cekungan sumteng

11
Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. 9 BAB II GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA TENGAH DAN GEOLOGI KOTABATAK 2.1 GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA TENGAH Secara fisiografi, daerah penelitian berada pada Cekungan Sumatera Tengah. Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur belakang yang berkembang di sepanjang tepi barat dan selatan Paparan Sunda terletak di baratdaya Asia Tenggara. Cekungan ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Samudera Hindia yang menunjam ke bawah Lempeng Benua Eurasia diawal Tersier (Eosen-Oligosen) dan merupakan seri dari struktur setengah graben yang terpisah oleh blok horst. Cekungan ini berbentuk asimetris berarah baratlaut-tenggara. Bagian yang terdalam terletak pada bagian baratdaya dan melandai ke arah timurlaut. Pada beberapa bagian setengah graben ini diisi oleh sedimen klastik non-marine dan sedimen danau (Eubank dan Makki, 1981; dalam Heidrick dan Aulia, 1993). Cekungan ini terbentuk akibat posisi tumbukan yang menyudut dengan arah N60ºE antara lempeng benua Eurasia dengan lempeng samudera Hindia di Sumatra selama Miosen. Geometri dari cekungan ini berbentuk asimetri dengan bagian terdalamnya berada di baratdaya yang semakin melandai ke arah timurlaut. Produk lain yang dihasilkan oleh interaksi kedua lempeng ini adalah unit fisiografi sejajar yang berarah barat laut, berupa busur kepulauan di sepanjang muka pantai baratdaya Sumatera, Cekungan Muka Busur Nias, Busur Volkanik Barisan, cekungan belakang busur, dan Zona Sesar Sumatera atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sesar Semangko.Unit fisiografi dengan arah barat laut ini merupakan fenomena pada zaman Kenozoikum Akhir yang menghasilkan Busur Asahan dengan arah timurlaut (NNE), Tinggian Lampung dan Tinggian Tigapuluh yang berarah timur-timurlaut (ENE). Busur dan tinggian ini bergabung secara efketif membagi daratan Sumatera menjadi Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sumatera Tengah, dan Cekungan Sumatera Selatan (gambar 2.1). Cekungan Sumatera Tengah di sebelah baratdaya dibatasi oleh uplift Bukit Barisan, di sebelah barat laut oleh Busur Asahan, di sebelah tenggara dibatasi oleh Tinggian Tigapuluh, dan di sebelah timurlaut oleh Kraton Sunda.

Upload: francisca-putri-b

Post on 02-Feb-2016

251 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Cekungan Sumatera Tengah

TRANSCRIPT

Page 1: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

9

BAB II

GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA TENGAH

DAN GEOLOGI KOTABATAK

2.1 GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATERA TENGAH

Secara fisiografi, daerah penelitian berada pada Cekungan Sumatera Tengah.

Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur belakang yang berkembang

di sepanjang tepi barat dan selatan Paparan Sunda terletak di baratdaya Asia

Tenggara. Cekungan ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Samudera Hindia yang

menunjam ke bawah Lempeng Benua Eurasia diawal Tersier (Eosen-Oligosen) dan

merupakan seri dari struktur setengah graben yang terpisah oleh blok horst. Cekungan

ini berbentuk asimetris berarah baratlaut-tenggara. Bagian yang terdalam terletak pada

bagian baratdaya dan melandai ke arah timurlaut. Pada beberapa bagian setengah

graben ini diisi oleh sedimen klastik non-marine dan sedimen danau (Eubank dan

Makki, 1981; dalam Heidrick dan Aulia, 1993).

Cekungan ini terbentuk akibat posisi tumbukan yang menyudut dengan arah

N60ºE antara lempeng benua Eurasia dengan lempeng samudera Hindia di Sumatra

selama Miosen. Geometri dari cekungan ini berbentuk asimetri dengan bagian

terdalamnya berada di baratdaya yang semakin melandai ke arah timurlaut. Produk

lain yang dihasilkan oleh interaksi kedua lempeng ini adalah unit fisiografi sejajar

yang berarah barat laut, berupa busur kepulauan di sepanjang muka pantai baratdaya

Sumatera, Cekungan Muka Busur Nias, Busur Volkanik Barisan, cekungan belakang

busur, dan Zona Sesar Sumatera atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sesar

Semangko.Unit fisiografi dengan arah barat laut ini merupakan fenomena pada zaman

Kenozoikum Akhir yang menghasilkan Busur Asahan dengan arah timurlaut (NNE),

Tinggian Lampung dan Tinggian Tigapuluh yang berarah timur-timurlaut (ENE).

Busur dan tinggian ini bergabung secara efketif membagi daratan Sumatera menjadi

Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sumatera Tengah, dan Cekungan Sumatera

Selatan (gambar 2.1). Cekungan Sumatera Tengah di sebelah baratdaya dibatasi oleh

uplift Bukit Barisan, di sebelah barat laut oleh Busur Asahan, di sebelah tenggara

dibatasi oleh Tinggian Tigapuluh, dan di sebelah timurlaut oleh Kraton Sunda.

Page 2: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

10

2.1.1 Stratigrafi Regional

Batuan dasar yang berfungsi sebagai landas Cekungan Sumatra Tengah dapat

dibagi menjadi tiga kelompok batuan, yaitu Mallaca Terrane, Mutus Assemblage, dan

Greywacke Terrane (Eubank dan Makki, 1981 dalam Heidrick dan Aulia, 1993).

Secara tidak selaras di atas batuan dasar diendapkan suksesi batuan-batuan sedimen

Tertier. Eubank dan Makki, 1981 dalam Heidrick dan Aulia, 1993, membagi

stratigrafi Tertier di Cekungan Sumatra Tengah menjadi 5 (lima) unit stratigrafi, dari

yang tua ke muda sebagai berikut :

1. Formasi Menggala

Formasi ini diperkirakan berumur Miosen Awal (N4) yang diendapkan secara

tidak selaras di atas kelompok Pematang. Litologinya tersusun atas batupasir halus-

kasar yang bersifat konglomeratan. Lingkungan pengendapannya berupa braided

river-non marine dengan ketebalan mencapai 1800 kaki.

2. Formasi Bangko

Formasi ini berumur Miosen Awal (N5) yang diendapkan selaras di atas

Formasi Menggala. Litologinya berupa serpih abu-abu yang bersifat gampingan

berseling dengan batupasir halus-sedang. Formasi ini diendapkan pada lingkungan

estuarin dengan ketebalan mencapai 300 kaki.

3. Formasi Bekasap

Formasi ini berumur Miosen Awal (N6) yang diendapkan selaras di atas

Formasi Bangko. Litologinya berupa batupasir dengan kandungan glaukonit di bagian

atasnya serta sisipan serpih, batugamping tipis dan lapisan batubara. Formasi ini

diendapkan pada lingkungan estuarine, intertidal, inner-outer neritic dengan

ketebalan sekitar 1300 kaki.

4. Formasi Duri

Formasi ini berumur Miosen Awal (N7–N8) yang diendapkan selaras di atas

Formasi Bekasap. Litologinya berupa batupasir berukuran halus-sedang berseling

dengan serpih dan sedikit batugamping. Lingkungan pengendapannya adalah barrier

bar complex dan delta front dengan ketebalan mencapai 900 kaki.

Page 3: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

11

5. Formasi Telisa

Pada Formasi Telisa ini terlihat periode penggenangan maksimum di Sumatera

Tengah yang terjadi pada Miosen Awal sehingga formasi ini dapat menjadi batuan

penutup regional yang sangat baik bagi Kelompok Sihapas. Tebal dari formasi ini

lebih dari 9000 kaki. Formasi Telisa berumur Miosen Awal - Miosen Tengah.

Gambar 2.1. Kolom Stratigrafi Cekungan Sumatra Tengah

(Yarmanto dan Aulia, 1988)

2.1.2 Struktur Geologi Regional

Cekungan Sumatra Tengah ini mempunyai dua arah struktur utama, yaitu yang

lebih tua berarah cenderung ke Utara (NNW – SSE) dan yang lebih muda berarah

Baratlaut (NW – SW). Sistem patahan blok yang terutama berarah Utara – Selatan,

membentuk suatu seri horst dan graben, yang mengontrol pola pengendapan sedimen

Tersier Bawah, terutama batuan – batuan yang berumur Paleogen (Heidrick dan

Aulia, 1993) (gambar 2.3).

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA TENGAH

Page 4: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

12

Struktur yang berarah ke Utara berasosiasi dengan orientasi Pre-Tersier yang

ditemukan di Semenanjung Malaysia. Ini adalah struktur yang mempengaruhi arah

pengendapan batuan berumur Paleogen. Struktur yang berarah Baratlaut, yang

berumur lebih muda dari struktur Tersier, mengontrol susunan struktur saat ini.

Keduanya mempengaruhi pengendapan sedimen Tersier, pertumbuhan struktur

Tersier dan sesar berikutnya. Bentuk struktur yang saat ini ada di Cekungan Sumatra

Tengah dan Sumatera Selatan merupakan hasil sekurang – kurangnya tiga fase

tektonik utama yang terpisah, yaitu orogenesa Mesozoikum Tengah, tektonik Kapur

Akhir - Tersier Awal dan Orogenesa PlioPleistosene Heidrick dan Aulia (1993)

membagi tatanan tektonik Tersier di Cekungan Sumatra Tengah dalam tiga episode

tektonik (Gambar 3), yaitu :

1. F1 (50-26) Ma

Episode tektonik F1 berlangsung pada kala Eo-Oligocene (50-26) Ma. Akibat

tumbukan lempeng Hindia terhadap Asia Tenggara pada sekitar 45 Ma terbentuk

suatu sistem rekahan trans-tensional yang memanjang kearah selatan dari Cina

bagian Selatan ke Thailand dan ke Malaysia hingga Sumatra dan Kalimantan

Selatan (Heidrick dan Aulia, 1993). Perekahan ini menyebabkan terbentuknya

serangkaian half graben di Cekungan Sumatra Tengah. Half Graben ini kemudian

menjadi danau tempat diendapkannya sedimen – sedimen dari Kelompok

Pematang.

Pada akhir episode F1 terjadi peralihan dari perekahan menjadi penurunan

cekungan ditandai oleh pembalikan struktur yang lemah, denudasi dan

pembentukan dataran peneplain. Hasil dari erosi tersebut berupa paleosoil yang

diendapkan di atas Formasi Upper Red Bed.

2. F2 (26-13) Ma

Episode tektonik F2 (26-13) Ma berlangsung pada Early Miocene – Middle

Miocene. Pada awal dari episode ini atau akhir episode F1 terbentuk sesar geser

kanan yang berarah Utara – Selatan. Dalam episode ini Cekungan Sumatra

Tengah mengalami transgresi dan sedimen – sedimen dari Kelompok Sihapas

diendapkan.

3. F3 (13 – recent).

Episode tektonik F3 (13-recent) terjadi pada Akhir Miosen sampai Resen, disebut

juga fasa kompresi. Gejala tektonik F3 bersaman dengan sea floor spreading Laut

Page 5: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

13

Andaman, pengangkatan regional, terbentuknya jalur pengunungan vulkanik. Pada

fasa ini terbentuk ketidakselarasan regional dan diendapkan Formasi Petani dan

Minas tidakselaras di atas Kelompok Sihapa

Gambar 2.2. Tatanan Struktur Geologi Regional Sumatra

(Yarmanto dan Aulia, 1988)

2.1.3 Tektonostratigrafi Cekungan Sumatera Tengah

Sejarah stratigrafi di Cekungan Sumatra Tengah sangat dipengaruhi oleh

sejarah tektoniknya. Oleh karena itu pembahasan mengenai stratigrafi Cekungan

Sumatra Tengah tidak lepas dalam kerangka tektonostratigrafi. Proses tektonik

merupakan faktor pengontrol utama pengendapan di cekungan dibandingkan dengan

faktor lainnya. Selanjutnya pembahasan stratigrafi akan diletakkan dalam kerangka

tektonostratigrafi atau fase-fase pembentukan cekungan.

South Sumatra

Basin

Fore-ArcRidge

Fore-Arc Basin

North SumatraBasin

SundaCraton

Central Sumatra

BasinSum

atra Fault

Mentaw

aiFault

Sumatra Fault

Lampung

High

SundaBasin

Tigapuluh

High

W. JavaBasin

Sunda Trench

Active SubductionZone

8o S

2o N

N6oE

98o E 105o E

Approximate Scale

ActiveQuarternary Volcanoes

RelativePlateMotion

Java Trench

Java

Bar isan M

ountain

Malaysia

Asahan

Arch

500 km0

CPI operation area

South Sumatra

Basin

Fore-ArcRidge

Fore-Arc Basin

North SumatraBasin

SundaCraton

Central Sumatra

BasinSum

atra Fault

Mentaw

aiFault

Sumatra Fault

Lampung

High

SundaBasin

Tigapuluh

High

W. JavaBasin

Sunda Trench

Active SubductionZone

8o S

2o N

N6oE

98o E 105o E

Approximate Scale

ActiveQuarternary Volcanoes

RelativePlateMotion

Java Trench

Java

Bar isan M

ountain

Malaysia

Asahan

Arch

500 km0

CPI operation area

Page 6: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

14

Gambar 2.3 Kerangka struktur geologi fasa F2 dan F3 yang mempengaruhi struktur

geologi Cekunan Sumatra Tengah ( Heidrick dkk,1996)

2.1.3.1 Fase Pembentukan Batuan Dasar (Tektonik Fase F0)

Batuan dasar di Sumatra Tengah terdiri dari empat satuan litologi berumur

Palezoik sampai Mesozoik. Satuan litologi tersebut adalah Kelompok Mutus terdiri

dari ofiolit, metasedimen dan sedimen-sedimen berumur Trias, Kelompok Malaka

terdiri dari kuarsit, filit dan intrusi granodiorit, Kelompok Mergui terdiri dari

graywacke yang berumur Kapur, kuarsit dan batulempung kerikilan, dan Kelompok

Tapanuli terdiri dari batusabak, metasedimen dan filit yang diendapkan di atas

batugamping shelf berumur Devon-Karbon.

2.1.3.2 Fase Intra-cratonic Rifting dan Rift Infill (Tektonik Fase F1)

Tumbukan antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Eurasia menghasilkan

gaya transtensional hampir di seluruh Lempeng Benua Sunda. Akibat dari gaya

transtensional tersebut, maka terbentuk sistem pemekaran kerak benua yang berupa

pembentukan rangkaian struktur setengah graben yang saling berhubungan dan

Page 7: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

15

mempunyai pola kelurusan utara-selatan. Pembentukan struktur half graben yang

besar diawali dengan pembentukan sesar listrik pada salah satu sisi dan pembentukan

ramp yang landai pada sisi lainnya. Struktur graben atau half graben yang berumur

Eosen-Oligosen tersebut diisi oleh sedimen-sedimen fluviatil dan lakustrin yang

dimasukkan dalam Kelompok Pematang. Berdasarkan ciri litologinya maka

Kelompok Pematang dibagi menjadi tiga Formasi, yaitu: Formasi Lower Red Bed,

Formasi Brown Shale dan Formasi Upper Red Bed.

Formasi Lower Red Bed

Formasi ini terdiri dari batulempung, batulanau, batupasir arkosik,

fanglomerat dan sedikit konglomerat yang diendapkan pada lingkungan dataran

alluvial dan pada lingkungan fluvial. Bagian bawah dari formasi ini pada beberapa

cekungan yang dalam dapat mencapai ketebalan 3000 meter. Batupasir di formasi ini

mempunyai kualitas yang buruk sebagai reservoar karena masih sangat dekat dengan

sumbernya dan memiliki sortasi buruk.

Formasi Brown Shale

Sesuai dengan namanya, formasi ini terdiri dari shale yang berwarna coklat

dan diendapkan di atas formasi Lower Red Bed dengan lingkungan pengendapan

lakustrin. Shale pada formasi ini kaya akan kandungan bahan organik, memiliki

laMinasi yang cukup baik yang menandakan bahwa shale ini diendapkan pada kondisi

air yang cukup tenang. Shale ini kaya akan kandungan bahan organik maka formasi

ini merupakan batuan induk hidrokarbon bagi reservoar yang berada pada Cekungan

Sumatra Tengah. Formasi ini juga tersusun oleh endapan-endapan kipas delta dan

turbidit. Endapan turbidit yang terbentuk oleh mekanisme aliran butiran telah

dijadikan sebagai target eksplorasi yang pada umumnya mempunyai tipe jebakan

stratigrafi.

Formasi Upper Red Bed

Formasi ini diendapkan pada tahap akhir dari tektonik fase F1. Peningkatan

kecepatan sedimentasi dan suplai klastika menyebabkan cekungan menjadi penuh dan

lingkungan berubah menjadi fluvial dan alluvial. Litologi penyusun formasi ini

berupa batupasir, konglomerat dan batulempung berwarna merah-hijau. Batupasir di

formasi ini menjadi target eksplorasi.

Page 8: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

16

2.1.3.3 Fase Interior Sag Basin (Tektonik Fase F2)

Di atas Kelompok Pematang diendapkan suatu seri sedimen yang diendapkan

pada saat aktivitas tektonik mulai berkurang yang terjadi selama Oligosen Akhir

sampai Miosen Tengah. Kompresi bersifat setempat-setempat yang ditandai dengan

pembentukan sesar dan lipatan dan bersamaan dengan penurunan muka air laut global

pada 28 jtyl. Proses geologi yang terjadi pada saat itu adalah pembentukan morfologi

hampir rata yang terjadi pada Kelompok Pematang dan batuan dasar yang tersingkap.

Periode ini diikuti oleh terjadinya subsidence kembali dan transgresi ke dalam

cekungan tersebut. Kelompok Sihapas yang diendapkan secara tidak selaras di atas

Kelompok Pematang terdiri dari Formasi Menggala, Bangko, Bekasap, Duri dan

Telisa (Heidrick dkk, 1996).

2.1.3.4 Fase Kompresi (Tektonik Fase F3)

Pada bagian atas Kelompok Sihapas ditandai ketidakselarasan regional dan

memiliki penyebaran cukup luas hampir di seluruh Cekungan Sumatra Tengah.

Ketidakselarasan ini menunjukkan adanya perubahan fase tektonik ekstensi menjadi

tektonik kompresi yang dimulai dari Miosen Akhir sampai dengan sekarang. Kejadian

ini bersamaan dengan pemekaran Laut Cina Selatan dan Laut Andaman serta

bersamaan dengan pergeseran sepanjang sesar besar Sumatra dan pembentukan busur

volkanik di sebelah baratnya (Heidrick dan Aulia, 1993).

Bagian atas dari Formasi Telisa sulit ditentukan dengan pasti dari seismik

karena kompresi dan struktur lainnya yang berhubungan dengan kolisi antara

Lempeng Australia dengan Eurasia telah mengganggu batas tersebut. Struktur yang

terbentuk tersebut telah mejadi penampungan terakhir dari minyak yang bermigrasi

dan saat ini dijumpai sebagai jebakan struktural. Pada fase kompresi ini terbentuk

Formasi Petani dan Minas.

Page 9: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

17

2. 2 GEOLOGI DAERAH KOTABATAK

Lapangan penelitian merupakan sub cekungan yang ada pada cekungan

Sumatera Tengah. Lapangan ini merupakan salah satu lapangan penghasil

Hidrokarbon di Cekungan Sumatera tengah dengan target reservoar pada lapisan

batuan yang berumur Tersier. Struktur yang berkembang pada daerah ini cukup

kompleks dengan bentukan perangkap struktur dan stratigrafi.

Gambar 2.4. Peta struktur Kotabatak (Handono, 2002)

2.2.1 Struktur Geologi Kotabatak

Lapangan Kotabatak merupakan sebuah struktur antiklin dengan trend N50ºW.

Antiklin ini memiliki panjang 15 Km berarah NW-SE dan memiliki lebar 9 Km

berarah NE-SW. Lapangan Kotabatak dibatasi oleh sesar naik pada bagian Timurlaut,

oleh karena itu lapangan Kotabatak mempunyai trend perangkap reservoar yang

memanjang baratlaut-Tenggara dan dibatasi sebelah timur oleh sesar naik. Beberapa

sesar normal ditemukan struktur dan umumnya tegaklurus dengan sesar naik utama.

Page 10: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

18

2.2.2 Stratigrafi Kotabatak

Dari data beberapa core pada sumur yang telah dibor, formasi yang ditembus

dari atas kebawah adalah formasi Minas, formasi petani, formasi telisa, dan grup

Sihapas yang terdiri dari formasi bekasap dan formasi Bangko dan paling bawah

berupa batuan dasar. Dari peneliti terdahulu yang dilakukan oleh PT .CPI, pembagian

formasi ini telah dikorelasikan baik secara litologi maupun uji fosil dalam penentuan

umur terhadap stratigrafi regional Cekungan Sumatera Tengah.

Stratigrafi penyusun formasi dilapangan Kotabatak dari umur paling tua kemuda

adalah sebagai berikut :

1. Batuan dasar

Batuan dasar pada lapangan ini adalah graywacke dari warna cerah keabu-

abuan, sebagian berupa metamorf, butiran kuarsa melimpah dalam matrik lempungan

yang kompak. Dari data lapangan tidak banyak sumur yang menembus batuan dasar

ini, demikian halnya didaerah penelitian, dari hasil logging tidak ada informasi sumur

yang menembus hingga batuan dasar.

2. Kelompok Sihapas

Dari data sumur yang ada, stratigrafi penyusun kelompok Sihapas terdiri dari

formasi Bangko bagian bawah dan formasi bekasap diatasnya.

a) Formasi Bangko

Formasi ini dicirikan oleh shale yang berada pada puncak formasi dan

berselingan dengan batupasir masif. Unit batupasir ini dicirikan oleh warna

abu-abu kehijauan, butiran medium-kasar, bersifat mudah lepas-lepas,

kebanyakan bersifat non-calcareous, sortasi butiran sedang-baik.

Lingkungan pengendapan pada formasi ini adalah sistem fluvial hingga

delta. Tidak semua sumur dilapangan Kotabatak menembus formasi

Bangko ini.

b) Formasi bekasap

Formasi ini terdiri dariunit batupasir A, B dan C yang mengandung

hidrokarbon. Tidak semua sumur menembus unit batupasir C. Formasi

bekasap berupa perselingan batupasir dengan shale. Ketebalan formasi ini

rata-rata 275 kaki dan pada suatu tempat dijumpai memiliki ketebalan

hingga 400-an kaki.

Page 11: Cekungan SumTeng

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

19

3. Formasi Telisa

Tersusun oleh unit batupasir T-1, T-2, T-3, T-4 dan T-5, dicirikan oleh shale

yang tebal yang berselingan dengan batupasir. Unit batupasir formasi ini yang

berpotensi mengandung hidrokarbon adalah unit T-2 dan T-3. Secara umum

batupasir yang membentuk formasi ini memiliki permeabilitas yang rendah.

4. Formasi Petani

Terdiri dari shale yang tebal dan lapisan batupasir. Kedalamn formasi ini

sangat dangkal sampai kurang lebih 4000kaki dari permukaan. Dari data yang

dimiliki pada lapangan Kotabatak, formasi ini tidak mengandung hidrokarbon.

5. Formasi Minas

Terletak paling atas berupa aluvial dan batupasir yang tersingkap

dipermukaan, berukuran sedang-kasar.