bab ii kajian pustaka 2.1.belajar -...

23
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Belajar Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar (Sudjana, 2009). Sejalan dengan pernyataan Nana Sudjana, Slameto (2003) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam proses belajar akan terlihat terjadi perubahan dalam diri manusia yang belajar tersebut. Proses yang dilalui untuk dalam perubahan perubahan tingkah laku baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap pada diri siswa akibat dari latihan, penyesuaian, maupun pengalaman (Ridwanullah, 2008). Menurut Asrori (2011) belajar adalah perubahan tingkah laku atau watak seseorang yang bersifat tetap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan bukan karena proses pertumbuhan maupun kematangan. Jadi seseorang bisa dikatakan telah belajar apabila memenuhi tiga hal, yaitu: 1. Terjadinya perubahan tingkah laku ataupun kepribadiannya. 2. Perubahan tersebut bersifat tetap bukan sementara (bukan karena kematangan dan kelelahan). 3. Disebabkan oleh pengalaman dan latihan. Dari beberapa definisi dari belajar yang telah disebutkan di atas, belajar merupakan pengalaman proses berdasarkan interaksi dengan lingkungan dalam usaha perubahan tingkah laku individu (siswa). Proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah

Upload: dangdat

Post on 02-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Belajar

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya

pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada

diri seseorang sebagai hasil dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai

bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku,

ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada

pada diri individu yang belajar (Sudjana, 2009).

Sejalan dengan pernyataan Nana Sudjana, Slameto (2003) berpendapat

bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam

proses belajar akan terlihat terjadi perubahan dalam diri manusia yang belajar

tersebut. Proses yang dilalui untuk dalam perubahan perubahan tingkah laku baik

berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap pada diri siswa akibat dari

latihan, penyesuaian, maupun pengalaman (Ridwanullah, 2008).

Menurut Asrori (2011) belajar adalah perubahan tingkah laku atau watak

seseorang yang bersifat tetap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan bukan

karena proses pertumbuhan maupun kematangan. Jadi seseorang bisa dikatakan

telah belajar apabila memenuhi tiga hal, yaitu:

1. Terjadinya perubahan tingkah laku ataupun kepribadiannya.

2. Perubahan tersebut bersifat tetap bukan sementara (bukan karena kematangan

dan kelelahan).

3. Disebabkan oleh pengalaman dan latihan.

Dari beberapa definisi dari belajar yang telah disebutkan di atas, belajar

merupakan pengalaman proses berdasarkan interaksi dengan lingkungan dalam

usaha perubahan tingkah laku individu (siswa). Proses belajar ditunjukkan dengan

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah

10

laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang

ada pada diri individu yang belajar.

2.2.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam( IPA)

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam atau dalam bahasa inggris disebut

science. IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari alam beserta isinya, hal ini

berarti semua benda yang ada di alam, peristiwa dan gejala yang muncul di

alam(Rahman, 2011). IPA merupakan proses menguji informasi yang diperoleh

dari proses dengan menggunakan pelatihan yang dirancang secara logis yang

menghasilkan produk informasi yang sahih (Widodo, 2008). Sejalan dengan itu

dalam belajar IPA tidak hanya mendengar tetapi menemukan fakta, konsep dan

prinsip dengan proses sistematis (KTSP, 2006). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang benda yang ada di alam,

peristiwa, peristiwa dan gejala alam yang diuraikan secara sistematis dalam

penemuan fakta, konsep dan prinsip.

Perubahan tingkah laku dalam pemerolehan informasi harus berdasarkan

pengalaman ketika mengamati, kemudian memahami objek yang diamati,

mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi,

menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan

tersebut benar (Danang, 2011). Proses pembelajarannya IPA dengan pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

alam sekitar secara ilmiah (Anggraeni, 2011). Sulistyorini (2007) mengatakan

proses belajar mengajar IPA seharusnya dipandang dari segi produk, proses dan

pengembangan sikap, ketiga hal tersebut bersifat saling terkait.

Pembelajaran IPA di SD memang tidak membuat siswa menjadi ahli

(expert) dalam pembelajaran IPA tetapi IPA tetapi mempersiapkan siswa agar

memahami dirinya dan lingkungan sekitarnya melalui pengembangan

keterampilan proses, sikap ilmiah, keterampilan berpikir, dan penguasaan konsep

esensial untuk melakukan teknologi (Warpala, 2003). Dengan kata lain bahwa

siswa memiliki penguasaan (mastery) sehingga siswa dapat menunjukkan unjuk

kerja pemahaman tersebut pada tingkat kemampuan yang lebih tinggi, baik pada

konteks yang sama maupun pada konteks yang berbeda (Muna, 2009).

11

Berdasarkan pendapat dari Danang, Anggraeni, Sulistyorini, Warpala dan

Muna, pembelajaran IPA adalah proses penguasaan dalam memperoleh

pengetahuan tentang alam yang dipelajari berdasarkan pengembangan

keterampilan proses, sikap ilmiah, keterampilan berpikir, dan penguasaan konsep.

2.3.Mind Mapping

Mind mapping merupakan teknik mencatat yang kreatif, efektif dan

praktis. Fungsi mencatat adalah untuk membantu siswa dalam mengingat materi.

Mind mapping dikatakan kreatif karena tidak hanya menulis tulisan linier yang

berjejer sepanjang buku tetapi dengan menggunakan garis, gambar dan warna

yang warna warni sehingga lebih menarik. Mencatat menggunakan metode mind

mapping menjadi efektif dengan hanya menggunakan satu lembar kertas hasil

yang didapat sangat banyak sekali dan menjadi praktis ketika dalam

mengulang/recall materi yang didapat hanya dengan membaca satu lembar kertas.

Otak dapat menerima informasi berupa gambar, simbol, citra, musik dan lain lain

yang berhubungan dengan fungsi kerja otak kanan (Buzan dan Buzan, 2007).

Gambar2.1 : Mind Mapping

Manfaat awal mind mapping adalah untuk mencatat. Mind mapping

hampir sama dengan metode lama outlining yang kaku kadang kala mengganggu

kebebasan berfikir sehingga sulit munculnya ide baru. Mind mapping mampu

digunakan seseorang untuk menyerap informasi dengan bebas dan juga membantu

orang tersebut untuk mengkait- kaitkan informasi terhadapt dirinya dan juga dapat

12

menjadikan dirinya kreatif. Cara kerja mind mapping adalah memadukan kata

kunci/keyword dengan gambar sebagai penunjang kata kunci. Dalam mind

mapping juga perlu menggunakan warna karena akan mempermudah untuk

menyusun pokok pikiran yang berbeda ,serta memperkuat efek asosiasi yang

dibentuk oleh kata kunci-gambar-warna. Mind mapping, secara mental seperti

menggambar sesuatu yang telah dibayangkan, ketika gambar yang dibayangkan

muncul maka semua penjelasan yang ada didalam dapat terjelaskan

(Muhammadnoer, 2009). Berikut perbedaan antara catatan biasa dengan mind

mapping

Tabel 2.1

Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping (Sugiarto, 2004)

Catatan Biasa Peta Pikiran hanya berupa tulisan-tulisan saja berupa tulisan, symbol dan gambar hanya dalam satu warna berwarna-warni untuk mereview ulang memerlukan waktu yang lama

untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek

waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama

waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif

statis membuat individu lebih kreatif. Sebelum membuat mind mapping ada beberapa hal yang harus

diperhatikan agar mind mapping yang dibuat menjadi lebih optimal. Menurut

Buzzan (2007) bahan yang perlu dipersiapkan untuk membuat mind mapping

adalah

• Kertas putih bersih. Disarankan menggunakan kertas yang cukup lebar kira-

kira ukuran A4. Jangan gunakan kertas bergaris karena akan mengganggu

gambar yang sedang dibuat. Posisi kertas lebih baik landscape.

• Pensil, spidol warna-warni

• Otak

Buzzan (2007) juga telah menyusun sejumlah aturan yang harus diikuti

Berikut adalah ringkasan dari Law of Mind Mapping:

Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3

dengan orientasi horizontal (Landscape). Central Topik diletakkan

13

ditengah-tengah kertas dan sedapat mungkin berupa Image dengan

minimal 3 warna.

Garis: lebih tebal untuk BOIs (Basic Ordering Ideas) dan selanjutnya semakin

jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak

boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau

image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat.

Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus

selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf

yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.

Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, table dan ritme

karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau

memungkinkan gunakan Image yang 3 Dimensi agar lebih menarik lagi.

Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5 – 6 warna. Warna berbeda

untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs.

Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topik terletak di tengah-

tengah kertas dan selanjutnya cabangcabangnya menyebar ke segala

arah. BOIs umumnya terdiri dari 2 – 7 buah yang disusun sesuai dengan

arah jarum jam dimulai dari arah jam 1.

Membuat Mind Mapping membutuhkan imajinasi atau pemikiran (Buzzan

2007) adapun cara pembuatan Mind Mapping adalah:

Gambar 2.2 Mind Mapping Langkah 1 Gambar 2.3 Mind Mapping Langkah 2

14

Dari uraian tersebut dengan mind mapping merupakan cara mencatat yang

mengembangkan cara belajar visual. Mind mapping memadukan kedua belah

otak sehingga akan memudahkan mengatur dan mengingat segala informasi, baik

secara tulis maupun verbal. Adanya kombinasi antara garis, kata, warna, simbol

kemudian dimasukkan kedalam secara terstruktur akan membuat informasi mudah

Gambar 2.4 Mind Mapping Langkah 3 Gambar 2.5 Mind Mapping Langkah 4

Gambar 2.6 Mind Mapping Langkah 5

Gambar 2.7 Mind Mapping Langkah 6

Gambar 1 Mind Mapping Langkah 7

15

dimasukan kedalam otak dan ditarik kembali atau diingat. Sesuai dengan

harapan peserta didik mereka ingin mengingat informasi berupa materi pelajaran

dalam jangka panjang. Dalam mind mapping terdapat unsure yang pasti ada yaitu

pusat mind map / center image yang berisi gagasan utama atau ide pokok, cabang

utama atau BOIs yang berisi sub pokok sebagai kerangka dari mind map dan yang

terakhir cabang dari sub ide pokok yang berisi keterangan dalam sebuah ide

pokok. Sehingga dalam pembuatan mind mapping hendaknya harus ada unsur-

unsure agar mind mapping lebih optimal.

2.3.1 Kelebihan dan kekuranngan mind mapping

Semua metode yang digunakan dalam mengajar tidak ada yang dapat

dikatakan sempurna, setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Metode

mind mappingpun mempunyai kelebihan dan kekurangan (Sugiarto, 2004).

Kelebihan metode mind mapping yaitu pada saat membuat mind mapping lebih

mudah mengemukakan pendapat secara bebas, pembagian materi dapat lebih

fokus pada inti mater dan sangat memungkinkan menambahkan informasi baru.

Pencarian materi yang lebih mudah dan padat karena mind mapping dibuat dalam

satu lembar kertas. Penambahan warna, simbol dan garis melengkung membuat

otak lebih responsif dalam memasukkan dan mengambil kembali informasi.

Pembuatan catatan dengan mind mapping dapat dilakukan secara kelompok

sehingga siswa dapat bekerja sama dengan teman yang kemudian didiskusikan

bersama, jika ingin menambahkan informasi baru siswa hanya tingga

menambahkan garis dalam cabang yang sesuai. Melihat mind mapping yang

sederhana sehingga pengkajian informasi menjadi lebih cepat.

Dalam setiap metode pastilah mempunyai kekurangan, melihat cara

belajar dan keaktifan siswa mind mapping hanya memungkinkan terjadi jika,

siswa tersebut aktif sehingga lebih mudah berkreasi dalam mind mapping. Disisi

lain guru akan kewalahan dalam memeriksa mind mapping karena setiap siswa

membuat mind mapping berbeda- beda sesuai dengan kreatifitasnya dan tingkat

pemahamannya.

16

2.3.2 Langkah- Langkah Metode Mind Mapping Dalam Pembelajaran

Aplikasi Mind Mapping dalam Pembelajaran dalam tahap aplikasi,

terdapat empat langkah yang harus dilakukan proses pembelajaran berbasis Mind

Mapping (Buzzan, 2007), yaitu:

1. Overview: tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses

pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran

umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Khusus untuk

pertemuan pertama pada setiap awal semester, overview dapat diisi dengan

kegiatan untuk membuat Master mind map yang merupakan rangkuman

dari seluruh topik yang akan diajarkan selama satu semester yang biasanya

sudah ada dalam silabus. Dengan demikian, sejak awal siswa sudah

mengetahui topik apa saja yang akan dipelajarinya sehingga membuka

peluang bagi siswa yang aktif untuk mempelajarinya lebih dahulu di

rumah atau di perpustakaan.

2. Preview: tinjauan awal merupakan lanjutan dari overview sehingga

gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview

dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian,

siswa diharapkan telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai

sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai.

Khusus untuk bahan yang sangat sederhana, langkah preview dapat

dilewati sehingga langsung masuk ke langkah inview.

3. Inview: tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses

pembelajaran, dimana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci

dan mendalam. Selama inview ini, siswa diharapkan dapat mencatat

informasi, konsep atau rumus penting beserta grafik, daftar atau diagram

untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang

diajarkan.

4. Review: tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran

dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan

pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau

dikuasai oleh siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk fokus

17

dalam mempelajari ulang seluruh bahan yang diajarkan di sekolah pada

saat di rumah. Review dapat juga dilakukan saat pelajaran akan dimulai

pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali

bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya.

Menurut Vanides (2005) untuk mengimplementasikan metode mind

mapping dalam mata pelajaran IPA dalam kelas, ada empat langkah implementasi

yaitu:

1. Langkah 1: Setiap siswa diminta untuk menderetkan atau menyusun

konsep-konsep yang terdapat dalam suatu topik secara sederhana sesuai

dengan kemampuannya masing-masing.

2. Langkah 2: Selanjutnya siswa- siswa tersebut diminta untuk

menghubungkan konsep-konsep yang telah ia susun sebelumnya

3. Langkah 3: Review peta konsep yang telah dibuat oleh setiap siswa dalam

sebuah kelompok kecil.

4. Langkah 4: Diskusikan peta konsep yang telah direview dalam kelompok

kecil tadi dengan kelompok lain untuk mendapatkan peta konsep yang

benar.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

mind mapping ini ada beberapa langkah yang harus diperhatikan diantaranya

1. Memberikan tinjauan suatu topik untuk merangsang keaktifan siswa dan

mengarahkan jalan pikiran siswa.

2. Menentukan sub topik, kemudian menempatkannya di sekeliling topik

sebagai kerangka catatan.

3. Membahas secara detail, terperinci dan mendalam sub topik yang akan

dibahas lebih lanjut. Dalam kegiatan ini siswa dapat mulai mencatat

informasi atau rumus menggunakan mind mapping. Hal ini dapat juga

dilakukan dalam kelompok kemudian sebagai hasil akhir ada presentasi

dari kelompok.

4. Meninjau kembali catatan yang dibuat. Dalam kegiatan ini juga dapat

berupa kumpulan hasil diskusi kelompok yang kemudian didiskusikan

18

dalam kelas. Sehingga dalam kegiatan ini dapat menambahkan informasi

sekaligus memperdalam informasi.

2.3.3 Penerapan Metode Mind Mapping Dalam Proses Pembelajaran

Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu :

(1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir. Secara aplikatif

ada beberapa langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode mind

mapping. Menurut Iwan Sugiarto( 2004), langkah pembelajaran menggunakan

metode mind mapping adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua

orang.

4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang

baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat

catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok

lainnya.

5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil

wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah

menyampaikan hasil wawancaranya.

6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami

siswa.

7. Kesimpulan/penutup.

Frindiyani (2010)mengemukakan pendapat lain tentang langkah- langkah

pembelajaran menggunakan mind mapping, sebagai berikut:

Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan kegiatan orientasi

(kegiatan awal), yaitu:

• Guru mengajukan beberapa pertanyaan berkenaan dan menghubungkannya

dengan pelajaran yang lalu

• Sosialisasi, tujuan, prasyarat, dan langkah pembelajaran serta memotivasi

siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

kegiatan inti, yaitu:

19

• Siswa membaca bahan (guru memfotokopi bahan sumber untuk semua anak)

• Siswa menyimak penjelasan dari guru (metode bercerita)

• Siswa mengidentifikasi idea atau gagasan utama dari materi (judul bab belum

tentu sama dengan ide utama materi sebenarnya)

• Siswa mengidentifikasi ide sekunder dari ide utama sebelumnya (dipandu

bantuan guru, diberi warna)

• Siswa meletakkan ide utama sebagai pusat peta konsep

• Siswa meletakkan ide sekunder di sekeliling ide utama

• Siswa memadukan ide utama dengan ide sekunder menggunakan kata

penghubung

• Menyimpulkan materi dari peta konsep yang telah dibuatnya

Kemudian dilaksanakan kegiatan terakhir, dilaksanakannya kegiatan penyimpulan

(kegiatan Penutup), yaitu:

• Guru menyimpulkan seluruh dan cara mengembangkan keterampilan berpikir

• Tes Individual : (perwakilan) maju satu per satu membuat peta konsep

• Siswa diberi tugas mempelajari dan membaca materi untuk pertemuan

berikutnya

Dalam penelitian ini akan menggunakan langkah- langkah pembelajaran

yang akan diimplementasikan kedalam RPP. Secara garis besar langkah kerja

dalam pembelajaran dengan metode mind mapping harus mencakup beberapa hal

yang diambil berdasarkan paparan aplikasi mind mapping sebagai item observasi

tindakan. Berikut item observasi yang akan digunakan dalam pembelajaran

dengan menggunakan metode mind mapping yang akan diterapkan dalam

langkah pembelajaran:

• Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari.

• Menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari.

• Meletakkan topik ditengah catatan/kertas.

• Menentukan sub topik bahasan berdasarkan sumber belajar atau buku paket

siswa.

20

• Meletakkan sub topik disekeliling topik sebagai kerangka catatan. Diberi

garis hubung dan diberi warna. Guru memberikan contoh dengan membuat

salah satu sub topik.

• Menjabarkan secara rinci setiap sub topik berdasarkan hasil tanya jawab atau

berdasarkan hasil dari mengumpulkan informasi dari sumber belajar atau

hasil diskusi.

• Melengkapi detail setiap sub topik agar informasi yang diberikan lebih jelas.

• Menambahkan, membetulkan, atau menguatkan informasi yang kurang dalam

catatan.

• Guru menyimpulkan informasi di dalam mind mapping yang telah dibuat.

• Menekankan informasi, konsep atau rumus yang telah dipelajari.

• Memberikan evaluasi .

Langkah pelaksanaan pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian

pembelajaran dengan metode mind mapping yang meliputi kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup:

Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan kegiatan pembuka, yaitu:

• Memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran.

• Menyampaikan tujuan dan langkah pembelajaran

• Memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran.

Kegiatan inti, yaitu:

Eksporasi

• Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dipelajari ( termasuk metode

mind mapping).

• Siswa menyimak penjelasan dari guru.

• Siswa digali pengetahuannya tentang materi yang akan dipelajari.

• Siswa mengidentifikasi ide pokok untuk membuat sub ide pokok.

• Siswa meletakkan ide utama sebagai pusat peta konsep (dibantu oleh guru dan

diberi warna).

21

• Siswa diajak untuk bertanya jawab atau membaca materi dari buku atau

berdiskusi tentang sub topik yang akan dipelajari.

Elaborasi

• Siswa meletakkan ide sub ide pokok di sekeliling ide utama (dibantu oleh guru

dan diberi warna).

• Guru Mengkonstruksi lebih dalam suatu sub topik yang akan dibahas secara

detail dan terperinci dengan menggambarkan alur mind mapping dari

informasi- informasi yang telah didapat.

Konfirmasi

• Guru mengadakan diskusi klasikal dari hasil mind mapping yang telah dibuat

oleh peserta didik.

• Guru menambahkan, membetulkan, atau menguatkan informasi yang kurang

dalam catatan.

• Siswa bersama guru menyimpulkan informasi di dalam mind mapping yang

telah dibuat.

Kegiatan Penutup

• Guru mengadakan evaluasi berupa tanya jawab atau tes.

2.4.Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Anni (2004) merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Pendapat lain

mengatakan hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah

mengalami pengalaman belajar (Sudjana, 2009). Menurut Kingsley yang

tercantum dalam Sudjana (2009) membagi tiga macam hasil belajar, yakni

keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan

dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni

informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan ketrampilan

motoris. Dalam sistem pendidikan nasonal rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

22

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga

ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 2009).

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan

reflex, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau

ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan

interpretatif.

Berdasarkan uraian diatas hasil belajar dapat disimpulkan hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku yang disertai peningkatan kemampuan yang

dimiliki siswa setelah mendapat pengalaman belajar, sedangkan proses

pencapaiannya dapat ditentukan dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diukur hanya dibatasi dalam

kemampuan kognitif saja, pada aspek pengetahuan dan pemahaman. Kemudian

kemampuan kognitif ini akan diukur menggunakan soal tes, berupa tes pilihan

ganda.

2.5. Jenis kelamin

Tuhan menciptakan 2 jenis manusia dengan perbedaan yang membedakan

kedua jenis manusia tersebut. Jenis kelamin ada 2 macam yaitu laki- laki dan

perempuan. Pengertian jenis kelamin (seks) merupakan pensifatan atau

pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang

melekat pada jenis kelamin tertentu, seks merupakan kodrat atau ketentuan Tuhan

sehingga bersifat permanen dan universal (Sundari, 2009). Misalnya, bahwa

manusia dengan jenis kelamin laki-laki adalah manusia yang memiliki seperti

daftar berikut: memiliki penis, memiliki jakala, dan memproduksi sperma.

23

Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim, leher rahim,

vagina, alat untuk menyusui dan memproduksi sel telur. Alat-alat tersebut secara

biologis melekat pada manusia jenis kelamin perempuan dan laki-laki selamanya.

Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara laki-laki

dan perempuan.

Berdasarkan beberapa ahli dibidang psikologis, mengatakan perempuan

pada umumnya lebih baik pada ingatan dan laki-laki lebih baik dalam berpikir

logis. perempuan pada umumnya lebih baik pada ingatan dan laki-laki lebih baik

dalam berpikir logis. mengatakan bahwa perempuan lebih tertarik pada

masalahmasalah kehidupan yang praktis kongret, sedangkan laki-laki lebih

tertarik pada segisegi yang abstrak (Aminah dan Shinta, 2011).

Dari pendapat tersebut seakan- akan terjadi perlabelan jika perempuan

akan lebih baik dalam ingatan dan laki- laki akan lebih baik dalam segi logika.

Pernyataan tersebut semakin jelas jika didasarkan pada jumlah pria dan wanita

pada program-program studi yang melibatkan perhitungan seperti Matematika,

Fisika dan beberapa jurusan Teknik di Universitas sangat signifikan. Terjadi suatu

ketimpangan yang sangat mencolok. Kondisi seperti ini akan membangun

ketidakseimbangan kesempatan kerja bagi pria dan wanita yang akhirnya

berakibat ketimpangan sosial (Lisma, 2009).

Menurut Jensen (2008) bahwa kecenderungan perbedaan kecakapan

keterampilan pada laki-laki dan perempuan dapat diuraikan sebagai berikut:

Perempuan biasanya lebih unggul daripada laki-laki dalam keterampilan atau

tugas-tugas sebagai berikut:

1. Keterampilan motorik yang baik-mampu menggerakkan jari-jemari dengan

cepat dalam kesatuan.

2. Ujian perhitungan.

3. Mampu bekerja dalam berbagai tugas dalam satu waktu

4. Mengingat posisi objek dalam satu susunan.

5. Mengeja

6. Fasih dalam mengolah kata-kata

24

7. Hal-hal yang menuntut sensitivitas terhadap stimuli eksternal (kecuali stimuli

visual).

8. Mengingat petunjuk di sepanjang rute perjalanan.

9. Menggunakan memori verbal.

10. Apresiasi terhadap kedalaman dan kecepatan perseptual.

11. Membaca ekspresi bahasa tubuh/ mimik wajah.

Laki-laki biasanya lebih unggul daripada perempuan dalam hal

keterampilan atau tugas-tugas sebagai berikut:

1. Terampil dalam menentukan target.

2. Mengolah perbendaharaan kata.

3. Konsentrasi dan fokus yang lebih luas

4. Kemampuan matematis dan penyelesaian masalah

5. Navigasi bentuk-bentuk geometris ruang.

6. Intelegensia verbal.

7. Formasi dan pemeliharaan kebiasaan.

8. Berbagai tugas spasial.

Menurut Suryawardana (2010) Dalam struktur otak wanita, kemampuan

untuk berbicara terutama ada dibagian depan otak kiri dan sebagian kecil di otak

sebelah kanan. Jadi tidak heran kalau wanita lebih senang berbicara dan banyak

pula yang dibicarakan, karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus.

Wanita juga mempunyai jangakauan sudut pandang yang relatif lebih besar.

Sementara untuk pria kemampuan berbicara dan bahasa adanyapun cuma di

bagian otak kiri dan tidak ada area yang spesifik, kemampuan berbicara dan

bahasa itu bukan kemampuan otak yang penting. Otak pria itu terkotak-kotak dan

mampu memilah-milah informasi yang masuk sehingga membuat pria cuma bisa

melakukan satu hal pada suatu waktu. Otak pria berkembang sedemikian sehingga

mereka hanya dapat berkonsentrasi pada satu hal yang spesifik pada suatu saat,

sehingga sering mereka bilang mereka bisa mengerjakan semuanya tapi ‘satu-satu

donk!!’.Kalo pria menepikan mobil untuk membaca peta, biasanya dia juga akan

mengecilkan suara radio atau tape. Pria yang mempunyai sudut pandang yang

relatif lebih kecil. Pria jika memandang sesuatu maka otak akan memproses

25

pandangannya itu ibarat teropong bajak laut Jack Sparrow. Jauh dan lebih fokus,

dan juga akan mencari KATA yang tertulis diotak tentang benda yang dicari atau

ingin dilihat.

Berpijak dari pendapat dapat disimpulkan jika perbedaan biologis antara

jenis kelamin laki- dan perempuan tidak terjadi perdebatan tetapi dari segi

psikologis pendapat yang berbeda. Dari pendapat- pendapat tersebut baik siswa

laki- laki maupun perempuan mempunyai tingkat kecerdasan tersendiri yang

bersifat dominan tetapi tidak sedikit yang mempunyai lebih dari satu kecerdasan.

Perbedaan dari segi psikologisnya adalah wanita dapat mengerjakan beberapa

pekerjaan sekaligus sehingga dapat merangkai sesuatu secara lebih cepat.

Sedangkan pria hanya dapat mengerjan satu pekerjaan dalam satu waktu karena

pria ingin memilah- milah informasi yang akan dimasukkan kedalam otak. Dalam

proses pembelajaran IPA tidak hanya menggunakan kecerdasan logis saja

sehingga siswa memungkinkan untuk lebih unggul dalam belajar IPA.

2.6.Kajian Penelitian Yang relevan

2.6.1. Mind Mapping

Penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui

Strategi Mind Map Pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Fotosintesis Kelas V

SD Negeri I Kuripan Kecamatan Purwodadi Tahun 2011”(Nuraini, 2011).

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa pokok

melalui strategi mind map. Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas V SDN I

Kuripan yang berjumlah 37 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui

observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes. Untuk menjamin validitas data

digunakan teknik triangulasi data. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif dengan analisis interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian setelah

diterapkan strategi mind map dari 18 % pada pra siklus, 29 % pada siklus I, 54 %

pada siklus II, dan 94% pada siklus III. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

dengan menggunakan strategi mind map dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam mata pelajaran IPA.

26

“The effects of note taking in science education through the mind mapping

technique on students’ attitudes, academic achievement and concept learning”

oleh Akinoglu dan Yasar (2007). Penggunaan metode mind mapping didasarkan

dalam perilaku, kemampuan akademik dan konsep dalam pembelajaran. Dalam

penelitian ini menggunakan metode kuantitaf dan kualitatif. Waktu yang

dibutuhka adalah 21 jam pelajaran. Uji reliabilitas menunjukkan KR@)= 0,73

dengan α= 0, 89. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini,

ditentukan bahwa ada perbedaan positif yang signifikan dalam konsep belajar

siswa, mengatasi kesalahpahaman, prestasi akademik dan sikap terhadap program

ilmu dengan mengambil catatan melalui metode pemetaan-pikiran.

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Pucangan 03

Kartasura pada Pelajaran Ipa Materi Penggolongan Hewan Berdasarkan

Makanannya Menggunakan Mind Mapping dengan Media Gambar Tahun Ajaran

2011/2012” (Pratama, 2011). Jenis pada penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVA SDN Pucangan 03

Kartasura yang berjumlah 26 siswa,dan obyek penelitian ini adalah hasil belajar

siswa. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, test, dokumentasi

dan wawancara. Dalam penelitian ini yang bertugas mengamati peneliti dalam

mengajar adalah guru kelas IV. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa sebelum siklus I dilaksanakan yaitu 42,3%. Setelah dilaksanakan siklus I

dengan menggunakan mind mapping dengan media gambar hail belajar siswa

meningkat menjadi 61,5% dan dilanjutkan dengan siklus II hasil belajar siswa

mengalami kenaikan secara signifikan menjadi 88,5%. Secara keseluruhan dengan

menggunakan metode mind mapping dengan media gambar dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

Penggunaan mind map (peta pikiran) untuk meningkatkan pembelajaran

IPA kelas V SDN Bareng 5 Malang (Perwitasari, 2011). Hasil observasi awal

yang dilakukan peneliti di SDN Bareng V Malang, khususnya di kelas V dalam

pembelajaran IPA ditemukan data dan bahwa banyak siswa yang mengalami

kesulitan dalam proses belajar" Siswa mengalami kesulitan dalam proses

27

penerimaan, penyimpanan, dan penggalian kembali informasi yang telah didapat".

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang menggunakan model Kemis &Taggart" Langkah Penelitian Tindakan

Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus" Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu

perencanaan, tindakan, refleksi dan rencana perbaikan". Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan Mind Map dapat meningkatkan hasil belajar IPA

siswa kelas V SDN Bareng 5 Malang" Perolehan rata-rata hasil belajar siswa

meningkat, dari rata-rata refleksi awal ke siklus I sebesar 42,1% dari siklus I ke

siklus II sebesar 26,7% dengan ketuntasan belajar 75%" Aktivitas belajar siswa

juga meningkat dari 64,2 pada siklus I menjadi74,4 pada siklus II terjadi

peningkatan sebesar 13,7%". Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan Mind

Map dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa kelas V SDN

Bareng 5 Malang.

Dari Penelitian Munandar (2010) yang Berjudul Penggunaan Metode Mind

Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Di

SD (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bojongkoneng

Kecamatan Bantar Gadung Kabupaten Suka Bumi). Masalah pokok terfokus pada

cara guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di

kelas IV SD Negeri Bojongkoneng. Data awal menunjukkan bahwa hasil belajar

siswa dalam lima kali ulangan harian belum bisa mencapai batas KKM yaitu nilai

60. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kualitatif melalui PTK. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:

observasi, wawancara, angket dan latihan soal. Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas IV SDN Bojongkoneng berjumlah 28 siswa terdiri dari 15 siswa putera dan

13 siswi puteri. Hasil penelitian menunjukkan 1) Guru hanya menggunakan

metode ceramah dalam pembelajaran, sehingga siswa merasa jenuh dan

menganggap pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang membosankan. 2) Ada

nya peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan setelah menggunakan metode

Mind Mapping dalam pembelajaran IPS yaitu hasil belajar semua siswa melewati

batas KKM. 3) Terjadinya perubahan persepsi, siswa tidak memandang

pembelajaran IPS sebagai pembelajaran yang membosankan, melainkan menjadi

28

pembelajaran yang menyenangkan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,

maka kesimpulannya adalah penggunaan metode Mind Mapping dalam

pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri Bojongkoneng dianggap berhasil dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti juga merekomendasikan metode Mind

Mapping sebagai metode alternatif dalam mengatasi masalah pembelajaran di

kelas, dan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa dalam membuat catatan

Mind Mapping, guru harus sering melatih siswa untuk membuat peta konsep.

Berdasarkan beberapa penelitian diatas walaupun beberapa menggunakan

model penelitian Penelitian Tindakan Kelas dan jurnal akan tetapi masih

berhubungan dengan penelitian ini. Melihat beberapa penelitian diatas

menunjukan bahwa adanya peningkatan hasil belajar setelah menggunakan

metode mind mapping. Sehubungan dengan adanya peningkatan hasil belajar

dengan menggunakan metode mind mapping sehingga perlu mencobakan metode

mind mapping untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan dapat

dikembangkan pula untuk meningkatkan prestasi siswa.

2.6.2. Jenis Kelamin

Dalam penelitian Martono, Puspitasari, Mintarti, dan Rostikawati (2010)

perbedaan jenis kelamin dalam prestasi belajar mahasiswa Unsoed. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan prestasi belajar antara

mahasiswa laki- laki dan perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan memanfaatkan data sekunder yaitu IPK mahasiswa dan masa

studi mahasiswa laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara umum prestasi perempuan lebih baik daripada lakilaki. Rentang IPK 3,00

sampai 4,00 didominasi perempuan. Mahasiswa perempuan memiliki masa studi

yang lebih pendek daripada laki-laki. Rata-rata lama studi mahasiswa perempuan

adalah 7-8 semester sedangkan mahasiswa laki-laki adalah 8-9 semester. Secara

teoritis, perempuan lebih berprestasi daripada laki-laki dikarenakan perempuan

lebih termotivasi dan bekerja lebih rajin daripada laki-laki dalam mengerjakan

pekerjaan sekolah, kepercayaan diri perempuan yang lebih bagus daripada laki-

laki, yang terakhir, perempuan lebih suka membaca daripada laki-laki.

29

Penelitian Arisandi dan Latifah (2008) yang berjudul Analisis persepsi

anak terhadap gaya pengasuhan orangtua, kecerdasan emosional, aktivitas dan

prestasi belajar siswa kelas XI di SMA Negeri 3 Sukabumi. Hasil dari penelitian

diatas menunjukkan kecerdasaan emosional dipengaruhi oleh gaya pengasuhan

orangtua. Sementara itu, kecerdasan emosional laki-laki dan perempuan tidak

menunjukkan adanya perbedaan. Berdasarkan prestasi belajar anak, ditemukan

adanya hubungan nyata antara prestasi belajar dengan perbedaan antar jenis kelas

(IPA dan IPS) dan jenis kelamin. Prestasi akademik murid perempuan itu secara

signifikan lebih tinggi daripada anak laki-laki.

Perbedaan prestasi belajar matematika pada sub pokok bahasan persamaan

kuadrat yang diberi pengajaran berprograma tipe bercabang dan konvensional

ditinjau dari jenis kelamin siswa (Darmanto, 2007). Teknik analisis data yang

digunakan yaitu anava dua jalur sel tak sama, yang sebelumnya dilakukan uji

prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Dari hasil pembahasan

analisis data dengan taraf signifikasi 5% menunjukan bahwa: (1) terdapat

perbedaan prestasi belajar siswa yang diberi pengajaran berprograma tipe

bercabang dan konvensional dengan FHit = 4,178. (2) terdapat perbedaan prestasi

belajar metematika antara siswa putra dan siswa putri dengan FHit = 7,887. (3)

tidak terdapat perbedaan antara metode pengajaran berprograma tipe bercabang

dan konvensional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari jenis kelamin

dengan FHit = 0,210.

Nakazawa, Takahira, Muramatsu, Kawano, Fujiwara, Takahashi, Ikegami

yang berjudul Gender issues in mathematics, science and technology gender

differences in science learning of japanese junior high school students (2001).

Perbedaan jenis kelamin yang signifikan mempengaruhi siswa-siswinya dalam

memilih jurusan di sma dan perguruan tinggi. Sebuah studi yang dilakukan selama

dua tahun terhadap siswa SMP Jepang dengan menggunakan kuesioner. Survei 1

(Juni dan Juli 1999) subyek: kelas tujuh siswa 437 perempuan dan anak laki-laki

470 dari 9 sekolah negeri dari 9 daerah Jepang. Survei 2 (Juni dan Juli 2000)

dengan subyek yang terdiri dari delapan dengan jumlah siswa kelas siswa 408

perempuan dan anak laki-laki 443 dipilih dari sekolah yang sama berpartisipasi

30

dalam survei 1 (satu sekolah menolak untuk berpartisipasi dalam survei kedua 2).

Kelas 7 dan 8 sesuai dengan Jepang kelas 1 dan 2 SMP. Kedua survei dilakukan

di trimester pertama dari setiap kelas. Analisis ini dilakukan oleh salib tabulasi

dengan χ2 analisis untuk memeriksa perubahan dalam tanggapan untuk item

yang umum dari kelas 7 (survei 1) untuk kelas 8 (survei 2) dalam jenis kelamin,

dan mengurangi perbedaan jenis kelamin dalam setiap item nilai. Hasil penelitian

Perbedaan jenis kelamin yang signifikan yang ditemukan baik di kelas 7 dan 8 .

Lebih banyak anak perempuan daripada anak laki - laki tidak suka belajar ilmu

pengetahuan di kedua kelas. Perbedaan jenis kelamin meningkat antara 7 dan 8

kelas. Lebih banyak perempuan di 8 menjadi tidak menyukai ilmu pengetahuan

dari ketika mereka sampai ke kelas 7.

Spelke dan Elizabeth dalam artikel yang berjudul “Sex Differences in

Intrinsic Aptitude for Mathematics and Science?: A Critical Review (2005)”.

Artikel ini menganggap bahwa perbedaan jenis kelamin dalam ranah kognitif

memperhitungkan representasi diferensial laki-laki dan perempuan di tingkat

tinggi karir dalam matematika dan ilmu pengetahuan: (a) laki-laki lebih terfokus

pada objek dari awal kehidupan dan karenanya cenderung untuk lebih baik belajar

tentang sistem mekanis; (b) laki-laki memiliki profil kemampuan analisa data

spasial dan numerik yang memproduksi bakat besar untuk matematika; dan laki-

laki (c) lebih bervariasi dalam kemampuan kognitif mereka dan oleh karena itu

mendominasi di bagian dari matematika. Penelitian tentang perkembangan

kognitif dalam bayi manusia, anak-anak prasekolah dan siswa pada semua

tingkatan gagal untuk mendukung klaim ini. Sebaliknya, ini memberikan bukti

bahwa matematika dan science merupakan pengembangkan dari serangkaian

kapasitas kognitif bahwa laki-laki dan perempuan mengembangkan proses

biologis dalam berpikirnya. Dengan tingkat kapasitas ini menyebabkan laki-laki

dan perempuan untuk mengembangkan bakat yang sama dalam matematika dan

ilmu pengetahuan.

Dalam beberapa penelitian diatas memberikan dua simpulan tentang

pengaruh jenis kelamin terhadap hasil belajar dan prestasi belajar yaitu ada

pengaruh yang signifikan dan penelitian lain menunjukkan tidak adanya pengaruh

31

yang signifikan terhadap hasil belajar. Dikarenakan adanya kesimpulan yang

berbeda- beda peneliti perlu menganalisis adakah pengaruh jenis kelamin terhadap

hasil belajar dengan menggunkan metode mind mapping.

Diatas telah dituliskan tentang pengaruh metode mind mapping terhadap

hasil belajar ataupun prestasi siswa dan juga pengaruh jenis kelamin terhadap

hasil belajar dan presstasi siswa. Berpijak dari kedua hal tersebut peneliti ingin

melihat seberapa jauh pengaruh jenis kelamin terhadap hasil belajar IPA dengan

metode mind mapping.

2.7.Kerangka Pikir

Mengapa metode mind mapping dapat dijadikan salah satu metode

pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan

mind mapping diyakini akan membuat siswa mudah memahami konsep- konsep

yang tersusun secara berkesinambungan. Konsep tersebut dapat mudah diingat

karena pada saat membuat dan mengulang siswa akan memahaminya secara

sistematis dan dalam mengeluarkannya atau mengingatnyapun lebih mudah

diingat. Proses mengingat dipermudah juga karena ada warna, garis, dan gambar

agar informasi yang diserap menjadi lebih cepat diserap dan diingat. Perbedaan

kemampuan antara siswa laki- laki dan perempuan juga akan dilihat dengan

menggunakan mind mapping, untuk melihat jenis kelamin mana yang lebih cocok

menerima pembelajaran dengan mind mapping

2.8.Hipotesis Penelitian

Dari latar belakang dan kajian teori ada dugaan sementara bahwa :

1. Siswa yang diajar dengan Metode mind mapping diduga akan mendapat hasil

yang lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan metode

konvensional.

2. Diduga ada pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap hasil

belajar IPA siswa sekolah dasar ditinjau dari perbedaan jenis kelamin.