bab ii fix

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kemiskinan adalah masalah yang sangat sulit diatasi apalagi bagi negara berkembang. Kemiskinan menjadi momok dan kata yang sangat menakutkan karena semua orang pasti tidak mau menjadi miskin. Hal itu berawal dari dua sebab, yaitu diri sendiri dan orang lain. Pertama, kurangnya kemampuan individu untuk mengembangkan kemampuan dirinya sendiri memperoeh kehidupan yang lebih baik. Kedua, kelicikan orang yang berpangkat merampas harta yang bukan miliknya alias korupsi. Korupsi di Indonesia merupakan suatu yang lumrah dan bahkan menjadi tradisi, terutama bagi para pejabat pemerintah. Salah satu inidikasinya adalah lemahnya sistem penegak hukum di Indonesia yang sampai saat ini belum bisa menuntaskan tindak pidana korupsi secara maksimal. Oleh karena itu, masyarakat kecil di Indonesia dan di pedesaan pada 1

Upload: meylitha-budyandani

Post on 12-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

dampak korupsi di bidang sosial dan kemiskinan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDewasa ini, kemiskinan adalah masalah yang sangat sulit diatasi apalagi bagi negara berkembang. Kemiskinan menjadi momok dan kata yang sangat menakutkan karena semua orang pasti tidak mau menjadi miskin. Hal itu berawal dari dua sebab, yaitu diri sendiri dan orang lain. Pertama, kurangnya kemampuan individu untuk mengembangkan kemampuan dirinya sendiri memperoeh kehidupan yang lebih baik. Kedua, kelicikan orang yang berpangkat merampas harta yang bukan miliknya alias korupsi. Korupsi di Indonesia merupakan suatu yang lumrah dan bahkan menjadi tradisi, terutama bagi para pejabat pemerintah. Salah satu inidikasinya adalah lemahnya sistem penegak hukum di Indonesia yang sampai saat ini belum bisa menuntaskan tindak pidana korupsi secara maksimal. Oleh karena itu, masyarakat kecil di Indonesia dan di pedesaan pada khususnya menjadi telantar karena sibuknya pemerintah dalam menuntaskan korupsi yang tak kunjung selesai sampai saat ini. Di Indonesia sendiri bahkan menjadi rangking terkorup nomer ke 3 di dunia bahkan Indonesia termasuk dari sepuluh besar yang tingkat korupsinya tinggi di nengara-negara dunia. Permasalahan korupsi di Indonesia tidak dapat ditangani secara mudah. Budaya korupsi sudah mendarah daging di segala kehidupan ekonomi. Birokrasi yang terbelit-belit serta peraturan yang tidak jelas telah menyuburkan korupsi. Hukuman yang terlalu ringan bagi para koruptor juga tidak mengurangi efek jera bagi para pelakunya. Korupsi di Indonesia memang harus ditangani secara serius dan memberikan hukuman yang paling berat kepada pelakunya. Hal tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat.Dalam hal ini, kalau kita amati secara lebih dalam ternyata korupsi mempunyai dampak dan pengaruh terhadap kemiskinan di Indonesia. Kemiskinan merupakan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Standar hidup dan pelayanan kesehatan yang rendah adalah ciri-ciri adanya kemiskinan. Beberapa daerah di Indonesia sering dijumpai adanya anak-anak balita yang mengalami gizi buruk. Selain itu, belum lama ini mulai merebak penyakit polio, padahal Indonesia oleh WHO telah dinyatakan bebas dari penyakit ini. Hal tersebut menunjukan tingkat pelayanan kesehatan yang rendah bagi masyarakat. Kemiskinan salah satu penghalang kesejahteraan hidup masyarakat desa, untuk itu masyarkat desa harus bekerja sama untuk meningkatkan pembangunan perekonomian dan pemerintah harus peka terhadap masalah kemiskinan yang masih terjadi di dalam masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apakah definisi dari korupsi?1.2.2 Apakah definisi dari sosial dan kemiskinan?1.2.3 Bagaimanakah hubungan korupsi dengan sosial dan kemiskinan?1.2.4 Bagaimanakah dampak korupsi terhadap sosial dan kemiskinan?1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Untuk memehami pengertian korupsi.1.3.2 Untuk memehami pengertian sosial dan kemiskinan.1.3.3 Untuk memahami hubungan korupsi dengan sosial dan kemiskinan.1.3.4 Untuk memahami dampak korupsi terhadap sosial dan kemiskinan.1.4 Manfaat PenulisanPenulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1.4.1 Manfaat Praktis Bagi masyarakat dan Pemerintah sebagai bahan informasi serta penelaahan untuk mendukung tugas dan fungsi KPK 2 mengenai dampak korupsi terhadap kesejahteraan masyarakat khususnya mengenai kemiskinan.1.4.2 Manfaat Teoritis Bagi kalangan akademis dapat dijadikan sarana untuk mengembangkan penelitian sejenis yang lebih mendalam, sehingga suatu saat dalam melakukan penelitian ataupun studi kasus mengenai kemiskinan di masyarakat akibat tindakan korupsi sehingga dapat mencegah hal tersebut baik dari diri sendiri, masyarakat, dan pemerintah.1.5 Metode PenulisanMetode yang digunakan untuk penulisan makalah ini adalah metode refrensi literatur, artikel-artikel, dan jurnal yang didapat dari perpustakaan dan internet.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian KorupsiMenurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah:Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukanyang dapat merugikan keuangan negara atauperekonomian negara.2.2 Pengertian sosial dan kemiskinanSosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan dalam masyarakat. Kemampuan orang untuk melakukan interksi sosial sangat berpengaruh terhadap status kehidupanya termasuk kemiskinan juga dapat diakibatkan karena kemampuan individu tersebut dalam melakukan interaksi sosialnya. Kemiskinan adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian : kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolutapabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhikebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yangtergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih beradadi bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengansikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.2.3 Hubungan Korupsi dengan Sosial dan KemiskinanDi lingkungan sosial, kemiskinan banyak terjadi di masyarakat. Akan tetapi korupsi tidak bisa langsung menghasilkan kemiskinan. Namun, "korupsi memiliki konsekuensi langsung terhadap faktor-faktor tatakelola pemerintahan dan perekonomian, yang pada akhirnya melahirkan kemiskinan." Secara garis besar, terdapat 2 model yang dapat menjelaskan hubungan antara korupsi dan kemiskinan. Model pertama adalah "perekonomian", yang menerangkan bahwa korupsi memiliki dampak terhadap kemiskinan dengan terlebih dahulu mempengaruhi factor-faktor pertumbuhan ekonomi. Model kedua adalah "Tatakelola Pemerintahan", yang menerangkan bahwa korupsi pertama-tama mempengaruhi kemampuan pemerintah dalam mengelola pemerintahan (governance), yang setelah itu membawa dampak pada peningkatan angka kemiskinan. Pada dasarnya korupsi memang memperparah dan mendorong terjadinya kemiskinan, namun polanya tidak sederhana, melainkan kompleks karena meliputi berbagai faktor dalam perekonomian dan tatakelola pemerintahan. Dengan temuan-temuan ini, dapatlah dikatakan bahwa berbagai program transparansi anggaran serta anti-korupsi yang dipersiapkan secara matang untuk menyentuh isu-isu pertumbuhan ekonomi, distribusi penghasilan, kapasitas pemerintah, pelayanan pemerintah dalam bidang kesehatan dan pendidikan, serta kepercayaan publik pada pemerintah, tak hanya akan berdampak pada berkurangnya korupsi, tapi juga kemiskinan. 2.4 Dampak Korupsi Terhadap Sosial Dan KemiskinanBagi masyarakat miskin korupsi mengakibatkandampak yang luar biasa dan saling bertaut satu sama lain. Pertama, dampak langsung yang dirasakan oleh orang miskin yakni semakin mahalnya jasa berbagai pelayanan publik, rendahnya kualitas pelayanan, dan pembatasan akses terhadap berbagai pelayanan vital seperti air, kesehatan, dan pendidikan.Kedua, dampak tidak langsung terhadap orang miskin yakni pengalihan sumber daya milik publik untuk kepentingan pribadi dan kelompok, yang seharusnya diperuntukkan guna kemajuan sektor sosial dan orang miskin, melalui pembatasan pembangunan.Hal ini secara langsung memiliki pengaruh kepada langgengnya kemiskinan. Bebrapa dampak korupsi terhadap kemiskinan:SS1. Mahalnya Harga Jasa dan Pelayanan PublikPraktek korupsi yang terjadi menciptakan ekonomi biaya tinggi. Beban yang ditanggung para pelaku ekonomi akibat korupsi disebut high cost economy. Dari istilah pertama di atas terlihat bahwa potensi korupsi akan sangat besar terjadi di negara-negara yang menerapkan kontrol pemerintah secara ketat dalam praktek perekonomian alias memiliki kekuatan monopoli yang besar, karena rentan sekali terhadap penyalahgunaan.Yang disalahgunakan adalah perangkat-perangkat publik atau pemerintahan dan yang diuntungkan adalah kepentingan-kepentingan yang bersifat pribadi.2. Pengentasan Kemiskinan Berjalan LambatJumlah penduduk miskin (hidup di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang (12,49 persen), turun 1,00 juta orang (0,84 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen). Selama periode Maret 2010-Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 0,05 juta orang (dari 11,10 juta orang pada Maret 2010 menjadi 11,05 juta orang pada Maret 2011), sementara di daerah perdesaan berkurang sekitar 0,95 juta orang (dari 19,93 juta orang pada Maret 2010 menjadi 18,97 juta orang pada Maret 2011)3. Jumlah Penduduk Miskin Menurut DaerahMaret 2010 Maret 2011DAERAH/TAHUNJUMLAH PENDUDUK MISKIN (JUTA ORANG)PERSENTASE PENDUDUK MISKIN

Perkotaan

Maret 201011,109,87

Maret 201111,059,23

Pedesaan

Maret 201019,9316,56

Maret 201118,9715,72

Kota + Desa

Maret 201031,0213,33

Maret 201130,0212,49

Pengentasan kemiskinan dirasakan sangat lambat. Hal ini terjadi karena berbagai sebab seperti lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan lembaga. Karena korupsi dan permasalahan kemiskinan itu sendiri yang pada akhirnya akan membuat masyarakat sulit untuk mendapatkan akses ke lapangan kerja yang disebabkan latar belakang pendidikan, sedangkan untuk membuat pekerjaan sendiri banyak terkendala oleh kemampuan, masalah teknis dan pendanaan4. Terbatasnya Akses Bagi Masyarakat MiskinKorupsi yang telah menggurita dan terjadi di setiap aspek kehidupan mengakibatkan high-cost economy, di mana semua harga-harga melambung tinggi dan semakin tidak terjangkau oleh rakyat miskin.Kondisi ini mengakibatkan rakyat miskin semakin tidak bisa mendapatkan berbagai macam akses dalam kehidupannya. Harga bahan pokok seperti beras, gula, minyak, susu dan sebagainya saat ini sangat tinggi. Kondisi ini mengakibatkan penderitaan khusunya bagi bayi dan anak-anak karena ketercukupan gizinya kurang.Untuk mendapatkan bahan pokok ini rakyat miskin harus mengalokasikan sejumlah besar uang dari sedikit pendapatan yang dimilikinya.Rakyat miskin tidak bisa mengakses jasa dengan mudah seperti: pendidikan, kesehatan, rumah layak huni, informasi, hukum dsb. Rakyat miskin lebih mendahulukan mendapatkan bahan pokok untuk hidup daripada untuk sekolah. Kondisi ini akan semakin menyudutkan rakyat miskin karena mengalami kebodohan. Dengan tidak bersekolah, maka akses untuk mendapatkan pekerjaan yang layak menjadi sangat terbatas, yang pada akhirnya rakyat miskin tidak mempunyai pekerjaan dan selalu dalam kondisi yang miskin seumur hidup.Situasi ini layak disebut sebagai lingkaran setan.5. Meningkatnya Angka KriminalitasDampak korupsi, tidak diragukan lagi dapat menyuburkan berbagai jenis kejahatan dalam masyarakat.Melalui praktik korupsi, sindikat kejahatan atau penjahat perseorangan dapat leluasa melanggar hukum, menyusupi berbagai organisasi negara dan mencapai kehormatan. Semakin tinggi tingkat korupsi, semakin besar pula kejahatan.MenurutTransparency International, terdapat pertalian erat antara korupsi dan kualitas serta kuantitas kejahatan. Rasionya, ketikakorupsi meningkat, angka kejahatan yang terjadi juga meningkat. Sebaliknya, ketika korupsi berhasil dikurangi, maka kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum (law enforcement) juga meningkat. Jadi bisa dikatakan, mengurangi korupsi dapat juga (secara tidak langsung) mengurangi kejahatan lain dalam masyarakat.6. Solidaritas Sosial Semakin Langka dan DemoralisasiKorupsi yang begitu masif yang terjadi membuat masyarakat merasa tidak mempunyai pegangan yang jelas untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari.Kepastian masa depan yang tidak jelas serta himpitan hidup yang semakin kuat membuat sifat kebersamaan dan kegotong-royongan yang selama ini dilakukan hanya menjadi retorika saja.Masyarakat semakin lama menjadi semakin individualis yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya saja. Mengapa masyarakat melakukan hal ini dapat dimengerti, karena memang sudah tidak ada lagi kepercayaan kepada pemerintah, sistem, hukum bahkan antar masyarakat sendiri. Orang semakin segan membantu sesamanya yang terkena musibah atau bencana, karena tidak yakin bantuan yang diberikan akan sampai kepada yang membutuhkan dengan optimal. Ujungnya mereka yang terkena musibah akan semakin menderita.Di lain sisi partai-partai politik berlomba-lomba mendirikan posko bantuan yang tujuan utamanya adalah sekedar mencari dukungan suara dari masyarakat yang terkena musibah atau bencana, bukan secara tulus meringankan penderitaan dan membantu agar lebih baik.Solidaritas yang ditunjukkan adalah solidaritas palsu. Sudah tidak ada lagi keikhlasan, bantuan yang tulus, solidaritas yang jujur apa adanya. Kondisi ini akan menciptakan demoralisasi, kemerosotan moral dan akhlak khususnya bagi generasi muda yang terus menerus terpapar oleh kepalsuan yang ditunjukkan oleh para elit politik, pejabat penguasa dan penegak hukum.2.5 Kasus Korupsi di Indonesia1. Kasus Korupsi Pak Soeharto (Pada Orde Baru)Permasalahan korupsi tampaknya sudah disadari Soeharto saat pertama kali menjabat sebagai Presiden RI menggantikan Soekarno. Saat pidato kenegaraan pertama di hadapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada 16 Agustus 1967, Soeharto memperlihatkan 'keseriusannya' untuk memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya.'Keseriusan' Soeharto ini memang tampak saat menunjuk Jaksa Agung Mayjen Soegiharto untuk mengepalai Tim Pemberantasan Korupsi. Namun, tim ini kembali mengalami kendala dan komitmen Soeharto dipermasalahkan masyarakat. Pemerintah dinilai masih kurang berani untuk menguak kasus korupsi di Badan Urusan Logistik, Pertamina, dan Departemen Kehutanan.Untuk mengantisipasi gelombang aksi, Soeharto kembali melahirkan tim pemberantasan korupsi yang baru yang kemudian dikenal dengan Komite Empat. Tim ini diketuai Wilopo dengan anggota IJ Kasimo, Johannes, Anwar Tjokroaminoto ditambah Dr Hatta sebagai penasehat. Setelah lima bulan bekerja, komisi yang dibentuk berdasarkan SK Presiden no 12/1970 itu menyampaikan hasilnya berupa saran kepada Presiden tentang cara-cara mempercepat pemberantasan korupsi.Namun, pemerintah diduga tidak mendukung aksi yang dilakukan Komite Empat ini. Pemerintah tidak pernah menanggapi temuan pemberantasan korupsi di tubuh Departemen Agama, Bulog, CV Waringin, PT Mantrust, Telkom, dan Pertamina.Soeharto juga mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 52 Tahun 1970 mengenai Pejabat Tinggi Golongan IV-C dan perwira tinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia wajib mendaftarkan kekayaannya.Pemerintah juga mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 61 Tahun 1971 mengenai pembentukan Tim Penertib Pelabuhan Tanjung Priok.Tim yang dikenal sebagai 'Tim Walisongo' ini diketuai Mayor Jenderal Slamet Danusudirjo. Tim ini bertugas memberantas penyelundupan dan uang siluman di Pelabuhan Tanjung Priok. Pada 1972, tugas tim ini diperluas dengan mengamati juga pelabuhan di Medan, Palembang, Semarang, Makassar, Bitung, dan lain sebagainya.Pada 1971 juga Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pertama kali disahkan. Soeharto juga menganjurkan kepada masyarakat untuk 'hidup sederhana'.Anjuran itu melarang pejabat melakukan pesta perkawinan, ulang tahun secara besar-besaran.Soeharto juga melarang pejabat dan isterinya menggunakan mobil mewah dan duduk di perusahaan swasta.Meski upaya pemberantasan korupsi giat dilakukan Soeharto, namun kasus korupsi justru meningkat. Jaksa Agung Muda Bidang Operasi Sadili Sastrawijaya membeberkan pada 1978, kasus korupsi meningkat pesat dan uang negara hilang hingga Rp 29,8 miliar. Padahal pada 1977, uang negara yang hilang akibat kasus korupsi sebesar Rp 4,02 miliar.Soeharto kemudian membentuk Operasi Tertib yang dikomandani Penglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Sudomo. Bukan hal yang aneh jika kemudian program ini kemudian muncul pertentangan. Jenderal AH Nasution saat itu mengusulkan agar kegiatan Operasi Tertib dimulai dari atas. Nasution juga mengusulkan agar pemberantasan korupsi itu dimulai Sudomo dari dirinya sendiri. Seperti halnya gerakan pemberantasan korupsi sebelumnya, Operasi Tertib juga bernasib sama. Tidak diketahui masa depan dari operasi ini.Dampaknya: Dampak sosial dan kemiskinan yang diakibatkan yaitu: Dampak sosial kurangnya kepercayaan rakyat kepada pemerintahan dan jajarannya , adapun kenaikan harga barang barang pada pemerintahan soeharto, menyebabkan masyarakat mengalami gejolak yang tinggi sehingga banyak adanya aksi demo (peristiwa tri sakti). Krisis polotik dan ekonomi sangat berdampak bagi kejesahteraan masyarakat yang kurang mampu (miskin) . Karena krisis ekonomi mengakibatkan harga kebutuhan pokok seperti beras yang merupakan kebutuhan primer meningkat, sangat dirasakan oleh masyarakat yang kurang mampu. Pada saat pemerintahan pak Soeharto, kemiskinan tumbuh subur banyak masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga menimbulkan reaksi demo dari masyarakat dan sampai menimbulkan tragedi Tri Sakti pada tahun 1998. Dimana masyarakat khususnya mahasiswa sangat menetntang pemerintahan pak Soeharto pada saat itu karena kurangnya keadilan sosial bagi masyarakat kecil khususnya dimana negara demokrasi yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat tetapi malah sebalikny membuat rakyat semakin menderita dengan kemiskinan yang tumbuh subur pada saat itu.

2. Kasus Korupsi Gayus Tambunan Nama yang akhir-akhir ini mencuat karena namanya disebut oleh mantan Kabareskrim Komjen Susno Duadji memiliki uang sebesar Rp 25 miliar dalam rekening pribadinya. Hal tersebut sangat mencuri perhatian karena Gayus Tambunan hanyalah seorang PNS golongan III A yang mempunyai gaji berkisar antara 1,6-1,9 juta rupiah saja.Lelaki yang memiliki nama lengkap Gayus Halomoan Tambunan ini bekerja di kantor pusat pajak dengan menjabat bagian Penelaah Keberatan Direktorat Jenderal Pajak. Posisi yang sangat strategis, sehingga ia dituduh bermain sebagai makelar kasus (markus). Kasus pun berlanjut karena di duga banyak pejabat tinggi Polri yang terlibat dalam kasus Gayus. Gayus dijadikan tersangka oleh Polri pada November 2009 terkait kepemilikan uang yang mencurigakan di rekeningnya mencapai Rp 25 miliar.Gayus terindikasi melakukan pidana korupsi, pencucian uang, dan penggelapan senilai Rp 395 juta.Namun di persidangan, jaksa hanya menjerat pasal penggelapan saja, dengan alasan uang yang diduga hasil korupsi telah dikembalikan. Sisa uang Rp 24,6 miliar, atas perintah jaksa, blokirnya dibuka. Hakim pun memutuskan Gayus divonis 6 bulan penjara dan masa percobaan setahunSetelah dilakukan pemeriksaan, dari uang total Rp 25 miliar, uang sejumlah Rp 395 juta disita, dan sisanya sebesar Rp 24,6 miliar pun hilang entah kemana dan tidak ada pembahasan lanjut mengenai uang sebesar itu. Dalam kasus ini, Gayus dijerat 3 pasal sekaligus, yakni Korupsi, Pengelapan Uang dan Pencucian Uang. Tetapi pada persidangan ia hanya didakwa kasus Penggelapan Uang saja. Alhasil, hukuman sangat ringan pun ia dapatkan, yaitu 1 tahun.Tetapi, tak lama kemudian, Gayus pun malah dibebaskan. Dikarenakan ada penghapusan pasal yang dilakukan jaksa, yakni menghilangkan pasal korupsi dan pencucian uang dan hanya mengenakan pasal penggelapan.Berita terakhir menyebutkan bahwa Gayus Tambunan sudah tertangkap. Gayus di vonis hanya 6 bulan dengan masa percobaan 1 tahun.Gayus Tambunan (GT) ternyata telah dijatuhi hukuman melalui vonis di Pengadilan Negeri Tangerang hanya selama 6 bulan dengan masa percobaan 1 tahun. Vonis itu lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum 1 tahun penjara dengan masa percobaan 1 tahun.Proses hukumnya berlangsung 23 Februari 2010 dimana Gayus tambunandituntut hukuman 6 bulan dengan percobaan hukuman 1 tahun oleh JPU. saat naik di Kejaksaan Negeri, tuntutan berubah menjadi 1 tahun penjaradengan masa percobaan 1 tahun.a. Kronologi Kasus Terdakwa Gayus:Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) terdakwa Gayus Halomoan Tambunan dikirim ke Kejaksaan Agung (Kejagung) oleh tim penyidik Mabes Polri.Kemudian pihak Kejagung menunjuk 4 jaksa untuk mengikuti perkembangan penyidikan tersebut.Mereka adalah Cirus Sinaga, Fadil Regan, Eka Kurnia dan Ika Syafitri.Berkas perkara tersebut dikirim pada 7 Oktober 2009.Di dalam SPDP, tersangka Gayus diduga melakukan money laundering, tindak pidana korupsi dan penggelapan. Analisa yang dibangun oleh Jaksa Peneliti melihat pada status Gayus yang merupakan seorang PNS pada Direktorat Keberatan dan Banding Dirjen Pajak kecil kemungkinan memiliki dana atau uang sejumlah Rp 25 Miliar pada Bank Panin, Jakarta.Setelah Jaksa Peneliti menelusuri alat bukti perkara yang terdiri dari saksi-saksi, keterangan tersangka dari dokumen-dokumen dan barang bukti, ternyata berkas tersebut belum lengkap.b. Kronologi Kasus Pajak Gayus Versi KejaksaanDalam berkas Gayus dijerat 3 pasal yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan.Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Komisaris Jenderal Susno Duadji membongkar makelar kasus di intitusinya. Jaksa peneliti, Cyrus Sinaga membeberkan kronologi kasus tersebut.Dia menjelaskan kasus ini awalnya jaksa menerima berkas perkara pada 7 Oktober 2009, setelah diteliti jaksa menyatakan berkas tersebut belum lengkap.DikarenakanGayus seorang pegawai negeri dan memiliki dana Rp 25 miliar di Bank Panin. Bahkan jaksa Cyrus Sinaga mengungkapkan alasan mengapa pada awalnya Gayus dijerat tiga pasal tersebut. Menurut Jaksa Cyrus Sinaga, uang Rp 25 miliar milik Andi Kosasih, seorang pengusaha asal Batam. Jaksa menjelaskan antara Gayus dan Andi terjalin perjanjian bisnis.Dan Andi menggunakan jasa pihak kedua untuk melakukan pengadaan tanah.Diketahui bahwa pengiriman Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) kasus Gayus ternyata tidak sesuai prosedur yang ada.SPDP tidak melalui prosedur, yang seharusnya masuk terlebih dahulu ke Jampidum, tapi diantar masuk melalui inspektur Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan tanah tersebut sebesar US$ 6 juta.Andi membayarkan uang tersebut sebanyak enam kali secara tunai. Rinciannya; pada 1 juni 2008 dibayarkan sebesar 900.000 US dolar; 15 September 2008 sebesar 650.000 US dolar; 27 Oktober 2008 dibayarkan 260.000 US dolar; 10 November 2008 sebesar 200.000 US dolar; 10 Desember 2008 sebesar 500.000 US dolar; 16 Februari 2009 sebesar 300.000 US dolar. Total yang sudah diserahkan sebesar 2.810.000 US dolar.c. Sejumlah Orang Yang TerlibatSeperti yang kita tahu bahwa dalam kasus pajak ini bukan hanya gayus saja yang bekeja sendiri tetapi ia juga mempunyai jaringan. Sebelum Gayus Tambunan pergi ke Singapura ia pernah memberi pengakuan ke Satgas Pemberantasan Mafia Hukum bahwa bukan hanya dirinya yang bertugastetapi ada orang lain.Selain sejumlah petinggi negara yang terlibat istri Gayus(Milana Anggraeni) juga ditetapkan sebagai tersangka karena ia diketahui menerima dana dari suaminya (Gayus Tambunan) sebesar 3,6 miliar .Andi kosasih juga menerima dana dari Gayus tambunan Sebesar Rp 1,9 miliar,masuk ke rekening Gayus Rp 10 miliar dan tabungan Gayus Rp 1 miliar. Jaksa Agung Muda Pengawasan (Jamwas), Hamzah Tadja mencurigai adanya itikad tidak baik dari Cirus Sinaga selaku jaksa peneliti berkas perkara Gayus Tambunan. Memang ada informasi bahwa SPDP tersebut diambil sendiri oleh Cirus ke Mabes Polri. Namun, pihaknya belum bisa memastikan kebenarannya karena masih harus mengkonrfirmasikan dengan pihak Mabes. Cirus sendirilah yang mengantarkan SPDP tersebut langsung kepada Direktur Prapenuntutan Jampidum saat itu, Poltak Manullang.Semestinya SPDP masuk dari Mabes Polri langsung ke Kabbag TU Jampidum. Setelah itu diproses untuk diberikan kepada Jampidum supaya ditunjukjaksanya.Oleh karena itu, hasil pemeriksaan jajaran Pengawasan Kejagung menilai ada itikad tidak baik dari jaksa Cirus dalam menangani perkara Gayus Tambunan. Itu sebabnya ia dihukum karena ada itikad tidak baik.Sebelumnya, jaksa Cirus Sinaga dan mantan Direktur Prapenuntutan Jampidum Poltak Manullang terbukti tidak cermat dalam menangani kasus Gayus.Keduanya dikenai sanksi pembebasan dari jabatan structural.Dampaknya:Korupsi, tentu saja berdampak sangat luas, terutama bagi kehidupan masyarakat miskin di desa dan kota. Awal mulanya, korupsi menyebabkan Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional kurang jumlahnya. Untuk mencukupkan anggaran pembangunan, pemerintah pusat menaikkan pendapatan negara, salah satunya contoh dengan menaikkan harga BBM. Pemerintah sama sekali tidak mempertimbangkan akibat dari adanya kenaikan BBM tersebut harga-harga kebutuhan pokok seperti beras semakin tinggi biaya pendidikan semakin mahal, dan pengangguran bertambah. Tanpa disadari, masyarakat miskin telah menyetor 2 kali kepada para koruptor. Pertama, masyarakat miskin membayar kewajibannya kepada negara lewat pajak dan retribusi, misalnya pajak tanah dan retribusi puskesmas. Namun oleh negara hak mereka tidak diperhatikan, karena duitnya rakyat miskin tersebut telah dikuras untuk kepentingan pejabat. Kedua, upaya menaikkan pendapatan negara melalui kenaikan BBM, masyarakat miskin kembali menyetor negara untuk kepentingan para koruptor, meskipun dengan dalih untuk subsidi rakyat miskin. Padahal seharusnya negara meminta kepada koruptor untuk mengembalikan uang rakyat yang mereka korupsi, bukan sebaliknya, malah menambah beban rakyat miskin.Ada beberapa dampak buruk yang akan diterima oleh kaum miskin akibat korupsi, diantaranya. Pertama, Membuat mereka (kaum miskin) cenderung menerima pelayanan sosial lebih sedikit. Instansi akan lebih mudah ketika melayani para pejabat dan konglemerat dengan harapan akan memiliki gengsi sendiri dan imbalam materi tentunya, peristiwa seperti ini masih sering kita temui ditengahtengah masyarakat. Kedua, Investasi dalam prasarana cenderung mengabaikan proyekproyek yang menolong kaum miskin, yang sering terjadi biasanya para penguasa akan membangun prasarana yang mercusuar namun minim manfaatnya untuk masyarakat, atau kalau toh ada biasanya momen menjelang kampanye dengan niat mendapatkan simpatik dan dukungan dari masyarakat. Ketiga, orang yang miskin dapat terkena pajak yang regresif, hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki wawasan dan pengetahuan tentang soal pajak sehingga gampang dikelabuhi oleh oknum. Keempat, kaum miskin akan menghadapi kesulitan dalam menjual hasil pertanian karena terhambat dengan tingginya biaya baik yang legal maupun yang tidak legal, sudah menjadi rahasia umum ketika seseorang harus berurusan dengan instansi pemerintah maka dia menyediakan uang, hal ini dilakukan agar proses dokumentasi tidak menjadi berbelitbelit bahkan ada sebuah pepatah kalau bias dipersulit kenapa dipermudah, sebagai contoh dalam studi LPEM tahun 1994 disana ditemukan bahwa walaupun pemerintah sudah menghapus semua biaya untuk memperoleh izin penanaman modal, para investor masih tetap harus membayar upeti kepada orang tertentu, ini artinya budaya demikian sudah kian mengakar, inilah yang kemudian sebagian orang saking putus asanya mengatakan bahwa korupsi di negeri ini sudah jadi budaya jadi sulit untuk diberantas.Oleh karena itu, semakin banyaknya angka kemiskinan di Indonesia akibat banyaknya pelaku korupsi ini, juga berdampak pada banyak sektor, seperti banyaknya anak terlantar tidak sekolah, banyaknya pengamen di jalalanan, pengangguran yang semakin meningkat dan seterusnya. Semua ini disebabkan karena tidak adanya perhatian dari pemerintah, malah pada kenyataannya korupsi justeru semakin merajalela dan nyaris tidak tertangani.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanKemiskinan adalah suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian seperti kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Hubungan korupsi dengan sosial dan kemiskinan pada dasarnya korupsi memang memperparah dan mendorong terjadinya kemiskinan, namun polanya tidak sederhana, melainkan kompleks karena meliputi berbagai faktor dalam perekonomian dan tatakelola pemerintahan. Dampak korupsi terhadap kemiskinan: mahalnya harga jasa dan pelayanan publik, pengentasan kemiskinan berjalan lambat,jumlah penduduk miskin menurut daerah, terbatasnya akses bagi masyarakat miskin, meningkatnya angka kriminalitas, solidaritas sosial semakin langka dan demoralisasi. Kasus korupsi di Indonesia yaitu dari beberapa contoh kasus di atas, korupsi sebenarnya tidak langsung menyebabkan korupsi namun memiliki proses menuju kemiskinan. Dengan temuan-temuan ini, upaya berbagai program transparansi anggaran serta anti-korupsi yang dipersiapkan secara matang untuk menyentuh isu-isu pertumbuhan ekonomi, distribusi penghasilan, kapasitas pemerintah, pelayanan pemerintah dalam bidang kesehatan dan pendidikan, serta kepercayaan publik pada pemerintah, tak hanya akan berdampak pada berkurangnya korupsi, tapi juga kemiskinan. 3.2 SaranDiharapkan mahasiswa mampu memahami akibat atau dampak dari tindakan korupsi terutama terhadap sosial dan kemiskinan sehingga dapat mencegah segala tindakn yang menyangkut tidak korupsi. Korupsi dapat dicagah sejak dini mulai dari diri sendiri asalkan kita sadar akan akibat jika kita melakukan korupsi maka akan mengakibatkan orang lain menderita bahkan menimbulkan korban jiwa karena kemiskinan dan lain sebagainya. Mari kita bersama-sama memupuk hidup yang bersih dan sehat tanpa korupsi.

25