bab ii fix
DESCRIPTION
teori singkatTRANSCRIPT
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
BAB II
TEORI SINGKAT
II.1 Perancanaan Proses
Perencanaan adalah proses mendasar yang dengan proses itu kita
menentukan apa tujuan kita dan bagaimana kita akan mencapainya. Perencanaan
juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terintegrasi yang bertujuan untuk
memaksimumkan efektivitas keseluruhan usaha sebagai suatu sistem yang sesuai
dengan tujuan perusahaan tersebut. Sedikitnya ada tiga hal yang perlu
diperhatikan dari kedua definisi tersebut yaitu :
1. Setiap perencanaan diarahkan pada tujuan yang hendak dicapai di masa
yang akan datang.
2. Setiap perencanaan merupakan proses mendasar yang mengandung
kegiatan – kegiatan terpadu untuk mencapainya.
3. Setiap perencanaan perlu memaksimumkan efektivitas sumber daya dan
memaksimumkan pemanfaatannya dengan cara meningkatkan efisiensi.
Dalam pelaksanaan kegiatan atau aktivitas kerja yang kompleks
dikehendaki agar dapat digunakan teknik atau metode yang dapat membantu
kelancaran tugas seperti penjadwalan serta pengawasannya. Selanjutnya
perencana kegiatan akan memperluas pertanyaan – pertanyaan tersebut dengan
memberikan jawaban – jawaban yang relevan seperti :
a. Oleh siapakah (who) kegiatan tersebut nantinya akan dilaksanakan.
b. Kapan (when) dan dalam waktu berapa lama kegiatan tersebut akan
direalisasikan.
c. Dimana (where) kegiatan tersebut akan diselenggarakan dan sumber –
sumber apa sajakah (material, mesin, peralatan kerja, manusia. Energi, uang dan
lain – lain ) yang akan diperlukan untuk pelaksaannya.
Sehingga Process Planning (Perencanaan Proses) dapat didefinisikan
menurut ANSI Standar Z94.10 1972 adalah: “a procedure for determining the
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-1
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
operations or actions necessary to transform material from one state to another”.
Sedangkan Bedworth pada bukunya yang berjudul Computer – Integrated Design
and Manufacturing lebih tajam lagi mengatakan Process Planning adalah: “The
preparation of a set of instructions that describe how to fabricate a part or build an
assembly which will satisfy engineering design specifications”. Menurut Chang ,
1998 adalah fungsi di dalam proses manufacturing yang menetapkan proses dan
parameter apa saja yang digunakan untuk merubah part awal menjadi part akhir
dengan didahului dengan gambar teknik.
Sekumpulan instruksi tersebut membahas mengenai urutan pengerjaan,
mesin dan tool yang digunakan, material yang dipakai, toleransi, parameter
pemesinan dan lain-lain. Prosedur perencanaan proses meliputi beberapa tugas,
yaitu pemilihan proses, pemilihan alat potong, pemilihan parameter pemesinan,
pemilihan mesin, pemilihan metode pencekaman, pengurutan operasi dan
penentuan gerak pahat. Pemilihan operasi bergantung pada bentuk yang akan
dihasilkan dan kemampuan dari mesin yang akan digunakan. Pada umumnya
pemilihan mesin ditentukan oleh operasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk akhir.
Langkah-Langkah Process Planning :
1. Identifikasi keseluruhan bentuk part.
2. Identifikasi fitur dan catatan yang berkaitan dengan proses manufaktur part,
melalui gambar teknik.
3. Tentukan jenis material penyusun part.
4. Identifikasi datum surface.
5. Tentukan mesin untuk setiap proses.
6. Tentukan seluruh operasi yang diperlukan dalam pembuatan fitur part.
7. Urutkan operasi-operasi tersebut berdasarkan ketergantungan antaroperasi.
8. Pilih tools yang digunakan pada setiap operasi.
9. Pilih atau rancang fixture yang diperlukan.
10. Evaluasi hasil perencanaan, lakukan modifikasi bila perlu.
11. Tentukan parameter pemesinan untuk setiap operasi.
12. Susun lembar rencana proses akhir.
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-2
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
II.2 Bill of Material (BOM)
Bill of Material Merupakan daftar dari semua material, parts, dan sub
assemblies , serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk
memproduksi satu unit produk atau parent assembly. BOM juga menggambarkan
cara komponen-komponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses
manufakturing. MRP menggunakan BOM sebagai basis untuk perhitungan
banyaknya setiap material yang dibutuhkan untuk setiap periode waktu. Bill of
Material (BOM) juga di definisikan produk akhir yang terdiri dari daftar item,
bahan, atau material yang dibutuhkan untuk merakit, mencampur atau
memproduksi produk akhir. Dan bisa diartikan Bill of material adalah sebuah
daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk
membuat suatu produk. Bill Of Material tidak hanya menspesifikasikan produksi,
tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar
bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan.
Dalam dunia manufaktur Bill of material terkadang juga disebut
struktur Produk di definisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung
ke dalam suatu produk selama proses manufakturing. Struktur produk typical
akan menunjukkan bahan baku yang di konversi ke dalam komponen-komponen
fabrikasi, kemudian komponen-komponen itu bergabung secara bersama-sama
membuat assemblies, dan seterusnya sampai produk akhir.
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-3
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
Alur Proses BOM :
Adapun jenis BOM adalah:
- Modular Bills yaitu bill of material yang dapat diatur di seputar modul produk,
modul merupakan komponen yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit
produk.
- Planning Bills dan Phanton Bills.
Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat menugaskan induk buatan kepada
bill of materialnya. Sedangkan Phantom Bill adalah bill of material untuk
komponen, biasanaya sub-sub perakitan yang hanya ada untuk sementara waktu.
- Low-level coding atas suatu bahan dalam bill of material diperlukan apabila ada
produk yang serupa supaya dapat membedakannya diberikan kode.
Pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan
waktu yang dibutuhkan oleh operator (yang memiliki skill rata – rata dan terlatih
baik) dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-4
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
yang normal. Tujuan pokok dari aktivitas ini dengan sendirinya akan berkaitan
erat dengan menetapkan waktu baku (standar).
Untuk menjelaskan prosedur penentuan waktu baku terlebih dahulu dipahami
beberapa definisi seperti berikut :
1. Waktu normal (normal time)
Waktu yang diperlukan untuk seorang operator yang terlatih dan memiliki
kemampuan rata – rata untuk melaksanakan suatu aktivitas di bawah kondisi dan
tempo kerja normal.
2. Tempo kerja normal (normal pace)
Merupakan tempo kerja atau performansi kerja yang ditunjukkan oleh seorang
operator yang memiliki ketrampilan rata – rata, terlatih baik dan dengan kesadaran
tinggi mau bekerja secara normal (tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu
lambat) selama 8 jam/hari (1 shift kerja).
3. Waktu pengamatan (actual time)
Adalah waktupengamatan yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
pengukuran waktu yang diperlukan seorang operator untuk menyelesaikan sebuah
aktivitas atau elemen kerja.
4. Kelonggaran waktu (allowance time)
Merupakan sejumlah waktu yang harus ditambahkan dalam waktu normal
(normal time) untuk mengantisipasi terhadap kebutuhan – kebutuhan waktu guna
melepaskan lelah (fatique), kebutuhan – kebutuhan yang bersifat pribadi (personal
needs) dan kondisi – kondisi menunggu yang bias dihindarkan ataupun tidak bias
dihindarkan.
BOM terdiri dari berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk berbagai
keperluan. BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan digunakan oleh
manufacturing engineer untuk menentukan item yang harus dibeli atau diproduksi.
Perencanaan pengendalian produksi dan persediaan menggunakan BOM yang di-
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-5
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
hubungkan dengan master production schedule, untuk menentukan release item
yang dibeli atau diproduksi.
Contoh BOM struktur dan Tabel :
BOM struktur
Angka dalam kurung menunjukan faktor penggunaan (usage factor) dari setiap
komponen
BOM Tabel
Level
Code
Part Number Description Quantity Unit
0 FG Kaleng Kemas 1 Each
.1 A1 Bottom 1 Each
..2 P1 Plat Polos 1 Each
.1 A2 Body 1 Each
..2 P2 Plat Print 1 Each
.1 A3 Seal Ring 1 Each
..2 P3 Plat Polos 1 Each
.1 A4 Cap 1 Each
..2 P4 Plat polos 1 Each
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-6
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
BOM dengan tabel yang kolom-kolomnya memuat informasi mengenai:
1. Part Number (nomor part),
2. Description (nama part dan keterangan lain yang perlu dicantumkan),
3. Quantity for Each Assembly (kuantitas part untuk setiap satu produk jadi),\
4. Unit of Measure (unit ukuran part), dan
5. Decision (keputusan untuk membeli atau memproduksi part tersebut).
Bila ditinjau dari komponen-komponen penyusun produknya, BOM dibedakan
menjadi dua macam:
Single Level Bill of Material : Format sederhana dari BOM, Description
Quantity for Each Assembly Unit of Measure , Decision)
Multilevel Bill of Material : Single Level Bill of Material tidak cukup
untuk menggambarkan produk yang memiliki subassembly. Untuk produk
dengan subassembly, digunakan Multilevel Tree dan Multilevel Bill of
Material. Multilevel Tree berupa “pohon” dengan beberapa level yang
menggambarkan struktur produk. Produk akhir berada pada level 0 (nol),
dan nomor level bertambah untuk level-level di bawahnya. Pada Multilevel
Bill of material, penulisan setiap level ditandai dengan format penulisan
Part Number
Tujuan dari BOM sendiri adalah Pendekatan planning BOM akan efektif
apabila terdapat perubahan proses yang meningkat dan lingkungan yang
kompetitif serta dinamik, Metode planning BOM ini akan mengijinkan perencana
untuk memenuhi tujuan-tujuan operasi maupun non operasional yang lain, Di
pergunakan untuk memudahkan penjadwalan produksi induk (MPS) atau
perencanaan kebutuhan material(MRP).
Manfaat dari BOM diantaranya adalah sebagai alat pengendali produksi yang
menspesifikasikan bahan-bahan kandungan yang penting dari suatu produk,
pesanan yang harus digabungkan dan seberapa banyak yang dibutuhkan untuk
membuat satu batch, bill of material juga digunakan untuk peramalan barang yang
keluar masuk dari inventori maupun transaksi produksi dan bisa menghasilkan
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-7
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
pesanan-pesanan produksi dari pesanan pelanggan, serta menjamin bahwa jumlah
bahan yang tepat telah dikirim ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat.
II.3 Rencana Kualitas
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-8
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
Pengertian kualitas mempunyai cakupan yang sangat luas, karena dari
berbagai ahli memberikan difinisi dan membentuknya dalam dimensi yang
berbeda. Menurut Spencer (1994) menjabarkan kualitas sebagai suatu yang
memuaskan konsumen. Sehingga setiap upaya pengembangan kualitas harus
dimulai dari pemahaman terhadap persepsi dan kebutuhan konsumen.
Menurut Feigenbaum (1991) memberikan difinisi kualitas produk dan jasa
sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran,
rekayasa, pembikinan (manufaktur), dan pemeliharaan yang membuat produk dan
jasa yang digunakan untuk memenuhi harapan konsumen (expectation of the
customer). Lebih lanjut mengatakan maksud dari banyak pengukuran kualitas ini
adalah untuk menentukan dan mengevaluasi hingga derajat atau tingkat mana
produk dan jasa mendekati keseluruhan gabungan karakteristik ini. Karakteristik
yang dimaksudkan adalah keterandalan (reliability), kemampulayanan
(serviceability), dan kemudahan pemeliharaan.
Pendapat Garvin yang dikutip oleh Evans dan Lindsay (1996) menyatakan
bahwa kualitas harus mengandung dimensi kinerja (performance), bentuk
(feature), reliabelitas, kesesuaian, durabilitas, survisabilitas, estetika dan kualitas
yang dipersepsikan (perceived quality). Demikian pula menurut Guetsh dan Davis
yang dikutip oleh Tjiptono dan Anastasia (1998) kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Demikian pula dikatakan oleh Martinich
(1997) memberikan pengertian demensi kualitas merupakan karakteristik kualitas
type produk yang multi dimensional menyebabkan produk mampu memberi nilai
dan kepuasan konsumen. Dikatakan oleh Vincent (1998) kualitas adalah sebagai
konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari
suatu produk (barang/ataujasa) yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang
telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan internal maupun eksternal.
Perlu untuk diperhatikan bahwa kualitas tidak boleh dipandang sebagai
suatu ukuran sempit yaitu kualitas produk semata-mata. Hal itu bisa dilihat dari
beberapa pengertian tersebut di atas , dimana kualitas tidak hanya kualitas produk
saja tetapi juga melibatkan seluruh aspek organisasi.
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-9
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
Dari beberapa pengertian kualitas tersebut dapat diartikan dari dua sudut
pandang yaitu produksen dan konsumen. Kualitas menurut pandangan produsen
adalah produk yang dihasilkan oleh perusahaan harus sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan oleh perusahaan. Namun demikian perusahaan dalam
menentukan spesifikasi produk juga akan memperhatikan keinginan dari
konsumen tanpa memperhatikan itu produk yang dihasilkan perusahaan tidak
akan dapat bersaing dengan perusahaan yang memperhatikan kebutuhan
konsumen. Sedangkan kualitas dari sudut pandang konsumen adalah jika produk
yang dibeli tersebut sesuai dengan manfaat yang dibutuhkan dan juga
pengorbanan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Pengawasan kualitas perlu dilakukan dalam proses produksi dikarenakan (Zulian, 1996) antara lain :1. Untuk dapat menekan atau mengurangi volume kesalahan dan
perbaikan.
2. Untuk menjaga atau menaikan kualitas sesuai standar.
3. Untuk mengurangi keluhan atau penolakan konsumen.
4. Memungkinkan pengkelasan output
5. Untuk mentaati peraturan.
6. Untuk menjaga atau menaikan company image
Menyusun sasaran-sasaran kualitas:
1) Menentukan faktor-faktor lingkungan yang terkait (eksisting utilitas,site layout)
dengan manajemen kualitas sehingga dapat mendukung suksesnya kinerja mutu
nyata, 2) Menetapkan sasaran kualitas sesuai dengan keinginan stakeholder,
3) Mengidentifikasi requirement dari para stakeholder dan menterjemahkannya ke
dalam sasaran kualitas,
4) Menentukan cost of quality dan menjelaskan kaitannnya dengan strategi
manajemen,
5) Mengidentifikasi permasalahan kualitas pekerjaan yang akan dilaksanakan
Menyusun standar kualitas:
1) Menentukan standarstandar kualitas baku yang dapat dijadikan sebagai acuan
untuk melaksanakan tahapan pekerjaan,
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-10
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
2)Membuat quality policy dalam perusahaan yang dapat dipahami oleh semua
karyawan pada semua unit-unit pekerjaan,
3) Mengikuti standar dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti pada
undang-undang jasa konstruksi.
II.4 Penarikan Sample Penerimaan
Rencana penerimaan sampel(acceptance sampling plans) adalah prosedur
yang digunakan dalam mengambil keputusan terhadap produk-produk yang dating
atau yang sudah dihasilkan perusahaan. Ada tiga metode dari penarikkan sampling
yaitu:
1.Tidak mengadakan inspeksi terhadap produk
2.Mengadakan100% inspeksi terhadap produk
3.Dengan sampel penerimaan
Keunggulan penarikan Sampling penerimaan adalah:
Lebih murah
Dapat meminimalkan kerusakan dan perpindahan tangan
Mengurangi kesalahan dalam inspeksi
Dapat memotivasi pemasok bila ada penolakan bahan
Kelemahan Penarikan Sampling Penerimaan adalah:
Adanya resiko penerimaan produk cacat atau penolakan produk baik
Sedikitnya informasi mengenai produk
Membutuhkan perencanaan dan pendokumenatasian prosedur
pengambilan sampel
Tidak adanya jaminan mengenai produk tertentu yang memenuhi kriteria
Indeks yang digunakan dalam penerikan sampel :
AQL -Acceptable Quality Level atau tingkat kualitas menurut produsen
LQL -Limiting Quality Level atau tingkat kualitas menurut konsumen.
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-11
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
IQL -Indifference Quality Level atau tingkat kualitas diantara AQL dan
LQL, yang sering kali diartikan sebagai tingkat kualitas pada probabilitas
penerimaan 0,5 untuk rencana sampel tertentu
AOQL -Average Outgoing Quality Level AOQL adalah suatu perkiraan
hubungan yang berada diantara bagian kesalahan pada produk sebelum
inspeksi (incoming quality) atau p dari bagian sisa kesalahan setelah
inspeksi (outgoing quality)
Sampling penerimaan untuk data atribut dan variabel :
1) Acceptance sampling untuk data atribut dilakukan apabila inspeksi
mengklasifikasikan produk sebagai produk yang baik dan produk yang cacat
tanpa ada pengklasifikasian tingkat kesalahan atau cacat produk tersebut
(Mitra, 1993). Pada penarikan sampel atribut ada tiga tipe penarikkan yang
dapat digunakan yaitu :
1. Penarikan Sampel Tunggal :
o Dari sejumlah produk yang sama sebanyak N unit, diambil sampel
secara acak sebanyak n unit.
o Apabila ditemukan kesalahan (d) sebanyak maksimum c unit,
maka sampel diterima.
o Tetapi apabila kesalahan(d) ditemukan melebihi c unit, maka
sampel ditolak, yang berartiseluruhprodukhomogenyang dihasilkan
tersebut juga ditolak
2. Penarikan Sampel Ganda :
Pengambilan sampel ganda berarti apabila sampel yang diambil tidak cukup
memberikan informasi, maka diambil lagi sampel yang lain.
Prosedur :
o .Ambil sampel yang pertama. Apabila keputusannya jelas, diterima atau ditolak maka proses pengambilan dan pengujian sampel berhenti.
o Apabila tidak jelas keputusannya, maka diambil sampel yang kedua tanpaada pengembalian atau perbaikan dari sampe l pertama.
3. Penarikan Sampel Multiple :
Pada pengambilan sampel banyak, tambahan sampel dilakukan setelah sampel kedua.
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-12
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
2) •Dalam acceptance sampling untuk data variabel, karakteristik kualitas
ditunjukkan dalam setiap sampel. Oleh karenanya, dalam acceptance sampling
untuk data variabel dilakukan pula penghitungan rata-rata sampel dan
penyimpangan atau deviasi standar sampel tersebut. Apabila rata-rata sampel
berada diluarjangkauan penerimaan, maka produk tersebut akan ditolak.
Ada 2 prosedur dalam prosedur untuk menghitung rencana penarikan sample
variabel :
a. Batas Spesifikasi Tunggal – Bentuk I
Rumus :
di mana : x = rata – rata pengukuran, LSL = batas bawah, USL = batas atas, s = Standar deviasi.
Prosedur Perhitungan Spesifikasi Tunggal – Bentuk I :
1. Mengkonversi nilai AQL dengan menggunakan tabel 8.12. Menentukan simbol ( huruf ) dengan menggunakan tabel 8.2
1. Menentukan jumlah sampel yang harus diambil dengan menggunakan tabel 8.3 ( normal dan ketat ) dan nilai kritis ( K )
2. Dari jumlah sampel yang telah diketahui, langkah selanjutnya menentukan nilai rata – rata dan standar deviasi.
3. Menentukan nilai ZL atau ZU4. Membuat keputusan apakah produk diterima atau ditolak dengan kreteria
penilaian adalah :
Jika ZU atau ZL < nilai K, maka produk ditolak
Jika ZU atau ZL > nilai K, maka produk diterima
b. Batas Spesifikasi Tunggal – Bentuk 2
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-13
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
Rumus :
di mana : x = rata – rata pengukuran, LSL = batas bawah, USL = batas atas, s = Standar deviasi.
Prosedur Per hitungan Spesifikasi Tunggal – Bentuk 2 :
1. Mengkonversi nilai AQL dengan menggunakan tabel 8.12. Menentukan simbol ( huruf ) dengan menggunakan tabel 8.23. Menentukan jumlah sampel yang harus diambil dengan menggunakan
tabel 8.5 ( normal dan ketat, serta ketat ) dan nilai kritis ( M )4. Dari jumlah sampel yang telah diketahui, langkah selanjutnya menentukan
nilai rata – rata dan standar deviasi. . S =5. Menentukan nilai PL atau PU dengan menggunakan tabel 8.76. Membuat keputusan apakah sampel diterima atau ditolak dengan kreteria
penilaian adalah :
Jika PU atau PL > nilai M, maka sampel ditolak Jika ZU atau ZL < nilai M, maka sampel diterima
Batas Spesifikasi Ganda dengan Satu Nilai AQL
Rumus : atau
Di mana : = rata – rata pengukuran, L = batas bawah, U = batas atas, S = Standar deviasi.
Prosedure Perhitungan Spesifikasi Ganda dengan Satu Nilai AQL
1. Mengkonversi nilai AQL dengan menggunakan tabel 8.12. Menentukan simbol ( huruf ) dengan menggunakan tabel 8.23. Menentukan jumlah sampel yang harus diambil dengan menggunakan
tabel 8.5 ( normal dan ketat) dan bila longgar menggunakan tabel 8.6, kemudian menentukan nilai kritis ( M )
4. Dari jumlah sampel yang telah diketahui, langkah selanjutnya menentukan nilai rata – rata dan standar deviasi.
.
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-14
Modul 1 Perencanaan Proses Dan Kualitas
1. Mengkonversi nilai PL dan PU dengan menggunakan tabel 8.7. P = PL + PU
2. Membuat keputusan apakah produk diterima atau ditolak dengan kreteria penilaian adalah :
Jika P ≤ nilai M, maka produk diterima o Jika P > nilai M, maka produk ditolak atau kedua nilai Qu dan
QL negatip
Laboatorium Perencanaan Industri Manufaktur I
II-15