bab ii kajian pustaka -...

22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika SD Definisi matematika sebenarnya itu tidak ada, karena tidak terdapat satu definisipun yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika, hal ini dimaksudkan agar para siswa atau orang yang mempelajari matematika dapat menangkap dengan mudah keseluruhan pandangan para ahli matematika, sehingga mereka dapat mengartikan matematika dari sudut pandang manapun (Soedjadi 2000:11). Meskipun demikian ada beberapa definisi mengenai matematika yang diungkapkan Soedjadi (2000:11), sebagai berikut: 1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematis. 2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. 3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. 4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. 5. Matematikan adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. Dari beberapa definisi yang sudah diungkapakan Soedjadi (2000:11) di atas, maka penulis simpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang bilangan, bentuk serta data-data kuantitatif yang tersusun secara sistematis dan logik. Matematika memiliki beberapa karakteristik seperti; memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya (Soedjadi 2000:13). Matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan IPTEK, sehingga

Upload: hoangminh

Post on 13-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Matematika SD

Definisi matematika sebenarnya itu tidak ada, karena tidak terdapat satu

definisipun yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar

matematika, hal ini dimaksudkan agar para siswa atau orang yang

mempelajari matematika dapat menangkap dengan mudah keseluruhan

pandangan para ahli matematika, sehingga mereka dapat mengartikan

matematika dari sudut pandang manapun (Soedjadi 2000:11). Meskipun

demikian ada beberapa definisi mengenai matematika yang diungkapkan

Soedjadi (2000:11), sebagai berikut:

1. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan

terorganisir secara sistematis.

2. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

berhubungan dengan bilangan.

4. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif

dan masalah tentang ruang dan bentuk.

5. Matematikan adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang

logik.

6. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang

ketat.

Dari beberapa definisi yang sudah diungkapakan Soedjadi (2000:11) di atas,

maka penulis simpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan tentang

bilangan, bentuk serta data-data kuantitatif yang tersusun secara sistematis

dan logik.

Matematika memiliki beberapa karakteristik seperti; memiliki objek

kajian abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki

simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan

konsisten dalam sistemnya (Soedjadi 2000:13). Matematika sangat diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan IPTEK, sehingga

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

8

perlu dibekalkan dalam semua jenjang pendidikan. Matematika pada

hakikatnya merupakan suatu ilmu yang cara penalarannya deduktif formal

dan abstrak, harus di berikan pada anak SD yang berfikirnya operasional

konkret. Tujuan umum diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar

menurut Soedjadi (2000:43) adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan siswa agar dapat menghadapi perubahan

keadaan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang,

melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,

rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien.

2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan

pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam

mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Tujuan dan ruang lingkup pembelajaran matematika yang tercantum

dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, adalah sebagai

berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan karakteristik antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,

dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram,

atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat

dalam mempelajari matematika, serta ikut ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah.

Ruang lingkup materi atau bahan kajian matematika di SD/MI

mencakup: a) bilangan, b) geometri dan pengukuran, c) pengolahan data.

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika kelas 5

semester II adalah sebagai berikut:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

9

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SD

Kelas 5 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

1. Menggunakan

pecahan dalam

pemecahan

masalah

1.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan

desimal serta sebaliknya

1.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai

bentuk pecahan

1.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk

pecahan

1.4 Menggunakan pecahan dalam masalah

perbandingan dan skala

Geometri dan

Pengukuran

2. Memahami sifat-

sifat bangun dan

hubungan antar

bangun

2.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar

2.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

2.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun

ruang sederhana

2.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan

simetri

2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan bangun datar dan bangun ruang

sederhana

Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006

Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika itu bersifat

abstrak dan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk

dipelajari. Dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar memerlukan

strategi yang tepat dan menarik, sehingga matematika harus dirancang

sedemikian rupa agar menjadi suatu pembelajaran yang menyenangkan,

mudah dimengerti, dan tidak berkesan sulit untuk dipelajari.

2.1.2 Belajar

Permendiknas No 41 Tahun 2007 menyatakan bahwa “belajar adalah

perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai

akibat pengolahan atas pengalaman yang diperoleh dan praktik yang

dilakukan. Slameto (2010:2) menyatakan bahwa “belajar ialah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

10

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hamdani (2011:20) mengungkapkan

bahwa:

Belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga

penyesuaian, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat,

penyesuain sosial, bermacam-macam ketrampilan lain, dan cita-

cita. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada

dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi

dengan lingkungan.

Selain itu menurut Agus Suprijono (2012:3), ”belajar dalam idealisme

berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju keperkembangan pribadi

seutuhnya”. Dave Meier (2002:156), mengungkapkan ”belajar adalah

mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi

pemahaman, pemahaman menjadi kearifan, dan kearifan menjadi tindakan”.

Belajar bukan hanya mengenai mata pelajaran yang ada di sekolah melainkan

juga pengalaman yang dapat diperoleh dari lingkungan, dari pengalaman

tersebut dapat menambah wawasan/pengetahuan yang bukan hanya sekedar

tahu tetapi dapat memahami pengetahuan yang didapat, sehingga

memperoleh keselarasan antara pikiran, mental, maupun emosial seseorang,

dari hal tersebut akan memunculkan tindakan, kebiasaan, ataupun perubahan

tingkah laku.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh Agus Suprijono (2012:3),

Dave Meier (2002:156), Hamdani (2011:20), Slameto (2010:2), maupun

berdasar Permendiknas disimpulkan bahwa belajar adalah segala usaha yang

diperoleh dari kehidupannya sendiri maupun interaksi dengan orang lain

untuk merubahan tingkah laku/tindakan, pola pikir, gaya hidup, maupun

untuk memperoleh kepuasan hidup yang sifatnya permanen. Belajar bukan

hanya apa yang diajarkan disekolah tetapi juga pengalaman hidup masing-

masing orang.

Dalam belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor

dari dalam diri siswa dan dari luar siswa, faktor dari dalam seperti jasmaniah,

psikologis, dan kelelahan. Sedangkan dari luar diri siswa seperti keluarga,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

11

sekolah, dan masyarakat (Slameto 2010:54-72). Beberapa faktor tersebut

sangat mempengaruhi proses belajar mengajar maupun hasil dari belajar.

Kegiatan belajar memiliki beberapa ciri umum yaitu; menunjukkan aktivitas

yang disadari, merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, dan hasil

belajar ditandai dengan tingkah laku (Aunurrahman 2011:36-37). Selain itu,

Baharuddin dan Wahyuni (2007:15), juga mengungkapkan ciri-ciri belajar

sebagai berikut:

1. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.

2. Perubahan tingkah laku bersifat permanen.

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada

saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan tersebut

bersifat potensial.

4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau

pengamatan.

5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Baharuddin dan Wahyuni (2007:16), juga mengungkapkan prinsip-prinsip

belajar sebagai berikut:

1. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan

orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif.

2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan

langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses

belajar.

4. Penguatan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan

selama proses belajar.

5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi

tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Agus Suprijono (2012:5) mengungkapkan “tujuan belajar untuk

mencapai instruksional yang berbentuk pengetahuan dan ketrampilan dan

sebagai hasil yang menyertai tujuan instruksional yaitu berfikir kritis dan

kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya”.

Definisi dari tujuan belajar itu sendiri adalah deskripsi tingkah laku yang

diharapkan tercapai oleh siswa setelah proses belajar (Oemar Hamalik

2008:73).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

12

Berdasar tujuan belajar di atas, maka menurut penulis tujuan belajar

adalah untuk menjadi pribadi yang berakhlak, cerdas dan berkualitas, serta

mampu melakukan tindakan yang bermanfaat. Sehingga dalam suatu proses

pembelajaran itu pasti memiliki tujuan yang diharapkan akan dapat tercapai.

2.1.3 Pembelajaran

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai kombinasi yang melibatkan siswa,

guru, fasilitas-fasilitas pendukung belajar serta adanya prosedur dalam

pelaksanaan belajar, semua kombinasi tersebut saling mempengaruhi untuk

pencapaian tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik 2008:57). Pembelajaran

merupakan proses, cara, perbuatan mempelajari, dan tindak ajar (Agus

Suprijono 2012:13). Selain itu Hamdani (2011:23) juga mengungkapkan

hakikat dari pembelajaran, yaitu:

Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru

membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan

lingkungan atau stimulus, dan berdasar aliran kognitif

pembelajaran adalah sebagai cara guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berfikir agar mengenal dan memahami sesuatu

yang sedang dipelajari. Humanistik mengartikan pembelajaran

adalah sebagai memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih

bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan

kemampuannya.

Berdasar definisi pembelajaran yang dikemukakan oleh Agus Suprijono

(2012:13), Hamdani (2011:23), Oemar Hamalik (2008:57), maupun Sisdiknas

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha mempelajari sesuatu

atau mengajar sesuai dengan prosedur pelaksanaan untuk mencapai tujuan

tertentu. Pembelajaran akan berhasil lebih baik jika pelaksanaanya

menekankan pada proses pembelajaran yang mendidik bukan sekedar

mendapatkan hasil belajar.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

13

Hamdani (2011:47) mengungkapkan pembelajaran memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara

sistematis.

2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa

dalam belajar.

3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan ajar yang menarik

perhatian dan menantang siswa.

4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat

dan menarik

5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi siswa.

6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran,

baik secara fisik maupun psikologis.

7. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.

8. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

Hamdani (2010:47) mengungkapkan “tujuan pembelajaran adalah

membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman, dengan pengalaman

itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya”.

Tingkah laku itu meliputi pengetahuan, ketrampilan, dan nilai atau norma

yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku siswa. Pembelajaran

bertujuan untuk mengubah siswa yang belum terdidik menjadi terdidik,

belum tahu menjadi tahu, dan siswa memiliki prilaku dan kebiasaan yang

positif (Aunurrahman 2011:34). Komponen-komponen dalam pembelajaran

meliputi tujuan, subjek belajar, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

belajar (Oemar Hamalik 2008:57). Hamdani (2010:3) berpendapat bahwa:

Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan

sainstifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, peristiwa,

dan informasi dari sekitarnya. Pengetahuan dan pengalaman yang

ada, siswa menggunakan informasi yang berasal dari

lingkungannya dalam rangka mengkonstruksikan interpretasi

pribadi serta makna-maknanya. Makna dibangun ketika guru

memberikan permasalahan yang relevan degan pengetahuan dan

pengalaman yang sudah ada sebelumnya, memberi kesempatan

kepada siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Untuk

membangun makna tersebut, proses belajar mengajar berpusat pada

siswa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

14

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha

guru yang dilakukan terhadap siswa untuk memberikan bekal dan

pengalaman sehingga memberikan kemudahan serta pembentukan

kepribadian yang lebih baik. Oleh karena itu tujuan dari pembelajaran adalah

untuk membantu siswa memperoleh berbagai pengalaman, sehingga dapat

merubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik lagi untuk mengendalikan

pola hidup pada dirinya.

2.1.4 SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual)

Dave Meier (2002:91) mengungkapkan bahwa “pembelajaran tidak

otomatis meningkat dengan meyuruh orang berdiri dan bergerak kesana

kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas

intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar dalam

pembelajaran, dan hal itu disebut belajar SAVI”. Sehingga pembelajaran SAVI

adalah penggabungan fisik, aktivitas, intelektual dan semua indra. Dave

Meier (2002:92-99) menjelaskan unsur-unsur SAVI adalah sebagai berikut:

1. Belajar Somatis

Belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetis,

praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu

belajar secara berkala. Untuk merangsang hubungan pikiran-

tubuh, suasana belajar harus dapat membuat siswa bangkit dan

berdiri dari tempat duduknya dan aktif secara fisik dari waktu ke

waktu secara berkala. Peraturan dalam belajar somatis ini adalah

siswa harus aktif dan tindak boleh hanya duduk dan diam tetapi

melibatkan fisiknya dalam memanipulasi obyek kongkrit yang

digunakan sebagai media pembelajaran.

2. Belajar Auditory

Merupakan belajar dengan mendengar dan berbicara. Untuk

menciptakan suasana pembelajaran yang dapat menarik bagi

seluruh auditori yang kuat dari dalam diri siswa yaitu dengan

mencarikan cara untuk mengajak siswa membicarakan apa yang

senang dipelajari. Peraturan dalam belajar auditory ini adalah

siswa harus menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara,

mengajak siswa bicara saat memecahkan masalah, membuat

model, mengumpulkan informasi atau kegiatan pembelajaran

lainnya.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

15

3. Belajar Visual

Setiap orang memiliki ketajaman visual yang sangat kuat. Hal

ini dikarenakan di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat

untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang

lain. Siswa (terutama pembelajar visual) akan lebih mudah

belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan guru atau sebuah

buku. Dalam pembelajaran visual meminta siswa untuk

mengamati dunia nyata lalu memikirkan serta membicarakan

situasi itu, menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang

dicontohkan.

4. Belajar Intelektual

Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam

pikirannya secara internal ketika mereka menggunakan

kecerdasan mereka untuk merenungkan suatu pengalaman dan

menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari

pengalaman tersebut. Aspek intelektual akan terlatih jika siswa

diajak untuk terlibat dalam aktivitas seperti memecahkan

masalah, menganalisis pengalaman, mengerjakan perencanaan,

dan lain sebagainya. Dalam belajar intelektual ini dalam

memecahkan permasalahan siswa harus mampu saling

bekerjasama, karena setiap anak pasti memiliki pemikiran

tersendiri dalam memecahkan maslah, sehingga pemikiran

tersebut harus diselaraskan agar mendapatkan pemecahan

masalah yang tepat.

Dave Meier (2002:106-108), mengungkapkan kerangka perencanaan

pembelajaran SAVI, dikelompokkan menjadi empat tahap yaitu:

1. Tahap Persiapan (Pendahuluan)

Tujuannya menimbulkan minat siswa, memberikan perasaan

positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan

menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

Tahap ini dapat dilakukan misalnya seperti:

a. Menenangkan rasa takut.

b. Memberikan sugesti positif.

c. Membangkitkan rasa ingin tahu.

d. Merangsang rasa ingin tahu siswa.

e. Memberi tujuan yang jelas dan bermakna.

f. Mengajak siswa terlibat penuh sejak awal

g. Menciptakan lingkungan fisik yang positif.

h. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar.

i. Menciptakan lingkungan emosional yang positif.

j. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah.

k. Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada

siswa.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

16

2. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)

Tujuannya membantu siswa menemukan materi belajar yang

baru dengan cara menyenangkan, relevan, melibatkan panca

indra, dan cocok untuk semua gaya belajar. Tahap ini dapat

dilakukan misalnya seperti:

a. Presentasi interaktif.

b. Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh.

c. Pengamatan fenomena dan dunia nyata.

d. Proyek belajar berdasar kemitraan dan tim.

e. Grafik dan sarana presentasi berwarna-warni.

f. Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan.

g. Pengalaman belajar di dunia nyata dan kontekstual.

h. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan gaya belajar.

i. Pelatihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)

3. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)

Tujuannya adalah membantu siswa mengintegrasikan dan

menyerap pengetahuan dan ketrampilan baru dengan berbagai

cara. Tahap ini dapat dilakukan misalnya seperti:

a. Simulasi dunia nyata

b. Permainan dalam belajar.

c. Pelatihan aksi pembelajaran.

d. Aktivitas pemecahan masalah.

e. Aktivitas pemprosesan belajar.

f. Refleksi dan artikulasi individu.

g. Usaha aktif/umpan balik/renungan/usaha kembali

4. Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup)

Tujuannya adalah membantu siswa menerapkan dan

memperluas pengetahuan atau ketrampilan baru pada pekerjaan

sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan

terus meningkat. Tahap ini dapat dilakukan misalnya seperti:

a. Pelatihan terus menerus.

b. Materi penguatan pasca sesi.

c. Aktivitas penguatan penerapan.

d. Umpan balik dan evaluasi kinerja.

e. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi.

Pembelajaran SAVI itu penting untuk diterapkan karena SAVI memiliki

keunggulan dibanding pembelajaran yang lain, seperti memperhatikan

seluruh gaya belajar siswa, pembelajaran juga didesain dengan permainan-

permainan belajar, maka pembelajaran akan mudah diikuti dan terasa

menyenangkan bagi siswa, siswa juga belajar dengan kelompok, dengan

belajar bersama kelompok maka siswa bisa bertukar pikiran, selain itu

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

17

kelebihan yang lainnya adalah dengan pembelajaran SAVI maka siswa dapat

belajar menemukan dan memecahkan masalah serta mengungkapkan

pendapat/ide-ide untuk proses belajar, dengan demikian pembelajaran akan

dialami sendiri oleh siswa sehingga belajar akan lebih bermakna bagi siswa.

Sesuai dengan ketentuan dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang

Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pelaksanaan

pembelajaran meliputi 3 tahapan, yaitu:

1. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan merupakan serangkaian kegiatan yang

bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan

perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran

2. Kegiatan Inti

Peleksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang dapat

meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam

bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi,

umpan balik, dan tindak lanjut.

Sesuai dengan ketentuan dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang

Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang diuraikan

di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran

dengan menggunakan SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intelektual) dalam

pembelajaran matematika diuraikan pada tabel 2 berikut ini.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

18

Tabel 2

Kegiatan Pembelajaran Matematika dengan SAVI

Kegiatan Pembelajaran Unsur SAVI

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan guru:

a. Membuka pelajaran dengan salam dan berdo’a.

b. Melakukan sugesti positif dan memotivasi.

c. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang jelas dan

bermakna.

Auditory

Auditory,

Visual

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan pembelajaran:

Membentuk kelompok belajar secara heterogen

yang beranggotakan 4-5 siswa.

Dalam kegiatan inti meliputi:

A. Eksplorasi:

a. Siswa mengamati benda-benda berbentuk

gambar bangun ruang dan bentuk bangun ruang

konkritnya.

b. Uji coba kolaboratif dengan tanya jawab

mengenai media yang digunakan dan untuk

mengetahui pengetahuan siswa tentang materi

bangun ruang yang akan dipelajari.

c. Siswa mengamati bangun ruang dan jaring-

jaring bangun ruang.

B. Elaborasi:

a. Permainan “perburuan harta karun” dengan

setiap kelompok mencari bangun ruang (limas,

prisma, kerucut, tabung) di dalam kotak benda

yang sudah disediakan guru.

b. Dengan bekerja kelompok siswa

mendefinisikan nama benda yang didapat,

termasuk jenis bangun ruang apa dan ciri-ciri

bentuk benda.

c. Siswa melakukan pembelajaran dengan permen

dan tusuk gigi untuk mengidentifikasi sifat-

sifat bangun ruang.

d. Dengan bekerja kelompok siswa

mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang dan

membuat jaring-jaring bangun ruang.

e. Siswa menggambar bangun ruang.

f. Siswa memanipulasi bangun ruang hingga

menemukan bentuk jaring-jaringnya.

g. Siswa menggambar dan membuat jaring-jaring

bangun ruang.

Somatis

Visual

Auditory,

visual,

intelektual

Visual

Somatis

Intelektual,

visual,

auditory

Somatis

Intelektual,

somatis

Somatis,

intelektual

Somatis,

intelektual

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

19

C. Konfirmasi:

a. Siswa mempresentasikan hasil diskusi, dan

kelompok lain memberi tanggapan.

b. Memberikan penghargaan berupa tepuk tangan

dan pujian pada setiap kelompok yang

presentasi.

c. Guru memberikan penjelasan kembali dari

yang sudah dipresentasikan siswa ataupun

memberi tambahan materi.

Auditory,

visual

Auditory

Auditory,

visual

3. Kegiatan Penutup

a. Tindak lanjut dengan tanya jawab dari materi yang

sudah dipelajari

b. Evaluasi diri siswa dengan menceritakan apa yang

sudah dikerjakan selama proses pembelajaran

berlangsung dan mengungkapkan kesan-kesannya.

c. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil

pembelajaran.

d. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada

pertemuan selanjutnya.

Auditory,

intelektual

Auditory

Auditory

Auditory

2.1.5 Aktivitas Belajar

Kegiatan pembelajaran hendaknya siswa ditempatkan sebagai subjek

belajar, oleh karena itu siswa harus memiliki pengalaman belajar secara

optimal, sehingga pembelajaran harus berorientasi pada aktivitas belajar

siswa (Wina Sanjaya 2009:178). Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan

siswa dalam belajar, seperti; mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal

yang dianggap penting, berdiskusi, keberanian untuk bertanya, keberanian

mengajukan pendapat, kritik, saran, presentasi, mengerjakan latihan, dan

kegiatan belajar yang lainnya.

Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik (2008:90-91) mengelompokkan

jenis-jenis aktivitas siswa sebagai berikut:

1. Kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain

bekerja, atau bermain.

2. Kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara,

diskusi.

Lanjutan Tabel 2

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

20

3. Kegiatan mendengarkan seperti: mendengarkan penyajian

bahan, percakapan, atau diskusi kelompok, siaran radio, maupun

mendengarkan suatu permainan instrumen musik.

4. Kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa

karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman,

mengerjakan tes, mengisi angket.

5. Kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram,

peta, pola.

6. Kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan

permainan (simulasi), menari, berkebun.

7. Kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis faktor, menemukan hubungan, membuat

keputusan.

8. Kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan

sebagainya.

Oemar Hamalik (2008:91) mengungkapkan bahwa manfaat aktivitas

dalam pembelajaran diantaranya adalah:

1. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami

sendiri.

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi

siswa.

3. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa

yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.

4. Siswa belajar berdasar minat dan kemampuan sendiri

sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan

perbedaan individual.

5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang

demokratis, kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat.

6. Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit,

sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis

serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

7. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup.

Tanpa ada aktivitas kegiatan belajar tidak mungkin terjadi, sehingga

aktivitas belajar merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi

belajar mengajar, mengingat bahwa belajar merupakan hasil dari pengalaman,

maka dibutuhkan aktivitas untuk dapat melakukan pembelajaran. Jadi dapat

disimpulkan aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan sebagai proses

dalam belajar untuk mengembangkan psikologis dan intelektual anak.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

21

Ngalim Purwanto (2011:107) mengungkapkan dua faktor yang

mempengaruhi aktivitas belajar (proses belajar) siswa, yaitu:

1. Faktor internal, yaitu seluruh aspek yang terdapat dalam diri

individu yang belajar, baik aspek fisik maupun psikis. Aspek

fisik yaitu sehat tidaknya kondisi tubuh mempengaruhi aktivitas

belajar siswa. Aspek psikis meliputi perhatian, pengamatan,

tanggapan, fantasi, ingatan, fikiran, bakat, dan motif.

2. Faktor eksternal, terdiri dari lingkungan alam, sosial, guru dan

cara mengajar, bahan pelajaran, sarana dan fasilitas.

Faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar seperti yang sudah diungkapkan

diatas terkait dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SAVI.

Dengan pembelajaran SAVI siswa diajak untuk memanfaatkan indra sebanyak

mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar,

pembelajaran juga didesain semenarik mungkin dan menyenangkan agar

mampu merangsang semua alat indra anak untuk melakukan aktivitas belajar

(Meier 2002:90). Dengan demikian SAVI juga mampu mempengaruhi

aktivitas belajar siswa baik dari faktor internal maupun eksternal. Dengan

meningkatnya aktivitas belajar yang dialami sendiri oleh siswa dengan kata

lain pembelajaran berpusat pada siswa, maka akan meningkatkan kemampuan

dan daya ingat siswa, sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat lebih

baik.

Aktivitas belajar dalam pembelajaran matematika yang dapat diukur

meliputi beberapa aspek, yaitu: kegiatan visual, lisan, mendengarkan,

menulis, menggambar, metrik, mental, dan emosional (Oemar Hamalik

2008:90). Pengukuran pelaksanaan/aktivitas dalam pembelajaran dapat

dilakukan dengan evaluasi beracuan kriteria yaitu menentukan apa yang

dianggap prestasi yang baik dan nilai akhir apa yang diharapkan, selain itu

dapat dilakuklan dengan evaluasi diri pelajar, yaitu memberikan laporan,

masukan, atau keluhan terhadap proses pembelajaran yang sudah berlangsung

(Dave Meier 2002:165). Selain itu skala penilaian lebih tepat digunakan

untuk mengukur suatu proses, misalnya proses belajar pada siswa (Nana

Sudjana 2012:79). Berdasar penjelasan tersebut, maka pengukuran aktivitas

belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dengan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

22

menggunakan skala penilaian. Dengan menggunakan skala penilaian dapat

mengetahui aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

2.1.6 Hasil Belajar

Agus Suprijono (2012:5), mengungkapkan bahwa hasil belajar

merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-

sikap, apresiasi dan ketrampilan. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa

dari proses belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara

keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek potensi saja. Berdasarkan

pemikiran Gagne dalam (Agus Suprijono 2012:5-6), hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal, yaitu mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, merespon secara spesifik terhadap rangsangan

spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi

simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2. Ketrampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang.

3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya.

4. Ketrampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani.

5. Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam (Poerwanti, dkk

2008:1.22), secara garis besar mencakup 3 ranah, yaitu:

1. Ranah kognitif, adalah ranah yang menekankan pada

pengembangan kemampuan dan ketrampilan intelektual.

2. Ranah afektif, adalah ranah yang berkaitan dengan

pengembangan-pengembangan perasaan, sikap nilai, dan

emosi.

3. Ranah psikomotorik, adalah ranah yang berkaitan dengan

kegiatan-kegiatan atau ketrampilan motorik.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan siswa yang mencakup kognitif, afektif, dan

psikomotorik yang diperoleh melalui proses belajar. Hail belajar yang

diperoleh dapat dijadikan sebagai informasi mengenai kemajuan para siswa

dalam proses pembelajaran.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

23

Hamdani (2010:139-146) mengemukakan faktor yang mempengaruhi

hasil belajar, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor dari diri siswa

1. Kecerdasan, yaitu kemampuan belajar disertai kecakapan

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

2. Jasmani atau fisiologis.

3. Sikap, yaitu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu

hal, orang, atau benda dengan suka, atau tidak suka, atau

acuh tak acuh.

4. Minat, berkaitan denga perasaan biasanya rasa senang

5. Bakat, yaitu kemampuan potensi yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

6. Motivasi, yaitu sesuatu yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar adalah

keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan Riana (2010:7),

dengan SAVI dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa karena

dengan SAVI selain siswa lebih aktif dalam pembelajaran siswa juga dapat

memanipulasi benda kogkrit yang dilakukan secara diskusi serta dapat

membuat dugaan-dugaan mengenai hasil yang didiskusikan. Dengan

demikian penulis simpulkan bahwa pembelajaran dengan SAVI dapat

mengaktifkan siswa untuk menemukan sendiri sebab dari permasalahan

dalam matematika, sehingga siswa tidak mudah lupa dengan materi yang

dipelajari, dan nilai yang diperoleh saat mengerjakan tes atau tugas juga akan

lebih baik, sehingga hasil belajarnya juga baik, dengan demikian SAVI dapat

mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Depdiknas (2008:9) tentang Rancangan Penilaian Hasil Belajar

menyatakan bahwa:

Penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri

atas penilain hasil belajar oleh; pendidik, satuan pendidikan, dan

pemerintah. Penilaian hasil belajar/prestasi belajar oleh pendidik

dilakukan secara berkeseninambungan, yang bertujuan untuk

memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk

meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran. Pengukuran dalam

prestasi belajar ini menggunakan tes tertulis, tugas, maupun

presentasi. Penilaian prestasi belajar digunakan untuk menilai

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

24

pencapaian kompetensi, bahan peyusun laporan hasil belajar, dan

memperbaiki proses pembelajaran.

Mekanisme penilaian berdasar Rancangan Penilaian Hasil Belajar oleh

Departemen pendidikan tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan penilaian, seperti mengembangkan indikator

penilaian, kisi-kisi, instrumen penilaian (berupa tes, penugasan,

dan yang lainnya) dan pedoman penskoran.

2. Pelaksanaan penilaian, merupakan penyajian penilaian kepada

pesarta didik. Kegiatan yang dilakukan berupa melakukan

penilaian menggunakan instrumen yang telah dikembangkan,

memeriksa hasil pekerjaan peserta didik mengacu pada pedoman

penskoran untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan

belajar peserta didik.

3. Analisis hasil penilaian, yang dilakukan adalah menganalisis hasil

penilaian menggunakan acuan kriteria yaitu membandingkan hasil

penilaian masing-masing peserta didik dengan standar yang sudah

ditetapkan.

4. Tindak lanjut hasil analisis, kegiatan yang dilakukan meliputi

pelaksanaan progam remidi untuk peserta didik yang belum

tuntas, dan mengadministrasikan semua hasil penilaian yang telah

dilaksanakan.

Penilaian dalam pembelajaran sangat penting untuk mengetahui

keberhasilan progam pembelajaran, dalam penilaian pembelajaran beberapa

cara yang dapat dilakukan seperti tes pra pembelajaran dan pasca-sesi

pembelajaran yang bertujuan menguji pengetahuan dan mengukur hasilnya

dan ujian lisan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang

dipelajari (Dave Meier, 2002:160). Penilaian dalam matematika harus

mencakup soal atau tugas yang memerlukan kemampuan berfikir, dengan

demikian dapat meningkatkan kemampuan berfikirnya (Depdiknas 2008:10).

Berdasar uraian diatas serta berdasarkan tujuan dan ruang lingkup

pembelajaran matematika yang tercantum dalam Permendiknas No 22 Tahun

2006 yang berisikan tentang memahami konsep matematika, menggunakan

penalaran, memecahkan masalah matematika, mengkomunikasikan gagasan,

dan memiliki sikap menghargai dalam kegunaan matematika, maka

pengukuran hasil belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran

matematika adalah dengan menggunakan tes dan non tes. Yaitu mencakup tes

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

25

tertulis, dan skala sikap. Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap

seseorang terhadap objek tertentu (Nana Sudjana 2012:80). Dalam penelitian

ini pengukuran sikap siswa terhadap pembelajaran matematika.

2.2 Keterkaitan Pembelajaran SAVI dengan Aktivitas Belajar dan Hasil

Belajar Matematika

Pembelajaran SAVI yang digunakan dalam penelitian ini dapat

mempengaruhi aktivitas belajar siswa dan hasil belajar matematika. Melalui

pembelajaran SAVI siswa diajak untuk memanfaatkan indra sebanyak

mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar,

pembelajaran juga didesain semenarik mungkin dan menyenangkan agar

mampu merangsang semua alat indra anak untuk melakukan aktivitas belajar

(Meier 2002:90). Berdasar pernyataan tersebut, terlihat bahwa pembelajaran

SAVI memiliki karakteristik yang berpusat pada siswa, karena siswa

dilibatkan langsung dalam pembelajaran. Dengan demikian penulis

simpulkan bahwa pembelajaran SAVI mampu meningkatkani aktivitas belajar

siswa. Dalam penelitian ini aktivitas belajar siswa meningkat dengan cara

pembelajaran yang dilaksanakan dalam bentuk siswa diajak untuk melakukan

pengamatan benda konkrit, permainan, mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang, memanipulasi bangun ruang, menggambar dan membuat jaring-jaring

bangun ruang, dan presentasi.

Pembelajaran SAVI juga berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang dilakukan Riana (2010:7), dengan

SAVI dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa, karena dengan

pembelajaran SAVI selain siswa lebih aktif dalam belajar, siswa juga dapat

memanipulasi benda kogkrit yang dilakukan secara diskusi serta dapat

membuat dugaan-dugaan mengenai hasil yang didiskusikan. Dengan

demikian penulis simpulkan bahwa pembelajaran dengan SAVI dapat

mengaktifkan siswa untuk menemukan sendiri sebab dari permasalahan

dalam matematika, sehingga siswa tidak mudah lupa dengan materi yang

dipelajari, dengan kondisi tersebut nilai yang diperoleh saat mengerjakan tes

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

26

atau tugas akan lebih baik dengan kata lain hasil belajar siswa juga akan lebih

baik. Dengan demikian SAVI dapat meningkatkan hasil belajar matematika

siswa. Hasil belajar matematika dapat meningkat karena pengoptimalan

aktivitas belajar siswa, yaitu siswa diajak untuk memanipulasi media peraga,

mengidentifikasi masalah dalam matematika, presentasi, serta latihan soal.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dian Puspitasari (2011:2), dari hasil penelitiannya setelah dilakukan

pembelajaran dengan menggunakan penerapan SAVI didapatkan hasil 1)

Keaktifan siswa meningkat dari 40,74 pada awal siklus I menjadi 74,81 pada

akhir siklus II. 2) Hasil belajar meningkat dari rata-rata 55,83 dan ketuntasan

kelas 25,93% sebelum tindakan, meningkat menjadi rata-rata 76,30 dan

ketuntasan kelas mencapai 82,14% pada akhir siklus II. Penelitian ini

menyimpulkan dengan peneraan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Ilman Gunawan (2011:2), hasil penelitiannya menunjukkan dahwa

aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, hal tersebut ditunjukkan

dengan 1) Nilai rata-rata aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan,

pada siklus I nilai rata-rata sebesar 63,71, siklus II sebesar 69,96, dan siklus

III nilai rata-rata 74,40. 2) Hasil belajar meningkat, pada siklus I nilai rata-

rata sebesar 65,16, pada siklus II nilai sebesar 75,60, dan pada siklus III nilai

sebesar 80,00. 3) Variansi rata-rata nilai menurun, pada siklus I sebesar

197,51, pada siklus II sebesar 111,45 dan pada siklus III nilai sebesar 92,07.

Jadi dengan menggunakan model kooperatif tipe SAVI dapat meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bangun datar.

Riana Irawati (2010:5) dalam skripsinya menyimpulkan hasil penelitian

sebagai berikut: 1) Terdapat peningkatan hasil belajar dalam tiap siklus,

sebelumnya semua belum mencapai KKM atau (0%), pada siklus I yang

mencapai KKM naik menjadi (46,15%), siklus II (76,92%), dan silkus

terakhir menjadi (100%). 2) Terdapat peningkatan peran serta siswa dalam

pembelajaran. 3) Siswa lebih senang belajar matematika. 4) Meningkatkan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

27

kreativitas siswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan pembelajaran

menggunakan SAVI dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam

pembelajaran matematika.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dian Puspitasari

(2011:2), Ilman Gunawan (2011:2), dan Riana Irawati (2010:5) tentang

penerapan SAVI dalam kegiatan pembelajaran matematika, yang dilaksanakan

dengan menggunakan berbagai media belajar yang konkrit, dilaksanaan

diskusi untuk pemecahan masalah, siswa dilatih untuk berbicara atau

mengemukakan pendapat, pembelajaran dengan permainan-permainan,

sehingga pembelajaran matematika menjadi lebih mengasyikkan dan terpusat

pada siswa. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa

pembelajaran matematika dengan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar

dan hasil belajar matematika siswa. Peningkatan ini dapat dilihat dari

peningkatan nilai rata-rata dari tiap siklus pembelajaran. Sehingga SAVI dapat

diterapkan dalam pembelajaran matematika dan terbukti mampu

meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika.

2.4 Kerangka Pikir

SAVI yang diterapkan dalam pembelajaran matematika pada penelitian ini

dapat meningkatkan aktivitas belajar, karena pembelajaran melibatkan seluruh

fisik, indra, dan intelektual anak. Dalam pembelajaran dengan SAVI ini

dilakukan permainan, pengamatan media konkrit, diskusi untuk melakukan

praktik pembelajaran dan memecahkan permasalahan matematika yang ada,

memanipulasi media yang digunakan sehingga pembelajaran mudah dipahami

anak, serta mempresentasikan hasil diskusi untuk melatih siswa berbicara

didepan orang banyak serta sebagi wujud penghargaan hasil kerja siswa.

Pembelajaran dilakukan dengan kelompok yang heterogen sehingga siswa

lebih senang dalam belajar, karena memang diusia anak kelas 5 SD lebih

senang belajar dengan teman sebaya. Dengan serangkaian kegiatan

pembelajaran tersebut maka aktivitas belajar siswa lebih banyak.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4357/3/T1_292009046_BAB II.pdf · Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau

28

Pengoptimalan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat membantu

memperkuat ingatan dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

Apabila siswa mampu memahami materi dengan baik, maka hasil belajarpun

juga akan lebih baik. Peningkatan hasil belajar matematika dilakukan dengan

siswa diajak untuk memanipulasi benda peraga, mengidentifikasi masalah

dalam matematika, presentasi, serta mengerjakan tugas-tugas matematika.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan serangkaian aktivitas belajar

yang maksimal, akan meningkatkan hasil belajar siswa serta menjadikan

pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran dengan SAVI dalam matematika

diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar

matematika.

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar pada

siswa kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga semester II tahun

2012/2013.

2. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar dengan

cara; 1) pengamatan benda konkrit, 2) permainan, 3) mengidentifikasi

sifat-sifat bangun ruang, 4) memanipulasi bangun ruang , 5) menggambar

dan membuat jaring-jaring bangun ruang, 6) presentasi.

3. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar matematika

pada siswa kelas 5 SD Negeri Kumpulrejo 02 Salatiga semester II tahun

2012/2013.

4. Pembelajaran dengan SAVI dapat meningkatkan hasil belajar matematika

dengan cara mengoptimalkan aktivitas belajar siswa, seperti: 1),

memanipulasi bangun ruang, 2) mengidentifikasi sifat-sifat bangun

ruang, 3) presentasi, dan 4) mengerjakan latihan soal.