bab ii kajian pustaka dan hipotesis penelitian … ii.pdf · 2.1.1 teori perdagangan internasional...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan suatu cerminan dari negara yang
menganut sistem perekonomian terbuka. Pada zaman globalisasi ini hampir tidak
ada negara yang menganut sistem ekonomi tertutup. Hal ini terjadi karena tentu
saja setiap negara tidak bisa memenuhi keseluruhan kebutuhan masyarakatnya
hanya dengan hasil produksi negeri sendiri. Masyarakat di suatu negara perlu
mengonsumsi barang-barang lainnya yang tidak bisa di produksi negeri sendiri
sehingga perlu adanya pertukaran atau perdagangan antar negara (Dachliani,
2006). Perdagangan internasional secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan yang mencakup ekspor dan impor, baik berupa barang dan jasa yang
dilakukan antar Negara atas pertimbangan tertentu dan dilakukan tanpa adanya
tekanan dari pihak manapun juga (Tambunan, 2001:13). Teori perdagangan
internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara
beberapa Negara serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu
Negara (Nopirin, 2010:7). Beberapa teori yang menerangkan tentang timbulnya
perdagangan iternasional pada yaitu :
1) Teori Klasik
(a) Kemanfaatan absolut (absolut advantage) oleh Adam Smith
Teori ini lebih mendasarkan pada besaran variabel riil bukan moneter
sehingga dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada
variabel riil seperti nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang
digunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang
digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (labor theory of value).
Tabel 2.1 Perbandingan penggunaan faktor industri tenaga kerja di Amerika
dan Inggris
Amerika lebih efisien dalam memproduksi gandum karena tenaga kerja yang
dibutuhkan lebih rendah dibanding Inggris (Amerika memiliki absolute advantage
dalam memproduksi gandum). Inggris lebih efisien dalam memproduksi pakaian
karena tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dibanding Amerika (Inggris
memiliki absolute advantage dalam memproduksi pakaian). Menurut Adam Smith
kedua Negara akan memperoleh keuntungan dengan melakukan spesialisasi dan
kemudian berdagang. Amerika cenderung berspesialisasi pada produksi gandum
dan inggris pada produksi pakaian. Dasar spesialisasi ini adalah absolute
advantage dalam produksi barang-barang tersebut.
(b) Kemanfaatan Relatif (comparative advantage) oleh J.S Mill
Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan
kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage
terbesar dan mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage, yaitu
suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang
yang bila dihasilkan sendiri menggunakan ongkos yang besar. Teori ini
menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja
Produksi Amerika Inggris
Gandum 8 orang 10 orang
Pakaian 4 orang 2 orang
yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Makin banyak tenaga kerja
yang dicurahkan untuk memproduksi suatu barang, makin mahal barang tersebut.
(c) Biaya Relatif (Comparative Cost) oleh David Ricardo
Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan internasional adalah
teorinya tentang nilai/value. Menurut dia nilai/value suatu barang tergantung dari
banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut
(labor cost value theory). Perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-
masing negara memiliki comparative cost yang terkecil.
Pada dasarnya teori comparative cost dan comparative advantage itu
sama, hanya bila pada teori comparative advantage untuk sejumlah tertentu
tenaga kerja di masing-masing negara outpunya berbeda. Sedangkan comparative
cost untuk sejumlah output tetentu waktu yang dibutuhkan berbeda antara satu
negara dengan negara lain.
2) Teori Modern Heckscher-Ohlin (H-O)
Teori yang dikemukakan oleh Hecksher dan Ohlin menyatakan bahwa
perbedaan dalam oportunity cost suatu negara dengan negara lain karena adanya
perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang dimilikinya. Suatu negara memiliki
tenaga kerja lebih banyak daripada negara lain, sedangkan negara lain memiliki
kapital lebih banyak daripada negara tersebut sehingga menyebabkan terjadinya
pertukaran (Nopirin, 2010:20). Teori ini menyatakan bahwa setiap negara akan
mengekspor barang yang diproduksinya menggunakan faktor produksi yang
persediaannya melimpah dan murah secara intensif serta mengimpor barang yang
produksinya menggunakan faktor produksi yang persediaanya langka dan mahal
secara intensif (Hady, 2001:39).
Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva,
pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya
produksi yang sama. Kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total
kuantitas produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan
bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya
tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan
diperoleh sejumlah produk tertentu. Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut:
(a) Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
(b) Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing
negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang
dimilikinya.
(c) Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi
yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
(d) Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu
karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal
untuk memproduksinya.
(e) Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang
dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis
akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia
yaitu Eli Hecskher dan Bertil Ohlin mengemukakan penjelasan mengenai
perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan
komparatif. Teori ini dianggap lebih modern karena menyatakan adanya
perbedaan relatif faktor-faktor pemberian dan intensitas penggunaan faktor
produksi sebagai penyebab terjadinya perdagangan internasional (Lindert,
2003:57).
2.1.2 Konsep Ekspor
Ekspor merupakan variabel injeksi yang menambah besaran aliran
pendapatan seperti halnya investasi, hal ini dikarenakan ekspor berasal dari
produksi dalam negeri yang diperdagangkan di luar negeri. Kegiatan ekspor
adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam
negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Menurut Irham
dan Yogi (2003), mendefinisikan ekspor adalah menjual barang-barang ke luar
negeri untuk memperoleh devisa yang akan digunakan bagi penyelenggaraan
ekspor yang terjadi haruslah dengan diversifikasi ekspor sehingga bila terjadi
kerugian dalam satu macam barang akan dapat diimbangi oleh keunggulan dari
komoditi lainnya. Menurut Priadi (2000) kegiatan ekspor adalah sistem
perdagangan dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri ke luar
negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan total barang
dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-
barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun. Ekspor merupakan barang dan
jasa yang diproduksi di dalam negeri yang dijual secara luas ke luar.
Ditinjau dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor
terpenting dari Gross National Product (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai
ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami
perubahan. Di lain pihak, tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan
perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap keguncangan-keguncangan
atau fluktuasi yang terjadi di pasaran internasional maupun di perekonomian
dunia. Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila
barang tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi
barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri.
Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan dari negara tersebut untuk
mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri.
Maksudnya, mutu dan harga barang yang dapat diekspor tersebut haruslah paling
sedikit sama baiknya dengan yang diperjual belikan dalam pasaran luar negeri.
Secara umum boleh dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang
mempunyai keistimewaan yang sedemikian yang dihasilkan oleh suatu negara,
semakin banyak ekspor yang dapat dilakukan (Sukirno, 2006:56).
2.1.3 Teori Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan memproses suatu input (faktor produksi)
menjadi suatu output. Teori produksi adalah teori yang mempelajari berbagai
macam input terhadap tingkat teknologi tertentu yang menghasilkan sejumlah
output tertentu. Sasaran dari teori produksi adalah untuk menentukan tingkat
produksi yang optimal dengan sumber daya yang ada (Sudarman dalam Sisno,
2002). Teori produksi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu yang pertama,
teori produksi jangka pendek dimana apabila seseorang produsen menggunakan
faktor produksi maka ada yang bersifat variabel dan yang bersifat tetap. Kedua,
teori produksi jangka panjang apabila semua input yang digunakan adalah input
variabel dan tidak terdapat input tetap, sehingga dapat diasumsikan bahwa ada dua
jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (TK) dan modal (M). Aziz N. (2003).
Dalam aktifitasnya produsen (perusahaan) mengubah berbagai faktor
produksinya menjadi barang dan jasa. Faktor produksi dibedakan menjadi faktor
produksi tetap (fixed input) dan faktor produksi variable (Variable input). Faktor
produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak
tergantung terhadap jumlah produksi. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi,
faktor produksi itu harus tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik salah satu contoh,
sampai tingkat interval produksi tertentu jumlah mesin tidak perlu ditambah.
Tetapi jika tingkat produksi menurun bahkan sampai nol unit (tidak berproduksi),
jumlah mesin tidak bisa dikurangi (Raharja dkk, 2006). Faktor produksi variabel
adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tergantung terhadap jumlah
produksi. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel
yang digunakan. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil tingkat produksi semakin
sedikit faktor produksi variabel yang digunakan.
Faktor produksi tetap dan variabel ini terkait dengan waktu yang dibutuhkan
perusahaan untuk mengurangi dan menambah faktor produksi tersebut, karena
dalam jangka panjang dan sangat panjang semua faktor produksi adalah faktor
produksi variabel, dimana perusahaan mampu menambah jumlah faktor produksi
tersebut yang disesuaikan dengan jumlah produksi yang ingin dihasilkan. Dalam
konteks manajemen, jangka panjang dan sangat panjang berkaitan dengan ukuran
waktu (Jangka panjang berkisar 5 – 25 tahun). Namun, dalam Teori Produksi
tidak mendefinisikan secara ukuran waktu kronologis. Jangka Pendek adalah
jangka waktu dimana perusahaan tidak mampu dengan segera melakukan
penyesuaian jumlah penggunaan faktor produksi sedangkan Jangka Panjang
semua faktor produksi menjadi faktor produksi variabel.
Menurut Purwo (2000:43) kegitan produksi terdiri dari beberapa macam,
yaitu produksi langsung dan produksi tidak langsung, produksi teknis, produksi
ekonomis, dan produksi nonekonomis. Produksi langsung atau produksi barang
adalah usaha atau kegiatan menciptakan, membuat atau menghasilkan barang
yang secara langsung dapat berguna untuk pemenuhan kebutuhan manusia.
Manfaat barang yang diproduksi dapat secara langsung dirasakan untuk
pemenuhan kebutuhan manusia dalam mencapai kemakmuran. Produksi tidak
langsung atau produksi alam merupakan usaha atau kegiatan memberikan
pelayanan, pengabdian bentuk jasa keterhadap masyarakat, hasilnya tidak secara
langsung dinikmati, tetapi memerlukan proses dan waktu yang lama. Produksi
teknis merupakan kegiatan produksi yang bertujuan untuk meningkatkan atau
menambah nilai kegunaan suatu benda atau barang. Produksi ekonomis
merupakan kegiatan produksi yang selain untuk menambah nilai kegunaan
terhadap suatu barang, juga tetap memperhitungkan keuntungan yang akan
diperolehnya. Biaya produksi diusahakan lebih kecil dari jumlah penghasilan yang
akan diperoleh berbeda dengan produksi nonekonomis yang merupakan kegiatan
produksi yang besar, penghasilan lebih kecil dari jumlah biaya yang dikeluarkan,
jadi dalam kegiatan produksi ini bukan keuntungan yang diperoleh, tetapi
kerugian.
Menurut Purwo (2000:44) Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan
terlaksa na tanpa adanya alat atau benda yang digunakan untuk memproduksi
suatu barang. Jadi diperlukan adanya faktor-faktor produksi untuk menciptakan,
menghasilkan benda atau jasa. Adapun faktor produksi yang dimaksud adalah :
1) Faktor produksi input
2) Faktor produksi input bahan baku
3) Faktor produksi bahan bakar, dan
4) Faktor produksi tenaga kerja.
Dalam proses produksi faktor-faktor produksi harus digabungkan, artinya antara
faktor-produksi satu dengan yang lainnya tidak bisa berdiri sendiri tetapi harus
dikombinasikan. Fungsi produksi merupakan hubungan antara jumlah output
maksimum yang bisa diproduksi dan input yang diperlukan guna menghasilkan
output degan tingkat pengetahuan teknik tertentu (Samuelson et al, 1986:128).
Menurut Sukirno (2006: 195) fungsi produksi menujukkan sifat hubungan
di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-
faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu
disebut output. Tingkat produksi suatu barang tergantung keterhadap jumlah
modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang
dipergunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan
memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda
juga. Disamping itu, untuk satu tingkat produksi tertentu, dapat pula digunakan
gabungan faktor produksi yang berbeda. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam
bentuk rumus :
𝐴 = 𝑓 (K, L, R, T)
Keterangan :
A = Barang yang diproduksi
K = Modal
L = Labour / Tenaga Kerja
R = Resourses/ alam
T = Enterpreneur / Teknologi
Nilai produksi adalah hasil dari volume produksi dari suatu usaha perbulan
yang dikalikan dengan harga jualbarang dan jasa pebulan. Volume produksi di
sini yaitu jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi oleh
suatu usaha. Sedangkan pengertian nilai produksi yaitu jumlah barang atau jasa
yang dihasilkan suatu usaha dalam satu periode yang dikalikan dengan harga jual
produk-produk tersebut dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia
(Moiseeva, 2009:193)
2.1.4 Teori Isoquant
Tingkat produksi akan mengalami perubahan apabila satu faktor produksi
yaitu tenaga kerja terus menerus ditambah tetapi faktor-faktor produksi lainnya
dianggap tetap jumlahnya yaitu tidak dapat diubah lagi. Misalnya terdapat dua
jenis faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya, yaitu tenaga kerja dan modal
bahwa kedua faktor produksi yang dapat berubah ini bisa dipertukarkan seperti
tenaga kerja dapat menggantikan modal. Analisis tentang bagaimana perusahaan
akan meminimumkan biaya dalam usahanya untuk mencapai suatu tingkat
produksi dapat ditunjukkan dengan (Sukirno, 2012: 24).
Konsep produksi jangka panjang yang hanya menggunakan dua macam
input biasanya digambarkan dengan menggunakan isoquant. Kata iso berasal dari
bahasa yunani artinya sama, sementara quant merupakan pendekatan dari
quantity. Jadi isoquant adalah kumpulan dari semua kemungkinan kombinasi
input pertama dan kedua yang dapat menghasilkan sejumlah output tertentu.
Misalkan untuk menghasilkan output Q diperlukan dua macam input (K dan L),
maka hubungan antara input dengan output dapat dilakukan pada kurva isoquant
(Budhiarta, 2012).
Ciri- ciri Isoquant adalah
a) Mempunyai kemiringan negatif.
b) Semakin ke kanan kedudukan isoquant menunjukkan semakin tinggi jumlah
output.
c) Isoquant tidak pernah berpotongan dengan isoquant yang lainnya.
d) Isoquant cembung ke titik origin.
Gambar 2.1 Kurva Produksi Sama (Isoquant)
Sumber: Sadono Sukirno, 2012
Gambar 2.1 merupakan gambar kurva produksi sama atau kurva isoquan.
Kurva tersebut menggambarkan gabungan tenaga kerja dan modal yang akan
menghasilkan satu tingkat produksi tertentu. Semakin jauh letak kurva isoquan
dari titik nol menunjukkan tingkat produksi yang semakin tinggi. Sebaliknya,
semakin ke kiri bawah maka semakin rendah tingkat produksinya. Apabila kurva
isokuan produsen bergerak ke kanan atas, berarti produsen menaikkan skala
produksinya atau melakukan perluasan usaha.
2.1.5 Bahan Baku
Sumber daya alam memiliki peranan penting manfaatnya secara ekonomis
dan cadangan. Cadangan sumber daya alam mungkin bertambah dengan adanya
penemuan baru dan mungkin berkurang karena dalam melakukan kegiatan
ekonomi. Volume kegiatan ekonomi atau besarnya aliran ekonomi dipengaruhi
oleh beberapa faktor misalnya dengan faktor lainnya tetap tidak berubah, akan
meningkatkan kapasitas produksi satu perekonomian yang akhirnya akan
memperbesar aliran ekonomi. Sumber daya alam dibedakan menjadi 3 yaitu
(Nehen, 2012:5)
1) Sumber daya yang tidak terbarukan yang mempunyai volume fisik yang tetap
dan tidak dapat diperbaharui atau diolah kembali. Contoh dari sumber daya
alam jenis ini adalah kandungan metal di bumi, minyak bumi, batu bara dan
tambang
2) Sumber daya alam terbarukan merupakan prosesalami maupun atas bantuan
manusia. Contohnya sumber daya air, angin, cuaca dan lainnya. Aliran sumber
daya ini terus menerus ada dan dapat diperbaharui.
3) Sumber daya alam gabungan dibedakan menjadi sumber daya biologis seperti
hasil panen, terhadapng rumput, marga satwa, perikanan, kehutanan dan
sumber daya tanah. Sumber daya alam ini mempunyai sifat terbarukan.
Menurut Mulyadi (1986: 118) dalam Nugraha (2012) mengatakan bahan
baku adalah bahan yang membentuk bagian integral produkjadi. Bahan baku yang
diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal,
pembelian import atau dari pengelolaan sendiri. Adapun jenis-jenis bahan baku
terdiri dari (Adisaputro dkk, 1982:185) :
1) Bahan baku langsung (direct material)
Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang merupakan bagian
dari barang ja di yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli
bahan baku langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan sebanding
dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan.
2) Bahan baku tak langsung
Bahan baku tak langsung adalah bahan baku yang ikut berperan dalam
proses produksi tetapi tidak langsung tampak terhadap barang jadi yang
dihasilkan. Misalnya barang jadi yang dihasilkan adalah meja dan kursi maka
kayu merupakan bahan baku langsung, sedangkan paku dan plamit merupakan
bahan baku tak langsung.
2.1.6 Tenaga Kerja
Menurut Dumairy (1996:74) dalam Adrianto (2013) tenaga kerja adalah:
“Penduduk yang berumur di dalam batas usia kerja”. Batasan usia kerja berbeda-
beda antara negara satu dengan negara yang lain. Batas kerja yang dianut di
Indonesia ialah minimum 10 tahun, tanpa batas umum maksimum. Jadi setiap
orang atau semua penduduk yang sudah berusia 10 tahun tergolong sebagai tenaga
kerja. Faktor produksi tenaga kerja adalah segala kegiatan jasmani maupun rohani
atau pikiran manusia yang ditujukan untuk kegiatan produksi. Pemanfaatan tenaga
kerja dalam proses produksi haruslah dilakukan seara manusiawi, artinya
perusahaan terhadap saat memanfaatkan tenaga kerja dalam proses produksinya
harus menyadari bahwa kemampuan mereka ada batasnya, baik tenaga maupun
keahliannya. Selain itu juga perusahaan harus mengikuti peraturan yang
dikeluarkan pemerintah dalam menetapkan besaran gaji tenaga kerja (Kardiman,
2003:73).
Posisi faktor tenaga kerja sangat dominan jika dibandingkan dengan faktor
produksi lainnya dalam suatu proses produksi. Suprihanto (1988: 2.2–2.6)
menyatakan bahwa tenaga kerja adalah sebagian dari keseluruhan penduduk yang
secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa. Dari pernyataan di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa tenaga kerja adalah sebagian penduduk yang
dapat menghasilkan barang dan jasa, bila ada permintaan terhadap barang dan
jasa. Menurut Suprihanto (1988:2.3), tenaga kerja adalah penduduk yang berumur
tahun atau lebih, yang sudah atau sedang mencari pekerjaan dan sedang
melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Berbagai
industri kecil banyak sekali berkembang di Indonesia, karena sektor ini dirasa
dapat menjadi tulang perekomian masyarakat. Perannya juga semakin
dioptimalkan oleh pemerintah karena mampu menyerap tenaga kerja yang cukup
banyak.
2.1.7 Investasi
Investasi adalah sebagai pegeluaran atau pengeluaran penanaman modal
atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2006:121).
Pertambahan jumlah barang ini memungkinkan perekonomian tersebut
menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang.
Adakalanya penanaman modal digantikan untuk menggantikan barang modal
yang lama dan perlu didepesiasikan. Menurut Rosyidi (2002) investasi memiliki 3
tujuan atau keperluan yaitu untuk kontruksi, rehabilitasi atau perbaikan, dan
perluasan atau ekspansi.
Menurut Nanga (2001:123) secara singkat investasi dapat didefinisikan
sebagai tambahan bersih terhadap stok capital yang ada (net addition to existing
capital stok). Istilah lain dari investasi adalah pemupukan modal (capital
formation) atau akumulasi modal (capital accumulation). Menurut Sukirno (1997:
107) dalam praktek usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan
dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi atau penanaman
modal meliputi pengeluaran atau pembiayaan sebagai berikut:
a) Pembelanjaan pokok berbagai jenis barang modal yaitu mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
b) Pembelanjaan penunjang untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan
kantor, bangunan pabrik dan lainnya.
c) Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan
barang yang masih dalam proses produksi terhadap akhir tahun perhitungan
pendapatan nasional.
Ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto yaitu
meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam
perekonomian dan mengganti barang modal yang telah didepresiasikan. Pola
investasi yang dilakukan di Indonesia sejak tahun 1973 adalah pola investasi di
sektor-sektor industri manufaktur, pertambangan dan jasa (Panglaykim, 1983).
Salah satu investasi ini adalah investasi asing dalam perkembangan ekonomi
nasional dan merupakan bagian dari kegiatan MNC (Multi National Corporation).
Indonesia memberikan kesempatan untuk mengadakan investasi-investasi di
sektor manufaktur dan menjamin suplay bahan-bahan mentah telah dipergunakan
oleh investor dengan baik. Investasi asing yang dilakukan berupa sistem
perjanjian, dimana pihak asing mempersiapkan studi kelayakan usahanya dan bila
dianggap sudah layak maka pihak asing menyediakan modal, manajemen,
teknologi, dan pasar.
2.1.8 Hubungan Nilai Bahan Baku dengan Nilai Produksi
Suatu industri yang memproduksi suatu barang atau produk akan selalu
membutuhkan bahan baku dalam proses produksinya. Bahan baku merupakan
bahan dasar yang dipergunakan untuk memproduksi suatu barang. Bahan baku
merupakan bagian yang integral dari produk yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan. Menurut Mutiara (2010) bahan baku mempunyai pengaruh tinggi
terhadap produksi, karena apabila bahan baku sulit didapatkan maka produsen
akan menghentikan atau menunda proses produksi. Menurut Ismanto (2010) nilai
bahan baku berpengaruh signifikan terhadap produksi. Apabila nilai bahan baku
mengalami kenaikan atau peningkatan maka produksi juga akan mengalami
peningkatan dan sebaliknya.
F.1.9 Hubungan Nilai Bahan Baku dengan Nilai Ekspor
Ketersediaan bahan baku berpengaruh terhadap ekspor karena apabila di
suatu negara bahan baku melimpah, maka akan cenderung mengekspor kepada
negara yang bahan bakunya lebih sedikit karena bahan baku tersebut tidak dapat
memenuhi kebutuhan produksinya. Selain itu, bila di suatu negara bahan baku
yang digunakan bernilai tinggi maka otomatis biaya produksi yang digunakan
untuk memproduksi suatu barang lebih mahal, sehingga akan mengurangi
produksi dan ekspor. Negara tersebut akan cenderung mendatangkan barang dari
luar negri untuk memenuhi kebutuhan akan barang tersebut dengan biaya yang
lebih murah dbandingkan memproduksi barang sendiri (Nopirin, 2010).
2.1.10 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dengan Nilai Produksi
Setiap perusahaan dalam melaksanakan proses produksi tidak dapat hanya
mengandalkan pemanfaatan fasilitas dengan teknologi modern, karena sistem
produksi membutuhkan jasa tenaga kerja untuk memperlancar proses produksi
yang akan bermanfaat bagi masyarakat. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor
yang terpenting dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa di
samping faktor bahan baku dan investasi. Tenaga kerja juga dibutuhkan untuk
melakukan transformasi bahan mentah atau bahan baku menjadi barang yang
dikehendaki perusahaan. Menurut Mutiara (2010) variabel tenaga kerja
mempunyai pengaruh yang signifikan dan searah terhadap produksi. Adanya
peningkatan variabel tenaga kerja akan memepertinggi produksinya.Semakin
banyak tenaga kerja yang dimiliki maka akan semakin tinggi pula tingkat
produksi. Demikian pula sebaliknya, penurunan variabel tenaga kerja akan
cenderung menurunkan jumlah produksi. Menurut Mankiw (2000 : 46) semakin
banyak tenaga kerja maka semakin banyak pula output yang diproduksi, begitu
pula sebaliknya semakin sedikit tenaga kerja yang digunakan makan semakin
sedikit pula output yang diproduksi. Peningkatan jumlah tenaga kerja akan
meningkatkan output yang diproduksi yang juga akan meningkatkan nilai
produksi. Jadi jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh positif terhadap nilai
produksi.
2.1.11 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dengan Nilai Ekspor
Teori klasik tentang perdagangan internasional menjelaskan bahwa
keuntungan dari perdagangan internasional itu timbul karena adanya comparative
advantage yang bereda antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan
mengapa terdapat perbedaan dalam comparative advantage itu karena adanya
perbedaan di dalam fungsi produksi antara dua negara atau lebih. Jika fungsi
produksinya sama, maka kebutuhan tenaga keja juga akan sama nilai produksinya
sehingga tidak akan terjadi perdagangan internasional. Oleh karena itu, syarat
timbulnya perdagangan anatar negara yaitu perbedaan fungsi produksi di antara
dua negara tersebut. Sehingga jumlah tenaga kerja dalam suatu proses produksi
dapat mempegaruhi ekspor maupun impor dalam perdagangan iternasional
(Nopirin, 2010:19) Naik turunnya jumlah tenaga kerja perusahaan produksi akan
mempengaruhi jumlah ekspor suatu produk perusahaan tersebut. Menurut Endang
(2000) mengenai pengaruh jumlah tenaga kerja, produksi terhadap ekspor bahwa
semakin meningkatnya jumlah tenaga kerja maka produksi yang dihasilkan suatu
perusahaan akan semakin meningkat maka jumlah ekspor produksi tersebut juga
akan meningkat. Jadi antar tenaga kerja terhadap ekspor memiliki hubungan yang
positif.
2.1.12 Hubungan Nilai Investasi dengan Nilai Produksi
Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi, semakin
besar perusahaan melakukan investasi maka produk atau output yang dihasilkan
akan bertambah sehingga ikut mempengaruhi pendapatan suatu industri tersebut.
Menurut Dewi (2009) setiap peningkatan investasi akan meningkatkan output
sektor industri di Kabupaten Bekasi. Sedangkan menurut Purnama (2011)
investasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi karena variabel
investasi yag dimaksud dalam pnelitiannya yaitu investasi awal yang digunakan
oleh pengrajin untuk pengusaha. Sedangkan seiring berjalannya waktu, investasi
tersebut sudah tidak ada lagi pengaruhnya terhadap produksi.
2.1.13 Hubungan Nilai Investasi dengan Nilai Ekspor
Sukirno (2000:105) mengartikan investasi sebagai pegeluaran atau
pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Melalui teori tersebut, dengan meningkatnya investasi dan bertambahnya
kemampuan produksi perusahaan suatu negara maka akan menyebabkan
meningkatnya ekspor barang dan jasa. Investasi diperlukan untuk meningkatkan
sektor idustri sebagai penggerak ekonomi yang efisien berupa sarana prasarana
ataupun dukungan dana yang memadai. Menurut mankiw (2006) investasi adalah
pengeluran untuk konsumsi barang bertujuan untuk menyediakan kebutuhan
rumah tangga dan pengeluaran untuk barang-barang investasi bertujuan
meningkatkan standar hidup. Ada 3 jenis pengeluaran investasi sebagai berikut :
1) Investasi Tetap Bisnis mencakup peralatan dan struktur yang dibeli
perusahaan untuk proses produksi
2) Investasi Residensial mencakup rumah baru yang orang beli untuk tempat
tinggal dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan
3) Investasi Persediaan mencakup barang-barang yang disimpan perusahaan
di gudang, termasuk bahan-bahan dan persediaan, barang dalam proses
dan barang jadi
Nilai investasi ini ditetapkan atas dasar nilai atau harga dari kondisi mesin
dan peralatan pada saat pembelian. Investasi ini menentukan skala usaha dari
suatu industri dan akan mempengaruhi kemampuan dari usaha tersebut dalam
menggunakan faktor produksi.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian terdahulu serta teori-teori
yang telah dikemukakan, selanjutnya diajukan hipotesis sebagai berikut:
1) Nilai bahan baku, jumlah tenaga kerja dan nilai investasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai produksi industri kerajinan keramik di Kabupaten
Tabanan
2) Nilai bahan baku, jumlah tenaga kerja, nilai investasi, dan nilai produksi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai ekspor kerajinan keramik di
Kabupaten Tabanan
3) Nilai bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan nilai investasi berpengaruh tidak
langsung terhadap nilai ekspor melalui nilai produksi industri kerajinan
keramik di Kabupaten Tabanan