bab ii landasan teori -...

16
7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku asertif adalah perilaku hubungan antar pribadi yang menyertakan kejujuran dan berterus terang secara sosial dalam mengekspresikan pemikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain (Rakos,1991). Perilaku adalah tindakan atau perbuatan dari suatu organisme (makhluk hidup) yang dapat diamati maupun di pelajari. Asertif berasal dari kata “to assert” yang memiliki arti menyatakan sesuatu dengan berterus terang, tegas (tidak ragu-ragu) serta bersikap positif. Hubungan antar pribadi adalah interaksi yang melibatkan dua unsur pribadi atau dua orang dengan sikap adanya keterbukaan diri. Keterbukaan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapi kepada orang lain dengan baik. Agar hubungan antar pribadi dapat berjalan secara efektif maka diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin disampaikan, menciptakan kesan yang ingin disampaikan yang disebut sebagai tindakan mengekspresikan pemikiran dan perasaan. Seseorang dapat meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi dengan cara berlatih mengungkapkan maksud dan keinginan, menerima umpan balik / kritikan tentang perilaku karena dalam berinteraksi dengan orang lain biasanya seseorang ingin menciptakan dampak tertentu seperti

Upload: dinhcong

Post on 25-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perilaku Asertif

Perilaku asertif adalah perilaku hubungan antar pribadi yang

menyertakan kejujuran dan berterus terang secara sosial dalam

mengekspresikan pemikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan

perasaan dan kesejahteraan orang lain (Rakos,1991). Perilaku adalah

tindakan atau perbuatan dari suatu organisme (makhluk hidup) yang dapat

diamati maupun di pelajari. Asertif berasal dari kata “to assert” yang

memiliki arti menyatakan sesuatu dengan berterus terang, tegas (tidak

ragu-ragu) serta bersikap positif. Hubungan antar pribadi adalah interaksi

yang melibatkan dua unsur pribadi atau dua orang dengan sikap adanya

keterbukaan diri. Keterbukaan diri adalah mengungkapkan reaksi atau

tanggapan seseorang terhadap situasi yang sedang dihadapi kepada orang

lain dengan baik.

Agar hubungan antar pribadi dapat berjalan secara efektif maka

diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara jelas

apa yang ingin disampaikan, menciptakan kesan yang ingin disampaikan

yang disebut sebagai tindakan mengekspresikan pemikiran dan perasaan.

Seseorang dapat meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi dengan

cara berlatih mengungkapkan maksud dan keinginan, menerima umpan

balik / kritikan tentang perilaku karena dalam berinteraksi dengan orang

lain biasanya seseorang ingin menciptakan dampak tertentu seperti

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

8

merangsang munculnya gagasan, menciptakan kesan dan menimbulkan

reaksi pesan tertentu ke dalam diri orang lain. Hubungan antar pribadi

merupakan komunikasi yang lebih kedalam pribadi individu, sedangkan

hubungan antar manusia hanya sekedar komunikasi singkat antar individu

yang mengetengahkan tentang maksud yang ingin disampaikan.

Mengekspresikan pemikiran dan perasaan yaitu seseorang dapat

mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh seseorang kepada

orang lain. Mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain,

apabila ketika menyampaikan pendapat tidak merugikan diri sendiri

maupun orang lain serta mensejahterakan orang lain.

Menyertakan kejujuran dan terus terang yaitu ketika seseorang

menyampaikan pendapat dengan jujur apa adanya, berterus terang keadaan

sebenarnya dan tegas. Orang asertif harus tegas karena apabila tidak tegas

akan meragukan pendapat yang di ungkapkan sehingga orang lain menjadi

bingung ketika berbicara dengan orang yang tidak tegas serta tidak

berperilaku asertif. Lebih jelas, perilaku asertif adalah tingkah laku

seseorang ketika berhubungan dengan lawan bicara dilakukan secara jujur,

terbuka, tegas serta tanpa kecemasan menyatakan perasaan kepada orang

lain, baik yang disenangi maupun yang tidak disenangi (berkata tidak

dalam menolak permintaan) tanpa menyinggung perasaan orang lain serta

mampu menghargai diri sendiri dan orang lain dengan penyampaian verbal

maupun non verbal. Selain perilaku asertif juga terdapat sikap asertif yaitu

sikap lebih pada reaksi/respons seseorang yang masih tertutup terhadap

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

9

suatu obyek. Perilaku termasuk dalam bagian psikomotorik dan sikap

termasuk dalam afektif seseorang.

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Asertif

Perilaku asertif yang dimiliki tiap orang memiliki tingkatan

berbeda, ada yang tinggi, baik,cukup bahkan rendah. Dengan perbedaan

tingkatan tentu terdapat faktor yang mempengaruhinya. Rakos (1991)

menyebutkan terdapat 3 faktor yang mempengaruhi perilaku asertif dalam

diri seseorang yaitu pola asuh orang tua, jenis kelamin, dan kebudayaan.

a. Pola asuh orang tua;

Merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap perilaku

asertif seseorang, karena sejak kecil berada lama dalam lingkup keluarga.

Keluarga dengan orang tua yang mendidik anaknya secara bebas untuk

mengekspresikan diri dapat menyebabkan timbulnya sikap maupun

berperilaku asertif pada anak. Dengan kebebasan untuk mengekspresikan

diri sehingga menyebabkan anak memiliki kepercayaan diri yang baik

sehingga menyebabkan munculnya perilaku asertif yang direfleksikan

dengan aktif, terbuka dan sopan.

Sebaliknya apabila orang tua mendidik anaknya dengan sering

melarang anak untuk melakukan sesuatu, maka akan membuat anak takut

untuk mencoba ataupun berbuat sesuatu. Adanya larangan yang terus

menerus menjadikan seorang anak terlalu berhati-hati dan tidak spontan

dalam mengemukakan perasaannya sehingga anak menjadi terbiasa untuk

berperilaku tidak asertif.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

10

b. Jenis Kelamin:

Pria lebih berperilaku asertif dibandingkan dengan wanita karena

adanya tuntutan masyarakat yang menjadikan pria lebih terbuka dalam

pergaulan maupun berpendapat. Laki-laki pada umumnya lebih aktif dan

rasional dalam berpikir. Sedangkan umumnya wanita lebih pasif dalam

berperilaku, lebih emosional dan mudah terpengaruh. Namun tidak semua

wanita tidak dapat untuk berperilaku asertif.

c. Kebudayaan:

Seseorang dibesarkan dengan membawa kebudayaan dari mana

seseorang berasal dan kebudayaan berhubungan dengan norma-norma

yang berlaku di masyarakat. Kebudayaan yang berbeda dapat

mempengaruhi tingkat asertifitas seseorang. Contoh di Amerika, warga

keturunan Asia pada umumnya lebih introvert daripada keturunan Amerika

sendiri ataupun keturunan Eropa. Hal ini dikarenakan negara-negara

bagian barat lebih mementingkan seseorang dalam berperilaku asertif

namun di negara bagian timur lebih mengutamakan tentang perasaan dan

belas kasihan. (Rakos,1991).

2.3 Aspek – aspek Perilaku Asertif

Rakos (1991) menyebutkan aspek-aspek perilaku asertif terdapat

beberapa bagian, diantaranya adalah :

a. Content (isi), perilaku verbal atau apa yang dikatakan oleh seseorang

kepada orang lain dalam mengungkapkan hak-hak dan kesungguhan,

misalnya:

1. Menggunakan pernyataan “saya”.

2. Mengungkapkan hak dengan langsung, jelas dan penuh hormat.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

11

3. Mampu mengatakan “tidak”.

4. Memberikan pujian atau memberikan komentar positif kepada orang

lain.

5. Mengakui kesalahan dan meminta maaf.

6. Menyampaikan kritik yang membangun tanpa menyalahkan dan

berprasangka.

7. Respek dengan pemikiran, pendapat dan keinginan orang lain.

b. Paralinguistik yaitu keberagaman berbicara dari kata-kata aktual atau

kalimat, memuat banyak arti seperti nada suara keras lembutnya,

intonasi, irama serta sikap ragu-ragu dalam menyampaikan informasi.

Seseorang yang asertif akan fleksibel dalam menyesuaikan perubahan

kondisi lingkungannya. Suara atau vokal yang digunakan pada waktu

mengucapkan pesan-pesan verbal dilihat dari kecepatan berbicara,

volume, resonansi dan bentuk-bentuk vokal seperti tertawa, rintihan,

rengekan dan tinggi rendahnya suara.

c. Perilaku Non Verbal, meliputi :

1. Kontak mata yang wajar pada saat melakukan pembicaraan dengan

orang lain.

2. Ekspresi wajah yang positif.

3. Gesture (gerak, isyarat, sikap).

d. Kemampuan berinteraksi, meliputi:

1. Dapat berkomunikasi dengan semua orang secara terbuka, penuh

percaya diri baik dengan orang yang telah dikenal ataupun yang

belum.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

12

2. Memberikan respon minimal yang efektif sesuai situasi dan kondisi.

3. Memiliki kemampuan mengontrol tindakannya sendiri dan menyadari

atas tindakannya.

2.4 Gambaran Perilaku Asertif

Seseorang dalam berperilaku tentu akan menimbulkan dampak

ataupun hasil yang baik maupun yang tidak baik. Perilaku asertif

merupakan salah satu perilaku yang baik, bila dibandingkan dengan

perilaku agresif ataupun pasif / submisif. Dalam perilaku asertif terdapat

kriteria orang yang mempunyai tingkatan asertif karena setiap orang tidak

sama dalam berperilaku asertif, (Rakos,1991). Orang yang memiliki

kategori perilaku asertif tinggi memiliki ciri-ciri seperti :

a. Memiliki kemampuan untuk mengatakan “tidak” dan dapat

berkomentar positif terhadap orang lain.

b. Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya

serta dapat berkomunikasi secara terbuka, penuh percaya diri sehingga

apabila seseorang memliki kepercayaan diri tinggi maka perilaku

asertif seseorang juga dalam kategori tinggi sehingga dapat

berkomunikasi dengan baik pada orang yang sudah dikenal maupun

yang belum dikenal.

c. Memiliki kemampuan untuk melakukan kontak mata secara wajar

dengan lawan bicaranya serta dapat menunjukkan ekpresi wajar dan

sesuai.

Sedangkan untuk orang yang kurang berperilaku asertif / pada kategori

rendah dicirikan sebagai berikut :

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

13

a. Individu akan cenderung mengalah dan hanya akan menuruti ataupun

menyenangkan orang lain daripada mengusahakan apa yang menjadi

haknya.

b. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tidak mampu

berkomunikasi secara terbuka, kurang penuh percaya diri pada saat

berkomunikasi baik dengan orang yang sudah dikenal maupun yang

belum dikenal.

c. Tidak dapat melakukan kontak mata secara wajar dengan lawan

bicaranya dan kurang mampu menunjukkan ekspresi wajah, bahasa

tubuh yang sesuai dan wajar.

2.5 Cara Meningkatkan Perilaku Asertif

Perilaku asertif pada diri seseorang bukan merupakan sifat bawaan

lahir, namun merupakan hal yang bisa dipelajari dan dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan serta dapat dilatih kepada seseorang. Berikut cara

meningkatkan perilaku asertif yang dapat digunakan dalam meningkatkan

perilaku asertif, (Rakos,1991):

a. Dengan cara bermain peran mengajak seseorang untuk memerankan

seperti keadaan dalam kehidupan ataupun peristiwa yang sebenarnya

(kenyataan).

b. Kesadaran memandang keberadaan orang lain ketika berada dalam

suatu kelompok. Melatih untuk dapat menyetujui ataupun menolak

gagasan dan berpendapat dengan baik di dalam kelompok seperti

menghargai pendapat serta hak orang lain.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

14

c. Melihat tentang keadaan masa lalu mengenai apa yang menyebabkan

seseorang tidak dapat berperilaku asertif, sehingga dapat memperbaiki

diri dari keadaan masa lalu. Contoh masa lalu seseorang ketika kecil

dilarang banyak komentar apabila melihat hal yang baru pertama kali

dijumpai maupun mengeluarkan pendapat maka akan berpengaruh

ketika dewasa tidak dapat berkata didepan umum dengan baik.

d. Mengurangi kecemasan diri berlebih yang dialami seseorang. Dengan

berpikir positif dan mempersiapkan kebutuhan sebelum pelaksanaan

kegiatan dimulai. Belajar menenangkan diri, relaks/ tidak tegang

e. Mengurangi kemarahan / emosi dengan belajar mengontrol diri.

f. Meningkatkan kepercayaan, keyakinan dan harga diri seseorang.

Sadar akan keadaan diri sendiri dan orang lain dalam sebuah situasi

hubungan antar pribadi. Dengan melihat orang-orang disekitar

ataupun obyek lain akan mengurangi rasa gugup, rasa tidak percaya

diri. Melatih kesadaran diri mengenai aturan-aturan sosial dan budaya

dalam berperilaku.

2.6 Cara Mengukur Perilaku Asertif

Perilaku asertif merupakan perilaku yang dapat dilakukan

pengamatan langsung kepada subyek maupun menggunakan inventory

untuk mengetahui kebenarannya. Pengamatan langsung dengan cara

observasi mengamati observi / orang lain sebagai objek yang diteliti

berdasar aspek perilaku asertif yang dikemukakan oleh ahli teori asertif,

dalam penelitian ini menggunakan skala perilaku asertif yang disusun

berdasar aspek perilaku asertif dari Rakos (1991). Sedangkan apabila

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

15

menggunakan inventory, alat yang digunakan disebut The Assertion

Inventory (Namara & Delamater,1984) , Personal Assertion Inventory,

Assesment of Assertion Inventory Gambril & Richey (dalam Rakos,1991).

2.7 Pengertian Percaya Diri

Menurut Kanter (2006) percaya diri adalah perasaan mampu

melakukan sesuatu yang dimiliki seseorang yang menghubungkan harapan

dengan kemampuan diri sendiri dalam melakukan aktivitas yang terbentuk

dari harapan-harapan positif seseorang untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan. Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayaan terhadap suatu

hal yang diinginkan oleh manusia sehingga apabila dapat terwujud akan

mendatangkan kebahagiaan dan rasa senang. Kemampuan diri sendiri

yaitu keahlian yang dimiliki seseorang dalam melakukan sesuatu

perbuatan sehingga manusia dapat melakukan serta menyelesaikan banyak

hal.

Percaya diri (self confidence) mempunyai arti yang hampir sama

dengan keyakinan diri (self efficacy), karena percaya diri merupakan

kombinasi dari self esteem (harga diri) dan self efficacy (keyakinan diri).

Sehingga rasa percaya diri timbul dari seseorang yang dapat menilai

kualitas diri sendiri, menghargai diri bahwa mempunyai kesempatan untuk

menang atau berhasil sehingga mendorong seseorang untuk berani, yakin

serta percaya bahwa diri seseorang mampu melakukan suatu aktivitas

maupun pekerjaan yang dijalankannya. Karena confidence is the solid

placement of everything it takes to do the work and make that work

successful. Kepercayaan diri adalah penempatan kuat dari segala sesuatu

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

16

yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dan membuat pekerjaan itu

berhasil (Kanter,2006)

Rasa percaya diri yang dimiliki seseorang menentukan apakah

seseorang akan melangkah atau mengerjakan sesuatu dengan ragu-ragu

atau berani dalam mengerjakan sesuatu. Percaya diri dilandasi

keberhasilan yang dialami seseorang sehingga merasa yakin akan kembali

berhasil melakukan suatu kegiatan yang lain. Namun bila seseorang

terlalu yakin mencapai keberhasilan, maka dapat membawa dampak buruk

yaitu membuat orang menjadi berlebihan, terlalu gembira, serta

menganggap diri tak terkalahkan sehingga menjadi puas diri dan berada

dalam keangkuhan. Keangkuhan adalah ketidakmampuan seseorang untuk

menyadari kekurangan atau kelemahannya. Harapan adalah bentuk dasar

dari kepercayaan akan sesuatu hal yang diinginkan oleh manusia sehingga

apabila dapat terwujud dapat mendatangkan kebahagiaan dan rasa senang.

Sedangkan apabila seseorang mengalami rasa kurang percaya diri

membuat orang terlihat lebih buruk, karena membuat orang tidak bersedia

berinvestasi atau mengambil resiko, kurang berinovasi dan menganggap

semua hal adalah rintangan yang perlu dihindari sehingga membuat orang

yang kurang rasa percaya diri akan beranggapan tidak ada gunanya untuk

mencoba. Kegagalan menyebabkan percaya diri menurun sehingga orang

merasa tidak yakin dengan kemampuan dirinya (Kanter,2006).

Kepercayaan diri tidak hanya berada dalam benak seseorang,

namun mencerminkan reaksi yang wajar atas situasi. Kepercayaan diri

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

17

seseorang dipengaruhi oleh perbedaan antarindividu dalam hal karakter,

suasana hati, dan interpretasi situasi. Orang yang percaya diri baik namun

mengalami kegagalan akan cepat-cepat bangkit menuju keberhasilan,

sedangkan bila orang yang kurang percaya diri akan semakin terpuruk dan

merasa tidak berdaya dalam membangun keberhasilan (Kanter,2006).

2.8 Aspek-aspek Kepercayaan Diri

Menurut Kanter (2006) kepercayaan diri memiliki 4 aspek yang

dapat mempengaruhi seseorang untuk bertindak percaya diri,

a. Kepercayaan pada diri sendiri;

Membangkitkan optimisme pada diri sendiri, sehingga

memudahkan seseorang membidik harapan lebih tinggi dan berharap

dapat mencapai target serta memudahkan seseorang untuk

mendapatkan energi untuk bekerja.

b. Saling percaya satu sama lain;

Membuat orang lebih menyukai antar sesama manusia, baik dalam

hubungan antar individu maupun hubungan dalam kelompok.

c. Kepercayaan pada sistem;

Struktur dan prosedur organisasi atau peraturan yang berlaku

menguatkan tanggung jawab, kerjasama, dan inovasi. Serta membuat

seseorang menjadi lebih disiplin dan meraih kesuksesan dengan baik.

d. Kepercayaan pihak eksternal:

Dengan keberhasilan yang diraih dapat memudahkan orang lain

untuk mempercayai individu, orang lain menjadi tertarik dengan diri

individu sehingga menumbuhkan kekuatan diri pada individu tersebut

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

18

sehingga membuat dukungan sosial pada diri seseorang menjadi lebih

baik dan mantap dalam meraih keberhasilan.

Setiap rangkaian kesuksesan akan lebih memudahkan untuk

membangkitkan kepercayaan diri, kepercayaan pada rekan, pada sistem

aturan yang berlaku, kepercayaan dari orang lain. Semua aspek

kepercayaan diri berpadu untuk menyiapkan orang–orang yang harus

mewujudkan kemenangan.

2.9 Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri

Untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang yang rendah dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa cara diantaranya menurut Kanter

(2006) adalah:

a. Membangun keyakinan pemulihan diri dari keterpurukan.

Dalam keadaan seseorang mengalami keterpurukan akibat dari

kegagalan yang dialami, masih mempunyai kesempatan untuk melakukan

perubahan secara mudah. Dengan membangkitkan kemauan individu

untuk berusaha bangkit dari keterpurukan, mengakhiri kebiasaan buruk

dan menanamkan kepercayaan pada diri sendiri bahwa yakin menghadapi

kegagalan.

b. Menghadapi fakta dan meneguhkan tanggung jawab.

Apabila keadaan nyata semangat seseorang sangat kurang, bangkitkan

semangat dengan melihat peluang keberhasilan serta kesempatan yang

terbuka. Mencoba untuk mengatur waktu sehingga dapat digunakan

seefisien mungkin. Melatih tanggung jawab individu dalam tugasnya

sebagai seorang yang dapat berkarya. Melatih dengan memberikan tugas

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

19

yang harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Apabila

seseorang berhasil mengerjakan tugas dengan baik, maka akan melatih

tanggung jawab dan kepercayaan diri bahwa bisa menyelesaikan tugas

dengan tepat waktu sehingga membuat orang percaya diri akan

kemampuannya.

c. Kepercayaan kerjasama dengan tim.

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan orang lain.

Kerjasama diperlukan oleh manusia untuk mempermudah menyelesaikan

masalah yang dialami. Bangkitkan seseorang yang memiliki susah bergaul

dengan mencoba membuka diri kepada orang lain, melatih seperti bermain

peran agar dapat mempraktikkan dalam kehidupan nyata. Dalam suatu

kelompok atau tim dilatih untuk saling berkomunikasi untuk memecahkan

suatu masalah. Berkomunikasi dengan sopan dan menghargai pendapat

orang lain akan memudahkan dalam mengkordinasikan dalam pembagian

tugas.

Apabila tidak terjalin komunikasi dengan baik antar anggota

kelompok, maka akan mengakibatkan anggota kelompok bekerja sendiri-

sendiri sesuai dengan keinginannya, namun apabila saling berbagi tugas

sesuai dengan kemampuannya maka akan lebih cepat selesai seperti yang

dicontohkan Kanter (2006) mengenai kerjasama tim Continental Airlines

yang mendapat keuntungan daripada maskapai penerbangan lain yang

berhenti beroperasi saat pemadaman listrik.

d. Menginspirasikan inisiatif dan inovasi.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

20

Melatih seseorang untuk dapat berpikir kreatif dalam melakukan

sesuatu. Melatih pikiran seseorang untuk dapat menyelesaikan masalah

dengan cara yang baru daripada menggunakan cara lama. Membangkitkan

kreativitas seseorang dengan membuat barang sederhana menjadi sesuatu

yang berguna. Mengurangi kecemasan maupun kepanikan yang membuat

seseorang menjadi mudah menyerah dan kehilangan keyakinan

kemampuan diri.

2.10 Cara Mengukur Kepercayaan Diri

Kepercayaan diri merupakan perasaan yakin yang menghubungkan

harapan dengan kemampuan diri sendiri dalam melakukan aktivitas yang

terbentuk dari harapan-harapan positif seseorang untuk mendapatkan hasil

yang diinginkan. Kepercayaan diri terdapat dalam diri seseorang dan tidak

nampak serta tidak dapat dinilai begitu saja, namun untuk membuktikan

lebih nyata alat yang dapat digunakan mengukur percaya diri seseorang

dapat menggunakan angket, skala sikap, maupun tes seperti Personality

Test (Peter Lauster), TSK (Tes Kematangan Percaya Diri) yang

dikembangkan oleh Robert Epstein (1981). Dalam penelitian ini,

menggunakan skala kepercayaan diri yang disusun berdasar aspek

kepercayaan diri dari teori Kanter (2006) yaitu kepercayaan pada diri

sendiri, saling percaya satu sama lain, kepercayaan pada sistem, serta

kepercayaan pihak eksternal, karena peneliti menggunakan landasan teori

percaya diri dari Kanter (2006).

2.11 Penelitian Relevan

Untuk mendukung penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan

pengambilan hipotesis, diperlukan penelitian relevan tentang kepercayaan

diri dan perilaku asertif. Penelitian Apollo (2007) tentang hubungan antara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

21

kepercayaan diri dan perilaku asertif dengan kecemasan komunikasi lisan

pada siswa SMA Negeri di Kota Madiun dengan sampel penelitian 300

orang yang diambil dari enam SMA Negeri di Kota Madiun, laki-laki

berjumlah 147 orang dan perempuan berjumlah 153 orang. Menggunakan

alat ukur skala kepercayaan diri, skala perilaku asertif serta skala kecemasan

komunikasi lisan, analisis menggunakan SPSS versi 11.5 uji anova (F).

Menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kepercayaan diri dan

perilaku asertif dengan kecemasan komunikasi siswa SMA Negeri di

seluruh kota Madiun menunjukkan koefisien korelasi rxy = 0.063 dengan

sig 0.000 ≤0,05. Sedangkan untuk variabel kepercayaan diri dengan perilaku

asertif menunjukkan koefisien korelasi rxy -196 dengan sig 0,005 p≤0,05.

Penelitian lain oleh Rosita (2007) tentang hubungan antara perilaku

asertif dengan kepercayaan diri pada mahasiswa. Populasi sampel adalah

mahasiswa Universitas Gunadarma Depok dan Kelapa Dua berjumlah 100

orang. Data menggunakan kuesioner perilaku asertif dan kepercayaan diri,

dianalisis menggunakan SPSS versi 13.0 korelasi Product Moment

menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku asertif

dengan kepercayaan diri pada mahasiswa dengan koefisien korelasi rxy =

0.571 dengan sig 0.000 ≤0,01.

Penelitian Wijayanto (2011) tentang Hubungan Antara Perilaku

Asertif Dan Kemandirian Belajar Dengan Prestasi Belajar menunjukkan

tidak ada hubungan signifikan antara perilaku asertif dengan prestasi belajar

dengan koefisien korelasi rxy = 0.076 dengan sig 0.090 ≥0.05, serta tidak

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7366/2/T1_132009012_BAB II.pdf · diperlukan kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan secara

22

ada hubungan positif signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi

belajar siswa dengan hasil korelasi rxy = 0,002 dengan sig 0,477 ≥0.05.

Selain itu Wijayanto (2011) juga menemukan bahwa tidak ada

hubungan signifikan antara perilaku asertif dan kemandirian belajar dengan

prestasi belajar siswa dengan koefisien korelasi rxy= 0,087 dengan sig 0,606

≥0.05. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus

Kenanga Suruh menggunakan sampel total sebanyak 136 siswa

menggunakan analisis korelasi Kendall’s Tau dengan program SPSS versi

14.0. Pratama (2009) menunjukkan tidak ada perbedaan antara perilaku

asertif pada guru laki-laki dan guru perempuan SMA di Ambarawa. Subjek

adalah 30 guru laki-laki dan 30 guru perempuan dari 3 sekolah SMA yaitu

SMA Islam Sudirman, SMA Bhakti Awam dan SMAN 1 Ambarawa,

melakukan penelitian menggunakan alat ukur skala asertifitas yang

diadaptasi dari Lovitan (2007). Analisis menggunakan SPSS 17 memakai

uji t menunjukkan hasil -0.641 ≥0.05 berarti tidak ada perbedaan antara

perilaku asertif guru laki-laki dan perempuan SMA di Ambarawa.

Penelitian yang dilakukan oleh Weni Nur (2012) menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan perilaku asertif siswa terhadap perilaku negatif

berpacaran siswa kelas X Pemasaran 1 di SMKN 1 Depok, Sleman dengan

peningkatan skor pre-test ke post-test sebesar 49.15. Pengumpulan data

menggunakan skala, observasi dan wawancara.

2.12 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada hubungan signifikan antara

kepercayaan diri dengan perilaku asertif siswa kelas X MAN 1 Kota Salatiga.