bab ii kajian pustaka 2.1 kajian umum tentang ispa ... -...

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA 2.1.1 Pengertian ISPA ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut : 1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernafasan, bagian bawah (termaksud jaringan paru paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termaksud dalam saluran pernafasan (respiratory tract). 3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (A. Suryana 2005).

Upload: buithuy

Post on 05-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Umum Tentang ISPA

2.1.1 Pengertian ISPA

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini

diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan

pengertian sebagai berikut :

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta

organ adneksanya seperti sinus – sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran

pernafasan, bagian bawah (termaksud jaringan paru – paru) dan organ adneksa

saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termaksud dalam

saluran pernafasan (respiratory tract).

3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14

hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung

lebih dari 14 hari (A. Suryana 2005).

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

2.1.2 Etiologi ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek

dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300

lebih jenis virus, bakteri, riketsia dan jamur. Virus penyebab ISPA antara lain

golongan mikrovirus (termasuk di dalamnya virus influenza, virus pra-influensa dan

virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: streptokokus

hemolitikus, stafilokokus, pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan

karinebakterium diffteria (Achmadi, dkk., 2004 dalam Arifin, 2009). Bakteri tersebut

di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu

tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang

kekebalan tubuhnya lemah.

Golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di

dalamnya virus para-influenza, virus influenza, dan virus campak) dan adenovirus.

Virus para-influenza merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan,

bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influenza

bukan penyebab terbesar terjadinya sidroma saluran pernafasan kecuali hanya

epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus influenza merupakan penyebab

terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada saluran nafas

bagian bawah (Siregar dan Maulany, 1995 dalam Arifin, 2009).

Jumlah penderita infeksi pernapasan akut sebagian besar terjadi pada anak.

Infeksi pernapasan akut mempengaruhi umur anak, musim, kondisi tempat tinggal,

dan masalah kesehatan yang ada ( R.Haryono-Dwi Rahmawati H, 2012).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA

Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk,

kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar

dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas,

sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan

dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia),

bila infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan kematian

(Fuad, 2008).

2.1.4 Patofisiologi ISPA

Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi

oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul

mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga

hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis.

Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat

melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-

daerah saluran pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2008).

2.1.5 Klasifikasi ISPA

mengklasifikasikan penyakit Infeksi saluran Pernapasan Akut (ISPA) atas

infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan infeksi saluran pernapasan akut

bagian bawah.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas

Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas

di sebelah atas laring. Kebanyakan penyakit saluran nafas mengenai bagian atas dan

bawah secara bersama-sama atau berurutan, tetapi beberapa di antaranya adalah

Nasofaringitis akut (salesma), Faringitis akut (termasuk Tonsilitis dan

Faringotositilitis) dan rhinitis (Fuad, 2008).

2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Bawah

Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas

bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli. Penyakit-penyakit yang

tergolong Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian bawah : Laringitis, Asma

Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho Pneumonia atau Pneumonia

(Suatu peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada brokioli (Fuad,

2008).

2.1.6 Berdasarkan Kelompok Umur

1. Kelompok Pada Anak Umur kurang dari 2 Bulan, Dibagi Atas :

a. Pneumonia berat

Pada kelompok umur ini gambaran klinis pneumonia, sepsis dan meningitis

dapat disertai gejala klinis pernapasan yang tidak spesifik untuk masing-masing

infeksi, maka gejala klinis yang tampak dapat saja diduga salah satu dari tiga infeksi

serius tersebut, yaitu berhenti menyusu, kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau

rasa sulit bangun, stidor pada anak yang tenang, mengi (wheezing), demam (38°C)

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

atau suhu tubuh yang rendah (dibawah 35,5 °C), pernapasan cepat, penarikan dinding

dada, sianosis sentral, serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.

b. Bukan pneumonia

Jika bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali permenit dan tidak terdapat

tanda pneumonia.

2. Kelompok Pada Anak Umur 2 Bulan Hingga 5 Tahun, Dibagi Atas :

a. Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas, tarikan dinding dada, tanpa disertai sianosis

dan tidak dapat minum.

b. Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa disertai penarikan

dinding dada.

c. Bukan Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding

dada (WHO, 2002).

2.1.7 Pencegahan ISPA

1. Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika merawat

anak yang terinfeksi pernapasan.

2. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk

menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

3. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir

minuman, baju cuci atau handuk.

4. Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus pernapasan,

mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau hidungmu.

5. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota

keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin

dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan dengan anggota

keluarga lainyang sedang sakit ISPA.

6. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

7. Hindari anak dari paparan asap rokok

( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).

2.1.8 Penatalaksanaan ISPA

Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana panderita ISPA pada anak

adalah anak dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas yaitu:

1. Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi gejala yang ada pada

penderita.

2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya

Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak bisa minum,

kejang, kesadaran menurun, Stridor, Wheezing, Demam atau dingin. Tanda bahaya

pada umur 2 bulan sampai < 5 tahun adalah tidak bisa minum, kejang, kesadaran

menurun, Stridor dan gizi buruk.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

3. Tindakan dan Pengobatan

Pada penderita umur < 2 bulan yang terdiagnosa pneumonia berat, harus

segera dibawah ke sarana rujukan dan diberi antibiotik 1 dosis.

Pada penderita umur 2 bulan sampai < 5 tahun yang terdiagnosa pneumonia

dapat dilakukan perawatan rumah, pemberian antibiotik selama 5 hari, pengontrolan

dalam 2 hari atau lebih cepat bila penderita memburuk, serta pengobatan demam dan

yang ada.

Penderita di rumah untuk penderita Pneumonia umur 2 bulan sampai kurang

dari 5 tahun, meliputi :

1. Pemberian makanan yang cukup selama sakit dan menambah jumlahnya

setelah sembuh.

2. Pemberian cairan dengan minum lebih banyak dan meningkatkan

pemberian Asi.

3. Pemberian obat pereda batuk dengan ramuan, yang aman dan sederhana.

Penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang terdiagnosa

pneumonia berat segera dikirim ke rujukan, diberi antibiotik 1dosis serta analgetik

sebagai penurun demam dan wheezing yang ada.

Penderita yang diberi antibiotik, pemeriksaan harus kembali dilakukan 2 hari.

Jika keadaan penderita membaik, pemberian antibiotik dapat diteruskan. Jika keadaan

penderita tidak berubah, antibiotik harus diganti atau penderita dikirim ke sarana

rujukan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

Obat yang digunakan untuk penderita pneumonia adalah tablet kotrimoksasol

480 mg, kotrimoksasol 120 mg, tablet parasetamol 500 mg dan sablet parasetamol

100 mg ( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).

2.2 Tinjauan Umum Tentang Balita

Balita yaitu anak yang berusia di bawah 5 tahun merupakan generasi yang

perlu mendapat perhatian, karena balita merupakan generasi penerus dan modal dasar

untuk kelangsungan hidup bangsa, balita amat peka terhadap penyakit, tingkat

kematian balita masih tinggi. Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam

keadaan sehat jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.

Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, mengingat angka kesakitan

dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi.

Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam proses

tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita antara pemeriksaan perkembangan

dan pertumbuhan fisiknya, pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemeriksaan

penyakit infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan kesehatan pada orang tua

(Lamusa, 2006).

2.3 Tinjauan Umum Tentang Status Gizi

2.3.1 Pengertian Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan

energi (Supriasa, 2001).

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dari natriture dalam bentuk variabel tertentu

(Supriasa, 2001).

Dalam arifin (2009) dijelaskan bahwa keadaan gizi merupakan hal yang

penting bagi pencegahan ISPA. Dimana kejadian ISPA dapat dicegah bila anak

mempunyai gizi yang baik, mendapatkan ASI sampai usia dua tahun karena ASI

adalah makanan yang paling baik untuk bayi, bayi mendapatkan makanan padat

sesuai dengan umurnya serta bayi dan anak mendapatkan makanan yang mengandung

gizi cukup yaitu mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral.

2.3.2 Sumber Status Gizi

1. Karbohidrat

Jenis karbohidrat dalam makanan dikelompokkan menjadi monosakarida,

disakarida, dan polisakarida. Monosakarida dalam ilmu gizi berarti glukosa, fruktosa,

dan galaktosa. Galaktosa adalah gula khusus yang terdapat pada bahan hewani, yaitu

air susu. Selain itu, dijumpai monosakarida yang 3 atom karbon (triosa), atau 5 atom

karbon (pentosa), 6 atom karbon (heksosa), dan 7 atom karbon (pentosa). Disakarida

dalam bahan makanan yang penting ialah sukrosa, maltosa, dan laktosa. Laktosa

hanya dijumpai pada susu hewan menyusui dan air susu ibu (ASI). Dalam bahan

makanan nabati terdapat dua jenis polisakarida yang dapat dicerna (yaitu amilum dan

dekstrin) dan tidak dapat dicerna (seperti selulosa, pentosan, dan galaktan). Dalam

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

bahan makanan hewani terdapat polisakarida yang dapat dicerna yang disebut

glikogen.

Fungsi karbohidrat dalam tubuh antara lain :

a. sebagai sumber energi yang paling murah dibandingkan lemak maupun

protein, setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal.

b. Memberi volume pada isi usus dan melancarkan gerak paristaltik usus

sehingga memudahkan pembuangan feces.

c. Bagian struktur sel dalam bentuk glikoprotein yang merupakan reseptor

hormon.

d. Simpanan energi dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen yang mudah

dimobilisasi.

e. Penghemat protein dan pengatur metabolisme lemak.

f. Memberi rasa manis pada makanan, dan

g. Memberi aroma serta bentuk khas makanan.

2. Lemak

Berdasarkan bentuknya lemak digolongkan kedalam lemak padat (misalnya

mentega dan lemak hewan) dan lemak cair atau minyak (misalnya minyak sawit dan

minyak kelapa). Sedangkan berdasarkan penampakan, lemak digolongkan kedalam

lemak kentara (misalnya mentega dan lemak pada daging sapi) dan lemak tak kentara

(misalnya lemak pada telur, lemak pada alvokat, dan lemak susu).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

Fungsi lemak dalam tubuh antara lain :

a. Sumber energi menghasilkan kalori 9 kkal setiap gram lemak.

b. Sebagai sumber asam lemak esensial asam linoleat dan asam linolenat.

c. Lemak sebagai pelarut vitamin juga membantu transportasi absorpsi vitamin

A, D, E, dan K.

d. Lemak menghemat penggunaan protein untuk sintesa protein.

e. Lemak membantu sekresi asam lambung dan pengosongan lambung.

f. Memberi tekstur khusus dan kelezatan makanan.

g. Sebagai pelumas dan membantu pengeluaran sisa pencernaan.

h. Memelihara suhu tubuh.

i. Melindungi organ jantung, hati, ginjal dari benturan dan bahaya lainnya.

3. Protein

Nilai gizi protein di tentukan oleh kadar asam amino esensial. Akan tetapi

dalam praktek sehari-hari umumnya dapat di tentukan dari asalnya. Protein hewani

biasanya memiliki protein yang lebih tinggi di bandingkan dengan protein nabati.

Protein telur dan protein susu biasanya di pakai sebagai standar untuk nilai gizi

protein.

Nilai gizi protein nabati di tentukan oleh asam amino yang kurang misalnya

protein kacang-kacangan kekurangan asam amino sulfur mentionin dan sistin

sedangkan protein bahan makanan tepung kekurangan lisin. Nilai protein dalam

makanan orang Indonesia sehari-hari umumnya di perkirakan 60% dari pada nilai gizi

protein telur.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

4. Vitamin

Ada dua golongan vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin

yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak adalah A, D, E, K. Sedangkan

vitamin yang larut dalam air adalah thiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, asam

pantothenat, asam folat, biotin, vitamin B12, cholin, inositol dan vitamin C. Kedua

golongan vitamin tersebut mempunyai sifat umum sendiri-sendiri.

Fungsi umum vitamin berhubungan erat dengan fungsi enzim, khususnya

kelompok vitamin B. Enzim merupakan katalisator organik yang berperan mengatur

dan menjalankan reaksi biokimia dalam tubuh.

5. Mineral

Terdapat sekitar 19 macam mineral dalam tubuh. Dari jumlah tersebut hanya

sekitar 13 yang esensial untuk kehidupan dan kesehatan. Jumlah mineral di dalam

tubuh manusia terdiri dari kalsium, khlor, yodium, besi, magnesium, phosphor,

kalium, fluor, mangan, nikel, selenium, silikon, dan seng.

Mineral digolongkan dalam makro mineral dan mikro mineral. Mineral makro

adalah mineral yang dibutuhkan tubuh lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral

mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari.

Fungsi umum mineral di dalam tubuh sebagai berikut :

a. Sebagai bahan pembentuk bermacam-macam jaringan tubuh seperti tulang

dan gigi (Ca dan P), rambut, kuku, dan kulit (S) serta sel darah merah (Fe),

kalsium dan phosphor merupakan mineral yang terbanyak dalam tubuh.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

b. Memelihara keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh melalui penggunaan

CI, P, S sebagai pembentuk asam dan Ca, Fe, Mg, K, serta Na sebagai

pembentuk basa.

c. Mengatalisis reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak,

protein maupun mengatalisis pembentukan lemak dan protein tubuh.

d. Merupakan komponen hormon dan enzim, misalnya mineral Fe merupakan

komponen cytochrom oksidase dan Cu merupakan komponen enzim

tyrosinase maupun pembentukan antibody.

e. Membantu dalam pengiriman isyarat saraf ke seluruh tubuh (Ca, K, dan Na).

f. Merupakan bagian dari cairan usus (Ca, Mg, K, dan Na).

g. Mengatur kepekaan saraf dan kontraksi otot (Ca, K, dan Na)

h. Mengatur proses pembekuan darah (Ca). (S. Teti, 2007).

Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan berbagai

faktor antara lain umur, jenis kelamin, kondisi kesehatannya, fisiologis

pencernaannya dan macam pekerjaannya. Masukan zat gizi yang berasal dari

makanan yang dimakan setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan tubuh, karena

konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi

yang baik terjadi bila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup sehingga dapat

digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan,

produktifitas kerja serta daya tahan tubuh terhadap infeksi secara optimal.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

Anak dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA

dibandingkan dengan anak yang mempunyai gizi normal, karena faktor daya

tubuhnya yang kurang.

2.3.3 Penilaian Status Gizi

Untuk mengetahui pertumbuhan anak, secara praktis dilakukan berat badan

anak secara teratur. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2001).

Berat badan menurut umur (BB/U) adalah salah satu parameter yang

memberikan gambaran masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan

yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu

makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

parameter antropometri yang sangat labil.

Keadaan normal untuk keadaan kesehatan baik, keseimbangan antara

konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti

pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2

kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih

lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks

berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi

(Supariasi, 2001).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang

digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan :

1. Mudah digunakan dan dibawah dari salah satu tempat ke tempat lain.

2. Skalanya mudah dibaca.

3. Cukup aman menimbang anak balita (Supariasa, 2001).

Tabel 2.1

Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U Standart Baku Antropometri

WHO-NCHS 2005

No Keterangan Z_Score Status Gizi

1

2

3

4

> + 2 SD

> - 2 SD s/d + 2 SD

< - 2 SD s/d ≥ – 3 SD

< - 3 SD

Gizi lebih

Gizi normal

Gizi kurang

Gizi buruk

Sumber : Depkes RI 2004.

2.3.4 Hubungan Status Gizi Pada Penderita ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan

Akut.

Kurangnya asupan makanan di dalam tubuh berdampak mengakibatkan

kurang gizi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga dapat mempermudah

masuknya kuman dalam tubuh. Salah satu dampak negatif dari kekurangan gizi yaitu

menurunnya daya tahan tubuh, sehingga mempermudah masuknya kuman penyakit

ke tubuh. Anak yang keadaan gizinya kurang akan mudah mengalami penyakit

infeksi, karena disebabkan kurangnya asupan energi dan protein yang tidak

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

mencukupi kebutuhan, maka pembuatan zat antibody terganggu yang dapat beresiko

tinggi menderita penyakit infeksi terutama ISPA (Almatsier, 2001).

2.4 Tinjauan Umum Tentang Status Imunisasi

2.4.1 Pengertian Status Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara

aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpejan pada antigen yang serupa

tidak akan terjadi penyakit (John, 2006).

Imunisasi adalah proses pembentukan sistem kekebalan tubuh. Material

imunisasi disebut immonugen. Immonugen adalah molekul antigen yang dapat

merangsang kekebalan tubuh. Imunisasi diberikan pada anak-anak, dari masih bayi

sampai menjelang usia dewasa, atau sekitar usia 15 tahun. Imunisasi sangat penting

sebagai penunjang kesehatan bayi dan anak-anak. Imunisasi ada yang berbentuk

serum yang disuntikkan pada bagian tubuh (biasanya bagian lengan atau bokong),

dan ada juga yang berbentuk cairan yang diteteskan ke dalam mulut. Imunisasi

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu

antigen untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang terkadang belum ada obat

untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan kepada anak-anak balita

(usia dibawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan memberikan vaksin yang

merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kepada seseorang agar tubuh dapat

membuat antibodi sendiri. Tujuan dari imunisasi adalah memberikan kekebalan

kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang

disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Imunisasi pertama kali dilakukan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

oleh Edward Jenner, seorang dokter dari Inggris. Pertama kali dibuat dalam bentuk

suntikan yang digunakan untuk kekebalan tubuh. Saat itu Jenner termotivasi adanya

penyebaran virus cacar yang mematikan di Inggris. (Abraham, 2008).

2.4.2 Manfaat Status Imunisasi

1. Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan

cacat atau kematian.

2. Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.

3. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anak-

anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

4. Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal

untuk melanjutkan Negara (RS. Mitra Keluarga Bekasi Timur, 2011).

2.4.3 Vaksin Status Imunisasi

Vaksin imunisasi mungkin dapat memberikan efek samping yang membuat

anak jatuh sakit, namun dampak positif perlindungan yang dihasilkan vaksin tersebut

amat sangat berguna.

ISPA adalah salah satu jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,

jenis imunisasi vaksin yang berhubungan dengan penyakit ISPA yang diberikan pada

anak yaitu :

1. DPT/ DT

Imunisasi DPT diberikan untuk mencegah tiga macam penyakit sekaligus,

yaitu Difteri, Tetanus dan Pertusis. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi

berumur lebih dari enam minggu. Lalu saat bayi berumur 4 sampai 6 bulan. Ulangan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

DPT diberikan umur 18 bulan dan 5 tahun. Pada anak umur 12 tahun, imunisasi ini

diberikan lagi dalam program BIAS SD kelas VI ( Wayan Tulus, 2012).

a. Perlindungan penyakit : Difteri (infeksi tenggorokan), pertusis (batuk rejan),

dan tetanus (kaku radang)

b. Penyebab : bakteri, difteri, pertusis, tetanus.

c. Waktu pemberian :

(1) Umur/ usia 3 bulan

(2) Umur/ usia 4 bulan

(3) Umur/ usia 5 bulan

(4) Umur/ usia 1 tahun 6 bulan

(5) Umur /usia 5 tahun

(6) Umur / usia 10 tahun.

2. Imunisasi Campak

Pemberian imunisasi campak adalah cara pencegahan peyakit campak yang

paling efektif. Meskipun campak hanya menulari satu kali seumur hidup. Namun

penyakit ini sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan kematian. Penyakit

campak yang menimbulkan kematian yaitu apabila telah terjadi komplikasi, misalnya

radang paru-paru dan radang otak. Bagi anak yang daya tahan tubuhnya sangat baik,

bisa tidak pernah tertular penyakit campak ( Wayan Tulus, 2012).

a. Perlindungan penyakit : Campak

b. Efek samping yang mungkin : Demam, ruam kulit.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

c. Waktu pemberian :

(1) Umur/ usia 9 bulan atau lebih

(2) Umur/ usia 5-7 tahun (RS. Mitra Keluarga Bekasi Timur, 2011).

2.4.4 Hubungan Status Imunisasi Pada Penyakit ISPA (Infeksi Saluran

Pernapasan Akut)

Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusi, campak, maka

peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberatasan

ISPA. Untuk mengurangi faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan

imunisasi lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bila

menderita ISPA dapat diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi

berat (Prabu, 2009).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

2.5 Kerangka Teori Penelitian

Modifikasi : (Almatsier, 2001 dan Prabu, 2009).

Status Gizi Status

Imunisasi

Kurang asupan makanan

nan

Mempermudah masuknya

kuman penyakit penyakit ke

tubuh

Menurunnya daya tahan

tubuh

Mempermudah masuknya

kuman penyakit ke tubuh

Beresiko menderita

penyakit infeksi terutama

ISPA

Kurangnya cakupan

imunisasi lengkap

Meningkatnya cacat,

kematian atau beresiko

terserangnya penyakit

infeksi seperti ISPA

Terjadinya Penyakit

ISPA

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Variabel Independen hubungan antar variabel

Variabel Dependen

Status Gizi

Status Imunisasi

Kejadian ISPA

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Tentang ISPA ... - …eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2... · 2.1.3 Tanda Dan Gejala ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi

2.7 Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango

b. Ada hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango

2. Hipotesis Statistik

a. Ho: Ada hubungan antara status gizi dan status imunisasi terhadap

kejadian ISPA

b. Ha : Tidak ada hubungan antara status gizi dan status imunisasi terhadap

kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bonepantai

Kabupaten Bone Bolango.