bab ii kajian pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/bab ii.pdfpsikotik martani...

25
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Temuan-temuan melalui hasil dari berbagai penelitian sebelumnya adalah hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung peneliti. Dalam penelitian ini penulis memaparkan penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat mengembangkan teori-teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian. Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji tentang Implementasi Pelayanan Sosial Penyandang Psikotik adalah sebagai berikut : Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Gesti Yulian (2017) yang berjudul “ Penanganan Dan Pelayanan Eks Psikotik Di Rumah Pelayanan Sosial Eks Psikotik Martani Cilacap”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah proses yang dilakukan oleh Rumah Pelayanan Eks Psikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menggambarkan proses penanganan dan pelayanan eks psikotik dan menemukan model penanganan dan pelayanan Eks Psikotik di Rumah Pelayanan Eks Psikotik Martani Cilacap. Dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa proses dalam menangani dan melayani eks psikotik di Rumah Pelayanan Sosial Eks Psikotik Martani Cilacap dilakukan dengan tujuh tahap yaitu tahap pendekatan awal, tahap penerimaan,

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Temuan-temuan melalui hasil dari berbagai penelitian sebelumnya adalah

hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung peneliti.

Dalam penelitian ini penulis memaparkan penelitian terdahulu yang dianggap

relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelitian terdahulu ini

menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis

dapat mengembangkan teori-teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian.

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

dikaji tentang Implementasi Pelayanan Sosial Penyandang Psikotik adalah

sebagai berikut :

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Gesti Yulian (2017) yang

berjudul “ Penanganan Dan Pelayanan Eks Psikotik Di Rumah Pelayanan

Sosial Eks Psikotik Martani Cilacap”. Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah proses yang dilakukan oleh Rumah Pelayanan Eks

Psikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan

dilakukan penelitian ini adalah untuk menggambarkan proses penanganan dan

pelayanan eks psikotik dan menemukan model penanganan dan pelayanan Eks

Psikotik di Rumah Pelayanan Eks Psikotik Martani Cilacap. Dari hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa proses dalam menangani dan melayani

eks psikotik di Rumah Pelayanan Sosial Eks Psikotik Martani Cilacap

dilakukan dengan tujuh tahap yaitu tahap pendekatan awal, tahap penerimaan,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

12

assesmen, tahap perencanaan intervensi, tahap pelaksanaan intervensi,

resosialisasi dan terminasi.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Karnadi & Sadiman Al Kundarto

(2014) yang berjudul “ Rehabilitasi Sosial Gelandangan Psikotik Berbasis

Masyarakat (Studi Kasus Di Ponpes/Panti Rehsos Nurusslam Sayung

Demak)”. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil rehabilitasi terhadap

gelandangan psikotik yang diberikan di Ponpes/Panti REHSOS “Nurusslam”

Sayung Demak lebih komprehensif dibanding 2 (dua) panti lain yang menjadi

pembanding karena rehabilitasi yang diberikan disini meliputi bimbingan

sosial, medis, herbal, fisik, rekreatif dan pemberdayaan di bidang ekonomis

produktif dengan terapi religius model pondok pesantren lebih manusiawi,

karena memandang manusia secara utuh meliputi : fisik, mental maupun

sosial, berdampak positif pada upaya secara langsung menghilangkan stigma

masyarakat, sehingga tingkat kambuh kembali relatif kecil. Selain itu tingkat

penyembuhan klien di Panti Nurusslam lebih optimal, terlebih-lebih setelah

difasilitasi Hydrotherapy by shower lebih efektif dan efisien.

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Nurfitriyana, Sjamsiar Sjamsuddin,

dan Lely Indah Mindarti yang berjudul “ Pelayanan Publik Dalam Upaya

Meningkatkan Kesejahteraan Sosial (Studi tentang Tahapan Pelayanan

Rehabilitasi Gangguan Psikotik Terlantar pada Dinas Sosial dan Panti Sosial

Bina Laras Harapan Sentosa 3, DKI Jakarta)”. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis tahap-tahap pelayanan rehabilitasi untuk gangguan psikotik yang

ditinggalkan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan faktor pendukung

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

13

dan hambatan yang dihadapi oleh Dinas Sosial dan Panti Sosial Bina Laras

Harapan Sentosa 3, DKI Jakarta. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan

yaitu fase layanan telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang

diterapkan oleh Pemerintah Jakarta dengan faktor pendukung dan

penghambat. Saran yang diberikan adalah kebutuhan untuk meningkatkan

layanan publik dalam tahap implementasi secara tepat dan terarah.

B. Konsep Implementasi

Implementasi dianggap sebagai wujud utama dan tahap yang sangat

menentukan dalam proses kebijakan. Implementasi kebijakan merupakan

aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu

kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilakan output

bagi masyarakat. Implementasi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan

oleh berbagai actor pelaksana kebijakan dengan sarana-sarana pendukung

berdasarkan aturan-aturan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

C. Konsep Pelayanan Sosial

1. Definisi Pelayanan

Konsep pelayanan berasal dari usaha untuk memberikan sesuatu yang

terbaik bagi individu, kelompok dan masyarakat. Ini sama halnya dengan

pelayanan sosial pada umumnya dilakukan oleh seorang pekerja sosial. Untuk

meningkatkan kesejahteraan kelompok atau individu yang mengalami masalah

baik dalam diri, kelompok, dan lingkungan sosialnya. Pada umumnya

masyarakat awam belum begitu memahami tentang apa yang dimaksud

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

14

dengan pelayanan sosial. Kondisi ini disebabkan karena mereka hanya

mengetahui pelayanan sosial yang bersifat menolong „sesaat‟ atau dengan kata

lain hanya mengenal pelayanan dalam bentuk bantuan langsung.

Beberapa pengertian pelayanan (service) menurut para ahli :

a. Menurut Donald W Cowell (Luthfi dkk, 2015:105-106) menyatakan

bahwa “pelayanan pada dasarnya adalah merupakan kegiatan atau manfaat

yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada hakekatnya

tidak berwujud serta menghasilkan kepemilikan sesuatu, proses

produksinya mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.

b. Menurut Lovelock, Christoper H (Luthfi dkk, 2015:106) menyatakan

bahwa “pelayanan adalah produk yang tidak berwujud, berlangsung

sebentar dan dirasakan atau dialami. Artinya service merupakan produk

yang tidak ada wujud atau bentuknya sehingga tidak ada bentuk yang

dapat dimiliki, dan berlangsung sesaat atau tidak tahan lama, tetapi dialami

dan dapat dirasakan oleh penerima layanan”.

2. Definisi Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara professional

untuk membantu memecahkan permasalahan sosial yang dialami oleh

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan menggunakan

pendekatan praktik pekerjaan social (Departemen Sosial).

Secara garis besar Pelayanan sosial terbagi menjadi dua bagian yaitu,

pengertian dalam arti luas dan pengertian dalam arti sempit yaitu : Menurut

Muhidin bahwa Pelayanan sosial dalam arti luas yaitu pelayanan sosial yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

15

mencakup fungsi pengembangan termaksud dalam bidang kesehatan,

pendidikan, perumahan, tenaga kerja, dan sebagainya. Definisinya ini

biasanya berkembang di Negara-negara maju. Pelayanan sosial dalam arti

sempit disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial yang mencakup program

pertolongan dan perlindungan kepada golongan-golongan yang tidak

beruntung, seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, orang

cacat, tuna susila, dan sebagainya. Definisi ini sering digunakan oleh Negara-

negara yang sedang berkembang (Luthfi dkk, 2015:107).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, pelayanan sosial merupakan

program yang diadakan dengan tujuan adanya kemampuan individu,

kelompok, masyarakat dalam melaksanakan perannya dimasyarakat dan dapat

memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri. Pelayanan sosial hakekatnya

dibuat untuk memberikan bantuan kepada individu dalam menghadapi

permasalahan. Pelayanan sosial yang diberikan harus berkelanjutan dan dapat

dijalankan terus-menerus. Adanya perbedaan yang diungkapkan melalui

beberapa definisi diatas, perbedaan tersebut mengacu pada pelayanan sosial

yang wajib diberikan pemerintah kepada masyarakat dan pelayanan sosial

yang diberikan oleh masyarakat yang mampu kepada masyarakat yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan.

3. Jenis Pelayanan Sosial

Menurut Hariwoerjanto (Luthfi dkk, 2015:107-109) jenis pelayanan sosial

yang dibutuhkan oleh setiap manusia adalah :

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

16

a. Bantuan sosial umum (public assistance)

Orang yang membutuhkan langsung, termaksud asistensi sosial

menanggulangi kemiskinan, bantuan untuk lansia, orang-orang yang cacat

dan anak-anak yatim piatu.

b. Asuransi Sosial (sosial insurance)

Bantuan bagi para buruh serta keluarganya untuk menanggulangi

hilangnya mata pencaharian mereka karena disebabkan umur yang lanjut,

penggangguran, kecelakaan di dalam industry, dan penyakit selama

bekerja, dll.

c. Pelayanan kesejahteraan keluarga (family services)

Penyuluhan tentang hubungan-hubungan pribadi dan keluarga,

tentang soal-soal perkawinan, kesehatan, dan masalah keluarga lainnya.

d. Pelayanan kesejahteraan anak (child welfare service)

Menempatkan anak yatim di rumah orang tua angkat, di panti

asuhan, supervise asuhan keluarga dan adopsi anak, perilaku yang a-sosial,

pemeliharaan bayi, pelayanan sosial didalam sekolah, perlindungan anak

yang bekerja, dll.

e. Pelayanan kesehatan dan pengobatan (health and medical services)

Mendirikan pelayanan kesehatan bagi para ibu dan anak,

mendirikan pusat kesehatan bagi anak-anak, kunjungan juru rawat,

mengusahakan rehabilitasi bagi anak-anak cacat, dll.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

17

f. Pelayanan kesejahteraan kesehatan jiwa (mental hygiene service)

Pelayanan di rumah sakit dan sanabrium untuk orang-orang yang

sakit jiwa dan yang jiwanya lemah baik orang dewasa maupun anak-anak.

g. Pelayanan kesejahteraan dalam bidang kejahatan (corektinol services)

Pelayanan bagi pemuda yang mendapat pelayanan percobaan dan

pengadilan kriminal, pelayanan-pelayanan diagnosis dan pengobatan,

bimbingan sosial perorangan (case work) dan bimbingan sosial kelompok

(social group work) di dalam rumah-rumah tahanan, lembaga

permasyarakatan.

h. Pelayanan kesejahteraan para pemuda di dalam mengisi waktu luangnya

(youth leure-time services)

Mendirikan pusat kegiatan bagi para pemuda, rumah

penampungan, menyediakan fasilitas rekreasi, memberikan bantuan

kepada kelompok muda seperti klub-klub anak-anak, kepramukaan

(kependuan), organisasi, dll.

i. Pelayanan kesejahteraan bagi veteran (veteran‟s services)

Pelayanan yang diberikan demi kesejahteraan veteran, diantaranya

bimbingan sosial perorangan dan bimbingan sosial.

j. Pelayanan kesejahteraan dibidang penempatan tenaga kerja (employment

services)

Mencarikan lapangan bagi karyawan, memberikan perlindungan

bagi kepentingan buruh, memberikan pendidikan keselamatan kerja,

memberikan bantuan terhadap usaha rehabilitasi jabatan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

18

k. Pelayanan kesejahteraan sosial di bidang perumahan (hausing services)

Membantu perumahan, usaha-usaha untuk membersihkan daerah

kumuh dan pembangunan kota kembali dan pelayanan lainnya.

l. Pelayanan kesejahteraan sosial masyarakat (community welfare service)

Usaha-usaha untuk perencanaan, pengorganisasian, dan dana-dana

sosial kesehatan melalui media-media seperti misalnya badan

kesejahteraan masyarakat dan badan lainnya.

m. Pelayanan-pelayanan sosial internasional

Program bantuan PBB, Dana anak-anak PBB, Konferensi

internasional mengenai pekerja sosial, Komite palang merah internasional,

Federasi Kesehatan Mental sedunia, Lembaga Sosial Internasional, dan

persatuan pemuda sedunia, atau di lembaga-lembaga sosial yang

beroperasi di Negara-negara asing.

4. Fungsi Pelayanan Sosial

Menurut Titmuss (Gabriela dkk, 2016:54) menyatakan bahwa fungsi

pelayanan sosial dari segi pandang masyarakat adalah sebagai berikut :

a. Pelayanan atas bantuan dalam bentuk uang atau barang yang dimaksudkan

untuk menambah kesejahteraan perorangan, keluarga, atau kelompok, baik

untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

b. Pelayanan atau bantuan dalam bentuk uang atau barang yang dimaksudkan

untuk melindungi masyarakat.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

19

c. Pelayanan atau bantuan dalam bentuk uang atau barang yang dimaksudkan

sebagai suatu investasi didalam orang yang penting artinya guna

perwujudan tujuan-tujuan sosial.

d. Pelayanan atau bantuan dalam bentuk uang atau barang yang dimaksudkan

sebagai kompensasi terjadinya gangguan sosial yang diakibatkan oleh

kesalahan pelayanan sedangkan tanggung jawab bagi terjadinya kesalahan

itu tidak dapat ditentukan.

Pelayanan sosial mempunyai fungsi menciptakan program atau

yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya. Pelayanan

juga menghubungkan sasaran kepada sumber yang mereka butuhkan.

Pelayanan sosial juga berfungsi untuk meningkatkan kondisi kehidupan

masyarakat dengan cara memberi bantuan dengan hasil yang diharapkan oleh

masyarakat, penyediaan fasilitas institusional dengan pemberian bantuan yang

berbeda-beda. Definisi diatas saling mendukung satu sama lain. Pelayanan

dalam bentuk uang maupun barang, diberikan kepada masyarakat untuk

mewujudkan perubahan kondisi kehidupan masyarakat, melindungi

masyarakat, perbaikan dari adanya gangguan sosial, mensejahterakan

masyarakat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam

menjalani pelayanan sosial dibutuhkan pastisipasi dari sasaran atau

masyarakat. Partisipasi bisa merupakan alat ataupun tujuan. Tujuan dari

partisipasi sendiri adalah memberikan kepercayaan pada diri masyarakat

sendiri dalam mengatasi hambatan sosial. Bentuk dari partisipasi dalam

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

20

pelayanan sosial yaitu tanggung jawab masyarakat penerima program untuk

menjalankan program tersebut. (Gabriela dkk, 2016:56).

D. Pelayanan Sosial Penyandang Psikotik (Gangguan Jiwa)

Salah satu permasalahan yang menggangu masyarakat adalah gangguan

jiwa. Semakin bertambahnya orang dengan gangguan jiwa tiap tahun, hal ini

menjadi perhatian baik bagi pemerintah maupun masyarakat sekitar sehingga

permasalahan gangguan jiwa perlu diperhatikan. Pada dasarnya penderita

gangguan jiwa sudah banyak ditangani baik di rumah sakit maupun di tempat

rehabilitasi. Akan tetapi faktor tersebut kurang menunjang untuk kesembuhan

penderita gangguan jiwa. Maka dari itu, keluarga dan masyarakat/lingkungan

sekitar sangat penting terhadap kesembuhan orang dengan gangguan jiwa.

Penderita gangguan jiwa berhak mendapatkan perilaku dan pelayanan yang

baik dari berbagai pihak tanpa memandang penderita ini sebelah mata.

Gangguan psikotik merupakan gangguan mental yang serius dan dapat

membawa dampak yang sangat besar baik bagi penderita maupun terhadap

keluarga dan lingkungan sekitar. Maka dari itu penderita gangguan jiwa

berhak mendapatkan pelayanan untuk menunjang perkembangan dan

kesembuhan bagi penderita. Pelayanan sosial terhadap psikotik adalah suatu

pelayanan yang diberikan terhadap gangguan jiwa agar penderita gangguan

jiwa memiliki perkembangan untuk sembuh. Pelayanan tersebut melibatkan

profesi sehingga menghasilkan pelayanan yang komprehensif (Menyeluruh).

Secara garis besar pelayanan yang dibutuhkan bagi klien psikotik adalalah

sebagai berikut (Budi Muhammad Taftazani, 2015 : 133-134) :

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

21

1. Pelayanan pengobatan Antipsikotik (Farmakologi)

Pada gangguan mental serius seperti psikotik, diperlukan medikasi

oleh dokter atau psikiater untuk diberikan pengobatan, dan dilakukan

monitoring efek dari pengobatan. Pemberian pelayanan dukungan

medikasi seperti mengkonsumsi obat-obatan.

2. Pelayanan Konseling/Psikoterapi

a. Terapi psikososial penyandang gangguan jiwa

b. Psikoedukasi untuk keluarga

3. Pelayanan keluarga klien akibat dari keadaan gangguan

a. Membantu keluarga melalui masa-masa duka cita akibat ada anggota

keluarga yang mengalami gangguan psikotik.

b. Memberi informasi terkait gangguan yang dialami keluarga yang sakit.

Membicarakan kemungkinan kekhawatiran terkait keputusan finansial

untuk pembiayaan pengobatan atau perawatan klien.

c. Mendorong anggota keluarga untuk terlibat dengan kelompok

pendukung bantu diri.

d. Menghubungkan keluarga klien yang tidak mampu secara finansial

system sumber pembiayaan kesehatan dan memberi informasi yang

relevan terkait hal tersebut.

4. Pelayanan sistem Jaminan Kesehatan

Berbagai pelayanan tersebut terorganisir dalam pengelolaan

lembaga pelayanan baik itu rumah sakit jiwa atau lembaga pelayanan

rehabilitasi mental, rumah singgah dan di rumah. Proses perawatan akan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

22

sangat tergantung pada hasil assesmen ataupun evaluasi treatment baik itu

medis maupun psikososial sehingga penyandang gangguan akan

ditempatkan sesuai kebutuhan perawatannya, perawatannya termasuk

rawat inap, rawat jalan, atau rumah singgah.

E. Konsep Psikotik (Gangguan Jiwa)

Gangguan jiwa adalah adanya penyimpangan dari norma-norma perilaku,

yang mencakup pikiran, perasaan dan tindakan. Gangguan jiwa disebut

sebagai sindrom atau pola perilaku atau psikologis yang terjadi pada individu

dan sindrom yang dihubungkan dengan adanya distress, disability, atau

peningkatan resiko secara bermakna untuk mati, sakit, ketidakmampuan, atau

kehilangan kebebasan dalam berprilaku. Terdapat bermacam-macam yang

didapatkan oleh penderita gangguan jiwa seperti dikucilkan, mendapatkan

perlakuan diskriminasi, diisolasi bahkan hingga pasung. Padahal perlakuan-

perlakuan tersebut tidak akan membantu penderita sama sekali bahkan dapat

menjadi lebih parah. Gangguan jiwa mencakup banyak penurunan fungsi

seperti fungsi piker dan ingatan, fungsi sosial, perubahan orientasi realita,

fungsi persepsi, fungsi psikomotor, intelegensi dan juga kepribadian.

1. Gangguan jiwa Psikotik

Gangguan jiwa psikotik bisa karena organik dan non organik. Pada

gangguan jiwa psikotik organik dimana penyebabnya karena ada gangguan

pada organ dan sistem tubuh yang dapat mengakibatkan delirium serta

demensia. Sedangkan gangguan jiwa psikotik non organik ini berupa

skizofrenia, gangguan mood, gangguan waham, dan lain lain. Psikotik

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

23

adalah gangguan jiwa yang disebabkan oleh sekelompok penyakit yang

diketahui atau diduga mempengaruhi kinerja otak, sehingga pasien akan

mengalami perubahan dalam pola pikir, emosi dan kebiasaan. Orang yang

mengalami gangguan jiwa ini akan kehilangan hubungan dengan dunia

nyata. Kemampuan berpikir, merasa, dan mencerap serta mengolah

informasi dari luar akan terganggu. Mereka mungkin akan mengalami rasa

takut yang tidak wajar. Gangguan jiwa jenis ini mencakup skizofrenia dan

berbagai macam depresi. Selama mengalami gangguan ini, penderita akan

melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu yang tidak dialami oleh orang

lain. Pasien akan mengalami delusi, halusinasi dan gangguan proses pikir

yang lain (Rohmah S, 2010:5)

Gangguan mental psikotik adalah termasuk dalam kategori

gangguan mental yang berat. Gangguan mental ini dianggap sebagai

gangguan yang paling merusak, tidak hanya bagi orang yang terkena tetapi

juga pada keluarganya. Selain itu, keluarga yang memiliki anggota

keluarga penderita psikotik menghadapi masalah stigma sosial yang

berkaitan dengan penderita psikotik, seperti diskriminasi dan penyisihan

sosial. Masalah ini bukan hanya ada dalam masyarakat tetapi juga dalam

sistem keluarga.

2. Faktor penyebab gangguan psikotik

Pekerjaan sosial melihat penyebab gangguan psikotik tidak

semata-mata disebabkan oleh faktor kekurangan internal dari individu

melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling mempengaruhi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

24

yaitu faktor biologi, psikologi, dan sosial. Kehidupan yang penuh

tekanan yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti krisis ekonomi,

pengangguran, hidup di lingkungan masyarakat yang tidak aman,

kegagalan memenuhi peran-peran sosial, pola asuh yang tidak memadai,

pengalaman traumatik, rendahnya daya tahan terhadap stress,

penggunaan obat-obatan terlarang, atau penataan lingkungan yang

tidak tepat dapat menyebabkan kualtias hidup yang buruk. Jika

seseorang dengan resiliensi rendah atau kelompok rentan mengalami

beberapa faktor tersebut maka gangguan mental seperti piskotik bisa

terjadi.

Menurut Julianan (2013:68-71) ada beberapa penyebab gangguan

psikotik antara lain :

a. Faktor Organo-biologik terdiri dari genetik (heredity), bentuk tubuh

(konstitusi), terganggunya otak secara organik, pengaruh cacat congenital,

pengaruh neurotrasmiter.

b. Faktor psikologik terdiri dari hubungan intrapersonal dan hubungan

Interpersonal. Faktor sosio agama terdiri dari pengaruh rasial, golongan

minoritas, masalah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, masalah

ekonomi, masalah pekerjaan, bencana alam, perang dan faktor agama atau

religious baik masalah intra agama maupun inter agama.

3. Tanda dan Gejala Gangguan Psikotik

Menurut Rohmah S. (2010:7) beberapa tanda dan gejala gangguan

jiwa antara lain sebagai berikut :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

25

a. Gangguan Kognisi

Gangguan Kognisi adalah gangguan yang terjadi terhadap suatu

proses mental yang dengannya seseorang individu menyadari dan

mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam

maupun lingkungan luarnya (fungsi mengenal).

b. Gangguan perhatian

Gangguan Perhatian adalah gangguan pemusatan dan konsentrasi

energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat

suatu rangsang. Agar supaya suatu perhatian dapat memperoleh hasil.

c. Gangguan ingatan

Gangguan Ingatan adalah gangguan kesanggupan untuk mencatat,

menyimpan, memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran.

d. Gangguan Asosiasi

Gangguan Asosiasi adalah gangguan terhadap proses mental yang

dengannya suatu perasaan, menimbulkan kesan atau gambaran ingatan

respon atau konsep lain, yang memang sebelumnya berkaitan dengannya.

e. Gangguan pikiran

Gangguan Berpikir merupakan gangguan proses dalam

mempersatukan atau menghubungkan ide-ide dengan membayangkan,

membentuk pengertian untuk menarik kesimpulan, serta proses-proses

yang lain untuk membentuk ide-ide baru.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

26

f. Gangguan kesadaran

Gangguan Kesadaran adalah gangguan yang terjadi pada

kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan

serta dirinya melalui panca indera dan mengadakan pembatasan terhadap

lingkungan serta dirinya sendiri.

g. Gangguan kemauan

Gangguan Kemauan adalah gangguan proses di mana keinginan-

keinginan dipertimbangkan untuk kemudian diputuskan untuk

dilaksanakan sampai mencapai tujuan. Kemauan dapat dirusak oleh

gangguan emosional, gangguan-gangguan kognitif, kerusakan otak

organik.

h. Gangguan afek emosi

Gangguan Emosi adalah gangguan pada suatu pengalaman yang

sadar dan memberikan pengaruh pada aktifitas tubuh dan menghasilkan

sensasi organis dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada

perasaan seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu

pikiran, biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologis.

i. Gangguan psikomotor

Gangguan Psikomotor adalah gangguan terhadap gerakan badan

yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa, sehingga merupakan afek bersama

yang mengenai badan dan jiwa, juga meliputi kondisi, perilaku motoric

atau aspek motoric dari suatu perilaku.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

27

4. Ciri-ciri Gangguan Psikotik

Menurut julianan (2013:77) menjelaskan beberapa ciri-ciri

gangguan psikotik antara lain :

a. Memiliki labilitas emosional.

b. Menarik diri dari interaksi sosial.

c. Tidak mampu bekerja sesuai fungsinya.

d. Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri.

e. Mengalami penurunan daya ingat dan kognitif parah.

f. Berpikir aneh, dangkal, berbicara tidak sesuai keadaan.

g. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu.

h. Sulit tidur dalam beberapa hari atau bisa tidur yang terlihat oleh

keluarganya, tetapi pasien masih merasa tidur.

i. Memiliki keengganan melakukan segala hal, mereka berusaha untuk tidak

melakukan apa-apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan apa-apa.

j. Memiliki perilaku yang aneh misalnya tiba-tiba menangis, mengurung diri

dikamar, berbicara sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan,

berjalan mondar-mandir tanpa arah dan tujuan yang tidak jelas.

5. Faktor-faktor (Dimensi-Dimensi) Yang Berperan Dalam Terjadinya Gangguan

Jiwa (Moeljono Notosoedirdjo & Latipun, 2007)

a. Dimensi biologis

Terjadinya kerusakan pada otak berpengaruh terhadap status kesehatan

jiwa seseorang. Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh adanya infeksi, pengaruh

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

28

genetik, gangguan metabolism, keracunan dan sebagainya. Selain karena

adanya kerusakan otak, abnormalitas sistem endokrin maka gangguan mental

bisa juga terjadi karena adanya faktor genetik, adanya gangguan sensori dan

faktor ibu selama masa kehamilan.

b. Dimensi Psikologis

Beberapa aspek psikologis yang dapat memberi konstribusi dalam

terjadinya gangguan jiwa antara lain :

a. Pengalaman awal : merupakan segenap pengalaman-pengalaman yang

terjadi pada individu terutama yang terjadi di masa lalunya. Pengalaman

awal ini dipandang sebagai bagian penting dan bahkan sangat menentukan

bagi kondisi mental individu di masa yang akan datang.

b. Proses pembelajaran : dimensi psikologis dari aspek perilaku manusia

sebagian besar adalah hasil belajar, yaitu hasil pelatihan atau pengalaman.

Belajar terhadap lingkungannya berlangsung sejak masa bayi, karena itu

faktor lingkungan anak sangat menentukan mentalitas individu, interaksi

individu dengan lingkungan sangat penting bagi pembentukan perilaku

tertentu.

c. Dimensi psikologis yang lain : berkaitan dengan faktor kebutuhan,

berbagai studi yang dilakukan oleh Maslow ditemukan bahwa orang-orang

yang mengalami gangguan mental khususnya yang menderita neurosis

disebabkan oleh ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya. Dan beberapa kondisi psikologis lain diantaranya adalah

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

29

temperamen, ketahanan terhadap stressor, kemampuan kognitif adalah

faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap gangguan mental.

c. Dimensi Sosial Budaya Dan Lingkungan

a. Aspek stratifikasi sosial

b. Aspek interaksi sosial

c. Aspek keluarga

d. Aspek perubahan sosial

e. Aspek sosial budaya

6. Penanganan dan Penatalaksanaan Penyandang Psikotik

Menurut Rohmah S. (2010:12) Manusia adalah makhluk holistik yang

terdiri dari biologi, psikologis, sosial dan spiritual. Karena makhluk holistik

ini, maka dalam penanganan dan penatalaksanaan pada klien gangguan jiwa

antara lain :

a. Somatoterapi/Farmakoterapi

Adalah terapi dengan obat, obat yang mempunyai efek tarapeutik

langsung pada proses mental penderita karena kerjanya pada otak, obat

yang bekerjanya secara efektif pada susunan syaraf pusat dan mempunyai

efek utama terhadap aktifitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi

gangguan psikitiarik.

b. Psikoterapi

Adalah pengobatan masalah emosional dan kepribadian serta

gangguan psikologik. Dari semua faktor terapeutik, yang terpenting adalah

faktor hubungan therapist dan klien. Psikoterapi ialah suatu cara

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

30

pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien, yang dilakukan

oleh seorang yang terlatih, dalam hubungan professional secara sukarela

dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah atau menghambat

gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan

mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.

c. Sosioterapi

Manusia tidak bias dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek

lingkungan harus mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk

menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat

dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada

kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik

pada kondisi fisik maupun psikologis seseorang.

d. Spiritual terapi

Pendekatan terapi memang perlu di masyarakatkan, di mana harus

ada rohaniawan yang datang ke rumah sakit atau rehabilitasi penyandang

gangguan jiwa secara berkala dan mendo‟akan untuk proses penyembuhan

bagi klien.

F. Problem Sosial Penyandang Psikotik

Para penyandang gangguan psikotik mengalami banyak keadaan yang

tentu bermasalah. Alam fikiran mereka penuh dengan delusi dan halusinasi.

Selain itu penyandang gangguan juga mengalami kekacauan fikiran, keadaan

efek yang dangkal, dan menarik diri dari lingkungannya. Pada perilaku

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

31

menarik diri, ditunjukan misalnya dengan penarikan diri dari interaksi sosial

dan dari keterlibatan dengan berbagai aktivitas kehidupan biasa.

Kondisi lain yang memungkinkan penyandang gangguan jiwa berada

dalam situasi tidak beruntung adalah ditolak dari keluarga, disembunyikan

oleh keluarga dari pergaulan masyarakat, bahkan mengalami beberapa

perlakuan tidak manusiawi seperti di pasung oleh keluarganya sendiri. Ada

pula kondisi para penyandang gangguan psikotik ini hidup menggelandang

karena kemungkinan “dibuang” atau ditolak kehadirannya oleh keluarga atau

masyarakatnya. Hal ini dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka.

Keluarga mereka terkena dampak dari keadaan ini. Keadaan yang dialami para

penyandang gangguan psikotik menggambarkan terbatasnya keberfungsian

sosial mereka.

Proses pemulihan ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa) dipengaruhi oleh

nilai yang berlaku di masyarakat. Berkembangnya stigma dan diskriminasi

terhadap gangguan jiwa membuat mereka yang sudah dinyatakan sembuh dan

keluar dari rumah sakit jiwa tidak sanggup menanggung beban sosial,

sehingga berisiko terjadi kekambuhan bahkan dalam waktu yang pendek.

Penerimaan sosial yang minim, persyaratan pekerjaan harus bebas dari

gangguan jiwa mengakibatkan perasaan teralienasi, tertolak dan

mempersempit ruang toleransi para ODGJ untuk dapat bertahan dalam kondisi

sehatnya. Bukan hanya ODGJ yang menderita, tetapi keluarganya juga

mendapatkan beban yang makin berat.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

32

Permasalahan sosial yang sering terjadi terhadap penyandang psikotik baik

dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar yaitu :

1. Stigma

Orang dengan gangguan jiwa sering mendapatkan perilaku yang tidak

menyenangkan bahkan diperlakukan tidak sama dengan orang lain

(normal). Hal tersebut merupakan bentuk diskriminasi yang membuat

orang yang dikenai stigma kehilangan beberapa kesempatan hidup bahkan

mereka tidak memiliki leluasa untuk berkembang di dalam lingkungannya.

Stigma diartikan sebagai sikap penyimpangan maupun pengucilan

terhadap seseorang.

Efek dari stigma dan penarikan diri secara sosial memiliki dampak

yang lebih besar kepada individu atau seseorang yang mengalami

gangguan jiwa. Keluarga akan terkena dampak dari stigma dan

kemungkinan dipersalahkan karena menyebabkan atau berkontribusi

terhadap gangguan jiwa yang diderita oleh salah satu anggota keluarganya.

Perlakuan tersebut dapat berefek secara negatif terhadap kesembuhan

penderita gangguan jiwa. Ada beberapa keluarga dari penderita gangguan

jiwa melakukan pemasungan, pemasungan yang terjadi justru

memperparah keadaan penderita gangguan jiwa itu sendiri. Penderita

gangguan jiwa sering mengalami halusinasi dan delusi, proses

penyembuhannya membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan

keberfungsian sosialnya. Beberapa faktor yang membuat keadaan

penderita gangguan jiwa semakin parah yaiu faktor kemiskinan yang

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

33

sedang dihadapi oleh keluarga itu sendiri, kurangnya pengetahuan tentang

aspek pelayanan kesehatan jiwa, dan kurangnya sistem pendukung baik

dari pelayanan kesehatan, keluarga maupun lingkungan sekitar.

Stigma terhadap penderita gangguan jiwa berat menyangkut aspek

pengabaian, prasangka serta diskriminasi. Pengabaian merupakan masalah

pengetahuan dari masyarakat terkait informasi gangguan jiwa. Prasangka

merupakan suatu masalah sikap baik itu dari penderita yang mengarah

pada stigma diri maupun dari lingkungan sekitar yang menimbulkan

stigma terhadap penderita gangguan jiwa. Sedangkan diskriminasi

merupakan masalah dari perilaku, baik dari penyedia layanan penanganan

kesehatan jiwa maupun dari keluarga serta masyarakat terhadap orag

dengan gangguan jiwa.

2. Diskriminasi

Penderita gangguan jiwa sering mendapatkan stigma dan diskriminasi

yang lebih besar dari masyarakat sekitar bahkan keluarganya sendiri.

Diksriminasi adalah suatu masalah sikap atau perilaku yang tidak adil dan

tidak seimbang yang sering terjadi tehadap orang dengan gangguan jiwa

itu sendiri. Stigma dan diskriminasi melekat pada penderita sendiri

maupun keluarganya. Diskriminasi terhadap penderita gangguan jiwa

sangat kuat dikarenakan orang menganggap gangguan jiwa sebagai orang

yang berbahaya, menakutkan, dan tidak bisa diatasi perilakunya, serta

banyak yang menganggap bahwa penyakit ini tidak akan pernah sembuh.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

34

Beberapa contoh sikap diskriminasi tidak hanya menimbulkan

konsekuensi negatif terhadap penderitanya itu sendiri tetapi juga bagi

keluarga meliputi sikap-sikap penolakan, penyangkalan, dan disisihkan.

Masyarakat beranggapan bahwa penderita gangguan jiwa disebut sebagai

orang gila yang akan membahayakan banyak orang. Perlakuan tersebut

disebabkan karena kurangnya informasi mengenai gangguan jiwa.

G. UU Pelayanan Publik

Dalam memberikan pelayanan publik, instansi penyedia layanan publik

harus memperhatikan asas-asas pelayanan publik, yaitu transparansi

(keterbukaan dan pertanggung-jawaban), akuntabilitas, kondisional,

partisipatif, tidak diskriminasi atau kesamaan hak, keseimbangan hak dan

kewajiban. Pelayanan publik merupakan pemberian pelayanan (melayani)

keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan dengan

aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Dalam memberikan suatu

pelayanan kepada masyarakat harus memiliki standar pelayanan publik yang

telah diterapkan.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009

tentang pelayanan publik. Yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga

Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan

publik yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah setiap institusi

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/48627/3/BAB II.pdfPsikotik Martani Cilacap dalam menangani dan melayani eks psikotik. Tujuan dilakukan penelitian ini

35

penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk

berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan

hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.