bab ii geologi regional cekungan kutai

12
BAB II GEOLOGI REGIONAL II.1 Fisiografi Cekungan Kutai Cekungan Kutai merupakan cekungan dengan luas 165.000 km 2 dan memiliki ketebalan sedimen antara 12.000-14.000 meter. Hal ini menyebabkan Cekungan Kutai dikatakan sebagai cekungan terluas dan terdalam di Indonesia yang terletak di pantai timur Kalimantan dan daerah paparan sebelumnya. Cekungan Kutai merupakan cekungan hidrokarbon yang berumur Tersier dimana minyak dan gas bumi terperangkap pada batupasir berumur Miosen dan Pleistosen. Cekungan ini terbentuk pada batupasir berumur Miosen dan Plestosen. Cekungan ini terbentuk dan berkembang akibat proses-proses pemisahan diri akibat tegangan di dalam lempeng Mikro Sunda yang menyertai interaksi antara lempeng Sunda dan lempeng Pasifik disebelah timur. Lempeng Hindia-Australia di selatan, dan lempeng Laut Cina selatan di utara (Satyana, et. Al., 1999).

Upload: anggar-wiratama

Post on 26-Jan-2016

1.007 views

Category:

Documents


93 download

DESCRIPTION

Cekungan Kutai merupakan cekungan dengan luas sekitar 43.680km2 dan memiliki ketebalan sedimen tebal antara 1.500-12.000m, dengan kedalaman cekungan antara 0-14.000m. Hal ini menyebabkan Cekungan Kutai dikatakan sebagai cekungan terluas dan terdalam di Indonesia yang terletak di pantai timur Kalimantan dan daerah paparan sebelumnya. Cekungan Kutai merupakan cekungan hidrokarbon yang berumur Tersier dimana minyak dan gas bumi terperangkap pada batupasir berumur Miosen dan Pleistosen. Cekungan ini terbentuk pada batupasir berumur Miosen dan Plestosen. Cekungan ini terbentuk dan berkembang akibat proses-proses pemisahan diri akibat tegangan di dalam lempeng Mikro Sunda yang menyertai interaksi antara lempeng Sunda dan lempeng Pasifik disebelah timur. Lempeng Hindia-Australia di selatan, dan lempeng Laut Cina selatan di utara (Satyana, et. Al., 1999).

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Geologi Regional Cekungan Kutai

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

II.1 Fisiografi Cekungan Kutai

Cekungan Kutai merupakan cekungan dengan luas 165.000 km2 dan memiliki

ketebalan sedimen antara 12.000-14.000 meter. Hal ini menyebabkan Cekungan

Kutai dikatakan sebagai cekungan terluas dan terdalam di Indonesia yang terletak di

pantai timur Kalimantan dan daerah paparan sebelumnya. Cekungan Kutai

merupakan cekungan hidrokarbon yang berumur Tersier dimana minyak dan gas

bumi terperangkap pada batupasir berumur Miosen dan Pleistosen. Cekungan ini

terbentuk pada batupasir berumur Miosen dan Plestosen. Cekungan ini terbentuk dan

berkembang akibat proses-proses pemisahan diri akibat tegangan di dalam lempeng

Mikro Sunda yang menyertai interaksi antara lempeng Sunda dan lempeng Pasifik

disebelah timur. Lempeng Hindia-Australia di selatan, dan lempeng Laut Cina

selatan di utara (Satyana, et. Al., 1999).

Secara tektonik, pada bagian utara Cekungan Kutai terdapat Cekungan Tarakan

yang dipisahkan oleh punggungan Mangkalihat yang merupakan suatu daerah

tinggian batuan dasar yang terjadi pada Oligoser. Di sebelah selatan, cekungan ini

dijumpai Cekungan Barito yang dibatasi Sesar Adang, yang terjadi pada Zaman

Miosen Tengah. Pada bagian tenggara cekungan ini, terdapat paparan Paternoster

dan gugusan penggunungan Meratus, sedangkan batas barat dari cekungan adalah

daerah tinggi Kuching (pegunungan Kalimantan Tengah) yang berumur Pra-Tersier

dan merupakan bagian dari inti benua. Tinggian ini menghasilkan sedimen tebal

Page 2: BAB II Geologi Regional Cekungan Kutai

yang berumur Neogen. Pada bagian timur dari cekungan ini terdapat delta Mahakam

yang terbuka ke Selat Makassar. Gambar Cekungan Kutai dapat dilihat sebagai

Berikut :

Gambar 2.1 Fisiografi Cekungan Kutai(Peterson dkk., 1997 dalam Mora dkk., 2001)

II.2 Stratigrafi Cekungan Kutai

Sedimen Tersier pada Cekungan Kutai berlanjut sejak pertengahan Eosen

sampai Eosen Atas. Endapan-endapan sedimen berumur Tersier tersebut

memperlihatkan adanya siklus transgresi dan regresi dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 3: BAB II Geologi Regional Cekungan Kutai

Gambar 2.2 Kolom stratigrafi dan tatanan tektonik Cekungan Kutai(Satyana, et. al.1999)

Suksesi statigrafi Tersier Cekungan Kutai dimulai dengan pengendapan

sedimen alluvial Formasi Haloq pada cekungan bagian dalam (Satyana et al., 1999).

Berkaitan dengan pemekaran basement, Cekungan Kutai mengalami penurunan

selama akhir Paleosen hingga Oligosen dan menjadi tempat pengendapan Lempung

Mangkupa mengindikasikan adanya pengangkatan yang menginterupsi penurunan

Page 4: BAB II Geologi Regional Cekungan Kutai

cekungan. Pasir Berium ini berasosiasi dengan serpih pada beberapa tempat yang

mengindikasikan terjadinya pengankatan secara lokal. Setelah pengendapan Pasir

Berium ini cekungan mengalami penurunan secara cepat yang diakibatkan oleh

mekanisme pelenturan cekungan (basin sagging), menghasilkan pengendapan

lempung laut Formasi Atan dan karbonat Formasi Kedango (Satyana & Blantoro,

1996, 0p. cit. Satyana et al., 1999). Kemudian aktivitas tektonik mengangkat

sebagian dari batas Cekungan Kutai pada akhir Obligosen, pengangkatan ini

berkaitan dengan pengendapan Vulkanik Sembulu di bagian timut dari cekungan.

Fase kedua suksesi statigrafi terjadi berkaitan dengan pengankatan cenkungan

dan inversi yang dimulai pada Awal Miosen (Satyana et al., 1999). Pada kala ini

mulai diendapkan serangkaian endapan alluvial dan delta yang terdiri dari sedimen

delta Formasi Pamaluan, Pulubalang, Balikpapan, dan Kampung Baru. Endapan-

endapan ini berprogradasi ke arah timur dan mulai diendapkan sejak Awal Miosen

hingga Pleistosen.

Formasi Pamaluan yang diendapkan diatas Formasi Atan dan Kendango

tersusun oleh batulempung, serpih dengan sisipan napal, batupasir, dan batugamping.

Formasi ini terbentuk pada Akhir Oligisen hingga Miosen Awal dengan lingkungan

pengendapan berupa laut dalam. Formasi Pamaluan adalah fase regresi yang

berkembang di Cekungan Kutai dan mengalami progradasi secara cepat ke arah

timur (Satyana et. Al., 1999).

Kelompok Bebulu yang diendapkan di atas Formasi Pamaluan terdiri atas

Formasi Pulau Balang dan Formasi Maruat. Formasi Pulau Balang tersusun oleh

batulempung, batupasir, dan batulempung karbonat. Sedangkan Formasi Maruat

Page 5: BAB II Geologi Regional Cekungan Kutai

tersusun oleh batugamping paparan. Kelompok ini terbentuk pada Meosen Awal

bagian bawah hingga Meosen awal bagian atas dengan lingkungan pengendapan

delta-delta dangkal (Satyana et al.,1999).

Kelompok Kampung Baru yang diendapkan di atas kelompok Balikpapan

terdiri Formasi Tanjung Batu dan Formasi Sepinggan. Formasi Tanjung Batu

tersususn oleh batupasir, batulempung, dan batulanau. Sedangkan Sepinggan

tersususn oleh batupasir, batulempung, batulanau, dan batubara. Kelompok ini

terbentuk pada Meosen Akhir hingga Plio-Pleistosen dengan lingkungan

pengendapan delta hingga laut dangkal (Satyana et al., 1999).

Kelompok Mahakam yang diendapkan di atas kelompok Kampung Baru terdiri

dari Formasi Attaka. Formasi Attaka tersusun oleh batulempung, batupasir dan

kalkarenit boiklastik yang diendapkan pada daerah neritik pada kala Pleistosen

sampai Rosen. Sedangkan Formasi Handil tersusun oleh batupasir yang diendapkan

pada lingkungan delta pada kala Holosen. Sementara itu endapan kuarter Delta

Mahakam tersusun oleh pasir, lumpur, kerikil, dan endapan pantai yang terbentuk.

Pada lingkungan sungai, rawa, pantai, delta dengan hubungan yang tidak selaras

terhadap batuan yang ada di bawahnya.

Sedimen Cekungan Kutai secara umum menurut Allen danChambers (1998),

tersusun oleh endapan-endapan sedimen berumur tersier yang memperlihatkan

endapan fase transgresi dan regresi laut.

Fase Transgresi Paleogen

Fase sedimen Paleogen di mulai ketika terjadi fase tektonik

ekstensional dan pengisian rift pada kala Eosen. Pada masa ini, Cekungan

Page 6: BAB II Geologi Regional Cekungan Kutai

Barito, Kutai, dan Tarakan merupakan Zona Subsidence yang saling

terhubungkan (Chambers & Moss, 2000). Kemudian sedimentasi Paleogen

mencapai puncak pada fase pengisian di saat cekungan tidak mengalami

serpih laut dalam secara regional dan batuan karbonat pada Oligosen Akhir.

Fase Regresi Neogen

Fase ini dimulai pada Miosen Akhir hingga sekarang, yang

menghasilkan progradasi delta yang masih berlanjut hingga sekarng. Sedimen

regresi ini terdiri dari lapisan-lapisan sedimen klastik delta hingga paralis

atau laut dangkal dengan Proradasi dari barat kearah timur dan banyak

dijumpai lapisan batubara.

II.3 Petroleum System Cekungan Kutei

Batuan induk

Batuan induk utama pada Cekungan Kutai adalah batuan berumur

Miosen yaitu mudstone, serpih, lempung, dan batubara. Batuan induk ini

terbentuk pada lingkungan pengendapan paralic, delta, sampai laut dangkal.

Analisa geokimia pada serpih, lempung, dan batubara Miosen menunjukkan

bahwa batuan induk ini dapat menghasilkan waxy oil dan gas dari

percampuran kerogen dengan tipe yang berbeda. Nilai TOC berkisar antara

0.14 – 15.37% dan rata – rata berkisar antara 0.5 – 1.0%. Endapan serpih

organic dari delta plain bawah sampai lingkungan delta front diketahui

sebagai batuan induk pada barat laut Kalimantan dan Cekungan Kutai. Serpih

memuat 2 – 3% produksi karbon organic dari kategori tipe III (Anshary,

2008).

Page 7: BAB II Geologi Regional Cekungan Kutai

Batuan Reservoar

Akumulasi minyak dan gas bumi yang terdapat di daerah Mahakam,

umumnya ditemukan pada reservoir yang berumur Miosen Tengah sampai

Miosen Akhir pada Formasi Balikpapan. Reservoar karbonat tidak terlalu

banyak mengandung akumulasi hidrokarbon bernilai ekonomis. Akumulasi

hidrokarbon justru ditemukan dalam endapan turbidit. Pada lapangan minyak

yang berada di darat (onshore), reservoar pada umumnya terdiri dari sedimen

– sedimen fluvial dan distributary channel, dimana jarak antara tubuh

batupasir dan jumlah akomdasi sedimen sangat mengontrol konektivitas dari

reservoar – reservoar tersebut (Anshary, 2008).

Reservoar yang terdapat pada bagian dalam lepas pantai (inner

offshore) terdiri dari sedimen –sedimen lower delta plain dan sedimen –

sedimen delta front. Sedimen – sedimen distributary channel juga hadir

dengan dimensi yang sama denngan reservoar darat namun lebih jarang

muncul. Reservoar pada delta front terdiri dari sedimen – sedimen mouth bar

(Anshary, 2008).

Perangkap (Trap), Sekat (Seal), dan Lapisan Penutup

Lapangan – lapangan minyak dan gas yang berada di Delta Mahakam

memiliki perangkap struktur dan stratigrafi. Reservoar – reservoar yang

berupa endapan fluvial, distributary channel, dan mouth bar biasanya

terdapat di bagian sayap dari antikllin dan dapat juga muncul sebagai

perangkap campuran antara struktur dan stratigrafi. Komponen – komponen

stratigrafi di bagian utara dan selatan Sungai Mahakam Modern, dimana

Page 8: BAB II Geologi Regional Cekungan Kutai

paleo-channel-nya miring terhadap sumbu struktur. Perangkap struktur

terbentuk pada Miosen Akhir karena adanya pergerakan tektonik yang

mendesak batuan dasar dan batuan sedimen di atasnya, pergerakan tersebut

berarah ke barat menghasilkan pengangkatan dan erosi 1.000 kaki sedimen

berumur Oligosen dan Miosen (Anshary, 2008).

Lapisan penutup yang berada di Delta Mahakam umumnya berupa

batulempung-serpih sedangkan di bagian laut didominasi oleh sejumlah besar

mudstone.

Migrasi

o Paleogen Play

Migrasi primer hidrokarbon terjadi pada batuan induk Eosen Tengah –

Eosen Akhir seccara vertical maupun lateral. Pada bagian lepas pantai

dari Cekungan Kutai, jalur migrasi vertical dari Paleogen Kitchen terjadi

sesar – sesar berarah NNE – SSW menuju reservoar lowstand berumur

Miosen Tengah – Miosen Akhir. Migrasi lateral dari daerah mature

kitchen juga difasilitasi melalui reservoar lowstand yang miring ke timur

menuju perangkap stratigrafi atau struktur yang ada pada daerah tersebut.

o Neogen Play

Migrasi hidrokarbon dari batuan induk berumur Miosen Awal – Miosen

Tengah terjadi setelah Miosen Tengah. Jalur migrasi pada umumnya

vertical dan mungkin memiliki migrasi lateral yang berasal dari pusat

cekungan. Pembentukan perangkap terjadi sejak Miosen Tengah sampai

sekarang (Anshary, 2008).