bab ii kajian pustaka 2.1 kondisi umum teluk...

15
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurun Kabupaten Pesawaran adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung yang diresmikan pada tanggal 2 Nopember 2007 berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran. Kabupaten ini sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan, memiliki luas wilayah 117.377 Ha, terletak pada koordinat antara 5º8’30” - 52’30” Lintang Selatan dan 104º54’30” - 105º26’30” Bujur Timur. Kabupaten ini berada di bagian pesisir Selatan Wilayah Provinsi Lampung yang sebagian wilayahnya menghadap ke Teluk Lampung (Pemkab Pesawaran 2010). Teluk Hurun merupakan bagian dari Teluk Lampung, berada di arah Timur Laut dari Teluk Lampung. Secara geografis Teluk Hurun terletak pada 105 o 12’ 45’’ sampai 105 o 13’ 0’’ BT dan 5 o 31’30’’ sampai 5 o 31’ 36’’LS. Luas Teluk Hurun kurang lebih 5 km 2 dengan panjang 2,5 km dan lebar 2 km. Dasar perairan teluk di bagian Barat Daya dan Selatan umumnya landai dengan kedalaman kurang dari 5 m. Dasar perairan di bagian Tenggara (sekitar mulut teluk) cukup dalam yaitu sekitar 10-15 m (Kurniastuty 1989 dalam Kamali 2004). Kondisi muara teluk di bagian Utara diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan terdapat beberapa tambak tradisional. Di bagian mulut teluk terdapat 3 unit Keramba Jaring Apung (KJA) milik Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung serta lepas pantai terdapat kegiatan budidaya kerang mutiara. Kedalaman rata-rata teluk sekitar 15 m (Santoso 2005). Teluk Hurun memiliki iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin yang bertiup dari Samudera Indonesia. Musim tahunan di Teluk Hurun adalah musim kemarau, musim peralihan dan musim hujan. Musim hujan terjadi pada bulan Desember Maret, sedangkan musim peralihan terjadi pada bulan April Mei dan Oktober November dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni September (Wihartoyo 1994 dalam Susanti 2001). Suhu udara di wilayah Teluk Hurun berkisar antara 24 ºC 34 ºC. Angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut

Upload: phungnga

Post on 16-Apr-2018

235 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Umum Teluk Hurun

Kabupaten Pesawaran adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung

yang diresmikan pada tanggal 2 Nopember 2007 berdasarkan Undang-Undang

No. 33 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran. Kabupaten ini

sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan,

memiliki luas wilayah 117.377 Ha, terletak pada koordinat antara 5º8’30” -

5º52’30” Lintang Selatan dan 104º54’30” - 105º26’30” Bujur Timur. Kabupaten

ini berada di bagian pesisir Selatan Wilayah Provinsi Lampung yang sebagian

wilayahnya menghadap ke Teluk Lampung (Pemkab Pesawaran 2010).

Teluk Hurun merupakan bagian dari Teluk Lampung, berada di arah

Timur Laut dari Teluk Lampung. Secara geografis Teluk Hurun terletak pada 105o

12’ 45’’ sampai 105o 13’ 0’’ BT dan 5

o 31’30’’ sampai 5

o 31’ 36’’LS. Luas Teluk

Hurun kurang lebih 5 km2

dengan panjang 2,5 km dan lebar 2 km. Dasar perairan

teluk di bagian Barat Daya dan Selatan umumnya landai dengan kedalaman

kurang dari 5 m. Dasar perairan di bagian Tenggara (sekitar mulut teluk) cukup

dalam yaitu sekitar 10-15 m (Kurniastuty 1989 dalam Kamali 2004). Kondisi

muara teluk di bagian Utara diselimuti hutan mangrove sementara bagian Selatan

terdapat beberapa tambak tradisional. Di bagian mulut teluk terdapat 3 unit

Keramba Jaring Apung (KJA) milik Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut

(BBPBL) Lampung serta lepas pantai terdapat kegiatan budidaya kerang mutiara.

Kedalaman rata-rata teluk sekitar 15 m (Santoso 2005).

Teluk Hurun memiliki iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin

yang bertiup dari Samudera Indonesia. Musim tahunan di Teluk Hurun adalah

musim kemarau, musim peralihan dan musim hujan. Musim hujan terjadi pada

bulan Desember – Maret, sedangkan musim peralihan terjadi pada bulan April –

Mei dan Oktober – November dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni –

September (Wihartoyo 1994 dalam Susanti 2001). Suhu udara di wilayah Teluk

Hurun berkisar antara 24 ºC – 34 ºC. Angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

8

pada bulan November – Maret. Sedangkan pada bulan Juli – Agustus bertiup dari

arah Timur (Kurniastuty 1989 dalam Kamali 2004).

2.2 Kesesuaian dan Pemilihan Lokasi Budidaya

Menurut Sitorus (1985), kesesuain lahan (land suitability) merupakan

kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui

penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan

potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih

terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya. Pengembangan daerah yang

optimal dan berkelanjutan membutuhkan suatu pengelolaan keruangan wilayah

pesisir yang matang. Berkaitan dengan hal tersebut, maka kajian tentang model

pengelolaan dan arahan pemanfaatan wilayah pesisir yang berbasis digital dengan

menggunakan SIG merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dikaji lebih

lanjut.

Pemilihan lokasi budidaya umumnya didasarkan pada spesies yang ingin

dibudidaya dan teknologi yang digunakan, tetapi pada beberapa kejadian

urutannya dapat dibalik. Hartoko dan Helmi (2004) mengatakan bahwa penentuan

lokasi pengembangan budidaya lebih berdasarkan feelling atau trial dan error.

Padahal semestinya data atau informasi tentang kesesuain lahan (land suitability)

sengatlah diperlukan untuk memecahkan masalah dalam kompetisi pemanfaatan

pesisir (Radiarta et al 2005). Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan

dalam penentuan lokasi adalah kondisi teknis yang terdiri dari parameter fisika,

kimia, dan biologi dan non teknis berupa pangsa pasar, keamanan dan

sumberdaya manusia (Milne 1979 ; Pillay 1990 dalam Kangkan 2006).

2.3 Tiram Mutiara

Tiram mutiara merupakan salah satu biota yang hampir semua bagian dari

tubuhnya mempunyai nilai jual, baik mutiara, cangkang, daging dan organisme

tiram itu sendiri (benih maupun induk). Jenis-jenis tiram mutiara yang ada di

Indonesia adalah Pinctada maxima, Pinctada margaritifera, Pinctada chemnitzi,

Pinctada fucata dan Pteria penguin. Dari kelima spesies tersebut yang dikenal

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

9

sebgai penghasil mutiara terpenting yaitu Pinctada maxima, Pinctada

margaritifera dan Pteria penguin.

2.3.1 Klasifikasi

Klasifikasi jenis-jenis tiram mutiara dilakukan berdasarkan bentuk, ukuran

dan warna cangkang. Barnes (1976) mengklasifikasikan tiram mutiara sebagai

berikut :

Phylum : Mollusca

Klass : Pallecypoda atau Lemellibranchia

Ordo : Pterioidea

Famili : Ptridae

Genus : Pinctada

Spesies : Pinctada maxima

2.3.2 Morfologi dan Anatomi

Tiram mutiara merupakan hewan laut yang bertubuh lunak, tidak bertulang

punggung dan dilindungi oleh dua belah keping cangkang yang tidak simetris,

tebal dan sangat keras. Bentuk luar tiram mutiara tampak seperti batu karang yang

tidak ada tanda-tanda kehidupan. (Sutaman, 1993). (Gambar 2)

Gambar 2. Cangkang bagian luar tiram mutiara (Pinctada maxima)

(Sumber : Sutaman 1993)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

10

Sepasang cangkang pada mutiara memiliki bentuk yang tidak sama

dimana cangkang sebelah kanan agak pipih sedangkan cangkang sebelah kiri lebih

cembung (Mulyanto 1987 dalam Harramain 2008) Cangkang tiram mutiara

memiliki ketebalan berkisar antara 1-5 mm. Pada bagian luar cangkang terdapat

garis-garis melingkar yang jumlahnya bervariasi antara 6-8 garis yang berwarna

merah tua, coklat kemerahan dan merah kecoklatan. Warna-warna ini terlihat

sangat jelas pada tiram muda, sedangkan pada tiram dewasa warna akan memudar

(Sintawati 1989 dalam Harramain 2008).

Menurut Sutaman (1993) cangkang pada tiram mutiara jika dipotong

melintang, maka dapat kita lihat cangkang tersebut terdiri dari 3 lapisan yang

tampak, yaitu :

1) Lapisan periostrakum, merupakan lapisan kulit terluar yang kasar yang

tersusun dari zat organik yang menyerupai tanduk.

2) Lapisan prismatik, merupakan lapisan kedua yang tersusun dari kristal-

kristal kecil yang berbentuk prisma dari hexagonal calcite dan tersusun

padat pada kerangka conchiolin (C32H48N2O11)

3) Lapisan mutiara atau nacre, ini merupakan lapisan kelit sebelah dalam

yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh sel-sel

dari ephitelium luar dalam bentuk kristal aragonite. (Gambar 3)

Gambar 3. Struktur kulit tiram mutiara (Pinctada maxima)

(Sumber : Sutaman 1993)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

11

Secara umum, organ tubuh tiram mutiara terbagi menjadi tiga bagian yaitu

kaki, mantel dan organ dalam. Menurut Mulyanto (1987) dalam Harramain (2008)

kaki pada tiram mutiara berfungsi sebagai alat gerak dan berbentuk seperti lidah

yang dapat memanjang dan memendek. Kaki ini tersusun dari jaringan otot yang

menuju ke berbagai arah, sehingga merupakan alat gerak pada masa muda tiram

mutiara sebelum tiram mutiara hidup menetap dan menempel pada substrat.

Mantel merupakan jaringan yang dilindungi oleh sel-sel epithelium dan

dapat membungkus organ tubuh bagian dalam. Mantel terletak diantara cangkang

bagian dalam atau epithelium luar dan organ dalam atau visceral mass (Sutaman,

1993). Sedangkan organ dalam pada tiram mutiara letaknya tersembunyi karena

terlindungi oleh mantel dan merupakan pusat aktivitas kehidupan yang terdiri dari

mulut, lambung, usus, anus, insang, jantung, susunan syaraf, alat reproduksi dan

otot (Sutaman 1993). Secara anatomis tubuh tiram mutiara dapat dilihat pada

Gambar 4 berikut ini :

Gambar 4. Anatomi tiram mutiara (Pinctada maxima)

(Sumber : Sutaman 1993)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

12

2.3.3 Reproduksi

Tiram mutiara (Pinctada maxima) biasanya memiliki kelamin yang

terpisah, kecuali dalam beberapa kasus ada yang hermaprodit (Harramain 2008).

Winanto (1992) berpendapat bahwa tiram mutiara dapat berubah kelamin, dalam

hal ini Pinctada maxima bersifat protandrous hermaphrodite pada umumnya di

awal kehidupannya tumbuh sebagai individu jantan dan selanjutnya kelamin

betina mulai keluar seiring pertumbuhannya. Salah satu faktor yang

mempengaruhi perubahan kelamin tersebut adalah jumlah makanan yang tersedia

dalam tubuhnya, apabila persediaan makan cukup tinggi maka individu akan

menjadi betina dan sebaliknya (Sintawati 1989 dalam Harramain 2008).

Pembuahan pada tiram mutiara terjadi secara eksternal. Dalam proses

pemijahan tiram mutiara, induk jantan selalu mengeluarkan sel sperma lebih dulu

dan selanjutnya akan merangsang induk betina mengeluarkan sel telur, kurang

lebih 45 menit kemudian (Saoruddin 2004). Telur yang dikeluarkan oleh individu

betina dibuahi oleh gamet jantan di dalam air. Telur-telur ini menempel pada

lipatan mantel induknya dan kemudian dibuahi oleh sperma yang ada didekatnya

(Setyobudiandi 1989 dalam Harramain 2008).

2.3.4 Habitat

Hampir di seluruh perairan laut Indo-Pasifik bahkan hingga ke perairan

Indo-Australia memiliki ekosistem yang cocok sebagai habitat tiram mutiara.

Menurut Sutaman (1993) dan Martin (2004) tiram mutiara jenis Pinctada sp. yang

banyak dijumpai di berbagai negara seperti Filipina, Thailand, Birma, Australia

dan perairan Indonesia, sebenarnya lebih menyukai hidup di daerah terumbu

karang atau dasar perairan yang berpasir. Dalam konteks budidaya tiram mutiara,

daerah yang terlindung dari gelombang dan arus yang kuat serta mempunyai

kondisi iklim yang hampir stabil sepanjang tahun sangat cocok untuk

pembudidayaan.

Tiram mutiara dalam pertumbuhannya sangat bergantung pada temperatur

air, salinitas, makanan yang cukup dan kandungan parameter kimia dalam air laut.

Pada musim panas, dimana suhu air naik, tiram mutiara dapat tumbuh secara

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

13

maksimal. Namun jika suhu dan salinitas sepanjang tahun stabil dengan kondisi

lingkungan yang ideal, maka pertumbuhan pun akan stabil pula, dengan

pertambahan bisa mencapai 1 cm per bulan (Sutaman 1993).

2.3.5 Manfaat

Tujuan utama dari pembudidayaan tiram mutiara tentu saja untuk

mengambil mutiara dari dalam tubuh tiram mutiara. Menurut Sutaman (1993),

mutiara yang terbentuk dalam tubuh tiram diakibatkan oleh adanya respon dari

tiram untuk menolak kesakitan dari benda asing yang masuk ke dalam tubuhnya.

Seperti kebanyakan hewan lain , tiram mutiara pun dalam kehidupannya

tidak lepas dari serangan hewan maupun benda lain yang masuk ke dalam

tubuhnya seperti cacing ataupun pasir yang biasa masuk bersamaan dengan

makanan yang diserap. Namun satu kelebihan dari tiram adalah bahwa benda

asing yang melukai tubuhnya akan segera dilindungi dan dilapisi oleh mantel

yang berbentuk nacre secara konsentris. Secara alami dengan bertambahnya

waktu benda asing tersebut terus dilapisi nacre sehingga membentuk butiran

dengan cahaya berkilauan. Inilah mutiara alam yang merupakan manfaat utama

dari tiram, mutiara ini sangat dikagumi dan dianggap sebagai batu permata yang

mahal harganya. Menurut Harramain (2008), selain sebagai perhiasan mutiara

juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar kosmetik, bahan industri farmasi dan

pembuatan tekstil. Bahkan dari cangkang tiram dapat dimanfaatkan untuk industri

kerajinan.

2.3.6 Penyebaran Tiram Mutiara di Indonesia

Indonesia banyak memiliki teluk-teluk dan pulau-pulau yang terlindung

dari hempasan ombak besar yang cocok unutk lokasi pengembangan budi daya

laut terutama tiram mutiara. Dengan kondisi iklim yang stabil hampir sepanjang

tahun dan kondisi alamnya yang tidak banyak mengalami perubahan sepanjang

tahun, jenis tiram mutiara sebagai penghasil mutiara yang diproduksi di Indonesia

merupakan salah satu jenis yang paling unggul dibandingkan negara lain.

Beberapa daerah di Indonesia yang karakteristiknya sangat mendukung untuk

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

14

pengembangan usaha budi daya tiram mutiara, yaitu di Nusa Tenggara Barat,

Halmahera, Lampung, Maluku Utara, Maluku Tenggara, dan Sulawesi Tenggara

(Ambarjaya 2008). Dengan prospek di bidang budi daya tiram mutiara yang

cukup cerah, dahulu kegiatan ini yang awalnya hanya bergantung pada hasil alam

melalui penyelaman di daerah yang banyak terdapat kerang mutiara kini dengan

semakin terlihatnya prospek dalam bidang ini sehingga penyebaran industri untuk

budi daya tiram mutiara semakin meluas hampir ke seluruh Indonesia dan tidak

hanya terbatas pada daerah yang merupakan habitat asli tiram mutiara tersebut.

2.3.7 Lokasi Budidaya Tiram Mutiara

Untuk meningkatakan produksi tiram mutiara bisa dilakukan dengan cara

budidaya. Keberhasilan budidaya tiram mutiara ditentukan oleh kondisi

perairannya yang sesuai dengan persyaratannya untuk budidaya. Oleh karena itu,

harus cermat dalam menentukan lokasi budidaya, hal ini dapat dilakukan melalui

survei, baik dari segi teknis, lingkungan maupun sosial.

Syarifudin (1996) mengatakan bahwa kualitas perairan dalam kegiatan

budidaya cenderung bersifat given yaitu disediakan oleh alam. Kondisi perairan

yang seperti ini relatif sulit untuk dikendalikan. Meskipun demikian, terdapat

parameter kualitas air yang dapat direkayasa agar lebih sesuai untuk kehidupan

larva, seperti oksigen dan temperatur. Akan tetapi, parameter tertentu, seperti

salinitas, sulit direkayasa karena merupakan limpahan air tawar dari daratan.

Kalaupun bisa dimanipulasi agar sesuai dengan kebutuhan hidup larva tiram

mutiara, biaya operasional akan membengkak.

Oleh karena itu, menurut BBL Lombok (2006) lokasi yang tepat untuk

berdirinya hatchery budidaya tiram mutiara adalah wilayah pesisir dengan

karakteristik asal sebagai berikut :

1. Terdapat induk dan spat kerang mutiara dari alam,

2. Jauh dari sumber banjir dan muara sungai yang masih aktif,

3. Terlindung dari gelombang dan arus yang kuat,

4. Jauh dari sumber sampah,

5. Terhindar dari potensi cemaran minyak

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

15

6. Hindari dasar perairan yang berlumpur dan bau. Lebih ideal apabila dasar

perairan berbatu karang.

7. Memiliki kisaran suhu 27 – 32 ºC, salinitas 32 – 35 ppt, pH 7,8 – 8,6 ,

kecerahan 4,5 – 6,5 m

8. Lokasi yang terproteksi dan terlihat. Untuk menghindari bahaya pencurian,

9. Akses menuju lokasi mudah dilalui alat transportasi, seperti kendaraan

roda empat, roda dua, dan perahu. Hal ini juga untuk mempermudah

distribusi hasil panen.

2.4 Parameter yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tiram Mutiara

Baku mutu air laut untuk biota laut sudah ditetapkan oleh Menteri Negara

Lingkungan Hidup dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor

51 tahun 2004 (Lampiran 1). Untuk parameter yang mempengaruhi pertumbuhan

tiram mutiara adalah sebagai berikut:

2.4.1 Kepadatan Fitoplankton

Plankton merupakan organisme pelagik yang mengapung atau bergerak

mengikuti arus (Bal dan Rao 1984 dalam Kangkan 2006), terdiri atas dua tipe

yakni fitoplankton dan zooplankton. Plankton mempunyai peranan penting dalam

ekosistem laut, karena menjadi bahan makanan bagi berbaagai jenis hewat laut

(Nontji 1993). Fitoplankton hanya dapat hidup di tempat yang mempunyai sinar

yang cukup, sehingga fitoplankton hanya dijumpai pada lapisan permukaan air

atau daerah-daerah yang kaya akan nutrien (Hutabarat dan Evans 1995 dalam

Kangkan 2006).

Ketersediaan fitoplankton pada suatu lokasi budidaya tiram mutiara

merupakan suatu variable yang dianggap penting sebagai syarat utama, karena

merupakan sumber pakan utama bagi tiram mutiara (Kangkan 2006). Tiram

mutira yang tergolong sebagai binatang filter feeder hanya mengandalkan

makanan dengan menyerap plankton dari perairan sekitar, sehingga ketersediaan

pakan alami memegang peranan penting. Disamping sebagai pakan alami,

fitoplankton mempunyai peran lain yakni berfungsi sebagai penyangga kualitas

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

16

air (Sutaman 1993). Menurut Basmi (2000), kepadatan fitoplankton yang baik

dalam suatu lokasi budidaya yaitu berkisar antara 15.000 sampai 5 x 105 sel.l

-1.

2.4.2 Suhu

Suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan

organisme di lautan, karena suhu sangat mempengaruhi proses metabolisme dari

organisme tersebut (Hutabarat dan Evans 1986). Kenaikan suhu meningkatkan

kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya

mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga bila suhu meningkat

maka kadar oksigen semakin menurun (Effendi 2003).

Perubahan suhu mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat

organisme akuatik, karena itu setiap organisme akuatik mempunyai batas kisaran

maksimum dan minimum (Effendi 2003). Tiram mutiara akan mengalami

pertumbuhan terbaiknya pada daerah yang memiliki iklim tropis karena memiliki

perairan yang hangat sepanjang tahun (Harramain 2008). Suhu yang baik untuk

bubidaya tiram mutiara berkisar antara 26 - 30 ºC (Wiradisastra, U.S. dkk 2004)

2.4.3 Salinitas

Salinitas merupakan konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan.

Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air setelah semua karbonat

dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan iodide telah digantikan oleh

klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi (Effendi 2003). Menurut

Brotowidjoyo dkk. (1995) dalam Kangkan (2006), salinitas air laut berkisar antara

30 – 36 ‰.

Salinitas menimbulkan tekanan osmotik. Pada umumnya kandungan

garam dalam sel-sel biota laut cenderung mendekati kandungan garam dalam

kebanyakan air laut. Kalau sel itu berada di lingkungan dengan salinitas lain maka

suatu mekanisme osmoregulasi diperlukan untuk menjaga keseimbangan

kepekatan antara cairan sel dan lingkungannya (Romimohtarto 2003). Tiram

mutiara sangat toleran terhadap perubahan salinitas, karena hewan ini termasuk

Euryhaline artinya dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar, mampu bertahan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

17

hidup pada salinitas antara 24-50 ‰, tetapi pada salinitas di bawah 14 ‰ ataupun

di atas 55 ‰ dapat menyebabkan kematian tiram mutiara secara massal (Sutaman

1993).

Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara baik, tiram mutiara

membutuhkan perairan dengan kisaran salinitas diantara 32 - 35 ‰ (Sutaman

1993). Salinitas juga mempengaruhi kualitas mutiara yang akan terbentuk di

dalam tubuh kerang mutiara, kadar salinitas yang tinggi dapat menyebabkan

mutiara yang dihasilkan berwarna keemasan.

2.4.4 Kecepatan Arus

Arus merupakan proses pergerakan massa air laut menuju keseimbangan

yang dapat menyebabkan perpindahan air secara vertikal dan horizontal secara

terus menerus (Wyrtki 1961 dalam Andre 2007). Adanya arus di laut disebabkan

oleh perbedaan densitas massa air laut, tiupan angin terus menerus di atas

permukaan laut dan pasang-surut terutama di daerah pantai (Satriadi dan Widada

2004 dalam Kangkan 2006). Arus mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi

kehidupan biota perairan.

Tiram mutiara yang dibudidayakan sangat cocok pada lokasi yang

terlindung dari pengaruh angin dan arus yang kuat serta pasang surut yang terjadi

dapat menggantikan massa air secara total dan teratur untuk menjamin

ketersediaan oksigen terlarut dan plankton (Sutaman 1993). Amplitudo pasang

surut dan arus harus sesuai agar terjadi pembekalan oksigen yang cukup serta

adanya pasokan alami berupa plankton dan dapat membuang bahan-bahan yang

tidak bermanfaat. Pada arus yang kuat, biasanya pembentukan lapisan mutiara

lebih cepat terjadi, namun kualitas mutiara yang dihasilkan kurang baik atau kasar

(Harramain 2008). Kecepatan arus yang optimal untuk budidaya tiram mutiara

berkisar antara 15 - 25 cm.detik-1

(DKP 2002).

2.4.5 Kecerahan

Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan. Nilai kecerahan

dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

18

tersuspensi (Effendi 2003). Semakin cerah perairan tersebut, maka semakin dalam

cahaya matahari yang menembus perairan tersebut dan sebaliknya. Untuk

keperluan budidaya tiram mutiara sebaiknya dipilih lokasi yang mempunyai

kecerahan antara 4,5 – 6,5 meter, sehingga kedalaman pemeliharaan bisa

diusahakan antara 6 – 7 m. Sebab biasanya tiram yang dibudidayakan diletakkan

di bawah kedalaman atau kecerahan rata-rata (Sutaman 1993).

2.4.6 Kedalaman

Pertumbuhan tiram mutiara, sangat tergantung pada suhu perairan,

salinitas, jumlah makanan alami dan presentase unsur kimia. Fungsi dari

kedalaman sangat berpengaruh pada faktor-faktor tersebut, pada kedalaman yang

berbeda nilai-nilai dari faktor tersebut berbeda pula, untuk keperluan itulah

diperlukan pemilihan kedalaman yang tepat untuk pertumbuhan dan kehidupan

tiram mutiara.

Menurut Sutaman (1993), kedalaman yang cocok untuk budidaya tiram

mutiara ialah berkisar antara 15 – 20 meter. Pada kedalaman ini pertumbuhan

tiram mutiara akan lebih baik. Kedalaman perairan di lokasi budidaya juga

mempengaruhi terhadap kualitas mutiara yang dihasilkan.

2.4.7 Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH adalah tingkat keasaman suatu benda. Air laut mempunyai

kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH.

Perubahan pH sedikit saja dari pH alami menunjukkan terganggunya sistem

penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar

CO2 yang dapat mengganggu kehidupan organisme laut (Andre 2007). Sebagian

besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH. Pada pH < 4, sebagian besar

tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah (Effendi

2003). Nilai pH, biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesis, buangan industri

serta limbah rumah tangga (Sastrawijaya 2000 dalam Kangkan 2006). Kisaran

nilai pH yang optimum untuk lokasi budidaya tiram mutiara adalah 7,8 – 8,6

(Harramain 2008 ; Sujoko 2010).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

19

2.4.8 Dissolved Oxygen (DO)

Sumber utama oksigen terlarut adalah difusi dari udara dan hasil

fotosintesis organisme yang mempunyai klorofil yang hidup di perairan.

Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi banyak faktor, yaitu suhu, salinitas,

pergerakan air di permukaan, luas daerah permukaan perairan yang terbuka

(Muhajir dkk. 2004).

Tiap organisme akuatik mempunyai toleransi yang bervariasi terhadap

kadar oksigen terlarut di perairan. Spesies yang mempunyai toleransi kisaran yang

besar hanya terdapat di tempat tempat tertentu. Kebutuhan hewan akuatik akan

oksigen terlarut bervariasi tergantung kepada jenis, stadia dan aktifitas organisme

itu sendiri (Odum 1993 dalam Andre 2007). Oksigen terlarut juga bisa dijadikan

sebagai indikator pencemaran suatu perairan, apabila kadar oksigen terlarut sangat

rendah dari batas bawah yang dibutuhkan biota air maka perairan itu sudah

tercemar. Perairan yang digunakan untuk kegiatan perikanan sebaiknya memiliki

kadar oksigen terlarut sebesar 5 mg.l-1

, kadar oksigen terlarut kurang dari 4 mg.l-1

menimbulkan efek yang merugikan bagi semua biota air (Effendi 2003).

Oksigen bagi kehidupan tiram mutiara diperlukan terutama untuk kegiatan

respirasi. Respirasi mendukung proses metabolisme tiram mutiara sehingga

kandungan oksigen terlarut dalam perairan sangat diperlukan bagi kelangsungan

proses pertumbuhannya. Menurut Sujoko (2010) faktor yang perlu diperhatikan

atau dipertimbangkan dalam pemeliharaan tiram mutiara adalah oksigen terlarut

berkisar antara 4,9 – 6 mg.l-1

.

2.4.9 Nitrat

Senyawa nitrogen dalam air laut terdapat dalam tiga bentuk utama yang

berada dalam keseimbangan yaitu amoniak, nitrit dan nitrat (Kangkan 2006). Nitrat

merupakan nutrien yang diperlukan bagi tumbuhan air terutama fitoplankton. Nitrat

nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkam dari

oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Effendi 2003).

Senyawa ini dapat berasal dari limbah domestik sisa tanaman, senyawa

organik ataupun limbah industri. Tersedianya nitrogen dalam bentuk nitrat secara

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

20

garis besar merupakan siklus dari aktivitas organisme dan masuknya air sungai

dan juga air hujan, dalam hal ini nitrogen merupakan faktor pembatas bagi

organisme sebab nitgrogen sebelum dimanfaatkan harus mengalami fiksasi

terlebih dahulu menjadi amonia, direduksi menjadi ammonium dan terbentuk

nitrat, dan baru pada tahap nitrat ini dapat dimanfaatkan secara langsung oleh

tumbuhan dan hewan untuk pertumbuhan (Susanti 2001). Menurut Sujoko (2010),

air laut yang berkualitas untuk budidaya tiram mutiara sebaiknya memilki kadar

nitrat 0,252 – 0,664 mg.l-1

.

2.4.10 Fosfat

Dalam perairan fosfat berbentuk orthofosfat, organofosfat atau senyawa

organik dalam bentuk protoplasma, dan polifosfat atau senyawa organik terlarut

(Sastrawijaya 2000). Fosfat dalam bentuk larutan dikenal dengan orthofosfat dan

merupakan bentuk fosfat yang digunakan oleh tumbuhan dan fitoplankton. Oleh

karena itu, dalam hubungannya dengan rantai makanan diperairan orthofosfat

terlarut sangat penting (Boyd 1981 dalam Kangkan 2006). Kandungan fosfat yang

lebih tinggi dari batas toleransi dapat berakibat terhambatnya pertumbuhan tiram

mutiara. Dalam suatu perairan untuk lokasi budidaya tiram mutiara sebaiknya

memiliki kandungan fosfat antara 0,2 – 0,5 mg.l-1

(Romimohtarto 2003)

2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut Zainuddin (2006) sistem informasi geografis adalah alat dengan

sistem komputer yang digunakan untuk memetakan kondisi dan peristiwa yang

terjadi di muka bumi. SIG memiliki kemampuan menghubungkan berbagai

lapisan data di suatu titik yang sama pada tempat tertentu, mengkombinasikan,

menganalisis data tersebut dan memetakan hasilnya.

Berbagai bentuk analisis spasial bisa dilakukan dengan SIG, termasuk

wilayah pesisir. Perencanaan spasial di wilayah pesisir lebih kompleks dibanding

di daratan, karena (Dahuri 1997 dalam Andre 2007)

1. Perencanaan didaerah pesisir harus mengikutsertakan semua aspek yang

berkaitan dengan daratan dan lautan.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Teluk Hurunmedia.unpad.ac.id/thesis/230210/2007/230210070047_2_8616.pdf · tersusun dari zat organik yang menyerupai ... bahan industri farmasi

21

2. Aspek daratan dan lautan tersebut tidak dapat dipisahkan secara fisik oleh garis

pantai.

3. Bentang alam wilayah pesisir berubah secara cepat bila dibandingkan wilayah

daratan.

Data masukan SIG dapat diperoleh dari tiga sumber, yaitu (Andre 2007) :

1. Data lapangan, data ini diperoleh langsung dari pengukuran di lapangan,

seperti suhu, salinitas dan sebagainya.

2. Data peta, informasi yang tersaji dalam peta kertas atau film, yang

dikonversikan dalam bentuk digital.

3. Data citra penginderaan jauh, citra penginderaan jauh yang berupa foto udara

dapat diinterpretasikan terlebih dulu sebelum dikonversi ke bentuk digital.

Evaluasi lahan adalah suatu proses pendugaan potensi lahan yang telah

dipertimbangkan menurut kegunaannya dan membandingkan serta

menginterpretasikan serangkaian data. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk

mengetahui kondisi lahan berdasarkan parameter parameter tertentu. Proses

penilaiannya menggunakan sistem bobot dan skoring berdasarkan kepentingan

terhadap suksesnya kegiatan budidaya (Arief dkk. 2006). SIG bisa digunakan

untuk analisis evaluasi lahan. Untuk mendapatkan zonasi kesesuian untuk

budidaya tiram mutiara, secara umum pemrosesan data bisa dibagi menjadi 3

tahapan, yaitu : persiapan data, overlay, matching dan scoring (Suryanto dkk.

2005). Dari zonasi kesesuaian untuk budidaya tiram mutiara bisa dihasilkan peta

kesesuaian untuk lokasi budidaya tiram mutiara, peta bisa memberikan gambaran

yang jelas tentang lokasi tersebut dan batas wilayah yang sesuai untuk lokasi

budidaya.