bab ii kajian pustaka 2.1. kajian teori 2.1.1 hakikat...

16
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika dan Pembelajaran Matematika Berikut ini dikemukakan definisi karakteristik, tujuan dan pembelajaran matematika.Matematika adalah suatu ilmu yang timbul karena adanya fikiran- fikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, matemtika terdiri dari 4 wawasan luas yaitu : aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. De Lange ( dalam Ibrahim: 2012) menyatakan bahwa mathematics is human being artinya matematika sebagai pengetahuan merupakan aktivitas manusia. Ibrahim (2012) mengatakan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antar konsep-konsep dan struktur-struktur matematika tersebut. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan, tetapi menggunakan penalaran deduktif. Untuk dapat memahami struktur-struktur dan hubungan-hubungan tersebut diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika itu sendiri. James dan James (Suyitno: 2000) mengatakan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang logika mengenai bentuk, suasana, besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi menjadi tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Sementara itu, Johson dan Myklebust (Abdurrahman: 2003) mengatakan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekpresikan hubungan- hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Dari berbagai pendapat tentang matematika tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang didalamnya memuat tentang aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis, dan semuanya itu memiliki keterkaitan atau hubungan antar konsep.

Upload: ngominh

Post on 19-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Matematika dan Pembelajaran Matematika

Berikut ini dikemukakan definisi karakteristik, tujuan dan pembelajaran

matematika.Matematika adalah suatu ilmu yang timbul karena adanya fikiran-

fikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran, matemtika

terdiri dari 4 wawasan luas yaitu : aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.

De Lange ( dalam Ibrahim: 2012) menyatakan bahwa mathematics is

human being artinya matematika sebagai pengetahuan merupakan aktivitas

manusia. Ibrahim (2012) mengatakan bahwa belajar matematika adalah belajar

tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antar konsep-konsep dan

struktur-struktur matematika tersebut. Matematika tidak menerima generalisasi

berdasarkan pengamatan, tetapi menggunakan penalaran deduktif. Untuk dapat

memahami struktur-struktur dan hubungan-hubungan tersebut diperlukan

pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika itu sendiri.

James dan James (Suyitno: 2000) mengatakan bahwa belajar matematika adalah

belajar tentang logika mengenai bentuk, suasana, besaran, dan konsep-konsep

berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi menjadi tiga

bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Sementara itu, Johson dan Myklebust

(Abdurrahman: 2003) mengatakan bahwa belajar matematika adalah belajar

tentang bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekpresikan hubungan-

hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk

memudahkan berfikir.

Dari berbagai pendapat tentang matematika tersebut, dapat disimpulkan

bahwa matematika adalah suatu ilmu yang didalamnya memuat tentang

aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis, dan semuanya itu memiliki keterkaitan

atau hubungan antar konsep.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

9

Menurut Ibrahim (2012) matematika merupakan ilmu universal yang

mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin dan memajukan daya piker manusia. Menurutnya matematika

perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar. Tujuan dari

pemberian materi tersebut adalah untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik

dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti,

dan kompetitif.

Menurut Ibrahim (2012) dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran

Matematika Teori dan Aplikasinya, secara umum pendidikan matematika dari

mulai Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Dlihat dari penjelasan di atas, matematika perlu diperlukan kepada semua

siswa mulai dari sekolah untuk membekali siswa dengan berpikir logis, analisis,

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

10

sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama. Kompetensi tersebut

diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahann hidup pada keaadaan yang selalu

berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Untuk mencapai tujuan tersebut, keberhasilan siswa dalam belajar

dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Oleh karena itu,

seorang guru dituntut memiliki kemampuan menguasai materi yang akan

diajarkannya. Guru diharapkan mampu merangsang siswa untuk dapat berpikir

aktif dan kreatif dalam mengorganisasikan pengetahuan yang diterimanya.

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang

secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi –

kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Sedangkan

pembelajaran matematika pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang

dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang

(siswa) melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat

pada guru mengajar matematika.

Pembelajaran matematika seharusnya mampu menanamkan konsep

matematika secara jelas, tepat dan akurat kepada siswa sesuai dengan jenjang

kelasnya. Guru dapat menggunakan media atau metode pembelajaran yang tepat

sebagai alat bantu untuk menanamkan atau memperjelas konsep terutama dalam

menyampaikan konsep – konsep abstrak dan belum dikenal siswa. Depdiknas

(2007:10) juga menyebutkan “ruang lingkup pembelajaran matematika di SD

meliputi aspek – aspek berupa bilangan, geometri dan pengukuran, dan

pengolahan data”.

2.1.2 Pembelajaran Matematika Problem Solving dengan Video

Metode adalah cara, yang didalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai suatu tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian

tujuan. Metode problem solving berasal dari Jhon Dewey, maksud utama metode

ini adalah memberikan latihan kepada siswa dalam berpikir. Metode ini dapat

menghindarkan dalam pembuatan kesimpulan yang tergesa-gesa. Proses

menimbang-nimbang berbagai kemungkinan pemecahan dan menangguhkan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

11

pengambilan keputusan sampai keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup

akan menjadi dasar dalam penerapan metode ini.

Metode Problem Solving atau sautu metode dalam pendidikan dan

pengajaran dengan sejalan melatih siswa untuk menghadapi masalah-masalah dari

yang paling sederhana sampai kepada masalah yang paling rumit. Di dalam

Problem Solving, peserta didik belajar sendiri untuk mengidentifikasi penyebab

masalah dan alternatif untuk memecahkan masalahnya (Endang, 2011).

Menurut Rusman (2010) “dalam pembelajaran problem solving peran guru

berbeda dengan peran guru di dalam kelas. Guru dalam problem solving terus

berpikir tetntang berberapa hal, yaitu: (1) bagaimana merancang dan

menggunakan permasalahan yang ada didunia nyata, sehingga siswa dapat

menguasai hasil belajar, (2) bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses

pemecahan masalah, penghargaan diri, dan belajar dengan teman sebaya, (3) dan

bagaimana siswa memandang diri mereka sendiri sebagai pemecahan masalah

yang aktif. guru dalam pembelajaran problem solving juga memusatkan

perhatianya pada: (1) memfasilitasi proses problem solving, (2) melatih siswa

tentang strategi pemecahan masalah, (3) menjadi penrantara proses penguasaan

informasi.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan, penulis

menyimpulkan Pembelajaran Matematika problem solving adalah pembelajaran

merupakan proses suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah di

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis

dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensi dari materi pelajaran. Selain itu siswa dapat menguasai

pengetahuan dan keterampilan lebih efektif, siswa juga dapat mengalaminya

sendiri bukan hanya menunggu materi dan informasi dari guru, tetapi berdasarkan

pada usahanya sendiri untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang

baru dan kemudian mengintegrasikanya dengan pengetahuan dan keterampilan

yang sudah dimiliki sebelumnya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

12

Menurut (Tan dalam Rusman: 2010) ada beberapa kareakteristik

pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahn yang ada di dunia

nyata yang tidak terstruktur.

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda

d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap

dan kompetensi yang kemudiann membutuhkan identifikasi kebutuhan

belajar dan bidang baru dalam belajar.

e. Belajar penghargaan diri menjadi hal yang utama

f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses esensial dalam

pembelajaran problem solving.

g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif.

h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingyan dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencapai solusi

dari sebuah permasalahan.

i. Keterbukaan proses dalam problem solving meliputi sintesis dan

integrasi dari sebuah proses belajar.

j. Problem solving melibatkan evaluasi dan rivew pengalaman siswa dan

proses belajar.

Ibrahim dan Nur (dalam Rusman: 2010) dan ismail mengemukakan

langkah pembelajaran problem solving sebagia berikut:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

13

Tabel 1

Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving

fase Indikator Tingkah laku guru

1 Orientasi siswa pada

masalah.

menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan, dan

memotivasi siswa terlibat pada aktifitas

pemecahan masalah.

2 Mengorganisasi siswa untuk

belajar.

Membantu siswa mengidentifikasi dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut

3 Membimbing pengalaman

individu/ kelompok.

Mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah.

4 Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya.

Membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti

laporan dan membantu mereka untuk

berbagai tugas dengan temanya.

5 Manganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecaham masalah.

Membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dan proses

yang mereka gunakan

David Johnson & Johnson (dalam Hamruni: 2012) mengemukakan ada

lima langkah dalam metode problem solving melalui kegiatan kelompok :

a. Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa

tertentu yang mengandung isu konflik hingga siswa menjadi jelas masalah

apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan

penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.

b. Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah

serta menganalisis berbagai faktor-faktor yang bisa menghambat maupun

factor yang dapat mendukung dalam penyelesaian maslah.

c. Merumuskan alternative strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah

dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini siswa didorong untuk

berfikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan

setiap tindakan yang dapat dilakukan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

14

d. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambila keputusan

tetang strategi mana yang dapat dilakukan.

e. Melakukan evaluasi baik dengan evaluasi terhadap selurh kegiatan

pelaksanaan kegiatan sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap

akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.

Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan metode problem solving

(dalam Hamruni: 2012). John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan

Amerika menjelaskan enam langkah dalam pembelajaran problem solving atau

pemecahan masalah yaitu :

a. Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan masalah

yang akan dipecahkan kepada siswa.

b. Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebut dirumuskan

oleh guru bersama siswa.

c. Siswa bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan

dilaksanakan dalam pemecahan persoalan.

d. Mencobakan kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru

menetapkan cara pemechan masalah yang dianggap paling tepat.

e. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan

hasil yang diaharapkan atau tidak.

Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

penerapan pemebelajaran problem solving dengan menggunakan langkah-langkag

yang dimodifikasi sebagai berikut:

a. Menyadari Masalah

Implementasi dari pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan

kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahap ini guru

membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan yang dirasakan

oleh manusia atau lingkungan social. Kemampuan yang harus dicapai oleh

siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap

kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

15

b. Merumuskan Masalah

Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari

kesenjangan.Selanjutnya fokuskan pada masalah apa yang pantas untuk

dikaji. Rumusan masalah sangat penting sebab selanjutnya akan

berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang maslah

yang berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk

menyelesaikannya.

c. Mengumpulkan Data

Sebagai proses berpikir empiris keberadaan data dalam proses berpikir

ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab menentukan cara

penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai

dengan data yang ada.

d. Menguji Hipotesis

Berdasarkan data yang dikumpulkan akhirnya siswa menentukan

penyelesaian mana yang diterima dan mana yang ditolak, kemampuan

yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah

data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan

masalah yang dikaji.

e. Menentukan Penyelesaian

Menentukan penyelesaian merupakan akhir dari proses ini. Kemampuan

yang diharapkan dari tahap ini adalah kecakapan memilih alternative

penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat

memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan

alternative yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan

terjadi pada setiap pilihan.

Dari beberapa pendapat para ahli yang menemukan langkah-langkah

dalam problem solving. Dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya langkah-

langkah dalam problem solving adalah sebagai berkiut:

a. Orientasi

b. Mengidentifikasi masalah

c. Mencari alternatif pendekatan untuk memecahkan masalah itu

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

16

d. Memilih alternatif pendekatan pemecahan masalah

e. Mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Hamruni (2012) kelebihan pemebelajaran problem solving antara lain:

a. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.

b. Menantang kemampuan siswaserta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan bagi siswa.

c. Meningkatkan kativitas pembelajaran siswa.

d. Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk

memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

f. Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri, baik hasil terhadap

hasil maupun proses belajaranya.

g. Memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika,

IPA, sejarah dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berikir,

dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekadar

belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

h. Lebih menyenagkan dan disukai siswa.

i. Mengembangakan kemampuan siswa untuk berpikir kritis kemampuan

mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

j. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan

yang mereka miliki dalam dunia nyata.

k. Mengembangkan minat untuk secara terus-menerus belajar meskipun

belajara pada pendidikan formal telah berakir.

Menurut Hamruni (2012) kekurangan pemebelajaran problem solving antara

lain:

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit bisa dipecahkan, maka mereka akan

merasakan enggan untuk mencoba.

b. Keberhasialan pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup

waktu untuk persiapan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

17

c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka

ingin pelajari.

Pembelajaran matematika denga problem solving akan lebih mudah

dimengerti dan mudah dilakukan dengan menggunakan media video, dengan

adanya media video akan lebih mudah dan terbantu dalam pemecahan masalah

dan pengumpulan data.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006), video diartikan sebagai

rekaman gambar hidup atau program televisi lewat tayangan televisi. Atau,

dengan kata lain video merupakan tanyangan gambar bergerak yang disertai

dengan suara. Video termasuk dalam kategori bahan ajar audiovisual ataupun

bahan ajar pandang dengar. Bahan ajar audio visual merupakan bahan ajar yang

mengkombinasikan dua materi, yaitu visual dan materi auditif. Adapun kelebihan

dari media video menurut Anderson (dalam Andi Prastowo: 2012) adalah sebagai

berikut:

a. Dengan video (disertai suara atau tidak) kita dapat menunjukan

kembali gerakan tertentu.

b. Dengan video, penampilan peserta didik dapat dilihat kembali untuk

dikritik atau dievaluasi.

c. Dengan menggunakan efek tertentu, dapat memperkokoh proses

belajara maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut.

d. Dengan video, kita akan mendapatkan isi dan susunan yang masih utuh

dari materi pelajaran.

e. Dengan video, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu

yang sama di lokasi (kelas) yang berbeda dan dengan jumlah penonton

yang tidak terbatas.

f. Pembelajaran dengan video merupakan suatu kegiatan yang mandiri.

Kelemahan video menurut Anderson (dalam Andi Prastowo: 2012) adalah

sebagai berikut:

a. Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah tersedia di

tempat penggunaaan.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

18

b. Menyusun naskah atau sekenario video bukanlah pekerjaan yang

mudah, disamping menyita banyak waktu.

c. Biaya video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu

mengerjakanya.

d. Apabila gambar pada video ditransfer kefilm hasilnya tidak bagus.

e. Layar monitor yang kecil membatasi jumlah penonton, kecuali

jaringan monitor dan sistem proyeksi video diperbanyak.

f. Jumlah grafis pada garis untuk video terbatas, yakni separuh dari

jumlah huruf grafis untuk film atau gambar diam.

g. Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan

sistem video menjadi masalah yang berkelanjutan.

Keberhasilan pembelajaran matematika problem solving berbantu media

video yang akan digunakan dalam penelitian ini diukur dengan teknik observasi

dan instrumen lembar observasi guru. Observasi atau pengamatan sebagai alat

penelitian yang digunakan untuk memngukur tingkah laku individu atau proses

terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Selain itu observasi dapat digunakan

untuk mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku guru

dalam mengajar, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar (Sudjana

2012:84).

2.1.3 Hasil Belajar Matematika

Untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam belajar maka perlu

dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh

siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Sudjana (1990) hasil belajar

adalah “kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya”. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan

informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan –

tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut

guru dapat menyusun dan membina kegiatan – kegiatan siswa lebih lanjut, baik

untuk keseluruhan kelas maupun individu. Agus Suprijono (2009) menyebutkan

“hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

19

sikap, apresiasi dan keterampilan”. Gagne (dalam Purwanto2009) menyatakan

“hasil belajar berupa: Informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

keterampilan motorik, dan sikap. Sementara” Bloom mengungkapkan tiga tujuan

pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan

merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik.

Purwanto (2009) menekankan kembali bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemanusiaan saja, artinya hasil pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar

pendidikan tidak terlihat secara terpisah, melainkan konprehensif. Berdasarkan

beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil

yang diperoleh siswa dari kegiatan atau proses belajar yang telah dilakukannya.

Hasil belajar dalam penelitian ini diukur dengan memberikan soal tes kepada

siswa. Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama

hasil kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan

tujuan pendidikan dan pengajaran (Sudjana: 2012).

2.1.4 Hubungan Pembelajaran Matematika Problem solving dengan Hasil

Belajar Matematika

Pembelajaran yang diterapkan guru merupakan faktor utama yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, terutama pembelajaran matematika di tingkat

Sekolah Dasar (SD). Hal ini dikarenakan objek yang dipelajari dalam matematika

bersifat abstrak, sementara daya pikir siswa SD pada umumnya masih bersifat

konkret. Pada usia siswa Sekolah Dasar belum berkembang secara optimal

kemampuan abstraksinya. Pembelajaran problem solving sangat tepat apabila

digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar pada

tingkat Sekolah Dasar.

Pembelajaran matematika problem solving merupakan pelajaran yang

tidak mengharapkan siswa siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat,

kemudian menghafalkan materi pelajaran, akan tetapi melalui pembelajaran

berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data

dan akhirnya menyimpulkan. Kemudian aktivitas pembelajaran diarahkan untuk

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

20

menyelesaikan masalah. Pembelajaran ini juga menekankan berpikir secara ilmiah

dan menggali keterampilan siswa sehingga siswa aktif belajar matematika.

2.2 Kajian Hasil-hasil penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya

adalah penelitian jenis tindakan kelas yang dilakukan oleh Nuryadi (2010) dengan

judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Dengan Menggunakan

Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan

Bangun Ruang Pada Siswa Kelas V SD Negeri Godean”. Tujuan penelitian ini

adalah ntuk mengetahui apakah melalui metode pembelajaran Problem Solving

dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika dengan materi pokok “bangun ruang” kelas V di SD Negeri Godean.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah melalui model pembelajaran

Problem solving dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD

Negeri Godean.

Penelitian yang telah diuraikan diatas masih berhubungan dengan

penelitian ini. Dengan demikian penelitian tersebut mendukung penelitian ini.

Pada penelitian ini menekankan penerapan Pembelajaran Matematika

menggunakan pembelajaran problem solving pada hasil belajar Matematika.

Untuk itu, penulis tertarik mengangkat judul penelitian “Peeningkatan Hasil

Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Problem Solving Berbantu Media

Video Siswa Kelas 5 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Semester 2 Tahun

Ajaran 2012/2013”.

2.3 Kerangka Pikir

Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas 5 SD Negeri Tlogo

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang merupakan pembelajaran yang berpusat

pada guru. Guru mendominasi seluruh waktu pembelajaran dengan

menyampaikan materi pelajaran matematika melalui ceramah dan memberikan

tugas kepada siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru

adalah hanya diam saja, mendengarkan, bermain sendiri, dan mengantuk. Selain

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

21

itu guru dalam memberikan materi pelajaran tidak menghubungkan dengan

masalah – masalah nyata yang dekat dengan kehidupan siswa, sehingga siswa

kurang memperoleh pengalaman, cenderung pasif dan tanpa ada kegiatan yang

melibatkan secara langsung. Hal tersebut juga menyebabkan siswa kurang tertarik

atau minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika rendah. Kurangnya

minat belajar dan penguasaan siswa akan mata pelajaran matematika membuat

banyak siswa belum mencapai nilai KKM akibatnya hasil belajar matematika

rendah. Padahal kegiatan pembelajaran akan efektif apabila siswa aktif

berpartisipasi atau melibatkan diri secara langsung dalam proses pembelajaran.

Siswa diharapkan dapat membangun pengetahuan sendiri atau memahami sendiri

konsep yang telah diajarkan yaitu dengan mengalami secara langsung.

Untuk mengatasi kondisi pembelajaran tersebut, peneliti akan menerapkan

pembelajaran yang tepat yaitu Pembelajaran Problem Solving. Pembelajaran

problem solving merupakan pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah

dalam belajar matematika, sebagai ganti dari pengenalan konsep yang bersifat

abstrak. Dengan demikian, proses pengembangan konsep – konsep dan ide – ide

dari matematika bermula dari dunia nyata. Dunia nyata bukan berarti konkret

secara fisik dan kasat mata, tetapi dapat dibayangkan oleh siswa. Pembelajaran ini

lebih memusatkan kegiatan belajar pada siswa. Sehingga siswa lebih aktif

membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya.

Pembelajaran Problem Solving ini dapat diterapkan dengan beberapa

tahapan yaitu memberikan masalah kepada siswa. Siswa diminta untuk

memahami dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Siswa mengalami kesulitan

dalam pemecahan masalah akan dibimbing oleh guru. Siswa secara kelompok

memecahkan masalah yang telah diberikan oleh guru. Jika dalam proses

pemecahan masalah ada kelompok yang mengalami kesulitan, guru memberikan

bimbingan dalam pemecahan masalah. Setelah didapatkan solusi pemecahan

masalah, wakil dari kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok . Siswa dalam

kelompok lain mengemukakan pendapat atau tanggapannya tentang berbagai

penyelesaian yang disajikan temannya. Guru mengarahkan dan membimbing

siswa untuk membuat kesepakatan kelas tentang penyelesaian mana yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

22

dianggap paling tepat. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi yang telah

dilakukan. Kemudian siswa diberikan tes formatif sebagai penilaian hasil belajar.

Pembelajaran problem solving dilaksanakan dalam beberapa siklus sampai

mencapai keberhasilan hasil belajar matematika. Dalam pembelajaran problem

solving ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif membangun

pengetahuannya sendiri melalui kerjasama dan saling ketergantungan satu sama

lain. Sehingga siswa menjadi aktif, senang, tertarik, dan antusias terhadap

kegiatan belajar yang dapat menumbuhkan keaktifan dan kekreatifan siswa akan

berdampak pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Dengan

demikian, maka peneliti melakukan penelitian melalui Pembelajaran Problem

Solving dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis

tindakan sebagai jawaban sementara dalam penelitian ini adalah

1. Penerapan Pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan minat hasil

belajar Matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Tlogo Kecamatan

Tuntang Kabupaten semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.

2. Penerapan Pembelajan Problem Solving dalam meningkatkan hasil belajar

Matematika pada siswa kelas 5 SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang

Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 dengan

beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan masalah

yang akan dipecahkan kepada siswa.

b. Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebut dirumuskan

oleh guru bersama siswa.

c. Siswa bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan

dilaksanakan dalam pemecahan persoalan.

d. Mencobakan kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru

menetapkan cara pemechan masalah yang dianggap paling tepat.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hakikat …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3777/3/T1... · 2014-04-03 · 10 sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan kerjasama

23

e. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan

hasil yang diaharapkan atau tidak.