bab ii g6pd

33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. DEFISIENSI G6PD a. Definisi Defisiensi G6PD adalah suatu kelainan enzim yang terkait kromosom sex (x-linked), yang diwariskan, dimana aktifitas atau stabilitas enzim G6PD menurun, sehingga menyebabkan pemecahan sel darah merah pada saat seorang individu terpapar oleh bahan eksogen yang potensial menyebabkan kerusakan oksidatif. b. Epidemiologi Defisiensi G6PD merupakan penyakit defisiensi enzim tersering pada manusia, sekitar 2-3% dari seluruh populasi di dunia diperkirakan sekitar ± 400 juta manusia di seluruh dunia. Frekuensi tertinggi didapatkan daerah tropis, ditemukan dengan frekuensi yang bervariasi pada berbagai ras Timur tengah, India, Cina, Melayu, Thailand, Filipina dan Melanesia. Defisiensi G6PD menjadi penyebab tersering kejadian ikterus dan anemia hemolitik akut di kawasan Asia Tenggara 14. Di Indonesia insidennya diperkirakan 1-14% 17,18, prevalensi defisiensi G6PD di Jawa Tengah sebesar 15% 19, di pulau-pulau kecil yang terisolir di

Upload: dinar-kartika-hapsari

Post on 26-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

referat g6pd

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II g6pd

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFISIENSI G6PD

a. Definisi

Defisiensi G6PD adalah suatu kelainan enzim yang terkait kromosom sex

(x-linked), yang diwariskan, dimana aktifitas atau stabilitas enzim G6PD

menurun, sehingga menyebabkan pemecahan sel darah merah pada saat seorang

individu terpapar oleh bahan eksogen yang potensial menyebabkan kerusakan

oksidatif.

b. Epidemiologi

Defisiensi G6PD merupakan penyakit defisiensi enzim tersering pada

manusia, sekitar 2-3% dari seluruh populasi di dunia diperkirakan sekitar ± 400

juta manusia di seluruh dunia. Frekuensi tertinggi didapatkan daerah tropis,

ditemukan dengan frekuensi yang bervariasi pada berbagai ras Timur tengah,

India, Cina, Melayu, Thailand, Filipina dan Melanesia. Defisiensi G6PD menjadi

penyebab tersering kejadian ikterus dan anemia hemolitik akut di kawasan Asia

Tenggara 14. Di Indonesia insidennya diperkirakan 1-14% 17,18, prevalensi

defisiensi G6PD di Jawa Tengah sebesar 15% 19, di pulau-pulau kecil yang

terisolir di Indonesia bagian Timur (pulau Babar, Tanimbar, Kur dan Romang di

Propinsi Maluku), disebutkan bahwa insiden defisiensi G6PD adalah 1,6 - 6,7%.

c. Biokimia Molekuler dan Metabolisme Fisiologis Enzim G6PD

Enzim G6PD merupakan polipeptida yang terdiri atas 515 asam amino

dengan berat molekul 59,265 kilodalton 15. Enzim G6PD merupakan enzim

pertama jalur pentosa phoshat, yang mengubah glukosa-6-phosphat menjadi 6-

fosfogluconat pada proses glikosis. Perubahan ini menghasilkan

NicotinamideAdenine Dinucleotide Phosphate (NADPH), yang akan mereduksi

Page 2: BAB II g6pd

glutationteroksidasi (GSSG) menjadi glutation tereduksi (GSH). GSH berfungsi

sebagai pemecah peroksida dan oksidan radikal H2O2 (Gambar 1) 10- 16.Dalam

keadaan normal peroksida dan radikal bebas dibuang olehkatalase dan gluthatione

peroxidase, selanjutnya meningkatkan produksi GSSG. GSH dibentuk dari GSSG

dengan bantuan enzim gluthatione reductase yang keberadaannya tergantung pada

NADPH. Pada defisiensi G6PD, pembentukkan NADPH berkurang sehingga

berpengaruh pada regenerasi GSH dari GSSG,

akibatnya mempengaruhi kemampuan untuk menghilangkan peroksida dan

radikal bebas.

Gen G6PD terdiri 13 ekson dan 12 intron yang tersebar pada daerah seluas

lebih 100 kb pada ujung terminal lengan panjang kromosom X. Defisiensi G6PD

terjadi akibat mutasi gen G6PD, suatu penyakit sex-linked. Laki-laki hanya

mempunyai 1 kromosom X, sehingga jika terjadi mutasi maka defisiensi G6PD

akan muncul atau bermanifes. Wanita mempunyai 2 kromosom X, sehingga jika

terdapat 1 gen yang abnormal karena mutasi, pasangan atau

allele-nya dapat “menutupi” kekurangannya tersebut, sehingga defisiensi G6PD

bisa bermanifes namun dapat pula tidak.

Defisiensi G6PD meliputi berbagai mutasi gen G6PD yang berbeda-beda

dan tidak bereaksi sama, hal ini menjelaskan mengapa individu defisiensi G6PD

menunjukkan reaksi berbeda dengan faktor pencetus yang sama. Gen G6PD yang

berlokasi pada kromosom Xq28 dengan panjang 18 Kb, terdiri atas 13 exon

merupakan DNA dan 12 intron merupakan sekuen pengganggu, merupakan

sampah DNA yang tidak berperan dalam fungsi enzim. Fungsi enzim ditentukan

oleh sekuens dan ukuran gen G6PD dan mRNA yang menjadi ciri gen.

Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dapat membantu mengidentifikasi

adanya mutasi. Saat ini telah diketahui lebih 40 mutasi yang tersebar sepanjang

pada seluruh pengkode gen, masing-masing berbeda-beda dan mempunyai ciri

khas tersendiri. Telah dilaporkan lebih 400 varian G6PD, dengan disertai

penampilan klinis dan atau fenotif yang beragam. Varian tersebut dibedakan

berdasar aktifitas enzim residual, mobilisasi elektroforetik, afinitas dan analog

subtrat, stabilisasi terhadap panas dan pH optimum.

Page 3: BAB II g6pd

WHO membuat klasifikasi berdasarkan varian yang ditemukan di setiap

negara, subtitusi nukleotid dan subtitusi asam amino yaitu

Kelas I : Anemia hemolitik non sferositosis (aktifitas residual G6PD, <20).

Merupakan jenis defisiensi enzim G6PD yang jarang ditemukan.

Kelompok ini mempunyai kelainan fungsional yang berat (varian

Harilaou). Sel darah merah tidak mampu mempertahankan diri dari

oksidan endogen, sehingga terjadi hemolisis kronik. Adanya pemaparan

dengan faktor pencetus akan menyebabkan terjadinya eksaserbasi

anemia hemolitik akut.

Kelas II : defisiensi berat (aktifitas residual G6PD, <10). Kelompok defisiensi

enzim G6PD berat (varian G6PD Mediteranian). Pemaparan dengan

faktor pencetus (eksogen) akan menimbulkan hemolisis akut dan proses

tersebut akan terus berlanjut selama masih terdapat pemaparan dengan

faktor pencetus. Hal ini disebabkan rendahnya aktivitas enzim G6PD

baik pada sel darah merah yang tua maupun muda.

Kelas III : defisiensi sedang (aktifitas residual G6PD, 10-60). Kelompok defisensi

enzim G6PD ringan (varian G6PD A). Pada kelompok ini, hemolisis

yang timbul akibat pemaparan dengan faktor pencetus akan berhenti

dengan sendirinya walaupun pemaparan masih terus berlanjut. Hal ini

disebabkan aktivitas enzim G6PD pada sel darah merah yang muda

masih cukup tinggi untuk menahan oksidan, dan hanya sel darah merah

yang tua saja yang mengalami hemolisis.

Kelas IV : non defisiensi (aktifitas residual G6PD, 100). Kelompok yang tidak

mengalami gejala-gejala defisiensi G6PD.

Kelas V : non defisiensi (aktifitas residual G6PD, >100)

d. Peranan Enzim G6PD Pada Sel Darah Merah

Sel darah merah membutuhkan suplai energi secara terus menerus untuk

mempertahankan bentuk, volume, kelenturan (fleksibilitas), dan regulasi

pompanatrium-kaliumnya. Energi ini diperoleh dari glukosa melalui dua jalur

Page 4: BAB II g6pd

metabolisme yaitu, 80% dari proses glikolisis anaerobik (jalur Emden-Meyerhof)

dan 20% proses glikolisis aerobik (jalur Pentosa Fosfat).

Peran enzim G6PD dalam mempertahankan keutuhan sel darah merah serta

menghindarkan kejadian hemolitik, terletak pada fungsinya dalam jalur pentosa

fosfat. Di dalam sel darah merah terdapat suatu senyawa glutation tereduksi

(GSH) yang mampu menjaga keutuhan gugus sulfidril (SH) pada hemoglobin dan

sel darah merah. Fungsi GSH adalah mempertahankan residu sistein pada

hemoglobin dan protein-protein lain pada membran eritrosit agar tetap dalam

bentuk tereduksi dan aktif, mempertahankan hemoglobin dalam bentuk fero,

mempertahankan struktur normal sel darah merah, serta berperan dalam proses

detoksifikasi, dimana GSH merupakan substrat kedua bagi enzim gluthation

peroksidase dalam menetralkan hidrogen peroksida yang merupakan suatu

oksidan yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan oksidatif pada sel darah

merah.

Senyawa GSH pada awalnya dalah suatu glutation bentuk disulfida

(glutation teroksidasi, GSSG) yang direduksi menjadi glutation bentuk sulfhidril

(glutation tereduksi, GSH). Reduksi GSSG menjadi GSH dilakukan oleh NADPH,

pada jalur pentosa fosfat, dimana pada jalur metabolisme ini NADPH dibentuk

bila glucose-6-phosphate dioksidasi menjadi 6-fosfogluconat dengan bantuan

enzim G6PD (Gambar 2) 10-16,25. .Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa

fungsi enzim G6PD adalah menyediakan NADPH yang diperlukan untuk

membentuk kembali GSH.

Page 5: BAB II g6pd

Pada defisiensi G6PD kadar NADPH berkurang, sehingga adanya paparan

terhadap stress oksidan akan mempengaruhi pembentukan ikatan disulfide,

mengakibatkan hemoglobin mengalami denaturasi dan membentuk partikel kental

(Heinz bodies). Heinz bodies akan berikatan dengan membran sel, menyebabkan

perubahan isi, elastisitas, dan permeabilitas sel. Sel darah merah pada kondisi

tersebut dikenali sebagai sel darah merah yang rusak dan akan dihancurkan oleh

sistem retikulo-endotelial (lien, hepar dan sumsum tulang) proses hemolitik.

Meskipun gen G6PD terdapat pada semua jaringan tubuh, tetapi efek defisiensi

dalam eritrosit pengaruhnya sangat besar karena enzim G6PD diperlukan dalam

menghasilkan energi untuk mempertahan umur eritrosit, membawa oksigen,

regulasi transport ion dan air kedalam dan keluar sel, membantu pembuangan

karbondioksida dan proton yang terbentuk pada metabolisme jaringan. Karena

tidak ada mitokondria di dalam eritrosit maka oksidasi G6PD hanya bersumber

dari NADPH, bila kadar enzim G6PD menurun, eritrosit mengalami kekurangan

energi dan perubahan bentuk yang memudahkan mengalami lisis bila ada stres

oksidan.

Page 6: BAB II g6pd

e. Manifestasi Klinis dan Laboratoris

1. Manifestasi Klinis

Pada umumnya, individu dengan defisiensi enzim G6PD yang diturunkan,

tidak mengalami hemolisis dan sering tanpa anemia (serta tanpa gejala), namun

hal tersebut dapat timbul bila penderita terpapar bahan eksogen yang potensial

menimbulkan kerusakan oksidatif. Beberapa penyakit yang diketahui

berhubungan dengan defisiensi G6PD adalah : hiperbilirubinemia (Kern

Ikterik), hemolisis intravaskuler, favism, sindroma hepatitis hemolisis, anemia

hemolisis kronik.

Gejala klinik timbul 1-3 hari setelah terpapar faktor pencetus, berupa

anemia hemolitik akut dengan gambaran khas berupa rewel, iritabel/tampak

rewel, letargi, suhu meningkat > 380 C, mual, nyeri abdominal, diare, anemia,

ikterik dan kelainan pada urine (hemoglobinuria). Pada pemeriksaan fisik

didapat kepucatan yang bervariasi dan takikardi, lien dan hepar biasanya

membesar. Pada kasus berat terjadi syok hipovolemik dan gagal jantung.

2. Gambaran Laboratoris

Gambaran laboratorium didapatkan anemia normositik normokromik

bervariasi dari ringan sampai berat, gambaran menyolok anisositosis,

poikilositosis dan jumlah retikulosit meningkat > 30%. Dengan pewarnaan

metil violet tampak Heinz bodies. Jumlah lekosit biasanya meningkat dengan

dominan granulosit, bilirubin indirek meningkat tetapi enzim hepar dalam batas

normal.

Anemia hemolitik umumnya dicetuskan oleh paparan berupa obat-obatan

(seperti sulfonamide, primakuin, kloramfenikol, kloroquin, asam nalidiksat,

quinakrin, nitrofurantorin, salisilat, dapson, fenasetin, asitanisid, dan antipirin),

diet kacang coklat (victa fava), bahan kimia (Naphthalene), infeksi

pneumokokus, hepatitis dan penyakit ketoasidosis, yang pada prinsipnya

menyebabkan penurunan kadar glutation, dimana kadar tersebut sudah rendah

akibat defisiensi G6PD itu sendiri. Di daerah endemis malaria di Afrika dan

Asia Tenggara hemolisis sering diinduksi pemberian primakuin.

Page 7: BAB II g6pd

Saat ini penunjang diagnostik yang banyak digunakan dalam membantu

menegakkan diagnosis defisiensi G6PD adalah tes Heinz Body dan tesstabilitas

GSH. Uji tapis dapat dilakukan dengan test methylene-blue dengan perubahan

warna saat reduksi methemoglobin atau dengan flouresensi NADPH. Tes

diagnostik defisiensi G6PD berdasarkan aktifitas enzim dapat dideteksi dengan

pemeriksaan laboratorium sederhana. melakukan skrining dengan metode the

formazan-ring/Hirono’s methode.

f. Bahan-bahan Kimia Eksogen Yang Dapat Berperan Sebagai Pencetus

Bahan-bahan yang dilaporkan pernah menginduksi terjadinya Anemia

Hemolitik pada subyek dengan defisiensi G6PD antara lain (tabel 1):

Page 8: BAB II g6pd

II. ANEMIA

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah SDM,

kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) per

100 ml darah. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah

atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat

mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh. Anemia

bukan merupakan diagnosa akhir dari suatu penyakit akan tetapi selalu

merupakan salah satu gejala dari sesuatu penyakit dasar.

Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi yaitu :

1. Anemia normositik normokrom, di mana ukuran dan bentuk sel-

sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam

jumlah normal (MCV dan MCHC normal atau normal rendah)

tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah

kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk

infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum

dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.

2. Anemia makrositik normokrom, ukuran sel-sel darah merah

lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi

hemoglobinnya normal (MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini

diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat

DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam

folat.

3. Anemia mikrositik hipokrom, Mikrositik berarti kecil, hipokrom

berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari

normal (MCV rendah; MCHC rendah). Hal ini umumnya

menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada

anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah

kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia

(penyakit hemoglobin abnormal congenital).

Klasifikasi anemia berdasarkan etiologinya adalah :

Page 9: BAB II g6pd

1. Anemia pasca perdarahan, akibat perdarahan massif seperti

kecelakaan, luka operasi persalinan dan sebagainya.

2. Anemia hemolitik, akibat penghancuran eritrosit yang berlebihan.

Dibedakan menjadi 2 faktor :

1) Faktor intrasel, Misal talassemia, hemoglobinopatia

(talassemia HbE, sickle cell anemia), sferositos congenital,

defisiensi enzim eritrosit (G-6PD, piruvat kinase, glutation

reduktase).

2) Faktor ekstrasel, misal intoksikasi, infeksi (malaria),

imunologis (inkompabilitas golongan darah, reaksi

hemolitik pada transfusi darah).

3. Anemia defisiensi, karena kekurangan faktor pematangan eritrosit

(besi, asam folat, vitamin B12, protein, piridoksin, eritropoetin, dan

sebagainya).

4. Anemia aplastik, disebabkan terhentinya pembuatan sel darah

oleh sumsum tulang.

III. INFEKSI SALURAN KEMIH

a. Definisi

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang jalan saluran

kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme.

Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di

dalam urin. Suatu infeksi dapat dikatakan jika terdapat 100.000 atau lebih

bakteri/ml urin, namun jika hanya terdapat 10.000 atau kurang bakteri/ml urin,

hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri.Bakteriuria bermakna

yang disertai gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria bergejala. Sedangkan

yang tanpa gejala disebut bakteriuria tanpa gejala.

b. Epidemiologi

Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak

laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi baru lahir dengan berat lahir

Page 10: BAB II g6pd

rendah mencapai 10-100 kali lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir

normal (0,1-1%).  Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak

terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi saluran

kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah di mana

infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada laki-laki

hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian

infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada

anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang disunat, risiko infeksi saluran kemih

menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat. Pada usia

2 bulan – 2 tahun, 5% anak dengan infeksi saluran kemih mengalami demam

tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar infeksi

saluran kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi pada anak perempuan.

Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:

- Panjang urethra. Wanita mempunyai urethra yang lebih pendek

dibandingkan pria sehingga lebih mudah

- Faktor usia. Orang tua lebih mudah terkena dibanndingkan dengan usia

yang lebih muda.

- Wanita hamil lebih mudah terkena oenyakit ini karena penaruh hormonal

ketika kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal

dibandingkan sebelum kehamilan.

- Faktor hormonal seperti menopause. Wanita pada masa menopause lebih

rentan terkena karena selaput mukosa yang tergantung pada esterogen

yang dapat berfungsi sebagai pelindung.

- Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin. Sifat urin yang asam dapat

menjadi antibakteri alami tetapi apabila terjadi gangguan dapat

menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap kontaminasi bakteri.

- Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau

menggunakan kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi.

Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor risiko

tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan

kemungkinan faktor risiko seperti :

Page 11: BAB II g6pd

Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih

Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete bladder emptying)

Konstipasi

Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya terhadap saluran kemih

sehingga terdapat kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar.

Kekebalan tubuh yang rendah

c. Etiologi

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis

bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau

mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh

bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung

kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak

tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh

bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram

negatif.

Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina,

perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan (akibat

hubungan seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian

berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai

ke ginjal.

Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di

bawah ini :

A. Kelompok anterobacteriaceae seperti :

1. Escherichia coli

2. Klebsiella pneumoniae

3. Enterobacter aerogenes

4. Proteus

5. Providencia

6. Citrobacter

B. Pseudomonas aeruginosa

Page 12: BAB II g6pd

C. Acinetobacter

D. Enterokokus faecalis

E. Stafilokokus sarophyticus

d. Gambaran Klinis

► Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih sering meliputi:

· Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih

· Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih

· Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)

· Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)

· Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari

urin

· Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis

· Rasa sakit pada daerah di atas pubis

· Perasaan tertekan pada perut bagian bawah

· Demam

· Anak – anak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan gejala yang

nyata, seperti lemah, susah makan, muntah, dan adanya rasa sakit pada

saat berkemih.

· Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu

kelelahan, hilangnya kekuatan, demam

· Sering berkemih pada malam hari

Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi saluran

kemih.

Gejala- gejala dari cystitis di atas disebabkan karena beberapa kondisi:

· Penyakit seksual menular, misalnya gonorrhoea dan chlamydia

· Terinfeksi bakteri, seperti E-coli

· Jamur (Candida)

· Terjadinya inflamasi pada uretra (uretritis)

· Wanita atau gadis yang tidak menjaga kebersihan bagian kewanitaannya

Page 13: BAB II g6pd

· Wanita hamil

· Inflamasi pada kelerjar prostat, tau dikenal dengan prostatitis

· Seseorang yang menggunakan cateter

· Anak muda yang melakukan hubungan seks bebas

Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal.

Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada

cystitis, yaitu demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah.

Cystitis dan infeksi ginjal termasuk dalam infeksi saluran kemih.

► Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda

dan gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:

· Desakan yang kuat untuk berkemih

· Rasa terbakar pada saat berkemih

· Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)

· Adanya darah pada urin (hematuria)

Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda – tanda dan gejala yang

spesifik, tergantung bagian saluran kemih yang terkena infeksi:

1. Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi

setelah meluasnya infeksi yang terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada

ginjal dapat menyebabkan rasa salit pada punggung atas dan panggul,

demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau muntah.

2. Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat

menyebabkan rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut

bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari

urin.

3. Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar

pada saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada

penis.

Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:

1. Diarrhea

Page 14: BAB II g6pd

2. Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu

(misalnya: pemberian makan, dan menggendong)

3. Kehilangan nafsu makan

4. Demam

5. Mual dan muntah

Untuk anak – anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:

1. rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada

ginjal)

2. seringnya berkemih

3. ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan

kata lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)

4. tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut

5. rasa sakit pada perut dan daerah pelvis

6. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)

7. urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat

Gejala pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya: cystitis, uretritis) pada orang

dewasa, meliputi:

1. rasa sakit pada punggung

2. adanya darah pada urin (hematuria)

3. adanya protein pada urin (proteinuria)

4. urin yang keruh

5. ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar

6. demam

7. dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)

8. tidak nafsu makan

9. lemah dan lesu (malaise)

10. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)

11. rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)

12. rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)

Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya:

pyelonephritis) pada orang dewasa, meliputi:

Page 15: BAB II g6pd

1. kedinginan

2. demam tinggi dan gemetar

3. mual

4. muntah (emesis)

5. rasa sakit di bawah rusuk

6. rasa sakit pada daerah sekitar abdomen

Merokok, ansietas, minum kopi terlalu banyak, alergi makanan atau sindrom

pramenstruasi bisa menyebabkan gejala mirip infeksi saluran kemih. Gejala

infeksi saluran kemih pada bayi dan anak kecil. Infeksi saluran kemih pada bayi

dan anak usia belum sekolah memilki kecendrungan lebih serius dibandingkan

apabila terjadi pada wanita muda, hal ini disebabkan karena memiliki ginjal dan

saluran kemih yang lebih rentan terhadap infeksi.

Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:

1. Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya,

khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit,

misalnya: letih dan lesu.

2. Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak dapat

mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin

bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).

3. Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit,

walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas

dari Infeksi saluran kemih).

4. rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.

5. muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)

6. jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya

bayi yang berusia setlah delapan hari.

2.1. DEFENISIMalaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.

Page 16: BAB II g6pd

Penyakit Malaria Yang Terjadi Pada ManusiaPenyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi). Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.

2.2. ETIOLOGIAda 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Pada keadaan lain, malaria berkembang pasca penularan transplasenta atau sesudah transfuse darah yang terinfeksi, di mana keduanya melewati fase pre-eritroser perkembangan parasit dalam hati.

Parasit malariaParasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan hidupnya parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik pada manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :1. Plasmodium falciparum2. Plasmodium vivax3. Plasmodium malariae4. Plasmodium ovaleKeempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit malaria yang berbeda, yaitu:1. Plasmodium falciparumMenyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika), merupakan jenis penyakit malaria yang terberat atau paling ganas, kadar parasitemia paling tinggi. Satusatunya parasit malaria yang menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena

Page 17: BAB II g6pd

dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll.

2. Plasmodium vivaxMenyebabkan malaria tertiana.Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps 50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.3. Plasmodium malariaeMenyebabkan malaria quartana.Asimtomatis dalam waktu lama.4. Plasmodium ovaleJenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan.

Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksidemikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya campuran P.Falciparum dengan P.Vivax atau P.Malariae. Infeksi campuran tiga jenis sekaligus jarang sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya. Malaria yang disebabkan oleh P.Vivax dan P.Malariae dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang disebabkan oleh spesies selain P.Falciparum jarang berakibat fatal, namun menurunkan kondisi tubuh; lemah, menggigil dan demam yang biasanya berlangsung 10-14 hari.

Nyamuk AnophelesNyamuk yang dapat menularkan malaria pada manusia hanya nyamuk Anopheles betina. Pada saat menggigit penderita malaria (manusia yang terinfeksi malaria), nyamuk Anopheles akan menghisap parasit malaria (plasmodium) bersamaan dengan darah, sebab di dalam darah manusia yang telah terinfeksi malaria banyak terdapat parasit malaria. Parasit malaria tersebut kemudian bereproduksi dalam tubuh nyamuk Anopheles, dan pada saat menggigit manusia lain (yang tidak terinfeksi malaria), maka parasit malaria masuk ketubuh korban bersamaan dengan air liur nyamuk.Cara penularan :· Nyamuk Anopheles menggigit penderita malaria dan menghisap juga parasit malaria yang ada di dalam darah penderita.· Parasit malaria berkembang biak di dalam tubuh nyamuk Anopheles (menjadi nyamuk yang infektif)· Nyamuk Anopheles yang infektif menggigit orang yang sehat (belum menderita malaria)· Sesudah +12-30 hari (bervariasi tergantung spesies parasit) kemudian, bila daya tahan tubuhnya tidak mampu meredam penyakit ini maka orang sehat tsb berubah menjadi sakit malaria dan mulai timbul gejala malaria.2.3. EPIDEMIOLOGIHanya pada daerah dimana orang-orang mempunyai gametosit dalam darahnya dapat menjadikan nyamuk anopheles terinfeksi. Anak-anak mungkin terutama penting dalam hal ini. Penularan malaria terjadi pada kebanyakan daerah tropis

Page 18: BAB II g6pd

dan subtropics, walaupun Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia dan Israel sekarang bebas malaria local, wabah setempat dapat terjadi melalui infeksi nyamuk local oleh wisatawan yang datang dari daerah endemis.Malaria congenital, disebabkan oleh penularan agen penyebab melalui barier plasenta, jarang ada. Sebaliknya malaria neonates, agak sering dan dapat sebagai akibat dari pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi selama proses kelahiran.

2.4. SIKLUS PARASIT MALARIAKetika nyamuk anoples betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit/kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua/matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit. Sebagian besar Merozoit masuk kemabli ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni). Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk dan siap untuk ditularkan ke manusia. Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di jaringan hati –disebut hipnosit-. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun sebelumnya pernah menderita P. vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila kemudia mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh nyamuk anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati SD positif P. vivax/ovale. Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20-50% hampir

Page 19: BAB II g6pd

semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel. Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60% penduduk.

2.5. PATOGENESIS MALARIA1. DemamAkibat ruptur eritrosit → merozoit dilepas ke sirkulasiPelepasan merozoit pada tempat dimana sirkulasi melambat mempermudah infasi sel darah yang berdekatan, sehingga parasitemia falsifarum mungkin lebih besar daripada parasitemia spesies lain, dimana robekan skizon terjadi pada sirkulasi yang aktif. Sedangkan plasmodium falsifarum menginvasi semua eritrosit tanpa memandang umur, plasmodium vivax menyerang terutama retikulosit, dan plasmodium malariae menginvasi sel darah merah matang, sifat-sifat ini yang cenderung membatasi parasitemia dari dua bentuk terakhir di atas sampai kurang dari 20.000 sel darah merah /mm3. Infeksi falsifarum pada anak non imun dapat mencapai kepadatan hingga 500.000 parasit/mm3. 2. AnemiaAkibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi sumsum tulangHemolisis sering menyebabkan kenaikan dalam billirubin serum, dan pada malaria falsifarum ia dapat cukup kuat untuk mengakibatkan hemoglobinuria (blackwater fever). Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel darah merah oleh parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-perubahan ini dan peningkatan fragilitas osmotic terjadi pada semua eritrosit, apakah terinfeksi apa tidak. Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau primakuin pada orang-orang dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase herediter.Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada penghancuran sel darah merah berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana folikelnya menjadi hiperplastik dan kadangkadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan dalam sumsum tulang, otak, dan organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang cukup mengakibatkan warna abu-abu kebiruan pada organ. 3. Kejadian immunopatologiAktivasi poliklonal → hipergamaglobulinemia, pembentukan kompleks imun, depresi immun, pelepasan sitokin seperti TNFBentuk imunitas terhadap malaria dapat dibedakan atas :a) Imunitas alamiah non imunologisBerupa kelainan-kelainan genetic polimorfisme yang dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria, misalnya: Hb S, Hb C, Hb E, thallasemin alafa-beta, defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase, golingan darah duffy negative kebal terhadap infeksi plasmodium vivax, individu dengan HLA-Bw 53 lebih rentan terhadap malaria dan melindungi terhadap malaria berat.b) Imunitas didapat non spesifikSporozoit yang masuk kedalam darah segera dihadapi oleh respon imun non spesifik yang terutama dilakukan oleh magrofag dan monosit, yang menghasilkan

Page 20: BAB II g6pd

sitokin-sitokin seperti TNF, IL1, IL2, IL4, IL6, IL8, dan IL10, secara langsung menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik), membunuh parasit (sitotoksik). c) Imunitas didapat spesifik.Merupakan tanggapan system imun terhadap infeksi malaria mempunyai sifat spesies spesifik, strain spesifik, dan stage spesifik. 4. Anoxia jaringanparasit P. falciparum matur: timbul knob pada permukaan sel darah merah berparasit yang memfasilitasi cytoadherence P. falciparum-parasitized red cells ke sel-sel endotel vaskular otak, ginal, organ yang terkena lainnya a obstruksi aliran darah & kerusakan kapiler a leakage protein dan cairan vaskular, edema, serta anoxia jaringan otak, jantung, paru, usus, ginjal. P. vivax dan P. ovale : menyerang eritrosit imatur P. malariae: menyerang eritrosit matur P. falciparum: menyerang eritrosit matur & imatur a parasitemia lebih berat Kerentanan bervariasi secara genetik, beberapa fenotip sel darah merah: Hemoglobin S Hemoglobin F Thalassemia Resisten (parsial) terhadap infeksi P. falciparum.

2.6. MANIFESTASI KLINISMenurut berat-ringannya gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:A. Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanyacukup menyiksa (alias cukup berat). Gejala malaria yang utama yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit berasal.Gejala malaria yang klasik terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut triasmalaria, yaitu :1. Stadium dingin (cold stage)Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah. 2. Stadium demam (hot stage)Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang. 3. Stadium berkeringat (sweating stage)Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.

Page 21: BAB II g6pd

Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya dialami olehpenderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum mempunyai kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau penderita yang baru pertama kali menderita malaria.Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai kekebalan (imunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak selalu ada, dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas penderita. Di daerah yang mempunyai tingkat penularan sangat tinggi (hiperendemik) seringkali penderita tidak mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya: diare dan pegal-pegal. Hal ini disebut sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik. Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax, sedangkan pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak ada. Di antara 2 periode demam terdapat periode tidak demam yang berlangsung selama 12 jam pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria malariae.

B. Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:1) Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai

penurunan kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus, diam saja, tingkah laku berubah)

2) Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)3) Kejang-kejang4) Panas sangat tinggi5) Mata atau tubuh kuning6) Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang,

bibir kering, produksi air seni berkurang)7) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan8) Nafas cepat atau sesak nafas9) Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum10)Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman11) Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni

12)Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)13)Penderita malaria berat harus segera dibawa/dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan semestinya.