bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pembelajaran...

20
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi, dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Hal ini didasarkan pada hubungan IPA dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, sehingga pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis Contekstual Teaching and Learning (CTL). IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. 6

Upload: truongquynh

Post on 30-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD pada kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP), menurut Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang

standar isi, dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu

pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar

secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan

sikap ilmiah. Hal ini didasarkan pada hubungan IPA dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja,

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan

lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

ilmiah, sehingga pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis

Contekstual Teaching and Learning (CTL).

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk

terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan

konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

6

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

7

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu

yang mempelajari tentang alam semesta beserta isinya yang dilakukan secara

langsung atau berdasarkan pengalaman melalui pengamatan, percobaan dan

pembuktian-pembuktian.

Menurut Permendiknas RI No 22 tahun 2006 tentang standar isi,

menyatakan bahwa ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-

aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Sejalan dengan ruang lingkup mata pelajaran IPA, tujuan mata pelajaran

IPA juga terdapat dalam Permendikanas Nomor 22 tahun 2006 . Mata Pelajaran

IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

Tujuan pembelajaran IPA diterapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD). Dalam Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, standar

isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam

kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

8

pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. SK adalah kualifikasi kemampuan minimal

peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester;

standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku

yang harus dicapai dan berlaku secara nasional; kompetensi dasar merupakan

sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran

tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA di SD/MI merupakan

standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan

menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.

Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk

membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru. SK dan KD untuk mata pelajaran IPA siswa kelas 5

semester II secara rinci disajikan melalui tabel 2.1 di halaman berikut.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

9

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Memahami hubungan

antara gaya, gerak, dan

energi, serta fungsinya

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya,

gerak dan energi melalui percobaan (gaya

gravitasi, gaya gesek, gaya magnet

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang

dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan

lebih cepat

6. Menerapkan sifat-sifat

cahaya melalui kegiatan

membuat suatu

karya/model

6.1 Mendeskripsi-kan sifat-sifat cahaya

6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya

periskop atau lensa dari bahan sederhana

dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

7. Memahami perubahan

yang terjadi di alam dan

hubungannya dengan

penggunaan sumber

daya alam

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan

tanah karena pelapukan

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

7.3 Mendeskripsikan struktur bumi

7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan

kegiatan manusia yang dapat

mempengaruhinya

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan

air

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang

terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi

makhluk hidup dan lingkungan

7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan

manusia yang dapat mengubah permukaan

bumi (pertanian, perkotaan, dsb)

Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) pasal 58, Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh

pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta

didik secara berkesinambungan.

Hasil belajar ditinjau dari taksonomi C. Bloom dalam Wardani Naniek

Sulistya dkk. (2012:23) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kognitif,

afektif dan psikomotorik. Ketiga kemampuan tersebut dapat diketahui melalui

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran IPA Kelas 5 Semester II

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

10

pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan

untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda

(Wardani Naniek Sulistya dkk: 2012:47). Berdasarkan hasil pengukuran, maka

dilakukan evaluasi belajar. Dalam evaluasi belajar tidak hanya menekankan pada

hasil belajar saja, namun juga menekankan pada evaluasi proses belajar (Wardani

Naniek Sulistya dkk. 2012: 18).

Menurut Darmansyah (2006:13) hasil belajar adalah hasil penelitian

terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Ini berarti ada

proses belajar yang merupakan kemampuan siswa yang harus diukur melalui

angka. Sudjana (2004:22) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan

yang dimiliki peserta didik. Selanjutnya Wardani Naniek Sulistya dkk, hasil

belajar adalah besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses

belajar (non tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes). Teknik pengukuran pada

saat proses belajar dengan menggunakan teknik non tes dan teknik pengukuran

pada hasil belajar menggunakan teknik tes.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, dapat disimpulakan

bahwa hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh siswa melalui

pengukuran proses belajar dan pengukuran hasil belajar sebagai hasil dari proses

belajar.

Taksonomi C. Bloom dalam Wardani Naniek Sulistya (2012:23)

menyatakan bahwa, ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan mencipta. Kedua aspek

pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya

termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan denga sikap

yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan

dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam

ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar,

kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan

kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretasi.

Besarnya hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran

terhadap hasil belajar dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

11

Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012:49) teknik pengukuran dibedakan

menjadi 2 yaitu teknik tes dan non tes.

1. Teknik tes

Menurut Suryanto Adi, dkk (2009) secara sederhana tes adalah

seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh

informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir

pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Endang Poerwanti

(2008:4) :

1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

a. Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam

hal soal maupun jawabannya.

b. Tes Lisan

Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response)

semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki

rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes

lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari

instrumen asesmen yang lain.

c. Tes Unjuk Kerja

Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu

sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan

psikomotor.

2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

a. Tes Esei (Essay-type Test)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa

mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya

dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

b. Tes Jawaban Pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta

tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi

memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata

pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

c. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan

untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula

disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

12

3. Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan

a. Tes masuk, diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program

pengajaran dimulai.

b. Tes formatif, dilakukan pada saat program pengajaran sedang

berlangsung.

c. Tes sumatif, diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara

keseluruhan (total).

d. Pre-tes dan post –test, hasil pra test digunakan untuk mengetahui tingkat

kemampuan peserta didik pada awal programpengajaran dan menentukan

sejauh mana kemajuan seorang peserta didik. Kemajuan yang dicapai

bisa dilihat dari perbandingan pra-tes dengan hasil tes yang

diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengases siswa pada ranah afektif

dan psikomotor, berbeda dengan tekik tes yang lebih menekankan pada aspek

kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes Endang Poerwanti (2008:3-19 –

3-31) yaitu:

a. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar

dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan

instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan

kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat

dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

b. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam

yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau

aspek kepribadian peserta didik.

c. Angket

Angket adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh

informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket

sikap (Attitude Questionnaires).

d. Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)

Work Sample Analysis digunakan untuk mengkaji respon yang

benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya

berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering

dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

e. Task Analysis (Analisis Tugas)

Task Analysis digunakan untuk menentukan komponen utama dari

suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya

berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

f. Checklists dan Rating Scales

Checklists dan Rating Scales dilakukan untuk mengumpulkan

informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

13

teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif,

tergantung format yang dipergunakan.

g. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta

didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,

perkembangan belajar dan prestasi siswa.

h. Komposisi dan Presentasi

Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya.

i. Proyek Individu dan Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat

digunakan untuk individu maupun kelompok.

Alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

dinamakan dengan instrumen. Instrumen terdiri atas instrumen butir-butir soal

apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila

pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat

menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan

teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan.

Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan

pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid,

maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur.

Alat ukur yang akan digunakan haruslah dibuatkan kisi-kisi terlebih

dahulu. Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau

matriks pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik

atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang

kemampuan tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman

menyusun atau menulis soal menjadi perangkat tes. Adapun kisi-kisi tersebut di

dalamnya meliputi:

a. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

b. Indikator

c. Proses berfikir {C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4

(analisis), C5 (evaluasi), C6 (kreasi)}

d. Tingkat kesukaran soal (rendah, sedang, tinggi)

e. Bentuk instrumen

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

14

Hasil dari pengukuran pencapaian Kompetensi Dasar dipergunakan

sebagai dasar penilaian atau evaluasi. Menurut BSNP (2007:9) penilaian adalah

serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data

tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam

pengambilan keputusan. Wardani Naniek Sulistya, dkk, (2010:2.8) menjelaskan

bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan

kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran

tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan

hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau

ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria dapat berupa kemampuan

minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau

batas keberhasilan, kriteria tersebut juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata

unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa

batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat

mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria

(PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran

dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut

dengan Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Fungsi penilaian menurut Depdiknas (dalam Wardani, Naniek Sulistya

dkk 2012:5) adalah untuk :

a. Menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik

b. Membantu peserta didik memilih program atau jurusan, atau untuk

mengembangkan kepribadian

c. Menemukan kesulitan belajar dan mengembangkan prestasi peserta

didik serta sebagai alat diaknosis bagi guru

d. Sebagai upaya guru untuk menemukan kelemahan proses

pembelajaran yang dilakukan ataupun yang sedang berlangsung

e. Sebagai kontrol bagi guru dan semua pemangku kepentingan (stake

holder) pendidikan tentang gambaran kemajuan perkembangan proses

dan hasil belajar peserta didik.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang

Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

15

pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata

pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang

kompetensi.

2.1.3 Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi

Menurut Suryanto (2002:20-21) pendekatan Contextual Teaching Learning

(CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan bermacam-

macam masalah kontekstual sebagai titik awal, sehingga siswa belajar

dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memecahkan

berbagai masalah. Baik masalah nyata maupun masalah simulasi, baik

masalah yang berkaitan dengan pelajaran lain di sekolah, situasi sekolah,

maupun masalah di luar sekolah. Hal utama yang terdapat dalam pendekatan

kontekstual adalah, menggunakan masalah yang ada dalam kehidupan

sehari-hari dan faktual.

Elaine B. Johnson (2002:25) merumuskan pengertian CTL sebagai

berikut

”The CTL system is on educational process that aims to help students see

meaning in the academic material they are studying by connecting

academic subjects with the context of their daily lives, that is, with the

context of their personal, social, and cultural circumstances. To achieve this

aim, the system encompasses the following eight component: making

meaningful connections, doing significant work, self-regulated learning,

collaborating, critical and creative thingking, narturing the individual,

reaching high standards, using authentic assessment”.

Mendasarkan pengertian CTL di atas, ada delapan komponen utama, yakni

melakukan hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti,

melakukan pekerjaan dengan cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan

kreatif, memelihara/merawat pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi dan

menggunakan asesmen autentik. Sedangkan Nurhadi (2002:10) mengemukakan

bahwa dalam pendekatan CTL ada tujuh komponen utama yaitu:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

b. Menemukan Sendiri (Inkuiri)

c. Bertanya (Questioning)

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

e. Permodelan (Modelling) f. Refleksi (Reflection)

g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

16

Berdasarkan komponen utama CTL, Nurhadi, dkk (2002:13)

mendefiniskan CTL adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa di dalam kelas. Dalam

pelaksanaan pembelajaran berbasis CTL, guru mendorong siswa untuk

menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan riil sehari-hari.

Dengan demikian, dalam proses pembelajaran siswa dapat memaknai bahan

pelajaran yang dipelajari dalam konteks kehidupan sehari-hari baik dalam konteks

lingkungan pribadi, lingkungan sosial dan lingkungan budayanya. Jadi pendekatan

pembelajaran berbasis CTL adalah pendekatan yang digunakan dalam

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang pelaksanaannya guru

memfasilitasi peserta didik dalam memaknai materi yang dihubungkan dengan

kehidupan riil sehari-hari. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan

CTL diperlukan sedikitnya 7 komponen. Salah satu dari ketujuh komponen

tersebut yaitu refleksi (reflection).

Depdiknas (2003) mendefinisikan refleksi adalah cara berpikir tentang apa

yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah

dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya

sebagai struktur pengetahuan yang baru. Struktur pengetahuan yang baru

ini merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahun

yang baru diterima.

Pendapat lain yang senada dengan Depdiknas, dikemukakan oleh Priyatni

(2002:3), yang mendefinisikan refleksi adalah kegiatan untuk memikirkan

apa yang telah kita pelajari, menelaah, dan merespon semua kejadian,

aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan

memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan. Kedua definisi

tersebut menekankan refleksi pada respon terhadap peristiwa yang telah

terjadi.

Pendapat lain yang senada dengan dua pendapat di atas, dinyatakan oleh

Trianto (2007:1) bahwa refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita

lakukan di masa yang lalu dan merupakan respon terhadap kejadian serta

aktivitas atau pengetahuan baru yang diterima atau dilakukan. Melalui

proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur

kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan

yang dimilikinya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

17

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa

pendekatan pembelajaran berbasis CTL refleksi adalah suatu pembelajaran yang

yang memfokuskan siswa untuk berpikir ke belakang mengurutkan kembali

peristiwa pembelajaran yang sudah dilakukan di masa lalu dan pengetahuan itu

sudah mengendap di benak siswa.

Bidang pendidikan Boud dkk (1989:19) langkah-langkah pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL) refleksi, meliputi:

1. Menghadirkan Kembali Pengalaman

Tahap ini pelaku refleksi mencoba mengumpulkan kembali peristiwa-

peristiwa yang menonjol dan menghadirkan kembali peristiwa

tersebut dalam pikirannya. Proses ini akan sangat tertolong jika yang

bersangkutan bersedia menuliskan dalam kertas atau menceritakannya

kepada orang lain.

2. Mengelola Perasaan

Tahap ini terdiri atas dua kegiatan utama, yaitu memanfaatkan

perasaan-perasaan yang positif dan mengubah perasaan-perasaan yang

mengganggu. Memanfaatkan perasaan-perasaan positif meliputi upaya

untuk memfokuskan diri pada perasaan-perasaan positif mengenai

proses pembelajaran dan pengalaman yang sedang direfleksikan.

3. Mengevaluasi Kembali Pengalaman

Saat sebuah peristiwa yang direfleksikan itu terjadi, lazimnya orang

sudah melakukan evaluasi terhadap peristiwa itu. Oleh karenanya

sangat mungkin bahwa sudut pandang seseorang atas sebuah peristiwa

sudah menjadi bagian dari pengalaman tersebut.

Agus Suprijono (2011:88) langkah-langkah pendekatan Contextual

Teaching Learning (CTL) refleksi, meliputi lima tahap kegiatan yaitu:

1. Melihat kembali

2. Mengorganisir kembali

3. Menganalisis kembali

4. Mengklarifikasi kembali

5. Mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari

Agus Suprijono (2009:117) langkah-langkah pendekatan CTL refleksi

meliputi :

1. Guru mempersiapkan konsep-konsep dasar yang akan dibelajarkan

kepada siswa. Sebaiknya kata kunci-kata kunci dituliskan dalam

potongan-potongan kertas.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

18

2. Guru mempersiapkan hal-hal yang akan direfleksikan oleh siswa. Hal-

hal yang direfleksikan harus mempunyai kesamaan dengan konsep

yang sedang dipelajari.

3. Siswa diminta untuk menceritakan, mendeskripsikan, mengingat

kembali hal-hal yang pernah dialami. Sebaiknya hal tersebut

dituliskan.

4. Siswa melakukan analisis atas hasil refleksinya dengan cara

menandai, menggarisbawahi simbol istilah-istilah, nama dan

sebagainya. Setelah itu siswa melakukan sintesis terhadap unsur-unsur

hasil analisisnya. Sebaiknya hasil analisis dan sintesis ditabulasikan.

5. Siswa diminta mencocokkan hasil analisis dan sintesisnya dengan

konsep dasar yang sedang dipelajari. Cara mencocokkannya adalah

mencari kesesuaian pengertian hasil analisis dan sintesisnya dengan

konsep yang dipelajari.

6. Siswa diminta untuk merumuskan definisi atas konsep yang telah

ditemukan.

Menurut Ardy (2013) langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan Contextual Teaching Learning (CTL) refleksi yaitu:

1. Menuliskan peristiwa penting dalam potongan kertas

2. Mengemukakan peristiwa penting yang positif

3. Mengemukakan peristiwa penting yang negatif

4. Menceritakan hal-hal positif dari masing-masing peristiwa penting

5. Menceritakan hal-hal negatif dari masing-masing peristiwa penting

6. Menggarisbawahi istilah-istilah yang dianggap penting

7. Membuat tabulasi antara waktu dan terjadinya peristiwa penting

8. Merumuskan definisi peristiwa penting

9. Mengevaluasi tentang peristiwa penting

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah

pembelajaran dengan menggunakan CTL refleksi adalah:

1. Menuliskan kata-kaca kunci dalam potongan kertas

2. Mengemukakan peristiwa penting positif yang berkaitan dengan kata-kata

kunci.

3. Mengemukakan peristiwa penting negatif yang berkaitan dengan kata-kata

kunci.

4. Menceritakan hal-hal positif dari masing-masing peristiwa penting telah

dialami.

5. Menceritakan hal-hal negatif dari masing-masing peristiwa penting telah

dialami.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

19

6. Menggarisbawahi istilah-istilah yang dianggap penting

7. Membuat tabulasi antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya

8. Merumuskan definisi dari peristiwa penting yang telah ditemukan.

9. Merefleksi tentang peristiwa penting.

1.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Ardy Meitadi

Dwikarindrinata pada tahun 2012 dengan judul ‘Upaya Peningkatan Hasil Belajar

IPS Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Refleksi Siswa

Kelas 5 SDN 2 Kalongan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester 2

Tahun Pelajaran 2012/2013’ menunjukkan bahwa pendekatan CTL refleksi dapat

meningkatkan hasil belajar IPS yang nampak pada peningkatan rata-rata dari pra

siklus, siklus I, Siklus II, dan Siklus III, yakni 71,25; 89,85; 92,00; 93,50.

Ketuntasan belajar dari 42,31% menjadi 76,92% pada siklus I, 92,30 pada siklus

II dan meningkat menjadi 100% pada siklus III.

Ini merupakan kelebihan dalam penelitian tentang penggunaan pendekatan CTL

refleksi yang dapat meningkatkan hasil belajar dan dapat mencapai 100% tuntas

belajar dengan peningkatan ± 150%, dan pengukuran hasil belajar yang dilakukan

meliputi pengukuran proses dan pengukuran hasil belajar. Namun dalam

penelitian ini terdapat kelemahannya, yaitu penelitian tidak menjelaskan

pelaksanaan refleksi di dalam pembelajaran berbasis CTL refleksi. Untuk itu

dalam penelitian yang akan dilakukan akan menjelaskan tentang aktivitas refleksi

dalam pembelajaran berbasis CTL refleksi.

Sejalan dengan penelitian ini, dilakukan juga oleh Yustina Belo Saranga

pada tahun 2014 dengan judul ‘Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui

Pendekatan Pembelajaran CTL Refleksi Siswa Kelas IV SD YPK Marthen Luther

Yenbeser Distrik Waigeo Selatan Raja Ampat Semester II Tahun 2013-2014’

menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis CTL refleksi dapat

meningkatkan hasil belajar IPA yang nampak pada peningkatan ketuntasan hasil

belajar IPA dari 0% menjadi 50% pada siklus I, 83, 33% pada siklus II.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

20

Peningkatan juga nampak pada rata-rata hasil belajar IPA, dari 30,17 menjadi

70,06 pada siklus I, dan meningkat menjadi 73, 00 pada siklus II. Skor minimum

yang dipeoleh juga mengalami peningkatan dari 22,00 menjadi 58,25 pada siklus I

kemudian meningkat menjadi 59,25 pada siklus II. Sedangkan untuk skor

maksimal yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan dari 34, 00 menjadi

82,25 pada siklus I kemudian meningkat menjadi 83,75 pada siklus II.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ini, menunjukkan adanya kelebihan

dalam peningkatkan hasil belajar IPA yakni ketuntasan belajar meningkat ± 80% ,

skor rata-rata meningkat ± 130%, skor maksimal meningkat ± 160% , dan skor

minimumnya meningkat ± 200%. Kelebihan lain yang nampak dalam penelitian

ini adalah tentang pengukuran hasil belajar yang dilakukan, yaitu meliputi

pengetahuan dan unjuk kerja. Namun dalam penelitian ini terdapat beberapa

kelemahan, yaitu meskipun peningkatan hasil belajar IPA menunjukkan

peningkatan hasil belajar yang signifikan, namun ketuntasannya belum dapat

mencapai 100%. Kelemahan lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah

tidak dijelaskan tentang pelaksanaan refleksi di dalam pembelajaran berbasis CTL

refleksi. Untuk itu dalam penelitian yang akan dilakukan akan meningkatkan hasil

belajar IPA mencapai 100% tuntas dan akan menjelaskan tentang pelaksanaan

aktivitas refleksi dalam pembelajaran berbasis CTL refleksi.

Hasil penelitian lain yang sejalan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Emil pada tahun 2013 dengan judul ‘Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning

(CTL) Pada Siswa Kelas 5 di SD Negeri Tlompakan 03 Tuntang Semester II

Tahun Pelajaran 2012/2013’ yang nampak bahwa model pembelajaran berbasis

CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA. Hal ini nampak pada

peningkatan jumlah aktivitas siswa dari 41% menjadi 71% pada siklus I dan

meningkat menjadi 87% pada siklus II. Sedangkan untuk peningkatan ketuntasan

hasil belajar IPA juga menunjukkan peningkatan dari 65% menjadi 86% pada

siklus I dan meningkat menjadi 100% tuntas pada siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Emil nampak memiliki

kelebihan dalam keberhasilan pencapaian ketuntasan belajar IPA mencapai 100%.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

21

Namun di sisi lain, dalam penelitian ini terdapat kelemahan, yakni variabel

aktivitas belajar dan hasil belajar tidak dibahas keterkaitannya secara mendalam,

sehingga variabel ini nampak seperti berdiri sendiri-sendiri. Di samping itu

penilaian hasil belajar hanya diukur berdasarkan tes saja. Oleh karena itu dalam

penelitian yang akan dilaksanakan hanya menggunakan variabel hasil belajar dan

pembelajaran berbasis CTL refleksi. Penilaian hasil belajar juga tidak hanya

dilakukan melalui tes saja, namun juga melalui unjuk kerja, berupa pengukuran

sikap dan keterampilan.

1.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang tidak dirancang dengan baik, maka akan menghasilkan

pembelajaran yang tidak sistematis dan tidak akan mencapai tujuan pembelajaran

yang diinginkan, serta hasil belajar yang diperoleh siswa jauh dari KKM yang

telah ditentukan. Pembelajaran yang berlangsung akan memberikan sumbangan

terbesar dalam menciptakan suasana yang menyenangkan dan keterbukaan dari

guru, sehingga hasil belajar akan tercapai dengan memuaskan.

Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya adalah model pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran yang hanya

fokus pada aktivitas guru dan tidak menghubungkan dengan kehidupan nyata

siswa, disebut dengan pembelajaran yang tidak berbasis kontekstual. Ciri

pembelajaran yang tidak berbasis kontekstual dan berlangsung di kelas adalah

pembelajaran yang berpusat pada penjelasan guru, siswa tidak diberi kesempatan

untuk menceritakan peristiwa penting yang telah dialami dalam kehidupan nyata.

Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan penyampaian materi

melalui metode ceramah. Siswa menerima materi pelajaran dengan pasif selama

pembelajaran berlangsung. Selama proses kegiatan pembelajaran, aktivitas yang

dilaksanakan siswa tidak pernah dilakukan pengukuran oleh guru. Guru hanya

mengukur kemampuan siswa pada aspek kognitif, yakni setelah siswa diberikan

tes pada akhir pembelajaran. Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui tes, masih

dibawah KKM ≥ 80, karena siswa hanya dilakukan pengukuran pada aspek

kognitifnya saja, sedangkan untuk aspek afektif dan psikomotorik tidak pernah

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

22

dilakukan pengukuran. Melihat kenyataan seperti ini, perlu dilakukan perbaikan

dalam proses pembelajaran, dengan mendesain pembelajaran melalui

pembelajaran berbasis CTL refleksi. Dalam model pembelajaran ini, pembelajaran

dimulai dengan menyajikan masalah-masalah kontekstual yang dialami siswa

dalam kehidupan nyata. Dalam pembelajaran ini siswa dilibatkan secara langsung

dalam belajar, sehingga siswa dituntut untuk berfikir kritis dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapinya. Melalui cara belajar seperti ini, jika siswa diberi

tes, tentu hasil belajarnya dapat mencapai optimal (tuntas), selain itu siswa akan

tumbuh kreativitas dan keterampilan dalam belajar. Disamping itu, dapat

menumbuhkan sikap dan antusias siswa dalam menerima materi, karena siswa

dilibatkan secara langsung, sehingga belajar siswa menjadi bermakna. Oleh

karena itu, dalam pembelajaran selanjutnya tentang KD 6.1 Mendeskripsikan

sifat-sifat cahaya, didesain dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

CTL refleksi, dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar.

Langkah-langkah pembelajaran berbasis CTL refleksi adalah sebagai

berikut:

1. Menuliskan kata-kaca kunci dalam potongan kertas

2. Mengemukakan peristiwa penting positif yang berkaitan dengan kata-kata

kunci.

3. Mengemukakan peristiwa penting negatif yang berkaitan dengan kata-kata

kunci.

4. Menceritakan hal-hal positif dari masing-masing peristiwa penting telah

dialami.

5. Menceritakan hal-hal negatif dari masing-masing peristiwa penting telah

dialami.

6. Menggarisbawahi istilah-istilah yang dianggap penting

7. Membuat tabulasi antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya

8. Merumuskan definisi dari peristiwa penting yang telah ditemukan.

9. Merefleksi tentang peristiwa penting.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

23

Konsekuensi dari pembelajaran berbasis CTL refleksi adalah pengukuran

dilakukan secara utuh, yang meliputi pengukuran proses belajar dan pengukuran

hasil belajar, dengan KKM ≥ 80. Pengukuran utuh terdiri dari pengukuran aspek

afektif, psikomotorik, dan kognitif. Pengukuran aspek kognitif dilakukan melalui

pengukuran hasil belajar yeng berupa tes formatif, dan pengukuran aspek afektif

dan aspek psikomotorik dilakukan melalui pengukuran non tes yakni berupa

pengukuran unjuk kerja dengan menggunakan instrumen rubrik penilaian unjuk

kerja.

Berdasarkan deskripsi di atas, maka secara rinci dapat disajikan melalui

gambar 2.1 Hubungan Antara Pembelajaran Berbasis CTL Refleksi dan Hail

Belajar IPA, di halaman berikut.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

24

Gambar 2.1

Hubungan antara Pembelajaran Berbasis CTL

Refleksi dan Hasil Belajar IPA

Pembelajaran tidak berbasis

kontekstual

Pembelajaran berbasis CTL refleksi

Hasil belajar ≤ KKM 80

1. Menulis 3 sumber cahaya.

2. Mengemukakan 2 peristiwa positif tentang cahaya.

3. Mengemukakan 2 peristiwa negatif tentang cahaya.

4.Menulis cerita peristiwa positif tentang cahaya.

5.Menulis cerita peristiwa negatif tentang cahaya.

6. Menggarisbawahi 3 istilah penting dari teks cahaya.

8. Merumuskan definisi sumber & sifat cahaya.

9. Merefleksi sumber, peristiwa & sifat cahaya.

Pengukuran Kognitif

Afektif Kognitif

Rubrik Menulis

Rubrik Mengemukakan

Rubrik Menggarisbawahi

Rubrik Membuat

tabulasi

Skor

Keterampilan

Skor Proses

Belajar

Tes

Formati

f

Skor Tes

Skor Hasil

Belajar

Hasil Belajar

7. Membuat tabulasi antara sumber, peristiwa & sifat

cahaya.

K1 Berbicara

K2 Menulis

K3 Menggaris

Psikomotorik

Skor

Sikap

Rubrik Refleksi

K4 Menggambar

K5 Merefleksi

Pengukuran utuh

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16082/2/T1_292011108_BAB II...mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

25

1.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut: peningkatan hasil belajar IPA diduga dapat diupayakan melalui

pembelajaran berbasis CTL refleksi siswa kelas 5 SD Negeri Sepakung 03

Banyubiru Semarang Semester II tahun pelajaran 2014/2015.