bab ii kajian pustaka a. landasan teori -...
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Minat Belajar
a. Pengertian Minat
Slameto (2010:180) mengemukakan bahwa minat adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Suatu minat
dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang
memiliki minat terhadap subyek tertentru cenderung untuk
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.
Minat menurut Safari (2005:111) adalah pilihan kesenangan
dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang
untun memenuhi kesediaanya dalam belajar. Indikator minat belajar
siswa dapat diperoleh dari tes minat belajar yang diukur dari aspek
kesukacitaan, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan.
Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi penerimaan
9
10
minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar
dan menyokong belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu
hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal
tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu
seseorang mempelajarinya.
Jadi, Minat pada dasarnya adalah membantu siswa melihat
bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk
dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti
menunujukan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan
tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya,
memuaskan tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya.
Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk
mencapai tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat
bahwa hasil pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada
dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk mempelajarinya.
b. Ciri-ciri Minat
Hurlock (2007:115) berpendapat bahwa ada 7 ciri-ciri minat anak
yaitu :
1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.
Yaitu minat disemua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik
dan mental.
2) Minat bergantung pada kesiapan belajar.
Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap
secara fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat
11
mempunyai minta sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai
mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan
untuk permainan bola tersebut.
3) Minat bergantung pada kesempatan belajar.
Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat,
baik anak-anak maupun dewasa.
4) Perkembangan minat mungkin tak terbatas.
Ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang
terbatas membatasi minat.
5) Minat dipengaruhi pengaruh budaya.
Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru dan orang
dewasa lain untuk belajar menekuni minat yang dianggapnya baik
dan sesuai.
6) Minat berbobot emosional.
Bobot emosional aspek afektif jadi minat menentukan kekuatanya.
Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat.
7) Minat itu egosentris.
Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya minat
anak laki-laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan
bahwa kepandaian dibidang matematika di sekolah akan
menunjukan langkah penting menuju kedudukan yang
menguntungkan dalam dunia usaha.
12
c. Cara mengembangkan minat
Minat dan perhatian siswa merupakan salah satu faktor yang
mendukung terhadap keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi minat
dan perhatian siswa untuk belajar, maka semakin baik hasil yang
didapatkan. Sebaliknya semakin rendah minat dan perhatian siswa
untuk belajar, semakin buruk hasil yang diperoleh. Menurut Sukadi
(2006:51) dalam bukunya "Guru Powerfull Guru Masa Depan"
menyebutkan ada beberapa hal cara mengembangkan minat belajar,
antara lain :
- Seorang guru diharapkan tampil dengan prima pada saat memulai
pelaksanaan proses pembelajaran.
- Variasikan penggunaan metoda dan media pembelajaran.
- Seorang guru mesti menguasai materi pembelajaran dengan
keterampilan didaktik.
- Selingi proses pembelajaran dengan humor yang terkendali.
- Sesuaikan proses pembelajaran dengan kondisi dan kapasitas
kemampuan siswa.
- Ciptakan suasana kelas aman, tertib, hangat, dan terkendali.
- Hargai setiap siswa sebagai manusia yang utuh.
- Ciptakan suasana pembelajaran yang serius, tetapi santai.
- Ajaklah para siswa untuk menata ruangan kelas sehingga menarik
minat dan perhatian siswa.
- Berikan penekanan pada materi-materi tertentu dengan komunikasi
yang baik.
13
- Libatkan seluruh indera dan perasaan siswa dalam proses
pembelajaran.
- Pujilah siswa bila menunjukan prestasi sekecil apapun.
- Pahami kebutuhan siswa dan penuhi kebutuhan tersebut
Demikian beberapa hal yang dapat dilakukan seorang pengajar atau
pembimbing dalam membangun dan menumbuhkan minat serta perhatian
siswa dalam belajar.
2. Prestasi Belajar
a. Hakekat Belajar
Belajar menurut Trianto (2009:16) diartikan sebagai perubahan
pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena
pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya sejak lahir. Manusia
banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum
lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitanya.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik
sifat maupun jenisnya, karena sudah tentu tidak setiap perubahan
dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Menurut Slameto (2010:3) Ciri-ciri perubahan tingkah laku
dalam pengertian belajar yaitu :
1) Perubahan terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan
telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya. Misalnya ia
14
menyadari bahwa pengetahuannya bertambah. Jadi perubahan
tingakah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak
sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena
orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu
perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya
dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar
berikutnya. Misalnya jika seseorang anak belajar menulis, maka ia
akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat
menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan
menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis
indah, dapat menulis dengan bolpoin, dapat menulis dengan kapur,
dan sebagainya. Disamping itu dengan kecakapan menulis yang
telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain
misalnya : dapat menulis surat, menyalin catatan, mengerjakan
soal-soal dan sebagainya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu
senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang
lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha
belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan
yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa
15
perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena
usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku karena
usaha orang yang bersangkutan. Misalnya perubahan tingkah laku
karena proses kematangan yang trejadi dengan sendirinya karena
dorongan dari dalam, tidak termasuk perbahan dalam pengertian
belajar.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi
hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air
mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan
sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi
karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti
bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan menetap.
Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah
belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki
bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau
dilatih.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena
ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada
peubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya
seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan
apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau
16
tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian
perbuatan belajar yang akan dilakukan senanatiasa terarah kepada
tingkah laku yang telah ditetapkannya.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu
proses balajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.Jika
seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan , dan sebagainya.
Sebagai contoh jika seorang anak telah belajar naik sepeda,
maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik
sepeda itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan
lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda,pengetahuan
tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda,
cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan
membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang
satu berhubungan erat dengan aspek lainnya
b. Teori belajar menurut beberapa ahli
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:9) beberapa ahli
mengemukakan pandangan yang berbeda terhadap pengertian belajar.
1) Belajar Menurut pandangan Skinner
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku.pada saat orang belajar, maka responya menjadi lebih
baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responya menurun.
17
Langkah – langkah pembelajaran menurut pandangan Skinner
berdasarkan teori kondising operan sebagai berikut :
• Mempelajari keadaan kelas. Guru mencari dan menemukan
perilaku siswa yang positif dan negatif. Perilaku positif akan
diperkuat dan perilaku negatif akan diperlemah atau dikurangi.
• Membuat daftar penguat positif.Guru mencari perilaku yang
lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman dan
kegiatan luar sekolah yang dapat dijadikan penguat.
• Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari
serta jenis penguatnya.
• Membuat program pembelajaran.program pembelajaran berisi
yang dikehendaki, penguatan, waktu, mempelajari perilaku dan
evaluasi.
2) Belajar Menurut Gagne
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi,
yaitu :
• Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;
• Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari instruksi.
Mulai masa bayi manusia mengadakan interaksi dengan
lingkungan, tetapi baru dalam bentuk “sensori-motor
coordination”. Kemudian ia mulai belajar berbicara dan
18
menggunakan bahasa. Kesanggupan untuk menggunakan bahasa
ini penting artinya untuk belajar.
Tugas pertama yang dilakukan anak ialah meneruskan
“sosialisasi” dengan anak lain atau orang dewasa, tanpa
pertentangan bahkan untuk membantu memenuhi kebutuhan-
kebutuhan keramahan dan konsiderasi pada anak itu.
Tugas kedua ialah belajar menggunakan simbol-simbol
yang menyatakan keadaan sekelilingnya, seperti : gambar, huruf,
angka, diagram, dan sebagainya. Ini adalah tugas intelektual
(membaca, menulis, berhitung dan sebagainya). Bila anak sekolah
sudah dapat melakukan tugas ini, berarti dia sudah mampu belajar
banyak hal dari yang mudah sampai yang amat kompleks.
3) Belajar Menurut Pandangan Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar
pada anak-anak adalah sebagai berikut ;
• Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang
dewasa. Mereka bukan merupakan orang dewasa dalam bentuk
kecil, mereka mempunyai cara yang khas untuk menyatakan
kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya. Maka
memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.
• Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu,
menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
19
• Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu
melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk
berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu sama
pada setiap anak.
• Ada 3 tahap perkembangan, yaitu :
- Berpikir secara intuitif ± 4 tahun
- Beroperasi secara konkret ± 7 tahun
- Beroperasi secara formal ± 11 tahun
c. Pengertian prestasi
Menurut Ahmadi dan Supriyono ( 2004:138 ) prestasi belajar
yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari
luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam
rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar sebaik-
baiknya. Faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah yang bersifat
bawaan, faktor psikologis baik, faktor kematangan fisik maupun
psikis, dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Sedangkan
faktor eksternal terdiri dari Faktor sosial seperti lingkungan keluarga,
faktor budaya seperti adat istiadat dan faktor lingkungan fisik seperti
lingkungan belajar.
Menurut Arifin (2009:12) Prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia,
20
karena sepanjang rentang kehidupanya manusia selalu mengejar
prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi
berlajar mempunyai fungsi utama yaitu sebagai indikator dan kuantitas
pengetahuan, sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, sebagai
bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai indikator intern
dan ekstern dari suatu institusi pendidikan, dan sebagai indikator daya
serap ( kecerdasan ) peserta didik.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian
prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada
pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan
pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli, maka dapat
dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan
yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-
informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:138) ada faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan
eksternal. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
21
prestasi belajar sangat penting sekali artinya dalam rangka membantu
murid untuk mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.
1) Faktor internal / dari dalam diri, meliputi :
• Faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh.
• Faktor psikologis.
• Faktor Kematangan fisik maupun psikis.
2) Faktor eksternal / dari luar diri, meliputi :
• Faktor sosial
• Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian.
• Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar.
• Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
3. IPA SD
a. Pengertian IPA
Menurut Sulistyorini ( 2007: 9 ) Hakikat IPA dipandang dari
segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap. Artinya belajar
IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil (produk), dan dimensi
pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling
terkait. Ini berarti nahwa proses belajar IPA seharusnya mengandung
ketiga dimensi IPA tersebut.
Menurut Samatowa ( 2010 : 1 ) Ilmu Pengetahuan Alam atau
sains dalam arti sebagai disiplin ilmu dari physical sciences dan life
22
science. IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau
meningkatkan kecerdasan dan pemahamanya tentang alam seisinya
yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. IPA juga
merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan benda
yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang
berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen artinya
pengetahuan itu tersusun dalam suatu system, tidak berdiri sendiri, satu
dengan yang lainya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga
seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh.
Menurut Trianto ( 2010 : 141 ) Secara umun IPA dipahami
sebagai ilmu kealaman, yaitu imlu tentang dunia zat, baik makhluk
hidup maupun banda mati yang diamati. IPA dipahami sebagai ilmu
lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan
malasah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori konsep.
Dapat pula dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang
dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas daras sikap ilmiah
dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun tiga
komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku
secara universal.
Menurut H.W Fowler dalam bukunya Aly (2010:18)
mendefinisikan bahwa IPA merupakan ilmu yang sistematis dan
23
dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah
suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode
ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah
seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
b. Tujuan IPA
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum
berbasis kompetensi dari Depdiknas pada tahun 2003 adalah sebagai
berikut :
1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2) Mengembangkan ketrampilan, sikap, dan nilai ilmiah
3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan
teknologi.
4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
4. Materi Pesawat Sederhana
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menggunakan alat
bantu untuk mempermudah pekerjaan yang dilakukan. Alat-alat yang
digunakan manusia untuk mempermudah dalam melakukan kerja atau
usaha disebut pesawat. Sebuah pesawat berfungsi untuk memperbesar
gaya atau usaha. Alat pembuka tutup botol, gunting rumput, komputer, dan
24
mobil merupakan beberapa contoh pesawat. Selain digunakan untuk
memperbesar gaya, manusia juga menggunakan pesawat untuk mengubah
energi, memindahkan energi, memperbesar kecepatan, dan mengubah arah
benda. Pesawat ada dua macam, yaitu pesawat sederhana dan pesawat
rumit. Pesawat sederhana merupakan peralatan yang dibuat sangat praktis
dan mudah digunakan. Pembuka tutup botol, gunting, resleting, dan tang
merupakan beberapa contoh pesawat sederhana. Pesawat rumit terdiri atas
beberapa pesawat sederhana. Contoh pesawat rumit antara lain komputer,
mobil, dan sepeda (Sulistiyanto,2008:109).
Pesawat sederhana dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu tuas,
bidang miring, katrol, dan roda berporos.
a. Tuas
Tuas lebih dikenal dengan nama pengungkit. Pada umumnya,
tuas atau pengungkit menggunakan batang besi atau kayu yang
digunakan untuk mengungkit suatu benda. Terdapat tiga titik yang
menggunakan gaya ketika kita mengungkit suatu benda, yaitu beban
(B), titik tumpu (TT), dan kuasa (K). Beban merupakan berat benda,
sedangkan titik tumpu merupakan tempat bertumpunya suatu gaya.
Gaya yang bekerja pada tuas disebut kuasa.Tuas/linggis dapat
digambarkan secara sederhana. Berdasarkan posisi atau kedudukan
beban, titik tumpu, dan kuasa, tuas digolongkan menjadi tiga, yaitu
tuas golongan pertama, tuas golongan kedua, dan tuas golongan ketiga.
25
• Tuas Golongan Pertama
Pada tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak
di antara beban dan kuasa. Contoh tuas golongan pertama ini di
antaranya adalah gunting, linggis, jungkat-jungkit, dan alat
pencabut paku.
• Tuas Golongan Kedua
Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di
antara titk tumpu dan kuasa. Contoh tuas golongan kedua ini di
antaranya adalah gerobak beroda satu, alat pemotong kertas, dan
alat pemecah kemiri, pembuka tutup botol.
• Tuas Golongan Ketiga
Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di
antara titk tumpu dan beban. Contoh tuas golongan ketiga ini
adalah sekop yang biasa digunakan untuk memindahkan pasir,
pinset, sapu.
b. Bidang Miring
Bidang miring adalah permukaan rata yang menghubungkan
dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Prinsip kerja bidang miring
juga dapat kamu temukan pada beberapa perkakas, contohnya kampak,
pisau, pahat, obeng, dan sekrup. Berbeda dengan bidang miring
lainnya, pada perkakas yang bergerak adalah alatnya.
c. Katrol
Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Biasanya
pada katrol juga terdapat tali atau rantai sebagai penghubungnya.
26
Berdasarkan cara kerjanya, katrol merupakan jenis pengungkit karena
memiliki titik tumpu, kuasa, dan beban. Katrol digolongkan menjadi
tiga, yaitu katrol tetap, katrol bebas, dan katrol majemuk.
• Katrol Tetap
Katrol tetap merupakan katrol yang posisinya tidak
berpindah pada saat digunakan. Katrol jenis ini biasanya dipasang
pada tempat tertentu. Katrol yang digunakan pada tiang bendera
dan sumur timba adalah contoh katrol tetap.
• Katrol Bebas
Berbeda dengan katrol tetap, pada katrol bebas kedudukan
atau posisi katrol berubah dan tidak dipasang pada tempat tertentu.
Katrol jenis ini biasanya ditempatkan di atas tali yang
kedudukannya dapat berubah, seperti tampak pada gambar di
samping. Salah satu ujung tali diikat pada tempat tertentu. Jika
ujung yang lainnya ditarik maka katrol akan bergerak. Katrol jenis
ini bisa kita temukan pada alat-alat pengangkat peti kemas di
pelabuhan.
• Katrol Majemuk
Katrol majemuk merupakan perpaduan dari katrol tetap dan
katrol bebas. Kedua katrol ini dihubungkan dengan tali. Pada katrol
majemuk, beban dikaitkan pada katrol bebas. Salah satu ujung tali
dikaitkan pada penampang katrol tetap. Jika ujung tali yang lainnya
ditarik maka beban akan terangkat beserta bergeraknya katrol
bebas ke atas.
27
d. Roda Berporos
Roda berporos merupakan roda yang di dihubungkan dengan
sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama. Roda berporos
merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang banyak ditemukan
pada alat-alat seperti setir mobil, setir kapal, roda sepeda, roda
kendaraan bermotor, dan gerinda.
5. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Alma (2009:81), Pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil, bekerja
sama. Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan
aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun dalam bentuk
kelompok. Pembelajaran kooperatif ini sangat menyentuh hakekat manusia
sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi, saling membantu kearah
yang semakin baik secara bersama. Dalam proses belajar disini betul-betul
diutamakan saling membantu antara anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif ini membuka peluang bagi upaya
mencapai tujuan meningkatkan ketrampilan sosial peserta didik. Dalam
kelompok ini mereka bekerja tidak hanya sebagai kumpulan individu
tetapi merupakan suatu tim kerja yang tangguh. Seorang anggota
kelompoknya bergantung kepada anggota kelompok lainya. Seorang yang
memiliki keunggulan tertentu akan membagi keunggulanya dengan lainya.
Di samping itu, pembelajaran kooperatif sekaligus dapat melatih sikap dan
ketrampilan sosial sebagai bekal dalam kehidupan di masyarakat
( Isjoni, 2009:110 ).
28
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model
yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif, ( Slavin, 2009:143).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri atas lima komponen
utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual,
rekognisi tim.
1) Pesentasi kelas. Materi dalam STAD pertama – tama diperkenalkan
dalam presentasi didalam kelas. Hal ini merupakan pengajaran
langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran
yang dipimpin oleh guru.
2) Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian kelas dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin,
ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan
bahwa semua anggota tim benar – benar belajar, dan lebih
khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk
bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan
materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau
materi lainya.
3) Pemberian kuis. Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru
memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik
tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak
29
diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis,
sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk
memahami materinya.
4) Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk
penghargaan yang lain apabila skor rata – rata mereka mencapai
kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk
menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Merekognisi prestasi tim. Tiga macam tingkatan
penghargaanyang diberikan. Ketiganya didasarkan pada rata – rata
skor tim, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Penghargaan Kelompok
Kriteria ( Rata – rata tim ) Penghargaan 5 – 14 TIM BAIK 15 – 24 TIM SANGAT BAIK 25 – 30 TIM SUPER
Setelah melakukan kuis pada akhir siklus, hitunglah skor
kemajuan individual dan skor tim, dan berilah sertifikat atau bentuk
penghargaan yang lain kepada tim dengan skor tertinggi. Bila masih
ada waktu umumkan lah skor tersebut kepada siswa sehingga mereka
tahu skor yang mereka peroleh dan akan membuat minat siswa
meningkat serta siswa akan melakukan yang terbaik lagi bagi dirinya
sendiri maupun tim. Poin kemajuan, para siswa mengumpulkan poin
untuk tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor kuis mereka
melampaui skor awal mereka, berikut adalah keterangan dari poin
kemajuan.
30
Tabel 2.2 Skor kemajuan Skor kuis Poin kemajuan
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 10 - 1 dibawah skor awal
Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal Lebih dari 10 poin diatas skor awal
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)
5 10 20 30 30
b. Prosedur Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Suyatno ( 2009:52 ) mengemukakan bahwa pembelajaran
STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang
mempunyai langkah-langkah berikut:
1) Mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok.
2) Membuat kelompok heterogen ( 4-5 orang ).
3) Mendiskusikan bahan belajar LKS modul secara kolaboratif.
4) Mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga terjadi diskusi
kelas.
5) Mengadakan kuis individual dan buat skor perkembangan tiap
siswa atau kelompok.
6) Mengumumkan rekor tim dan individual.
7) Memberikan penghargaan.
B. Penelitian yang Relevan
Berbagai judul dan hasil penelitian tindakan kelas yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
1. Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division ) Di MTs Raudlatul Huda Adipala. Di susun oleh R. Priyoadi
Kusmono Dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
31
STAD hasil belajar siswa setiap siklusnya mengalami peningkatan dari
siklus I dan II. Hasil pengamatan terbukti untuk motivasi belajar siklus I
diperoleh rata-rata 41,81 sedangkan untuk prestasi belajar diperoleh
presentase ketuntasan sebesar 38,10%. Kemudian pada siklus II untuk
motivasi belajar diperoleh rata-rata 42,44 sedangkan prestasi bejalarnya
diperoleh kentutasan sebesar 67,44%. Selanjutnya hasil penelitian siklus
III, motivasi belajar diperoleh rata-rata sebesar 43,98, untuk prestasi
belajar diperoleh presentase ketuntasan sebesar 69,05%.
2. Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs
Darul’Ulum 2 Sidareja Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
Berdasarkan Hasil penelitian diperoleh skor rata-rata minat siswa siklus I
sebesar 16,75, siklus II meningkat menjadi 21,20 sedangkan siklus III rata-
rata meningkat menjadi 25,60 dengan criteria sangat tinggi. Nilai rata-rata
tes belajar matematika siklus I sebesar 63,41 dengan ketuntasan belajar
47,42%, siklus II nilai rata-ratanya 65,60 dengan ketuntasan belajar
63,64% dan pada siklus III nilai rata-ratanya 81,30 dengan ketuntasan
belajar 88,64%.
C. Kerangka Pikir
Keberhasilan peningkatan mutu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak
faktor antara lain siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana, fasilitas sekolah,
lingkungan sekolah, dan lain-lain. Guru merupakan kendali utama dari
meningkatkan mutu, memiliki pengaruh yang sangat besar oleh sebab itu guru
dituntut untuk dapat mencari dan menerapkan strategi pembelajaran yang
32
tepat agar siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran
IPA diantaranya adalah melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik
kesimpulan, mengembangkan aktivitas, kemampuan, pemecahan masalah dan
kemampuan menyampaikan informasi.
Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap guru dan siswa kelas V
SD Negeri Tunjung Lor. Diperoleh suatu permasalahan pada mata pelajaran
IPA dengan materi pesawat sederhana. Menurut Ibu Rusnaeni selaku guru
kelas V, bahwa anak didiknya masih sulit memahami dan menggolongkan
jenis-jenis pesawat sederhana dikarenakan kurangnya media yang menunjang
pembelajaran dan siswa masih pasif tidak ada yang ingin bertanya yang pada
akhirnya siswa menjadi bosan dan tidak ada ketertarikan atau minat untuk
belajar IPA. Selain itu juga penerapan metode yang dilakukan oleh guru kelas
V ini masih bersifat klasikal sehingga anak kurang memahami apa yang telah
disampaikan oleh guru tersebut yang mengakibatkan prestasi belajarnya kian
menurun.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan oleh peneliti dalam
sekurang-kurangnya dua buah siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. tiap siklus
terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi,
kemudian apabila siklus II belum membuahkan hasil, maka akan dilanjutkan
ke siklus III. Peneliti sebelumnya harus mengetahui kondisi awal siswa
sebelum diterapkan Model kooperatif tipe STAD pada kelas tersebut.
Pada siklus I penulis memulai dengan tahap perencanaan terlebih
dahulu untuk mempersiapkan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk
33
melakukan penelitian yang dilakukan oleh guru kelas. Tahap selanjutnya yaitu
mempersiapkan lembar observasi untuk aktivitas siswa, guru dan penilaian
terhadap pembuatan RPP yang telah disesuaikan dengan model Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD. Tidak hanya itu peneliti juga mempersiapkan alat
peraga yang menunjang materi pesawat sederhana untuk memudahkan guru
dalam memberikan materi, selain itu peneliti juga mempersiapkan sertifikat
penghargaan bagi tiga tim teratas, antara lain sertifikat Tim Super, Tim Sangat
Baik dan sertifikat Tim Baik. Tindakan, artinya yaitu melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di kelas dengan menggunakan Model kooperatif tipe STAD
Dalam pelaksanaannya guru akan mempresentasikan materi pesawat
sederhana, lalu guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, dengan
jumlah setiap kelompok terdiri Dari 4 atau 5 siswa. Setiap individu akan diberi
skor awal yang diambil dari nilai tes sebelum dimulai pembelajaran
sebelumnya, kemudian siswa akan diberi suatu permasalahan yang berupa
LKS dan dikerjakan bersama dengan teman dalam kelompoknya.
Langkah selanjutnya guru membagikan kuis atau tes evaluasi individu
kepada tiap individu. Dalam pengerjaannya siswa tidak boleh saling
membantu satu sama lainnya, hasil dari kuis ini akan digunakan sebagai
akumulasi untuk memperoleh penghargaan bagi setiap kelompok. Setelah
diperoleh kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, maka kelompok tersebut
diberikan sertifikat penghargaan dari guru berupa sertifikat penghargaan Tim
Super, Tim Sangat Baik dan sertifikat Tim Baik.
Pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung peneliti akan
melaksanakan kegiatan observasi terhadap aktivitas guru maupun aktivitas
34
siswa. Selanjutnya apabila hasil belajar sudah diperoleh, maka guru akan
merefleksikan segala kegiatan-kegiatan yang terjadi pada tahap tindakan di
siklus I, apabila ada kemajuan minat dan prestasi maka akan dipertahankan,
tetapi kalau ada kelemahan atau kekurangan maka akan diperbaiki pada
siklus II.
Pada siklus II, pelaksanaannya sama seperti pelaksanaan siklus I yaitu
terdiri dari empat tahap. Sama seperti siklus I, pada siklus II juga dimulai
dengan perencanaan, Di dalam tahap perencanaan, peneliti merencanakan
segala sesuatu dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I.
Setelah itu, peneliti akan melaksanakan tahap tindakan dan observasi, dan
melakukan evaluasi yang berbentuk tes individu. Peneliti akan melihat dan
membandingkan hasil dari siklus I dengan hasil dari siklus II untuk
mengetahui kemajuan-kemajuan yang dialami oleh siswa kelas V SD Negeri
Tunjung Lor Kecamatan Jatilawang.
D. Hipotesis Tindakan
Dengan memperhatikan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis
tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
“ Penggunaan model pembelajaran tipe STAD pada pokok bahasan pesawat
sederhana, dapat meningkatkan prestasi belajar dan minat siswa Kelas V SD
Negeri Tunjung Lor ”.