bab ii fix
DESCRIPTION
tugas akhirTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Catu Daya ( Power Supply )
Catu Daya atau sering disebut dengan Power Supply adalah sebuah piranti
yang berguna sebagai sumber listrik untuk piranti lain. Catu Daya bukanlah
sebuah alat yang menghasilkan energi listrik saja, namun ada beberapa Catu Daya
yang menghasilkan energi mekanik, dan energi yang lain.
2.1.1 Macam Catu Daya
Secara garis besar, Power Supply elektrik dibagi menjadi dua macam, yaitu
Power Supply Linier dan Switching Power Supply.
2.1.1.1 Power Supply Linier
Power Supply Linier merupakan jenis power supply yang umum digunakan.
Cara kerja dari power supply ini adalah mengubah tegangan AC menjadi tegangan
AC lain yang lebih kecil dengan bantuan Transformator. Tegangan ini kemudian
disearahkan dengan menggunakan rangkaian penyearah tegangan, dan dibagian
akhir ditambahkan kapasitor sebagai pembantu menyearahkan tegangan sehingga
tegangan DC yang dihasilkan oleh power supply jenis ini tidak terlalu
bergelombang.
6
Selain menggunakan dioda sebagai penyearah, rangkaian lain dari jenis ini
menggunakan regulator tegangan sehingga tegangan yang dihasilkan lebih baik
daripada rangkaian yang menggunakan dioda. Power Supply jenis ini dapat
menghasilkan tegangan DC yang bervariasi antara 0 - 30 Volt dengan arus antara
0 - 5 Ampere.
2.1.1.2 Switching Power Supply
Power Supply jenis ini menggunakan metode yang berbeda dengan power
supply linier. Pada jenis ini, tegangan AC yang masuk ke dalam rangkaian
langsung disearahkan oleh rangkaian penyearah tanpa menggunakan bantuan
transformer. Cara menyearahkan tegangan tersebut adalah dengan menggunakan
frekuensi tinggi antara 10KHz hingga 1MHz, dimana frekuensi ini jauh lebih
tinggi daripada frekuensi AC yang sekitar 50Hz. Pada switching power supply
biasanya diberikan rangkaian feedback agar tegangan dan arus yang keluar dari
rangkaian ini dapat dikontrol dengan baik. Keuntungan utama dari metode ini
adalah efisiensi yang lebih besar karena switching transistor daya sedikit
berkurang ketika berada di luar daerah aktif yaitu, ketika transistor berfungsi
seperti tombol dan juga memiliki diabaikan jatuh tegangan atau arus yang dapat
diabaikan melaluinya. Keuntungan lain termasuk ukuran yang lebih kecil dan
bobot yang lebih ringan dari pengurangan transformator frekuensi rendah yang
memiliki berat yang tinggi dan panas yang dihasilkan lebih rendah karena
efisiensi yang lebih tinggi. Kerugian meliputi kompleksitas yang lebih besar,
generasi amplitudo tinggi, energi frekuensi tinggi yang low-pass filter harus blok
untuk menghindari gangguan elektromagnetik (EMI).
7
2.2 SCR ( Silicon Controlled Rectifier )
Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan alat semikonduktor empat
lapis (PNPN) yang menggunakan tiga kaki yaitu anoda (anode), katoda (cathode),
dan gerbang (gate) dalam operasinya. SCR adalah salah satu thyristor yang paling
sering digunakan dan dapat melakukan penyaklaran untuk arus yang besar.
SCR digunakan untuk mengontrol khususnya pada tegangan tinggi, karena
SCR dapat dilewatkan tegangan dari 0 sampai 220 Volt tergantung pada spesifik
dan tipe dari SCR tersebut. SCR dapat dikategorikan menurut jumlah arus yang
dapat beroperasi, yaitu SCR arus rendah dan SCR arus tinggi. SCR arus rendah
dapat bekerja dengan arus anoda kurang dari 1A. Sedangkan SCR arus tinggi
dapat menangani arus beban sampai ribuan ampere.
( a ) ( b )
Gambar 2.1. (a) Bentuk Fisik SCR, (b) Struktur SCR
8
2.2.1 Karateristik SCR ( Silicon Controlled Rectifier )
SCR tidak akan menghantar atau on, meskipun diberikan tegangan maju
sampai pada tegangan breakovernya SCR tersebut dicapai (VBRF). SCR akan
menghantar jika pada terminal gate diberi pemicuan yang berupa arus dengan
tegangan positip dan SCR akan tetap on bila arus yang mengalir pada SCR lebih
besar dari arus yang penahan (IH).
Sebuah SCR terdiri dari tiga terminal yaitu anoda, katoda, dan gate. SCR
berbeda dengan dioda rectifier biasanya. SCR dibuat dari empat buah lapis dioda.
SCR banyak digunakan pada suatu sirkuit elekronika karena lebih efisien
dibandingkan komponen lainnya terutama pada pemakaian saklar elektronik.
Pada saat Arus yang mengalir pada SCR (IT) lebih kecil dari Arus penahan
(IH), maka SCR akan off (tidak aktif) kembali. karena sumber tegangan yang
diberikan merupakan tegangan AC sehingga karateristik yang terlihat pada
osiloskop arus mengalir bolak-balik tetapi karena ada dioda sehingga arus pada
sinyal negatif menjadi terpotong. Garis putus-putus pada osiloskop artinya
menandakan bahwa SCR belum aktif atau Arus yang mengalir pada SCR (IT)
lebih kecil dari Arus penahan (IH).
2.2.2 Prinsip Kerja SCR
Pada Prinsipnya SCR bekerja jika sumber tegangan masukan yang
digunakan tegangan searah, SCR akan konduksi (ON) jika potensial pada anoda
lebih positif daripada potensial pada katoda dan pada terminal gate dialirkan arus
pulsa positif. Kondisi ON SCR ini ditentukan oleh besar arus pulsa positif pada 9
gate. Tetapi, SCR akan terus ON meskipun arus pulsa pada gate diputus. SCR
akan putus (OFF) dengan cara membuat potensial pada anoda sama dengan
katoda. Proses pengaliran arus listrik pada terminal gate ini disebut penyulutan/
pemicu (triggering), sedangkan proses pemutusan (OFF) dari kondisi ON ini
disebut komutasi (commutation).
Selanjutnya, jika sumber tegangan masukan yang digunakan tegangan
bolak-balik, SCR akan ON ketika tegangan bolak-balik pada polaritas positif dan
akan OFF pada polaritas negatif, tetapi pada terminal gate harus selalu dialirkan
arus pulsa positif. Berbeda dengan karakteristik sebelumnya, SCR akan OFF
ketika arus pulsa pada gate diputus. Hal ini berarti, arus pulsa pada gate harus
selalu dihubungkan dengan terminal gate agar rangkaian dapat bekerja
sebagaimana yang diharapkan.
Gambar 2.2: (a) simbol SCR, (b) karakteristik SCR,
(c) karakteristik ideal SCR sebagai sakelar
10
Jika SCR dalam kondisi ideal, ketika SCR dalam kondisi ON memiliki
karakteristik tegangan pada SCR sama dengan nol dan arus yang mengalir sama
dengan arus bebannya. Sebaliknya, SCR dalam kondisi OFF memiliki
karakteristik tegangan pada SCR sama dengan tegangan sumbernya dan arus yang
mengalir sama dengan nol. Dalam kondisi SCR ON dan OFF ini dapat dinyatakan
tidak terjadi kerugian daya pada SCR.
2.2.3 Jenis SCR
Adapun jenis – jenis dari SCR antara lain sebagai berikut :
1. LASCR ( Light Activated SCR ) adalah jenis SCR yang apabila
terkena sinar matahari ( cahaya yang cukup kuat ) akan menyebabkan
elektron – elektron valensi dalam SCR tersebut akan dilepaskan dari
orbit – orbit dan akan menjadi elektron – elektron bebas. Ketika
elektron – elektron ini mengalir keluar dari kolektor akan memasuki
basis transistor, maka proses regenerasi akan berlangsung sampai
LASCR menjadi tertutup.
2. SCS ( Silicon Controlled Switch ) adalah jenis SCR yang identik
dengan saklar penahan SCS menyediakan saluran kepada kedua
basisnya satu picu pratengangan maju yang diberikan kepada salah
satu basis tersebut akan menutupi SCS, begitu pula sebaliknya bila
diberi pratengangan balik maka akan membuka piranti saklar
3. GCS ( Gate – Controlled Switch ) adalah saklar yang dirancang untuk
dibuka dengan cara mudah yaitu dengan picu pratengangan balik.
11
Untuk GCS penutupan dilakukan dengan picu positif dan pembukaan
dilakukan dengan picu negatif ( atau dengan pemutusan arus rendah ).
2.3 Dioda
Dioda adalah komponen aktif yang memiliki dua kutub dan bersifat
semikonduktor. Dioda semikonduktor hanya dapat melewatkan arus pada satu
arah saja, yaitu pada saat dioda memperoleh catu arah maju (forward bias). Pada
kondisi ini dioda dikatakan bahwa dioda dalam keadaan konduksi atau
menghantar dan mempunyai tahanan dalam dioda relative kecil. Sedangkan bila
dioda diberi catu arah terbalik (Reverse bias) maka dioda tidak bekerja dan pada
kondisi ini dioda mempunyai tahanan dalam yang tinggi sehingga arus sulit
mengalir. Dari kondisi tersebut maka dioda hanya digunakan pada beberapa
pemakain saja antara lain sebagai penyearah gelombang (rectifier), disamping
kegunaan-kegunaan lainya misalnya sebagai Clipper, Clamper, pengganda
tegangan dan lain-lain. Dioda dapat dialiri arus listrik ke satu arah dan
menghambat arus dari arah sebaliknya. Dioda tidak memiliki karakter yang
sempurna, melainkan memiliki karakter yang berhubungan dengan arus dan
tegangan komplek yang tidak linier dan seringkali tergantung pada teknologi yang
digunakan serta parameter penggunaannya.
2.3.1 Sifat-Sifat Dioda
a. Dioda Silikon:
1. Menghantar dengan tegangan maju kira-kira 0.6 Volt
12
2. Perlawanan maju cukup kecil
3. Perlawanan terbalik sangat tinggi, dapat mencapai beberapa
Megaohm
4. Arus maju maksimum yang dibolehkan cukup besar, sampai 1000A
5. Tegangan terbalik maksimum yang dibolehkan cukup tinggi, dapat
mencapai 1000V
b. Dioda Germanium:
1. Menghantar dengan teganagnmaju kira-kira 0,2 Volt
2. Perlawanan maju agak besar
3. Perlawanan terbalik kurang tinggi ( kurang dari 1 M ohm)
4. Arus maju maksimum yang dibolehkan kurang besar
5. Tegangan terbalik masimum yang dibolehkan kurang tinggi.
2.3.2 Jenis dioda
2.3.2.1 Light Emiting Diode (Dioda Emisi Cahaya)
Dioda yang sering disingkat LED ini merupakan salah satu piranti
elektronik yang menggabungkan dua unsur yaitu optik dan elektronik yang
disebut juga sebagai Opteolotronic.dengan masing-masing elektrodanya berupa
anoda (+) dan katroda (-), dioda jenis ini dikategorikan berdasarkan arah bias dan
diameter cahaya yang dihasilkan, dan warna nya.
13
Gambar 2.3 Dioda Emisi Cahaya
2.3.2.2 Diode Photo (Dioda Cahaya)
Dioda jenis ini merupakan dioda yang peka terhadap cahaya, yang bekerja
pada pada daerah-daerah reverse tertentu sehingga arus cahaya tertentu saja yang
dapat melewatinya, dioda ini biasa dibuat dengan menggunakan bahan dasar
silikon dan geranium. Dioda cahaya saat ini banyak digunakan untuk alarm, pita
data berlubang yang berguna sebagai sensor, dan alat pengukur cahaya (Lux
Meter).
Gambar 2.4 Dioda Cahaya
2.3.2.3 Diode Varactor (Dioda Kapasitas)
Dioda jenis ini merupakan dioda yang unik, karena dioda ini memiliki
kapasitas yang dapat berubah-ubah sesuai dengan besar kecilnya tegangan yang
diberikan kepada dioda ini, contohnya jika tegangan yang diberikan besar, maka
kapasitasnya akan menurun,berbanding terbalik jika diberikan tegangan yang
rendah akan semakin besar kapasitasnya, pembiasan dioda ini secara reverse.
14
Dioda jenis ini banyak digunakan sebagai pengaturan suara pada televisi, dan
pesawat penerima radio.
Gambar 2.5 Dioda Varactor
2.3.2.4 Diode Rectifier (Dioda Penyearah)
Dioda jenis ini merupakan dioda penyearah arus atau tegangan yang
diberikan, contohnya seperti arus berlawanan (AC) disearahkan sehingga
menghasilkan arus searah (DC). Dioda jenis ini memiliki karakteristik yang
berbeda-beda sesuai dengan kapasitas tegangan yang dimiliki.
Gambar 2.6 Dioda Penyearahan
2.3.2.5 Diode Zener
Dioda jenis ini merupakan dioda yang memiliki kegunaan sebagai
penyelaras tegangan baik yang diterima maupun yang dikeluarkan, sesuai dengan
kapasitas dari dioda tersebut, contohnya jika dioda tersebut memiliki kapasitas 5,1
V, maka jika tegangan yang diterima lebih besar dari kapasitasnya, maka tegangan
15
yang dihasilkan akan tetap 5,1 tetapi jika tegangan yang diterima lebih kecil dari
kapasitasnya yaitu 5,1, dioda ini tetap mengeluarkan tegangan sesuai dengan
inputnya.
Gambar 2.7 Dioda Zener
2.4 Penyearah Gelombang ( Rectifier )
Penyearah / rectifier adalah pengubah sebuah tegangan arus listrik bolak-
balik (AC) menjadi arus listrik searah (DC). Komponen utama dalam penyearah
gelombang adalah diode yang dikonfiguarsikan secara forward bias. Bentuk
tegangan DC yang disearahkan tidaklah kontinyu dan mengandung hamonis.
Penyearahan merupakan prosesor daya yang memberikan tegangan keluaran DC
yang mengandung jumlah harmonis yang minimum. Pada saat yang sama,
terkadang penyearahan memiliki arus masukan sinusoidal yang sefasa dengan
tegangan masukan sehingga faktor dayanya mendekati satu. Kualitas pemrosesan
daya penyearah memerlukan arus masukan, tegangan keuaran, dan arus keluaran
dengan kandungan harmonis yang pasti. Ada beberapa macam jenis rangkaian
penyearahan dan kinerja biasanya dihitung dengan parameter – parameter sebagai
berikut :
16
Nilai rata – rata tegangan keluaran pada beban ( Vdc ), Nilai rata – rata arus
keluaran pada beban ( Idc ), dan keluaran daya dc ( Pdc ). Besar Pdc dapat dicari
dengan perhitungan sebagai berikut :
Pdc = Vdc . Idc ( watt ) ( 2.1 )
Nilai rms tegangan keluaran ( Vrms ), Nilai rms arus keluaran ( Irms ), dan
Keluaran daya ac ( Pac )
Pac ( watt ) = Vrms . Irms ( watt ) ( 2.2 )
Efisiensi ( rectification ratio ) sebuah penyearahan, yang merupakan contoh
untuk membandingkan efisiensi, yang ddefinisikan sebagai
η=PdcPac
( 2.3 )
Tegangan keluaran dapat dikatakan sebagai gabungan dua buah komponen ,
yaitu nilai dc dan komponen ac atau ripple.
Nilai efektif ( rms ) komponen ac tegangan keluaran adalah
Vac=√Vrms2−Vdc2 ( volt ) ( 2.4 )
Faktor bentuk ( form factor ) yang mengukur bentuk tegangan keluaran
adalah :
FF=VrmsVdc
( 2.5 )
17
Faktor ripple ( ripple factor ) yang mengukur kandungan ripple,
didefinisikan sebagai
RF=VacVdc
( 2.6 )
Dengan mensubstitusikan persamaan diatas maka faktor ripple dapat
dinyatakan sebagai
RF=√(VrmsVdc )
2
−1=√FF2−1 ( 2.7 )
Faktor kegunaan trafo ( transformer utilization factor ) didefinisikan
TUF=Pdc
V s I s( 2.8 )
Pada rangkaian penyearahan dapat dibedakan menjadi penyearahan
setengah gelombang satu fasa, penyearahan gelombang penuh satu fasa,
penyearahan bintang fasa banyak, dan jembatan penyearahan tiga fasa. Pada
bentuk penyearahan tersebut tidak dipakai dalam dunia industri, melaikan
digunakan sebagai pemahaman prinsip dari penyearahan.
2.5 Penyearah satu fasa setengah gelombang
Pada penyearah satu fasa setengah gelombang hanya menggunakan 1 buah
diode sebagai komponen utama dalam menyearahkan gelombang AC. Prinsip
kerja dari penyearah setengah gelombang ini adalah mengambil sisi sinyal positif
18
dari gelombang AC dari transformator. Pada saat transformator memberikan
output sisi positif dari gelombang AC maka diode dalam keadaan forward bias
sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut dilewatkan dan pada saat
transformator memberikan sinyal sisi negatif gelombang AC maka dioda dalam
posisi reverse bias, sehingga sinyal sisi negatif tegangan AC tersebut ditahan atau
tidak dilewatkan seperti terlihat pada gambar sinyal output penyearah setengah
gelombang.
Gambar 2.8 Diagram rangkaian
Gambar 2.9 Bentuk gelombang
Formulasi yang digunakan pada penyearah setengah gelombang sebagai berikut.
V avg=VmπR
( Volt ) ( 2.9 )
2.6 Penyearah satu fasa gelombang penuh
19
Penyearah gelombang dengan 2 diode menggunakan tranformator dengan
CT (Center Tap). Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan 2 diode dapat
dilihat pada gambar berikut : Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh
dengan 2 dioda ini dapat bekerja karena menggunakan transformator dengan CT.
Transformator dengan CT seperti pada gambar diatas dapat memberikan output
tegangan AC pada kedua terminal output sekunder terhadap terminal CT dengan
level tegangan yang berbeda fasa 180°.
Pada saat terminal output transformator pada D1 memberikan sinyal puncak
positif maka terminal output pada D2 memberikan sinyal puncak negatif, pada
kondisi ini D1 pada posisi forward dan D2 pada posisi reverse. Sehingga sisi
puncak positif dilewatkan melalui D1. Kemnudian pada saat terminal output
transformator pada D1 memberikan sinyal puncak negatif maka terminal output
pada D2 memberikan sinyal puncak positif, pada kondisi ini D1 posisi reverse dan
D2 pada posisi forward. Sehingga sinyal puncak positif dilewatkan melalui D2.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar output penyearah gelombang
penuh berikut. Formulasi pada penyearah gelombang penuh sebagai berikut.
Gambar 2.10 Gambar diagram
20
Gambar 2.11 Bentuk gelombang
Formulasi pada penyearah gelombang penuh sebagai berikut.
Vavg=2 Vmπ
(Volt) ( 2.10 )
2.7 Konverter
2.7.1 Pengertian Konverter
Penyearah fasa-terkontrol {phase-controlled) adalah merupakan penyearah
yang sederhana dan murah, efisiensi penyearah ini secara umum berada diatas
95%. Karena penyearah ini mengkonversikan tegangan ac ke dc, penyearah ini
dikenal sebagai konverter ac ke dc (ac-to-dc converter) dan banyak digunakan
dalam alpikasi industri terutama pada penggerak listrik dengan kecepatan variabel
(variable-speed drives), yang mencakup level daya hingga megawatt. Konverter
dengan fasa terkontrol dapat diklasifikasikan pada dua tipe, bergantung pada
suplai masukan : (1) konverter satu fasa, dan (2) konverter tiga fasa. Setiap tipe
21
dapat dibagi lagi menjadi (a) semikonverter (semiconverter), (b) konverter penuh
(full konverter), (c) konverter ganda (dual konverter). Semikonverter merupakan
konverter satu kuadran dan hanya memiliki satu polaritas tegangan dan arus
keluaran. Konverter penuh merupakan konverter dua kuadran yang dapat memilki
tegangan keluaran baik positif dan negatif, akan tetapi keluran arusnya hanya
dapat berharga positif. Konveter ganda akan beroperasi pada empat kuadran yang
akan dapat menghasilkan tegangan dan arus keluaran berharga positif maupun
negatif. Pada banyak aplikasi, konverter-konverter dihubungkan secara sen agar
dapat beropersi pada tegangan yang lebih tinggi serta meningkatkan faktor daya.
Metode deret Fourier yang sama dengan penyearah diode dapat diaplikasikan
untuk menganalisis kineija dari konverter dengan fasa terkontrol dengan beban
RL. Akan tetapi untuk menyederhanakan analisa, beban induktif yang ada dapat
diasumsikan cukup tinggi sehingga arus beban akan bersifat kontinyu dan
memilki ripple yang diabaikan.
2.7.2 Konverter setengah gelombang tiga fasa
Konverter tiga fasa memberikan tegangan keluaran rata-rata yang lebih
tinggi, dan frekuensi riplle pada tegangan keluaran lebih tinggi dibandingkan
dengan konverter satu fasa. Sehingga kebutuhan akan filter untuk memperhalus
tegangan dan arus beban lebih sederhana. Atas dasar alasan tersebut, maka
konverter tiga fasa banyak digunakan pada aplikasi penggerak elektrik kecepatan
variabel daya tinggi. Bentuk konverter setengah gelombang tiga fasa seperti yang
ditunjukkan gambar 2.12a.
22
(a) (b)
(c)
Gambar 2.12 (a) Konverter setengah gelombang tiga fasa, (b) Quadran, (c)
beban induktif
Ketika thyristor Ti dinyalakan pada ωt - π/6 + a, tegangan fasa Van akan
muncul I pada beban hingga thyristor T2 dinyalakan pada ωt = 5π/6 + a. Ketika
23
thyristor T2 I dinyalakan, thyristor T, terbias balik, karena tegangan saluran (,line-
to-line), Vab (= Van - Vbn) negatif sehingga T, padam. Tegangan fasa vbn akan
muncul di bebanI hingga T3 dinyalakan pada ωt = 3π/2 + a. Ketika thyristor T3
dinyalakan, T2 padam dan Vcn„ akan muncul pada beban hingga Ti dinyalakan
kembali pada awal siklus berikutnya. Gambar 2.12b menunjukkan karakteristik V
- I beban dan dua - kuadran operasi konverter. Gambar 2.12c menunjukkan
tegangan masukan, tegangan keluaran, dan arus yang melalui thyristor Ti untuk
beban induktif yang sangat tinggi. Untuk beban resistif dan a>π/6, arus beban
akan tidak kontinyu dan setiap thyristor akan komutasi-sendiri (seif-commutated)
ketika polaritas tegangan fasa-nya terbalik. Konverter ini jarang digunikan pada
sistem praktis, karena arus sumber mengandung komponcn dc.
2.7.3 Semikonverter tiga fasa
Semikonverter tiga fasa digunakan dalam aplikasi industri hingga tingkat
daya 120 kW, dimana diperlukan operasi satu-kuadran. Faktor daya konverter ini
akan menurun dengan naiknya sudut penyalaan, akan tetapi akan lebih baik dari
pada konverter setengah gelombang tiga fasa. Gambar 2.13a menunjukkan
semikonverter tiga fasa dengan beban induktif yang tinggi dan arus beban
mempunyai kandungan ripple yang diabaikan. Gambar 2.13b menunjukkan
bentuk gelombang tegangan masukan, tegangan keluaran, arus masukan, dan arus
yang melalui thyristor dan diode.
24
Frekuensi tegangan keluaran adalah 3fs. Sudut penyalaan a dapat diatur dari
0 hingga π. Selama periode π/6 < ωt < 7π/6, thyristor T1 terbias maju. Jika T1
dinyalakan pada ωt (π/6+α), T1 dan D1 akan konduksi dan tegangan saluran vac
akan muncul pada beban. Pada ωt = 7πJ6, Vac akan mulai negatif dan
freewheeling diode Dm konduksi, sehingga arus beban kontinyu mengalir melalui
Dm dan T1 dan D1 menjadi padam.
Bila tidak dipasangkan freewheeling diode Dm, T1 akan terus konduksi
hingga thyristor T2 dinyalakan pada ωt = 5π/6+α dan aksi freewheeling diode
akan digantikan melalui Tj dan D2. Bila a < π/3, masing-masing thyristor
konduksi pada 2π/3 dan freewheeling diode Dm tidak konduksi. Bentuk
gelombang semikonverter tiga fasa dengan α < π/3 ditunjukkan dalam gambar
2.13b. Bila didefinisikan tiga tegangan fasa (line-neutral) sebagai berikut:
Van=Vm sin ωt ( Volt )
Vbn=Vmsin (ωt−2 π3
) ( Volt )
Vcn=Vm sin(ωt+ 2 π3
) ( Volt ) ( 2.11 )
Tegangan saluran ( line to line ) adalah
Vac=Van−Vcn=√3 Vmsin(ωt−π6) ( Volt )
Vbc=Vbn−Van=√3 Vmsin (ωt−5 π6
) ( Volt ) ( 2.12 )
25
Gambar 2.13 Semikonverter tiga fasa
26
2.7.4 Konverter gelombang penuh tiga fasa
Konverter tiga fasa banyak digunakan dalam aplikasi industri pada tingkatan
daya hingga 120 kW, dimana diperlukan operasi dua-kuadran. Gambar 3-14a
menunjukkan rangkaian konverter penuh dengan beban indukstif yang sangat
tinggi. Rangkaian ini dikenal sebagai jembatan tiga fasa. Thyristor dinyalakan
pada interval π/3. Frekuensi ripple tegangan keluaran adalah 6fs dan filter yang
diperlukan lebih sederhana dari pada filter yang digunakan pada konverter semi
dan setengah gelombang tiga fasa Pada ωt = π/6+a, thyristor T6 telah konduksi
dan thyristor T1 dinyalakan. Selama interval (π/6 + a) ≤ ωt ≤ (π/2 + a), thyristor
T1 dan T6 konduksi dan tegangan saluran Vab ( = Vun – Vbn ) akan muncul pada
beban. Pada ωt = π/2 + a, thyristor T2 dinyalakan dan kemudian segera thyristor
T6 terbias balik. Thyristor T6 pada akibat komutasi alamiah. Selama interval (π/2
+ a) < ωt < (5π/6 + a), thyristor T1 dan T2 konduksi dan tegangan saluarn Vao
muncul pada beban. Bila thyristor diberi nomor seperti pada gambar 2.14a, maka
urutan penyalaannya adalah 12, 23, 34, 45, 56, dan 61. Gambar 2.14b
menunjukkan bentuk gelombang tegangan masukan, tegangan keluaran, arus
masukan, dan arus-arus yang melalui thyristor. Bila tegangan fasa didefinisikan
Van=Vm sin ωt ( Volt )
Vbn=Vmsin (ωt−2 π3
) ( Volt )
Vcn=Vm sin(ωt+ 2 π3
) ( Volt ) ( 2.13 )
27
Tegangan saluran yang bersesuaian adalah
Vac=Van−Vcn=√3 Vmsin(ωt+ π6) ( Volt )
Vbc=Vbn−Van=√3 Vmsin (ωt− π2) ( Volt )
Vcb=Vcn−Van=√3Vmsin(ωt+ π2) ( Volt ) ( 2.14 )
Tegangan keluaran rata – rata diperoleh dari
Vaverage=3√3Vmπ
cos α ( Volt ) ( 2.15 )
28
Gambar 2.14 Konverter penuh tiga fasa
Tegangan keluaran rata – rata maksimum untuk sudut penyalaan α = 0
adalah
Vdm=3 √3 Vmπ
( Volt )
( 2.16 )
Dan tegangan keluaran ternormalisasi adalah
Vn= VdcVdm
=cos α ( Volt ) ( 2.17 )
Gambar 3-14b menunjukkan bentuk gelombang pada a = n/3. Untuk a > n/3,
tegangan keluaran sesaat v0 akan memiliki bagian negatif. Karena arus yang
melalui thyristor tidak dapat negatif, maka arus beban akan selalu positif.
Akibatnya dengan beban resistif, tegangan sesaat tidak dapat negatif, dan
konverter penuh akan berperilaku seperti semikonverter. Konverter jembatan tiga
fasa membrikan tegangan keluaran enam-pulsa (six-pulse) Untuk aplikasi daya
yang tinggi seperti padatransmisi day a dc tegangan tinggi dan penggerak motor
dc, keluaran yang 12-pulsa pada umumnya diperlukan untuk mengurangi ripple
keluaran dan untuk menaikkan frekuensi ripple.. Dua konverter jembatan 6-pulsa
dapat dikombinasikan baik seri maupun paralel untuk memperoleh keluaran 12-
pulsa. Dua konfigurasi ditunjukkan pada gambar 2.14. Pergeseran fasa 30° antara
29
belitan-belitan sekunder dapat diperoleh dengan menghubungkan satu beliatan
sekunder terhubung bintang (Y) dan yang lain terhubung segitiga (A).
2.8 Regulator Tegangan
Regulator tegangan adalah bagian power supply yang berfungsi untuk
memberikan stabilitas output pada suatu power supply. Output tegangan DC dari
penyearah tanpa regulator mempunyai kecenderungan berubah harganya saat
dioperasikan. Adanya perubahan pada masukan AC dan variasi beban merupakan
penyebab utama terjadinya ketidakstabilan pada power supply. Pada sebagian
peralatan elektronika, terjadinya perubahan catu daya akan berakibat cukup serius.
Untuk mendapatkan pencatu daya yang stabil diperlukan regulator tegangan.
Regulator tegangan untuk suatu power supply paling sederhana adalah
menggunakan dioda zener. Rangkaian dasar penggunaan dioda zener sebagai
regulator tegangan dapat dilihat pada gambar rangkaian dibawah.
Gambar 2.15 Rangkaian dasar penggunaan dioda zener sebagai regulator tegangan
Rangkaian pencatu daya (power supply) dengan regulator diode zener pada
gambar rangkaian diatas, merupakan contoh sederhana cara pemasangan regulator
tegangan dengan dioda zener. Diode zener dipasang paralel atau shunt dengan L
dan R . Regulator ini hanya memerlukan sebuah diode zener terhubung seri
30
dengan resistor RS . Perhatikan bahwa diode zener dipasang dalam posisi reverse
bias. Dengan cara pemasangan ini, diode zener hanya akan berkonduksi saat
tegangan reverse bias mencapai tegangan breakdown dioda zener. Penyearah
berupa rangkaian diode tipe jembatan (bridge) dengan proses penyaringan atau
filter berupa filter-RC. Resistor seri pada rangkaian ini berfungsi ganda. Pertama,
resistor ini menghubungkan C1 dan C2 sebagai rangkaian filter. Kedua, resistor
ini berfungsi sebagai resistor seri untuk regulator tegangan (dioda zener). Diode
zener yang dipasang dapat dengan sembarang dioda zener dengan tegangan
breakdown misal dioda zener 9 volt. Tegangan output transformer harus lebih
tinggi dari tegangan breakdown dioda zener, misalnya untuk penggunaan dioda
zener 9 volt maka gunakan output transformer 12 volt. Tegangan breakdown
dioda zener biasanya tertulis pada body dari dioda tersebut.
2.9 IC Ne555
Pada dasarnya aplikasi utama IC NE555 ini digunakan sebagai Timer
(Pewaktu) dengan operasi rangkaian monostable dan Pulse Generator
(Pembangkit Pulsa) dengan operasi rangkaian astable. Selain itu, dapat juga
digunakan sebagai Time Delay Generator dan Sequential Timin. Dalam aplikasi
rangkaiannya, IC timer 555 mempunyai 3 mode operasi dasar, yaitu :
a Monostable
Output rangkaian monostable hanya berupa satu pulsa (HIGH) saja,
yaitu saat input sinyal yang diumpankan pada pin trigger berubah dari 31
kondisi HIGH ke LOW. Rangkaian monostable juga biasa disebut dengan
rangkaian one-shoot.
b Astable
Output rangkaian astable berupa gelombang kotak yang berosilasi pada
frekuensi dan periode tertentu, tergantung dari komponen RC yang
digunakan.
c Bistable
Output rangkaian bistable mempunyai 2 kondisi output yang
dipengaruhi oleh input pada pin trigger dan reset. Atau dapat dikatakan,
output rangkaian bistable serupa dengan output rangkaian astable yang
dioperasikan secara manual tanpa menggunakan komponen RC sebagai
pengatur pewaktuan (timing). Untuk mengetahui fungsi-fungsi pin/kaki IC
555 ,dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada susunan pin dan blok
diagram IC 555 berikut,
Gambar 2.16 Karakteristik kaki IC NE555
32
Sedangkan untuk mengetahui cara kerja dan detail struktur fisik IC NE555
ini bisa dilihat dari rangkaian/komponen internalnya,
Gambar 2.17. Struktur fisik IC NE555
Pada diagram blok di atas, internal IC NE555 yang kecil ini terdiri dari: 2
buah komparator (Pembanding tegangan), 3 buah Resistor sebagai pembagi
tengangan, 2 buah Transistor (dalam praktek dan analisis kerjanya, transistor yang
terhubung pada pin 4 biasanya langsung dihubungkan ke Vcc), 1 buah Flip-flop
S-R yang akan mengatur output pada keadaan logika tertentu, dan 1 buah inverter.
Spesifikasi ini merupakan tipe NE555. Pewaktu 555 lainnya mungkin memiliki
spesifikasi yang berbeda, tergantung tingkat penggunaannya,
Tabel 2.1. Spesifikasi IC NE555
Tegangan catu (VCC) 4.5 hingga 15 V
Arus catu (VCC = +5 V) 3 hingga 6 mA
Arus catu (VCC = +15 V) 10 hingga 15 mA
Arus keluaran maksimum 200 mA
Borosan daya maksimum 600 mW
Suhu kerja 0 to 70 °C
2.10 IC 4017
33
IC 4017 adalah jenis IC dari keluarga IC CMOS (Complentary Metal Oxide
Semiconductor). IC 4017 yang merupakan IC Decade Counter yang keluarannya
bernilai logika 1 high, secara bergantian pada kaki outputnya dengan jangka
waktu sesuai dengan timer / clock yang masuk ke dalam IC tersebut, sebagai
pembangkit clock kita gunakan rangkaian timer astable.IC ini sebagai IC
pencacah dengan 10 output. IC menghasilkan 10 output dari Q0 sampai Q9, yang
masing – masing terdapat dalam 1 pin. Pada setiap pencacahan hanya satu
keluaran yang berlogika 1, kesembilan keluaran lainnya berlogika 0. Jadi setiap
keluaran hanya ada 1 keluaran yang berlogika 1, dan yang lainnya berlogika 0.
Gambar 2.18 Data Sheet IC 4017
Standar suplai untuk IC 4017 adalah sesuai standar catu untuk IC logika
CMOS :IC ini dapat bekerja pada tegangan DC 3Volt sampai dengan 15 Volt,
dengan kebutuhan arus sampai beberapa μA. Keluaran berlogika tinggi sesuai
urutan (output 0 - output 9). Pergeseran logika tinggi pada output berdasarkan
masukan clock pada pin 14. Semakin tinggi frekuensi clock, semakin cepat
pergeseran logika pada pin - pin output. Clock diaktifkan dengan memberikan
logika rendah pada pin ENABLE (pin 13). Jika pin ENABLE mendapat logika
34
tinggi, pergeseran logika pada output akan berhenti (pause). Pin RESET berfungsi
membuat pergeseran logika pada output dimulai lagi dari output 0. Jika pin
RESET diberi logika tinggi, logika tinggi akan muncul pada output 0, sedangkan
output lain berlogika rendah. Pin RESET akan nonaktif jika diberi logika rendah.
Terakhir, ada pin CARRY OUT yang terletak pada pin 12 yang selalu berlogika 1
saat pencacahan dari Q0 sampai Q4, dan akan berlogika 0 saat Q5 sampai Q9.
Gambar 2.19. Bentuk Gelombang IC 4017
2.11 Transistor
Pengertian transistor adalah komponen elektronika yang terbuat dari bahan
semikonduktor dan mempunyai tiga elektroda (triode) yaitu dasar (basis),
pengumpul (kolektor) dan pemancar (emitor). Dengan ketiga elektroda (terminal)
35
tersebut, tegangan atau arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus
yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya.
Pengertian transistor berasal dari perpaduan dua kata, yakni “transfer” yang
artinya pemindahan dan “resistor” yang berarti penghambat. Dengan demikian
transistor dapat diartikan sebagai suatu pemindahan atau peralihan bahan setengah
penghantar menjadi penghantar pada suhu atau keadaan tertentu.
Gambar 2.20 Jenis-jenis Transistor dari Fungsi Transistor
Transistor ditemukan pertama kali oleh William Shockley, John Barden,
dan W. H Brattain pada tahun 1948. Mulai dipakai secara nyata dalam praktik
mereka pada tahun 1958. Transistor termasuk komponen semi konduktor yang
bersifat menghantar dan menahan arus listrik.Ada 2 jenis transistor yaitu transistor
tipe P – N – P dan transistor jenis N – P – N. Transistor NPN adalah transistor
positif dimana transistor dapat bekerja mengalirkan arus listrik apabila basis
dialiri tegangan arus positif. Sedangkan transistor PNP adalah transistor
negatif,dapat bekerja mengalirkan arus apabila basis dialiri tegangan negatif.
36
Fungsi transistor sangatlah besar dan mempunyai peranan penting untuk
memperoleh kinerja yang baik bagi sebuah rangkaian elektronika. Dalam dunia
elektronika, fungsi transistor ini adalah sebagai berikut:
Sebagai sebuah penguat (amplifier).
Sirkuit pemutus dan penyambung (switching).
Stabilisasi tegangan (stabilisator).
Sebagai perata arus.
Menahan sebagian arus.
Menguatkan arus.
Membangkitkan frekuensi rendah maupun tinggi.
Modulasi sinyal dan berbagai fungsi lainnya.
Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat).
Rangkaian analog ini meliputi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat
sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai
saklar berkecepatan tinggi. Beberapa diantara transistor dapat juga dirangkai
sedemikian rupa sehingga fungsi transistor menjadi sebagai logic gate, memori,
dan komponen-komponen lainnya.
2.12 Mosfet ( Metal Oxide Semiconductor Field-Effect Transistor )
37
Metal Oxide Semiconductor FET (MOSFET) adalah suatu jenis FET yang
mempunyai satu Drain, satu Source dan satu atau dua Gate. MOSFET
mempunyai input impedance yang sangat tinggi. Mengingat harga yang cukup
tinggi, maka MOSFET hanya digunakan pada bagian bagian yang benar-benar
memerlukannya. Penggunaannya misalnya sebagai RF amplifier pada receiver
untuk memperoleh amplifikasi yang tinggi dengan desah yang rendah.
MOSFET (Metal oxide FET) memiliki drain, source dan gate. Namun
perbedaannya gate terisolasi oleh suatu bahan oksida. Gate sendiri terbuat dari
bahan metal seperti aluminium. Oleh karena itulah transistor ini dinamakan metal-
oxide. Karena gate yang terisolasi, sering jenis transistor ini disebut juga IGFET
yaitu insulated-gate FET.
Dalam pengemasan dan perakitan dengan menggunakan MOSFET perlu
diperhatiakan bahwa komponen ini tidak tahan terhadap elektrostatik,
mengemasnya menggunakan kertas timah, pematriannya menggunakan jenis
solder yang khusus untuk pematrian MOSFET. Seperti halnya pada FET, terdapat
dua macam MOSFET ialah Kanal P dan Kanal N.
Gambar 2.21 Simbol Mosfet
38
2.13 Hukum Ohm
Tegangan yang melintas berbagai jenis bahan penghantar adalah
sebanding lurus dengan arus yang mengalir beban tersebut
V = I . R
P = V . I
Dimana :
V = tegangan ( Volt )
I = Arus ( Ampere )
R = Tahanan ( Ω )
P = Daya ( watt )
Dimana konstanta perbandingan R dinamai resistansi ( tahanan ). Satuan
tahanan adalah ohm, yang sama dengan I V/A dan biasanya disingkat dengan
huruh omega besar , Ω.
Jika persamaan ini digambarkan pada sumbu – sumbu V terhadap , maka
diperoleh sebuah garis lurus yang melalui titik pusat koordinat. Persamaan
tersebut adalah linier, dan kita akan mengambilnya sebagai definisi tahanan linier.
Jadi , jika perbandingan ( ratio ) di antara arus dan tegangan dari suatu elemen
39
rangkaian sederhana adalah sebuah konstanta, maka elemen tersebut adalah
sebuah tahanan linier yang mempunyai tahanan yang sama dengan ratio
( perbandingan ) tegangan terhadap arus.
Daya yang diserap timbul sebagai panas dan nilainya selalu positif, sebuah
tahanan adalah elemen pasif, yang tida bisa menyearahkan daya atau menyimpan
energi. Daya dapat di nyatakan sebagai :
P = I . V
P = I2 . R
Atau , P = V2 / R
Dimana :
P = Daya ( watt )
V = Tegangan ( Volt )
I = Arus ( Ampere )
R = Tahanan ( ohm )
Resistansi dapat digunakan sebagai dasar untuk mendefinisikan dua istilah
yang umum digunakan, yakni sebagai hubungan pendek ( short circuit ), dan
rangkaian terbuka ( Open Circuit ).
2.14 Hukum Arus Kirchoff ( Kirchoff Current Law )
40
Jumlah aljabar semua arus yang memasuki sebuah simpul adalah nol.
Simpul adalah sebuah titik dimana dua atau lebih elemen mempunyai hubungan
bersama.
Ia = Ib – Ic + Id = 0
Atau
-Ia + Ib + Ic – Id = 0
Hubungan dua elemen rangkaian atau lebih menghasilkan sebuah titik
sambungan yang disebut simpul ( node ). Sebuah titik sambungan dua elemen
adalah sebuah simpul sederhana ( simple node ); titik sambung empat elemen atau
lebih adalah simpul utama ( Principal node ). Hukum arus kirchoff’s current law.
Hukum ini menyatakan bahwa setiap simpul ( utama atau bukan ) jumlah arus
yang masuk sama dengan jumlah arus yang keluar.
2.15 Hukum Tegangan Kirchoff ( Kirchoff Voltage Law )
Jumlah aljabar seluruh tegangan mengelilingi sebuah jalan tertutup dalam
sebuah rangkaian adalah nol.
-Va + VR1 + VR2 = 0 atau ΣVn = 0
Untuk setiap lintasan tertutup dalam sebuah jaringan yang diikuti ( dilintasi )
dalam satu arah tunggal, hukum tegangan kirchoff ( Kirchoff’s Voltage Law )
menyatakan bahwa jumlah aljabar dari tegangan – tegangan adalah nol. Sebagai
dari tegangan tersebut mungkin adalah sumber tegangan , sedangkan yang lainya
41
Ia Ib
IdIc
diakibatkan oleh elemen – elemen pasif. Pada rangkaian resistif arus searah
( DC ), tegangan terakhir ini adalah dalam bentuk V = I.R. Daklam melintasi lup (
Loop ), jika sebuah elemen dimasuki pada ujung potensial yang negatif, maka
dalam penjumlahannya tegangan diambil negatif.
42