identifikasi petroleum system cekungan kutai …digilib.unila.ac.id/33729/2/skripsi tanpa bab...

48
IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI KALIMANTAN TIMUR, MENGGUNAKAN PARAMETER COHERENCY Rho VARIANCE PROCESSING” PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA 2018 Agra Kuasa Julian

Upload: vankhanh

Post on 05-Jul-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAIKALIMANTAN TIMUR, MENGGUNAKAN PARAMETER

COHERENCY ”Rho VARIANCE PROCESSING”PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT

(Skripsi)

Oleh

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

2018

Agra Kuasa Julian

Page 2: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

i

ABSTRACT

IDENTIFICATION PETROLEUM SYSTEM KUTAI BASIN EASTKALIMANTAN WITH COHERENCY “RHO VARIANCE PROCESSING”

PARAMETER ON MAGNETOTELLURIC AND GRAVITY DATA.

by

Agra Kuasa Julian

This research was conducted to identify the Petroleum System in the Kutai Basinby using the Coherency parameter "Rho Variance Processing" on Magnetotelluricdata and gravity data. In the analysis of the Petroleum System using processing atMagnetotelluric data produced a 4-lane model where each model has different 2Dmodeling results. The range of resistivity values found in these 4 tracks rangesfrom 0 - 1,000 Ohm.m at 0-18,000 meters below sea level. Where from theResistivity value is used to identify the location of the Petroleum System bylooking at the value of the Resistivity of each layer that is matched with the valueof rock Resistivity. Then in the processing of gravity data is done to determine thesubsurface structure in the area of magnetotelluric measurement by using theSecond Vertical Derivative method to describe the existence of faults on the 2processing models. Based on the results of gravity data modeling, it can be seenthe level of layers in each path where each of these layers is dominated by thePamaluan Formation, Balang Island and Alluvium.

Keywords: Magnetoteluric, Petroleum System, Coherency Rho VarianceProcessing, Resistivity, Gravity, 2D Modelling, Second Vertical Derivative.

Page 3: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

ii

ABSTRAK

IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAIKALIMANTAN TIMUR, MENGGUNAKAN

PARAMETER COHERENCY ”Rho VARIANCE PROCESSING”PADA DATA MAGNETOTELLURIK DAN DATA GAYA BERAT

Oleh:

Agra Kuasa Julian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecocokan hasil pengolahanData Magnetotellurik dan hasil pengolahan Data Gravity. Dengan Data MTberfungsi sebagai titik ikat pada proses pengolahan Data Gravity. Padapengolahan dan interpretasi data MT menggunakan software SSMT2000,MTEditor dan WINGLINK pada daerah telitian untuk menghasilkan 2D Modelbawah permukaan yang baik. Objek penelitian berupa data MT pada daerahcekungan Kutai dengan jumlah data sebanyak 21 titik pengukuran. Hasil darimodel 2D berupa penampang bawah permukaan dengan persebaran nilaiResistivitasi 0-1.000 ohm.m dan tingkat kedalaman 0-18.000 meter. Dari hasilpengolahan ini di interpretasikan bahwa terdapat 3 lapisan yaitu sebagai Claycap,Reservoar dan Sourcerock. Panjang lintasan pengukuran MT 34 Kilometer.

Kata kunci: Magnetotellurik, Petroleum System, Coherency Rho VarianceProcessing, Resistivitas, Gravity, 2D Modelling, Second Vertical Derivative.

Page 4: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAIKALIMANTAN TIMUR MENGGUNAKAN PARAMETER

COHERENCY “Rho VARIANCE PROCESSING”PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT

Oleh

Agra Kuasa Julian

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Geofisika

Fakultas Teknik Universitas Lampung

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

2018

Page 5: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

iii

Page 6: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN
Page 7: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN
Page 8: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya pada tanggal 2 Oktober

1996. Penulis merupakan anak ke-dua dari pasangan Bapak

Jono Sumo dan Ibu Liliwati. Penulis menyelesaikan

pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Bustanul Ulum pada

tahun 2000. Pendidikan Sekolah Dasar di SD IT Bustanul

Ulum Lampung Tengah yang selesai pada tahun 2008. Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMP N 3 Way Pengubuan Lampung Tengah, yang selesai

pada tahun 2011. Selanjutnya, pendidikan Sekolah Menengah Atas di MAN 1

NEGRI Lampung Tengah hingga tahun 2014.

Pada tahun 2014 penulis melanjutkan studi di perguruan tinggi dan terdaftar

sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas

Lampung. Pada tahun 2015 penulis menjadi anggota aktif Bidang Dana dan usaha

Himpunan Mahasiswa (HIMA) TG Bhuwana Universitas Lampung dan

Himpunan Mahasiwa Geofisika Indonesia, anggota dinas Internal dan Advokasi

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) Universitas Lampung,

serta penulis tercatat juga sebagai anggota divisi Fieldtrip American association

of Petroleum Geologist (AAPG) SC Universitas Lampung. Pada tahun 2016 s.d

2017 penulis diangkat menjadi Kepala divisi untuk divisi Fieldtrip American

Page 9: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

vi

association of Petroleum Geologist (AAPG) SC Universitas Lampung. Pada tahun

2017 penulis mengemban amanah sebagai Kepala Dinas Internal dan Advokasi

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) Universitas Lampung.

Penulis juga tercatat telah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Sistem Informasi

Geografis dan menjadi Koordinator Assisten pada Tahun Ajaran 2018/2019.

Pada tahun 2018 di bulan Januari-Februari, penulis melakukan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Desa Sinarmulya, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu

Provinsi Lampung dengan menjabat sebagai Kordinator Kecamatan. Selanjutnya,

dibulan Oktober 2017 penulis melakukan Kerja Praktek (KP) di Pusat Sumber

Daya Geologi , Bandung dengan mengambil tema “Pengolahan dan Pemodelan

Data Magnetotellurik pada Lapangan “ORL” Menggunakan Metode Inversi

Daerah Sumatera Barat”.

Pada tahun 2018 di bulan Juni-Juli, penulis melakukan Tugas Akhir (TA) untuk

penulisan skripsi di Pusat Survei Geologi, Bandung, Jawa Barat. Hingga akhirnya

penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya pada tanggal 8 Oktober

2018 dengan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM

CEKUNGAN KUTAI KALIMANTAN TIMUR, MENGGUNAKAN

PARAMETER COHERENCY ”Rho VARIANCE PROCESSING” PADA

DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT”.

Page 10: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

ix

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim

Dengan penuh rasa syukur,ku persembahkan karya sederhanaku ini untuk :

Bapak dan Ibu TercintaSalah satu tujuan hidupku adalah membahagiakankedua orangtuaku, karya sederhana ini menjadibekal dalam mencapai tujuan tersebut. Panjang

umur Bapak dan Ibu,aamiin.

KakakPartner hidup dengan satu visi yang sama, yaitu

membahagiakan Bapak dan Ibu.

ORL FAMILYKeluarga yang berjuang bersama demi meraih

cita-cita dan masa depan.

Teknik Geofisika Universitas Lampung 2014

Keluarga Besar Teknik Geofisika UNILA

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Page 11: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

x

MOTTO

“Hidup Sekali, Hiduplah Yang Berarti”.

(Penulis)

“Hasil Tidak Akan Pernah Mengkhianati Usaha”.

(Penulis)

Page 12: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanawata’ala berkat rahmat dan kuasa- Nya

lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI PETROLEUM

SYSTEM CEKUNGAN KUTAI KALIMANTAN TIMUR, MENGGUNAKAN

PARAMETER COHERENCY “Rho VARIANCE PROCESSING” PADA DATA

MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT. Skripsi ini merupakan hasil

penelitian Tugas Akhir Penulis di Pusat Survei Geologi sekaligus bagian dari persyaratan

meraih gelar S-1 Teknik Geofisika Universitas Lampung.

Harapan penulis dengan adanya penelitian ini semoga dapat menambah khazanah

ilmu dibidang pengembangan perangkat lunak pengolahan data terutama dibidang

keilmuan Geofisika, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Karenanya, kritik dan saran sangat dibutuhkan guna membangun agar kedepannya

penulis dapat memberikan yang lebih baik lagi. Demikian kata pengantar ini, semoga

penelitian dapat bermanfaat untuk masa kini dan mendatang.

Penulis

Agra Kuasa Julian

Page 13: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

xi

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan nikmat dan kesempatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini. Dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini

tentunya tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, maka pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Bapak (H. Jono Sumo, S.P) dan Ibu (Hj. Liliwati)

yang selalu mendidik, berkorban, berdoa dan mendukung penulis dalam

segala hal terutama dalam pendidikan. Terimakasih atas segalanya yang telah

diberikan, sehingga anakmu ini berhasil menyelesaikan pendidikan program

sarjana.

2. Kakak (Bella Restu Juliarka, M.Eng) yang selalu memberikan support serta

doa hingga selesai nya penelitian ini.

3. Mas Fani yang selalu membantu dalam hal revisi Skripsi ini dengan tulus dan

ikhlas.

4. Bapak Dr. Nandi Haerudin, S.Si, M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknik

Geofisika.

Page 14: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

xii

5. Bapak Prof. Suharno, M.S., M.Sc., P.hd selaku dosen pembimbing akademik

selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Geofisika

Universitas Lampung.

6. Bapak Hidayat, S.Si selaku pembimbing lapangan di Pusat Survei Geologi

atas ilmu yang sangat membantu penulis selama mengerjakan tugas akhir.

7. Bapak Syamsurijal Rasimeng, M.Si selaku dosen pembimbing I atas

bimbingan, diskusi, arahan serta motivasi dalam mengerjakan tugas akhir ini.

8. Bapak Bagus Sapto Mulyatno, S.Si., M.T selaku dosen pembimbing II yang

memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tugas

akhir ini.

9. Bapak Dr. Nandi Haerudin. S.Si., M.Si selaku pembahas dalam tugas akhir;

10. Dosen-dosen dan Staff Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung yang

saya hormati terima kasih untuk semua ilmu yang diberikan.

11. Sahabat dan keluarga seperjuangan #ORLJAYA (Ridho Reski Saputra, S.T

dan Niko Febridon, S.T) terimakasih telah menjadi partner selama

perkuliahan. Sukses terus bro!

12. Sahabat-sahabatku Shans (Pras, Haris, Rido, & Defalki) yang selalu setia

menjadi teman kecil yang selalu memberikan support dan tempat curhat.

13. Sahabat Seperjuangan Kampus penulis Aulia Huda, Indah Idenk, Winona

Audia, Rachman Malik, Sidharta Pratiknyo, Romi, Aziz Bibir, Dicki,, Amir,

Norman, Diana Malinda terima kasih telah menjadi semangat, motivator, dan

sahabat penulis semoga kelak masa depan kita cerah dan persahabatan ini akan

selamanya.

Page 15: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

xiii

14. Keluarga Besar Teknik Geofisika Angkatan 2014, Terima kasih banyak telah

menjadi angkatan yang luar biasa banyak sekali kenangan yang tidak dapat

dilupakan, terima kasih banyak untuk motivasi, bantuan, dan segalanya.

15. Presidium dan Pimpinan BEM FT 2017 serta Tim TeknikSatu_Unila (Puwala,

Heni, Lihin, Malik, Niko, Bora, Tiwi, Dendi, Ardhi, Nina, Jefri, Nay Ganteng,

Umam, Taufiq, Ari, Firyan, Dewa dan Bram) terimakasih telah menjadi warna

hidup.

16. Teman seperjuangan Kuliah Kerja Nyata (Ijul, Dilla, Indri, Himmah, Paul dan

Diah) serta masyarakat Sinarmulya, Pringsewu.

17. Kak Sinku, Kak Eki, Bang Rian, Bang Yuda, Bang Wilyan, Bang Irwan, Kak

Bari, Kak Esa, Kak Himan, Kak Ghifari, Kak Agung serta senior-senior

Teknik Geofisika yang banyak memberikan bantuan dan ilmunya.

18. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu atas bantuan dan

dukungannya dalam perjalananan penulis dari perkuliahan hingga

menyelesaikan skripsi.

Penulis memohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini memiliki kesalahan

atau ketidak sempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.

Bandar Lampung, 9 Oktober 2018

Penulis,

Agra Kuasa Julian

Page 16: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT.......................................................................................................... i

ABSTRAK ......................................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... v

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... ix

MOTTO ............................................................................................................. x

KATA PENGANTAR....................................................................................... xi

SANWACANA .................................................................................................. xii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL............................................................................................ xviii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

1.4 Batasan Masalah ...................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional .................................................................................... 4

2.2 Tektonik Cekungan Kutai ....................................................................... 5

2.3 Stratigrafi Cekungan Kutai ..................................................................... 7

III. DASAR TEORI

3.1 Metode Magnetotellurik .......................................................................... 12

3.2 Prinsip Dasar Metode Magnetotellurik ................................................... 12

3.3 Sumber Sinyal Metode Magnetotellurik ................................................. 13

Page 17: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

xv

3.4 Persamaan Maxwell ................................................................................ 14

3.5 Metode Pengukuran MT ......................................................................... 17

3.6 Metode Gaya Berat ................................................................................. 18

3.7 Forward Modelling.................................................................................. 19

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 20

4.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 20

4.3 Diagram Alir ........................................................................................... 23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengolahan Data Magnetotellurik ........................................................... 24

5.2 Pemodelan Inversi 2D ........................................................................... 34

5.3 Pengolahan Data Gaya Berat ................................................................. 48

5.4 Pengolahan Anomali Bouger Lengkap dengan Analisis Spectrum ........ 50

5.5 Pemodelan Kedepan (Forward Modelling) ............................................. 62

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Geologi Regional Cekungan Kutai ................................................. 4Gambar 2. Struktur Geologi Cekungan Kutai................................................... 6Gambar 3. Kolom Stratigrafi Regional .............................................................10Gambar 4. Sumber Gelombang.........................................................................13Gambar 5. Mode TE (Transverse Electic) ......................................................16Gambar 6. Mode TM (Transverse Magnetic) ...................................................16Gambar 7. Forward Modelling..........................................................................21Gambar 8.1 Personal Computer ..........................................................................19Gambar 8.2. Software SSMT 2000......................................................................20Gambar 8.3. Software MT Editor ........................................................................20Gambar 8.4 Software WinGlink .........................................................................20Gambar 8.5 Data Pengukuran .............................................................................21Gambar 8.6 Software Oasis Montaj ....................................................................21Gambar 9. Diagram Alir Penelitian ..................................................................22Gambar 10. Tampilan Awal software SSMT2000..............................................24Gambar 10.1 Tampilan Edit Parameter Transformasi Fourier..............................25Gambar 10.2 Tampilan Toolbar Edit PRM...........................................................26Gambar 10.3 Tampilan Nilai Pengukuran Pada 3 Parameter Robust ...................28Gambar 10.4 Tampilan Awal Software Mteditor Setelah Open Data ..................29Gambar 10.5 Tampilan sebelum dilakukan seleksi...............................................29Gambar 10.6.Tampilan sesudah dilakukan seleksi crosspower............................30Gambar 10.7.Tampilan Petan Topography Titik Pengukuran MT .......................32Gambar 11. Hasil 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 1................................33Gambar 12. Hasil Interpretasi 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 1.............34Gambar 13. Hasil 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 2................................35Gambar 14. Hasil Interpretasi 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 2.............37Gambar 15. Hasil 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 3................................38Gambar 16. Hasil Interpretasi 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 3.............40Gambar 17. Hasil 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 4................................41Gambar 18. Hasil Interpretasi 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 4.............43Gambar 19. Peta Anomali Bouger Lengkap Daerah Penelitian..........................45Gambar 20. Slice 4 Lintasan pada Peta Anomali Bouger Daerah Penelitian .....47

Page 19: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

xvii

Gambar 21. Grafik ln vs k (Lintasan 1) Analisis Spectrum..................................48Gambar 22. Grafik ln vs k (Lintasan 2) Analisis Spectrum..................................49Gambar 23. Grafik ln vs k (Lintasan 3) Analisis Spectrum..................................50Gambar 24. Grafik ln vs k (Lintasan 4) Analisis Spectrum..................................51Gambar 25. Grafik ln vs k (lintasan 5) Analisis Spectrum ...................................52Gambar 26. Peta Anomali Regional Hasil Analisis Spectrum.............................55Gambar 27. Peta Anomali Regional Hasil Analisis Spectrum.............................56Gambar 28. Peta SVD Kontur 0 Residual Daerah Penelitian ..............................58Gambar 29. Lintasan Pemodelan 2D pada Peta Geologi .....................................59Gambar 30 Lintasan 1 Pemodelan 2D Daerah Penelitian...................................60Gambar 31. Lintasan 2 Pemodelan 2D Daerah Penelitian...................................62

Page 20: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

xviii

DAFTAR TABEL

Gambar Halaman Gambar Tabel 1. Nilai Kedalaman Bidang Dalam dan Rendah ............................................. 57 Gambar Tabel 2. Bilangan Gelombang (kc) dan Lebar Jendela (N)..................................... 57

Page 21: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan gas dan minyak bumi dunia terus meningkat seiring

berjalannya waktu, Indonesia mengalami peningkatan jumlah populasi dari tahun

ke tahun, dimana telah membuat Indonesia menjadi negara dengan penduduk

terbanyak ke-4 di dunia. Dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut,

kebutuhan akan energi konvensional juga turut meningkat. Peningkatan

penyediaan energi adalah minimal 1.25% - 1.3% lebih besar dari pertumbuhan

ekonomi. Akan tetapi, ketersediaan energi yang ada di Indonesia tidak sepadan

dengan jumlah populasi yang terus meningkat, dimana pada tahun 2012, terdapat

peningkatan populasi sebesar 6.2% dengan hanya peningkatan penyediaan energi

pada Total Primary Energy Supply (TPES) sebesar 3.15%. (Ketahanan Energi

Nasional, 2014).

Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia adalah meningkatkan eksplorasi

dan produksi cadangan minyak dan gas bumi non-konvensional seperti shale oil

dan shale gas agar mendapatkan cadangan minyak dan gas bumi dalam jumlah

yang besar. Sebagi contoh shale gas adalah gas yang diperoleh dari batuan induk

atau source rock berupa serpih yang terperangkap dalam batuan induk itu sendiri.

Shale gas merupakan salah satu gas non-konvensional yang memiliki potensi dua

kali lebih besar dari gas konvensional dengan nilai 500 BCFD.

Page 22: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

2

Cekungan Kutai merupakan cekungan tersier tertua yang dan terdalam di

Indonesia bagian barat. Cekungan Kutai terdapat di timur Kalimantan. Luasnya

mencapai 165.000 km persegi dan kedalamannya 12.000-14.000 meter. Cekungan

Kutai mempunyai potensi sumber daya energi yang cukup besar, berupa minyak,

gas bumi dan juga batubara. Courteney dkk., 1991 dan Pertamina BPPKA (1997)

menyebutkan bahwa Cekungan Kutai merupakan cekungan Tersier penghasil

minyak dan gas terbesar kedua di Indonesia setelah Cekungan Sumatera tengah,

yaitu dengan cadangan terbukti lebih dari 11 BBOE (billion barrel oil equivalent).

Dalam dunia geofisika sendiri terdapat beberapa metode yang bisa di

gunakan dalam hal pemanfaatan di bidang Oil and Gas. Salah satu contoh nya

adalah metode Magnetotelurik. Metode ini digunakan dalam penelitian ini

dikarenakan keterbatasan penetrasi kedalaman oleh Metode Seismik yang

disebabkan oleh batugamping yang sangat tebal sebagai low velocity layer

sehingga sulit bagi gelombang mekanik untuk menembus lapisan tersebut. Metode

ini memanfaatkan penjalaran gelombang elektromagnetik dengan penetrasi

kedalaman yang tinggi sehingga mampu merepresentasikan kondisi bawah

permukaan khususnya Organic Shale pada Cekungan Kutai berdasarkan nilai

tahanan jenisnya. Metode magnetotelurik efektif untuk mendeliniasi lapisan yang

konduktif dibandingkan untuk mengidentifikasi lapisan yang resistif (Wameyo,

2005). Dengan diperolehnya kontras nilai tahanan jenis, keberadaan Organic

Shale akan dapat dimodelkan dengan baik.

Page 23: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

3

1.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah untuk penelitian yang akan dilaksanakan adalah

bagaimana cara melakukan pengolahan dan interpretasi data MT dengan

Menggunakan Parameter Rho Variance Processing pada daerah Penelitian

untuk menghasilkan model, kemudian melakukan identifikasi bawah

permukaan dengan data gaya berat Bedasarkan Informasi Geologi pada

Daerah tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mendapatkan model penampang 2D untuk menggambarkan kondisi Bawah

Permukaan sesuai dengan prosedur pengolahan yang dilakukan.

2. Melakukan analisis terhadap kontras nilai resistivitas untuk identifikasi

Petroleum System pada Daerah Penelitian menggunakan metode

Magnetotelluric.

3. Mengidentifikasi penyebaran nilai densitas batuan pada pemodelan 2D data

Gravity berdasarkan informasi geologi.

4. Mengidentifikasi struktur bawah permukaan dengan menggunakan

Pengolahan data Gravity.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam Penelitian ini adalah melakukan pengolahan data

Magnetotelluric dengan menggunakan parameter “Rho Variance Processing”

yang kemudian di dapat nilai rata-rata Coherency > 75%.

Page 24: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional

Salah satu cekungan yang ada di Indonesia adalah Cekungan Kutai. Pada

Cekungan Kutai menutupi daerah seluas ±60.000 km2 danendapan yang

terkandung berumur Tersier dengan ketebelan mencapai 14 km(Rose dan

Hartono, 1971 op.cit.Mora dkk.,2001). Cekungan ini merupakan cekungan

terbesar dan terdalam di Indonesia Bagian Timur.

Gambar 1. Geologi Regional Cekungan Kutai

Page 25: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

5

Dibagian timur paparan sunda Cekungan Kutai terletak di tepi bagian timur,

akibat dari gaya ekstensi di bagian selatan Lempeng Eurasia(Howes, 1977 op.cit.

Allen & Chambers, 1998).

Tinggian batuan dasar yang terjadi pada Oligosen (Chambers dan Moss, 2000),

yaitu Tinggian Mangkalihat dan Sesar Sangkulirang yang memisahkannya dengan

Cekungan Tarakan. Delta Mahakam yang terbuka ke Selat Makasar terletak

dibagian timur. Di bagian barat, cekungan dibatasi oleh daerah Tinggian Kuching

(Central Kalimantan Ranges) yang berumur Kapur (Chambers dan Moss, 2000).

Di bagian tenggara cekungan ini, terdapat Paparan Paternoster yang dipisahkan

oleh gugusan Pegunungan Meratus. Di bagian selatan cekungan ini, dijumpai

Cekungan Barito yang dipisahkan oleh Sesar Adang.

2.2 Tektonik Cekungan Kutai

Struktur tektonik yang berkembang pada Cekungan Kutai berarah timur laut-

barat daya (NE-SW) yang dibentuk oleh Antiklinorium Samarinda, yang berada di

bagian timur – tenggara cekungan (Supriatna dkk., 1995). Antiklinorium

Samarinda tersebut memiliki karakteristik terlipat kuat, antiklin asimetris dan

dibatasi oleh sinklin-sinklin yang terisi oleh sedimen silisiklastik Miosen (Satyana

dkk., 1999) Teori mengenai asal terbentuknya struktur-struktur pada Cekungan

Kutai masih dalam perdebatan. Beberapa peneliti mengajukan teori seperti

Vertical diapirism, gravitational gliding oleh Rose dan Hartono, 1978 op.cit. Ott

1987; Inversion trough regional wrenching oleh Biantoro dkk., 1992; Micro-

continental collision, detachment folding above overpressured sediments oleh

Chambers dan Daley, 1992.

Page 26: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

6

Gambar 2. Struktur Geologi Cekungan Kutai

(Allen dan Chambers, 1998)

Pulau Kalimantan merupakan tempat terjadinya kolisi dengan mikrokontinen,

busur kepulauan, penjebakan lempeng oceanic dan intrusi granit, membentuk

batuan menjadi dasar Cekungan Kutai selama Kapur Tengah sampai Eosen Awal

(Moss, 1998 op.cit Chambers & Moss, 2000). Pada Eosen Tengah, Cekungan

Kutai terbentuk oleh proses pemekaran yang melibatkan pemekaran selat Makasar

bagian utara dan Laut Sulawesi (Chambers & Moss, 2000). Pada Eosen Akhir,

sejumlah half graben terbentuk sebagai respon dari terjadinya fasa ekstensi

regional. Fasa ini terlihat juga di tempat lain, yaitu berupa pembentukan laut dan

Selat Makasar. Half graben ini terisi dengan cepat oleh endapan syn-rift pada

Eosen Tengah-Eosen Akhir dengan variasi dari beberapa fasies litologi. Tektonik

inversi terjadi pada Miosen Awal, menyebabkan pengangkatan pada pusat

cekungan yang terbentuk selama Eosen dan Oligosen.

Page 27: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

7

Sehingga cekungan mengalami pendangkalan (Allen dan Chambers, 1998).

Inversi berlanjut dan mempengaruhi cekungan selama Miosen Tengah dan

Pliosen. Inversi tersebut mempengaruhi daerah yang terletak di bagian timur

Cekungan Kutai, sehingga mempercepat proses progradasi delta (Allen dan

Chambers, 1998).

2.3 Stratigrafi Cekungan Kutai

Menurut Allen dan Chambers (1998), Cekungan Kutai tersusun atas endapan-

endapan sedimen berumur Tersier yang memperlihatkan endapan fase transgresi

dan regresi laut, yaitu: 1) Fase Transgresi Paleogen Fasa sedimentasi Paleogen

dimulai ketika terjadi fasa tektonik ekstensional dan pengisian rift pada kala

Eosen. Pada masa ini, Cekungan Barito, Kutai, dan Tarakan merupakan zona

subsidence yang saling terhubungkan (Chambers & Moss, 2000), kemudian

sedimentasi Paleogen mencapai puncak pada fasa pengisian pada saat cekungan

tidak mengalami pergerakan yang signifikan, sehingga mengendapkan serpih laut

dalam secara regional dan batuan karbonat pada Oligosen Akhir. 2) Fase Regresi

Neogen Fase ini dimulai pada Miosen Awal hingga sekarang, yang menghasilkan

progradasi delta (deltaic progradation) yang masih berlanjut hingga sekarang.

Sedimen regresi ini terdiri dari lapisan-lapisan sedimen klastik delta hingga laut

dangkal dengan progradasi dari barat kearah timur dan banyak dijumpai lapisan

batubara (lignite). Berdasarkan Peta Geologi Lembar Samarinda (Supriatna dkk.,

1995, stratigrafi Cekungan Kutai dibagi menjadi (dari tua ke muda): Formasi

Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan, Formasi

Kampung Baru (gambar 2.3)

Page 28: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

8

• Formasi Pamaluan

Batupasir kuarsa dengan Sisipan Batulempung, Serpih, Batugamping dan

Batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir Kuarsa merupakan batuan utama,

kelabu kehitaman – kecoklatan, berbutir halus – sedang, terpilah baik, butiran

membulat – membulat tanggung, padat, karbonan dan gampingan. Setempat

dijumpai struktur sedimen silang siur dan perlapisan sejajar. Tebal lapisan antara

1-2 m. Batulempung dengan ketebalan rata-rata 45 cm. Serpih, kelabu

kehitaman - kelabu tua, padat, dengan ketebalan sisipan antara 10 – 20 cm.

Batugamping berwarna kelabu, pejal, berbutir sedang-kasar, setempat berlapis

dan mengandung foraminifera besar. Batulanau berwarna kelabu tua-kehitaman.

Tebal Formasi lebih kurang 2000 m

• Formasi Bebuluh

Batugamping Terumbu dengan Sisipan Batugamping Pasiran dan Serpih.

Batugamping berwarna kelabu, padat, mengandung foraminifera besar, berbutir

sedang. Setempat batugamping menghablur, terkekar tak beraturan. Serpih,

kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman.

Tebal formasi sekitar 300 m diendapkan selaras dibawah Formasi Pulau

Balang.

• Formasi Pulau Balang

Perselingan Batupasir Greywacke dan Batupasir Kuarsa Sisipan

Batugamping, Batulempung, Batubara dan Tuf Dasit. Batupasir Greywacke

berwarna kelabu kehijauan , padat, tebal lapisan antara 50 – 100 cm. Batupasir

Kuarsa berwarna kelabu kemerahan, setempat tufan dan gampingan, tebal

lapisan antara 15 -60 cm.

Page 29: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

9

Batugamping berwarna coklat muda kekuningan, mengandung foraminifera besar.

Batugamping ini terdapat sebagai sisipan atau lensa dalam Batupasir Kuarsa,

ketebalan lapisan 10 - 40 cm. Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2

cm. Setempat berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa

dasit, putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.

• Formasi Balikpapan

Perselingan Batupasir dan Batulempung Sisipan Batulanau, Serpih,

Batugamping dan Batubara. Batupasir Kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan 1

– 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 5 – 10 cm. Batupasir Gampingan, coklat,

berstruktur sedimen lapisan sejajar dan silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm,

mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan tipis karbon. Batulempung,

kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang

mengisi rekahan-rekahan, setempat mengandung lensa batupasir gampingan.

Batulanau Gampingan, berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis.

Batugamping Pasiran, mengandung foraminifera besar, moluska, menunjukkan

umur Miosen Akhir bagian bawah - Miosen Tengah bagian atas, tebal formasi

1000 – 1500 m.

• Formasi Kampung Baru

Batupasir Kuarsa dengan Sisipan Batulempung, Serpih, Batulanau dan

Lignit, pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir kuarsa, putih setempat

kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat mengandung

lapisan tipis uksida besi atau kongkresi, tufan atau lanauan, dan sisipan batupasir

konglomeratan atau konglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih

merah dan lempung, diameter 0,5 – 1 cm, mudah lepas.

Page 30: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

10

Batulempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, kepingan

batubara, koral. Batulanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi. Lignit, tebal 1 – 2

m. Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak selaras terhadap Formasi

Balikpapan.

• Aluvium Kerikil,

Pasir dan lumpur diendapkan pada ingkungan sungai, rawa, delta, dan

pantai.

Page 31: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

11

Gambar 3. Kolom Stratigrafi Regional

(Satyana dkk., 1995)

Page 32: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

12

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Metode Magnetotelluric

Salah satu metode yang menggunakan medan EM alam adalah Metode

Magnetotelluric. Metode ini merupakan eksplorasi pasif yang memanfaatkan

gelombang elektromagnetik alami yang ada di ionosfer yang kemudian akan

berinteraksi dengan medium konduktor (bumi) yang mempunyai respon nilai

resistivitas yang bervariasi (Tri, 2011). Respon nilai resistivitas yang bervariasi

ini yang nantinya dapat menggambarkan bagaimana kondisi batuan di bawah

permukaan bumi.

Metode MT dapat menggambarkan kondisi struktur batuan di bawah

permukaan hingga kedalaman ratusan kilometer. Hal ini disebabkan karena

metode MT menggunakan sumber sinyal dengan nilai frekuensi yang sangat kecil

sehingga kemampuan gelombang untuk melakukan penetrasi menjadi lebih tinggi

untuk mencapai kedalaman tertentu (Tri, 2011).

3.2 Prinsip Dasar Metode Magnetotelluric

Metode Magnetotelluric merupakan salah satu metode geofisika yang

memanfaatkan variasi medan elektromagnetik yang terdapat pada permukaan

bumi. Variasi medan tersebut berasal dari batuan-batuan di bawah permukaan

bumi yang terinduksi oleh medan elektromagnetik yang terdapat pada atmosfer

bumi (Tri, 2011).

Page 33: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

13

Medan elektromagnetik di permukaan bumi diukur menggunakan alat akuisisi

data magnetollurik. Variasi medan elektromagnetik yang terukur nantinya

diterjemahkan menjadi nilai resistivitas yang kemudian dimodelkan baik secara

vertikal maupun lateral. Dari model tersebut dapat diprediksi jenis-jenis dan

susunan batuan yang terdapat di bawah permukaan bumi. Medan EM tersebut

ditimbulkan oleh berbagai proses fisik yang cukup kompleks, sehingga spektrum

frekuensinya sangat lebar (10-4 – 103Hz) (Tri, 2011).

Pada frekuensi yang cukup rendah (kurang dari 1Hz), solar wind yang

mengandung partikel-partikel bermuatan listrik berinteraksi dengan medan

magnet permanen bumi sehingga menyebabkan variasi medan EM. Variasi pada

jangka frekuensi audio (audio frequency band, di atas 1Hz) terutama disebabkan

oleh aktivitas meteorologis berupa petir. Petir yang terjadi di suatu tempat

menimbulkan gelombang EM yang terperangkap antara ionosfer dan bumi (wave

guide) dan menjalar mengitari bumi (Sumintadireja, 2005).

3.3 Sumber Sinyal Metode Magnetotelluric

Metode MT memperoleh data dari frekuensi <10 Hz (merekam 1 sounding

8-12 jam) (Sumintadireja, 2005). Berdasarkan frekuensinya sumber medan

elektromagnetik alami bumi dibagi 2, yaitu :

a. Frekuensi rendah (f < 1Hz). Medan elektromagnetik yang termasuk pada

frekuensi rendah ini berasal dari interaksi antara solar wind dengan medan

magnet bumi di lapisan ionosfer.

b. Frekuensi tinggi (f > 1Hz). Medan elektromagnetik yang termasuk pada

frekuensi tinggi ini berasal dari aktivitas badai petir dan transmisi gelombang

Page 34: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

14

c. radio pada lapisan atmosfer. Signal petir oleh cahaya dikenal sebagai

sferics dan mencakup rentang frekuensi elektromagnetik. Sferic menjalar dalam

wave guide sebagai gelombang listrik transversal (TE), magnetic transversal

(TM), atau (TEM) gelombang listrik dan magnetic transversal (Zarkasyi, dkk,

2013). Gambar 4 merupakan sumber gelombang MT yang telah diuraikan pada

penjelasan di atas.

Gambar 4. Sumber gelombang (Zarkasyi, dkk., 2013)

3.4 Persamaan Maxwell

Persamaan Maxwell merupakan sintesa hasil-hasil eksperimen (empiris)

mengenai fenomena listrik − magnet yang didapatkan oleh Faraday, Ampere,

Gauss, Coulomb disamping yang dilakukan oleh Maxwell sendiri. Persamaan

Maxwell dalam domain frekuensi dapat dituliskan sebagai berikut:

(1a)

(1b)

(1c)

(1d)

Page 35: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

15

Dimana : medan listrik (Volt/m)

: fluks atau induksi magnetik (Weber/m² atau Tesla)

: medan magnet (Ampere/m)

: rapat arus (Ampere/m²)

: perpindahan listrik (Coloumb/m²)

: rapat muatan listrik (Coloumb/m³)

Persamaan (1a) diturunkan dari hukum Faraday yang menyatakan bahwa

perubahan fluks magnetik menyebabkan medan listrik dengan gaya gerak listrik

berlawanan dengan variasi fluks magnetik yang menyebabkannya. Persamaan

(1b) merupakan generalisasi teorema Ampere dengan memperhitungkan hukum

kekekalan muatan. Persamaan tersebut menyatakan bahwa medan magnet timbul

akibat fluks total arus listrik yang disebabkan oleh arus konduksi dan arus

perpindahan. Persamaan (1c) menyatakan hukum Gauss yaitu fluks elektrik pada

suatu ruang sebanding dengan muatan total yang ada dalam ruang tersebut.

Sedangkan persamaan (1d) yang identik dengan persamaan (1c) berlaku untuk

medan magnet, namun dalam hal ini tidak ada monopol magnetik.

Hubungan antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada medium

dinyatakan oleh persamaan berikut;

(2a)

(2b)

(2c)

Page 36: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

16

Dimana : permeabilitas magnetik (Henry/m)

: permitivitas listrik (Farad/m)

: konduktivitas (Ωm -1 atau Siemens)

: tahanan jenis (Ωm)

Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak

bervariasi terhadap waktu dan posisi (homogen isotropik). Dengan demikian

akumulasi muatan seperti dinyatakan pada persamaan (1c) tidak terjadi dan

persamaan Maxwell dapat dituliskan kembali sebagai berikut:

(3a)

(3b)

(3c)

(3d)

Tampak bahwa dalam persamaan Maxwell yang dinyatakan oleh persamaan (3)

hanya terdapat dua variabel yaitu medan listrik E dan medan magnet H.

Dengan operasi curl terhadap persamaan (3a) dan (3b) serta mensubstitusikan

besaran-besaran yang telah diketahui pada persamaan (3) akan kita peroleh

pemisahan variabel E dan H sehingga,

(4a)

(4b)

Dengan memperhatikan identitas vektor ∇ × ∇ × = ∇∇. x − ∇²x dimana x

adalah E atau H, serta hubungan yang dinyatakan oleh persamaan (3c) dan

(3d),

Page 37: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

17

maka kita dapatkan persamaan gelombang (persamaan Helmholtz) untuk medan

listrik dan medan magnet sebagai berikut (Jones, 1983).

(5a)

(5b)

3.5 Metode Pengukuran MT

Dalam metode pengukuran MT, terdapat dua metode pengukuran yang

dapat membantu dalam proses pemodelan atau interpretasi tahap awal, yaitu

TE (Transverse Electric) mode dan TM (Transverse Magnetic) mode.

Mode TE menunjukkan pada bidang arah sumbu y dan z hanya komponen

magnetiknya saja, sedangkan komponen medan listrik sejajar dengan arah

struktur utama (Unsworth, 2008). Mode TE dapat dilihat pada Gambar 5

Gambar 5. Mode TE (Transverse Electric) (Unsworth, 2008)

Mode TM menunjukkan pada bidang arah sumbu y dan z hanya komponen

medan listrik saja sedangkan komponen medan magnet sejajar dengan arah

struktur utama (Unsworth, 2008). Mode TM dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 38: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

18

Gambar 6. Mode TM (Transverse Magnetic) (Unsworth, 2008)

3.6 Metode Gaya Berat

Metode Gaya Berat (Gravity) adalah salah satu metode geofisika yang

didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan

di permukaan bumi, di kapal maupun di udara. Dalam metode ini yang

dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di

bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah

perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi

lainnya. Metode gravitasi umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan

minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam

eksplorasi mineral dan lainnya.

Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat

massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian

struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur

bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi

baik minyak maupun mineral lainnya. Untuk menggunakan metode ini

dibutuhkan minimal dua alat gravitasi, alat gravitasi yang pertama berada di

base sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pasang surut gravitasi, alat

Page 39: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

19

yang kedua dibawa pergi ke setiap titik pada stasiun mencatat perubahan

gravitasi yang ada. (Talwani, 1969)

3.7 Forward Modeling

Forward modeling (pemodelan ke depan) adalah suatu metode interpretasi

yang memperkirakan densitas bawah permukaan dengan membuat terlebih dahulu

benda geologi bawah permukaan. Kalkulasi anomali dari model yang dibuat

kemudian dibandingkan dengan anomali Bouger yang telah diperoleh dari survey

gayaberat. Prinsip umum pemodelan ini adalah meminimumkan selisih anomali

pengamatan untuk mengurangi ambiguitas. Yang dimaksud benda dua dimensi di

sini adalah benda tiga dimensi yang mempunyai penampang yang sama dimana

saja sepanjang tak berhinggga pada satu koordinatnya. Pada beberapa kasus, pola

kontur anomali bouger adalah bentuk berjajar yang mengidentifikasi bahwa

penyebab anomali tersebut adalah benda yang memanjang. Pemodelan

dinyatakan dalam bentuk dua dimensi karena efek gravitasi dua dimensi dapat

ditampilkan dalam bentuk profil tunggal (Talwani, 1969)

Gambar 7. Forward Modelling (Grandis, 2008)

Page 40: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

20

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian : Pusat Survey Geologi, Bandung

Waktu penelitian :

NO

KEGIATAN

JANUARI

2018

JULI 2018

JUNI 2018

SEPTEMBER

2018

OKTOBER

2018

1.

Penyusunan

Proposal

2.

Pelaksanaan Tugas Akhir

3.

Seminar Proposal

4.

Seminar Hasil

5.

Ujian Skripsi

4.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Personal Computer.

Gambar 8. Personal Computer

Page 41: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

21

2. Software SSMT 2000

Gambar 8.2Software SSMT 2000

3. Software MT Editor

Gambar 8.3 Software MT Editor

4. Software Winglink

Gambar 8.4 Software WinGlink

Page 42: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

22

5. Data Pengukuran

Gambar 8.5 Data Pengukuran

6. Software Oasis Montaj

Gambar 8.6 Software Oasis Montaj

Page 43: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

23

1.3 Diagram Alir

Diagram alir pada proses penelitian ini pada gambar seperti berikut :

Gambar 9. Diagram Alir Penelitian

Page 44: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

68

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat pada selama proses penelitian ini dari tahap

awal sampai tahap akhir adalah sebagai berikut :

1. Hasil coherency pada pengolahan data MT menggunakan parameter Rho

Variance Processing sebesar >75%, dengan kata lain parameter ini

digunakan karna data di anggap baik.

2. Hasil pemodelan penampang bawah permukaan 2D pada data

Magnetotelluric memiliki kedalaman 0 – 18.000 meter dengan persebaran

nilai resistivitas dari 1 – 1000 ohm.m

3. Terdapat 3 zona resistivitas pada penampang hasil inversi 1D dan 2D,

yaitu zona pertama merupakan zona resistivitas rendah (1-10 Ωm), zona

kedua yaitu zona resistivitas sedang (16-158) Ωm, dan zona ketiga

merupakan zona resistivitas tinggi (200-1000 Ωm).

4. Terdapat 3 zona Lapisan pada pemodelan 2D Magnetotelluric yang di

intrepretasikan sebagai Caprock, Reservoar¸ Source Rock dan Basement

sebagai Petroleum System daerah penelitian.

5. Daerah penelitian memiliki rentang Anomali Bouger 15.9 sampai 26.6

Anomali rendah yang ditunjukkan dengan warna biru tua sampai biru

muda yang memiliki nilai densitas 15.9 sampai 17.3 mGal tersebar pada

bagian Barat, Barat Laut dan Barat Daya, Kemudian pada Anomali sedang

ditunjukkan dengan warna hijau sampai orange yang memiliki nilai

densitas 22 sampai 40 mGal yang tersebar di bagian tengah peta yang

berarah Selatan hingga Barat Daya. Dan Anomali tinggi di tandai dengan

Page 45: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

69

warna merah ke merah muda dengan sebaran nilai densitas antara 41

sampai 55 mGal didominasi pada bagian tengah sampai berarah ke bagian

Selatan, Timur Laut dan Tenggara.

6. Dari Analysis Spectrum diperoleh rata-rata Kedalaman Anomali Regional

sebesar 10.99 KM dan Kedalaman Anomali Residual sebesar 0.72 KM.

7. Bedasarkan hasil Analysis Derevative dengan menggunakan SVD (Second

Vertical Derevatice) terdapat 2 patahan di Lintasan 1 dan Lintasan 2 pada

daerah Penelitian.

Page 46: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

70

B. Saran

Adapun saran yang diberikan penulis pada penelitian ini adalah pentingnya

pendalaman pada pengolahan data gravity kedepan nya sehingga hasil peng

interpretasian yang di dapat lebih optimal dengan penguat data ikat yaitu data

Magnetotelluric.

Page 47: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

71

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.P., Chambers, John L.C. 1998. Sedimentation of The Modern and Miocene Mahakam Delta. Indonesian Petroleum Assosiation, Jakarta.

Blakely, R. J. 1996. Potensial Theory in Gravity and Magnetic Applications.

Cambridge: Cambridge University Press.

Cagniard, L., 1953. Basic Theory of The Magneto-Telluric Method of Geophysical Prospecting. Geophysics. 18, 605–635.

Chambers, John L.C., Moss, Steve J. 2000. Depositional Modeling and Facies

Architecture of Rift and Inversion Episodes in The Kutai Basin, Kalimantan Indonesia. Proceeding of the Fourth Annual Convention, XXVII, Indonesian

Petroleum Association, 467-486, Jakarta.

Elkins, T.A. 1951. The Second Derivative Method of Gravity Interpretation.

Geophysics, v.23, h.97-127.

Grandis, H. 2009. Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika. Himpunan Ahli

Geofisika Indonesia: Jakarta.

Jones, A.G., 1983, On the Equivalence of the ”Niblett” and ”Bostick”

Transformation in the Magnetotelluric Method, J. Geophys, 53, 72-73.

Octonovrilya, L. 2009. Analisa Perbandingan Anomaly Gravitasi dengan

persebaran intrusi air asin (Studi kasus Jakarta 2006-2007). Jurnal

Meteorologi dan Geofisika Vol.10 No.1 : AMG.

Naidu, G. Dhanunjaya. 2012. Deep Crustal Structure of the Son-Narmada-Tapti Lineament, Central India. Springer Theses. 14-16

Rock, N.M.S., 1983, Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping, Sumatera, Skala 1:

250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Satyana, A.H., Nugroho, D., Surontoko, I., 1999, Tectonic Controls On The

Hydrocarbon Habitats Of The Barito, Kutai And Tarakan Basin, EastnKalimantan, Indonesia, Journal Of Asian Earth Sciences Special Issue

Volume 17, hal 99 – 122.

Sugiyo, W.S., Gaffar, E.Z., dan Sudrajat, Y., 2013, Pemodelan Resistivitas Bawah Permukaan Berdasarkan Metode Magnetotelluric, Jurnal Fisika,Vol 3 No 2.

Sumintadireja, P., 2005, Vulkanologi dan Geotermal, Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.

Page 48: IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAI …digilib.unila.ac.id/33729/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT (Skripsi) Oleh KEMENTRIAN

72

Supriyanto. 2007. Analisis Data Geofisika :Memahami teori Inversi. Department

Fisika FMIPA UI :Depok.

Talwani, M., J.L., Worzel dan Landisman, M. 1969. Rapid Gravity Computations for

Two-Dimensional Bodies with Aplication to the Mendocino Submaarine Fracture

Zone. Journal of Geophysical Reasearch: Vol.64 No.1

Tri, V., 2011, Metode Magnetotelluric (MT) Untuk Eksplorasi Panas Bumi Daerah

Lili, Sulawesi Barat Dengan Data Pendukung Metode Gravitasi, Skripsi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

Unsworth, 2008, Lecture Notes. Geophysic 424.

Zarkasyi, A., Supriyadi, Y., dan Widodo, S., 2013, Survei Magnetotelluric (MT) Daerah Panas Bumi Sumani, Provinsi Sumatera Barat, Badan Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi.