bab ii fix
DESCRIPTION
bab IITRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Talas
Talas (Colocasia esculenta) termasuk tumbuhan tegak yang memiliki
perakaran liar, berserabut dan dangkal. Batang yang tersimpan dalam tanah pejal,
bentuknya menyilinder (membulat), umumnya berwarna cokelat tua, ,dilengkapi
dengan kuncup ketiak yang terdapat diatas lampang daun tempat munculnya umbi
baru, tunas (stolon). Daun memerisai dengan tangkai panjang dan besar.
(Anonima, 2012 dalam Amiruddin 2013).
Gambar 2.1 Tanaman Talas (Calocasia esculenta L. Schott)
Menurut Amiruddin 2013 , klasifikasi tanaman talas sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga : Colocasia
Jenis : Colocasia esculenta L Schott
Talas merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat sebagian besar
di dunia ini. Di dalam family Araceae, talas sesungguhnya di kenal dengan nama
Colocasia esculenta. Habitat tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah tropis
antara India dan Indonesia. Talas merupakan bahan makanan pokok bagi
masyarakat daerah pasifik, seperti New Zealand dan Australia.
Tanaman keladi jenis (Colocoasia esculenta) termasuk tumbuhan tegak
yang memiliki perakaran liar, berserabut dan dangkal. Tanaman monokotil
setinggi 90-180 cm. batang yang tersimpan dalam tanah pejal, bentuk silinder
(bulat), umumnya berwarna cokelat tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak yang
terdapat di atas, lampang daun tempat munculnya umbi baru, tunas (stolon). Daun
talas berbentuk perisai besar dengan tangkai panjang dan besar, lembaran
daunnya 20-50 cm, dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya dan warna
pelepahnya bermacam-macam. Permukaan daunnya ditumbuhi rambut-rambut
halus yang menjadikannya kedap air (Anonimb, 2012 dalam Amiruddin 2013).
Umbi talas segar sebagaian besar terdiri dari air dan karbohidrat.
Kandungan gizi yang terdapat pada 100 gram umbi talas terdapat dalam tabel
berikut:
Tabel 2.1 Kandungan gizi talas per 100 gram talas
Kandungan Gizi Mentah Talas RebusEnergi (kkal) 120 108Protein(gram) 1,5 1,4Lemak(gram) 0,3 0,4Hidrat arang total(gram) 28,8 25,0Serat (gram) 0,7 0,9Abu (gram) 0,8 0,8Calsium (mg) 31 47Phospor (mg) 67 67Zar besi (mg) 0,7 0,7Karoten total 0 0Vitamin B (mg) 0,05 0,06Vitamin C (mg) 2 4Air (gram) 69,2 72,4Bagian yang dapat di makan 85% 100%
Sumber : (Slamet D.S dan lg. Tarkotjo (1990), majalah gizi jilid 4, hal 26.
Pusat penelitian dan pengembangan kesehatan Depkes RI. Dalam Amiruddin
2013).
Di Indonesia ini tanaman talas yang sering dikenal masyarakat adalah
talas bogor, talas belitung dan talas padang. Talas ini hidup pada tanah yang
beriklim tropis.Tanaman talas dipanen setelah berumur 6-9 bulan. Pada umumnya
tanaman ini telah dibudidayakan oleh para petani (Anonim, 2010).
Di Indonesia, talas lebih banyak digunakan sebagai pangan kudapan
(keripik, kolak, ubi goreng dan ubi rebus) atau tambahan sayur. Di negara-negara
lain seperti di Jepang dan New Zealand, talas telah dimanfaatkan sebagai sebagai
bahan baku produk berbasis karbohidrat seperti roti, kue-kue, makanan bayi atau
produk-produk ekstrusi. Hal ini disebabkan karena talas memiliki sifat-sifat
fungsional pendukung keberhasilan aplikasinya pada suatu produk pangan.
Karena sifat-sifatnya, talas tersebut akhir-akhir ini sudah mulai dibuat tepung atau
pati. Tepung dan pati merupakan dua produk yang berbeda cara pembuatan
maupun sifat fisikokimia serta pemanfaatannya. Pada pembuatan tepung, seluruh
komponen yang terkandung di dalam bahan pangan dipertahankan
keberadaannya, kecuali air. Sedangkan pada pembuatan pati, pada prinsipnya
hanya mengekstrak kandungan pati saja. Dalam pembuatan pati terdapat limbah
padat (ampas), sedangkan pada pembuatan tepung tidak ada limbah padat, kecuali
kulit.
B. Tepung Talas
Tepung merupakan hasil olahan yang berbentuk bubuk, pada umumnya
bahan pangan lokal hasil bumi yang dibuat melalui proses sampai halus. Dalam
pengolahan tepung ini adalah melalui penyaringan dan pemanasan dengan tujuan
untuk mengaktifkan enzim dan menghilangkan bau apek. Tepung memiliki kadar
air yang rendah, sehingga berperan penting terhadap keawetan bahan pangan
(mayasari, pustaka 2010).Tepung talas telah digunakan dalam berbagai produk
pangan diantaranya adalah makanan ASI(tambahan pendamping ASI), makanan
kaleng untuk bayi, snack, mie, roti, dan biskuit .Hal ini dilakukan sebagai upaya
diversifikasi pangan, pemanfaatan sumber pangan lokal serta peningkatan nilai
gizi pangan.
Teknologi tepung merupakan salah satu proses alternatif produk setengah
jadi yang dianjurkan karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur, diperkaya zat
gizi, dan lebih cepat dimasak. Prosedur pembuatan tepung sangat beragam,
dibedakan berdasarkan sifat dan komponen kimia bahan pangan. Saat ini produk
olahan umbi talas dengan bahan baku tepung talas masih terbatas karena tepung
talas belum banyak tersedia dipasaran. Padahal penggunaan tepung talas
memungkinkan munculnya produk olahan talas yang lebih sebagai bahan pangan
berpati non beras cukup besar dan terus didorong oleh pemerintah maupun
lembaga lainnya.Konversi umbi segar talas menjadi bentuk tepung yang siap
pakai terutama untuk produksimakanan.
Gambar 2.1 Talas dan Tepung talas
Sumber : Drakamedianet
Gambar 2.2 Tepung Talas
Sumber : Bisnisukm.com
Disamping mendorong berkembangnya produk-produk yang lebih
beragam juga dapat mendorong berkembangnya industri berbahan dasar tepung
sehingga dapat meningkatkan nilai jual komoditas talas. Proses pembuatan tepung
talas (Wita Dola Rista Sidabutar dkk, 2013)
1) Umbi talas dikupas dan di cuci.
2) Kemudian di iris tipis-tipis dengan ketebalan 0,5-2 mm.
3) Setelah itu, irisan umbi talas direndam dengan air hangat (40°C)
selama 30 menit.
4) Kemudian ditiriskan, dan direndam kembali dengan larutan NaCl
(garam) 10% selama 20 menit ( untuk mencegah terjadinya
pencoklatan).
5) Kemudian ditiriskan dan di susun pada loyang untuk dikeringkan
dalam oven pengeringan pasa sihi 60°C selama 12 jam (sampai
kering).
6) Setelah kering, umbi talas kemudian diblender dan di ayak dengan
ayakan 80 mesh.
7) Di hasilkan tepung talas dan di kemas dalam plastik.
Untuk syarat mutu tepung talas, tepung talas memiliki warna khas yaitu
sedikit kecoklatan. Hal ini dipengaruhi oleh warna umbi talas segar dan juga
warna talas kering yang telah mengalami reaksi pencoklatan akibat pengeringan.
Warna tepung talas relatif lebih gelap dibandingkan dengan tepung terigu protein
sedang, untuk tekstur tepung talas terasa lebih kasar dibanding tepung terigu
selain itu tepung talas terasa lebih kering saat disentuh, aroma tepung talas khas
talas. Kadar air tepung talas dipengaruhi oleh kadar air awal umbi talas segar,
lama pengeringan, dan suhu pengeringan. Kadar air yang diperbolehkan SNI
yaitu maksimal 14.5% basis basah (SNI 3751:2009).
Menurut penelitian Siti Chotimah dan Desi Tri Fajarini 2013 tentang
reduksi kalsium oksalat dengan perusan menggunakan larutan NaCl dan
penepungan untuk meningkatkan kualitas sente ( Alocasia Macrorrhiza) sebagai
bahan pangan, mengatakan bahwa penepungan umbi talas sente di lakuan setelah
titik optimum penurunan kadar oksalat di ketahui. Hasil perbandingan analisa
proksimat pada umbi talas sente segar dan tepung talas sente menunjukan
komponen Karbohidrat umbi talas sente segar 20,00% dan tepung talas sente
46,90%, Protein umbi talas sente segar 0,62% dan tepung talas sente 1,73%,
lemak umbi talas sente segar 0,13% dan tepung talas sente 2,60%, Abu umbi talas
sente segar 1,49% dan tepung talas sente 16,82%, Air umbi talas sente segar
77,76% dan tepung talas sente 8,58%.
C. Tepung Terigu
Biskuit memerlukan tepung dari golongan soft dan weak dengan
kandungan protein yang rendah. Biasanya pada pembuatan biskuit digunakan
tepung terigu dengan kadar protein 7-8 %(soft). Pemakaian tepung ini selain
manfaat dari komposisinya yang mengandung nutrisi terdapat juga kandungan
karbohidrat dalam daging ikan berupa polisakarida, yaitu yang terdapat di dalam
sarkoplasma diantara miofibril-miofibril. Kadar karbohidrat tepung ikan cukup
tinggi dibandingkan pada ikan segar. Hal ini dikarenakan terjadi pengurangan
sejumlah besar air dan lemak pada proses pengepresan ikan sehingga
kadar karbohidrat meningkat. Di dalam pengolahan biskuit sendiri selain dapat
mempengaruhi tekstur produk akhir juga meningkatkan nilai gizi berupa energi
(Musdalifah Umar 2013).
Tepung terigu merupakan bahan dasar utama dalam pembuatan produk
bakery dan kue. Secara garis besar ada dua jenis tepung gandumm yaitu tepung
gandum keras (strong flour) dan tepung gandum lunak (soft flour). Tepung
gandum keras digunakan untuk membuat roti dan produk-produk yang dibuat
dengan melibatkan proses fermentasi serta puff pastry, tepung terigu lunak
biasanya digunakan untuk membuat kue dan biskuit. Perbedaan utama dari kedua
jenis tepung tersebut adalah glutennya, dimana tepung terigu keras mengandung
gluten sekitar 13% sedangkan tepung terigu lunak kandungan glutennya sekitar
8,3%. Gluten inilah yang bertanggung jawab terhadap sifat pengembangan
adonan tepung terigu setelah ditambah air dan ditambah bahan pengembang atau
difermentasi menggunakan ragi (Musdalifah Umar 2013).
Gluten adalah protein yang menggumpal, bersifat elastis serta akan
mengembang bila dicampur dengan air. Gluten akan menentukan hasil produk
karena gluten akan mempengaruhi jaringan atau kerangka yang akan
mempengaruhi baik tidaknya produk. Baik tidaknya suatu produk akan ditentukan
oleh baik tidaknya jaringan, baik tidaknya jaringan akan ditentukan oleh kuatnya
gluten, kuat tidaknya gluten dipengaruhi banyak tidaknya kandungan protein,
banyak sedikitnya kandungan protein akan ditentukan oleh jenis tepung yang
digunakan (Subagjo, 2007 ).
Tepung gandum mengandung kurang lebih 0,5 sampai 0,8% pentose yang
larut dalam air. Zat ini memiliki sifat kelarutan dalam air sehingga menghasilkan
larutan yang sangat kental. Terjadinya pengentalan disebabkan tepung
mempunyai kemampuan menyerap air (Desrosier, 2008)
Komposisi kimia tepung terigu dapat dilihat pada table. Table 2.2 Komposisi
Kimia tepung terigu dalam 100 g bahan
Komposisi JumlahKalori (kkal) 365Protein (g) 8,9Lemak (g) 1,3Karbohidrat (g) 77,3Kalsium (mg) 16Fosfor (mg) 106Besi (mg) 1,2Nilai vitamin A (S.I) 0Vit. B1(mg) 0,12Vit.C(mg) 0Air (g) 12,0Bdd (100%) 100
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan
Untuk syarat mutu tepung terigu berbentuk serbuk, berbau norma dan
bebas dari bau asing, warna putih khas terigu.
D. Krekes
Biscuit adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang
adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak, dan bahan pengembang
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan tambahan lain yang di ijinkan.
Biscuit dapat dikelompokkan menjadi beberapa yaitu:
a) Biscuit Keras Biscuit keras adalah jenis biscuit yang dibuat dari adonan
keras, berbentuk pipih, bila dipatahkan penampang potongannya
bertekstur adat, dan dapat berkadar lemak tinggi atau rendah.
b) Biscuit crackers Crackers adalah jenis biscuit yang dibuat dari adonan
keras, melalui proses fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang
rasanya mengarah ke asin dan renyah, dan serta bila dipatahkan
penampang potongannya berlapis-lapis.
c) Cookies Cookies adalah jenis biscuit yang dibuat dari adonan lunak,
berkadar lemak tinggi, dan bila dipatahkan penampang potongannya
bertekstur kurang padat.
Wafer Wafer adalah jenis biscuit yang dibuat dari adonan cair, berpori - pori
kasar, renyah, dan bila dipatahkan penampang potongannya berongga-rongga (Dwi trisya
restyawati 2011).
Biskuit crackers adalah produk makanan kering yang dibuat dengan cara
memnggang adonan yang mengandung bahan dasar tepung terigu, lemak dan garam yang
di fermentasikan dengan yeast dan adonan di buat berlapis-lapis terlebih dahulu
kemudian dipotong dan di panggang ( Ulya Sarofa dkk 2013).
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan biscuit crackers dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu bahan-bahan yang berfungsi sebagai pengikat dan bahan
pelembut tekstur. Bahan pengikat atau pembentuk adonan yang kompak adalah tepung
terigu, air dan garam. Sedangkan bahan-bahan berfungsi sebagai pelembut tekstur adalah
mentega/margarine dan baking powder sebagai bahan pengembang (Dwi trisya
restyawati 2011).
Gambar 2.3 Crackes
Sumber : www.multipydelicious.com
Ada banyak macam crackes, dengan tampilan dan cita rasa yang beragam.
Tabel 2.3 Informasi Zat gizi crackes
Informasi Nilai GiziTakaran Saji (21 g)Jml Sajian per kemasan 1Jumlah per SajianEnergi Total : 90 kkalEnergi dari Lemak : 25 kkal % AKG*Lemak Total (2,5 gr) 4%Protein (2 gr) 3%Karbohidrat Total (16 gr) 5%gula (3 gr)Natrium (85 mg) 5%Kalsium 10%Asam Folat 10%Selenium 10%Zat Besi 10%Iodium 20%Seng 15%Magnesium 6%Vitamin A 15%Vitamin B1 15%Vitamin B2 15%Vitamin B3 10%Vitamin B6 10%Vitamin B12 10%Vitamin D 15%Vitamin E 10%* persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal.Kebutuhan energi Anda mungkin lebih tinggi atau lebih rendah
Menurut penelitian Sugiyono dkk 2012 tentang Pembuatan Crackers
Jagung dan Pendugaan Umur Simpannya dengan Pendekatan Kadar Air Kritis,
Pembuatan crackers dengan memanfaatkan tepung jagung merupakan
pengembangan produk baru yang berbasis komoditas lokal. Dengan proporsi
Tepung jagung : Tepung ketan yaitu F1 50:50, F2 60:40, F3 70:30, F4 80:20, F5
90:10, F6 100:0, dari hasil penelitian sugiono dkk menunjukan bahwa dari hasil
uji organoleptik terhadap kerenyahan dan overall menunjukan bahwa sampel F1
dan F2 paling di sukai oleh fanelis. Penentuan produk crackers jagung terbaik di
dasarkan pada formula yang memiliki basis tepung jagung terbanyak yaitu F2
(60:40) dengan rasio pengembangan 11%, nilai kerengahan 250,8 gf, serta nilai
kekerasan 284,7 gf.
Menurut Siti Nurdjanah dkk 2011 tentang Karakteristik Biskuit Coklat
dari Campuran Tepung Pisang Batu (Musa balbisianan colla) dan Tepung Terigu
pada berbagai Tingkat Subsitusi membuat 6 formulasi tepung pisang batu dan
tepung terigu dengan perbandingan yaitu F1 90:10, F2 85:15, F3 80:20, F4 75:25,
F5 70:30, F6 63:35, hasil penelitiannya mengatakan semakin banyak proporsi
tepung pisang abtu yang di gunakan maka penilaian panelis terhadap warna dan
kerenyahan biskuit semakin menurun, hal ini si sebabkan karena peningkatan
proporsi tepung pisang yang di gunakan, tetapi untuk rasa perlakuan formulasi
tepung pisang batu dan tepung terigu tidak berpengaruh terhadap skor rasa manis
biskuit. Biskuit formulasi 85:15 di tetapkan sebagai perlakuan terbaik
berdasarkan nilai organoleftik yang di hasilkan dan optimalisasi pemanfaatan
tepung pisang batu dengan karakteristik berwarna coklat, berteksur agak renyah,
memiliki rasa agak manis, agak di sukai panelis, dan agak potensial untuk di
kembangkan.
Menurut Murtiningsih dkk 2013 tentang Kajian Kualitas Biscuit Jagung,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi tepung terigu :
tepung jagung dan penambahan margarine, dari hasil penelian menunjukan bahwa
perlakuan terbaik adalah proporti tepung terigu : tepung jagung (25:75) dan
penambahan margarine 130%. Dengan hasil kadar air 3,780%, serat kasar 3,480%
dantekstur 0,666 mm/gram.detik. Hasil rata-rata uji hedonik untuk rasa 5,45(suka)
dan warna 5,45(suka) dan uji kerenyahan 5,15(agak suka).
Syarat mutu crackers telah ditetapkan oleh Departemen Perindustrian
yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI. 01-2973-1992). Adapun
syarat mutu crackers dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.4. Syarat Mutu Biskuit Crackes
No Kriteria Uji Persyaratan1. Keadaan
a. Baub. Rasac. Warnad. Tekstur
NormalNormalNormalNormal
2. Air (%b/b) Maksimal 53. Protein (%b/b) Minimal 84. Abu (%b/b) Maksimal 25. Bahan Tambahan Makanan
a. Pewarnab. Pemanis
Tidak boleh adaTidak boleh ada
6. Cemaran Logama. Tembaga/Cu (mg/kg)b. Timbal/Pb (mg/kg)c. Seng/Zn (mg/kg)d. Raksa/Hg (mg/kg)
Maksimal 10Maksimal 1,0Maksimal 40,0Maksimal 0,05
7. Arsen/As (mg/kg) Maksimal 0,58. Cemaran Mikrobia
a. Angka lempeng totalb. Coliformc. E.colid. Kapang
Maksimal 1,0 x 106
Maksimal 20<3Maksimal 1,0 x 102
Sumber : SNI,1992
1. Bahan-bahan dalam Pembuatan Biskuit Crackers dan Fungsinya
a. Tepung Terigu
Untuk menghasilkan biskuit crackers yang bermutu tinggi, yang sangat
ideal atau cocok digunakan adalah tepung terigu keras atau hard wheat. Tepung
terigu keras mempunyai kadar protein 10–11%, dihasilkan dari penggilingan
100% gandum hard. Jenis tepung ini digolongkan sebagai tepung terigu yang
mengandung protein tinggi, mudah dicampur dan diragikan, dapat menyesuaikan
dengan suhu yang diperlukan, berkemampuan menahan udara atau gas dan
mempunyai daya serap tinggi .Tepung terigu dalam pembuatan biskuit crackers
berfungsi sebagai pembentuk adonan, memberi kualitas dan rasa yang enak serta
warna , dan tekstur yang bagus (Sondakh dkk., 1999 dalam Dwi trisya restyawati
2011).
Menurut Astawan dalam Tarau (2011), berdasarkan kandungan glutein (protein),
terigu dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Hard flour, tepung ini berkualitas baik, kandungan proteinnya 12-13%, tepung ini
biasa digunakan untuk pembuatan roti dan mie berkualitas tinggi, contohnya:
terigu cakra kembar.
2. Medium hard, terigu ini mengandung protein 9,5-11%. Tepung ini banyak
digunakan untuk pembuatan roti, mie dan macam-macam kue serta biskuit,
contohnya: tepung segitiga biru.
3. Soft flour, terigu ini mengandung protein sebesar 7-8,5%. Penggunaannya cocok
sebagai bahan pembuatan kue dan biskuit, contoh: terigu kunci biru.
b. Gula
Menurut Tarau (2011), gula yang digunakan dalam pembuatan crackers
adalah gula halus agar mudah larut dan hancur dalam adonan. Pada pembuatan
crackers gula yang ditambahkan hanya sedikit yang berfungsi untuk
menghasilkan warna kecoklatan pada permukaan produk ketika proses
pemanggangan dan juga menjadi makanan bagi khamir.
c. Lemak
Menurut U. S Wheat Asociation dalam Perangin - Angin (2011), lemak
merupakan komponen penting dalam pembuatan biskuit crackers , karena
berfungsi sebagai bahan untuk menimbulkan rasa gurih, manambah aroma dan
menghasilkan tekstur produk yang renyah . Ada dua jenis lemak yang biasa
digunakan dalam pembuatan biskuit crackers yaitu dapat berasal dari lemak susu
(butter) atau dari lemak nabati (margarine) atau campuran keduanya.
d. Air
Biskuit keras memerlukan air sekitar 20% dari berat tepung.Air dalam
pembuatan biskuit. Crackers berfungsi sebagai pelarut bahan secara merata,
memperkuat gluten, mengatur kekenyalan adonan , dan mengatur suhu adonan.
e. Baking powder
Baking powder ada 2 macam yaitu menggunakan bahan asam dengan
reaksi yang cepat dan menggunakan bahan asam yang reaksinya lambat, baing
powder yang reaksinya cepat biasanya terdiri dari calcium acid phosphate.
Setelah pencampuran adonan, jenis baking powder ini akan melepaskannya cukup
banyak gas peragi dalam waktu yang relatif pendek dan selanjutnya akan
membebaskan gas dengan cepat pada waktu adonan di diamkan. Baking powder
terdiri dari sodiumm pyrophosphate atau sodium pluminium sulphate. Jenis ini
tidak terlalu banyak membebaskan gas peragi sampai adonan itu di panasan di
dalam oven, penggunakan baking powder dengan daya kerja yang lambat di mana
pada pembuatan adonan hanya akan sedikit gas yang hilang (Fathullah, 2013).
f. Baking soda atau soda kue
Bahan pengembang yang banyak digunakan dalam pembuatan biscuit
adalah tepung soda kue (NaHCO3). Biasanya soda kue terbuat dari batu-batuan.
soda kue adalah nama lain untuk sodium bikarbonat. Bahan ini akan
mengeluarkan gas karbondioksida (CO2) yaitu gas yang bersifat sebagai bahan
pengembang kue jika dipanaskan atau ditambahkan dengan asam. Penggunaan
yang luas dari sodium bikarbonat sebagai bahan pengembang didasarkan pada
harga yang murah, tidak beracun, mudah penggunannya, relatif tidak terasa dalam
produk akhir, dan memiliki kemurnian tinggi (Anonim, 2010 dalam Dwi Trisya
2011).
g. Telur
Pengunaan telur dalam pembuatan biskuit, terutama berfungsi sebagai
pengemulsi yang dapat membantu mempertahankan kestabilan adonan. Selain itu,
juga berperan dalam meningkatkan dan menguatkan flavor, warna dan
kelembutan, senyawa yang berfungsi sebagai emulsifier adalah lesitin dan
sephalin yang merupakan lemak telur. Adanya albumin telur membantu
pembentukan struktur adonan selama pemanggangan biskuit, karena membantu
memerangkap udara saat adonan dikocok, sehingga udara dapat menyebar merata
diseluruh adonan. Selain itu, telur juga dapat meningkatkan kerenyahan (crispy)
biskuit (Musdalifah, 2013).
h. Garam
Menurut Tarau (2011), dalam pembuatan crackers, garam digunakan
dalam adonan dan bahan dust filling/pelapis adonan sehingga menghasilkan
produk cracker yang berlapis - lapis.
i. Susu Skim
Susu yang digunakan adalah susu skim/susu bubuk. Fungsi susu dalam
pembuatan biskuit yaitu menambah nilai gizi, menambah rasa dan aroma. Susu
harus memiliki butiran halus, aroma harum khas susu, tidak apek, bersih dari
kotoran, warna sesuai dengan aslinya dan tidak menggumpal. Susu yang
berkualits baik akan menghasilkan produk biskuit yang bergizi tinggi dengan
aroma dan rasa yang gurih dan harum (Musdalifah, 2013).
2. Cara membuat Crackes
Cara pembuatan Bahan-bahan pembuatan crackers menurut Latifah Nur Aisiyah
2012 :
a. Bahan-bahan
1) Tepung terigu 100 gr ( dan terdiri dari tepung umbi jalar dan tepung ikan
teri nasi dengan proporsi yang berbeda-beda)
2) Tepung gula 0,7 gr
3) Margarine 30 gr
4) Ragi 0,5 gr
5) Baking soda 0,05 gr
6) Kuning telur 2,5 gr
7) Garam 1,5 gr
8) Air 40 ml
9) Susu skim 2,5 gr
b. Langkah-langkah pembuatan crackers
1) Pembentukan butter yaitu margarin, gula, susu skim dan 20 ml air di aduk
sampai homogen.
2) Ragi, garam, kuning telur, baking soda, 20 ml air, tepung terigu, tepung
ubi kuning, dan tepung ikan teri nasi di tambahkan pada adoan butter lalu
di aduk sampai khalis.
3) Adonan di fermentasi selama 30 menit.
4) Dipipihkan, di cetak kemudian di istirahatkan selama 5 menit.
5) Dipanggang pada suhu 160°C selama 20 menit.
E. Kalsium
Kalsium adalah sebuah elemen kimia dengan simbol Ca dan nomor atom
20. Mempunyai massa atom 40.078 amu. Kalsium merupakan salah satu logam
alkali tanah, dan merupakan elemen terabaikan kelima terbanyak di bumi.
Kalsium juga merupakan ion terabaikan kelima terbanyak di air laut di lihat dari
segi molaritas massanya, setelah nartium, klorida, magnesium dan sulfat
(Anonim, 2011)
Kalsium adalah unsur paling berlimpah kelima oleh massa dalam tubuh
manusia, di mana itu adalah utusan ionik umum seluler dengan banyak fungsi,
dan berfungsi juga sebagai elemen struktural dalam tulang. Ini adalah kalsium
bernomor atom relatif tinggi dalam kerangka yang menyebabkan tulang menjadi
radio-opak. Dari komponen padat tubuh manusia setelah pengeringan dan
pembakaran organik (seperti misalnya kremasi), sekitar sepertiga dari total massa
“mineral” yang tersisa, adalah kilogram sekitar satu kalsium yang menyusun
kerangka rata-rata (sisanya yang sebagian besar fosfor dan oksigen).
Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi
metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan pergerakan otot
(Anonim, 2011). Berikut manfaat kalsium bagi manusia :
1) Mengaktifkan saraf
2) Melancarkan peredaran darah
3) Melenturkan otak
4) Menormalkan tekanan darah
5) Menyeimbangkan tingkat keasaman darah
6) Menjaga keseimbangan cairan tubuh
7) Mencegah keropos tulang
8) Mencegah penyakit jantung
9) Menurunkan risiko kanker usus
10) Mengatasi kram, sakit pinggang, wasir, dan reumatik
11) Mengatasi keluhan saat haid dan menopause
12) Meminimalkan penyusutan tulang selama hamil dan menyusui
13) Membantu mineralisasi gigi dan mencegah pendarahan akar gigi
14) Mengatasi kering dan pecah-pecah pada kulit kaki dan tangan
15) Memulihkan gairah seks yang menurun/melemah
16) Mengatasi kencing manis (mengaktifkan pankreas)
Setelah umur 20 tahun, tubuh manusia akan mulai mengalami kekurangan
kalsium sebanyak 1% per tahun. Dan setelah umur 50 tahun, jumlah kandungan kalsium
dalam tubuh akan menyusut sebanyak 30%. Kehilangan akan mencapai 50% ketika
mencapai umur 70 tahun dan seterusnya mengalami masalah kekurangan kalsium. Gejala
awal kekurangn kalsium adalah seperti lesu, banyak keringat, gelisah, sesak nafas,
menurunnya daya tahan tubuh, kurang nafsu makan, sembelit, insomnia, kram dan
sebagainya.
Tubuh memerlukan kalsium karena setiap hari tubuh kehilangan mineral tersebut
melalui pengelupasan kulit, kuku, rambut, dan juga melalui urine dan feses. Kehilangan
kalsium harus diganti melalui makanan yang dikonsumsi oleh tubuh. Jika jumlah kalsium
yang dibutuhkan oleh tubuh tidak sesuai maka dapat menimbulkan penyakit yang disebut
dengan osteoporesis. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tulang
menjadi keropos lalu terkelupas. Karena kekurangan kalsium, tulang menjadi rapuh.
1. Sumber Kalsium
Sumber kalsium terbagi dua, yaitu hewani dan nabati. Akan tetapi, jika
bahan hewani dikonsumsi berlebihan, bisa menghambat penyerapan kalsium,
karena kadar proteinnya tinggi. Sekitar 70% kalsium dalam makanan berasal dari
susu dan hasil-hasilnya terutama keju pada orang dewasa. Hanya sedikit sayuran
hijau dan buah-buahan kering merupakan sumber kalsium yang baik (16% dari
asupan) dan air minum, termasuk air mineral, menyediakan 6% sampai 7%.
2. Absorpsi Kalsium
Absorbsi kalsium dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk umur, jumlah
yang dibutuhkan dan makanan apa saja yang dimakan pada waktu yang sama.
Umumnya, kalsium dari sumber-sumber makanan diabsorbsi lebih baik daripada
yang berasal dari suplemen. Persentase kalsium yang diabsorbsi dan dicerna
anak-anak lebih tinggi daripada dewasa karena kebutuhan mereka selama
dorongan pertumbuhan mungkin dua atau tiga kali lebih besar per berat badan
Konsumsi makanan berprotein tinggi, konsumsi berlebihan makanan
berkadar protein yang melebihi kebutuhan tubuh, akan berpengaruh buruk pada
keseimbangan kalsium tubuh. Pola hidup tidak sehat, termasuk kebiasaan minum
kopi berlebihan, kecanduan rokok dan minuman keras. Semua ini akan
mengganggu penyerapan kalsium dalam usus.
3. Fungsi Kalsium
Tersedianya kalsium dalam penting sehubungan dengan peranan dalam
pembentukan tulang dan gigi, pada berbagai proses fisiologik dan biokimiawi di
dalam tubuh (pada pembekuan darah, eksitabilitas, syaraf otot, kerekatan seluler,
transmisi impul-impul syaraf, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel,
dan mengaktifkan reaksi enzim dan pengeluaran hormon).
Sehubungan dengan peranan-peranannya itu, maka fungsi zat kapur (Ca)
dalam tubuh dapat diringkaskan yaitu bersama fofor membentuk matriks tulang,
pembentukan ini dipengaruhi pula oleh vitamin D, membantu proses
penggumpalan darah dan mempengaruhi penerimaan rangsang pada otot dan
syaraf.
4. Kelebihan Kalsium
Konsumsi kalsium secara berlebih ternyata dapat menimbulakn efek
samping bagi orang yang mengkonsumsinya, salah satunya adalah keracunan.
Sehingga mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang banyak untuk jangka waktu
pendek tidak akan menimbulkan gejala keracunan, susah BAB (konstipasi) dan
adanya risiko batu ginjal.
5. Kadar Kalsium dalam pangan
Pengujian kadar kalsium diawali dengan preparasi sampel chicken nugget
yaitu 10 gram sampel chicken nugget diletakkan dalam gelas beker dan
ditambahkan dengan N-hexan lalu diaduk dan disaring hingga terpisah lemak/
minyaknya yang berwarna kuning terpisah dari residunya. Residu yang
didapatkan lalu dioven pada suhu 100 oC Sampel yang telah dioven siap untuk
selanjutnya diuji kadar kalsiumnya menggunakan Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS). Sampel sebanyak 5 gram diabukan dalam tanur
bersuhu 550°C. Pengujian kalsium menggunakan tanur, labu ukur, kertas
Whattman dan Atomic Absorption Spectrophotometer. selama 4 jam hingga abu
berwarna keputihputihan. Indukan dibuat dengan ditambahkan 50 ml HNO3 3 N
kemudian didihkan selama10 menit. Penyaringan larutan dengan kertas
Whattman 41 di dalam labu ukur 50 ml dan ditambahakan aquades. Larutan
indukan diambil 1 ml lalu dilakukan pengenceran dengan aquades dan
penambahan 10 ml La2O3 5%. Sampel yang sudah siap lalu dibaca dengan
menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) dengan panjang
gelombang 422,7 nm (AOAC, 2000).
Menurut Tejasari (2005), untuk menganalisis kadar kalsium dapat di
lakukan dengan metode titrimatri. Prinsip metode ini adalah kalsium di endapkan
sebagai kalsium oksalat, dan endapan di larutkan dalam asam sulfat encer panas,
dan di titrasi dengan KMnO. Adapun cara kerja uji kalsium adalah sebagai
berikut :
a. Masukan sejumlah 20-100 ml larutan abu (pengabuan kering) ke dalam gelas
piala 250 ml.
b. Tambahkan 10 ml larutan ammonium oksalat jenuh dan 2 tetes indikator
merah metil.
c. Tambahkan ammonia encer agar sedikit basa, lalu tambahkan beberapa tetes
asam asetat agar sedikit asam dan warna larutan merah muda (pH 5,0).
d. Panaskan larutan hingga mendidih, lalu diamkan selama minimum 4 jam atau
semalaman pada suhu kamar.
e. Saring pada kertas Whatman No.42 dan bilas dengan akuades hingga filtrat
bebas oksalat.
f. Ujungi lubang kertas saring dengan batang kaca, bilas dan pindahkan
endapan dengan H2SO4 encer (1+4) panas ke dalam gelas piala bekas tempat
pengendapan kalsium, lalu bilas satu kali lagi dengan air panas.
g. Titrasi (selagi panas atau suhu 70-80°C) dengan larutan KMnO4 0,01 N
hingga larutan bewarna merah jambu permanen ke-1.
h. Masukan kertas saring dan titrasi lanjut hingga mencapai warna merah jambu
permanen ke-2.
i. Kemudian kadar kalsium di tentukan dengan perhitungan kadar kalsium.
Menurut Tejasari (2005), untuk mengetahui dari tiap-tiap perlakuan yang di
berikan terhadap kadar kalsium crackers, maka di lakukan uji kadar kalsium
dengan melakukan perhitungan rumus :
mgCa/100 mg sampel =
HasilTitrasi x N KMnO 4 x 20 x total volume larutan abu x100Volume larutan abu yang digunakan xberat sampel yangdiabukan
F. Penilaian Organoleptik
Penilaian organoleptik yaitu penilaian dengan menggunakan indera atau di
sebut juga penilaian sensorik, pada mulanya adalah sebagai kegiatan sari (art) dan
tetap berkembang sebagai seni sampai merasuki dunia industri. Baru pada tahun
1950-an bidang seni ini mulai berkembang menjadi bidang ilmu (soekarto,1985
dalam Syarwani 2015).
Penilaian dengan indera banyak di gunakan untuk menilai mutu komoditi
hasil pertanian dan makanan. Penilaian cara ini banyak di sukai karena dapat di
laksanakan dengan cepat dan langsung. Kadang-kadang penilaian sensorik dapat
memberikan hasil yang sangat teliti. Dalam beberapa hal bahkan penelitian ini
melebihi ketelitian alat yang paling sensitif (Soekarto, 1985 dalam Syarwani
2015).
Tabel 2.5 Klasifikasi Metode Uji dalam Penilaian Sensorik (Lawless dan
Heymann, 2010)
Metode Uji Pertanyaan Tipe Uji Karakteristik Panelis
Diskriminasi (Uji Pem
edaan)
Apa produk berbeda secara
keseluruhan?
Analitik Diseleksi berdasarkan ketaja
man indra, berorientasi pada
cara uji, kadang-
kadang dilakukan pelatihan
Deskriptif Bagaimana beda produk da
lam karakteristik sensorik
tertentu?
Analitik Diseleksi berdasarkan
ketajaman
indera dan perangsangan,
terlatuh atau lebih terlatih
Afektik (Uji
Penerimaan)
Seberapa baik produk di
sukai atau produk mana
yang lebih di sukai?
Hedonik Di seleksi berdasarkan
kegunaan produk, tidak
terlatih
Sumber : Lawless dan Heymann (2010)
1. Panel
Untuk melaksanakan suatu penilaian organoleptik di perlukan panel.
Dalam penilaian mutu atau analis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel
bertindak sebagai instrumen atau alat. Orang yang menjadi anggota panel disebut
panelis. Penilaian makanan secara panel berdasarkan kesan subjektif dari para
panelis dengan prosedur sensorik tertentu yang harus dituruti. Menurut Soekarno
(1985) ada 6 macam panel yang biasa di gunakan dalam penelitian organoleptik
yaitu sebagai berikut.
a. Panel pencicip perorangan (individual expert)
b. Panel pencicip terbatas (small expert panel)
c. Panel terlatih (trained panel)
d. Panel tak terlatuh (untrained panel)
e. Panel agak terlatih (semi-trained panel)
f. Penel konsumen (consumer panel)
2. Uji Penerimaan
Uji penerimaan adalah komponen yang penting dan di perlukan dalam setiap program
penilaian sensorik. Dalam proses penilaian produk, uji penerimaan hampir selalu diiringi
uji sensorik analitik secara diskriminasi dan deskriptif (Stone, 2012).
Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu
bahan yang menyebabkan orang menyukainya. Panelis mengemukakan kesukaan atau
tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensorik atau kualitas komoditi yang
dimilai. Karena sifatmya yang sangat subjektif, panelis yang ekstrim senang atau benci
terhadap suatu komoditi atau bahan tertentu tidak bisa digunakan untuk menjadi panelis
uji penerimaan. Tujuan dari uji penerimaan adalah untuk mengetahui apakah suatu
komoditi atau sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kelompok uji
penerimaan ini termasuk uji kesukaan (hedonik), uji mutu hedonik (Soekarto, 1985
dalam Syarwani 2015).
a. Uji Kesukaan (Uji Hedonik)
Dalam uji hedonik, panelis di mintakan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan
pendapat senang, suka atau sebaliknya, mereka juga mengemukakan tingkat
kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini di sebut skala hedonik. Misalnya
dalam hal “suka”, dapat mempunyai skala hedonik seperti : amat sangat suka,
sangat suka, suka, agak suka (Soekarto, 1985 dalam Syarwani 2015)`
Dalam penganalisisan skala hedonik ditransformasikan menjadi skala
numerik dangan angka menaik meurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini
dapat di lakukan analisis statistik. Uji hedonik paling sering di gunakan untuk
menilai komoditi sejenis atau produk pengembangan secara organoleptik
(Soekarto, 1985 dalam Syarwani 2015).
G. Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh proporsi tepung talas dan tepung terigu terhadap kadar kalsium
pada crackes.
H. Kerangka Teori
Kaldu bubuk
Preparasi Tepung Talas
Umbi Talas
Bahan Baku Crackers
Tepung Terigu
Tepung Talas
Tepung Terigu : Tepung Talas
Pengolahan Crackers
Pembentukan butter yaitu margarin, gula, susu skim dan 20 ml air di aduk sampai homogen.
Crackers
Mutu Organoleptik
Daya Terima
Mutu Fisik
Mutu Kimia
Mutu Mikrobiologi
Kadar Kalsium
Ragi, garam, kuning telur, baking soda, 20 ml air, tepung terigu, tepung ubi kuning, dan tepung ikan teri nasi di tambahkan pada adoan butter lalu di aduk sampai khalis.
Adonan difermentasi 30 menit, lalu di cetak dan diistirahatkan selama 5 menit
Margarine
Ragi
Baking soda
Kuning telur
Tepung Gula
Air
Susu skim
Garam
Di panggan dengan suhu 160°C selama 20 menit
Keterangan
Diteliti =
Diteliti data pendukung =
Tidak diteliti =
I. Kerangka Konsep
Keterangan :
Diteliti =
Diteliti data pendukung =
Tepung Terigu : Tepung Talas
Pengolahan Crackers
Mutu Kimiawi Crackers (Kadar
Kalsium Crackers)
Mutu Organoleptik Crackers (Warna,
Aroma, Tekstur, Rasa)
Kadar Kalsium Kadar Kalsium