bab ii kajian pustaka dan hipotesis penelitian 2.1 ... 2.pdf · dengan pemikiran rogers, ......
TRANSCRIPT
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Technology Acceptance Model (TAM)
Penelitian mengenai sistem informasi telah menguji perilaku pengguna dan
penerimaan sistem dari berbagai perspektif (Venkatesh et al., 2003). Technology
Acceptance Model (TAM) oleh Davis (1989) yang diadopsi dari Theory of
Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fishbe dan Ajzen (1975),
menawarkan sebuah teori sebagai landasan untuk memeroleh pemahaman yang
lebih baik mengenai perilaku pemakai dalam penerimaan dan penggunaan sistem
informasi (Handayani, 2007). Model ini menunjukkan bahwa ketika terdapat
suatu teknologi baru, maka pengguna teknologi akan dihadapkan pada faktor-
faktor yang memengaruhi mereka untuk menggunakan teknologi tersebut.
TAM merupakan model yang paling berpengaruh untuk dapat melihat
penerimaan penggunaan sistem informasi. Model TAM menjelaskan perilaku para
pengguna teknologi informasi dengan melihat dari perspektif kepercayaan (belief),
sikap (attitude), minat (intention) dan hubungan perilaku pengguna (user behavior
relatioship). Tujuan model ini adalah untuk dapat menjelaskan faktor-faktor
utama dari perilaku pengguna teknologi informasi terhadap penerimaan
penggunaan teknologi informasi itu sendiri.
Technology Acceptance Model (TAM) berteori bahwa niat seseorang
untuk menggunakan sistem atau teknologi ditentukan oleh dua faktor, yaitu
11
persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) yang didefinisikan sebagai tingkat di
mana seseorang percaya bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan
kinerjanya, dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) yang
didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana seseorang percaya bahwa penggunaan
teknologi akan membuat dirinya bebas dari upaya atau lebih mudah dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan (Venkatesh et al, 2003). TAM meyakini bahwa
penggunaan SI akan meningkatkan kinerja individu atau perusahaan, dan
penggunaan SI akan memermudah pemakainya dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan (Gupta et al, 2007).
2.1.2 Theory of Attitude and Behavior
Teori sikap dan perilaku (Theory of Attitudes and Behavior)
dikembangkan oleh Triandis (1980) dalam Saka (2013) yang menyatakan bahwa
perilaku seseorang ditentukan oleh sikap yang terkait dengan apa yang orang-
orang ingin lakukan serta terdiri dari keyakinan tentang konsekuensi dari
melakukan perilaku, aturan-aturan sosial yang terkait dengan apa yang mereka
pikirkan akan mereka, dan kebiasaan yang terkait dengan apa yang mereka biasa
lakukan. Model perilaku interpersonal yang lebih komprehensif yang disajikan
Triandis (1980) menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, perasaan, kebiasaan,
kondisi fasilitas dan konsekuensi yang dirasakan memengaruhi tujuan perilaku
dan sebaliknya akan memengaruhi perilaku. Ndraha (2005:214) menyatakan
perilaku menentukan cara bagaimana seseorang menggunakan alat kerjanya.
Seorang yang berperilaku teliti dan hati-hati menggunakan alat yang tepat dengan
cara yang benar ketika bekerja maka akan menghasilkan hasil yang diharapkan.
12
Faktor sosial yaitu berkaitan dengan intervalisasi individual tentang kultur
subyektif grup referensi dan persetujuan-persetujuan interpesonal spesifik yang
telah dibuat oleh individual dengan orang lain di situasi-situasi sosial tertentu.
Kultur subyektif terdiri dari norma-noma, peran, dan nilai-nilai.
2.1.3 Teori Difusi Inovasi
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi
baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett
Rogers (1965) dalam Leidner (2006) melalui bukunya yang berjudul Diffusion
Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses dimana sebuah inovasi
dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam
sebuah sistem sosial. Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap
baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah
inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa
kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka
mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya
membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Sesuai
dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen
pokok, yaitu:
1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.
Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan
individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang
maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang
inovatif tidak harus baru sama sekali.
13
2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari
sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber
paling tidak perlu memerhatikan tujuan diadakannya komunikasi dan
karakteristik penerima.
3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui
sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan
terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu.
4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat
dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai
tujuan bersama
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan
argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi.
Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh
terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan
keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi
tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis
keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi
(communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan
(5) peran agen perubah (change agents)
2.1.4 Teknologi Informasi
Teknologi adalah perangkat yang dimanfaatkan individu untuk
menyelesaikan tugas mereka (Goodhue and Thompson, 1995). Menurut O’Brien
(2006:28) dalam Sagung (2009) teknologi adalah suatu jaringan komputer yang
14
terdiri atas berbagai komponen pemrosesan informasi yang menggunakan
berbagai jenis hardware, software, manajemen data, dan teknologi.
Bodnar dan Hopwood (2006) menyebutkan ada tiga hal yang berkaitan
dengan teknologi informasi berbasis komputer yaitu perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software) dan pengguna (brainware). Ketiga elemen tersebut
saling berinteraksi dan dihubungkan dengan suatu perangkat masukan keluaran
(input-output media), yang sesuai dengan fungsinya masing-masing (Lindawati,
2012).
2.1.5 Sistem Informasi Berbasis Komputer
Menurut Handayani (2010), informasi merupakan hal yang fundamental
dalam suatu organisasi khususnya dalam pengambilan keputusan, yaitu untuk
mengurangi adanya ketidakpastian di dalam pengambilan keputusan tentang suatu
keadaan. Menurut Hall (2007) sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur
formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan
kepada para pemakai. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam
proses perencanaam, penggoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta
aktivitas yang saling berhubungan untuk memotivasi orang-orang pada semua
tingkatan di dalam organisasi (Lubis, 2011:3). Informasi dalam hubungannya
dengan pengambilan keputusan diperoleh dari Sistem Informasi (selanjutnya
disebut dengan SI ) atau disebut juga dengan information processing system di
dalam sistem informasi berbasis komputer.
Sistem informasi berbasis komputer atau Computer Based Information
System (CBIS) merupakan sistem pengolahan data menjadi sebuah informasi yang
15
berkualitas dan dapat dipergunakan sebagai alat bantu yang mendukung
pengambilan keputusan, koordinasi dan kendali, serta visualisasi dan analisis.
Widjajanto (2001:72) dalam Wower (2012) menyatakan sistem akuntansi
berbasis komputer memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat meningkatkan
efisiensi khususnya jika volume data yang diolah cukup besar, pengolahan data
dengan menggunakan komputer lebih mudah karena komputer bisa melakukan
perhitungan secara otomatis, komputer mampu menyajikan informasi secara cepat
dan dengan kecermatan yang tinggi. Selain kelebihan tersebut, komputer memiliki
beberapa kelemahan antara lain komputer hanyalah alat, komputer memerlukan
program aplikasi, komputer terbatas pada kemampuan algoritmis.
Menurut Hall (2001:17), informasi yang dihasilkan oleh SI dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan apabila informasi tersebut berkualitas
artinya informasi tersebut harus memenuhi empat hal yaitu:
1) Relevan (relevance)
Informasi harus memberikan manfaat bagi pemakainya. Relevansi
informasi untuk tiap-tiap individu satu dengan yang lainnya berbeda.
Misalnya informasi mengenai sebab-akibat kerusakan mesin produksi
kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan
bila ditujukan kepada ahli teknik perusahaan
2) Akurasi (accuracy)
Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau
menyesatkan, dan harus jelas mencerminkan maksudnya. Ketidakakuratan
16
dapat terjadi karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau
kesengajaan sehingga merusak atau merubah data-data asli tersebut.
3) Tepat waktu (timeliness)
Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan tidak boleh terlambat (usang).
Informasi yang usang tidak mempunyai nilai yang baik, sehingga kalau
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan berakibat
fatal atau kesalahan dalam keputusan dan tindakan. Kondisi demikian
menyebabkan mahalnya nilai suatu informasi, sehingga kecepatan untuk
mendapatkan, mengolah dan mengirimkannya memerlukan teknologi-
teknologi terbaru.
4) Lengkap (complete)
Bagian informasi yang esensial bagi pemakai tidak boleh ada yang hilang
atau kurang. Misalnya: sebuah laporan harus menyajikan semua
perhitungan dan menyajikannya dengan jelas sehingga tidak menimbulkan
laporan yang ambigu.
2.1.6 Sistem Informasi Akuntansi
Urquía (2011) menyatakan bahwa Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
adalah suatu alat yang termasuk kedalam bidang teknologi informasi (TI) dan
sistem yang dirancang untuk membantu dalam pengolahan dan pengendalian
terkait dalam bidang ekonomi keuangan perusahaan. SIA merupakan kumpulan
sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data
keuangan dan data lainnya menjadi informasi (Bodnar dan Hopwood, 2006:3).
Wilkinson (2000) dalam Salehi et al. (2010) mengemukakan berdasarkan definisi
17
sistem informasi akuntansi maka tujuan dan manfaat sistem informasi akuntansi
tersebut adalah sebagai pengolah transaksi (transaction processing) dan pengolah
informasi (information processing). Subsistem SIA memproses berbagai transaksi
keuangan dan transaksi nonkeuangan yang secara langsung memengaruhi
pemrosesan transaksi keuangan (Hall, 2007:10). Beberapa fungsi penting yang
dibentuk sistem informasi akuntansi pada sebuah organisasi adalah sebagai
berikut:
1) Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas dan transaksi
2) Memproses data menjadi informasi yang dapat digunakan dalam proses
pengambilan keputusan.
3) Melakukan kontrol secara tepat terhadap aset organisasi
Menurut Romney (2009), sistem informasi akuntansi adalah suatu
rangkaian yang terdiri dari beberapa komponen yaitu orang – orang, prosedur-
prosedur data software dan infrastruktur teknologi yang saling berhubungan dan
berinteraksi untuk mancapai suatu tujuan. Sistem informasi akuntansi terdiri dari
lima komponen yaitu (1) orang-orang yang mengoperasikan sistem dan
melaksanakan berbagai fungsi; (2) prosedur-prosedur, baik manual maupun
terkomputerisasi yang dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan
menyimpan data tentang aktivitas-aktvitas organisasi; (3) data tentang proses-
proses bisnis organisasi; (4) software (perangkat lunak) yang dipakai untuk
memproses data organisasi; dan (5) infrastruktur teknologi informasi yang
didalamnya termasuk komputer, peralatan pendukung dan peralatan untuk
komunikasi jaringan.
18
2.1.7 Sistem Informasi Akuntansi Pemerintah Daerah
Pengelolaan keuangan daerah mengikuti ketentuan undang-undang di
bidang keuangan negara. Siklus pengelolaan ini tidak terlepas pada siklus
manajemen yang dikenal selama ini. Perencanaan merupakan awal dari siklus
yang diikuti dengan pelaksanaan dan pengawasan. Pada pengelolaan uang negara,
siklus tersebut terdiri dari perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan anggaran/
pembendaharaan, akuntansi dan pertanggungjawaban, dan pemeriksaan
(Mursyidi, 2009:13)
Pemerintah di masing-masing daerah sudah menerapkan sistem informasi
akuntansi berbasis komputer. Pemerintah daerah memiliki sistem khusus untuk
mengatur kegiatan operasi keuangannya yaitu Sistem Informasi Manajemen
Daerah (SIMDA) dan sistem yang terbaru yang digunakan adalah Sistem
Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). SIMDA maupun SIPKD
merupakan alat bantu dalam proses pengelolaan keuangan daerah dari mulai
tahapan perencanaan anggaran hingga pelaporan anggaran yang berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sistem ini mengacu pada Sistem
Informasi Akuntansi (SIA) yang digunakan untuk dapat memonitoring dan
membantu proses kinerja sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan pada
daerah seperti pada Satuan Perangkat Kerja Daerah. Sistem yang lengkap terdiri
dari perencanaan atau penganggaran, penatausahaan dan pelaporan atau akuntansi
(Wower, 2012).
19
2.1.8 Efektivitas Teknologi Sistem Informasi Akuntansi
Handoko (1999:67) mengemukakan bahwa efektivitas adalah kemampuan
untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan, menyangkut bagaimana melakukan pekerjaan yang
benar. Menurut Sajady and Hashem (2008), efektivitas sistem didasarkan pada
kontribusinya dalam pembuatan keputusan, kualitas informasi akuntansi, evaluasi
kinerja, pengendalian internal yang memfasilitasi transaksi perusahaan.
Sistem Informasi Akuntansi merupakan aplikasi pilihan yang utama pada
teknologi telekomunikasi komputer karena memiliki kompetensi yang baik dan
berperan sebagai struktur penopang langkah-langkah untuk membuat laporan
keuangan (Tripambudi, 2014). Ogah (2013) mengatakan kemajuan dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi telah membuat sistem informasi akuntansi
menjadi suatu alat penting dalam dunia bisnis yang sangat kompetitif.
Efektivitas teknologi sistem informasi akuntansi merupakan suatu ukuran
yang memberikan gambaran sejauh mana target dapat dicapai dari suatu
kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses, dan
menyimpan data elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi
yang berguna serta menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik
secara kualitas maupun waktu. Sistem informasi akuntansi dikatakan efektif bila
informasi yang diberikan oleh sistem tersebut dapat melayani kebutuhan
pengguna sistem (Sajady and Hashem, 2008). Novita (2011) menyebutkan bahwa
semakin efektif sistem informasi akuntansi akan membuat kinerja semakin tinggi.
20
Suatu sistem informasi akuntansi dapat dikatakan efektif menurut DeLone
dan Mcclean (1992) dalam Puja dan Suardikha (2013) harus memenuhi
persyaratan, yaitu informasi yang dihasilkan harus berkualitas dan harus berkaitan
dengan output sistem informasi. Adapun ukuran efektivitas sistem informasi
akuntansi menurut DeLone dan Mcclean (1992) dalam Puja dan Suardikha (2013)
yaitu :
1) Information Quality, berkaitan dengan output sistem informasi
2) System Quality, yang mengevaluasi sistem pengolahan informasi itu
sendiri
3) Service Quality, untuk mengakses harapan konsumen dan persepsi
mengenai kualitas pelayanan dalam organisasi.
4) System Use, berkaitan dengan penggunaan output dari sistem informasi
oleh penerima
5) User Statifaction, berkaitan dengan respon penerima pada penggunaan
output sistem informasi.
6) Net Benefits, suatu rangkaian kesatuan dari entitas individual sampai
nasional yang dapat memberi dampak (impact) bagi aktivitas sistem
informasi.
2.1.9 Budaya Organisasi
Organisasi sebagai unit sosial, yang terdiri dari sekelompok orang yang
berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, serta terdiri dari orang-orang dengan
latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan motivasi yang berbeda menimbulkan
benturan nilai-nilai individual dalam proses keorganisasian dan dapat menjadi
21
salah satu faktor pengganggu upaya pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu
organisasi perlu menciptakan nilai-nilai bersama yang dikenal dengan budaya
dalam upaya untuk membangun sistem keorganisasian guna menyeragamkan
pemikiran dan tindakan serta mengubah perilaku individual ke perilaku
organisasional. Budaya organisasi adalah nilai-nilai dan keyakinan (belief) yang
dimiliki oleh anggota organisasi, yang dimanifestasikan dalam bentuk norma-
norma perilaku para individu atau kelompok organisasi yang bersangkutan
(pendekatan dimensi praktik) (Hofstede, et.al, 1990).
Menurut Yamin (2014), budaya organisasi merupakan kebiasaan-
kebiasaan yang terjadi dalam hirarki organisasi yang mewakili norma-norma
perilaku dan diikuti oleh para anggota dalam organisasi, maka budaya organisasi
akan memberikan suasana psikologis bagi semua anggota, bagaimana mereka
bekerja, bagaimana berhubungan dengan atasan maupun rekan sekerja dan
bagaimana menyelesaikan masalah merupakan wujud budaya yang khas bagi
setiap organisasi. Soedjono (2005) dalam Maryana (2011) memandang budaya
organisasi dapat menjadi suatu instrumen keunggulan kompetitif utama, yaitu bila
budaya organisasi mendukung strategi organisasi, dan bila budaya organisasi
dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat.
Sistem informasi tidak semata mengintegrasikan komponen hardware, software,
brainware, jaringan komunikasi maupun database serta prosedur (McLeod,
2007:29). Keharmonisan komponen sumber daya manusia merupakan bagian
terpenting dengan komponen lainnya didalam suatu sistem informasi sebagai hasil
dari perencanaan, analisis, perancangan, dan strategi implementasi yang
22
didasarkan kepada komunikasi di antara sumber daya manusia yang terlibat dalam
suatu organisasi (Azhar Susanto, 2008:253 dalam Tripambudi, 2014).
Ahmad and Zawaideh (2014) menyatakan penelitian mengenai sistem
informasi akuntansi tidak hanya berfokus pada pengetahuan komputer dan
akuntansi, tetapi juga mengenai efek yang ditimbulkan dalam suatu organisasi.
Menurut Tripambudi (2014), hubungan antara informasi teknologi, sistem
informasi dan budaya organisasi merupakan hubungan antara budaya informatika
dan budaya informasi. Budaya ini menciptakan kohesi di antara para anggota dari
suatu organisasi untuk para perancang sistem informasi, maka sistem informasi
harus dibuat sedemikian rupa dan diterima sehingga budaya akan menjadi salah
satu bagian dari sistem informasi. Leidner (2006) menyatakan bahwa kesuksesan
dalam implementasi sistem informasi yaitu dengan adanya keyakinan dan nilai
yang merupakan ukuran budaya organisasi. Perhatian pada budaya organisasi
dalam implementasi sistem informasi dapat meningkatkan kepuasan semua
kolaborator internal organisasi, memfasilitasi adaptasi lingkungan, dan integrasi
internal, sehingga dapat mengurangi kecemasan yang diciptakan oleh sistem
(Robey, 1999)
Menurut Yamin (2014), budaya organisasi yang kuat berkaitan dengan
kinerja yang unggul, karena budaya organisasi yang kuat menciptakan suatu
tingkat motivasi dalam diri, memberikan struktur dan kontrol yang mendorong
anggota organisasi mempunyai komitmen terhadap kemajuan organisasi. Budaya
organisasi yang kuat dan sehat mencerminkan kepribadian dan mampu
mengkomunikasikan pada individu mengenai tujuan organisasi dan identitas
23
bersama yang pada akhirnya akan menjadi pedoman bagi pimpinan dan pegawai
(Pratiwi, 2012). Menurut Vijay (1985) dalam Supartha (2008:85) budaya
organisasi kuat adalah budaya organisasi yang ideal dimana kekuatan budaya
memengaruhi intensitas perilaku. Budaya organisasi diketahui kuat apabila :
1) Nilai-nilai budaya organisasi dianut secara bersama oleh seluruh
pemimpin dan anggota organisasi.
2) Nilai-nilai budaya memengaruhi perilaku pemimpin dan anggota
organisasi
3) Membangkitkan semangat berperilaku dan bekerja baik
4) Resisten (kuat) terhadap tantangan eksternal dan internal
5) Mempunyai sistem peraturan formal dan informal
6) Memiliki koordinasi dan kontrol perilaku.
Sedangkan untuk budaya organisasi yang lemah merupakan budaya
organisasi yang kurang didukung secara luas oleh para anggotanya dan sangat
dipaksakan sehingga berpengaruh negatif kepada organisasi karena akan memberi
arah yang salah kepada para pegawai (Killman et al, 1998 dalam Supartha,
2008:91). Jika hal itu terjadi pada suatu organisasi maka tugas-tugas tidak bisa
dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya motivasi atau
semangat kerja, timbulnya kecurigaan, komunikasi kurang lancar, kurangnya
loyalitas atau kesetiaan dan komitmen pada tugas utamanya.
2.1.10 Pengukuran Budaya Organisasi
Schein (1992) menyatakan bahwa peran budaya adalah untuk
mengintegrasikan lingkungan internal dan beradaptasi dengan lingkungan
24
eksternal, dan secara internal budaya organisasi harus selaras dengan strategi,
struktur dan teknologi, sistem dan nilai-nilai individu dari anggota organisasi.
Budaya yang menjadi milik bersama seluruh anggota organisasi sebagai integrasi
dari nilai yang diyakini dapat menghasilkan organisasi yang efektif, dikemukakan
Denison (1990) organisasi yang menampilkan gabungan sifat budaya organisasi
yang terdiri empat dimensi yaitu involvement (keterlibatan), consistency
(konsistensi), adaptability (adaptabilitas), dan mission (misi), menunjukkan
pengaruh lebih tinggi pada tingkat efektivitas organisasi. Secara rinci menurut
model Denison dalam Haaland, et.al (2003) terdapat 4 asumsi yaitu:
1) Involvement adalah dimensi budaya yang menunjukkan tingkat
partisipasi anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.
Profil budaya skor tinggi pada sifat keterlibatan membantu organisasi
untuk mencapai integrasi sumber daya internal dengan menciptakan
rasa kepemilikan dan tanggung jawab, keterlibatan juga menekankan
fleksibilitas dan kreatifitas.
2) Consistency adalah tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap
asumsi dasar dan nilai inti organisasi. Sifat konsistensi juga dianggap
penting untuk mencapai integrasi internal didasarkan pada kemampuan
untuk memfasilitasi koordinasi kegiatan, dan konsistensi juga
menekankan stabilitas.
3) Adaptability adalah kemampuan organisasi dalam merespon perubahan
lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan internal organisasi.
Sifat adaptasi berfokus pada bagaimana organisasi mengatasi
25
kemungkinan perubahan eksternal. Sifat Adaptabilitas organisasi
didorong oleh pelanggan, kemauan mengambil risiko, belajar dari
kesalahan, dan kemampuan membuat perubahan.
4) Mission adalah dimensi yang menunjukkan tujuan inti organisasi,
menjadikan anggota organisasi teguh dan fokus terhadap apa yang
dianggap penting oleh organisasi. Sifat misi menekankan stabilitas dan
arah, dan membantu organisasi untuk mengatur hubungan dengan dunia
luar. Organisasi yang sukses memiliki kejelasan tujuan dan arah
organisasi yang mendefinisikan tujuan dan sasaran strategis dan
mengungkapkan visi tentang bagaimana organisasi akan melihat
organisasi dimasa depan.
2.1.11 Dinas Daerah Kabupaten/Kota
Dinas daerah adalah unsur pelaksana pemerintah daerah. Daerah dapat
berarti Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Dinas Daerah menyelenggarakan fungsi:
perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya, pemberian perizinan
dan pelaksanaan pelayanan umum, serta pembinaan pelaksanaan tugas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
Dinas Daerah Kabupaten/Kota merupakan unsur pelaksana Pemerintah
Kabupaten/Kota dimpimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas
Daerah Kabupaten/Kota mempunyai tugas melaksanakan kewenangan
desentralisasi. Pada Dinas Daerah Kabupaten/Kota dapat dibentuk Unit Pelaksana
Teknis Dinas Daerah (UPTD) Kabupaten/Kota untuk melaksanakan sebagian
26
tugas dinas yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan. Dinas
Daerah Kabupaten/Kota sebanyak-banyaknya terdiri atas 14 dinas, dan khusus
untuk Provinsi DKI Jakarta sebanyak-banyaknya terdiri atas 14 dinas. Setiap
Daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga penamaan atau
nomenklatur Dinas Daerah dapat berbeda di tiap-tiap Kabupaten/Kota.
2.1.12 Kinerja Individu
Kinerja adalah pencapaian hasil kerja, sehubungan dengan hal itu maka
upaya untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja di suatu organisasi
merupakan hal yang sangat penting (Tarigan, 2014). As’ad (1991) dalam Sari
(2009) menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut
aturan yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Kinerja organisasi secara
keseluruhan dapat ditingkatkan melalui kinerja individual yang tinggi (Lindawati,
2012). Kinerja individual mengacu pada standar kerja yang telah ditetapkan oleh
organisasi sebelumnya. Kinerja yang baik dilihat dari individu yang dapat
menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya dengan baik.
Goodhue and Thompson (1995) menyatakan bahwa pencapaian kinerja
individual berkaitan dengan pencapaian serangkaian tugas-tugas individu dengan
dukungan teknologi informasi yang ada. Individu diharapkan dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan bantuan teknologi, sehingga tugas yang
dikerjakan dapat diselesaikan (Alannita, 2014). Pengukuran kinerja individual
melihat dampak teknologi sistem informasi terhadap efektivitas penyelesaian
tugas, membantu meningkatkan kinerja dan menjadikan pemakainya lebih
produktif dan kreatif.
27
Menurut Gomes (2003) dalam Puja dan Suardikha (2013) ada 8 (delapan)
kriteria primer yang dapat dipergunakan untuk mengukur kinerja yaitu :
1) Quantity of work (kuantitas kerja) yaitu jumlah kerja yang dilakukan
dalam suatu periode yang ditentukan
2) Quality of work (kualitas kerja) yaitu kualitas kerja yang dicapai
berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.
3) Job knowledge (pengetahuan pekerjaan) yaitu luasnya pengetahuan
mengenai pekerjaan dan keterampilan
4) Creativeness (kreativitas) yaitu keaslian gagasan-gagasan yang
dimunculkkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan yang muncul
5) Cooperation (kerjasama) yaitu kesediaan untuk bekerjasama dengan
orang lain atau sesama anggota organisasi
6) Dependability (ketergantungan) yaitu kesadaran untuk dapat dipercaya
dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja
7) Initiative (Inisiatif) yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas
baru dan memerbesar tanggungjawabnya
8) Personal qualities (kualitas personal) yaitu menyangkut kepribadian,
kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas pribadi.
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian tentang variabel yang berhubungan dengan efektivitas sistem
informasi akuntansi, budaya organisasi, dan kinerja individu telah dilakukan
28
sebelumnya. Berikut ini disajikan mengenai hasil penelitian sebelumnya pada
tabel 2.1
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya
NO JUDUL
(PENGARANG)
VARIABEL TEKNIK
ANALISIS
HASIL PENELITIAN
1 Pengaruh Efektivitas
Penerapan Sistem
Informasi Akuntansi,
Pemanfaatan dan
Kesesuaian Tugas
pada Kinerja
Karyawan (Puji dan
Dharmadiaksa Astuti
& Dharmadiaksa,
2014)
Independen :
Efektivitas
Penerapan Sistem
Informasi
Akuntansi,
Pemanfaatan dan
Kesesuaian Tugas
Dependen :
Kinerja Karyawan
Analisis
Regresi
linear
berganda.
Hasil penelitian menunjukkan
efektivitas penerapan sistem
informasi akuntansi,
pemanfaatan dan kesesuaian
tugas dengan teknologi
informasi memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan
Koperasi Simpan Pinjam di
Kabupaten Gianyar
2 Pengaruh Teknologi
Sistem Informasi
Akuntansi,
Kepercayaan
Teknologi Sistem
Informasi Akuntansi,
dan Kepuasan
Pengguna Terhadap
Kinerja Individual
(Studi Pada Dinas
Pengelolaan
Keuangan Daerah
dan Aset Daerah
(DPPKAD)
Kabupaten
Grobogan) (Tutut
Wijayanti, 2013)
Independen :
Teknologi Sistem
Informasi
Akuntansi,
Kepercayaan
Teknologi Sistem
Informasi
Akuntansi, dan
Kepuasan
Pengguna
Dependen :
Kinerja Individual
Analisis
regresi linier
berganda
Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara teknologi
sistem informasi akuntansi,
kepercayaan teknologi sistem
informasi akuntansi, dan
kepuasan pengguna terhadap
kinerja individual pada
pegawai DPPKAD Kabupaten
Grobogan
3 Keahlian Pemakai
Komputer dan
Kenyamanan Fisik
Memoderasi
Pengaruh Tingkat
Efektivitas Sistem
Informasi Akuntansi
Terhadap Kinerja
Independen :
tingkat efektivitas
sistem informasi
akuntansi,
Dependen :
Kinerja Karyawan
Moderasi :
keahlian pemakai
Analisis
regresi linier
berganda
dan teknik
regresi
moderasi
Tingkat efektivitas sistem
informasi akuntansi, keahlian
pemakai komputer dan
kenyamanan fisik berpengaruh
positif terhadap kinerja
karyawan. Namun keahlian
pemakai komputer dan
kenyamanan fisik tidak
29
Karyawan (Gede
Aditya Puja dan
Suardikha Pratama &
Made Sadha
Suardikha,2013)
komputer, dan
kenyamanan fisik
mampu meningkatkan
pengaruh tingkat efektivitas
sistem informasi akuntansi
terhadap kinerja karyawan di
PT. Bank Sinar Harapan Bali
Denpasar.
4 Kemudahan
Penggunaan Sistem
sebagai Pemoderasi
Pengaruh efektivitas
Sistem Informasi
Akuntansi pada
Kinerja (Ni Luh
Dewi Tresna
Mercika dan Jati &
Ketut Jati, 2015)
Independen :
efektivitas sistem
informasi akuntansi
Dependen : kinerja
karyawan
Moderasi:
kemudahan
penggunaan sistem
Analisis
regresi linier
berganda
dan teknik
regresi
moderasi
Efektivitas Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) dan
kemudahan penggunaan sistem
memiliki pengaruf positif
signifikan terhadap kinerja
karyawan. Tetapi kemudahan
penggunaan sistem memiliki
nilai yang tidak signifikan
pada hubungan antara
efektivitas SIA dengan
kinerja karyawan, sehingga
kemudahan penggunaan sistem
gagal menjadi variabel
pemoderasi.
5 Pengaruh Budaya
Organsasi, Teknologi
Informasi dan Sistem
Informasi Akuntansi
Manajemen dalam
Meningkatkan
Kinerja Manajerial
(Karsiati, 2014)
Independen :
Budaya Organsasi,
Teknologi
Informasi
Dependen :
Kinerja Manajerial
Intervening :
Sistem Informasi
Akuntansi
Manajemen
Analisis
jalur (path
analysis).
Budaya organisasi, teknologi
informasi dan sistem informasi
akuntansi manajemen memiliki
pengaruh positif yang
signifikan terhadap kinerja
manajerial. Sistem informasi
akuntansi manajemen
berfungsi sebagai variabel
mediasi pengaruh antara
budaya organisasi dan
teknologi informasi terhadap
kinerja manajerial
6 Pengaruh Budaya
Organisasi dan
Struktur Organisasi
pada Sistem
Informasi Akuntansi
dan Dampaknya
terhadap Kualitas
Informasi (Norman
Tripambudi, 2014)
Independen :
Budaya Organisasi
dan Struktur
Organisasi
Dependen :
Kualitas Informasi
Intervening :
sistem informasi
akuntansi
Analisis
jalur (path
analysis).
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan
adanya budaya organisasi dan
struktur organisasi menunjang
penerapan sistem informasi
akuntansi yang di pakai oleh
perusahaan. Sedangkan
kolaborasi budaya organisasi,
struktur organisasi, dan sistem
informasi akuntansi yang baik
dapat menghasilkan informasi
yang berkualitas.
30
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada
beberapa variabel, lokasi penelitian dan adanya variabel budaya organisasi
sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara efektivitas teknologi sistem
informasi akuntansi pada kinerja individu di Dinas Kabupaten Klungkung. Diduga
vaiabel budaya organisasi dapat memoderasi (memerkuat atau memerlemah)
hubungan tersebut.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
2.3.1 Pengaruh Efektivitas Teknologi Sistem Informasi Akuntansi Pada
Kinerja Individu
Teori penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model, TAM)
memberikan pengertian bahwa niat seseorang untuk menggunakan sistem atau
teknologi ditentukan oleh dua faktor, salah satunya yaitu persepsi kemanfaatan
(perceived usefulness) yang didefinisikan sebagai tingkat dimana seseorang
percaya bahwa penggunaan teknologi akan meningkatkan kinerjanya. TAM
meyakini bahwa penggunaan SI akan meningkatkan kinerja individu atau
organisasi (Gupta et al, 2007). Agar terciptanya suatu efektivitas maka suatu
sistem informasi tersebut dapat dilihat dari persepsi perilaku pengguna sistem
terhadap penerimaan penggunaan teknologi sistem informasi itu sendiri.
Efektivitas teknologi sistem informasi akuntansi merupakan suatu ukuran yang
memberikan gambaran sejauh mana target dapat dicapai dari suatu kumpulan
sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data
31
elektronik, kemudian mengubahnya menjadi sebuah informasi yang berguna serta
menyediakan laporan formal yang dibutuhkan dengan baik secara kualitas
maupun waktu. Hariani,dkk.(2013) menyatakan penggunaan sistem informasi
yang kurang efektif akan berdampak negatif pada kinerja dan mutu pelayanan
orgasnisasi sektor publik pada masyarakat.
Adapun penelitian mengenai efektivitas sistem informasi akuntansi yaitu
pada penelitian Puji dan Dharmadiaksa (2014) yang melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Akuntansi, Pemanfaatan
dan Kesesuaian Tugas pada Kinerja Karyawan”. Menunjukkan hasil efektivitas
penerapan sistem informasi akuntansi, pemanfaatan dan kesesuaian tugas dengan
teknologi informasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2013) mengenai
pengaruh teknologi sistem informasi akuntansi, kepercayaan teknologi sistem
Informasi akuntansi, dan kepuasan pengguna terhadap kinerja individual pada
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah dan Aset Daerah Kabupaten Grobogan
dengan hasil positif dan signifikan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kristiani (2012) dengan hasil efektivitas teknologi sistem informasi akuntansi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja individual pegawai PT. Kim Eng
Sekuritas Indonesia.
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis :
H1 : Efektivitas teknologi sistem informasi akuntansi berpengaruh positif pada
kinerja individu di Dinas Kabupaten Klungkung
32
2.3.2 Pengaruh Efektivitas Teknologi Sistem Informasi Akuntansi Pada
Kinerja Individu Dengan Budaya Organisasi Sebagai Pemoderasi
Teori sikap dan perilaku (Theory of Attitudes and Behavior) mengenai
perilaku seseorang yang ditentukan oleh sikap yang terkait dengan apa yang
orang-orang ingin lakukan serta terdiri dari keyakinan mengenai konsekuensi dari
melakukan perilaku, aturan-aturan sosial yang terkait dengan apa yang mereka
pikirkan akan mereka, dan kebiasaan yang terkait dengan apa yang mereka biasa
lakukan. Teori ini merupakan salah satu wujud dari budaya organisasi mengenai
sikap dan perilaku seseorang terhadap suatu teknologi sistem informasi. Menurut
McCoy, et. al. (2007), budaya dipercaya mempunyai dampak besar pada perilaku
dan praktik individu dalam lingkungannya. Teori lainnya yaitu mengenai teori
difusi inovasi yang menjelaskan bagaimana sebuah ide dan teknologi baru
tersebar dalam sebuah kebudayaan. Difusi diartikan sebagai proses dimana sebuah
inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu
dalam sebuah sistem sosial. Suatu teknologi sistem informasi akuntansi
merupakan salah satu inovasi yang membutuhkan suatu proses untuk dapat
diterima atau ditolak oleh suatu organisasi melalui kebudayaan.
Budaya organisasi mempunyai pengaruh yang besar pada perilaku
anggota-anggotanya dalam mewujudkan strategi organisasi (Hariani,dkk.2013).
Soedjono (2005) dalam Maryana (2011) memandang budaya organisasi juga
dapat menjadi suatu instrumen keunggulan kompetitif utama, yaitu bila budaya
organisasi mendukung strategi organisasi, dan bila budaya organisasi dapat
menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan tepat. Nilai
33
budaya dapat memengaruhi ciri-ciri dan kepercayaan yang berhubungan dengan
TI (Srite, et.al., 2008).
Hariani,dkk. (2013) menyatakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap
efektivitas dari sistem informasi adalah budaya organisasi. Tripambudi (2014)
meneliti mengenai Pengaruh Budaya Organisasi dan Struktur Organisasi pada
Sistem Informasi Akuntansi dan Dampaknya terhadap Kualitas Informasi yang
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan adanya budaya organisasi dan
struktur organisasi menunjang penerapan sistem informasi akuntansi yang di
pakai oleh perusahaan. Sedangkan kolaborasi budaya organisasi, struktur
organisasi, dan sistem informasi akuntansi yang baik dapat menghasilkan
informasi yang berkualitas. Sejalan dengan penelitian Maryana (2011) yang
meneliti Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Sistem Informasi Akuntansi dan
Implikasinya pada Pengendalian Internal pada 10 KPP Bandung Kanwil Jawa
Barat I hasilnya menunjukkan Budaya organisasi berpengaruh terhadap sistem
informasi akuntansi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kantor Wilayah
Jawa Barat I dengan arah positif. Budaya akan sangat memengaruhi kinerja
individu dalam suatu organisai seperti penelitian-penelitian sebelumnya yang
melibatkan variabel budaya organisasi yaitu pada penelitian Tripambudi (2014),
Asfar (2009) dan Pratama (2012) yang menunjukkan hasil yang sama bahwa
budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja.
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis :
H2 : Budaya Organisasi dapat memoderasi pengaruh efektivitas teknologi sistem
informasi akuntansi pada kinerja individu di Dinas Kabupaten Klungkung