bab ii fix

22
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas BAB II TEORI SINGKAT II.1 Perancanaan Proses Perencanaan adalah proses mendasar yang dengan proses itu kita menentukan apa tujuan kita dan bagaimana kita akan mencapainya. Perencanaan juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terintegrasi yang bertujuan untuk memaksimumkan efektivitas keseluruhan usaha sebagai suatu sistem yang sesuai dengan tujuan perusahaan tersebut. Sedikitnya ada tiga hal yang perlu diperhatikan dari kedua definisi tersebut yaitu : 1. Setiap perencanaan diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai di masa yang akan datang. 2. Setiap perencanaan merupakan proses mendasar yang mengandung kegiatan – kegiatan terpadu untuk mencapainya. 3. Setiap perencanaan perlu memaksimumkan efektivitas sumber daya dan memaksimumkan pemanfaatannya dengan cara meningkatkan efisiensi. Dalam pelaksanaan kegiatan atau aktivitas kerja yang kompleks dikehendaki agar dapat digunakan teknik atau metode yang dapat membantu kelancaran tugas seperti penjadwalan serta pengawasannya. Selanjutnya perencana kegiatan akan memperluas pertanyaan – Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I II-1

Upload: ayu-kusumawati

Post on 10-Aug-2015

61 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

teori singkat

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

BAB II

TEORI SINGKAT

II.1 Perancanaan Proses

Perencanaan adalah proses mendasar yang dengan proses itu kita

menentukan apa tujuan kita dan bagaimana kita akan mencapainya. Perencanaan

juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terintegrasi yang bertujuan untuk

memaksimumkan efektivitas keseluruhan usaha sebagai suatu sistem yang sesuai

dengan tujuan perusahaan tersebut. Sedikitnya ada tiga hal yang perlu

diperhatikan dari kedua definisi tersebut yaitu :

1. Setiap perencanaan diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai di masa

yang akan datang.

2. Setiap perencanaan merupakan proses mendasar yang mengandung

kegiatan – kegiatan terpadu untuk mencapainya.

3. Setiap perencanaan perlu memaksimumkan efektivitas sumber daya dan

memaksimumkan pemanfaatannya dengan cara meningkatkan efisiensi.

Dalam pelaksanaan kegiatan atau aktivitas kerja yang kompleks

dikehendaki agar dapat digunakan teknik atau metode yang dapat membantu

kelancaran tugas seperti penjadwalan serta pengawasannya. Selanjutnya

perencana kegiatan akan memperluas pertanyaan – pertanyaan tersebut dengan

memberikan jawaban – jawaban yang relevan seperti :

a. Oleh siapakah (who) kegiatan tersebut nantinya akan dilaksanakan.

b. Kapan (when) dan dalam waktu berapa lama kegiatan tersebut akan

direalisasikan.

c. Dimana (where) kegiatan tersebut akan diselenggarakan dan sumber –

sumber apa sajakah (material, mesin, peralatan kerja, manusia. Energi, uang dan

lain – lain ) yang akan diperlukan untuk pelaksaannya.

Sehingga Process Planning (Perencanaan Proses) dapat didefinisikan

menurut ANSI Standar Z94.10 1972 adalah: “a procedure for determining the

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-1

Page 2: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

operations or actions necessary to transform material from one state to another”.

Sedangkan Bedworth pada bukunya yang berjudul Computer – Integrated Design

and Manufacturing lebih tajam lagi mengatakan Process Planning adalah: “The

preparation of a set of instructions that describe how to fabricate a part or build an

assembly which will satisfy engineering design specifications”. Menurut Chang ,

1998 adalah fungsi di dalam proses manufacturing yang menetapkan proses dan

parameter apa saja yang digunakan untuk merubah part awal menjadi part akhir

dengan didahului dengan gambar teknik.

Sekumpulan instruksi tersebut membahas mengenai urutan pengerjaan,

mesin dan tool yang digunakan, material yang dipakai, toleransi, parameter

pemesinan dan lain-lain. Prosedur perencanaan proses meliputi beberapa tugas,

yaitu pemilihan proses, pemilihan alat potong, pemilihan parameter pemesinan,

pemilihan mesin, pemilihan metode pencekaman, pengurutan operasi dan

penentuan gerak pahat. Pemilihan operasi bergantung pada bentuk yang akan

dihasilkan dan kemampuan dari mesin yang akan digunakan. Pada umumnya

pemilihan mesin ditentukan oleh operasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan

produk akhir.

Langkah-Langkah Process Planning :

1. Identifikasi keseluruhan bentuk part.

2. Identifikasi fitur dan catatan yang berkaitan dengan proses manufaktur part,

melalui gambar teknik.

3. Tentukan jenis material penyusun part.

4. Identifikasi datum surface.

5. Tentukan mesin untuk setiap proses.

6. Tentukan seluruh operasi yang diperlukan dalam pembuatan fitur part.

7. Urutkan operasi-operasi tersebut berdasarkan ketergantungan antaroperasi.

8. Pilih tools yang digunakan pada setiap operasi.

9. Pilih atau rancang fixture yang diperlukan.

10. Evaluasi hasil perencanaan, lakukan modifikasi bila perlu.

11. Tentukan parameter pemesinan untuk setiap operasi.

12. Susun lembar rencana proses akhir.

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-2

Page 3: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

II.2 Bill of Material (BOM)

Bill of Material Merupakan daftar dari semua material, parts, dan sub

assemblies , serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk

memproduksi satu unit produk atau parent assembly. BOM juga menggambarkan

cara komponen-komponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses

manufakturing. MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan

banyaknya setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. Bill of

Material (BOM) juga di definisikan produk akhir yang terdiri dari daftar item,

bahan, atau material yang dibutuhkan untuk merakit, mencampur atau

memproduksi produk akhir. Dan bisa diartikan Bill of material adalah sebuah

daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk

membuat suatu produk. Bill Of Material tidak hanya menspesifikasikan produksi,

tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar

bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan.

Dalam dunia manufaktur Bill of material terkadang juga disebut

struktur Produk di definisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung

ke dalam suatu produk selama proses manufakturing. Struktur produk typical

akan menunjukkan bahan baku yang di konversi ke dalam komponen-komponen

fabrikasi, kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama-sama

membuat assemblies, dan seterusnya sampai produk akhir.

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-3

Page 4: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

Alur Proses BOM :

Adapun jenis BOM adalah:

- Modular Bills yaitu bill of material yang dapat diatur di seputar modul produk,

modul merupakan komponen yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit

produk.

- Planning Bills dan Phanton Bills.

Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat menugaskan induk buatan kepada

bill of materialnya. Sedangkan Phantom Bill adalah bill of material untuk

komponen, biasanaya sub-sub perakitan yang hanya ada untuk sementara waktu.

- Low-level coding atas suatu bahan dalam bill of material diperlukan apabila ada

produk yang serupa supaya dapat membedakannya diberikan kode.

Pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

waktu yang dibutuhkan oleh operator (yang memiliki skill rata – rata dan terlatih

baik) dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-4

Page 5: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

yang normal. Tujuan pokok dari aktivitas ini dengan sendirinya akan berkaitan

erat dengan menetapkan waktu baku (standar).

Untuk menjelaskan prosedur penentuan waktu baku terlebih dahulu dipahami

beberapa definisi seperti berikut :

1. Waktu normal (normal time)

Waktu yang diperlukan untuk seorang operator yang terlatih dan memiliki

kemampuan rata – rata untuk melaksanakan suatu aktivitas di bawah kondisi dan

tempo kerja normal.

2. Tempo kerja normal (normal pace)

Merupakan tempo kerja atau performansi kerja yang ditunjukkan oleh seorang

operator yang memiliki ketrampilan rata – rata, terlatih baik dan dengan kesadaran

tinggi mau bekerja secara normal (tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu

lambat) selama 8 jam/hari (1 shift kerja).

3. Waktu pengamatan (actual time)

Adalah waktupengamatan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan

pengukuran waktu yang diperlukan seorang operator untuk menyelesaikan sebuah

aktivitas atau elemen kerja.

4. Kelonggaran waktu (allowance time)

Merupakan sejumlah waktu yang harus ditambahkan dalam waktu normal

(normal time) untuk mengantisipasi terhadap kebutuhan – kebutuhan waktu guna

melepaskan lelah (fatique), kebutuhan – kebutuhan yang bersifat pribadi (personal

needs) dan kondisi – kondisi menunggu yang bias dihindarkan ataupun tidak bias

dihindarkan.

BOM terdiri dari berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk berbagai

keperluan. BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan digunakan oleh

manufacturing engineer untuk menentukan item yang harus dibeli atau diproduksi.

Perencanaan pengendalian produksi dan persediaan menggunakan BOM yang di-

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-5

Page 6: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

hubungkan dengan master production schedule, untuk menentukan release item

yang dibeli atau diproduksi.

Contoh BOM struktur dan Tabel :

BOM struktur

Angka dalam kurung menunjukan faktor penggunaan (usage factor) dari setiap

komponen

BOM Tabel

Level

Code

Part Number Description Quantity Unit

0 FG Kaleng Kemas 1 Each

.1 A1 Bottom 1 Each

..2 P1 Plat Polos 1 Each

.1 A2 Body 1 Each

..2 P2 Plat Print 1 Each

.1 A3 Seal Ring 1 Each

..2 P3 Plat Polos 1 Each

.1 A4 Cap 1 Each

..2 P4 Plat polos 1 Each

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-6

Page 7: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

BOM dengan tabel yang kolom-kolomnya memuat informasi mengenai:

1. Part Number (nomor part),

2. Description (nama part dan keterangan lain yang perlu dicantumkan),

3. Quantity for Each Assembly (kuantitas part untuk setiap satu produk jadi),\

4. Unit of Measure (unit ukuran part), dan

5. Decision (keputusan untuk membeli atau memproduksi part tersebut).

Bila ditinjau dari komponen-komponen penyusun produknya, BOM dibedakan

menjadi dua macam:

Single Level Bill of Material : Format sederhana dari BOM, Description

Quantity for Each Assembly Unit of Measure , Decision)

Multilevel Bill of Material : Single Level Bill of Material tidak cukup

untuk menggambarkan produk yang memiliki subassembly. Untuk produk

dengan subassembly, digunakan Multilevel Tree dan Multilevel Bill of

Material. Multilevel Tree berupa “pohon” dengan beberapa level yang

menggambarkan struktur produk. Produk akhir berada pada level 0 (nol),

dan nomor level bertambah untuk level-level di bawahnya. Pada Multilevel

Bill of material, penulisan setiap level ditandai dengan format penulisan

Part Number

Tujuan dari BOM sendiri adalah Pendekatan planning BOM akan efektif

apabila terdapat perubahan proses yang meningkat dan lingkungan yang

kompetitif serta dinamik, Metode planning BOM ini akan mengijinkan perencana

untuk memenuhi tujuan-tujuan operasi maupun non operasional yang lain, Di

pergunakan untuk memudahkan penjadwalan produksi induk (MPS) atau

perencanaan kebutuhan material(MRP).

Manfaat dari BOM diantaranya adalah sebagai alat pengendali produksi yang

menspesifikasikan bahan-bahan kandungan yang penting dari suatu produk,

pesanan yang harus digabungkan dan seberapa banyak yang dibutuhkan untuk

membuat satu batch, bill of material juga digunakan untuk peramalan barang yang

keluar masuk dari inventori maupun transaksi produksi dan bisa menghasilkan

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-7

Page 8: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

pesanan-pesanan produksi dari pesanan pelanggan, serta menjamin bahwa jumlah

bahan yang tepat telah dikirim ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat.

II.3 Rencana Kualitas

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-8

Page 9: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

Pengertian kualitas mempunyai cakupan yang sangat luas, karena dari

berbagai ahli memberikan difinisi dan membentuknya dalam dimensi yang

berbeda. Menurut Spencer (1994) menjabarkan kualitas sebagai suatu yang

memuaskan konsumen. Sehingga setiap upaya pengembangan kualitas harus

dimulai dari pemahaman terhadap persepsi dan kebutuhan konsumen.

Menurut Feigenbaum (1991) memberikan difinisi kualitas produk dan jasa

sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran,

rekayasa, pembikinan (manufaktur), dan pemeliharaan yang membuat produk dan

jasa yang digunakan untuk memenuhi harapan konsumen (expectation of the

customer). Lebih lanjut mengatakan maksud dari banyak pengukuran kualitas ini

adalah untuk menentukan dan mengevaluasi hingga derajat atau tingkat mana

produk dan jasa mendekati keseluruhan gabungan karakteristik ini. Karakteristik

yang dimaksudkan adalah keterandalan (reliability), kemampulayanan

(serviceability), dan kemudahan pemeliharaan.

Pendapat Garvin yang dikutip oleh Evans dan Lindsay (1996) menyatakan

bahwa kualitas harus mengandung dimensi kinerja (performance), bentuk

(feature), reliabelitas, kesesuaian, durabilitas, survisabilitas, estetika dan kualitas

yang dipersepsikan (perceived quality). Demikian pula menurut Guetsh dan Davis

yang dikutip oleh Tjiptono dan Anastasia (1998) kualitas merupakan suatu kondisi

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan

yang memenuhi atau melebihi harapan. Demikian pula dikatakan oleh Martinich

(1997) memberikan pengertian demensi kualitas merupakan karakteristik kualitas

type produk yang multi dimensional menyebabkan produk mampu memberi nilai

dan kepuasan konsumen. Dikatakan oleh Vincent (1998) kualitas adalah sebagai

konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari

suatu produk (barang/ataujasa) yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang

telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan internal maupun eksternal.

Perlu untuk diperhatikan bahwa kualitas tidak boleh dipandang sebagai

suatu ukuran sempit yaitu kualitas produk semata-mata. Hal itu bisa dilihat dari

beberapa pengertian tersebut di atas , dimana kualitas tidak hanya kualitas produk

saja tetapi juga melibatkan seluruh aspek organisasi.

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-9

Page 10: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

Dari beberapa pengertian kualitas tersebut dapat diartikan dari dua sudut

pandang yaitu produksen dan konsumen. Kualitas menurut pandangan produsen

adalah produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus sesuai dengan spesifikasi

yang telah ditentukan oleh perusahaan. Namun demikian perusahaan dalam

menentukan spesifikasi produk juga akan memperhatikan keinginan dari

konsumen tanpa memperhatikan itu produk yang dihasilkan perusahaan tidak

akan dapat bersaing dengan perusahaan yang memperhatikan kebutuhan

konsumen. Sedangkan kualitas dari sudut pandang konsumen adalah jika produk

yang dibeli tersebut sesuai dengan manfaat yang dibutuhkan dan juga

pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Pengawasan kualitas perlu dilakukan dalam proses produksi dikarenakan (Zulian, 1996) antara lain :1. Untuk dapat menekan atau mengurangi volume kesalahan dan

perbaikan.

2. Untuk menjaga atau menaikan kualitas sesuai standar.

3. Untuk mengurangi keluhan atau penolakan konsumen.

4. Memungkinkan pengkelasan output

5. Untuk mentaati peraturan.

6. Untuk menjaga atau menaikan company image

Menyusun sasaran-sasaran kualitas:

1) Menentukan faktor-faktor lingkungan yang terkait (eksisting utilitas,site layout)

dengan manajemen kualitas sehingga dapat mendukung suksesnya kinerja mutu

nyata, 2) Menetapkan sasaran kualitas sesuai dengan keinginan stakeholder,

3) Mengidentifikasi requirement dari para stakeholder dan menterjemahkannya ke

dalam sasaran kualitas,

4) Menentukan cost of quality dan menjelaskan kaitannnya dengan strategi

manajemen,

5) Mengidentifikasi permasalahan kualitas pekerjaan yang akan dilaksanakan

Menyusun standar kualitas:

1) Menentukan standarstandar kualitas baku yang dapat dijadikan sebagai acuan

untuk melaksanakan tahapan pekerjaan,

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-10

Page 11: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

2)Membuat quality policy dalam perusahaan yang dapat dipahami oleh semua

karyawan pada semua unit-unit pekerjaan,

3) Mengikuti standar dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti pada

undang-undang jasa konstruksi.

II.4 Penarikan Sample Penerimaan

Rencana penerimaan sampel(acceptance sampling plans) adalah prosedur

yang digunakan dalam mengambil keputusan terhadap produk-produk yang dating

atau yang sudah dihasilkan perusahaan. Ada tiga metode dari penarikkan sampling

yaitu:

1.Tidak mengadakan inspeksi terhadap produk

2.Mengadakan100% inspeksi terhadap produk

3.Dengan sampel penerimaan

Keunggulan penarikan Sampling penerimaan adalah:

Lebih murah

Dapat meminimalkan kerusakan dan perpindahan tangan

Mengurangi kesalahan dalam inspeksi

Dapat memotivasi pemasok bila ada penolakan bahan

Kelemahan Penarikan Sampling Penerimaan adalah:

Adanya resiko penerimaan produk cacat atau penolakan produk baik

Sedikitnya informasi mengenai produk

Membutuhkan perencanaan dan pendokumenatasian prosedur

pengambilan sampel

Tidak adanya jaminan mengenai produk tertentu yang memenuhi kriteria

Indeks yang digunakan dalam penerikan sampel :

AQL -Acceptable Quality Level atau tingkat kualitas menurut produsen

LQL -Limiting Quality Level atau tingkat kualitas menurut konsumen.

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-11

Page 12: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

IQL -Indifference Quality Level atau tingkat kualitas diantara AQL dan

LQL, yang sering kali diartikan sebagai tingkat kualitas pada probabilitas

penerimaan 0,5 untuk rencana sampel tertentu

AOQL -Average Outgoing Quality Level AOQL adalah suatu perkiraan

hubungan yang berada diantara bagian kesalahan pada produk sebelum

inspeksi (incoming quality) atau p dari bagian sisa kesalahan setelah

inspeksi (outgoing quality)

Sampling penerimaan untuk data atribut dan variabel :

1) Acceptance sampling untuk data atribut dilakukan apabila inspeksi

mengklasifikasikan produk sebagai produk yang baik dan produk yang cacat

tanpa ada pengklasifikasian tingkat kesalahan atau cacat produk tersebut

(Mitra, 1993). Pada penarikan sampel atribut ada tiga tipe penarikkan yang

dapat digunakan yaitu :

1. Penarikan Sampel Tunggal :

o Dari sejumlah produk yang sama sebanyak N unit, diambil sampel

secara acak sebanyak n unit.

o Apabila ditemukan kesalahan (d) sebanyak maksimum c unit,

maka sampel diterima.

o Tetapi apabila kesalahan(d) ditemukan melebihi c unit, maka

sampel ditolak, yang berartiseluruhprodukhomogenyang dihasilkan

tersebut juga ditolak

2. Penarikan Sampel Ganda :

Pengambilan sampel ganda berarti apabila sampel yang diambil tidak cukup

memberikan informasi, maka diambil lagi sampel yang lain.

Prosedur :

o .Ambil sampel yang pertama. Apabila keputusannya jelas, diterima atau ditolak maka proses pengambilan dan pengujian sampel berhenti.

o Apabila tidak jelas keputusannya, maka diambil sampel yang kedua tanpaada pengembalian atau perbaikan dari sampe l pertama.

3. Penarikan Sampel Multiple :

Pada pengambilan sampel banyak, tambahan sampel dilakukan setelah sampel kedua.

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-12

Page 13: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

2) •Dalam acceptance sampling untuk data variabel, karakteristik kualitas

ditunjukkan dalam setiap sampel. Oleh karenanya, dalam acceptance sampling

untuk data variabel dilakukan pula penghitungan rata-rata sampel dan

penyimpangan atau deviasi standar sampel tersebut. Apabila rata-rata sampel

berada diluarjangkauan penerimaan, maka produk tersebut akan ditolak.

Ada 2 prosedur dalam prosedur untuk menghitung rencana penarikan sample

variabel :

a. Batas Spesifikasi Tunggal – Bentuk I

Rumus :  

di mana :  x = rata – rata pengukuran, LSL = batas bawah,     USL = batas atas, s = Standar deviasi.

Prosedur Perhitungan Spesifikasi Tunggal – Bentuk I :

1. Mengkonversi nilai AQL dengan menggunakan tabel 8.12. Menentukan simbol ( huruf ) dengan menggunakan tabel 8.2

1. Menentukan jumlah sampel yang harus diambil dengan menggunakan tabel 8.3 ( normal dan ketat ) dan nilai kritis ( K )

2. Dari jumlah sampel yang telah diketahui, langkah selanjutnya menentukan nilai rata – rata dan standar deviasi.

3. Menentukan nilai ZL atau ZU4. Membuat keputusan apakah produk diterima atau ditolak dengan kreteria

penilaian adalah :

Jika ZU atau ZL < nilai K, maka produk ditolak

Jika ZU atau ZL > nilai K, maka produk diterima

b. Batas Spesifikasi Tunggal – Bentuk 2

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-13

Page 14: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

Rumus :   

di mana : x = rata – rata pengukuran, LSL = batas bawah,     USL = batas atas, s = Standar deviasi.

Prosedur Per hitungan Spesifikasi Tunggal – Bentuk 2 :

1. Mengkonversi nilai AQL dengan menggunakan tabel 8.12. Menentukan simbol ( huruf ) dengan menggunakan tabel 8.23. Menentukan jumlah sampel yang harus diambil dengan menggunakan

tabel 8.5 ( normal dan ketat, serta ketat ) dan nilai kritis ( M )4. Dari jumlah sampel yang telah diketahui, langkah selanjutnya menentukan

nilai rata – rata dan standar deviasi.  .    S =5. Menentukan nilai PL atau PU dengan menggunakan tabel 8.76. Membuat keputusan apakah sampel diterima atau ditolak dengan kreteria

penilaian adalah :

Jika PU atau PL >  nilai M, maka sampel ditolak Jika ZU atau ZL < nilai M, maka sampel diterima 

Batas Spesifikasi Ganda dengan Satu Nilai AQL

Rumus :   atau

Di mana :  = rata – rata pengukuran, L = batas bawah,     U = batas atas, S = Standar deviasi.

Prosedure Perhitungan Spesifikasi Ganda dengan Satu Nilai AQL

1. Mengkonversi nilai AQL dengan menggunakan tabel 8.12. Menentukan simbol ( huruf ) dengan menggunakan tabel 8.23. Menentukan jumlah sampel yang harus diambil dengan menggunakan

tabel 8.5 ( normal dan ketat) dan bila  longgar menggunakan tabel 8.6, kemudian menentukan   nilai kritis ( M )

4. Dari jumlah sampel yang telah diketahui, langkah selanjutnya menentukan nilai rata – rata dan standar deviasi.

.

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-14

Page 15: BAB II fix

Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas

1. Mengkonversi nilai PL dan PU dengan menggunakan tabel 8.7.  P = PL + PU

2. Membuat keputusan apakah produk diterima atau ditolak dengan kreteria penilaian adalah :

Jika P ≤   nilai M, maka produk diterima o Jika P   >  nilai M, maka produk ditolak atau kedua nilai Qu dan

QL negatip

Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I

II-15