bab ii deskripsi teori dan hipotesis penelitian 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/bab...

24
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Administrasi Publik Administrasi Negara sama dengan Public Administrasi, yang intinya mempelajari organisasi dan manajemen. Menurut Utrecht yang dikutip oleh Prajudi (1985:34) “Administrasi Negara adalah gabungan jabatan (aparat/alat) administrasi dibawah pimpinan pemerintah, (Presiden dan para Menteri) melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah (tugas pemerintah) yang tidak diserahkan pada badan perundang-undangan dan kehakiman”. Adapun Waldo,(2000: 65) mengemukakan dua definisi yaitu: “Publik administrasi adalah suatu pengorganisasian dan manajemen dari manusia dan alat perlengkapannya untuk mencapai tujuan dari pemerintah”. Publik administrasi adalah suatu seni dan ilmu dari manajemen dalam menyelenggarakan kepentingan Negara yang intinya mempelajari organisasi dan manajemen. CST Kansil,(1996:24) mengemukakan tiga arti administrasi Negara Sebagai berikut: a) Sebagai aparatur Negara, aparatur pemerintah, atau instansi politik (kenegaraan) meliputi organ yang berada dibawah pemerintah, mulai dari Presiden, Menteri termasuk Sekjen, Dirjen, Irjen, Gubernur, Bupati/Walikota dan sebagainya, pokoknya semua orang yang menjalankan administrasi Negara. 11

Upload: tranduong

Post on 10-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

11

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Administrasi Publik

Administrasi Negara sama dengan Public Administrasi, yang intinya

mempelajari organisasi dan manajemen.

Menurut Utrecht yang dikutip oleh Prajudi (1985:34)

“Administrasi Negara adalah gabungan jabatan (aparat/alat) administrasi dibawah pimpinan pemerintah, (Presiden dan para Menteri) melakukan sebagian dari pekerjaan pemerintah (tugas pemerintah) yang tidak diserahkan pada badan perundang-undangan dan kehakiman”.

Adapun Waldo,(2000: 65) mengemukakan dua definisi yaitu: “Publik

administrasi adalah suatu pengorganisasian dan manajemen dari manusia dan

alat perlengkapannya untuk mencapai tujuan dari pemerintah”. Publik

administrasi adalah suatu seni dan ilmu dari manajemen dalam

menyelenggarakan kepentingan Negara yang intinya mempelajari organisasi dan

manajemen. CST Kansil,(1996:24) mengemukakan tiga arti administrasi Negara

Sebagai berikut:

a) Sebagai aparatur Negara, aparatur pemerintah, atau instansi politik

(kenegaraan) meliputi organ yang berada dibawah pemerintah, mulai

dari Presiden, Menteri termasuk Sekjen, Dirjen, Irjen, Gubernur,

Bupati/Walikota dan sebagainya, pokoknya semua orang yang

menjalankan administrasi Negara.

11

Page 2: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

12

b) Sebagai fungsi atau aktivitas yaitu sebagai kegiatan mengurus

kepentingan Negara.

c) Sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-undang atau

menjalankan Undang-undang.

Prajudi,(1985:79) mengemukakan bahwa yang dilakukan oleh

administrasi Negara adalah :

1) Perencanaan

2) Pengaturan tidak bersifat Undang-undang

3) Tata Pemerintahan yang bersifat melayani.

4) Kepolisian yang bersifat menjaga dan mengawasi tata tertib

5) Penyelesaian perselisihan secara administrative

6) Pembangunan dalam penertiban lingkungan hidup

7) Tata Usaha Negara yang dilakukan oelh kantor-kantor pemerintah.

8) Penyelenggraan usaha-usaha Negara, yang dilakukan oleh dinas-

dinas, dan perusahaan-perusahaan Negara (BUMN dan BUMD).

Dasar dan tujuan daripada administrasi adalah sesuai dengan dasar dan

tujuan administrasi Negara Indonesia adalah sesuai dengan dasar Negara

Kesatuan Republik Indonesia adalah tercapainya kesejahteraan rakyat dan

keadilan social. Untuk itu dalam penyelenggaraan administrasi Negara yang baik

diperlukan adalah sebagai berikut:

1) Social participation ( ikut sertanya rakyat dalam administrasi.

2) Social responsibility ( pertanggungjawaban administrator)

3) Social support ( dukungan dari rakyat pada administrasi negara)

Page 3: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

13

4) Social control ( pengawasan dari rakyat kepada kegiatan

administrasi negara)

Banyak cendikiawan kurang memahami terminologi, makna dan

kegunaan administrasi publik yang sebenarnya. Istilah tersebut sering dipahami

sebagai kegiatan ketik-mengetik, ketatausahaan. Hal yang demikian dapat

mengurangi kepercayaan terhadap disiplin tersebut. Kesalahan persepsi yang

berkembang di masyarakat ini harus diluruskan melalui upaya sosialisasi secara

luas.

Dalam kenyataan terdapat variasi persepsi tentang administrasi publik.

Curdy (1986) dalam mengemukakan bahwa administrasi publik dapat dilihat

sebagai suatu proses politik, yaitu sebagai salah satu metode memerintah suatu

negara dan dapat juga dianggap sebagai cara yang prinsip untuk melakukan

berbagai fungsi negara. Dengan kata lain administrasi publik bukan hanya

sekedar persoalan administratif tetapi juga persoalan politik.

Variasi makna administrasi publik dapat dilihat juga dari persepsi orang

tentang kata “administrasi publik” itu sendiri. Ada yang mempersepsikan

administrasi publik sebagai administrasi tentang publik, administrasi untuk

publik, administrasi dengan publik. Administrasi dengan publik menunjukkan

bagaimana pemerintah berperan sebagai agen tunggal yang berkuasa yang selalu

aktif dan berinisiatif untuk mengatur atau mengambil langkah dan prakarsa,

yang menurut meraka penting bagi masyarakat. Masyarakat diperlakukan

sebagai pihak yang pasif, kurang mampu, dan harus tunduk dan menerima apa

saja yang dilakukan pemerintah.

Page 4: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

14

Administrasi untuk publik dipersepsikan lebih maju dari yang diatas,

yaitu pemerintah berperan dalam mengemban misi pemberian pelayanan

terhadap publik (service provider). Disini pemerintah sudah lebih responsive

atau lebih tanggap apa yang dibutuhkan masyarakat dan mencari cara pemberian

pelayanan terbaik untuk publik. Meskipun kebutuhan publik merupakan sasaran

utama kegiatan pemerintah, namun seringkali pemerintah tidak berupaya

menolong publik dan besar kemungkinan memperdaya publik.

Administrasi dengan publik membawa suatu makna yang sangat

perorientasi kepada pemberdayaan masyarakat, lebih megutamakan kemandirian

dan kemampuan masyarakat. Dalam hal ini, kegiatan lebih mengarah kepada

“empowerment” yaitu pemerintah berusaha menfasilitasi masyarakat agar

mampu mengatur hidupnya tanpa harus bergantung terus-menerus kepada

pemerintah.

Dari beberapa pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa

pelaksanaan administrasi publik meniscayakan akan adanya suatu tata kelola

yang demokratis dan amanah. Dari perspektif keberlangsungan sebuah negara,

administrasi publik memegang peranan yang sangat penting karena apabila

mampu dilaksanakan dengan baik akan mampu menghindarkan terjadinya apa

yang disebut oleh Diamond sebagai triple crisis of governance. Tiga krisis itu

adalah kemandekan penegakan hukum, ketidakmampuan pemerintah menjaga

perdamaian rakyat atau daerah. Namun seperti yang telah disinggung

sebelumnya, pelaksanaan administrasi publik di Indonesia masih belum beranjak

dari sistem peninggalan rezim ademokratis. Bukti paling sahihnya, korupsi

Page 5: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

15

masih menjadi ancaman utama dalam ranah birokrasi dan kelembagaan

pemerintah

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Samsubar,(2003:78) pendapatan daerah merupakan suatu

komponen yang sangat menentukan berhasil tidaknya kemandirian pemerintah

Kabupaten/Kota dalam rangka otonomi daerah saat ini. Salah satu komponen

yang sangat diperhatikan dalam menentukan tingkat kemandirian daerah dalam

rangka otonomi daerah adalah sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Menurut Mangkosubroto,(1997:56) menyatakan bahwa pada umumnya

penerimaan pemerintah diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Pada umumnya penerimaan pemerintah dapat dibedakan antara penerimaan pajak

dan bukan pajak. Penerimaan bukan pajak, misalnya adalah penerimaan

pemerintah yang berasal dari pinjaman pemerintah, baik pinjaman yang berasal

dari dalam negeri maupun pinjaman pemerintah yang berasal dari luar negeri.

Administrasi penerimaan retribusi yang baik untuk meningkatkan PAD

menurut Devas,(1988:144) adalah sebagai berikut:

(1) Menentukan wajib retribusi, hal ini berkaitan dengan kejelasan objek retribusi sehingga mempersempit bagi wajib retribusi untuk menyembunyikan objek retribusinya (2) Menentukan nilai terutang, hal ini berkaitan antara wajib retribusi dengan petugas pemungut dan penentuan tarif. Semakin besar kewenangan petugas untuk menentukan retribusi terutang maka semakin besar peluang untuk berunding dengan wajib retribusi dan akan mengakibatkan semakin kurang cermat besar retribusi yang dihasilkan. (3) Memungut retribusi, hal ini meliputi ketepatan waktu memungut, sifat pembayaran (otomatis atau tidak) dan ancaman hukuman atas kelalaian membayar. (4) Pemeriksaan kelalaian retribusi, hal ini berhubungan dengan sistem catatan yang baik dan cermat agar kelalaian dapat segera diketahui.

Page 6: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

16

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha

Pemerintah daerah. Untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang

bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang

terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil usaha milik daerah dan lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah.

a. Pajak Daerah

Pajak daerah adalah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pajak daerah ini

dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu pajak daerah yang ditetapkan oleh

peraturan daerah dan pajak negara yang pengelolaan dan penggunaannya

diserahkan kepada daerah. Objek penerimaan pajak daerah antara lain dari :

1. Pajak pemotongan hewan

2. Pajak pembangunan

3. Pajak radio

4. Pajak bangsa asing

5. Pajak atas ijin menangkap ikan di perairan teritorial

6. Pajak atas pertunjukan dan keramaian umum

7. Pajak reklame

8. Pajak anjing

9. Pajak pembuatan penjualan petasan

10. Pajak penjualan minuman yang mengandung alkohol

11. Pajak kendaraan tidak bermotor

12. Pajak tanda kemewahan kuburan

Page 7: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

17

13. Pajak atas milik (bangunan, halaman dan tanah kosong)

14. Pajak penerangan jalan

15. Pajak rumah bola

16. Pajak forensen

17. Pajak pendaftaran perusahaan

18. Pajak perusahaan

19. Pajak kendaraan di atas air

20. Pajak pengambilan sarang burung walet

21. Pajak lainnya.

b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah yaitu pungutan daerah yang dilakukan sehubungan

dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah daerah

secara langsung dan nyata kepada pembayar. Retribusi daerah dibagi dalam

tiga bagian yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi

perijinan tertentu.

c. Retribusi Jasa Umum

1. Retribusi salar kesehatan

2. Retribusi salar persampahan / kebersihan

3. Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan Akte Catatan Sipil

4. Retribusi salar pemakaman dan pengabuan mayat

5. Retribusi parkir di tepi jalan umum

6. Retribusi pasar

7. Retribusi air bersih

Page 8: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

18

8. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran

9. Retribusi penggantian biaya cetak peta

d. Retribusi Jasa Usaha

1. Retribusi pemakaian kekayaan daerah

2. Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan

3. Retribusi terminal

4. Retribusi tempat khusus parkir

5. Retribusi tempat penitipan anak

6. Retribusi penjualan produksi usaha daerah

7. Retribusi tempat penginapan / pesanggrahan / villa

8. Retribusi penyedotan kakus

9. Retribusi rumah potong hewan

10. Retribusi tempat pendaratan kapal

11. Retribusi tempat rekreasi dan tempat olahraga

12. Retribusi penyeberangan di atas air

13. Retribusi pengolahan limbah cair

e. Retribusi Perijinan Tertentu

1. Retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah

2. Retribusi ijin mendirikan bangunan

3. Retribusi ijin trayek

4. Retribusi gangguan

5. Retribusi ijin tempat penjualan minuman beralkohol

6. Retribusi ijin pengambilan hasil hutan ikutan

Page 9: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

19

f. Hasil Usaha Milik Daerah

Hasil usaha milik daerah adalah penerimaan yang berupa bagian laba

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang terdiri dari bagian laba Bank

Pembangunan Daerah (BPD), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),

bagian laba dari BUMD lainnya dan penyertaan modal daerah kepada pihak

ketiga.

g. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah adalah pendapatan asli

daerah selain dari pajak daerah, retribusi daerah dan bagian laba BUMD.

Misalnya hasil penjualan barang milik daerah, penjualan barang-barang

bekas, penerimaan cicilan kendaraan bermotor / rumah dinas, penerimaan

sewa rumah dinas / bangunan dan tanah milik daerah pemerintah daerah ,

dan lain-lain.

2.1.3 Retribusi Salar Pasar

2.1.3.1 Pengertian Retribusi Salar Pasar

Salah satu usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam

mengelola Retribusi Pasar ini adalah memberikan salar kepada masyarakat

sesuai dengan apa yang telah mereka bayarkan kepada pemerintah. Keberadaan

salar ini dirasakan cukup penting sebagai aspek yang harus dilakukan dalam

tatanan demokrasi di daerah itu sendiri. Salar publik sebagai indikator utama

bagi Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan harus

dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dikelola dengan baik,

karena pengelolaan retribusi pasar tidak dapat dilepaskan dari salar yang

Page 10: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

20

diberikan. Namun pada kenyataannya, di pengelolaan retribusi pasar selama ini

belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat pengguna jasa pasar.

Menurut Suparmoko,(1996 : 56) ”

“Pengertian retribusi secara umum adalah suatu pembayaran dari rakyat kepada negara di mana dapat terlihat adanya hubungan antara balas jasa yang langsung diterima dengan adanya pembayaran retribusi tersebut”.

Kemudian Miyasto, (1998:51) memberikan pengertian bahwa “Retribusi

itu adalah pembayaran-pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka

yang menggunakan jasa-jasa Negara.

Selanjutnya menurut Syamsi,(1994:87) “

“Retribusi adalah iuran dari masyarakat tertentu (orang-orang tertentu) berdasarkan peraturan pemerintah yang prestasinya ditujukan secara langsung, tetapi pelaksanaannya dapat dipaksakan meskipun tidak”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa retribusi

adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap orang yang

menggunakan jasa yang disediakan oleh pemerintah dengan adanya kontra

prestasi secara langsung yang diterima masyarakat pengguna jasa dimaksud.

Retribusi pasar atau retribusi salar pasar merupakan salah satu jenis

retribusi jasa umum yang keberadaannya cukup dimanfaatkan oleh masyarakat.

Menurut penjelasan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 yang dimaksud

salar pasar adalah fasilitas pasar tradisional atau sederhana berupa pelataran,

los yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang,

tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah, dan pihak

Page 11: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

21

swasta. Fasilitas-fasilitas lain yang dikelola oleh pemerintah daerah

untuk pedagang yaitu keamanan, penerangan umum, penyediaan air, telepon,

kebersihan dan penyediaan alat-alat pemadam kebakaran.

Dalam pelaksanaannya retribusi jasa umum harus memenuhi kriteria

sebagai berikut:

1. Retribusi ini bersifat bukan pajak dan bersifat bukan rertribusi jasa

usaha atau retribusi perijinan tertentu.

2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi.

3. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan

yang diharuskan untuk membayar retribusi di samping untuk

melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.

4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi

5. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional tentang

pelaksanaannya.

6. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan

salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial.

7. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut

dengan tingkat dan/atau kualitas layanan yang baik.

Selain mempunyai kriteria seperti yang dikemukakan di atas, retribusi

pasar juga mempunyai objek yang sama dengan retribusi jasa umum lain yaitu

salar yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan

kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi

Page 12: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

22

atau golongan. Sedangkan subjek retribusi ini adalah pengguna jasa salar

pasar.Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif didasarkan pada kebijakan

daerah yang memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,

kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Agar prosedur-prosedur yang

telah ditetapkan berjalan dengan baik maka diperlikan administrasi pengelolaan

yang baik dalam pelaksanaannya.

Adapun pengertia pasar adalah suatu tempat yang ditetapkan oleh

kepala daerah sebagai tempat jual beli umum dan secara langsung

memperdagangkan barang dan jasa.

Dari beberapa pengertian tersebut yang dimaksud dengan retribusi

pasar adalah pungutan yang diambil secara langsung oleh petugas pemerintah

daerah di suatu tempat jual beli umum yang memperdagangkan barang dan

jasa.

2.1.3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pungutan Retribusi Pasar

Faktor – faktor yang mempengaruhi pungutan retribusi pasar menurut

Soejamto, (1992 : 67) adalah sebagai berikut:

1) Subjek dan Objek Retribusi

Subjek dan objek retribusi akan menentukan besarnya “take base”

yang ditentukan untuk menentukan besar kecilnya beban retribusi yang

harus dibayar oleh subjek daerah. Subjek disini adalah oleh para

pedagang yang berjualan di dalam pasar dan berada di dalam pasar.

Objek yang dimaksud adalah lokasi pasar, lokasi kios, los dan dasaran.

Page 13: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

23

2) Tariff Retribusi

Dalam penentuan tariff retribusi harus bersifat progresif, dalam

progresifitas berdasarkan pola lokasi atau tempat untuk berdagang,

pemakaian tempat berdagang, lokasi berdagang dalam kategori strategis

dan non strategis yang ditentukan oleh letak tempat yang berada di

bangunan utama, los terbuka serta luas tempat yang digunakan

pedagang.

3) Sistim Pemungutan Retribusi

Pemungutan retribusi yang baik tidak terlepas dari prinsip-prinsip

pemungutan.

Adam Smith dalam Soeparmoko, (1996:89) mengemukakan

Prinsip-prinsip pemungutan retribusi yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1) Prinsip Kelayakan

Yaitu pungutan yang dilakukan hendaknya pada waktu yang

tepat dan menyenangkan dan tariff yang dikenakan hendaknya

jangan terlalu menekan subjek penderita

2) Prinsip Ekonomi

Yaitu perlu diperhatikan tentang efisiensi dan efektifitas dalam

penarika retribusi

Page 14: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

24

2.1.3.3 Persepsi Pedagang Tentang Pengelolaan Retribusi Pasar Untuk

Meningkatkan PAD Kabupaten Pandeglang

Persepsi merupakan suatu pendapat dari individu maupun kelompok

mengenai permasalahan tertentu yang berkaitan dengan individu atau

kelompok tersebut. Persepsi sangat besar pengaruhnya terhadap minat individu

atau kelompok atas suatu objek dan merupakan faktor penentu respon mereka

terhadap objek tersebut. Menurut Dimyati, (1990:132) persepsi adalah

interpretasi informasi yang datang dari indera, pemberian arti terhadap stimulus

inderawi. Stimulus inderawi ini merupakan bagian dari cara seseorang

memahami suatu objek berdasarkan informasi yang diterimanya. Dalam

pengertian persepsi ini terkandung makna bahwa persepsi didorong adanya

proses penerimaan stimulus melalui alat indera, adanya proses psikologis di

dalam otak, dan adanya kesadaran atas apa yang telah diinderakan, serta

memberikan makna pada stimulus tersebut. Adapun faktor-faktor yang

menentukan adanya persepsi adalah: (1) faktor fungsional yang berasal dari

kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal yang kita sebut faktor personal,

yaitu karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus, (2) faktor

struktural yang berasal dari sifat fisik stimulus, dan efek yang ditimbulkan pada

individu, dan (3) faktor perhatian yang terjadi apabila individu atau kelompok

berkonsentrasi pada salah satu alat indera dan mengesampingkan indera yang

lain.

Berdasarkan faktor-faktor di atas maka persepsi seseorang atau

kelompok itu timbul karena ada objek yang perlu perhatian dan mereka

Page 15: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

25

merasakan sendiri objek tersebut. Hal ini terjadi pula dalam hal pengelolaan

retribusi pasar dimana individu atau kelompok yang dimaksud adalah para

pedagang. Persepsi pada pedagang ini timbul kaitannya antara pengelolaan

retribusi pasar yang mereka bayar kepada pemerintah dengan salar publik yang

diberikan dari retribusi pasar tersebut. Salah satu fungsi penyelenggaraan

pemerintahan oleh Aparatur Pemerintah adalah salar publik. Untuk dapat

memberikan salar public (public service) dengan baik maka Pemerintah Daerah

harus memiliki sumber-sumber keuangan yang memadai guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Kondisi keuangan Pemerintah Daerah inilah yang akan menentukan

kemampuannya dalam menjalankan fungsi-fungsinya yang menyangkut salar

masyarakat dan pembangunan sarana prasarana serta perlindungan masyarakat.

Jika suatu daerah mempunyai pengelolaan yang baik yang berasal dari pajak

dan retribusi daerah maka tidak mustahil jika salar terhadap masyarakat akan

meningkat. Namun rendahnya kemampuan pemerintah dalam mengelola pajak

dan retribusi daerah akan menimbulkan efek negatif yaitu rendahnya tingkat

salar terhadap masyarakat dalam pembangunan. Salar publik merupakan aspek

yang sangat signifikan dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Keputusan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 tentang

Pedoman Umum Penyelenggaraan Salar Publik menjelaskan definisi salar

publik yaitu segala kegiatan salar yang dilaksanakan oleh penyelenggara salar

publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima salar maupun

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 16: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

26

Hakekat salar publik menurut Saksi,( 2004 : 23) adalah Pemberian salar

yang prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban

aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

Dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Salar Publik

implementasi salar publik mendasarkan asas-asas berikut ini:

1. Transparansi, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh

semua pihak yang yang membutuhkan dan disediakan secara

memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional, yaitu sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi

dan penerima layanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi

dan efektifitas.

4. Partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan salar publik dengan memperhatikan aspirasi,

kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan hak, yaitu tidak diskriminatif dalam arti tidak

membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status

ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pemberi dan penerima

salar publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing

pihak.

Page 17: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

27

Menurut Wahab, (2002:15) bahwa penyelenggaraan salar publik

memperhatikan indikator pelaksanaan publik berikut ini:

1. Kesederhanaan, yaitu prosedur salar publik tidak berbelit-belit,

mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan persyaratan teknis dan administratif salar publik,unit

kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam

pemberian salar dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam

pelaksanaan salar publik rincian biaya salar publik dan tata cara

pembayaran.

3. Kepastian waktu, yaitu pelaksanaan salar publik dapat diselesaikan

dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi, yaitu produk salar publik diterima dengan benar, tepat, dan

sah.

5. Keamanan, yaitu proses dan produk salar publik memberikan rasa

aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung jawab, yaitu pimpinan penyelenggara salar publik atau

pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan salar

dan penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan salar publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana, yaitu tersedianya sarana dan

prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang

memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan

informatika (telematika).

Page 18: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

28

8. Kemudahan akses, yaitu tempat dan lokasi serta sarana salar yang

memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan dapat

memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan, yaitu pemberi salar harus

bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta memberikan salar

dengan ikhlas.

10. Kenyamanan, yaitu lingkungan salar harus tertib, teratur,

disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang

indah dan sehat serta dilengkapi fasilitas pendukung salar seperti

parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Salar masyarakat adalah salar yang diberikan kepada masyarakat

sebagai tugas dan kewajiban pemerintah daerah dengan penuh tanggung jawab

berdasarkan peraturan yang berlaku.

Menurut Fernandez, (2002:2)

“Layanan publik adalah benda dan jasa yang diserahkan selalu bersifat milik umum (common goods) yang biaya produksinya sering kali tidak efisien secara finansial, bahkan benda dan jasa yang diteransaksikan sukar diukur (intangible)”. Salar publik yang bermutu sangat diperlukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat tercapai dengan kebijakan-kebijakan

pemerintah yang tidak merugikan rakyat. Untuk itu Pemerintah Daerah harus

menegakkan prinsip keadilan porposional dalam bahwa disatu sisi sumber

daya yang menjadi esensi atau substansi salar masyarakat itu sejauh mungkin

dapat di distribusikan berdasarkan atas tingkat kemampuan dan kebutuhan

Page 19: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

29

publik yang dilayani (user), bukan lagi sekedar kebutuhan birokrasi yang

memberikan salar (provider) Wahab, (1998: 54)

Dalam pelaksanaannya selama ini, peran pemerintah dirasakan lebih

menonjol dibandingkan peran sektor swasta sehingga paket-paket salar yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah pada umumnya dilakukan sendiri melalui

struktur dan mesin birokrasi. Dalam keadaan seperti ini maka penyediaan atau

alokasi salar publik dilakukan sepenuhnya dibawah kontrol instansi

pemerintah. Hal ini menyebabkan pemerintah menjadi a single agency yang

berperan sebagai pemberi salar sekaligus mengevaluasi efektivitas kinerjanya.

Model manajemen salar publik yang serba monopolitik, birokratik, dan

sentralistik ini menyebabkan tidak adanya kompetisi dan tidak sensitive

terhadap persoalan perbaikan kualitas secara menyeluruh (total quality). Dalam

model salar ini birokrasi yang ada cenderung arogan, tidak responsive, tidak

akuntabel dan seakan sengaja mengambil jarak social (social distance) yang

terlalu lebar dari publik. Salar publik seperti ini sering disebut pula dengan

model manajemen salar publik konvensional yang lebih berorientasi pada

kepentingan-kepentingan internal birokrasi. Kecenderungan global sekarang

mengarah pada manajemen salar publik yang berlangsung disektor bisnis atau

swasta Wahab, (1998:78)).

Dalam penyelenggaraan salar publik yang mengadaptasi model salar

disektor bisnis itu, maka pengguna jasa salar publik praktis akan menjadi pusat

orientasi dan menempati posisi sentral. Konsekuensi sentral dari model salar

publik ini ialah perlunya dilakukan transparansi dalam proses pembuatan

Page 20: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

30

keputusan, reorientasi dan restrukturisasi terhadap model managemen salar

publik konvensional yang ada selama ini.

Bertumpu pada manajemen salar yang baik akan memungkinkan

masyarakat merasakan keberadaan yang memuaskan dari salar yang diberikan.

Salah satu salar yang sangat dirasakan keberadaannya adalah salar publik dari

hasil perpajakan dan retribusi di daerah masing-masing. Namun jika

diperhatikan ada perbedaan salar yang diberikan antara pajak dan retribusi.

Pajak biasanya harus dibayar oleh anggota masyarakat sebagai suatu kewajiban

hukum (berdasarkan pengesahan legislatif) tanpa pertimbangan apakah secara

pribadi mereka mendapatkan manfaat atau tidak dari salar yang mereka biayai.

Sebaliknya retribusi dibayar langsung oleh mereka yang menikmati suatu salar,

dan biayanya dimaksudkan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya

salarnya, Davey, (1988:30). Dengan dikeluarkannya UU No. 34 Tahun 2000

tentang Pajak dan Retribusi Daerah, telah terjadi pembatasan jumlah pajak dan

retribusi yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Retribusi daerah dapat

dilakukan apabila ada salar tertentu atau jasa nyata yang diterima oleh wajib

retribusi dari pemerintah. Tuntutan peningkatan salar ini sejalan dengan

peningkatan kebutuhan masyarakat dan semakin adanya kesadaran akan hak-

hak mereka dalam pembangunan.

Golongan retribusi yang dapat dipungut oleh daerah ada tiga macam

yaitu: retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perijinan tertentu.

Namun dari ketiga golongan retribusi tersebut, retribusi yang paling

berhubungan langsung dengan penyediaan jasa yang diberikan oleh pemerintah

Page 21: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

31

daerah untuk kepentingan umum adalah retribusi jasa umum. Retribusi jenis ini

diharapkan dapat dikelola sesuai dengan demokratisasi dan peraturan yang ada

dengan tetap berpegang pada sistem yang sederhana, adil, efektif, dan efisien

sehingga dapat menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan

kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah. Salah satu jenis retribusi jasa

umum ini adalah retribusi pasar.

Di kota Pandeglang retribusi pasar ini merupakan salah satu sumber

keuangan daerah yang cukup memberikan kontribusinya. Retribusi pasar atau

retribusi salar pasar ini diatur dalam Peraturan Daerah No. 9 Tahun 1998

tentang Retribusi Pasar. Dalam penjelasan umum Peraturan Daerah No. 9

Tahun 1998 disebutkan bahwa retribusi pasar adalah retribusi atau pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa salar yang diberikan kepada umum dalam

lingkungan pasar. Subjek retribusi pasar adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan atau menikmati jasa salar dalam lingkungan pasar. Sedangkan

objek retribusi ini adalah salar dan penggunaan fasilitas yang disediakan di

lingkungan pasar. Jasa salar dan penggunaan fasilitas pasar tersebut meliputi:

penyediaan fasilitas bangunan pasar; penyediaan fasilitas pengamanan;

penyediaan fasilitas penerangan; dan penyediaan fasilitas umum lainnya,

seperti penyediaan air, telepon, gudang, alat pemadam kebakaran dan sarana

kebersihan.

Agar penyelenggaraan salar dari fasilitas-fasilitas yang telah ada di

pasar dapat berjalan dengan lancar maka Pemerintah Kota menetapkan

Page 22: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

32

besarnya tarif sesuai dengan perbedaan golongan pasar atau perbedaan antara

kios, los dan dasaran terbuka (pelataran) yaitu sebagai berikut:

Tabel 2 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasar pandeglang

Golongan Tarif Retribusi

Kios/m2/hari Los/m2/hari Terbuka/m2/hari

Pasar Kota Pandeglang 2000 2000 1000

Sumber: Peraturan daerah No.10. tahun 2001

Berdasarkan tarif yang telah ditentukan dalam tabel dua di atas maka

menjadi kewajiban bagi setiap wajib retribusi untuk membayar secara berkala

sesuai dengan jenis bangunan yang ditempati dan dari pemerintah juga harus

memberikan jasa salar sesuai dengan retribusi yang telah dibayar oleh para

pedagang.

Berdasarkan tabel di atas Pasar Pandeglang termasuk dalam golongan

Pasar Kota. Menurut Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2001 Pasar Kota adalah

pasar yang ruang lingkup salarnya meliputi wilayah kota yaitu Kota

Pandeglang. Selain dari pungutan retribusi pasar secara fisik tersebut

pemerintah juga memberikan salar khusus bagi pedagang yang disebut salar

minimal. Salar minimal ini merupakan salar yang diberikan pemerintah bagi

para pedagang yang akan memperpanjang ijin penggunaan bangunan pasar.

Page 23: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

33

2.2 Kerangka Berfikir

Retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat berarti dalam

Peningkatan PAD kabupaten pandeglang, sebagai suatu realisasi pendapatan

asli daerah. Salah satu jenis retribusi yang diselenggarakan di Kota

Pandeglang adalah retribusi salar pasar. Retribusi ini pada dasarnya

dikelompokkan dalam jenis retribusi jasa umum. Sasaran dari pelaksanaan

retribusi salar pasar adalah pedagang baik individu atau perusahaan yang

menggelar dagangan di pasar.

Para pedagang tersebut berkewajiban untuk membayar retribusi sesuai

dengan jenis dan ukuran tempat yang mereka gunakan. Selain bersumber dari

pedagang, retribusi salar pasar juga mencakup jenis pungutan untuk

penggunaan kamar mandi umum dan jenis uang kebersihan pasar. Kedua jenis

pungutan itu diperuntukkan bagi siapa saja pengunjug pasar yang menggunakan

fasilitas tersebut. Idealnya, dengan pengaturan lokasi pedagang maka akan

diketahui potensi pendapatan dari sektor retribusi pasar secara tepat. Namun

dalam kenyataannya, pendapatan yang diterima dari pemungutan retribusi

sering tidak sesuai dengan potensi yang ada. Hal ini memunculkan

adanya permasalahan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi

pendapatan retribusi tersebut sehingga dari penelitian ini diharapkan akan

Peningkatan PAD Kabupaten Pandeglang

(Variabel Y)

Pelaksanaan Retribusi

Salar Pasar

(Variabel X)

Page 24: BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 ...repository.fisip-untirta.ac.id/1177/4/BAB II.pdf11 BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1

34

membawa perubahan yang positif dalam meningkatkan kesadaran para pedagang

untuk membayar pungutan retribusi salar pasar sebagai upaya untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pandeglang.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan asumsi yang telah diuraikan, maka penulis

mengajukan hipotesis sebagai berikut: “semakin baik pelaksanaan retribusi salar

pasar maka akan semakin baik pula peningkatan PAD kabupaten Pandeglang”.

Dengan demikian diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan

retribusi salar pasar terhadap peningkatan PAD kabupaten Pandeglang tahun

anggaran 2006-2010. Secara lebih rinci hipotesis tersebut dapat dirumuskan

sebagai berikut: “Terdapat pengaruh pelaksanaan retribusi salar pasar terhadap

peningkatan PAD Kabupaten Pandeglang”.