senjangan

anggaran pada instansi pemerintah daerah (Kridawan, 2014). Hal tersebut sejalan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

dengan penelitian yang dilakukan Pitasari (2014) yang menunjukkan kejelasan

sasaran anggaran berpengaruh negatif pada senjangan anggaran yang berarti semakin

tinggi tingkat kejelasan sasaran dari anggaran tersebut, maka risiko terjadinya

senjangan anggaran akan semakin rendah. Kenis (1979) dalam Suhartono dan Solihin

(2006) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada

tidak menetapkan tujuan spesifik. Dengan adanya sasaran anggaran yang jelas,

penyusun dan pelaksana anggaran akan memiliki informasi yang cukup mengenai

sasaran anggaran yang akan dicapai. Sehingga dengan adanya kejelasan sasaran

anggaran, akan berpengaruh pada penurunan senjangan anggaran. Berdasarkan uraian

tersebut, maka dapat dihipotesiskan:

H3: Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif pada senjangan anggaran.

2.2.4. Pengaruh kapasitas individu pada senjangan anggaran

Kapasitas individu terbentuk dari proses pendidikan secara umum melalui

pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman yang dimiliki. Individu yang

berpendidikan tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk bertindak secara rasional

dan professional, sehingga lebih berani untuk mengutarakan pendapat dan

memberikan informasi kepada atasan. Terkait dalam proses penganggaran, individu

yang memiliki pengetahuan dan pengalaman akan mampu untuk mengalokasikan

sumberdaya secara optimal, sehingga dapat memperkecil potensi timbulnya

senjangan anggaran dengan menghasilkan anggaran yang efektif dan efisien. Hal ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Budi (2009), Triadi (2013), dan Santi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD

(2014) yang menunjukkan bahwa kapasitas individu berpengaruh negatif pada

senjangan anggaran.

H4: Kapasitas individu berpengaruh negatif pada senjangan anggaran

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 · PDF fileMardiasmo (2002:66) ... 2007 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, tahapan penyusunan APBD ... Daerah (RPJMD) .RKPD