bab ii kajian pustaka

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 P engertian Push Up push up adalah latihan kekuatan yang dilakukan berbaring horizontal dalam posisi menghadap ke bawah dan kemudian menaikkan dan menurunkan tubuh menggunakan lengan. Latihan ini lebih disukai oleh banyak orang karena Anda tidak perlu pergi ke gym untuk melakukannya. Anda dapat melakukannya di kenyamanan rumah Anda dan semua yang Anda butuhkan adalah menggunakan berat badan dan lengan. Push up yang terbaik memerlukan latihan melakukan latihan secara efektif dan benar. Masalah yang paling umum saat melakukan push up pelaksanaan buruk dan sebagai akibatnya orang tidak mendapatkan manfaat yang seharusnya mereka dapatkan. Push up yang terbaik harus seperti bangku terbalik tekan. Namun, perlu dipastikan stabilitas dan kontrol tubuh. Dada harus dekat lantai dan siku harus membungkuk untuk membentuk sudut 90 derajat, tetapi sudut ini bisa lebih kecil tergantung pada variasi yang digunakan. 3

Upload: ryan-arifin-suryanto

Post on 07-Aug-2015

48 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Kajian Pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Push Up

push up adalah latihan kekuatan yang dilakukan berbaring horizontal dalam

posisi menghadap ke bawah dan kemudian menaikkan dan menurunkan tubuh

menggunakan lengan. Latihan ini lebih disukai oleh banyak orang karena Anda

tidak perlu pergi ke gym untuk melakukannya. Anda dapat melakukannya di

kenyamanan rumah Anda dan semua yang Anda butuhkan adalah menggunakan

berat badan dan lengan.

Push up yang terbaik memerlukan latihan melakukan latihan secara efektif dan

benar. Masalah yang paling umum saat melakukan push up pelaksanaan buruk

dan sebagai akibatnya orang tidak mendapatkan manfaat yang seharusnya mereka

dapatkan.

Push up yang terbaik harus seperti bangku terbalik tekan. Namun, perlu

dipastikan stabilitas dan kontrol tubuh. Dada harus dekat lantai dan siku harus

membungkuk untuk membentuk sudut 90 derajat, tetapi sudut ini bisa lebih

kecil tergantung pada variasi yang digunakan.

Sebuah latihan push up hampir semua otot utama dada, bahu, punggung,

perut dan trisep. Setelah melakukan latihan, seseorang dapat beristirahat

sejenak sehingga dapat pulih dan otot-otot dapat memperoleh kekuatan. Push

up cukup dilakukan tiga kali seminggu.

Seperti semua latihan lain mendorong terbaik latihan harus memulai secara

bertahap setelah pemanasan. Maka harus dilakukan beberapa repetisi dan

memastikan bahwa dalam olahraga push up seseorang harus mengambil satu

menit beristirahat setelah setiap rangkaian repetisi. Idealnya kita harus

membangun untuk melakukan 8 set dari 3 reps dengan menit istirahat setelah

3

Page 2: Bab II Kajian Pustaka

4

setiap set. Setelah menguasai dan menjadi mahir dalam melaksanakan latihan,

porsi latihan dapat ditambah, terutama bagian belakang, untuk meningkatkan

perlawanan. Ini berdampak pada perolehan otot yang lebih banyak, serta

meningkatkan kekuatan dan stamina.

Untuk melakukan push up yang benar, mula-mula posisikan tubuh anda

tertelungkup. Letakkan lengan tepat di samping kanan dan kiri anda, tidak

terlalu lebar juga tidak terlalu sempit. Tarik nafas sebelum mengangkat tubuh,

dan bersamaan dengan gerakan lengan mengangkat tubuh anda lepaskan nafas.

Saat bergerak turun tarik nafas kembali. Lakukan latihan ini dengan repetisi 10

kali untuk pemula dan 25 kali untuk anda yang sudah berlatih lebih dari 60

hari, dan 50 sampai 100 kali untuk anda yang sudah cukup kuat untuk memulai

pembentukan otot. Biasanya perlu waktu antara 3 sampai 5 bulan untuk

memperoleh kekuatan yang cukup untuk repetisi 50 sampai 100 kali.

2.2 Langkah-langkah Melakukan Push Up

Langkah-langkah dalam push adalah sebagai berikut :

a. Push Up dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot lengan

b. Posisi badan tengkurap

c. Posisi kaki lurus dan tetap menutup atau menempel satu sama lain

d. Tangan ditekuk, siku ditekuk, telapak tangan menempel dilantai berada di

samping ujung lengan.

e. Setelah itu gerakan tubuh naik turun bertumpu pada kedua tangan dan

kedua kaki (jari-jari kaki)

f. Ketika naik, posisi tangan harus lurus.

g. Ketika naik, posisi seluruh bagian tubuh atas dan bawah tetap lurus selama

pergerakan.

h. Ketika turun, tangan ditekuk dan posisi badan tidak boleh sampai

menyentuh lantai

i. Perhitungan, jika dimulai dari posisi dibawah, maka dihitung sekali jika

sudah turun lagi. Begitu juga sebaliknya. Jika dimulai dari atas, maka

dihitung satu jika berada di posisi atas lagi.

Page 3: Bab II Kajian Pustaka

5

j. Pada wanita, terdapat satu perbedaan, yaitu pada posisi kaki tidak bertumpu

pada ujung telapak atau jari-jari kaki, tetapi memggunakan lutut, sehingga

posisi lutut harus ditekuk.

2.3 Manfaat Latihan Push Up

Berbagai manfaat latihan push up dapat dirasakan oleh orang yang yang

melakukannya. Push Up menguatkan otot Lengan, Bahu dan Dada. Gerakan

push up yang terpusat pada tubuh bagian atas akan membuat dada dan bahu

anda kuat dan tegap, lengan anda sebagai pusat penggerak akan mempunyai

otot yang kekar dan kuat. Push Up juga membuat otot tidak mudah terkilir,

terutama pada bagian lengan dan bahu. Selain kuat otot lengan dan tubuh

bagian atas menjadi lebih lentur. Push Up membantu melancarkan aliran darah

ke kepala, terlebih lagi bila melakukan latihan leher sebelum memulai push up

sesuai dengan petunjuk di atas, sehingga anda akan dapat merasa lebih segar

dan nyaman. Sering kali kita mendengar kejadian ‘stroke‘ menimpa sebagian

besar orang, padahal seharusnya hal itu banyak pencegahannya. Selain

menjaga pikiran yang terus positif, juga dapat melakukan push up yang

menurut Dr dr. Airiza Ahmad SpSK, konsultan saraf dari RSCM menyatakan

olahraga seperti push up bermanfaat melancarkan peredaran darah ke arah

kepala. Dengan demikian akan menurunkan resiko seseorang terkena stroke

mendadak. Lakukan push up dengan benar untuk memperoleh manfaat

maksimal.

Dianjurkan sebelum memulainya melakukan pemanasan ringan urut mulai

dari kepala sampai dengan pergelangan kaki, misalnya dimulai dengan

melakukan tengok kiri-kanan, angguk depan belakang, putar kiri-kanan, miring

kiri-kanan untuk kepala, kemudian gerakan tangan, dan terakhir putar

pergelangan kaki kiri-kanan. Setelah itu siap-siap untuk push up untuk

mendapatkan manfaat maksimal.

Page 4: Bab II Kajian Pustaka

6

2.4 Variasi latihan push up

2.4.1 Model Papan

Mulailah dengan dasar posisi push up, kedua tangan langsung berada

di bawah bahu dan badan dalam garis lurus. Tariklah pusar ke dalam

dan tahan selama 20 detik. Istirahatlah selama 30 detik dan ulangi

gerakan ini. Bila dapat dengan mudah bertahan pada posisi ini

selama 30 detik dua kali berturut-turut, berarti Anda sudah siap

melakukan gerakan selanjutnya.

2.4.2 Push Up Condong

Tempatkan kedua tangan pada bangku latihan atau pada kursi yang

kuat. Rentangkan kedua kaki ke belakang, sehingga kepala, leher,

punggung, pantat, dan kaki dalam satu bari yang lurus. Bengkokkan

kedua siku ke samping dan turunkan badan sampai hampir

menyentuh bangku (sejauh mungkin bisa dilakukan). Usahakan agar

otot-otot perut dalam keadaan kencang dan badan berada satu baris

lurus. Tahanlah selama 1 detik, kemudian doronglah kembali ke atas.

2.4.3 Push Up Berlutut

Berlututlah di lantai dengan kedua tangan langsung di bawah bahu

dan kedua kaki dbengkokkan, sehingga badan membentuk garis lurus

dari kepala sampai ke lutut. Bengkokkan kedua siku ke samping dan

turunkan badan sampai hampir ke lantai. Usahakn agar paha dan

badan dalam satu garis lurus. Tahanlah selama 1 deetik, kemudian

doronglah kembali ke atas.

Page 5: Bab II Kajian Pustaka

7

2.4.4 Push Up Satu Lutut

Mulailah dengan posisi push up berlutut, naikkan kaki kiri dari lantai

sampai setinggi pinggul. Tempatkan kaki kanan di lantai.

Bengkokkan kedua siku dan badan lurus dalam satu garis. Tahanlah

selama satu detik, kemudian doronglah ke atas kembali. Lakukan 5

kali untuk setiap kaki dan itu satu set latihan.

2.5 Cara Push Up yang Benar

2.5.1 Posisi tangan agak lebar di lantai, dan kaki bertumpu pada ujung jari,

sehingga tubuh bisa ditopang dengan sempurna selurus mungkin.

2.5.2 Buang napas sambil menekukkan sikut dan turunkan posisi bahu

sampai tekukan sikut membentuk sudut 90 derajat.

2.5.3 Kemudian dorong bahu ke atas sambil menarik napas hingga tangan

lurus, tapi pastikan posisi sikut tidak terlalu kaku agar mudah ditekuk

kembali.

2.6 Pengertian Denyut Nadi

Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat

dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Pada

jantung manusia normal, tiap-tiap denyut berasal dari noddus SA (irama sinus

normal, NSR= Normal Sinus Rhythim). Waktu istirahat, jantung berdenyut

kira-kira 70 kali kecepatannya berkurang waktu tidur dan bertambah karena

emosi, kerja, demam, dan banyak rangsangan yang lainnya. Denyut nadi

seseorang akan terus meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila pekerja

yang bersangkutan telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi.

Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut per menit

dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa

menit saja. Tempat meraba denyut nadi adalah: pergelangan tangan bagian

Page 6: Bab II Kajian Pustaka

8

depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis), dileher sebelah

kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah

kiri tepat di apex jantung (Arteri temparalis) dan di pelipis (Muffichatum,

2006).

Denyut nadi dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk mengetahui kondisi

jantung. Oleh karena itu denyut nadi sangat perlu diketahui atau diukur. Denyut

nadi adalah frekuensi irama denyut atau detak jantung yang dapat dipalpasi

atau diraba dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Jadi pada umumnya

frekuensi denyut nadi sama dengan frekuensi denyut atau detak jantung.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi

Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin,

keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, intensitas dan lama kerja, sikap kerja,

faktor fisik dan kondisi psikis (Muffichatum, 2006).

2.7.1 Usia

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan

oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung

menetap dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia

dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih

tua dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya.

Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi

sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi

kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan

pertambahan usia.

2.7.2 Jenis Kelamin

Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub

maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki

muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128

Page 7: Bab II Kajian Pustaka

9

denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja

maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit

dan pada wanita 164 denyut per menit.

2.7.3 Keadaan Kesehatan

Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau

frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru

sembuh dari sakit frekuensi jantungnya cenderung meningkat.

2.7.4 Riwayat Kesehatan

Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi

akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita

anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan

oksigen sehingga mengakibatkan peningkatan denyut nadi.

2.7.5 Intensitas dan Lama Kerja

Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut

nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan

kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi

sehingga tidak melampaui batas maksimal. Apabila melakukan

pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan

denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan

pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.

2.7.6 Sikap Kerja

Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi

berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan

dengan posisi kerja duduk. Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi

lebih cepat dari pada saat melakukan pekerjaan dengan posisi duduk.

Page 8: Bab II Kajian Pustaka

10

2.7.7 Ukuran Tubuh

Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh

seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih

cepat.

2.7.8 Kondisi Psikis

Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan

dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang.

Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat

frekuensi nadi seseorang.

2.8 Penilaian beban kerja (push up) berdasarkan denyut nadi kerja

2.8.1 Denyut Nadi (Denyut/Menit)

Pada arteri radialis dengan hitungan formal menggunakan stopwatch

selama 30 detik dikalikan 2. Pengukuran dilakukan berdasarkan

kategori beban kerja berdasarkan table Cristensen

Tabel 1. Tabel kategori denyut nadi menurut Cristensen terhadap beban kerja

Denyut Nadi Kategori

75-100 Denyut / Menit Sangat Rendah

101-125 Denyut / Menit Rendah

126-150 Denyut / Menit Sedang

151-175Denyut / Menit Tinggi

> 176 Denyut / Menit Sangat Tinggi

Astrand dan Rodahl (1977); Rodahl (1989) menyatakan bahwa

denyut nadi mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan asupan

oksigen pada waktu kerja dalam hal ini kerja fisik ketika melakukan

push up. Dan salah satu cara yang sederhana untuk menghitung

Page 9: Bab II Kajian Pustaka

11

denyut nadi adalah dengan merasakan pada arteri radialis di

pergelangan tangan. Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban

kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh

Grandjean (1993) :

a. Denyut nadi istirahat: adalah rerata denyut nadi sebelum

melakukan beban kerja (push up) dimulai.

b. Denyut nadi kerja: adalah rerata denyut nadi selama melakukan

beban kerja (push up).

c. Nadi kerja: adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut

nadi beban kerja (push up).

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting

didalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja

maksimum. Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari

istirahat sampai kerja maksimum tersebut oleh Rodahl (1989)

didefinisikan sebagai heart rate reserve (HR reserve). HR reserve

tersebut diekspresikan dalam persentase yang dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

% HR Reserve =

Denyut nadi kerja−Denyut nadi istirahatDenyut nadimaksimum−Denyut nadi istirahat

x 100

Lebih lanjut, Manuaba dan Vanwonterghem (1996) menentukan

klasifikasi beban kerja (push up) berdasarkan peningkatan denyut

nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena

beban kardiovaskuler (cardiovasculair load) yang dinyatakan dalam

%CVL, dapat dihitung dengan rumus berikut.

%CVL = 100 ( Denyut nadi kerja – Denyut nadi istirahat )Denyut nadimaksimum – Denyut nadi istirahat

Page 10: Bab II Kajian Pustaka

12

Denyut nadi maksimum untuk laki-laki dinyatakan dengan 220

dikurangi umur dan untuk wanita dinyatakan dengan 200 dikurangi

umur. Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian

dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai

berikut :

<30% = Tidak terjadi kelelahan

30 s.d. <60% = Diperlukan perbaikan

60 s.d. <80% = Kerja dalam waktu singkat

80 s.d. <100% = Diperlukan tindakan segera

>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

Selain cara-cara tersebut diatas, Kilbon (1992) mengusulkan

bahwa cardiovasculair strain dapat diestimasi dengan menggunakan

denyut nadi pemulihan (heart rate recovery) atau dikenal dengan

metode ’Brouha’. Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali

tidak mengganggu atau menghentikan pekerjaan push up, karena

pengukuran dilakukan tepat setelah subjek berhenti bekerja. Denyut

nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama,

kedua dan ketiga. P1, P2, P3 adalah rerata dari ketiga nilai tersebut

dan dihubungkan dengan total cardiac cost dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Jika P1 – P2 ≥ 10, atau P1, P2 dan P3 seluruhnya < 90, nadi

pemulihan

normal.

b. Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban

kerja

tidak berlebihan (not excessive).

c. Jika P1 – P2 < 10 dan jika P3 > 90, perlu redesain pekerjaan.

Page 11: Bab II Kajian Pustaka

13

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut

denyut nadi pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of

work), tingkat kebugaran (individual fitness). Jika nadi

pemulihan tidak segera tercapai, maka diperlukan redesain

pekerjaan (push up) untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain

tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun variabel

keseluruhan dari variable bebas (tasks, organisasi dan lingkungan

kerja) yang menyebabkan beban kerja tambahan.

2.9 Pengukuran Frekuensi Denyut Nadi

Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah

arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan

dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang

jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan

tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada

umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis,

karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan

tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu :

a. Arteri radialis

Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas

pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai

secara rutin.

b. Arteri Brankialis

Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku

(fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan

kasus cardiac arrest pada infant.

c. Arteri Karotid

Page 12: Bab II Kajian Pustaka

14

Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid

berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering

digunakan untuk bayi.

Denyut Nadi Recovery ( nadi setelah latihan ) adalah Denyut nadi

pemulihan (recovery) 5 menit berdasarkan pakar kesegaran jasmani

Rost, Rand Hollman 1982 dengan nadi 170 keatas per menit

2.10 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah dapat diartikan sebagai tekanan yang diberikan oleh

darah pada dinding dalam pembuluh darah. Guyton (1996) mengartikan

tekanan darah sebagai kekuatan yang dihasilkan darah terhadap setiap

satuan luas dinding pembuluh darah. Walaupun pengertian tekanan darah

ini berlaku pada seluruh sistem vaskuler, namun yang sering kita sebut

sebagai tekanan darah merupakan tekanan darah arteri yang merupakan

cabang dari aorta. Pengukuran tekanan darah arteri selama siklus jantung

dapat diukur secara langsung dengan menghubungkan alat pengukur

tekanan ke sebuah jarum yang dimasukkan ke dalam arteri. Pengukuran

dapat dilakukan secara lebih nyaman dan akurat, yaitu secara tidak

langsung dengan menggunakan sphygmomanometer, suatu manset yang

dapat dikembungkan dan dipakai secara eksternal lalu dihubungkan

dengan pengukur tekanan. Apabila manset dilingkarkan mengelilingi

lengan atas dan kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset

disalurkan melalui jaringan ke arteri brachialis di bawahnya, yaitu

pembuluh utama yang mengangkut darah ke lengan bawah. Selama

pengukuran tekanan darah, sebuah stetoskop diletakkan di atas arteri

brachialis di lipat siku tepat di bawah manset. Bunyi tidak terdengar

apabila tidak ada darah yg mengalir atau jika darah mengalir secara

normal, sedangkan aliran darah yang turbulen akan menimbulkan getaran

yang dapat didengar. Pada permulaan pengukuran, manset dikembungkan

Page 13: Bab II Kajian Pustaka

15

hingga melebihi tekanan sistolik sehingga arteri kolaps. Tekanan manset

yang besar menyebabkan arteri akan terjepit sehingga darah tidak akan

mengalir pada arteri tersebut maka tidak terdengar bunyi. Tekanan manset

secara perlahan diturunkan dan pada saat berada tepat di bawah tekanan

sistolik puncak maka arteri akan terbuka sedikit dan akan menyebabkan

darah mengalir secara turbulen sehingga dapat didengar melalui stetoskop

sebagai bunyi. Bunyi yang pertama kali terdengar inilah yang menandakan

tekanan darah sistolik. Sewaktu tekanan manset terus turun, darah secara

intermiten akan mengalir kembali secara turbulen setiap tekanan arteri

melebihi tekanan manset. Sewaktu tekanan manset pertama kali berada di

bawah tekanan arteri, maka arteri brachialis tidak terjepit lagi sehingga

darah dengan leluasa akan melewati arteri ini, karena aliran darah tidak

lagi turbulen maka bunyi tidak akan terdengar. Tekanan tertinggi manset

pada saat bunyi terakhir inilah yang kemudian kita sebut sebagai tekanan

darah diastolik. (Sherwood,1996).

Tekanan darah seseorang selalu dinyatakan dalam dua ukuran, misal

120/80 mmHg. Ukuran awal disebut sebagai tekanan sistolik sedangkan

ukuran yang terakhir disebut sebagi tekanan diastolik. Tekanan sistolik

merupakan tekanan arteri yang diperoleh pada saat jantung sedang

melakukan kontraksi maksimal, pada saat jantung mengalami relaksasi

tekanan arteri turun sampai ke titik terendah dan pada saat inilah tekanan

diastolik dapat diukur. Tekanan darah dapat diukur dengan menggunakan

alat yang disebut sebagai sphygmomanometer. Arteri yang memiliki

denyutan paling besar dan terletak superficial antara lain arteri temporalis,

carotis, facialis, brachialis, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior

dan dorsalis pedis (shier,2007). Arteri yang lazim digunakan adalah arteri

brachialis yang terletak di fossa cubiti.

Tekanan yang diciptakan oleh kontraksi ventrikel adalah kekuatan

pendorong untuk aliran darah melalui pembuluh dari sistem. Ketika darah

meninggalkan ventrikel kiri, aorta dan arteri diperluas untuk

mengakomodasi hal itu. Ketika ventrikel relaks dan menutup katup

Page 14: Bab II Kajian Pustaka

16

semilunar, dinding elastis arteri mundur, mendorong darah maju ke arteri

yang lebih kecil dan arteriol.

Dengan mempertahankan tekanan aliran darah selama ventrikel

berelaksasi, arteri terus-menerus menghasilkan aliran darah melalui

pembuluh darah. Sirkulasi arus di sisi arteri berdenyut, mencerminkan

perubahan dalam tekanan arteri sepanjang siklus jantung. Ketika melewati

arteriol, gelombang menghilang.

Dalam sirkulasi sistemik, tekanan darah tertinggi terletak pada arteri

dan terendah di pembuluh darah kecil. Tekanan darah tertinggi di arteri

dan jatuh terus seperti darah mengalir melalui sistem sirkulasi. Penurunan

tekanan terjadi karena energi yang hilang akibat hambatan dari pembuluh

darah. Resistensi terhadap aliran darah juga berasal dari gesekan antara

sel-sel darah.

Dalam sirkulasi sistemik, tekanan tertinggi terjadi di dalam aorta dan

mencerminkan tekanan diciptakan oleh ventrikel kiri. Tekanan aorta

mencapai tinggi rata-rata 120 mm Hg selama sistol ventrikel, kemudian

terus menurun dari 80 mm Hg selama diastol ventrikel. Perhatikan bahwa

meskipun tekanan dalam ventrikel turun menjadi hampir 0 mm Hg sebagai

ventrikel relaks, tekanan diastolik dalam arteri besar masih relatif tinggi.

Tekanan diastolik yang tinggi dalam arteri mencerminkan kemampuan

wadahnya untuk menangkap dan menyimpan energi dalam dinding elastis.

Peningkatan tekanan yang cepat terjadi saat ventrikel kiri mendorong

darah ke aorta dapat ditinggalkan sebagai denyut nadi, atau tekanan

gelombang, diteruskan melalui arteri berisi cairan dari sistem

kardiovaskular. Gelombang tekanan sekitar 10 kali lebih cepat dari darah

itu sendiri.

2.11 Pengaruh Tekanan Darah Arteri Rata-Rata

Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong

darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan.

Pertama, tekanan tersebut harus tinggi untuk menghasilkan gaya dorong

Page 15: Bab II Kajian Pustaka

17

yang cukup. Tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan

menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai

resistensi arteriol ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan

tidak boleh terlalu tinggi, sehingga menimbulkan beban kerja tambahan

bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta

kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. Mekanisme-

mekanisme yang melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi

dan sistem tubuh lain penting untuk mengatur tekanan darah arteri rata-

rata ini. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah

jantung dan resistensi perifer total:

Tekanan darah arteri rata-rata = curah jantung x resistensi perifer total

Pada gilirannya, sejumlah faktor menentukan curah jantung dan

resistensi perifer total. Dengan demikian, kita dapat memahami

kompleksitas pengaturan tekanan darah. Perubahan setiap faktor tersebut

akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan

kompensatorik pada variable lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran

darah ke suatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan

darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan

tersebut. Dengan demikian, variable kardiovaskular harus terus-menerus

diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun

kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah.

Tekanan arteri rata-rata secara konstan dipantau oleh baroreseptor

(sensor tekanan) di dalam sistem sirkulasi. Apabila reseptor mendeteksi

adanya penyimpangan dari normal, akan dimulai serangkaian respons

refleks untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normalnya. Penyesuaian

jangka pendek (dalam beberapa detik) dilakukan dengan mengubah curah

jantung dan resistensi perifer total, yang diperantarai oleh pengaruh sistem

saraf otonom pada jantung, vena, dan arteriol. Penyesuaian jangka

panjang (memerlukan waktu beberapa menit sampai hari) melibatkan

Page 16: Bab II Kajian Pustaka

18

penyesuaian volume darah total dengan memulihkan keseimbangan garam

dan air melalui mekanisme yang mengatur pengeluaran urine dan rasa

haus. Besarnya volume darah total, pada gilirannya, menimbulkan efek

nyata pada curah jantung dan tekanan arteri rata-rata.

2.12 Metode Pengukuran Tekanan Darah

Bila kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara

langsung dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang

sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk menulis secara langsung pada

potongan kertas yang bergerak. Bila arteri diikat diatas titik tempat

memasukkan kanula, suatu tekanan terekam. Aliran dalam arteri

terganggu, dan semua energy kinetic dari aliran dikonversi menjadienergi

tekanan. Bila, pilihan lain, suatu tabung T dimasukkan kedalam pembuluh

darah dan tekanan diukur pada sisi lengan tabung, rekaman tekanan sisi

pada tekanan turun karena tahanan diabaikan ialah lebih rendah

dibandingkan tekanan ujung oleh energy kinetic dari aliran.

Tabel 2. Indikator Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik Diastolik

Darah Rendah

(hipotensi)

Dibawah 90 Di bawah 60

Normal 90 - 120 60 - 80

Pre-hipertensi 120 - 140 80 - 90

Darah tinggi /

hipertensi (stadium 1)

140 – 160 90 – 100

Darah tinggi /

Hipertensi (stadium 2

berbahaya)

Di atas 160 Di atas 100

2.12.1 Metode Auskultasi

Page 17: Bab II Kajian Pustaka

19

Tekanan darah arteri pada manusia secara rutin diukur dengan

metode auskultasi. Suatu manset yang dapat dipompa dihubungkan

pada manometer air raksa kemudian dililitkan disekitar lengan dan

stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis pada siku. Manset secara

tepat dipompa sampai tekanan didalamnya diatas tekanan sistolik

yang diharapkan dalam arteri brakialis. Arteri dioklusi oleh manset

dan tidak ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan

dalam manset diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik tekanan

sistolik dalam arteri dapat melampaui tekanan manset, semburan

darah melewatinya pada tiap denyut jantung dan secara sinkron

dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar dibawah manset.

2.12.2 Metode Palpasi

Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan

dan kemudian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan

pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran

dalam menetukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan

yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mm Hg lebih

rendah dibandingkan dengan yang diukur menggunakan metode

auskultasi.

Adalah bijaksana melakukan kebiasaan meraba denyut nadi

radialis ketika memompa manset selama pengukuran tekanan darah

dengan metode auskultasi. Bila tekanan manset diturunkan, bunyi

Korotkoff kadang-kadang menghilang pada tekanan diatas tekanan

diastolic, kemudian muncul lagi pada tekanan yang lebih rendah.

Bila manset dimulai untuk dipompa sampai denyut radialis

menghilang, pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan manset diatas

tekanan sistolik dan nilai tekanan darah palsu dapat dihindari.

2.12.3 Metode Oscillometric

Page 18: Bab II Kajian Pustaka

20

Metode Oscillometric pertama kali ditunjukkan pada tahun 1876

dan melibatkan pengamatan osilasi dalam tekanan manset

sphygmomanometer yang disebabkan oleh aliran darah osilasi, yaitu

pulsa. Versi elektronik dari metode ini kadang-kadang digunakan

dalam lama jangka pengukuran dan praktik umum. Metode ini

menggunakan manset sphygmomanometer seperti metode

auscultatory, tapi dengan sensor tekanan elektronik (transducer)

untuk mengamati osilasi tekanan manset, elektronik untuk

menafsirkannya secara otomatis, dan otomatis inflasi dan deflasi

manset. Sensor tekanan harus dikalibrasi secara berkala untuk

menjaga akurasi.

Pengukuran oscillometric memerlukan keterampilan teknik lebih

sedikit daripada auscultatory, dan mungkin cocok untuk digunakan

oleh staf terlatih dan untuk pemantauan di rumah pasien secara

otomatis.

Pada awalnya tekanan manset ini mengembang melebihi tekanan

arteri sistolik, dan kemudian mengurangi tekanan diastolik selama

sekitar 30 detik. Ketika aliran darah adalah nol (tekanan manset

melebihi tekanan sistolik) atau tanpa hambatan (tekanan manset di

bawah tekanan diastolik), tekanan manset akan konstan. Kebenaran

ukuran manset sangat penting karena ukuran manset yang

kecil/sempit dapat menghasilkan tekanan yang terlalu tinggi,

sedangkan ukuran manset yang besar/longgar dapat menghasilkan

tekanan yang terlalu rendah. Ketika aliran darah hadir, tetapi

dibatasi, tekanan manset, yang dipantau oleh sensor tekanan, akan

bervariasi secara berkala selaras dengan siklus ekspansi dan

kontraksi arteri brakialis, yaitu, akan terombang-ambing. Kemudian

nilai-nilai sistolik dan tekanan diastolik dihitung, sebenarnya tidak

diukur dari data mentah, tetapi menggunakan algoritma, lalu hasil

yang telah dihitung akan ditampilkan.

Page 19: Bab II Kajian Pustaka

21

Oscillometric monitor bisa menghasilkan pembacaan yang tidak

akurat pada pasien dengan masalah jantung dan sirkulasi, yang

meliputi arteri sklerosis, aritmia, pre-eklampsia, pulsus alternans,

dan pulsus paradoxus.

Dalam praktiknya, metode yang berbeda tidak memberikan hasil

identik. Algoritma dan koefisien yang diperoleh secara

eksperimental digunakan untuk menyesuaikan hasil oscillometric

untuk memberikan bacaan yang sesuai dengan hasil auscultatory

sebaik-baiknya. Beberapa peralatan komputer menggunakan analisis

dibantu sesaat gelombang tekanan arteri untuk menentukan sistolik,

berarti, dan diastolik poin. Karena banyak perangkat oscillometric

belum divalidasi, kehati-hatian harus diberikan karena kebanyakan

tidak cocok dalam klinis dan pengaturan perawatan akut.

2.13 Hal-Hal yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut (Hegner, 2000), Tekanan darah dapat meningkat karena:

a. Jenis kelamin pasien

b. Latihan fisik

c. Makan

d. Stimulan (zat-zat yang mempercepat fungsi tubuh)

e. Stress emosional seperti marah, takut, dan aktivitas seksual

f. Kondisi penyakit seperti arteriosklorosis (penebalan arteri)

g. Faktor hereditas

h. Nyeri

i. Obesitas

j. Usia

k. Kondisi pembuluh darah

Menurut (Hegner, 2000), Tekanan darah menurun karena:

a. Puasa (tidak makan)

b. Istirahat

Page 20: Bab II Kajian Pustaka

22

c. Depresan (obat-obatan yang menghambat fungsi tubuh)

d. Kehilangan berat badan

e. Emosi (seperti berduka)

f. Kondisi abnormal seperti hemoragi (kehilangan darah) atau syok

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembacaan tekanan darah, yaitu:

a. Usia

b. Tidur

c. Berat badan

d. Emosi

e. Hereditas

f. Jenis kelamin

g. Viskositas darah

h. Kondisi pembuluh darah

i. Intensitas kerja tubuh

2.14 Hubungan Aktivitas Fisik (Push Up) Dengan Tekanan Darah

Olahraga sangat bermanfaat bagi tubuh. Diantara banyak manfaat

olahraga, salah satunya adalah bahwa olahraga dapat meningkatkan kerja

jantung dan pembuluh darah. Dalam hal ini termasuk dengan olahraga

push up. Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah

jantung yang akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian

tubuh yang membutuhkan, sedangkan pada bagian-bagian yang kurang

memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi (pengecilan pembuluh

darah), misal traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan

berpengaruh terhadap tekanan darah.

2.15 Hipotesis

a. Kegiatan Push up dapat mempercepat frekuensi denyut nadi

b. Kegiatan Push up dapat menaikkan tekanan darah.

Page 21: Bab II Kajian Pustaka

Push Up Beban Kerja Tubuh

Perubahan Frekuensi Denyut NadiPerubahan pada Tekanan DarahFaktor yang mempengaruhi : Usia Jenis KelaminKeadaan KesehatanRiwayat KesehatanIntensitas dan Lama KerjaSikap KerjaUkuran Tubuh

Faktor yang mempengaruhi : Usia Tidur Berat Badan EmosiHereditasJenis KelaminViskositas DarahKondisi Pembuluh DarahIntensitas dan Lama Kerja

23

2.16 Kerangka Teori

Page 22: Bab II Kajian Pustaka

Pengukuran Denyut Nadi sebelum push up Pengukuran Tekanan darah sebelum push up

Push UpFaktor yang diteliti :Intensitas dan Lama KerjaJenis Kelamin

Pada Mahasiswa semester 2 Program Studi Pendidikan Dokter UnTanPada Mahasiswi semester 2 Program Studi Pendidikan Dokter UnTan

Pengaruh pada frekuensi Denyut NadiPengaruh pada perubahan tekanan darahPengaruh pada frekuensi Denyut NadiPengaruh pada perubahan tekanan darah

24

2.17 Kerangka Konsep