bab ii kajian pustaka
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Push Up
push up adalah latihan kekuatan yang dilakukan berbaring horizontal dalam
posisi menghadap ke bawah dan kemudian menaikkan dan menurunkan tubuh
menggunakan lengan. Latihan ini lebih disukai oleh banyak orang karena Anda
tidak perlu pergi ke gym untuk melakukannya. Anda dapat melakukannya di
kenyamanan rumah Anda dan semua yang Anda butuhkan adalah menggunakan
berat badan dan lengan.
Push up yang terbaik memerlukan latihan melakukan latihan secara efektif dan
benar. Masalah yang paling umum saat melakukan push up pelaksanaan buruk
dan sebagai akibatnya orang tidak mendapatkan manfaat yang seharusnya mereka
dapatkan.
Push up yang terbaik harus seperti bangku terbalik tekan. Namun, perlu
dipastikan stabilitas dan kontrol tubuh. Dada harus dekat lantai dan siku harus
membungkuk untuk membentuk sudut 90 derajat, tetapi sudut ini bisa lebih
kecil tergantung pada variasi yang digunakan.
Sebuah latihan push up hampir semua otot utama dada, bahu, punggung,
perut dan trisep. Setelah melakukan latihan, seseorang dapat beristirahat
sejenak sehingga dapat pulih dan otot-otot dapat memperoleh kekuatan. Push
up cukup dilakukan tiga kali seminggu.
Seperti semua latihan lain mendorong terbaik latihan harus memulai secara
bertahap setelah pemanasan. Maka harus dilakukan beberapa repetisi dan
memastikan bahwa dalam olahraga push up seseorang harus mengambil satu
menit beristirahat setelah setiap rangkaian repetisi. Idealnya kita harus
membangun untuk melakukan 8 set dari 3 reps dengan menit istirahat setelah
3
4
setiap set. Setelah menguasai dan menjadi mahir dalam melaksanakan latihan,
porsi latihan dapat ditambah, terutama bagian belakang, untuk meningkatkan
perlawanan. Ini berdampak pada perolehan otot yang lebih banyak, serta
meningkatkan kekuatan dan stamina.
Untuk melakukan push up yang benar, mula-mula posisikan tubuh anda
tertelungkup. Letakkan lengan tepat di samping kanan dan kiri anda, tidak
terlalu lebar juga tidak terlalu sempit. Tarik nafas sebelum mengangkat tubuh,
dan bersamaan dengan gerakan lengan mengangkat tubuh anda lepaskan nafas.
Saat bergerak turun tarik nafas kembali. Lakukan latihan ini dengan repetisi 10
kali untuk pemula dan 25 kali untuk anda yang sudah berlatih lebih dari 60
hari, dan 50 sampai 100 kali untuk anda yang sudah cukup kuat untuk memulai
pembentukan otot. Biasanya perlu waktu antara 3 sampai 5 bulan untuk
memperoleh kekuatan yang cukup untuk repetisi 50 sampai 100 kali.
2.2 Langkah-langkah Melakukan Push Up
Langkah-langkah dalam push adalah sebagai berikut :
a. Push Up dilakukan untuk mengetahui kekuatan otot lengan
b. Posisi badan tengkurap
c. Posisi kaki lurus dan tetap menutup atau menempel satu sama lain
d. Tangan ditekuk, siku ditekuk, telapak tangan menempel dilantai berada di
samping ujung lengan.
e. Setelah itu gerakan tubuh naik turun bertumpu pada kedua tangan dan
kedua kaki (jari-jari kaki)
f. Ketika naik, posisi tangan harus lurus.
g. Ketika naik, posisi seluruh bagian tubuh atas dan bawah tetap lurus selama
pergerakan.
h. Ketika turun, tangan ditekuk dan posisi badan tidak boleh sampai
menyentuh lantai
i. Perhitungan, jika dimulai dari posisi dibawah, maka dihitung sekali jika
sudah turun lagi. Begitu juga sebaliknya. Jika dimulai dari atas, maka
dihitung satu jika berada di posisi atas lagi.
5
j. Pada wanita, terdapat satu perbedaan, yaitu pada posisi kaki tidak bertumpu
pada ujung telapak atau jari-jari kaki, tetapi memggunakan lutut, sehingga
posisi lutut harus ditekuk.
2.3 Manfaat Latihan Push Up
Berbagai manfaat latihan push up dapat dirasakan oleh orang yang yang
melakukannya. Push Up menguatkan otot Lengan, Bahu dan Dada. Gerakan
push up yang terpusat pada tubuh bagian atas akan membuat dada dan bahu
anda kuat dan tegap, lengan anda sebagai pusat penggerak akan mempunyai
otot yang kekar dan kuat. Push Up juga membuat otot tidak mudah terkilir,
terutama pada bagian lengan dan bahu. Selain kuat otot lengan dan tubuh
bagian atas menjadi lebih lentur. Push Up membantu melancarkan aliran darah
ke kepala, terlebih lagi bila melakukan latihan leher sebelum memulai push up
sesuai dengan petunjuk di atas, sehingga anda akan dapat merasa lebih segar
dan nyaman. Sering kali kita mendengar kejadian ‘stroke‘ menimpa sebagian
besar orang, padahal seharusnya hal itu banyak pencegahannya. Selain
menjaga pikiran yang terus positif, juga dapat melakukan push up yang
menurut Dr dr. Airiza Ahmad SpSK, konsultan saraf dari RSCM menyatakan
olahraga seperti push up bermanfaat melancarkan peredaran darah ke arah
kepala. Dengan demikian akan menurunkan resiko seseorang terkena stroke
mendadak. Lakukan push up dengan benar untuk memperoleh manfaat
maksimal.
Dianjurkan sebelum memulainya melakukan pemanasan ringan urut mulai
dari kepala sampai dengan pergelangan kaki, misalnya dimulai dengan
melakukan tengok kiri-kanan, angguk depan belakang, putar kiri-kanan, miring
kiri-kanan untuk kepala, kemudian gerakan tangan, dan terakhir putar
pergelangan kaki kiri-kanan. Setelah itu siap-siap untuk push up untuk
mendapatkan manfaat maksimal.
6
2.4 Variasi latihan push up
2.4.1 Model Papan
Mulailah dengan dasar posisi push up, kedua tangan langsung berada
di bawah bahu dan badan dalam garis lurus. Tariklah pusar ke dalam
dan tahan selama 20 detik. Istirahatlah selama 30 detik dan ulangi
gerakan ini. Bila dapat dengan mudah bertahan pada posisi ini
selama 30 detik dua kali berturut-turut, berarti Anda sudah siap
melakukan gerakan selanjutnya.
2.4.2 Push Up Condong
Tempatkan kedua tangan pada bangku latihan atau pada kursi yang
kuat. Rentangkan kedua kaki ke belakang, sehingga kepala, leher,
punggung, pantat, dan kaki dalam satu bari yang lurus. Bengkokkan
kedua siku ke samping dan turunkan badan sampai hampir
menyentuh bangku (sejauh mungkin bisa dilakukan). Usahakan agar
otot-otot perut dalam keadaan kencang dan badan berada satu baris
lurus. Tahanlah selama 1 detik, kemudian doronglah kembali ke atas.
2.4.3 Push Up Berlutut
Berlututlah di lantai dengan kedua tangan langsung di bawah bahu
dan kedua kaki dbengkokkan, sehingga badan membentuk garis lurus
dari kepala sampai ke lutut. Bengkokkan kedua siku ke samping dan
turunkan badan sampai hampir ke lantai. Usahakn agar paha dan
badan dalam satu garis lurus. Tahanlah selama 1 deetik, kemudian
doronglah kembali ke atas.
7
2.4.4 Push Up Satu Lutut
Mulailah dengan posisi push up berlutut, naikkan kaki kiri dari lantai
sampai setinggi pinggul. Tempatkan kaki kanan di lantai.
Bengkokkan kedua siku dan badan lurus dalam satu garis. Tahanlah
selama satu detik, kemudian doronglah ke atas kembali. Lakukan 5
kali untuk setiap kaki dan itu satu set latihan.
2.5 Cara Push Up yang Benar
2.5.1 Posisi tangan agak lebar di lantai, dan kaki bertumpu pada ujung jari,
sehingga tubuh bisa ditopang dengan sempurna selurus mungkin.
2.5.2 Buang napas sambil menekukkan sikut dan turunkan posisi bahu
sampai tekukan sikut membentuk sudut 90 derajat.
2.5.3 Kemudian dorong bahu ke atas sambil menarik napas hingga tangan
lurus, tapi pastikan posisi sikut tidak terlalu kaku agar mudah ditekuk
kembali.
2.6 Pengertian Denyut Nadi
Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat
dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Pada
jantung manusia normal, tiap-tiap denyut berasal dari noddus SA (irama sinus
normal, NSR= Normal Sinus Rhythim). Waktu istirahat, jantung berdenyut
kira-kira 70 kali kecepatannya berkurang waktu tidur dan bertambah karena
emosi, kerja, demam, dan banyak rangsangan yang lainnya. Denyut nadi
seseorang akan terus meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila pekerja
yang bersangkutan telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi.
Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut per menit
dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa
menit saja. Tempat meraba denyut nadi adalah: pergelangan tangan bagian
8
depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis), dileher sebelah
kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah
kiri tepat di apex jantung (Arteri temparalis) dan di pelipis (Muffichatum,
2006).
Denyut nadi dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk mengetahui kondisi
jantung. Oleh karena itu denyut nadi sangat perlu diketahui atau diukur. Denyut
nadi adalah frekuensi irama denyut atau detak jantung yang dapat dipalpasi
atau diraba dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Jadi pada umumnya
frekuensi denyut nadi sama dengan frekuensi denyut atau detak jantung.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin,
keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, intensitas dan lama kerja, sikap kerja,
faktor fisik dan kondisi psikis (Muffichatum, 2006).
2.7.1 Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan
oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung
menetap dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia
dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih
tua dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya.
Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi
sampai dengan usia dewasa, denyut nadi paling tinggi ada pada bayi
kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan
pertambahan usia.
2.7.2 Jenis Kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum, sub
maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki
muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128
9
denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja
maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit
dan pada wanita 164 denyut per menit.
2.7.3 Keadaan Kesehatan
Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau
frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru
sembuh dari sakit frekuensi jantungnya cenderung meningkat.
2.7.4 Riwayat Kesehatan
Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi
akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita
anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan
oksigen sehingga mengakibatkan peningkatan denyut nadi.
2.7.5 Intensitas dan Lama Kerja
Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut
nadi, lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan
kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi
sehingga tidak melampaui batas maksimal. Apabila melakukan
pekerjaan yang berat dan waktu yang lama akan mengakibatkan
denyut nadi bertambah sangat cepat dibandingkan dengan melakukan
pekerjaan yang ringan dan dalam waktu singkat.
2.7.6 Sikap Kerja
Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi
berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan
dengan posisi kerja duduk. Sehingga pada posisi berdiri denyut nadi
lebih cepat dari pada saat melakukan pekerjaan dengan posisi duduk.
10
2.7.7 Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh
seseorang. Semakin berat atau gemuk maka denyut nadi akan lebih
cepat.
2.7.8 Kondisi Psikis
Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan
dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang.
Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat
frekuensi nadi seseorang.
2.8 Penilaian beban kerja (push up) berdasarkan denyut nadi kerja
2.8.1 Denyut Nadi (Denyut/Menit)
Pada arteri radialis dengan hitungan formal menggunakan stopwatch
selama 30 detik dikalikan 2. Pengukuran dilakukan berdasarkan
kategori beban kerja berdasarkan table Cristensen
Tabel 1. Tabel kategori denyut nadi menurut Cristensen terhadap beban kerja
Denyut Nadi Kategori
75-100 Denyut / Menit Sangat Rendah
101-125 Denyut / Menit Rendah
126-150 Denyut / Menit Sedang
151-175Denyut / Menit Tinggi
> 176 Denyut / Menit Sangat Tinggi
Astrand dan Rodahl (1977); Rodahl (1989) menyatakan bahwa
denyut nadi mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan asupan
oksigen pada waktu kerja dalam hal ini kerja fisik ketika melakukan
push up. Dan salah satu cara yang sederhana untuk menghitung
11
denyut nadi adalah dengan merasakan pada arteri radialis di
pergelangan tangan. Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban
kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh
Grandjean (1993) :
a. Denyut nadi istirahat: adalah rerata denyut nadi sebelum
melakukan beban kerja (push up) dimulai.
b. Denyut nadi kerja: adalah rerata denyut nadi selama melakukan
beban kerja (push up).
c. Nadi kerja: adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut
nadi beban kerja (push up).
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting
didalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja
maksimum. Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari
istirahat sampai kerja maksimum tersebut oleh Rodahl (1989)
didefinisikan sebagai heart rate reserve (HR reserve). HR reserve
tersebut diekspresikan dalam persentase yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
% HR Reserve =
Denyut nadi kerja−Denyut nadi istirahatDenyut nadimaksimum−Denyut nadi istirahat
x 100
Lebih lanjut, Manuaba dan Vanwonterghem (1996) menentukan
klasifikasi beban kerja (push up) berdasarkan peningkatan denyut
nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena
beban kardiovaskuler (cardiovasculair load) yang dinyatakan dalam
%CVL, dapat dihitung dengan rumus berikut.
%CVL = 100 ( Denyut nadi kerja – Denyut nadi istirahat )Denyut nadimaksimum – Denyut nadi istirahat
12
Denyut nadi maksimum untuk laki-laki dinyatakan dengan 220
dikurangi umur dan untuk wanita dinyatakan dengan 200 dikurangi
umur. Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai
berikut :
<30% = Tidak terjadi kelelahan
30 s.d. <60% = Diperlukan perbaikan
60 s.d. <80% = Kerja dalam waktu singkat
80 s.d. <100% = Diperlukan tindakan segera
>100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas
Selain cara-cara tersebut diatas, Kilbon (1992) mengusulkan
bahwa cardiovasculair strain dapat diestimasi dengan menggunakan
denyut nadi pemulihan (heart rate recovery) atau dikenal dengan
metode ’Brouha’. Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali
tidak mengganggu atau menghentikan pekerjaan push up, karena
pengukuran dilakukan tepat setelah subjek berhenti bekerja. Denyut
nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama,
kedua dan ketiga. P1, P2, P3 adalah rerata dari ketiga nilai tersebut
dan dihubungkan dengan total cardiac cost dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Jika P1 – P2 ≥ 10, atau P1, P2 dan P3 seluruhnya < 90, nadi
pemulihan
normal.
b. Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban
kerja
tidak berlebihan (not excessive).
c. Jika P1 – P2 < 10 dan jika P3 > 90, perlu redesain pekerjaan.
13
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut
denyut nadi pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of
work), tingkat kebugaran (individual fitness). Jika nadi
pemulihan tidak segera tercapai, maka diperlukan redesain
pekerjaan (push up) untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain
tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun variabel
keseluruhan dari variable bebas (tasks, organisasi dan lingkungan
kerja) yang menyebabkan beban kerja tambahan.
2.9 Pengukuran Frekuensi Denyut Nadi
Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah
arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan
dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang
jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan
tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada
umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis,
karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan
tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu :
a. Arteri radialis
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas
pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai
secara rutin.
b. Arteri Brankialis
Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku
(fossa antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan
kasus cardiac arrest pada infant.
c. Arteri Karotid
14
Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid
berjalan diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering
digunakan untuk bayi.
Denyut Nadi Recovery ( nadi setelah latihan ) adalah Denyut nadi
pemulihan (recovery) 5 menit berdasarkan pakar kesegaran jasmani
Rost, Rand Hollman 1982 dengan nadi 170 keatas per menit
2.10 Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah dapat diartikan sebagai tekanan yang diberikan oleh
darah pada dinding dalam pembuluh darah. Guyton (1996) mengartikan
tekanan darah sebagai kekuatan yang dihasilkan darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh darah. Walaupun pengertian tekanan darah
ini berlaku pada seluruh sistem vaskuler, namun yang sering kita sebut
sebagai tekanan darah merupakan tekanan darah arteri yang merupakan
cabang dari aorta. Pengukuran tekanan darah arteri selama siklus jantung
dapat diukur secara langsung dengan menghubungkan alat pengukur
tekanan ke sebuah jarum yang dimasukkan ke dalam arteri. Pengukuran
dapat dilakukan secara lebih nyaman dan akurat, yaitu secara tidak
langsung dengan menggunakan sphygmomanometer, suatu manset yang
dapat dikembungkan dan dipakai secara eksternal lalu dihubungkan
dengan pengukur tekanan. Apabila manset dilingkarkan mengelilingi
lengan atas dan kemudian dikembungkan dengan udara, tekanan manset
disalurkan melalui jaringan ke arteri brachialis di bawahnya, yaitu
pembuluh utama yang mengangkut darah ke lengan bawah. Selama
pengukuran tekanan darah, sebuah stetoskop diletakkan di atas arteri
brachialis di lipat siku tepat di bawah manset. Bunyi tidak terdengar
apabila tidak ada darah yg mengalir atau jika darah mengalir secara
normal, sedangkan aliran darah yang turbulen akan menimbulkan getaran
yang dapat didengar. Pada permulaan pengukuran, manset dikembungkan
15
hingga melebihi tekanan sistolik sehingga arteri kolaps. Tekanan manset
yang besar menyebabkan arteri akan terjepit sehingga darah tidak akan
mengalir pada arteri tersebut maka tidak terdengar bunyi. Tekanan manset
secara perlahan diturunkan dan pada saat berada tepat di bawah tekanan
sistolik puncak maka arteri akan terbuka sedikit dan akan menyebabkan
darah mengalir secara turbulen sehingga dapat didengar melalui stetoskop
sebagai bunyi. Bunyi yang pertama kali terdengar inilah yang menandakan
tekanan darah sistolik. Sewaktu tekanan manset terus turun, darah secara
intermiten akan mengalir kembali secara turbulen setiap tekanan arteri
melebihi tekanan manset. Sewaktu tekanan manset pertama kali berada di
bawah tekanan arteri, maka arteri brachialis tidak terjepit lagi sehingga
darah dengan leluasa akan melewati arteri ini, karena aliran darah tidak
lagi turbulen maka bunyi tidak akan terdengar. Tekanan tertinggi manset
pada saat bunyi terakhir inilah yang kemudian kita sebut sebagai tekanan
darah diastolik. (Sherwood,1996).
Tekanan darah seseorang selalu dinyatakan dalam dua ukuran, misal
120/80 mmHg. Ukuran awal disebut sebagai tekanan sistolik sedangkan
ukuran yang terakhir disebut sebagi tekanan diastolik. Tekanan sistolik
merupakan tekanan arteri yang diperoleh pada saat jantung sedang
melakukan kontraksi maksimal, pada saat jantung mengalami relaksasi
tekanan arteri turun sampai ke titik terendah dan pada saat inilah tekanan
diastolik dapat diukur. Tekanan darah dapat diukur dengan menggunakan
alat yang disebut sebagai sphygmomanometer. Arteri yang memiliki
denyutan paling besar dan terletak superficial antara lain arteri temporalis,
carotis, facialis, brachialis, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior
dan dorsalis pedis (shier,2007). Arteri yang lazim digunakan adalah arteri
brachialis yang terletak di fossa cubiti.
Tekanan yang diciptakan oleh kontraksi ventrikel adalah kekuatan
pendorong untuk aliran darah melalui pembuluh dari sistem. Ketika darah
meninggalkan ventrikel kiri, aorta dan arteri diperluas untuk
mengakomodasi hal itu. Ketika ventrikel relaks dan menutup katup
16
semilunar, dinding elastis arteri mundur, mendorong darah maju ke arteri
yang lebih kecil dan arteriol.
Dengan mempertahankan tekanan aliran darah selama ventrikel
berelaksasi, arteri terus-menerus menghasilkan aliran darah melalui
pembuluh darah. Sirkulasi arus di sisi arteri berdenyut, mencerminkan
perubahan dalam tekanan arteri sepanjang siklus jantung. Ketika melewati
arteriol, gelombang menghilang.
Dalam sirkulasi sistemik, tekanan darah tertinggi terletak pada arteri
dan terendah di pembuluh darah kecil. Tekanan darah tertinggi di arteri
dan jatuh terus seperti darah mengalir melalui sistem sirkulasi. Penurunan
tekanan terjadi karena energi yang hilang akibat hambatan dari pembuluh
darah. Resistensi terhadap aliran darah juga berasal dari gesekan antara
sel-sel darah.
Dalam sirkulasi sistemik, tekanan tertinggi terjadi di dalam aorta dan
mencerminkan tekanan diciptakan oleh ventrikel kiri. Tekanan aorta
mencapai tinggi rata-rata 120 mm Hg selama sistol ventrikel, kemudian
terus menurun dari 80 mm Hg selama diastol ventrikel. Perhatikan bahwa
meskipun tekanan dalam ventrikel turun menjadi hampir 0 mm Hg sebagai
ventrikel relaks, tekanan diastolik dalam arteri besar masih relatif tinggi.
Tekanan diastolik yang tinggi dalam arteri mencerminkan kemampuan
wadahnya untuk menangkap dan menyimpan energi dalam dinding elastis.
Peningkatan tekanan yang cepat terjadi saat ventrikel kiri mendorong
darah ke aorta dapat ditinggalkan sebagai denyut nadi, atau tekanan
gelombang, diteruskan melalui arteri berisi cairan dari sistem
kardiovaskular. Gelombang tekanan sekitar 10 kali lebih cepat dari darah
itu sendiri.
2.11 Pengaruh Tekanan Darah Arteri Rata-Rata
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong
darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan.
Pertama, tekanan tersebut harus tinggi untuk menghasilkan gaya dorong
17
yang cukup. Tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan
menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai
resistensi arteriol ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan
tidak boleh terlalu tinggi, sehingga menimbulkan beban kerja tambahan
bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta
kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. Mekanisme-
mekanisme yang melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi
dan sistem tubuh lain penting untuk mengatur tekanan darah arteri rata-
rata ini. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah
jantung dan resistensi perifer total:
Tekanan darah arteri rata-rata = curah jantung x resistensi perifer total
Pada gilirannya, sejumlah faktor menentukan curah jantung dan
resistensi perifer total. Dengan demikian, kita dapat memahami
kompleksitas pengaturan tekanan darah. Perubahan setiap faktor tersebut
akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan
kompensatorik pada variable lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran
darah ke suatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan
darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan
tersebut. Dengan demikian, variable kardiovaskular harus terus-menerus
diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun
kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah.
Tekanan arteri rata-rata secara konstan dipantau oleh baroreseptor
(sensor tekanan) di dalam sistem sirkulasi. Apabila reseptor mendeteksi
adanya penyimpangan dari normal, akan dimulai serangkaian respons
refleks untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normalnya. Penyesuaian
jangka pendek (dalam beberapa detik) dilakukan dengan mengubah curah
jantung dan resistensi perifer total, yang diperantarai oleh pengaruh sistem
saraf otonom pada jantung, vena, dan arteriol. Penyesuaian jangka
panjang (memerlukan waktu beberapa menit sampai hari) melibatkan
18
penyesuaian volume darah total dengan memulihkan keseimbangan garam
dan air melalui mekanisme yang mengatur pengeluaran urine dan rasa
haus. Besarnya volume darah total, pada gilirannya, menimbulkan efek
nyata pada curah jantung dan tekanan arteri rata-rata.
2.12 Metode Pengukuran Tekanan Darah
Bila kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara
langsung dengan manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang
sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk menulis secara langsung pada
potongan kertas yang bergerak. Bila arteri diikat diatas titik tempat
memasukkan kanula, suatu tekanan terekam. Aliran dalam arteri
terganggu, dan semua energy kinetic dari aliran dikonversi menjadienergi
tekanan. Bila, pilihan lain, suatu tabung T dimasukkan kedalam pembuluh
darah dan tekanan diukur pada sisi lengan tabung, rekaman tekanan sisi
pada tekanan turun karena tahanan diabaikan ialah lebih rendah
dibandingkan tekanan ujung oleh energy kinetic dari aliran.
Tabel 2. Indikator Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik Diastolik
Darah Rendah
(hipotensi)
Dibawah 90 Di bawah 60
Normal 90 - 120 60 - 80
Pre-hipertensi 120 - 140 80 - 90
Darah tinggi /
hipertensi (stadium 1)
140 – 160 90 – 100
Darah tinggi /
Hipertensi (stadium 2
berbahaya)
Di atas 160 Di atas 100
2.12.1 Metode Auskultasi
19
Tekanan darah arteri pada manusia secara rutin diukur dengan
metode auskultasi. Suatu manset yang dapat dipompa dihubungkan
pada manometer air raksa kemudian dililitkan disekitar lengan dan
stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis pada siku. Manset secara
tepat dipompa sampai tekanan didalamnya diatas tekanan sistolik
yang diharapkan dalam arteri brakialis. Arteri dioklusi oleh manset
dan tidak ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan
dalam manset diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik tekanan
sistolik dalam arteri dapat melampaui tekanan manset, semburan
darah melewatinya pada tiap denyut jantung dan secara sinkron
dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar dibawah manset.
2.12.2 Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan
dan kemudian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanan
pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran
dalam menetukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan
yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mm Hg lebih
rendah dibandingkan dengan yang diukur menggunakan metode
auskultasi.
Adalah bijaksana melakukan kebiasaan meraba denyut nadi
radialis ketika memompa manset selama pengukuran tekanan darah
dengan metode auskultasi. Bila tekanan manset diturunkan, bunyi
Korotkoff kadang-kadang menghilang pada tekanan diatas tekanan
diastolic, kemudian muncul lagi pada tekanan yang lebih rendah.
Bila manset dimulai untuk dipompa sampai denyut radialis
menghilang, pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan manset diatas
tekanan sistolik dan nilai tekanan darah palsu dapat dihindari.
2.12.3 Metode Oscillometric
20
Metode Oscillometric pertama kali ditunjukkan pada tahun 1876
dan melibatkan pengamatan osilasi dalam tekanan manset
sphygmomanometer yang disebabkan oleh aliran darah osilasi, yaitu
pulsa. Versi elektronik dari metode ini kadang-kadang digunakan
dalam lama jangka pengukuran dan praktik umum. Metode ini
menggunakan manset sphygmomanometer seperti metode
auscultatory, tapi dengan sensor tekanan elektronik (transducer)
untuk mengamati osilasi tekanan manset, elektronik untuk
menafsirkannya secara otomatis, dan otomatis inflasi dan deflasi
manset. Sensor tekanan harus dikalibrasi secara berkala untuk
menjaga akurasi.
Pengukuran oscillometric memerlukan keterampilan teknik lebih
sedikit daripada auscultatory, dan mungkin cocok untuk digunakan
oleh staf terlatih dan untuk pemantauan di rumah pasien secara
otomatis.
Pada awalnya tekanan manset ini mengembang melebihi tekanan
arteri sistolik, dan kemudian mengurangi tekanan diastolik selama
sekitar 30 detik. Ketika aliran darah adalah nol (tekanan manset
melebihi tekanan sistolik) atau tanpa hambatan (tekanan manset di
bawah tekanan diastolik), tekanan manset akan konstan. Kebenaran
ukuran manset sangat penting karena ukuran manset yang
kecil/sempit dapat menghasilkan tekanan yang terlalu tinggi,
sedangkan ukuran manset yang besar/longgar dapat menghasilkan
tekanan yang terlalu rendah. Ketika aliran darah hadir, tetapi
dibatasi, tekanan manset, yang dipantau oleh sensor tekanan, akan
bervariasi secara berkala selaras dengan siklus ekspansi dan
kontraksi arteri brakialis, yaitu, akan terombang-ambing. Kemudian
nilai-nilai sistolik dan tekanan diastolik dihitung, sebenarnya tidak
diukur dari data mentah, tetapi menggunakan algoritma, lalu hasil
yang telah dihitung akan ditampilkan.
21
Oscillometric monitor bisa menghasilkan pembacaan yang tidak
akurat pada pasien dengan masalah jantung dan sirkulasi, yang
meliputi arteri sklerosis, aritmia, pre-eklampsia, pulsus alternans,
dan pulsus paradoxus.
Dalam praktiknya, metode yang berbeda tidak memberikan hasil
identik. Algoritma dan koefisien yang diperoleh secara
eksperimental digunakan untuk menyesuaikan hasil oscillometric
untuk memberikan bacaan yang sesuai dengan hasil auscultatory
sebaik-baiknya. Beberapa peralatan komputer menggunakan analisis
dibantu sesaat gelombang tekanan arteri untuk menentukan sistolik,
berarti, dan diastolik poin. Karena banyak perangkat oscillometric
belum divalidasi, kehati-hatian harus diberikan karena kebanyakan
tidak cocok dalam klinis dan pengaturan perawatan akut.
2.13 Hal-Hal yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut (Hegner, 2000), Tekanan darah dapat meningkat karena:
a. Jenis kelamin pasien
b. Latihan fisik
c. Makan
d. Stimulan (zat-zat yang mempercepat fungsi tubuh)
e. Stress emosional seperti marah, takut, dan aktivitas seksual
f. Kondisi penyakit seperti arteriosklorosis (penebalan arteri)
g. Faktor hereditas
h. Nyeri
i. Obesitas
j. Usia
k. Kondisi pembuluh darah
Menurut (Hegner, 2000), Tekanan darah menurun karena:
a. Puasa (tidak makan)
b. Istirahat
22
c. Depresan (obat-obatan yang menghambat fungsi tubuh)
d. Kehilangan berat badan
e. Emosi (seperti berduka)
f. Kondisi abnormal seperti hemoragi (kehilangan darah) atau syok
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembacaan tekanan darah, yaitu:
a. Usia
b. Tidur
c. Berat badan
d. Emosi
e. Hereditas
f. Jenis kelamin
g. Viskositas darah
h. Kondisi pembuluh darah
i. Intensitas kerja tubuh
2.14 Hubungan Aktivitas Fisik (Push Up) Dengan Tekanan Darah
Olahraga sangat bermanfaat bagi tubuh. Diantara banyak manfaat
olahraga, salah satunya adalah bahwa olahraga dapat meningkatkan kerja
jantung dan pembuluh darah. Dalam hal ini termasuk dengan olahraga
push up. Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah
jantung yang akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian
tubuh yang membutuhkan, sedangkan pada bagian-bagian yang kurang
memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi (pengecilan pembuluh
darah), misal traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan
berpengaruh terhadap tekanan darah.
2.15 Hipotesis
a. Kegiatan Push up dapat mempercepat frekuensi denyut nadi
b. Kegiatan Push up dapat menaikkan tekanan darah.
Push Up Beban Kerja Tubuh
Perubahan Frekuensi Denyut NadiPerubahan pada Tekanan DarahFaktor yang mempengaruhi : Usia Jenis KelaminKeadaan KesehatanRiwayat KesehatanIntensitas dan Lama KerjaSikap KerjaUkuran Tubuh
Faktor yang mempengaruhi : Usia Tidur Berat Badan EmosiHereditasJenis KelaminViskositas DarahKondisi Pembuluh DarahIntensitas dan Lama Kerja
23
2.16 Kerangka Teori
Pengukuran Denyut Nadi sebelum push up Pengukuran Tekanan darah sebelum push up
Push UpFaktor yang diteliti :Intensitas dan Lama KerjaJenis Kelamin
Pada Mahasiswa semester 2 Program Studi Pendidikan Dokter UnTanPada Mahasiswi semester 2 Program Studi Pendidikan Dokter UnTan
Pengaruh pada frekuensi Denyut NadiPengaruh pada perubahan tekanan darahPengaruh pada frekuensi Denyut NadiPengaruh pada perubahan tekanan darah
24
2.17 Kerangka Konsep