bab ii fix

13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Definisi Pelayanan Publik Agung Kurniawan (2005) mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Berdasarkan pada ciri-ciri, sifat, kegiatan serta produk pelayanan yang telah dihasilkan, ada 3 jenis pelayanan dari instansi pemerintah serta BUMN/BUMD. Pengelompokkan jenis pelayanan tersebut yaitu : a. Pelayanan administratif b. Pelayanan barang c. Pelayanan jasa Jenis pelayanan jasa adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa sarana dan prasarana serta penunjangnya. Pengoperasian berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan pasti. Produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara Evaluasi Subsidi Pengoperasian Kapal Penyeberangan Perintis di Lintasan Kendari - Langara

Upload: ibrahim-aji

Post on 25-Sep-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ASDP Bab II

TRANSCRIPT

8

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Definisi Pelayanan Publik

Agung Kurniawan (2005) mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pada ciri-ciri, sifat, kegiatan serta produk pelayanan yang telah dihasilkan, ada 3 jenis pelayanan dari instansi pemerintah serta BUMN/BUMD. Pengelompokkan jenis pelayanan tersebut yaitu :a. Pelayanan administratifb. Pelayanan barangc. Pelayanan jasaJenis pelayanan jasa adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa sarana dan prasarana serta penunjangnya. Pengoperasian berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan pasti. Produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu.

2. Model Pemilihan Diskret

Model pemilihan diskret dinyatakan sebagai : probabilitas individu memilih suatu pilihan merupakan fungsi ciri sosioekonomi dan daya tarik pilihan tersebut. Untuk menyatakan daya tarik suatu alternative, digunakan konsep utilitas. Utilitas didefinisikan sebagai sesuatu yang dimaksimumkan oleh setiap individu. Alternative tidak menghasilkan utilitas, tetapi didapatkan dari karakteristiknya dan dari setiap individu (Lancaster, 1966, seperti dikutip Ortuzard, 1994).Utilitas biasanya didefinisikan sebagai kombinasi linier dari beberapa variabel, seperti pada persamaan.Uj = 0 + 1X1 + 2X2 + .. + nXnDimana : Uj: Utilitas pilihan dan X1 Xn : atribut setiap pilihan

Pengaruh yang menggambarkan kontribusi yang dihasilkan oleh suatu alternative dinyatakan dalam bentuk koefisien (0..n). Konstanta (0) biasanya diartikan sebagai yang mewakili pengaruh dari karakteristik pilihan atau individu yang tidak dipertimbangkan dalam fungsi utilitasnya. Contohnya, unsur kenyamanan dan keamanan yang sulit diukur secara kualitatif. Jadi pada saat memperkirakan akan diambil suatu alternative, nilai utilitasnya harus sangat berbeda dengan alternative pilihan lain yang dinyatakan dalam bentuk probabilitas yang bernilai antara 0 dan 1. Untuk itu, digunakan bentuk transformasi matematis yang biasanya disebut fungsi logit, yang jika diterapkan pada 2 alternatif moda, maka disebut fungsi Logit Binomial seperti ditunjukkan persamaan.

Dimana : P1 = probabilitas pemilihan moda 1 U1 = utilitas alternative penggunaan moda 1 U2 = utilitas alternative penggunaan moda 23. Teknik Stated Preference

Teknik stated preference merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana reaksi preferensi responden jika dihadapkan pada berbagai situasi imaginer. Gambaran umum dari teknik SP adalah penggunaan disain kuisioner, responden dapat menyatakan preferensinya dengan cara merangking alternative berdasarkan tingkat kepentingannya; merating berdasarkan skala yang menunjukkan preferensi; atau melakukan pilihan sederhana terhadap alternative. Langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana responden merespon jika situasi imaginer tersebut benar-benar ada dalam realita adalah dengan menanyakan langsung pada responden tersebut. Kemudian peneliti dapat melakukan control terhadap semua faktor yang dibuat dalam alternative pilihan yang ditawarkan. Pendapat responden tersebut bisa dinyatakan dalam rangking, rating, maupun pilihan.a. Kelebihan Stated Preference1) Peneliti dapat melakukan control mengenai situasi yang akan dihadapi oleh responden.2) Dapat memunculkan dengan mudah variabel kualitatif sekunder karena menggunakan kuisioner untuk menanyakan variable tersebut.3) Untuk kebijakan yang bersifat baru, teknik dapat digunakan sebagai media evaluasi dan peramalan.4) Karena seorang responden dapat memberikan jawaban atas berbagai macam situasi perjalanan, maka jumlah sampel diharapkan mampu mewakili sejumlah masyarakat yang diteliti.b. Pelaksanaan Teknik Stated Preference1) Penyusunan scenario dan atribut harus masuk akal dan realistic.2) Penyusunan desain formulir survey harus mudah dimengerti agar responden dapat memberikan respon dari pertanyaan yang diberikan.3) Penyusunan cara pengambilan data perlu dibuat strategi sampling yang akan dikerjakan agar dieproleh data yang representative.4) Pelaksanaan survey harus diberikan penjelasan awal mengenai maksud dan tujuan survey, scenario pilihan yang diatawarkan dan cara memberikan jawaban.5) Analisis data memerlukan model analisis yang sesuai dengan tujuan analisis dan ketersediaan data yang ada.

4. Analisa Biaya Operasi Kapal (BOK)

Perhitungan kebutuhan dana subsidi untuk pengoperasian kapal penyeberangan perintis dilakukan dengan menggunakan ketentuan perhitungan subsidi angkutan penyerangan perintis dari Direktorat Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan sebagai landasan perhitunga, frekuensi pengoperasian kapal atau trip sebagai dasar perhitungan satuan produksi kapal untuk menghasilkan gambaran besarnya biaya setiap kapal penyeberangan yang dioperasikan pada setiap lintasan penyeberangan perintis.Dengan menggunakan metode perhitungan ini, maka biaya dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu :1) Biaya Tetap (Fixed Cost)2) Biaya Tidak Tetap (Variable Cost)

B. LANDASAN LEGALITAS

1. Undang undang No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayarana. Bab V pasal 22 ayat (1) :Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.b. Bab V pasal 24 :1) Angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil wajib dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah daerah.2) Angkutan di perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan pelayaran-perintis dan penugasan.3) Pelayaran-perintis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan biaya yang disediakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.4) Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada perusahaan angkutan laut nasional dengan mendapatkan kompensasi dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebesar selisih antara biaya produksi dan tarif yang ditetapkan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagai kewajiban pelayanan publik.5) Pelayaran-perintis dan penugasan dilaksanakan secara terpadu dengan sektor lain berdasarkan pendekatan pembangunan wilayah.6) Angkutan perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil dievaluasi oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah setiap tahun. c. Bab V pasal 15

1) Kegiatan angkutan laut pelayaran-rakyat sebagai usaha masyarakat yang bersifat tradisional dan merupakan bagian dari usaha angkutan di perairan mempunyai peranan yang penting dan karakteristik sendiri.2) Kegiatan angkutan laut pelayaran-rakyat dilakukan oleh orang perseorangan warga Negara Indonesia atau badan usaha dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.d. Bab V pasal 16

1) Pembinaan angkutan laut pelayaran-rakyat dilaksanakan agar kehidupan usaha dan peranan penting angkutan laut pelayaran-rakyat tetap terpelihara sebagai bagian dari potensi angkutan laut nasional yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi nasional.

2) Pengembangan angkutan laut pelayaran-rakyat dilaksanakan untuk :a. Meningkatkan pelayanan ke daerah pedalaman dan/atau perairan yang memiliki alur dengan kedalaman terbatas termasuk sungai dan danau;b. Meningkatkan kemampuannya sebagai lapangan usaha angkutan laut nasional dan lapangan kerja; danc. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan kewiraswastaan dalam bidang usaha angkutan laut nasional/3) Armada angkutan laut pelayaran-rakyat dapat dioperasikan di dalam negeri dan lintas batas, baik dengan trayek tetap dan teratur maupun trayek tidak tetap dan tidak teratur.2. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 26 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Penyeberangan.a. Pasal 12(1) Angkutan Penyeberangan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil dilaksanakan oleh Menteri, Gubernur, dan/atau Bupati/Walikota.(2) Angkutan Penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan pelayanan perintis dan penugasan.b. Pasal 13Kegiatan pelayanan angkutan penyeberangan perintis sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 dilakukan untuk :a) Menghubungkan daerah yang masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil yang belum berkembang dengan daerah yang sudah berkembang atau maju;b) Menghubungkan daerah yang moda transportasi lainnya belum memadai;c) Menghubungkan daerah yang secara komersial belum menguntungkan untuk dilayani oleh pelaksana angkutan penyeberangan.c. Pasal 14(1) Kegiatan pelayanan angkutan penyeberangan perintis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 hanya dapat dilakukan oleh perusahaan angkutan penyeberangan.(2) Kegiatan Pelayanan angkutan penyeberangan perintis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kriteria :a. Belum dilayani oleh pelaksana kegiatan angkutan laut, angkutan sungai dan danau atau angkutan penyeberangan yang beroperasi secara tetap dan teratur;b. Secara komersial belum menguntungkan;c. Tingkat pendapatan perkapita penduduknya masih rendah;d. Dilayani oleh perusahaan angkutan yang memiliki surat izin usaha angkutan penyeberangan dan surat persetujuan pengoperasian kapal; dane. Faktor muatan rata-rata kapal kurang dari 60% (enam puluh per seratus) per tahun.

d. Pasal 15(1) Kegiatan pelayanan Angkutan Penyeberangan perintis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dapat diberikan subsidi.(2) Subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada perusahaan Angkutan Penyeberangan atas dasar penugasan oleh Pemerintah/Pemerintah daerah yang sebagian biaya atau sepenuhnya dibebankan pada anggaran pemerintah baik yang bersumber dari APBN maupun APBD.

3. KM 58 Tahun 2003 Tentang Mekanisme Penetapan dan Formulasi Perhitungan Tarif Angkutan Penyeberangan

a. Pasal 2

1) Tarif angkutan penyeberangan ditetapkan untuk angkutan penumpang, kendaraan penumpang beserta penumpangnya dan kendaraan barang beserta muatannya.2) Tarif angkutan penyeberangan untuk angkutan penumpang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), terdiri dari tarif pelayanan ekonomi dan tarif pelayanan ekonomi.3) Tarif angkutan kendaraan beserta muatannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasrkan golongan kendaraan.4) Golongan kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan berdasarkan ruang yang digunakan.

b. Pasal 10

1) Tarif jarak ditetapkan untuk angkutan penumpang, kendaraan penumpang dan kendaraan barang beserta muatannya.2) Tarif jarak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dihitung berdasarkan jarak lintasan yang dilalui mulai dari pelabuhan pemberangkatan sampai ke pelabuhan tujuan dikalikan dengan tarif dasar.Evaluasi Subsidi Pengoperasian Kapal Penyeberangan Perintis di Lintasan Kendari - Langara

Evaluasi Subsidi Pengoperasian Kapal Penyeberangan Perintis di Lintasan Kendari - Langara