bab ii kajian pustaka a. kajian teori 1. a. hakekat

22
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran IPA a. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting karena semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat menimbulkan berbagai perubahan yang melanda aspek kehidupan manusia. Dalam perkembangannya konsep belajar mengajar beralih ke konsep belajar efektif. Menurut Winkel (1997:56) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan- pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap, dimana perubahan tersebut bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Menurut Di Vesta dan Thomspon (dalam Mappa, 1994:6) belajar merupakan perubahan yang bersifat abadi atau permanen dalam tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Kata kunci yang menandai belajar menurut pandangan ini adalah perubahan, tingkah laku dan pengalaman. Di Vesta juga mendefinisikan belajar merupakan sesuatu yang penting diketahui oleh guru sebagai fasilitator oleh karena tugas mereka adalah mengembangkan proses belajar secara efisien, dan merupakan hakikat dari perannya dalam mengubah tingkah laku pelajar. Belajar adalah aktivitas manusia dimana semua potensi manusia dikerahkan, kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental intelektual, tetapi juga melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang melibatkan kemampuan fisik. Menurut Dimyati (1999:3) hasil belajar diperoleh dari suatu interaksi tindak lanjut dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Dalam pembelajaran guru berperan membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar,

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran IPA

a. Hakekat Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting karena semakin

pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat menimbulkan

berbagai perubahan yang melanda aspek kehidupan manusia. Dalam

perkembangannya konsep belajar mengajar beralih ke konsep belajar efektif.

Menurut Winkel (1997:56) mengemukakan bahwa belajar sebagai suatu

aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-

pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap, dimana perubahan tersebut bersifat

secara relatif konstan dan berbekas.

Menurut Di Vesta dan Thomspon (dalam Mappa, 1994:6) belajar merupakan

perubahan yang bersifat abadi atau permanen dalam tingkah laku sebagai akibat dari

pengalaman. Kata kunci yang menandai belajar menurut pandangan ini adalah

perubahan, tingkah laku dan pengalaman. Di Vesta juga mendefinisikan belajar

merupakan sesuatu yang penting diketahui oleh guru sebagai fasilitator oleh karena

tugas mereka adalah mengembangkan proses belajar secara efisien, dan merupakan

hakikat dari perannya dalam mengubah tingkah laku pelajar.

Belajar adalah aktivitas manusia dimana semua potensi manusia dikerahkan,

kegiatan ini tidak terbatas hanya pada kegiatan mental intelektual, tetapi juga

melibatkan kemampuan-kemampuan yang bersifat emosional bahkan tidak jarang

melibatkan kemampuan fisik. Menurut Dimyati (1999:3) hasil belajar diperoleh dari

suatu interaksi tindak lanjut dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar

diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Dalam pembelajaran guru berperan

membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

7

mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar mengajar yang berupa

dampak pengajaran, sedangkan peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu

mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar dan menggunakan hasil belajar

sebagai acuannya.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku internal siswa yang kompleks, yang

terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-

ranah kognitif dan psikomotorik. Tindakan belajar tentang suatu hal tampak sebagai

perilaku belajar yang tampak dari luar. Penyebab belajar itu adalah hal-hal diluar

siswa yang sukar ditentukan. Oleh karena itu beberapa ahli mengemukakan

pandangan yang berbeda tentang belajar. Skinner (dalam Dimyati, 1999: 9)

menyatakan bahwa belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka

responsnya menurun. Lain halnya dengan Gagne (dalam Dimyati, 1999:10) belajar

merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar merupakan kapabilitas. Lebih lanjut

lagi menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi internal,

kondisi eksternal dan hasil belajar.

Pembelajaran dapat di difinisikan sebagai suatu system atau proses

membelajarkan subyek didik / pembelajaran yang direncanakan ayau di desain, di

laksakan, dan di evaluasi secara sistematis agar subyek didik / pembelajaran dapat

mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Pembelajaran ( pengertian secara umum ) adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa bebubah kearah

yang lebih baik”. ( Darsono, 2001 )

Pembelajaran adalah suatu proses atau cara menjadikan orang belajar”. (

Em. Zulfajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Besar BahasaIndonesia. Oefa Publisher )

“ Ada pula yang berpendapat bahwa pembelajaran merupakan padanan kata

dari istilah instruction, yang artinya lebih luas dari pengajar”. ( Sudirman, 1998 )

“ Istilah Teaching mencakup konsep instruction dan kegiatan – kegiatan lai

yang bersifat psikologis, sosial dan pribadi. Hal ini berarti bahwa instruction

merupakan dari konsep Teaching “. ( Belkin dan Gray, 1978 )

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

8

“ Pembelajaran secara khusus yaitu usaha guru untuk memberikan

pembelajaran sedemikian rupa, sehinga dapat lebih mudah mengorganisirnya (

mengaturnya ) menjadi suatu pola bermakna ”. ( Gesalt )

Jadi dalam pembelajaran, guru membelajarkan siswa dengan kata lain

membuat siswa belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Selain itu, dalam

pembelajaran akan terjadi interaksi antara siswa denagn lingkungannya.

Secara umum ciri – cirri pembelajaran antara lain :

Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara

sistematis.

Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam

belajar.

Pembelajaran dapat menyediakan bahan menarik dan menantang bagi

siswa.

Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan

menarik.

Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi siswa.

Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik

secara fisik maupun psikologis.

b. Hasil Belajar

Keberhasilan suatu pengajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar

siswa. Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), hasil belajar siswa menunjukkan kompetensi siswa,

sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Untuk dapat mengembangkan kompetensi, maka proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa prestasi

merupakan hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Apabila

dikaitkan dengan belajar, maka pengertian prestasi akan mengarah pada hasil belajar

yang telah dicapai. Hasil belajar merupakan suatu proses mental yang mengarah

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

9

pada penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap yang diperoleh,

disimpan, dan dilaksanakan dengan menimbulkan tingkah laku menetap.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar

yang dapat tercermin dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap, dan

keterampilan terhadap ilmu yang dipelajarinya.

Hasil belajar merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses

belajar mengajar. Selain itu, proses belajar merupakan salah satu indikator dari mutu

pengajaran yang pada akhirnya mencerminkan mutu pendidikan. Hasil belajar

merupakan kemampuan aktual siswa yang dapat diukur secara langsung melalui tes.

Arikunto (2002:117) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan

tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif. dan psikomotor.

a. Ranah kognitif

Ranah ini berhubungan dengan pengetahuan, daya pikir, dan penalaran.

Tahap-tahap yang berkaitan dengan ranah kognitif adalah sebagai berikut.

1) Mengenal(Recognition)/pengetahuan)

Dalam pengenalan mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari

atau disimpan dalam ingatan. Siswa diminta untuk memilih satu dari dua

atau lebih jawaban.

2) Pemahaman

Siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang

sederhana di antara fakta-fakta atau konsep

3) Penerapan atau Aplikasi

Siswa diminta untuk memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau

memilih suatu abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan,

cara) untuk diterapkan dalam situasi baru.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

10

4) Analisis

Siswa diminta untuk menganalisis/merinci hubungan atau situasi yang

kompleks atas konsep-konsep dasar.

5) Sintesis

Siswa diminta untuk membuat suatu pola baru atau generalisasi.

6) Evaluasi

Siswa diminta untuk memulai/berpendapat mengenai kasus-kasus

tertentu

b. Ranah Afektif

Ranah ini bersangkutan dengan perasaan/kesadaran, terdiri dari lima perilaku

sebagai berikut.

1) Penerimaan

Mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperlihatkan

hal tersebut.

2) Partisipasi

Mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam

suatu kegiatan.

3) Penilaian atau penentuan sikap

Mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan

sikap.

4) Organisasi

Mencakup kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman dan

pegangan hidup.

5) Pembentukan pola hidup

Mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola

nilai kehidupan pribadi.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah ini berhubungan dengan keterampilan, baik fisik maupun motorik, terdiri

atas tujuh perilaku sebagai berikut:

1) Persepsi

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

11

Mencakup kemampuan memilah – milahkan ( mendiskriminasikan hal-hal )

secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

2) Kesiapan

Mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan

terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

3) Gerakan terbimbing

Mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan

peniruan.

4) Gerakan yang terbiasa

Mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.

5) Gerakan kompleks

Mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri

dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat

6) Penyesuaian pola gerakan

Mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola

gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

7) Kreativitas

Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah

hasil yang telah dicapai dalam belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik yang

diperoleh oleh siswa selama kegiatan belajar mengajar dan dapat diukur.

c. Hakekat IPA

IPA sebagai ilmu terdiri dari produk dan proses. Produk IPA terdiri atas fakta

(misalnya : orang menghirup udara dan mengeluarkan udara dari hidungnya, biji

kacang hijau muncul hipokotil dan dan epikotilnya dan akan bertambah panjang

ukurannya saat ditanam pada kapas yang disiram air), konsep (misalnya: udara yang

dihirup ke dalam paru-paru lebih banyak kandungan oksigennya dibandingkan udara

yang dikeluarkan dari paru-paru, logam memuai bila dipanaskan), prinsip (misalnya:

kehidupan memerlukan energi, benda tak hidup tidak mengalami pertumbuhan),

prosedur (misal, pengamatan, pengukuran, tabulasi data, analisis data) teori,

(misalnya: teori evolusi, teori asal mula kehidupan), hukum dan postulat (misalnya,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

12

hukum Boyle, Archimedes, Postulat Kock). Semua itu merupakan produk yang

diperoleh melalui serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metoda ilmiah yang

didasari oleh sikap ilmiah.

Ditinjau dari segi proses, maka IPA memiliki berbagai keterampilan sains,

misalnya: (a) mengidentifikasi dan menentukan variabel tetap/bebas dan variabel

berubah/tergayut, (b) menentukan apa yang diukur dan diamati, (c) keterampilan

mengamati menggunakan sebanyak mungkin indera (tidak hanya indera penglihat),

mengumpulkan fakta yang relevan, mencari kesamaan dan perbedaan,

mengklasifikasikan, (d) keterampilan dalam menafsirkan hasil pengamatan seperti

mencatat secara terpisah setiap jenis pengamatan, dan dapat menghubung-

hubungkan hasil pengamatan, (e) keterampilan menemukan suatu pola dalam seri

pengamatan, dan keterampilan dalam mencari kesimpulan hasil pengamatan, (f)

keterampilan dalam meramalkan apa yang akan terjadi berdasarkan hasil-hasil

pengamatan, dan (g) keterampilan menggunakan alat/bahan dan mengapa

alat/bahan itu digunakan. Selain itu adalah keterampilan dalam menerapkan konsep,

baik penerapan konsep dalam situasi baru, menggunakan konsep dalam pengalaman

baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, maupun dalam menyusun

hipotesis. Keterampilan IPA juga menyangkut keterampilan dalam berkomunikasi

seperti (a) keterampilan menyusun laporan secara sistematis, (b) menjelaskan hasil

percobaan atau pengamatan, (c) cara mendiskusikan hasil percobaan, (d) cara

membaca grafik atau tabel, dan (e) keterampilan mengajukan pertanyaan, baik

bertanya apa, mengapa dan bagaimana, maupun bertanya untuk meminta

penjelasan serta keterampilan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang

hipotesis. Jika aspek-aspek proses ilmiah tersebut disusun dalam suatu urutan

tertentu dan digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi,

maka rangkaian proses ilmiah itu menurut Towle (1989) menjadi suatu metode ilmiah.

d. Hasil Belajar IPA

Hasil belajar IPA merupakan hasil belajar yang telah dicapai pada mata pelajaran IPA

yang ditunjukkan dari nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru IPA. Berdasarkan

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA merupakan hasil yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

13

telah dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar yang ditunjukkan dengan nilai

tes atau angka nilai dari hasil evaluasi yang diberikan oleh guru IPA.

2. Penerapan Pembelajaran Kooperatif TIPE STAD

a. Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan sejumlah siswa

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuan berbeda . dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya,setiap siswa anggota kelompok harus saling

bekerja sama Menurut Johnson dan Johonson bahwa “studi cooperative akan

meningkatkan kontak di antara siswa dan memberikan dasar bagi para siswa untuk

saling berbagi kesamaan yang menyenangkan dan membuat mereka bekerja sama

untuk mencapai tujuan bersama yang berarti merupakan pengaruh yang positif di

antara siswa, (Robert E. Salavi 2008).

Menurut Sunan dan Hans (1985), Pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara

pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi

dorongan kepada peserta didik agar bekarja sama dalam pembelajaran.

Pada Cooperative Learning siswa bekerja bersama-sama dalam team yang

beranggotakan 4 atau 5 siswa, dalam belajar cooperative banyaknya anggota

kelompok kecil, kemampuan anggota-anggota kelompok yang berbeda,

menggunakan aktivitas belajar yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman diri.

Setiap anggota kelompok tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri tetapi juga

bertanggung jawab atas teamnya dengan cara membantu teman satu teamnya

sehingga terjadi kesamaan konsep.

Menurut Slavin (2005) pembelajaran kooperatif dikategorisasikan menurut enam

karakteristik prinsipil yaitu: a) Tujuan kelompok “untuk memperoleh suatu

penghargaan”; b) Tanggung jawab individual. Yang pertama setiap individu

mempunyai tugas untuk memperoleh nilai yang setinggi-tingginya dan diusahakan

adanya spesialis tugas; c) Kesempatan sukses yang sama; d) Kompetisi Tim yaitu

untuk mengajarkan adanya tanggung jawab dan kerjasama tim; e) Spesialisasi

Tugas; f) Adaptasi terhadap kebutuhan kelompok.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000:6) adalah sebagai berikut:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

14

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan

rendah.

c. Apabila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, agama, etnis

dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

d. Pembelajaran lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Pembelajaran kooperatif sebaiknya diterapkan di sekolah dikarenakan adanya dua

alasan seperti yang dikemukakan oleh Salavin (1995) dan Sanjaya (2009) yang

pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pengunaan pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, kedua dapat meningkatkan

hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dari orang lain,

serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, dapat merealisasikan kebutuhan siswa

dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan

serta ketrampilan hal ini tidak lain karena pembelajaran kooperatif memberikan

adanya kebebasan berpendapat dalam usahanya untuk memahami suatu konsep.

Dari hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui pembelajarancooperative di

samping diperoleh pencapaian prestasi yang tinggi, juga bermaknadalam membantu

guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensisosial dalam

hubungannya dengan sesama siswa.

b. Pembelajaran kooperatif STAD(Student Team Achievement Division)

Pembelajarankooperatif metode STAD merupakan model pembelajaran kooperatif

yang paling sederhana. Siswa dalam pembelajaran kooperatif STAD dibagi menjadi

beberapa kelompok kecil. Kelompok kecil ini mempunyai anggota 4-6 siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang, rendah, terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan

apabila memungkinkan berasal dari suku, agama dan etnis yang berbeda (Ibrahim,

2000: 20).

Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran kooperatif metode

STAD adalah sebagai berikut :

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

15

a. Persiapan STAD

1) Materi

Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa

untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi

pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari

kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.

2) Menetapkan siswa dalam kelompok

Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap

kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus

diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh

membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung

memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan

kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8):

a) Merangking siswa

Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam

kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk

melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor

tes.

b) Menentukan jumlah kelompok

Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa. Untuk

menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk, bagilah banyaknya

siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42

siswa, berarti ada delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa

dan dua kelompok yang beranggotakan lima siswa. Dengan demikian

ada sepuluh kelompok yang akan dibentuk.

c) Membagi siswa dalam kelompok

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

16

Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok- kelompok yang

dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah,

sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan

demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok dalam kelas

kurang lebih sama.

d) Mengisi lembar rangkuman kelompok

isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar

rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk

pembelajaran kooperatif metode STAD).

3) Menentukan Skor Awal

Skor awal siswa dapat diambil melalui Pre Test yang dilakukan guru sebelum

pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir

yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor

siswa pada semester sebelumnya.

4) Kerja sama kelompok

Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali dengan

latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan bagi

setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling

mengenal antar anggota kelompok.

5) Jadwal Aktivitas

STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian

materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan

laporan berkala kelas.

b. Mengajar

Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang

meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan

kuis. Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1) Pendahuluan

a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa

hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara memberi teka-teki, memunculkan masalah-

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

17

masalah yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari,

dan sebagainya.

b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan

konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran.

2) Pengembangan

a. Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran

b. Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa

mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.

c. Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan.

d. Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.

e. Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya.

3) Praktek terkendali

a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh guru.

b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau

menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan

menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan

atau soal-soal yang diajukan.

c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama

penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu

atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.

c. Kegiatan Kelompok

1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan

apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:

a) Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman

dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan

yang diberikan oleh guru.

b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota

kelompok menguasai pelajaran.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

18

c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota

kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum

meminta bantuan kepada guru.

d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.

2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan

lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru

adalah:

a) Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya.

b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar

jawabannya.

c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan

seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya.

Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus

mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya dengan

teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman yang belum memahami,

teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan.

d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan

dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban

untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.

3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja

dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan

bagaimana anggota kelompok berdiskusi.

d. Kuis atau Tes

Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian,

guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar

kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam

pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan

sebagai skor kelompok.

e. Penghargaan Kelompok

1) Menghitung skor individu dan kelompok

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

19

Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan

skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor

perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.

2) Menghargai hasil belajar kelompok

Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok,

guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi.

Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang

berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini

tergantung dari kreativitas guru.

f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama

Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa.

Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif STAD untuk jangka

pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut :

a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi

pelajaran yang sedang dibahas.

b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa

mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota

kelompoknya.

c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,

belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang

bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.

d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang

tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan

teman sebaya.

e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan

bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu

pengetahuan.

g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk

memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.

c. Penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan kelompok besar

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

20

Penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan kelompok besar pada penelitian

ini adalah menggunakan pembagian kelompok dengan jumlah anggota 5-6 siswa.

Adapun komposisi anggota kelompok terdiri dari siswa yang heterogen terutama

dilihat dari kemampuannya. Dalam hal ini pembagian kelompok berdasarkan

kemampuan siswa yaitu bagi yang beranggotakan 6 terdiri dari 1 siswa

berkemampuan tinggi, 3 siswa berkemampuan sedang, dan 2 siswa berkemampuan

rendah. Sedangkan bagi yang beranggotakan 5 siswa terdiri dari dari 1 siswa

berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 2 siswa berkemampuan

rendah.

Dengan komposisi kelompok yang heterogen diharapkan terjadi interaksi belajar

antar siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

d. Penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan kelompok kecil.

Penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan kelompok kecil pada penelitian ini

adalah menggunakan pembagian kelompok dengan jumlah anggota 3-4 siswa.

Adapun komposisi anggota kelompok terdiri dari siswa yang heterogen terutama

dilihat dari kemampuannya. Dalam hal ini pembagian kelompok berdasarkan

kemampuan siswa bagi kelompok yang beranggotakan 4 siswa terdiri dari 1 siswa

berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan

rendah. Sedangkan bagi kelompok yang beranggotakan 3 siswa terdiri dari 1 siswa

berkemampuan tinggi, 1 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan

rendah.

Dengan pembentukan kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa

dalam belajar bekerja sama dan bertujuan agar semua siswa dapat terlibat aktif

dalam proses pembelajaran sehingga timbul interaksi antar sesama siswa yang

saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.

3. Penggunaan Alat Peraga Konkret

a. Pengertian alat peraga

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan

tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien

(Sudjana, 2002 :59 ). Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting

sebagai alat Bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Proses

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

21

belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan,

metode dan alat, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak

bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau tehnik untuk

mengantarkan sebagai bahan pelajaran agar sampai tujuan. Dalam pencapain

tersebut, peranan alat Bantu atau alat peraga memegang peranan yang penting

sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dengan mudah dapat dipahami oleh

siswa. Alat peraga sering disebut audio visual, dari pengertian alat yang dapat

diserap oleh mata dan telinga. Alat tersebut berguna agar pelajaran yang

disampaikan guru lebih mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar

alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar proses belajar siswa

lebih efektif dan efisien.

b. Jenis-jenis alat peraga

Adapun beberapa contoh alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajar

yaitu:

a. Gambar adalah suatu bentuk alat peraga yang nampaknya saling dikenal dan

saling dipakai, karena gambar disenangi oleh anak berbagai unur, diperoleh

dalam keadaan siap pakai, dan tidak mengita waktu persiapan.

b. Papan tulis. Peranan papan tulis tidak kalah pentingnya sebagai sarana mengajar.

Papan tulis dapat dirima dimana-mana sebagai alat peraga yang efektif. Tidak

perlu menjadi seorang seniman untuk memakai papan tulis. Kalimat yang pendek,

beberapa gambaran orang yang sederhana sekali, sebuah diagram, atau empat

persegi panjang dapat menggambarkan orang, kota atau kejadian.

c. Adapun tujuan dari alat peraga untuk:

1. Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, serta memperjelas.

2. Mengembangkan sikap yang dikehendaki.

3. Mendorong kegiatan siswa lebih lanjut. Pemakaian alat peraga merangsang

imajinasi anak dan memberikan kesan yang mendalam dalam mengajar, panca

indra dan seluruh kesanggupan seorang anak perlu dirangsang, digunakan dan

libatkan, sehingga tak hanya mengetahui, melainkan dapat memakai dan

melakukan apa yang dipelajari. Panca indera yang paling umum dipakai dalam

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

22

mengajar adalah “ mendengar” melalui pendengaran, anak mengikuti peristiwa-

peristiwa dan ikut merasakan apa yang disampaikan. Seolah-olah telinga

mendapatkan mata. Anak melihat sesuatu dari apa yang diceritakan. Namun

ilmu pendidikan berpendapat, bahwa hanya 20% dari apa yang didengar dapat

diingat kemudian hari. Kesan yang lebih dalam dapat dihasilkan jikalau apa yang

diceritakan “dilihat melalui sebuah gambar “. Dengan demikian, melalui”

mendengar “ dan “ melihat” akan diperoleh kesan yang jauh lebih mendalam.

d. Kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga

Adapun kelebihan dan kekurangan penggunaan alat peraga dalam pengajaran yaitu:

Kelebihan penggunaan alat peraga yaitu:

Menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik

Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah

memahaminya Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga siswa tidak

akan mudah bosan Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti :

mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya.

Kekurangan alat peraga yaitu:

Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntuk guru. Banyak

waktu yang diperlukan untuk persiapan Perlu kesediaan berkorban secara

materiil Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran alat

peraga itu, antara lain terlalu menekankan bahan-bahan peraganya sendiri

dengan tidak menghiraukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan

desain, pengembangan, produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan itu.

Kelemahan lain adalah alat peraga dipandang sebagai “alat Bantu “ semata-

mata bagi guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya sehingga

keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat peraga tersebut diabaikan.

Disamping itu terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses

pengembangannya dan tetap memandang materi audiovisual sebagai alat Bantu

guru dalam mengajar. Alat peraga yang digunakan hendaknya memiliki

karakteristik tertentu.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

23

e. Alat peraga konkret yang digunakan dalam pembelajaran

Siklus 1

a. Dua buah batu

Untuk membuktikan timbulnya panas dari gesekan

b. Gelas, sendok, air panas

Untuk menunjukkan peristiwa konduksi

c. Balon, karet gelang, kaleng susu bekas, lidi

Untuk menunjukan bahwa bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar

d. Dua buah kaleng bekas, benang

Untuk menguji rambatan bunyi melalui benang

Siklus 2

a. Karton, sedotan minuman, gunting, jarum minuman

Untuk mengetahui dan memahami cara kerja mainan baling-baling kertas

b. Karton, spidol, gunting, lem

Untuk mengetahui dan memahami cara kerja mainan roket tiup kertas

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Styarini (2004) yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Metode

STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Biologi diSMA Negeri 5

Semarang .Pokok bahasan yang diambil adalah hewan vetebrata dan invertebrata

.Styarini mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif metode

STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa ,keaktifan siswa dan kinerja guru .Pada

siklusI hasil belajar siswa meningkat sebesar 7,5% ,siklus II sebesar 12,66% dan siklus

III sebesar 14,33% .Keaktifan belajar siswa pada siklus I mencapai 49,16% ,siklusII

mencapai 75% dan siklus III mencapai 90% .Sedangkan kinerja guru pada siklus I

mencapai 71,16% ,siklus II mencapai 81,66% dan siklus III mencapai 89,33%. Respons

yang positif oleh siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif metode STAD

karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Endah Sulistyowati (2006) yang berjudul, Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Metode STAD Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Ekonomi Siswa Kelas

I SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang , penelitian yang digunakan adalah

Penelitian Tindakan Kelas, dimana yang menjadi subyek penelitian adalah siswa-siswi

kelas 1 BSMP Laboratorium Universitas Negeri Malang yang terdiri dari 42

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

24

siswa.Persentase aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 82,1% dan meningkat pada

siklus 2 menjadi 83,5% serta pada siklus 2 meningkat menjadi 91%.

Respons yang positif oleh siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif

metode STAD karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Saparahayuningsih (2004)

(http://www.digilibupi.co.id) yang berjudul Kaji Tindak Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS menunjukkan bahwa dengan

adanya pembelajaran kooperatif tipe STAD motivasi siswa dalam belajar mengalami

peningkatan, mengingat siswa lebih aktif dalam kelompok untuk memahami materi,

sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.

Sumarsono (2008) melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa SMU Al

Muayyad Surakarta (http://www.pakguruonline.com) menunjukkan bahwa penerapan tipe

STAD pada siswa mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar.

Dampak lebih lanjut adalah adanya peningkatan hasil belajar di atas batas ketuntasan

minimal.

Penelitian yang dilakukan oleh Supriharyono (2006) dengan judul Penerapan

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Pembelajaran Matematika di SMP Kartika

Surabaya (http://www.elvinmiradi.com) juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe STAD mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, terutama siswa

menjadi tidak malu untuk menyampaikan hal yang belum dipahami kepada

kelompoknya. Hal tersebut membawa dampak pada peningkatan hasil belajar yang

diperoleh individu maupun kelompok.

C. Kerangka Berpikir

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang

mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Untuk

mendapatkan hasil belajar yang optimal banyak dipengaruhi oleh komponen belajar

mengajar. Guru sebagai salah satu sumber belajar hendaknya mampu menyediakan

kondisi kelas yang kondusif dalam kegiatan belajar IPA di kelas. Sebagai

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

25

perwujudannya, salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan

pemilihan dan penentuan metode pembelajaran yang tepat.

STAD dan Penggunaan alat peraga merupakan metode pembelajaran yang cocok

diterapkan dalam kelas yang memiliki karakteristik yang heterogen, baik dalam

kemampuan akademis, jenis kelamin, suku, motivasi dan lain-lain. Dalam pembelajaran

kooperatif metode STAD ini tanggung jawab siswa terhadap proses belajar lebih besar

karena siswa lebih banyak bekerja dari pada sekedar mendengarkan informasi, sehingga

TIPE pembelajaran ini dapat melatih tanggung jawab siswa terhadap proses belajarnya.

Penerapan model pembelajaran kooperatif STAD dan penggunaan alat peraga pada

matapelajaran IPA diharapkan dapat tercipta suasana belajar siswa aktifyang saling

berkomunikasi, saling mendengar, saling berbagi, saling memberidan menerima, yang

mana keadaan tersebut selain dapat meningkatkanpemahaman terhadap materi juga

meningkatkan interaksi sosial siswa,sehingga patut diduga bahwa penerapan

pembelajaran model STADdan penggunaan alat peraga dapat meningkatkan motivasi

belajar IPA.

Selain itu pembelajaran model STADdan penggunaan alat peraga dapat mengatasi

adanya siswa yang lamban dalam belajar, dapat melatih kerjasama, berlatih untuk dapat

menerima pendapat orang lain, berlatih sebagai pemimpin yang baik, berlatih

bertanggung jawab, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi kelompoknya. Sehingga dari

penjelasan di atas dapat diduga bahwa dengan penerapan pembelajaran model STAD

dan penggunaan alat peraga konkret prestasi hasil belajar IPA akan mengalami

peningkatan.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa melalui penerapan

pembelajaran kooperatif STAD diduga dapat meningkatkan motivasi belajar IPA sekaligus

diduga dapat juga meningkatkan hasil belajar IPA.

Dari uraian di atas dapat ditunjukkan skema penelitian sebagai berikut :

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

26

Gambar 2.1 Skema penelitian

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Melalui penerapan pembelajaran kooperatif STAD dan penggunaan alat peraga konkret

dapat meningkatkan hasil belajar IPA pokok bahasan energi siswa kelas IV

GURU : Belum menerapkan pembelajaran STAD dan

Alat peraga Konkret

Menerapkan pembelajaran kooperatif STAD dan Alat peraga konkret

SISWA : Hasil belajar IPA rendah

masih dibawah KKM

KONDISI

AWAL

KONDISI AKHIR

TINDAKAN

Supaya hasil belajar IPA meningkat

perlu dilakukan tindakan peneliti

SIKLUS 1 : Penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan kelompok besar .

SIKLUS 2 : Penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan

kelompok kecil

Diduga melalui penerapan pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatan hasil belajar IPA bagi siswakelas IV SD Negeri Kandangan 3

pada semester II tahun 2011/2012

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. a. Hakekat

27

SD Negeri 3 Kandangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran

2011-2012”