bab ii kajian pustaka -...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Ilmu Pegetahuan Alam
Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009: 4) bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau
sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’, Trianto (2010: 136). Kata
‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti tahu.
Menurut Jujun Suriasumantri (dalam Trianto 2010: 136) dalam perkembangannya
science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan
etimologi.
Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh
adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Menurut Powler (dalam Samatowa 2009: 3) IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan
eksperimen/sistematis.
Menurut Abdullah (1998: 18) “IPA merupakan pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara
melakukan oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain”.
9
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA adalah
suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti
oberservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari diri dan alam sekitar.
2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tujuan mata pelajaran IPA menurut permendiknas nomor 22 tahun 2006
adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebeseran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan dan ciptaan Nya
2. Mengembangkan pegethuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara
IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Menurut Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup
mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup
dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan
10
lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi:
cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta,
meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BNSP: 2006).
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa
dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan
selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian
juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan
yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara
berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.
2.2 Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2011: 22) Pembelajaran kooperatif berasal dari kata
“kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan
siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang
menginteraksi keterampilan sosial yang bermuatan akademik (Nur dalam Isjoni
2011: 27).
Menurut Agus Suprijono (2009: 54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih
dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif dirancang
bagi tujuan melibatkan pelajaran secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi
perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil (Effandi Zakaria dalam
Isjoni, 2011: 21).
Menurut Wina (2013: 242) Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
11
Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok saja
tapi pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan beberapa jumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda
dimana dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok harus
saling bekerja sama dan saling membantu guna mencapai tujuan dalam
pembelajaran tertentu. Dalam pembelajaran kooperatif ini, dikatakan belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan belajar.
2.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi (Rusman
2011: 210) Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat
dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi
yang saling bergantung satu sama lain dimana masyarakat secara budaya semakin
beragam. Dalam pembelajaran kooperatif tidak mempelajari materi saja. Namun,
siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif khusus yang
disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk
melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun
dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan
tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
2.2.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Saling ketergantungan positif
Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar yang lain
bisa mencapai tujuan mereka.
12
2. Tanggaung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka
dan berdiskusi. Kegiatan ineraksi ini akan memberikan para
pembelajar untuk membentuk kelompok yang menuntungkan
semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya
daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa
dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara
berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian
mendengarkan dan berbicara.
5. Evaluasi proses kelompok
Pengajara perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka
agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
Unsur pembelajaran kooperatif di atas tidak dapat tercapai jika hanya
menggunakan model pembalajaran yang konvensional tanpa melibatkan siswa
secara aktif. Pembelajaran harus menekankan siswa aktif berdiskusi dengan
kelompok, untuk mencapai unsur tersebut, guru hendaknya dapat menciptakan
kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk,
menemukan dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat
membentuk makna tersendiri dari apa yang di pelajari.
13
2.2.3 Silabus
Nama Sekolah : SDN Dukuh 01 Salatiga
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Program: IV / SD-MI
Pokok Bahasan: Sifat-Sifat Cahaya
Semester : 2 (dua)
Standar
kompetensi
Kompetensi
Dasar
KKM Indicator Pencapaian
Kompetensi
Alokasi
Waktu
Sumber
Bahan/Alat
6.Menerapkan
sifat-sifat
cahaya melalui
kegiatan
membuat suatu
karya/model
6.1 Membuat
karya/model
misalnya priskop
atau lensa dari
bahan sederhana
dengan
menerapkan sifat-
sifat cahaya.
o Menentukan model
yang akan di buat
dengan menerapkan
sifat-sifat cahaya atau
lense sederhana.
o Memilih dan
menentukan berbagai
alat/benda yang sesuai.
o Mengunakan
bahan/benda yang
sesuai.
o Membuat karya/model
yang sesuai dengan
rencana.
o Mendemontrasi hasil
rancangan untuk
menghasilkan
karya/model yang
baik.
o Menerapkan prinsip
keselamatan kerja.
6.2
Meneskripsikan
sifat-sifat cahaya.
o Menunjukkan bahwa
cahaya dapat dibiaska.
o Menunjukkan bahwa
cahaya putih terdiri
dari berbagai warna
melalui cakram warna.
o Membuat priskop
sederhana.
14
2.3 Pembelajaran Quantum Learning
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Quantum Learning
Menurud De Poter (dalam Nandang Kosasih dan Dede 2010:16),
pembelajaran Quantum adalah “intraksi-intraksi yang mengubah energy menjadi
cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Dan tujuan belajar meraih sebanyak
mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energy cahaya.
Menurut Arends ( Trianto, 2007: 1) pembelajaran Quantum adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Sementara Sa’ud (2016:16) mendefinisikan bahwa pembelajaran Quantum
mengonsep tentang “menata pentas lingkungan belajar yang tepat”, maksudnya
bagaima upaya penataan situasi lingkungan belajar yang optimal baik secara pisik
maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa, perserta
didik diharapkan mendapatkan langkah pertama yang efektif untuk mengatur
pengalaman belajar. Lingkungan belajar adalah tempat perserta didik melakukan
proses belajar, bekerja dan berkreasi. Pembelajaran Quantum yaitu seperangkat
metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua unsur (Sugianto,
2010:76).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Quantum adalah model pembelajaran yang menyenangkan serta
menyertakan segala dinamika yang menunjang keberhasilan pembelajaran itu
sendiri dan segala keterkaitan, perbedaan interaksi serta aspek-aspek yang dapat
memaksimalkan momentum untuk belajar.
Pembelajaran Quantum sangat menekankan pada bermakna dan
kebermutuan proses pembelajaran. Pembelajaran Quantum merupakan
pembelajaran yang dilaksanakan dengan proses yang benar-benar terencana
dengan baik. Pembelajaran Quantum merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan
seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta
membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermamfaat.
Pembelajaran Quantum didasarkan pada anggapan bahwa semua
kehidupan merupakan energi yang dapat diubarah menjadi cahaya. Maksudnya
15
intraksi-intraksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan perserta
didik menjadi cahaya yang bermamfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar
efektif dan efesien. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah
kemampuan dan bakat alami perserta didik menjadi cahaya yang akan bermamfaat
bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
2.3.2 Definisi Oprasional Quantum Learning
Definisi oprasional dierlukan untuk menghindari kesalahpahaman persepsi
muatan penelitian antara penulis dengan berbagai konsep yang ada sehingga
pemikiran penulis yang disajikan akan jenis dan tidak bertentangan dengan
konsep yang ada. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan definisi istilah yang
ada sebagaimana yang yang dijelaskan oleh M. Nazir (1999: 152) sebagai berikut.
Definisi oprasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variable atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikank
kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
konstrak atau variable tertentu.
Adapun definisi oprasional yang akan dijelaskan berdasarkan variable
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Pengelola Kelas Berbasis “Quantum learning”
Yang di maksud dengan pengelola kelas berbasis “Quantum Learning”
dalam penelitian ini adalah segala usaha berupa kiat, petunjuk strategi yang
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang nyaman dan
menyenangkan di dalam lingkungan kelas dengan tatanan ruang yang di seting
dalam pembelajaran audio visual sehingga perserta didik akan menjadi
bertambah semangat serta lebih tertarik minatnya dalam belajar. Setiap siswa
mempunyai kemampuan yang luar biasa. Oleh karena itu potensinya dapat
dikembangkan oleh pendidik dengan system belajar yang menyenangkan
dengan menerapkan unsur-unsur hiburan, Permainan, cara berpikir positif, dan
emosi yang sehat dalam proses belajarnya.
16
2. Proses Belajar Siswa
Dalam pengertian prestasi belajar. Syamsudin (1986: 9)
mengungkapkan bahwa:
Prestasi belajar adalah kecakapan nyata (actual ability) yang
menunjukan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan
diuji sekarang juga karena merupakan hasil usaha belajar yang bersangkutan
dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang tidak dialaminya.
Dari pemaparan teori diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
dalam penelitian ini yaitu pencapaian nyata hasil belajar siswa yang mencakup
kemampuan belajar siswa di kelas serta diluar kelas. Hasil yang dicapai dari
suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan
dapat diukur alat atau tes tertentu. Dalam hal ini peneliti ingin membatasi
bahwa wawasannya perstasi belajar siswa yang dimaksud dalam prestasi
belajar siswa di lingkungan sekolah yang berupa:
a. Prestasi akademik
Prestasi akademik disini adalah nilai hasil ulangan umum, ujian
nasional, hasil karya ilmiah siswa, dan lomba-lomba akademik yang
diikuti oleh para siswa dalam berbagai pertandingan.
b. Prestasi non akademik
Prestasi non akademik disini adalah keahlian bidang olahraga,
kesenian, keterampilan (Life Skill), dan kegiatan-kegiatan
ekstrakulikuler lainnya.
2.3.3 Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)
Pembelajaran Quantum baik Quantum Learning maupun Quantum
Teaching merupakan sebuah inovasi pembelajaran. Quantum Learning merupakan
konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan
prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan merupakan
model pembelajaran yang diperuntukkan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran,
sedangkan guru dalam menerapkan Quantum Learning di kelas menerapkan
Quantum Teaching DePorter, (dalam Nandang Kosasih dan Dede 2010:26).
Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di
17
kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan
mengevaluasinya. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum
Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar.
Quantum Learning sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya. Dengan mengutip rumus Albert Einstein yakni E=mc2.
memisahkan kekuatan energi ke dalam analogi tubuh manusia yang secara fisik
adalah materi. Sehingga tujuan belajar menurut Quantum Learning adalah meraih
sebanyak mungkin cahaya. Quantum Learning mengaktifkan semua bagian dalam
pembelajaran baik dari sisi konteks maupun kontennya (DePorter,2011:16).
Quantum Learning merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar
yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta belajar sebagai suatu
proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Menurut peneliti berdasarkan pendapat di atas Quantum Learning
merupakan suatu model pembelajaran yang membiasakan siswa belajar dengan
nyaman dan menyenangkan, serta menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Sehingga diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat
meningkatkan prestasi belajar. Salah satu dasar dari model Quantum Learning
adalah bahwa belajar harus mengasyikan dan berlangsung dalam suasana gembira,
sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan
baik. Pembelajaran kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing
yaitu Quantum Learning. “Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan
seluruh proses belajar yan1g dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat,
serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat”
(Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 2011:16 ). Dengan demikian, pembelajaran
kuantum dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menekankan untuk
memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat
kesenangan dari peserta didik atau siswa.
Selanjutnya, Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:30) mengungkapkan
mengenai karakterisitik dari pembelajaran kuantum (quantum learning) yaitu
sebagai berikut.
18
1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan
fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum
dipakai.
2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan
positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
3. Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis (tis), bukan
positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis.
4. Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan),
menyinergikan, dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia
selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai
konteks pembelajaran.
5. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna.
6. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
7. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan
kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan
yang dibuat-buat.
8. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran.
9. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks
dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang
menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang
dinamis.
10. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi
fisikal atau material.
11. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai
bagian penting proses pembelajaran.
19
12. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan
kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
13. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan
pikiran dalam proses pembelajaran.
2.3.4 Tujuan Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)
Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:12) adapun tujuan dari
pembelajaran kuantum (quantum learning) adalah sebagai berikut.
1. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
2. Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan.
3. Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh
otak.
4. Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir.
5. Untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran
Tujuan diatas, mengindikasikan bahwa pembelajaran kuantum mengharapkan
perubahan dari berbagai bidang mulai dari lingkungan belajar yaitu kelas, materi
pembelajaran yang menyenangkan, menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan
otak kanan, serta mengefisienkan waktu pembelajaran.Menurut Kompasiana
(2010) Lingkungan belajar dalam pembelajaran kuantum terdiri dari lingkungan
mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat siswa melakukan
proses belajar, bekerja, dan berkreasi. Lebih khusus lagi perhatian pada penataan
meja, kursi, dan belajar yang teratur. Lingkungan makro yaitu dunia luas, artinya
siswa diminta untuk menciptakan kondisi ruang belajar di masyarakat. Mereka
diminta berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya, sehingga
kelak dapat berhubungan secara aktif dengan masyarakat.
Selain itu, Bobbi DePorter,et al., (2004:14) menyatakan mengenai lingkungan
dalam konteks panggung belajar. “Lingkungan yaitu cara guru dalam menata
ruang kelas, pencahayaan warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik, dan
semua hal yang mendukung proses belajar”.
Jadi, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kuantum sangat memperhatikan
pengkondisian suatu kelas sebagai lingkungan belajar dari peserta didik
20
mengingat model pembelajaran kuantum merupakan adaptasi dari model
pembelajaran yang diterapkan di luar negeri.
2.3.5 Penerapan Quantum Learning di Kelas
Penerapan model Quantum Learning di dalam kelas pada siswa adalah
dengan menerapkan langkah pembelajaran Quantum Teaching oleh guru.
Pelaksanaan Quantum Learning dalam pembelajaran dikenal dengan istilah
TANDUR. Langkah-langkah pembelajaran dengan model Quantum Learning atau
kerangka rancangan pengajaran Quantum Teaching yang disebutkan oleh
DePorter (2010:128) adalah sebagai berikut:
(a) Tumbuhkan, Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK (Apa
Manfaatnya Bagi Ku).
(b) Alami, Berikan mereka pengalaman belajar; tumbuhkan “kebu- tuhan
untuk mengetahui”.
(c) Namai, Berikan “data”, tepat saat minat memuncak.
(d) Demonstrasikan, Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan
pengalaman dengan data baru,sehingga mereka menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
(e) Ulangi, Rekatkan gambaran keseluruhannya.
(f) Rayakan, Perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi positif.
Asas utama dalam model Quantum Learning terdapat dalam kerangka
Quantum Teaching yaitu “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan
Dunia Kita ke Dunia Mereka” (Thobroni, 2011:274). Memasuki dunia siswa
merupakan langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar yang harus
dilakukan adalah memasuki kehidupan siswa. Hal ini akan memudahkan
perjalanan siswa menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Salah
satu yang harus ada dalam Quantum Learning yaitu musik. Musik dipergunakan
untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa dan mendukung
lingkungan belajar. Musik merangsang, meremajakan dan memperkuat belajar
baik secara sadar maupun tidak sadar. Selain itu pengaturan posisi bangku
berperan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran model Quantum Learning.
Posisi bangku setengah lingkaran untuk diskusi kelompok dapat mempermudah
21
proses pembelajaran. Selain itu penggunaan media belajar yang berwarna-warni
dapat memperkuat pengajaran (DePorter, 2010:106-107).
Setelah terjadi interaksi antar siswa dan guru, siswa akan dibawa ke dalam
dunia belajar. Maksudnya siswa dibawa ke sebuah suasana belajar yang
menyenangkan tanpa membebani siswa. Disini akan terbentuk model mental,
rumus, dan lain-lain dengan mengaikatkan pengetahuan awal dengan pengetahuan
baru.
2.3.6 Keunggulan dan Kelemahan Model pembelajaran Kuantum (Quantum
Learning)
Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:18-19) dalam bukunya yang
berjudul ”Quantum Learning” juga menjelaskan mengenai keunggulan
dankelemahan dari pembelajaran kauntum (Quantum Learning) yaitu sebagai
berikut.
1. Keunggulan
a. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan
fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum
dipakai.
b. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan
positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
c. Pembelajaran kuantum lebih konstruktivis (tis), bukan positivistis-
empiris, behavioristis.
d. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
e. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
f. Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan
kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan
yang dibuat-buat.
g. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran.
22
h. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks
dan isi pembelajaran.
i. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi
fisikal atau material.
j. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai
bagian penting proses pembelajaran.
k. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan
kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
l. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan
pikiran dalam proses pembelajaran.
2. Kelemahan
a. Membutuhkan pengalaman yang nyata
b. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam
belajar
c. Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.
Berdasarkan pemaparan keunggulan dan kelemahan pembelajaran
kuantum, pembelajaran kauntum sangat memperhatikan keaktifan serta kreatifitas
yang dapat dicapai oleh peserta didik. Pembelajaran kuantum mengarahkan
seorang guru menjadi guru yang “baik”. baik dalam arti bahwa guru memiliki ide-
ide kreatif dalam memberikan proses pembelajaran, mengetahui dengan baik
tingkat kemampuan siswa.
2.3.7 Prinsip Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran kuantum (quantum learning) adalah
sebagai berikut.
1. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka
(Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita
(Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar).
2. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses
pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.
23
3. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :
a. Ketahuilah bahwa segalanya berbicara
Dalam pembelajaran kuantum, segala sesuatu mulai lingkungan
pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan
ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar
sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim
pesan tentang pembelajaran.
b. Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energy menjadi
cahaya mempunyai tujuan.
c. Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan
Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah
mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk
apa yang mereka pelajari.
d. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran
Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.
e. Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula
dirayakan
Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan
keberhasilannya.
f. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa
pembelajaran lurus berdampak bagi terbentuknya keunggulan
(Bobbi DePorter, et al., 2004:6-7).
Dengan kata lain pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan
keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai
jantung fondasi pembelajaran kuantum.Selain membahas mengenai prinsip model
pembelajaran kuantum (Quantum Learning), Bobbi DePorter & Mike Hernacki
(2011:76) juga berpendapat mengenai 7 (tujuh) kunci keunggulan yang diyakini
dalam pembelajaran kuantum yaitu sebagai berikut.
24
1. Teraplah Hidup dalam Integritas
Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan
menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu.
2. Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan
Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa
kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita
yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat
berhasil.
3. Berbicaralah dengan Niat Baik
Dalam pembelajan, perlu dikembangkan keterampilan berbicara
dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang
jujur dan langsung.
4. Tegaskanlah Komitmen
Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus
mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah
ditetapkan.
5. Jadilah Pemilik
Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung
jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan
bermutu
6. Tetaplah Lentur
Dalam pembelajaran, pertahanan kemampuan untuk mengubah
yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Pembelajar lebih-lebih , harus pandai-pandai membaca lingkungan
dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan
suasana bilamana diperlukan.
7. Pertahankanlah Keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat
dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil
pembelajaran efektif dan optimal.
25
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran
kuantum (Quantum Learning) menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki
(2011:13) diantaranya:
1. Sikap positif
2. Motivasi
3. Keterampilan belajar seumur hidup
4. Kepercayaan diri
5. Sukses
Kunci Keunggulan Quantum Learning :
a. Integritas: Bersikaplah jujur, tulus dan menyeluruh. Selaraskan
dengan nilai-nilai yang ada pada diri kita.
b. Kegagalan awal kesuksesan: Pahamilah bahwa kegagalan
hanyalah memberikan informasi yang anda butuhkan untuk
sukses.
c. Bicaralah dengan niatan baik: Berbicaralah dengan pengertian
positif dan bertanggungjawablah untuk berkomunikasi yang jujur
dan lurus.
d. Komitmen: Penuhilah janji dan kewajiban, laksanakan visi dan
lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
e. Tanggungjawab: Bertanggungjawablah atas tindakan anda.
f. Sikap fleksibel: Bersikap terbuka terhadap perubahan baru yang
dapat membantu kita memperoleh hasil yang kita inginkan.
g. Keseimbangan: Jaga keselarasan pikiran, tubuh dan jiwa. Sisihkan
waktu untuk membangun dan memelihara ketiganya.
Kelemahan :
1. Membutuhkan pengalaman yang nyata
2. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar
3. Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa.
26
2.3.8 Manfaat Quantum Learning
Manfaat yang diperoleh dari quantum learning adalah :
1. Sikap positif
2. Motivasi
3. Ketrampilan belajar seumur hidup
4. Kepercayaan diri
5. Sukses
2.3.9 Langkah-langkah Menerapkan Quantum Learning
Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
melalui konsep Quantum Lerning dengan cara:
1) Kekuatan Ambak
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara
manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki 2001:
49). Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya
motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini
siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang
manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi.
2) Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang
dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan
lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri
siswa.
3) Memupuk sikap juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar
siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan
pujian pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula
mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan
memupuk sikap juara ini siswa akan lebih dihargai.
27
4) Bebaskan gaya belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar
tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum Learning
guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan
janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.
5) Membiasakan mencatat
Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika sang
siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali
apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan
ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan symbol - simbol atau gambar yang mudah
dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa
tulisan.
6) Membiasakan membaca
Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan
membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah
wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya
membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-
buku yang lain.
7) Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan
senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan
mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.
8) Melatih kekuatan memori anak
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak
perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik. Penyediaan
pengalaman belajar Peter Sheal (Pusat Kurikulum, 2002) dapat dilihat
pada gambar berikut:
28
Gambar 2: Kerucut Pengalaman Belajar Menurut Edgar Dale
Pembelajaran Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan peran
serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya
baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan,
sehingga hasil penelitian Quantum Learning terletak pada modus berbuat yaitu
Katakan dan Lakukan, dimana proses pembelajaran Quantum Learning
mengutamakan keaktifan siswa, siswa mencoba mempraktekkan media melalui
kelima inderanya dan kemudian melaporkannya dalam laporan praktikum dan
dapat mencapai daya ingat 90%.
Semakin banyak indera yang terlibat dalam interaksi belajar, maka materi
pelajaran akan semakin bermakna. Selain itu dalam proses pembelajaran perlu
diperdengarkan musik untuk mencegah kebosanan dalam belajarnya. Pemilihan
jenis musik pun harus diperhatikan, agar jangan musik yang diperdengarkan
malah mengganggu konsentrasi belajar siswa.
Pembelajaran Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan peran
serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya
29
baikmelalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciumandan pengecapan, sehi
ngga hasil penelitian Quantum Learning terletak pada modus berbuat yaitu
Katakan dan Lakukan, dimana proses pembelajaran Quantum
Learning mengutamakan keaktifan siswa, siswa mencoba mempraktekkan media
melalui kelima inderanya dan kemudian melaporkannya dalam laporan praktikum
dan dapat mencapai daya ingat 90%.Semakin banyak indera yang terlibat dalam
interaksi belajar, maka materi pelajaran akansemakin bermakna. Selain itu dalam
proses pembelajaran perlu diperdengarkan musikuntuk mencegah kebosanan
dalam belajarnya. Pemilihan jenis musik pun harusdiperhatikan, agar jangan
musik yang diperdengarkan malah mengganggu konsentrasi belajar siswa.
2.4 Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 40-41), hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan. Menurut
Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41), “Hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar”. Hasil belajar tersebut
terjadi terutama berkat evaluasi guru dan mengatakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan aktual yang diukur secara langsung.
Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil
belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami
belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku.
30
Menurut peneliti hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata
pelajaran yang berupa data angka (hasil tes) maupun proses belajar. Hasil belajar
diperoleh pada kegiatan akhir yang diisi dengan pemberian evaluasi terhadap
siswa dan dilakukan di dalam kelas. Pengambilan hasil belajar digunakan sebagai
tolok ukur keberhasilan belajar dan menunjukkan kompetensi siswa melalui
pengadaan tes bagi siswa.
2.4.1 Pengukuran Hasil Belajar IPA
Menurut Sudjana (2013: 3), penilaian hasil belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai siswa dengan kriteria tertentu. Hal
ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.
Menurutnya ada tiga istilah yang merujuk pada aktivitas-aktivitas utama dalam
kegiatan penilaian/pengukuran kelas, yaitu (1) asesmen, (2) pengukuran dan (3)
evaluasi. prosedur teknik yang dimaksud adalah teknik tes dan teknik nontes.
Menurut Chatterji dalam Supratiknya (2013 : 4), aktivitas terakhir dalam
rangkaian kegiatan penilaian kelas adalah evaluasi, yaitu “a procces that comes
after measurement is completed. It involves making a value judgmentor
interpretation of the resulting data in a decision making context”. Maksudnya,
evaluasi merupakan proses sesudah pengumpulan data atau informasi baik dengan
teknik pengukuran (tes atau skala) maupun dengan teknik asesmen lain selesai
dilakukan bahkan sesudah data atau informasi tersebut selesai diolah.
Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil belajar
adalah suatu pengukuran berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah
dilaksanakan dengan menggunakan istilah tiga aktivitas, yaitu: (1) asesmen, (2)
pengukuran, (3) evaluasi serta pengumpulan data atau informasinya dengan teknik
pengukuran tes dan skala.
2.5 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Dikdik Dikrulla (2010) Model pembelajaran quantum learning merupakan
model pembelajaran yang membiasakan belajar menyenangkan. Dengan
menerapkan model pembelajaran Quantum Learning ini diharapkan dapat
31
meningkatkan minat belajar siswa sehinga pada akhirnya dapat meningkatkan
hasil belajar secara menyeluruh. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada “
Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Untuk Meningkatkan hasil
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK)”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar
siswa setelah diterapkannya model quantum learning. Desain penelitian yang
digunakan adalah One Group pretest-Posttest desain. Sampel dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VII-I yang berjumlah 40 orang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa mengalami
kenaikan yang signifikan. Hal ini ditunjukan oleh nilai rata-rata gain yang
dinormalisasi sebesar 0,534 dengan kriteria sedang.
Sri Sutarni (2011) Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Siswa
Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Learning (Ptk Di Smp
Negeri 1 Ngemplak Boyolali Kelas VII Tahun 2011/2012) Hasil penelitian
peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari meningkatnya indikator
peningkatan motivasi belajar siswa meliputi: a) Bertanya kepada guru tentang
materi yang telah disampaikan dan mengungkapkan ide sebelum tindakan 9,375%
dan di akhir tindakan 78,125 %.b). Antusiasme mengerjakan soal latihan didepan
kelas sebelum tindakan 12,5% dan di akhir tindakan 62%, c). Aktif dalam
kelompok diskusi sebelum tindakan 25% dan di akhir tindakan 87%. Kesimpulan
penelitian ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Learning
dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa di SMP Negeri 1
Ngemplak Boyolali.
Cahyani Ratna, (2012) Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran IPA Model Quantum Learning Pola TANDUR Kelas V Sekolah
Dasar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Ketrampilan
guru dalam pembelajaran IPA meningkat. Pada siklus I guru memperoleh nilai
rata – rata 28.5 dengan kriteria baik. Sedangkan pada siklus II ketrampilan guru
mendapat nilai rata – rata 31 dengan kriteria sangat baik. (2) Aktivitas siswa
dalam pembelajaran IPA dapat disimpulkan mengalami peningkatan. Pada siklus I
32
mendapat nilai rata - rata 25.89 dengan kriteria baik dan pada siklus II mendapat
nilai rata – rata 29.6
Nurhamidah ( 2010)Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Materi Cahaya Di Mtsn Rukoh
Banda Aceh .Dari hasil analisis data yang diperoleh nilai rata-rata dengan metode
Quantum Learning pre-test = 36,833; SD 11,5 dan post-test = 75,23 ; SD =
10,388, sedangkan dengan metode pembelajaran konvensional pre-test = 37,038 ;
SD = 12,056 dan post-test = 60,602 SD = 10,523. Untuk harga t_(tabel ) dengan α
= 0,05 dan dk 76 diperoleh 2,000. Karena pengujian hipotesis dalam tabel
penelitian ini menggunakan uji t diketahui t_(hitung )= 6,15 sehingga t_(hitung )>
t_(tabel ), maka hipotesis diterima. Hal ini dapat disimpulkan terdapat pengaruh
yang positif dan signifikan antara metode pembelajaran Quantum Learning
terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada Materi Cahaya di MTsN Rukoh Kota
Banda Aceh.
2.6 Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki situasi
pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas V SDN Dukuh 01. Fakta yang ditemu
mengenai suasana pembelajaran pada siswa disekolah ini adalah bahwa guru
masih mendominasikan pembelajaran. Akibatnya siswa kurang termotivasi dalam
belajar IPA, dan hasil belajarnya pun menjadi rendah. Penelitian ini memlilih
pendekatan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus, dengan
pemikiran bahwa evaluasi pada siklus pertama akan menjadi catatan untuk
dijadikan masukan pada siklus II. Namun demikian uji coba pembelajaran denga
metode pembelajaran Quantum Learningtetap dilanjutkan hingga tercapai kreteria
KKM yaitu ≥ 65.
Pemilihan metode pembelajarn Quantum Learning dipilih berdasarkan
situasi subjek penelitian yaitu siswa kelas V. Pada usia ini, siswa memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi dan sudah bisa bekerja sama dan berdiskusi dalam
kelompok, dengan metode Quantum Learning diharapakan bahwa pembelajaran
akhirnya mendorong agar terjadi kerja sama diantara siswa.