bab ii (imunisasi polio)
DESCRIPTION
penjelasan tentang imunisasi polioTRANSCRIPT
BAB II
ISI
A. Pengertian
Imunisasi polio adalah suatu imunisasi yang memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit poliomielitis. Polio adalah suatu penyakit radang yang
menyerang syaraf yang menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah
satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan
pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan
kematian. Penularan penyakit polio ini melalui tinja orang yang terinfeksi,
percikan ludah penderita, ataupun makanan dan minuman yang dicemari.
Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau
usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang.
Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan
mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak
semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan,
tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si
anak.
B. Macam- macam vaksin polio
Terdapat 2 macam vaksin polio, yaitu:
1. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio
yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
IPV diberikan dengan cara disuntikan, namun di Indonesia IPV masih jarang
digunakan karena selain harganya yang mahal penggunaannya juga rumit. IPV
dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan,
kemudian virus yang telah dibiakkan dibuat tidak aktif (inactivated) dengan
pemanasan atau bahan kimia. Karena virus yang digunakan pada IPV tidak
hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat menyebabkan
penyakit polio walaupun diberikan pada anak/ orang dewasa dengan daya
tahan tubuh yang lemah.
2. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
OVP lebih sering digunakan karena harganya yang lebih murah, selain itu juga
caranya lebih mudah karena cukup dengan diteteskan. Vaksin ini terbuat dari
virus liar (wild) hidup yang dilemahkan. Komposisi vaksin tersebut terdiri dari
virus Polio tipe 1, 2 dan 3 yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan
(attenuated). Vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan
distabilkan dalam sucrosa. Tiap dosis sebanyak 2 tetes mengandung virus tipe
1, tipe 2, dan tipe 3 serta antibiotika eritromisin tidak lebih dari 2 mcg dan
kanamisin tidak lebih dari 10 mcg.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk
monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
C. Cara Kerja Imunisasi Polio
Cara kerja vaksin polio, yaitu dengan inaktifasi. Vaksin lain dibuat dengan
cara menggunakan bakteri atau virus yang sudah di inaktifasi. Vaksin polio
dibuat dengan cara ini. Vaksin ini umumnya lebih aman dari vaksin hidup
karena organisme penyebab penyakit tidak dapat bermutasi kembali
menyebabkan penyakit setelah organisme tersebut dimatikan.
Selama vaksinasi, vaksin yang mengandung virus, bakteri atau organisme
lain yang telah mati disuntikkan ke dalam tubuh (kiri). Vaksin kemudian
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk
melawan organisme tersebut (tengah). Lain waktu saat organisme tersebut
kembali menyerang tubuh, antibodi dari sistem kekebalan akan menyerang
dan akan menghentikan infeksi (kanan).
Hasil kekebalan yang disebabkan oleh vaksin didapat setelah menerima
vaksin. Vaksin memicu kemampuan sistem kekebalan berjuang melawan
infeksi dengan tanpa kontak langsung dengan kuman yang menghasilkan
penyakit. Vaksin berisi kuman yang telah dimatikan, kalau diberikan kepada
orang sehat, vaksin akan memicu respon kekebalan tubuh. Vaksin memaksa
tubuh berpikir bahwa sedang diserang oleh organisme spesifik, dan sistem
kekebalan bekerja untuk memusnahkan penyerbu dan mencegahnya
menginfeksi lagi.
Jika terekspos terhadap penyakit saat telah divaksin, kuman yang
menyerbu akan menghadapi antibodi. Kekebalan anda berkembang mengikuti
vaksinasi mirip kekebalan yang diperoleh dari infeksi alami.
Beberapa dosis vaksin mungkin diperlukan untuk jawaban kebal yang
penuh. Beberapa orang gagal mendapatkan kekebalan penuh saat dosis
pertama vaksin tetapi memberi hasil pada dosis lanjutan.
D. Dosis Pemberian Imunisasi Polio
Vaksin polio diberikan sebanyak 2 tetes(0,1 mL) langsung ke mulut anak
atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula, bila dalam 10 menit
dimuntahkan, maka pemberian sesuai dosisnya harus diulang.
• Dosis ke-1 : saat lahir / saat pulang dari rumah sakit
• Dosis ke-2 : usia 2 bulan
• Dosis ke-3 : usia 4 bulan
• Dosis ke-4 : usia 6 bulan
• Dosis ke-5 : usia 18 bulan
• Dosis ke-6 : usia 5 tahun
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon
kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk
meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertingi.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa
tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak
bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang
dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani
imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah
mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV,
streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV,
sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma),
dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang
sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat
imunosupresan lainnya.
IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang
menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi
ditunda sampai mereka benar-benar pulih.
IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan,
yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari. Hasil penelitian
Gendro Wahyuhono (2001) pada 604 anak di Metro Kabupaten Lampung
menunjukkan bahwa imunisasi polio efektif setelah anak mendapatkan
imunisasi 3 kali dosis, di mana persentase anak yang mempunyai antibodi
tripel positif meningkat setelah anak mendapat imunisasi 3 kali dosis yaitu,
96,6 %.
E. Teknik Pemberian Imunisasi Polio
Teknik pemberian imunisasi polio :
1. Jumlah Pemberian
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya
imunisasi polio massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan
berdampak buruk. Ingat, tak ada istilah overdosis dalam imunisasi.
2. Usia Pemberian
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan
pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio
selalu dibarengi dengan vaksin DTP.
3. Cara Pemberian
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau
lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di Indonesia, yang
digunakan adalah OPV.
4. Efek Samping
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing,
diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
5. Tingkat Kekebalan
Dapat mencekal hingga 90%.
6. Kontra Indikasi:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita:
a. Penyakit akut atau demam tinggi (di atas 38 derajat celcius),
b. Muntah atau diare,
c. Penyakit kanker atau keganasan,
d. HIV/AIDS,
e. Sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum,
f. Anak dengan mekanisme kekebalan terganggu.