bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. kompetensi inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/bab ii.pdf ·...

27
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Materi a. Kompetensi Inti (KI) 1) Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2) Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya, serta cinta tanah air. 3) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati, dan mencoba menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain. 4) Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. b. Kompetensi Dasar (KD) 1) Matematika 3.7 Menjelaskan pecahan 1 2 , 1 3 , dan 1 4 menggunakan benda-benda konkret dalam kehidupan sehari-hari.

Upload: others

Post on 29-Jul-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Materi

a. Kompetensi Inti (KI)

1) Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang

dianutnya.

2) Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan

tetangganya, serta cinta tanah air.

3) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati, dan mencoba

menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan

Tuhan dan kegiatannya, benda-benda yang dijumpainya di rumah, di

sekolah, dan tempat bermain.

4) Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis

dan logis, dan kritis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan

perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

b. Kompetensi Dasar (KD)

1) Matematika

3.7 Menjelaskan pecahan 1

2,

1

3, dan

1

4 menggunakan benda-benda

konkret dalam kehidupan sehari-hari.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

13

Berlibur Ke Batu Secret Zoo Jawa Timur

Park 2 Malang

(Sumber: Dari Internet)

Gambar 2.1 Batu Secret Zoo Jatim Park 2 Malang

Pada hari minggu Sany, Jenny, Lisa, dan Joni pergi berlibur ke

Batu Secret Zoo Jatim Park 2 Malang. Di sana mereka sangat senang

sekali karena dapat melihat berbagai macam hewan. Dari hewan buas

4.7 Menyajikan pecahan 1

2, 1

3, dan

1

4 yang bersesuaian dengan bagian

dari keseluruhan suatu benda konkret dalam kehidupan sehari-hari.

2) Bahasa Indonesia

3.8 Menggali informasi dari dongeng binatang (fabel) tentang sikap

hidup rukun dari teks lisan dan tulis dengan tujuan untuk

kesenangan.

4.8 Menceritakan kembali teks dongeng binatang (fabel) yang

menggambarkan sikap hidup rukun yang telah dibaca secara

nyaring sebagai bentuk ungkapan diri.

3) SBdP

3.4 Mengenal pengolahan bahan alam dan buatan dalam berkarya.

4.4 Membuat hiasan dari bahan alam dan buatan.

c. Materi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

14

sampai hewan yang jinak ada semua di Batu Secret Zoo Jatim Park 2

Malang. Mereka berkeliling dan mengunjungi semua hewan yang ada

di Batu Secret Zoo Jatim Park 2 Malang. Selain berkeliling, mereka

juga belajar mengenal nama-nama hewan.

Jenny membeli beberapa makanan hewan yang dijual di sana.

Kemudian makanan hewan itu dibagi kepada ketiga temannya. Masing-

masing orang mendapatkan seperempat makanan hewan yang dibeli

Jenny. Sambil berkeliling, sesekali mereka memberi makanan kepada

hewan yang berdatangan ke arah meraka.

Lisa dan Sany memberi empat wortel kepada seekor jerapah

jantan dan seekor jerapah betina. Jerapah jantan diberi dua wortel, dan

jerapah betina diberi dua wortel. Jerapah jantan mendapat setengah

bagian, dan jerapah betina mendapat setengah bagian.

(Sumber: Buku Tematik Siswa Tema Kebersamaan)

Gambar 2.2 Setengah Bagian Dari Empat Wortel Adalah Dua Wortel

Sedangkan, Jenny dan Joni memberi enam buah apel kepada tiga ekor

gajah. Dua buah apel diberikan kepada seekor gajah jantan, dua buah

apel diberikan kepada seekor jerapah betina, dan dua buah apel

diberikan kepada seekor anak gajah. Masing-masing dari gajah

mendapat sepertiga bagian dari enam buah apel yang dimiliki Jenny dan

Joni.

(Sumber: Dari Internet)

Gambar 2.3 Sepertiga Bagian Dari Enam Apel Adalah Dua Apel

Setelah memberi makanan kepada hewan, mereka berempat juga

berkeliling dan belajar mengenal nama-nama hewan seperti : singa,

macan tutul, jerapah, beruang, tapir, kuda nil, burung beo, burung

merak dan masih banyak lagi hewan-hewan buas dan jinak lainnya.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

15

Selain itu, di Batu Secret Zoo Jatim Park 2 Malang juga menyediakan

wahana-wahana permainan yang seru dan menantang. Sany, Jenny,

Lisa dan Joni sangat senang dan menikmati liburan di Batu Secret Zoo

Jatim Park 2 Malang.

Setelah capek berkeliling, mereka berempat beristirahat di tempat

makan dan membeli seporsi pizza. Pizza tersebut kemudian dibagi

menjadi empat bagian sama rata. Masing-masing dari mereka

mendapatkan seperempat pizza. Mereka memakan pizza tersebut

dengan rukun. Sany, Lisa, Jenny dan Joni sangat senang berlibur ke

Batu Secret Zoo Jatim Park 2 Malang.

(Sumber: Dari Internet)

Gambar 2.4 Satu Porsi Pizza Dibagi Empat Bagian Hasilnya Seperempat Pizza

Mengenal Pecahan

Contoh :

(Sumber: Dari Internet)

Gambar 2.5 Contoh Bilangan Pecahan

Tahukah Kamu Apa Itu

Bilangan Pecahan?

PECAHAN

Bilangan pecahan merupakan bilangan

yang dapat dinyatakan sebagai 𝐩

𝐪 dengan

p dan q adalah bilangan bulat dan q ≠ 0.

Bilangan p disebut pembilang dan

bilangan q disebut penyebut.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

16

Sepulang liburan dari Batu Secret Zoo Jatim

Park 2 Malang, Jenny membeli sebuah apel.

Kemudian apel tersebut dibagikan kepada kedua

adiknya. Masing-masing dari kedua adik Jenny

akan mendapatkan 1

2 bagian dari apel. (1 : 2 =

1

2)

Gambar 2.6 Contoh Bilangan Pecahan 𝟏

𝟐

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

17

Membuat Kreasi Maket Kebun Binatang

(Sumber: Dari Internet)

Gambar 2.7 Contoh Hidup Rukun Dalam Kebersamaan

(Sumber: Dari Internet)

Gambar 2.8 Contoh Kreasi Maket Kebun Binatang

Setelah berlibur ke Batu Secret Zoo Jatim Park 2

Malang Joni ingin membuat kreasi maket kebun binatang di

sekolahnya. Joni kemudian mengajak ketiga temannya yaitu

Sany, Jenny dan Lisa untuk membantunya membuat kreasi

maket kebun binatang.

Cara Membuat Kreasi Maket Kebun Binatang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

18

Langkah-Langkah Membuat Maket Kebun Binatang

1. Siapkan kertas karton atau kardus, kemudian potong dengan ukuran

30 cm x 40 cm mengunakan gunting/cutter.

Gambar 2.9 Contoh Kertas Karton

2. Siapkan kertas bufallo, kemudian gambar bentuk hewan yang kalian

suka atau cari gambar hewan-hewan di internet, kemudian print

gambar tersebut di kertas bufallo. Setelah itu gunting sesuai bentuk

hewan.

Gambar 2.10 Contoh Gambar Bentuk Hewan Yang Sudah Dipotong

(Sumber: Dok. Peneliti)

(Sumber: Dari Internet)

Alat

Gunting/cutter

Lem kayu/kastol

Pencil warna

Bahan

Kertas karton/kardus

Kertas bufallo

Stik es krim

Alat dan Bahan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

19

3. Siapkan stik es krim, kemudian rakit stik es krim dengan lem

kayu/kastol membentuk sebuah pagar.

(Sumber: Dari Internet)

Gambar 2.11 Contoh Miniatur Pagar Dari Stik Es krim

4. Rakit maket kebun binatang sesuai keinginan kalian. Untuk lebih

menarik lagi beri tambahan gambar pepohonan dan keterangan-

keterangan lainnya, agar maket kebun binatang kalian lebih cantik

lagi.

(Sumber: Dari Internet)

Gambar 2.12 Contoh Rakitan Maket Kebun Binatang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

20

2. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan

tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit

(tersembunyi). Dalam implementasinya belajar adalah kegiatan individu

memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan

belajar. Belajar memiliki beberapa teori diantaranya yaitu teori belajar humanistik,

teori belajar behavioristik, teori pembelajaran sosial dan teori belajar kognitif.

Komara (2014:13) menyatakan bahwa “belajar merupakan proses terbentuknya

tingkah laku baru yang disebabkan individu merespon lingkungannya, melalui

pengalaman pribadi yang tidak termasuk kematangan, pertumbuhan atau insting”.

Sedangan menurut Sadiman, dkk (2010:2) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu

proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur

hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Sejalan dengan itu, Arsyad

(2010:1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang

terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya.

Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja

(Arsyad, 2010:1). Salah satu pertanda bahwa seseorang itu dinyatakan telah belajar

adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang disebabkan oleh

terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Jadi pada intinya, belajar adalah suatu proses terbentuknya tingkah laku

seseorang akibat pengalaman pribadi individu merespon lingkungan sekitarnya.

Selain itu juga dapat mempengaruhi perubahan kematangan fisik dan

pertumbuhannya. Hal tersebut dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Karena

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

21

belajar dapat berlangsung seumur hidup dimulai dari sejak masih bayi hingga akhir

hayatnya.

Sejalan dengan kata belajar ada pula istilah yang dinamakan pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada

suatu lingkungan (Komara, 2014:29). Pembelajaran dapat berlangsung apabila

adanya interaksi antara guru dengan siswa berjalan dengan baik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses guru membantu siswa dalam memperoleh ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada siswa. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung pada

motivasi siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan kreatifitas guru dalam

menyampaikan pembelajarannya. Oleh sebab itu, guru harus memotivasi siswa

supaya senang untuk belajar dan memfasilitasi siswa dengan fasilitas yang

memadai, agar siswa dapat mencapai target belajar dengan mudah.

Perhatian merupakan peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian

akan timbul apabila bahan pelajarannya sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga

pelajaran tersebut akan membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajarinya lebih

lanjut. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang sangat besar

pengaruhnya terhadap apa yang akan dipelajari oleh siswa. Selain perhatian,

motivasi juga sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa untuk menggerakkan

dan mengarahkan minat belajar kepada siswa. Sehingga, minat belajar tersebut

dapat membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara

guru dengan siswa. Guru perlu menyiapkan pembelajaran yang menarik supaya

memotivasi siswa untuk belajar dengan bahan pelajaran yang disesuaikan dengan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

22

kebutuhan siswa. Sehingga pelajaran tersebut dapat menjadi pusat perhatian dan

motivasi siswa agar mencapai target belajar.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Proses belajar dan pembelajaran dapat terjadi apabila adanya interaksi

antara guru dengan siswa berlangsung dengan baik. Pembelajaran tidak

akan berhasil apabila tidak diimbangi dengan motivasi siswa untuk

berkemauan belajar dan juga didukung dengan kreatifitas guru dalam

menyampaikan bahan pelajarannya. Oleh sebab itu, guru harus memiliki

strategi yang dapat menumbuhkan motivasi dan semangat belajar kepada

siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Selain menggunakan metode

pembelajaran yang cocok, guru juga perlu menggunakan sebuah alat yang

dapat membatunya dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa, seperti

halnya penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran tersebut

berguna sebagai pendamping guru dalam menyampaikan materi pelajaran

kepada siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Media pembelajaran merupakan alat yang dapat membantu proses

belajar mengajar di kelas. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang

secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad,

2010:3). Dalam bahasa Arab, media disebut ‘wasail’ bentuk jamak dari

‘wasilah’ yang artinya ‘tengah’ atau ‘perantara’ (Rosyada, 2010:6).

Menurut Arsyad (2010:3) “media dapat diartikan sebagai perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan”. Sedangkan

menurut Munadi (2010:7-8) “media pembelajaran dapat dipahami sebagai

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

23

segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari

sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif

di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan

efektif”.

Menurut Kuncahyono (2017:778) “media merupakan alat dan bahan

yang berisi informasi atau bahan pelajaran yang bertujuan untuk

mempermudah mencapai tujuan pembelajaran. Gagne dan Briggs (dalam

Sadiman, dkk., 1986:6) menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik

yang dapat menyampaikan pesan, serta dapat merangsang siswa untuk

belajar, seperti; buku, film, kaset, film bingkai, foto, grafik, televisi,

komputer, dan lain-lain. Sejalan dengan pernyataan di atas, Sadiman, dkk.

(1986:7) menyimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian

siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala

sesuatu berupa alat fisik yang dapat menyampaikan pesan kepada penerima

pesan. Selain itu, media dapat berisi informasi atau bahan pelajaran yang

bertujuan untuk mempermudah mencapai tujuan pembelajaran. Media juga

dapat mempengaruhi perhatian dan perasaan siswa, serta dapat merangsang

siswa agar mau dan minat untuk belajar.

b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Munadi (2010:37-48) menyebutkan bahwa media pembelajaran

memiliki peran dan fungsi sebagai berikut.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

24

1) Media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar yaitu fungsi

utama dari semua fungsi-fungsi lainnya.

2) Media pembelajaran berfungsi semantik yaitu memiliki

perbendaharaan kata yang dapat dipahami oleh siswa.

3) Media pembelajaran berfungsi manipulatif yaitu memiliki kemampuan

untuk mengatasi batas-batas ruang dan waktu, serta dapat mengatasi

keterbatasan inderawi.

4) Media pembelajaran berfungsi psikologis yaitu (1) fungsi atensi

merupakan fungsi yang dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap

materi ajar; (2) fungsi afektif merupakan fungsi yang dapat menggugah

perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap

sesuatu; (3) fungsi kognitif merupakan fungsi untuk memperoleh

pengetahuan lewat mempelajari suatu objek yang berupa orang, benda

atau peristiwa; (4) fungsi imajinatif merupakan fungsi yang dapat

meningkatakan dan mengembangkan imajinasi siswa; (5) fungsi

motivasi merupakan fungsi yang dapat mendorong siswa untuk

melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan belajarnya tercapai.

5) Media Pembelajaran berfungsi sebagai sosial-kultural yaitu sesuatu hal

yang dapat mengatasi hambatan dari sosial-kultural antar siswa saat

melakukan komunikasi pada saat pembelajaran berlangsung.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, fungsi media pembelajaran

menurut Arsyad (2010:15) yaitu “sebagai alat bantu mengajar yang turut

mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan

diciptakan oleh guru”. Sedangkan manfaat praktis dari penggunaan media

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

25

pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut (Arsyad,

2010:25-27).

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi,

sehingga dapat memperlancar proses pembelajaran dan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

2) Media pembelajaran dapat mempengaruhi perhatian siswa, sehingga

dapat menimbulkan minat dan motivasi untuk belajar, serta dapat

menimbulkan interaksi antara siswa dengan lingkungan belajarnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan

waktu dengan menggunakan teknologi yang modern seperti; film,

video, gambar, grafik, dan lain sebagainya.

4) Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman langsung terhadap

siswa tentang peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan dapat

menimbulkan interaksi antara siswa dengan masyarakat dan lingkungan

sekitarnya.

Jadi fungsi dan manfaat media pembelajaran adalah sebagai sumber

belajar dengan menggunakan alat bantu yang berguna untuk menyampaikan

pesan atau informasi kepada siswa. Sehingga dapat menimbulkan perhatian

kepada siswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, dan memberikan

pengalaman langsung kepada siswa tentang peristiwa yang terjadi di

lingkungan sekitarnya. Serta, dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang

dan waktu karena menggunakan alat bantu berupa teknologi modern seperti

film, gambar, radio, grafik, dan lain sebainya. Sehingga, media dapat

berfungsi untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

26

c. Klasifikasi Media Pembelajaran

Dalam bukunya Munadi (2010:58-167) mengklasifikasikan media

pembelajaran menjadi 4 kategori sebagai berikut.

1) Media audio

Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari

sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan

indra pendengaran, contoh; radio, tape recorder, telepon, laboratorium

bahasa, dan lain-lain.

2) Media Visual

Media visual yaitu media yang mengandalkan indra penglihat.

Media visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam, dan

media visual gerak. Media visual diam contohnya; foto, ilustrasi,

flashcard, gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film

rangkai, OHP, grafik, bagan, diagram, poster, peta, dan lain-lain.

Sedangkan visual gerak contohnya; gambar-gambar proyeksi bergerak

seperti film bisu dan sebagainya.

3) Media Audio Visual

Media audio visual merupakan media yang mampu

menampilkan suara dan gambar. Ditinjau dari karakteristiknya media

audio visual dibedakan menjadi 2 yaitu media audio visual diam, dan

media audio visual gerak. Media audio visual diam contohnya; TV

diam, film rangakai bersuara, halaman bersuara. Sedangkan media

audio visual gerak diantaranya; film TV, TV, film bersuara, gambar

bersuara, dan lain-lain.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

27

4) Media Serbaneka

Media serbaneka merupakan suatu media yang disesuaikan

dengan potensi di suatu daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain

atau di masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran.

Contoh media serbaneka diantaranya; berbentuk papan (papan tulis,

papan buletin, papan flanel, papan magnetik, papan listrik, dan papan

paku), media tiga dimensi (model, mock up, dan diorama), realita

(memperlihatkan benda-benda asli yang ada disekitarnya seperti;

kelinci, burung, ikan, dan mengajak siswa ke kebun sekolah atau ke

peternakan sekolah), dan sumber belajar pada masyarakat (mengadakan

karya wisata dan berkemah).

Berdasarkan klasifikasi media pembelajaran di atas media yang akan

dikembangkan oleh peneliti termasuk media serbaneka. Dikatakan sebagai

media serbaneka karena media KATEMA (Koper Ajaib Tematik) merupakan

media yang terbagi menjadi beberapa bagian dengan fungsi yang berbeda-

beda. Media KATEMA tersebut berbentuk koper yang di dalamnya terdapat

papan tulis, rak buku, puzzle untuk pecahan, dan laci untuk maket kebun

binatang. Jadi media pembelajaran KATEMA termasuk media sebaneka.

4. Media Pembelajaran KATEMA (Koper Ajaib Tematik)

a. Pengertian Media Pembelajaran KATEMA

Media pembelajaran KATEMA (Koper Ajaib Tematik) merupakan

sebuah pengembangan media yang berbentuk koper. Koper merupakan

wadah tertutup yang dapat digunakan sebagai tempat menyimpan barang

dan dapat dibawa kemana saja. Dari sebuah koper, peneliti akan menyulap

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

28

koper tersebut menjadi media pembelajaran yang menarik dan inovatif

untuk siswa. Koper tersebut didesain sesuai kebutuhan pembelajaran

khususnya untuk pembelajaran tematik.

Materi pembelajaran tematik yang akan diajarkan nanti yaitu tema 7

(Kebersamaan), subtema 4 (Kebersamaan Di Tempat Wisata), pembelajaran

6, dengan muatan materi Matematika yaitu tentang pecahan 1

2, 1

3, dan

1

4,

Bahasa Indonesia yaitu tentang cerita dongeng binatang (fabel) tentang

sikap hidup rukun, dan SBdP yaitu tentang membuat hiasan dari bahan alam

dan buatan. Dengan adanya media KATEMA ini diharapkan dapat

membantu guru dalam membelajarkan materi tematik dan juga membantu

sekolah dalam memberikan fasilitas kepada guru ketika mengajar materi

tematik dengan menggunkan sebuah media pembelajaran.

b. Desain Media Pembelajaran KATEMA

Secara spesifikasi produk dari media pembelajaran KATEMA (Koper

Ajaib Tematik) yaitu koper terbuat dari bahan dasar kayu, triplek, kertas,

dan bahan pendukung lainnya. Koper didesain dengan ukuran bagian

sebelah kiri 50 cm x 40 cm x 6 cm, dan ukuran bagian sebelah kanan 50 cm

x 40 cm x 10 cm, serta laci untuk maket kebun binatang berukuran 45 cm x

35 cm x 6 cm. Selain itu koper tersebut akan dibagi menjadi 4 bagian terdiri

dari papan tulis, rak buku, puzzle untuk pecahan, dan laci untuk maket kebun

binatang. Untuk keterangan lebih lanjut lihat Gambar 2.1 berikut ini.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

29

(Sumber: Dokumentasi Peneliti)

Gambar 2.13 Koper Ajaib Tematik

Berdasarkan gambar di atas, bagian sebelah kiri koper akan dibuat

sebagai rak buku cerita dongeng fabel maupun buku pelajaran lainnya.

Selain rak buku bagian sebelah kiri koper juga ada tempat penyimpanan

papan tulis (lihat gambar). Sedangkan bagian sebelah kanan koper akan

dibuat untuk tempat puzzle pecahan. Selain puzzle pecahan bagian sebelah

kanan juga terdapat laci maket kebun binatang yang tempatnya dibawah

papan puzzle tersebut.

c. Fungsi Media Pembelajaran KATEMA

Fungsi dari media KATEMA (Koper Ajaib Tematik) yaitu untuk

membelajarkan materi tematik tema 7 (Kebersamaan), subtema 4

(Kebersamaan Di Tempat Wisata), pembelajaran 6 dengan muatan materi

Matematika, Bahasa Indonesia dan SBdP. Oleh sebab itu, media

pembelajaran KATEMA dirancang sebagai media pembelajaran yang

menarik dan inovatif untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada

siswa. Untuk itu penulis berharap dengan adanya media pembelajaran

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

30

KATEMA ini dapat membantu guru dalam menerangakan materi

pembelajaran tematik, serta dapat membantu siswa ketika belajar di kelas.

d. Kelebihan dan Kekurangan Media Pembelajaran KATEMA

1) Kelebihan Media Pembelajaran KATEMA

a) Memuat 3 mata pelajaran yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan

SBdP.

b) Dapat menerangakan 3 materi pembelajaran yaitu Matematika

tentang materi pecahan 1

2, 1

3, dan

1

4, Bahasa Indonesia tentang cerita

dongeng fabel dan SBdP tentang membuat hiasan dari bahan alami

dan buatan.

c) Terbuat dari bahan kayu triplek sehingga awet digunakan dalam

jangka yang lama.

d) Mudah dibawa kemana saja karena bentuknya yang praktis.

e) Memiliki desain yang menarik sehingga siswa tidak mudah bosan

pada saat pembelajaran di kelas berlangsung.

f) Media dapat dirombak sesuai kebutuhan materi pembelajaran

lainnya, karena sifatnya tidak permanen.

2) Kekurangan Media Pembelajaran KATEMA

a) Harga pembuatan media pebelajaran tersebut masih terbilang mahal.

b) Media hanya dibuat limited adittion karena dibuat hanya untuk

kepentingan penelitian saja.

c) Belum teralokasi ke banyak sekolah-sekolah karena masih

diterapkan pada satu sekolah saja yaitu SDN Girimoyo 2 Malang

sebagai kebutuhan untuk penelitian skripsi.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

31

d) Belum terdistribusikan pembuatan dalam jumlah yang banyak

karena harga dari pembuatan satu media pembelajaran masih

terbilang mahal.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

1. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang

menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga

dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran

tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated

instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang

memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif

menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara

holistik, bermakna, dan otentik (Majid, 2014:80).

Pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran

Progresivisme, Konstruktivisme, Developmentally Appropriate Practice

(DAP), Landasan Normatif Dan Landasan Praktis (Depdikbud 1996 dalam

Trianto, 2007:21). Aliran Progresivisme menyatakan bahwa pembelajaran

hendaknya berlangsung secara alami dan tidak artifisial. Paham

Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan terbentuk oleh

pengalaman individu itu sendiri yang merupakan kunci utama dari belajar

bermakna. Prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP)

menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

32

usia peserta didik yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan

bakat siswa. Landasan Normatif menghendaki bahwa pembelajaran terpadu

hendaknya dilaksanakan sesuai gambaran ideal sehingga tujuan

pembelajarannya dapat tercapai. Sedangkan Landasan Praktis,

mengharapkan bahwa pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan

memperhatikan situasi dan kondisi praktis, sehingga dapat mempengaruhi

tercapainya hasil yang optimal pada proses pelaksanaannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

tematik adalah pembelajaran terpadu (integrated instruction). Pembelajaran

terpadu merupakan pembelajaran yang menggunakan tema sebagai bahan

ajarnya. Tema tersebut akan dikaitkan ke dalam beberapa mata pelajaran

dengan berlandaskan pada pemikiran Progresivisme, Konstruktivisme,

Developmentally Appropriate Practice (DAP), Landasan Normatif Dan

Landasan Praktis. Sehingga menjadikan pembelajaran tersebut menjadi

bermakna dan dapat mencapai tujuan pembelajarannya.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran

tematik memiliki karakteristik sebagai berikut (Majid, 2014:89).

1) Berpusat pada siswa (student centered) dimana siswa yang berperan

aktif dalam proses belajarnya, sedangkan guru hanya berperan sebagai

fasilitatornya saja.

2) Memberikan pengalaman langsung (direct experiences) pada siswa

yang sifatnya nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami suatu hal

yang bersifat abstrak.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

33

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas dengan memfokuskan

pembelajaran pada tema yang dekat dengan kehidupan keseharian

siswa.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran secara utuh, agar

siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan

sehari-hari.

5) Bersifat fleksibel yaitu guru dapat membuat bahan ajarnya sendiri

dengan mengaitkan beberapa mata pelajaran yang dekat dengan

kehidupan siswa dan lingkungan belajarnya.

6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut TIM

Pengembang PGSD, 1977 (dalam Majid, 2014:90) sebagai berikut.

1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian

dalam pembelajaran tematik.

2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek,

memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antarskemata yang

dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti akan memberikan

dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara

langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.

4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar pada

pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat secara aktif dalam

proses pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga proses

evaluasi.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

34

Jadi dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik

merupakan pembelajaran yang menggunakan tema sebagai bahan

pembelajarannya yang sifatnya fleksibel, berpusat pada siswa, dapat

memberikan pengalaman langsung kepada siswa, dengan menyajikan

konsep pembelajaran dalam berbagai mata pelajaran yang disatupadukan,

serta menerapkan belajar sambil bermain dan menyenangkan. Maka dari itu

pembelajaran tersebut dapat menjadi pusat perhatian siswa (holistik),

dengan mengkaji suatu fenomena agar dapat memberikan kebermaknaan

bagi siswa (bermakna). Sehingga siswa dapat memahami konsep dan prinsip

yang ingin dipelajarinya (otentik), serta dapat menjadikan siswa tersebut

aktif di kelas (aktif).

c. Prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu

Ada beberapa prinsip pembelajaran tematik integratif menurut Majid

(2014:89) sebagai berikut.

1) Pembelajaran tematik integratif menggunakan tema yang aktual untuk

menyatukan materi pelajarannya, dimana tema tersebut dekat dengan

kehidupan siswa sehari-hari.

2) Pembelajaran tematik integratif perlu memilih beberapa mata pelajaran

yang saling terkait agar tema tersebut dapat bermakna sesuai dengan

tujuan pembelajarannya.

3) Pembelajaran tematik integratif harus sesuai dengan tujuan kurikulum

yang berlaku dan mendukung pencapaian tujuan pembelajarannya.

4) Materi pembelajarannya dipadukan dalam satu tema dengan

mempertimbangkan karakteristik dari siswanya sesuai kebutuhan.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

35

5) Pemaduan materinya tidak boleh dipaksakan apabila tidak dapat

dipadukan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran tematik integratif

yaitu pembelajaran dengan menggunakan tema yang aktual dekat dengan

kehidupan siswa sehari-hari. Pembelajaran tematik juga memiliki

keterkaiatan antar mata pelajaran sehingga tema tersebut dapat bermakna

sesuai tujuan pembelajarannya. Pembelajaran tematik disusun berdasarkan

kurikulum yang berlaku dengan mempertimbangkan karakteristik dari siswa

sesuai kebutuhan pembelajarannya. Materi pelajaran pembelajaran tematik

tidak boleh dipaksakan apabila tidak dapat dipadukan antara satu mata

pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

2. Penelitian Relevan

Sebelum mengembangkan sebuah produk atau membuat produk yang baru,

biasanya seorang peneliti akan mencari sebuah referensi penelitian relevan.

Penelitian relevan tersebut kemudian oleh peneliti akan dikembangkan sesuai

kebutuhan penelitiannya. Berdasakan pembahasan di atas pada kesempatan ini

peneliti mencari empat referensi penelitian relevan yang akan dijadikan sebuah

referensi dalam mengembangkan sebuah media pembelajaran yaitu KATEMA

(Koper Ajaib Tematik). Referensi penelitian relevan pada penelitian ini diambil dari

penelitian yang dikembangkan oleh Yongki Mahendra Saputro, Gita Noviria, Ajeng

Dhias Pamungkas dan Tari Manzila. Tujuan dari dilakukannya pengembangan pada

keempat penelitian relevan tersebut ialah untuk meningkatakan minat dan

memotivasi siswa untuk dapat belajar sesuai target dan tujuan pembelajarannya

pada saat proses belajar mengajar di kelas. Untuk lebih rincinya persamaan dan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

36

perbedaan antara keempat penelitian relevan tersebut dengan penelitian yang akan

dikembangakan oleh peneliti ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan pada Penelitian Relevan

Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Keterangan

1. “Pengembangan Media

Koper-X (Kotak

Perkalian) Untuk

Meningkatkan

Pemahaman Siswa Pada

Materi Perkalian Siswa

Kelas II Di SD Negeri

Mojolangu 2 Malang”

Oleh Yongki Mahendra

Saputro (2016).

1. Subjek penelitian

sama-sama siswa

kelas II SD.

2. Jenis penelitian

sama-sama

merupakan jenis

penelitian

pengembangan

media

pembelajaran.

1. Kurikulum yang berlaku

(penelitian relevan) masih

mengacu pada kurikulum

lama yaitu KTSP,

sedangkan penelitian ini

mengacu pada kurikulum

baru yaitu Kurikulum 2013.

2. Materi yang disajikan

(penelitian relevan) hanya

mata pelajaran Matematika

saja, sedangkan penelitian

ini materinya berbentuk

tematik yang terdiri dari

mata pelajaran Matematika,

Bahasa Indonesia, dan

SBdP.

3. Tempat penelitian

(penelitian relevan)

dilaksanakan di SDN

Mojolangu 2 Malang,

sedangakan penelitian ini

akan dilaksanakan di SDN

Girimoyo 2 Malang.

Hasil penelitian relevan

menunjukkan bahwa media

Koper-X sangat layak

digunakan dalam proses

pembelajaran. Hasil validasi

media mendapatkan

persentase sebesar 91,67%.

Hasil validasi materi

memperoleh persentase

91,67%. Hasil angket respon

siswa saat uji coba kelompok

kecil yang dilakukan pada 3

siswa diperoleh persentase

100%, sedangkan pada uji

kelompok besar diperoleh

persentase sebesar 99%. Hasil

respon siswa pada saat uji

kelompok besar juga

dilakuakan validasi

pembelajaran oleh guru kelas

dan mendapat persentase

sebesar 96, 8%.

2. “Pengembangan Modul

Bergambar Pop Up

Tema 7 Subtema 1

Pembelajaran 1 dan 2

Pada Kelas II SD” Oleh

Gita Noviria (2018).

1. Subjek penelitian

sama-sama siswa

kelas II SD.

2. Tema

pembelajaran

yang digunakan

sama-sama tema

7 (Kebersamaan).

3. Kurikulum yang

digunakan sama-

sama kurikulum

2013 dengan

pembelajaran

tematik.

1. Jenis penelitian (penelitian

relevan) yaitu

pengembangan modul

bergambar POP UP,

sedangkan penelitian ini

jenis penelitiannya yaitu

pengembangan media

pembelajaran KATEMA

(Koper Ajaib Tematik)

2. Subtema yang digunakan

(penelitian relevan) yaitu

subtema 1, sedangkan

penelitian ini menggunkan

subtema 4.

3. Pembelajaran yang

digunakan (penelitian

relevan) yaitu pembelajaran

1 dan 2, sedangakan

penelitian ini menggunakan

pembelajaran 6.

4. Tempat penelitian

(penelitian relevan)

dilaksanakan di SDN

Lowokwaru 3 Malang,

sedangkan penelitian ini

akan dilaksanakan di SDN

Girimoyo 2 Malang

Hasil penelitian relevan

menujukkan bahwa modul

yang dikembangkan yakni

modul bergambar POP UP

juga sangat layak untuk

digunakan dalam proses

pembelajaran. Hasil validasi

dari ahli modul sebelum revisi

adalah 84,6% dan setelah

revisi 96,1%. Hasil validasi

dari ahli materi sebelum revisi

79,5% dan setelah revisi

86,3%, sedangkan validasi

dari pakar pembelajaran

95,8%. Hasil angket respon

siswa kelas II C SDN

Lowokwaru 3 Malang

diperoleh persentase 95,4%,

sedangkan respon siswa kelas

II A diperoleh persentase

93,4%.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

37

Lanjutan Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan pada Penelitian Relevan

Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Keterangan

3. “Pengembangan Media

“KOBER” (Kotak

Berhitung) Pada Materi

Perkalian Mata Pelajaran

Matematika Siswa Kelas

II SD” Oleh Ajeng Dhias

Pamungkas (2016).

1. Subjek penelitian

sama-sama siswa

kelas II SD.

2. Jenis penelitian

sama-sama

merupakan jenis

penelitian

pengembangan

media

pembelajaran

1. Kurikulum yang berlaku

(penelitian relevan) masih

mengacu pada kurikulum

lama yaitu KTSP,

sedangkan penelitian ini

mengacu pada kurikulum

baru yaitu Kurikulum 2013.

2. Materi yang disajikan

(penelitian relevan) hanya

mata pelajaran Matematika

saja, sedangkan penelitian

ini materinya berbentuk

tematik yang terdiri dari

mata pelajaran Matematika,

Bahasa Indonesia, dan

SBdP.

3. Tempat penelitian

(penelitian relevan)

dilaksanakan di SDN 08

Grajagan Kab.

Banyuwangi, sedangakan

penelitian ini akan

dilaksanakan di SDN

Girimoyo 2 Malang.

Hasil penelitian relevan

menunjukkan bahwa media

KOBER sangat layak

digunakan dalam proses

pembelajaran. Hasil uji

validasi dari ahli media

diperoleh 95%. Hasil validasi

dari ahli materi 92%, dan hasil

validasi dari ahli pembelajaran

86%. Hasil dari uji coba tahap

I 97 %, uji coba tahap II 98%

yang menunjukan kriteria

sangat valid atau sangat layak.

Sedangkan hasil uji coba

produk tahap I berjumlah 5

siswa memperoleh rata-rata 86

dan uji coba tahap II yang

berjumlah 20 siswa

memperoleh rata-rata 95,2.

4. “Pengembangan Media

“KOPASUKA” (Kotak

Puzzle Susun Kata)

Untuk Siswa Kelas 1

Sekolah Dasar” Oleh

Tari Manzila (2016).

1. Jenis penelitian

sama-sama

merupakan jenis

penelitian

pengembangan

media

pembelajaran

2. Kurikulum yang

digunakan sama-

sama kurikulum

2013 dengan

pembelajaran

tematik.

1. Materi yang disajikan

(penelitian relevan) yaitu

mata pelajaran Bahasa

Indonesia dan IPS,

sedangkan penelitian ini

materinya yaitu mata

pelajaran Matematika,

Bahasa Indonesia, dan

SBdP.

3. Subjek penelitian relevan

yaitu siswa kelas I SD.

Hasil penelitian relevan

menunjukkan bahwa hasil uji

media yang dikembangkan

dinyatakan layak berdasarkan

validasi para ahli, ditandai

dengan persentase nilai yang

mencapai 85,71% oleh ahli

media, 89,23% oleh ahli

materi, dan 96,92% oleh ahli

pembelajaran kelas I SD.

Ujicoba kelompok kecil

diperoleh hasil persentase

mencapai 94,05% dan ujicoba

kelompok besar mencapai

hasil persentase 96,54%.

Media KOPASUKA

mendapat respon positif

dengan kriteria sangat baik

dan sangat layak digunakan

sebagai penunjang proses

pembelajaran di kelas I SD.

(Sumber: Dokumen Peneliti)

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kompetensi Inti ...eprints.umm.ac.id/59824/6/BAB II.pdf · Dari hewan buas 4.7 Menyajikan pecahan 1 2, 1 3, dan 1 4 yang bersesuaian dengan

38

C. Kerangka Pikir

Solusi

Pengembangan Media KATEMA (Koper Ajaib Tematik) Untuk Pembelajaran

Tematik Kelas II Tema Kebersamaan Di Sekolah Dasar.

Kondisi Ideal

1. Pembelajaran diselenggarakan secara

interaktif, menyenangkan, serta memotivasi

peserta didik untuk aktif (Permendikbud No

20 Tahun 2016).

2. Memanfaatkan media, alat pembelajaran,

bahan belajar dan sumber belajar

(Permendikbud No 103 tahun 2014)

Analisis Kebutuhan

Siswa membutuhkan sebuah media pembelajaran yang menarik dan inovatif

yang dapat digunakan untuk membelajarkan materi tematik SD, sehingga siswa

termotivasi untuk mengikuti pembelajaran di kelas dengan baik dan juga dapat

menumbuhkan motivasi bagi siswa untuk belajar.

Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian : Pengembangan

2. Model Penelitian : ADDIE

3. Subyek : Peserta didik kelas II di SDN Girimoyo 2 Malang

4. Pengumpulan Data : Observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi

Hasil

Media Pembelajaran KATEMA (Koper Ajaib Tematik)

Kondisi Lapang

1. Berdasarkan observasi di SDN Girimoyo 2

Malang, guru kelas II belum membelajarkan

siswanya secara interaktif, menyenangkan,

dan siswanya masih terlihat kurang aktif

pada saat pembelajaran di kelas sedang

berlangsung.

2. Guru kelas II di SDN Girimoyo 2 Malang

sudah memanfaatkan media pembelajaran,

akan tetapi media yang digunakan guru

hanya berupa gambar yang memuat satu

materi pelajaran dan belum berbentuk materi

tematik.

3. Siswa banyak yang ramai sendiri dan terlihat

bosan, sehingga menjadikan kelas kurang

kondusif.

(Sumber: Dokumen Peneliti)

Gambar 2.14 Kerangka Pikir