bab ii deskripsi proyek ii.1 deskripsi...

38
9 BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUM Judul : Museum Tekstil Jawa Barat Status Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Pemerintah Daerah Kota Bandung Sumber Dana : Pemerintah Daerah Kota Bandung dan Departemen Perindustrian Republik Indonesia Lokasi : Jalan Jakarta, Kelurahan Kebon Waru, Kecamatan Batu Nunggal, Wilayah Karees, Bandung, Jawa Barat. Luas Lahan : 10.580,5 m 2 Luas Bangunan : 8871, 81 m 2 KDB : 50 % KLB : 1 GSB : 8 m II.2 INTREPRETASI KASUS II.2.1 Sejarah dan Pengertian Museum Kata museum berasal dari bahasa Yunani, mouseion, yang berarti tempat dan ruang dansa untuk Muses, dewi-dewi puisi, dan ibunya, Mnemosyne, dewi memori bangsa Yunani. Pada masa Yunani kuno, museum digunakan sebagai sekolah puisi dan filosofi yang dibangun beserta kuil Muses. Pada masa abad pencerahan (18 M), museum banyak dibangun di sebagian besar negara Eropa sebagai galeri seni milik bangsawan. Kondisi ini ditunjang oleh kesadaran yang tinggi mengenai sejarah. Kesadaran inilah yang kemudian menjadi dasar pemahaman fungsi museum modern. Pada abad 19 fungsi museum bergesr menjadi penjaga nilai-nilai tradisional dan sebagai fasilitas untuk penelitian akademis. Koleksi-koleksi

Upload: dangxuyen

Post on 14-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

9

BAB II DESKRIPSI PROYEK

II.1 DESKRIPSI UMUM Judul : Museum Tekstil Jawa Barat

Status Proyek : Fiktif

Pemilik Proyek : Pemerintah Daerah Kota Bandung

Sumber Dana : Pemerintah Daerah Kota Bandung dan Departemen

Perindustrian Republik Indonesia

Lokasi : Jalan Jakarta, Kelurahan Kebon Waru, Kecamatan

Batu Nunggal, Wilayah Karees, Bandung, Jawa Barat.

Luas Lahan : 10.580,5 m2

Luas Bangunan : 8871, 81 m2

KDB : 50 %

KLB : 1

GSB : 8 m

II.2 INTREPRETASI KASUS II.2.1 Sejarah dan Pengertian Museum Kata museum berasal dari bahasa Yunani, mouseion, yang berarti

tempat dan ruang dansa untuk Muses, dewi-dewi puisi, dan ibunya,

Mnemosyne, dewi memori bangsa Yunani. Pada masa Yunani kuno,

museum digunakan sebagai sekolah puisi dan filosofi yang dibangun

beserta kuil Muses. Pada masa abad pencerahan (18 M), museum banyak

dibangun di sebagian besar negara Eropa sebagai galeri seni milik

bangsawan. Kondisi ini ditunjang oleh kesadaran yang tinggi mengenai

sejarah. Kesadaran inilah yang kemudian menjadi dasar pemahaman

fungsi museum modern.

Pada abad 19 fungsi museum bergesr menjadi penjaga nilai-nilai

tradisional dan sebagai fasilitas untuk penelitian akademis. Koleksi-koleksi

Page 2: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

10

dalam museum bukan hanya disimpan sebagai peninggalan bersejarah

dari masa lampau yang memiliki nilai artistik saja, tetapi juga supaya dapat

berguna pada masa koleksi tersebut ditampilkan. Pada masa ini, selain

untuk memberi kepuasan dan menanamkan budaya, museum juga

digunakan untuk membangun kepekaan estetis dan edukasi. Perbedaan

yang cukup tinggi antara golongan bangsawan yang tertarik dengan

budaya dan kaum kebanyakan yang lebih terikat dengan kepentingan

perdagangan, pada perkembangan selanjutnya menjadikan museum

sebagai sumber ide. Siapapun yang kreatif atau mau berapresiasi di

dalamnya, adalah yang mampu membawa dan mengaplikasikannya.

Pada masa rekonstruksi pasca Perang Dunia II, hanya sedikit

jumlah museum baru yang dibangun. Pada masa ini museum dilihat

sebagai tempat yang membosankan, hanya orang-orang tertentu yang

datang (dianggap elit), dan jarang dikunjungi. Kondisi ini memunculkan

permintaan untuk mentransformasikan museum menjadi pusat

perdagangan dan pertukaran ide. Satu dekade kemudian, pada tahun

1968, interpretasi museum bergeser lagi dari menara gading akademisi

menjadi tempat untuk komunikasi sosial, dan dari kuil pemujaan Muses

menjadi tempat pembelajaran.

Kini, sebagai konsekuensi dari perubahan situasi di era media dan

konsumerisme, ada kekaburan dari keberadaan museum. Antara museum

sebagai pasar yang bersifat profan di mana seni diperdagangkan dan

museum sebagai ‘kuil’ yang didedikasikan untuk seni. Di era di mana

sesuatu dalam bentuk fisik menjadi sesuatu yang jauh lebih menarik dari

makna atau esensi, dan dengan kesadaran bahwa sesuatu yang dekat

atau melekat dengan kita adalah sesuatu yang jauh lebih menarik,

museum mulai menata kembali tugasnya. Dengan mengambil pendekatan

dari kacamata pengunjung sebagai konsumen yang mencari pengalaman,

kesenangan, hiburan, dan memiliki kebutuhan atas kenyamanan dan

kenikmatan dalam berjalan, dimana kenikmatan dalam berjalan-jalan dan

melihat-lihat (windowshop) ditimbulkan dari kedekatan koleksi dengan

Page 3: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

11

kehidupan sehari-hari penikmatnya, museum kini dituntut untuk

memadukan nilai ilmu pengetahuan, nilai hiburan, dan nilai konsumer.

Sebagai tempat yang menyimpan peninggalan-peninggalan

bersejarah dari suatu kelompok masyarakat, museum berfungsi sebagai

mesin waktu yang menstimulasi imajinasi dan menunjang pengembangan

budaya, sekaligus menjadi penyeimbang dalam perkembangan dunia dan

sebuah refleksi kritis dari setiap perkembangannya. Dari latar belakang

sejarah tersebut, definisi museum yang digunakan sebagai acuan dalam

perancangan kasus ini adalah : “a permanent institution in the service of society and of its development, open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits, for purposes of study, education, enjoyment, the tangible and intangible evidence of people and their environment." (International Council of Museum – ICOM, 2004)

II.2.3 Tipologi Museum Museum dibagi menjadi beberapa tipologi, yaitu :

1. Berdasarkan materi koleksi

a. Museum seni

b. Museum sejarah

c. Museum ilmu pengetahuan

2. Berdasarkan arsitektur

a. Museum dalam bentuk istana atau kuil

b. Museum yang berasal dari monumen

c. museum baru (dirancang dan direncanakan sebagai museum

3. Berdasarkan cara penyajian

a. Presentasi estetis

b. Presentasi historis

c. Presentasi ekologis

4. Berdasarkan kawasan

a. Museum nasional

b. Museum daerah atau kota

Page 4: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

12

5. Museum khusus

a. Museum terbuka

b. Museum anak, dan lain-lain.

Berdasarkan klasifikasi museum tersebut, maka Museum teksti Jawa

Barat ini dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi museum seni dan sejarah,

museum baru, cara penyajiannya berupa presentasi estetis dan historis,

museum daerah, dan merupakan museum terbuka atau umum. Museum

tekstil Jawa Barat ini akan mewadahi kegiatan-kegiatan museum sebagai

pusat data untuk edukasi publik yang komunikatif dan rekreatif.

II.2.4 Pengertian Tekstil Secara fisik tekstil dapat didefinisikan sebagai “.. a flexible material

comprised of a network of natural or artificial fibres often referred to as thread or yarn.

Textiles are formed by weaving, knitting, crocheting, knotting, or pressing fibres together. “ (wikipedia, 2006). Sedangkan sebagai benda budaya, tekstil merupakan

salah satu wujud fisik kebudayaan yang menceritakan pola pikir, nilai-nilai

yang berlaku, pengaruh yang masuk, dan perkembangan kebudayaan

dalam suatu kelompok masyarakat.

Dalam kaitannya sebagai benda budaya, keberadaan tekstil dalam

suatu kelompok masyarakat merupakan alat yang berfungsi untuk

mempertahankan ataupun meluaskan pengaruh. Dengan kata lain, pada

suatu zaman dalam konteks satu kelompok masyarakat, tekstil merupakan

salah satu alat untuk melanggengkan budaya. Dalam aplikasinya, tekstil

menjadi representasi dari status sosial seseorang dalam kelompoknya.

Pada perkembangannya, representasi tersebut tidak lagi

bergantung hanya pada kelompok masyarakat tertentu, tetapi menjadi

bentuk penyampaian ekspresi individu dalam suatu konteks. Oleh karena

itu pada kasus ini, selain menampilkan tekstil dalam pengertian fisik

maupun sesuai dengan fungsinya sebagai benda budaya, tekstil juga

ditampilkan dalam interpretasi sebagai sebuah keinginan untuk

mengekspresikan sesuatu.

Page 5: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

13

II.2.5 Sejarah Tekstil Jawa Barat Secara umum pembabakan tekstil di Jawa Barat dibagi menjadi

dua, yaitu sebelum kemerdekaan (sebelum 1945) dan setelah

kemerdekaan (setelah 1945). Pembabakan ini didasarkan pada situasi

dan kondisi tekstil di Jawa Barat yang masih terpisah-pisah sebagai tekstil

‘milik’ masing-masing daerah penghasil tekstil di Jawa Barat sebelum

tahun 1945. Setelah kemerdekaan RI tahun 1945, tekstil dari masing-

masing daerah penghasil tekstil di Jawa Barat tersebut mulai diakui

sebagai tekstil Jawa Barat.5

Konon, budaya tekstil Jawa Barat sudah dimulai sejak zaman

kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

yang mula-mula ada adalah budaya tenun. Sementara, batik diperkirakan

telah dikenal di Tasikmalaya sejak tahun 400 M. Peninggalan yang ada

sekarang ialah banyaknya pohon tarum yang digunakan untuk proses

pembatikan pada waktu itu. Daerah pembatikan yang masih ada hingga

sekarang adalah Wurug, Sukapura, Mangunraja, Marenjaya, dan

Tasikmalaya Kota.

Pada akhir abad 17 pengaruh dari kebudayaan di Jawa Tengah

mulai masuk. Pengaruh tersebut dibawa oleh penduduk Jawa Tengah

yang merantau ke daerah Barat karena peperangan antar-kerajaan di

Jawa Tengah. Sebagian penduduk yang merantau tersebut adalah

pengusaha batik. Dan pada abad 19, setelah perang Diponegoro,

pengikut Pangeran Diponegoro yang hijrah dan menetap ke barat

(Tasikmalaya dan Ciamis) mengembangkan batik yang telah menjadi

budaya di tanah asalnya. Batik yang dikembangkan tersebut merupakan

hasil dari pengaruh kebudayaan Hindu – Budha dan Islam.

Untuk daerah tertentu di Jawa Barat, seperti Cirebon, budaya tekstil

yang berkembang di sini erat kaitannya dengan kerajaan yang pernah

ada, yaitu Kanoman, Kasepuhan, dan Keprabonan. Dan pada 5 Hasil wawancara dengan Ratna Panggabean (2007)

Page 6: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

14

perkembangannya selain pengaruh kebudayaan Hindu – Budha dan

Islam, kebudayaan dari Cina dan Arab juga turut mempengaruhi

perkembangan tekstil di Jawa Barat (beberapa contoh dan daftar tekstil

tradisional Jawa Barat dapat dilihat pada bab lampiran).

Setelah kemerdekaan, sekitar tahun 1950, Jawa Barat mulai

menjadi produsen tekstil untuk kebutuhan pasar. Perkembangan industri

tekstil sendiri dapat dilihat dari perkembangan alat produksi, warna dan

jenis serat yang digunakan. Pada era pasca kemerdekaan pula, desain

tekstil mulai diakui sebagai karya perorangan, bukan lagi karya anonim

dari suatu daerah. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peristiwa-

peristiwa yang ternyata mempengaruhi trend dan industri tekstil di luar

Jawa Barat pula. Dan hingga sekarang Jawa Barat tetap menjadi

produsen tekstil untuk kebutuhan ekspor-impor Indonesia.

II.3 SASARAN PENGGUNA

Pengguna Museum Tekstil Jawa Barat terdiri atas :

1. Pengunjung

a. Mahasiswa atau pelajar sekolah atau perguruan tinggi yang

memiliki spesifikasi khusus di bidang tekstil atau memiliki

program studi yang berkaitan dengan tekstil

b. Desainer tekstil

c. Pengamat tekstil

d. Budayawan

e. Pedagang atau industriawan tekstil

f. Peneliti tekstil

g. Peminat atau pecinta tekstil

h. Wisatawan

2. Pengelola

Page 7: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

15

II.4 PROGRAM KEGIATAN Kegiatan-kegiatan yang lazim ada dalam museum adalah :

1. Kegiatan pameran

a. Tetap

b. Temporer

2. Kegiatan pendidikan

a. Kursus

b. Pelatihan

c. Seminar

d. Penyediaaan dan akses informasi dalam bentuk cetak

maupun non cetak

3. Kegiatan Kuratorial dan Konservasi

Pencatatan data dan dokumentasi

4. Kegiatan operasional (mengelola museum secara keseluruhan dan

menjaga hubungan antar-fungsi di dalam museum)

5. Kegiatan penunjang ( kegiatan yang mendukung keberadaan

museum secara finansial)

II.5 STUDI BANDING II.5.1 Museum Seni dan Budaya Jawa Ulen Sentalu 1. Deskripsi Museum Seni dan Budaya Jawa Ulen Sentalu adalah museum seni

dan budaya Jawa yang dikelola oleh sebuah yayasan swasta, Ulen

Sentalu milik KRT. Samuel Widyadiningrat. Museum ini diidesain oleh

KRT. Samuel Widyadiningrat.

2. Lokasi Museum ini terletak di Jalan Boyong, Kaliurang, Kotamadya

Yogyakarta, Propinsi DIY. Terletak jauh dari pusat kegiatan kota, di

dataran tinggi Kaliurang, daerah kaki Gunung Merapi. Hal ini mengacu

Page 8: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

16

pada konsep perancangan museum yang menggunakan pendekatan

kosmologis sebagai salah satu bentuk kepercayaan Jawa, semakin tinggi

suatu tempat maka akan semakin mendekati Yang Maha Kuasa (Gunung

Merapi dianalogikan sebagai Gunung Mahameru)

3. Pemintakatan lahan dan sirkulasi

Gbr 2 : pemintakatan lahan Museum Ulen Sentalu Sumber : dokumentasi pribadi (2006)

Page 9: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

17

Kawasan-kawasan museum terutama dihubungkan oleh jalur

sirkulasi utama dengan skala ruang yang dibentuk dengan buffer

tetumbuhan dan dinding-dinding membentuk suatu pengalaman ruang.

Pada setiap perpindahan kawasannya, pengunjung disambut dengan

gerbang dan ruang perantara atau foyer terlebih dahulu.

Gbr 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 (berurutan dari kiri ke kanan mulai dari shaf paling atas) : tumbuhan dan dinding membentuk skala dan suasana ruang (orientasi pada gambar 2) Sumber : dokumentasi pribadi (2006)

Page 10: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

18

4. Kegiatan dan program ruang Kegiatan-kegiatan yang ada di museum ini adalah :

1. Kegiatan pameran tetap

2. Kegiatan operasional museum

3. Kegiatan penunjang

Kegiatan penunjang yang ada antara lain, penjualan benda-benda

cinderamata, penjualan makanan dan minuman, penyewaan kawasan

museum untuk pernikahan. Sedangkan kegiatan kuratorial dilakukan di

tempat terpisah di pusat kota dan tidak terdapat kegiatan pendidikan yang

diperuntukkan bagi publik. Namun lembaga ini mengharuskan

pegawainya, terutama staff pemandu, untuk membuat artikel mengenai

hasil budaya Jawa secara rutin. Artikel tersebut akan disimpan menjadi

arsip museum, dan apabila terdapat artikel yang mencapai standar

kualitas tertentu maka akan ditampilkan menjadi tulisan pengantar dalam

buklet museum. Dari kegiatan-kegiatan tersebut, ruang yang ada dalam

museum ini antara lain :

1. Ruang pamer tetap

Museum ini terdiri dari 5 ruang pamer berdasarkan pengkatagorian

koleksi yang dihubungkan dengan selasar. Kawasan pamer dikelilingi

dengan dinding-dinding pembatas dan tetumbuhan rindang sehingga

memberi kesempatan pengunjung untuk merasakan pengalaman ruang

seperti di dalam taman di hutan. Ruang pamer 1 dan 2 dibuat

semibasement. Dua ruang pamer tersebut saling berhubungan,

dihubungkan dengan foyer sebagai ruang perantara sekaligus ruang

penerima. Ruang pamer 1 berupa ruang berbentuk persegi panjang,

sedangkan ruang pamer 2 berupa koridor panjang dengan display koleksi

foto dan gambar dipajang berderet di dindingnya sepanjang koridor

tersebut

Page 11: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

19

Gbr 12 : ruang pamer 1 Sumber : dokumentasi pribadi (2006) Gbr 13 : ruang pamer 2 Sumber : dokumen pribadi 2. Kantor atau ruang staff, loket tiket, pos satpam, dan tempat

penitipan barang.

3. Retail (menjual benda-benda kerajinan khas Jawa seperti kain

batik, aksesoris dengan ukiran, apparel dengan motif batik, dan

souvenir-souvenir lain).

4. Restauran (restauran memiliki akses khusus yang dapat dijangkau

tanpa harus terlebih dahulu melewati kawasan pamer)

5. Pengkatagorian koleksi

Koleksi dikatagorikan berdasarkan subjek cerita dari koleksi

tersebut. Ruang pamer satu dan dua berisi foto, gambar dan pakaian

keluarga kerajaan; ruang pamer tiga berisi busana kerajaan (Yogyakarta

dan Surakarta), busana-busana yang menceritakan sistem masyarakat

pada masa itu, dan beberapa benda budaya berupa alat permainan

tradisional; ruang pamer empat berisi foto, surat, dan puisi yang salah

satu tokoh kerajaan, Gusti Nurul; ruang pamer lima berisi busana-busana

dari wilayah pesisir, yaitu kebaya-kebaya bordir dan kain-kain dengan

corak batik pesisir, serta alat bordir.

Page 12: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

20

6. Sistem penyajian koleksi Foto, gambar, dan tulisan ditampilkan dalam pigura kaca. Koleksi

berupa kain dan alat bordir ditampilkan berada dalam lemari atau kotak

kaca. Sedangkan alat permainan tradisional diletakkan di atas meja

pajang. Sistem penyajian koleksi di museum ini dikatakan masih belum

baik atau kurang representatif, karena tidak memiliki sistematika yang

pasti. Baik sistematika berdasarkan tahun maupun sistematika

berdasarkan spesifikasi subjek cerita.

7. Manajemen pameran Koleksi di museum ini merupakan koleksi pribadi museum dengan

jumlah relatif tetap. Semua koleksi ditampilkan dalam satu waktu dan terus

menerus.

8. Pencahayaan dan penghawaan Sebagian besar ruang pamer museum ini menggunakan

pencahayaan buatan dan semua ruang pamer menggunakan

penghawaan buatan karena benda-benda koleksi memiliki kerentanan

tertentu terhadap elemen cahaya (UV), suhu, dan kelembapan yang tidak

dapat diperoleh dari pencahayaan dan penghawaan alami. Beberapa

ruang yang menggunakan pencahayaan alami memiliki bukaan yang

dibuat untuk memasukkan cahaya alami dengan intensitas kecil dan tetap

menggunakan bantuan pencahayaan buatan dari lampu dengan cahaya

kuning.

II.5.2 Museum Tekstil, Jakarta 1. Deskripsi

Museum Tekstil sebagai sebuah lembaga terbentuk pada tanggal

28 Juni 1976. Hasil gagasan gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.

Beliau memandang perlunya dokumentasi tekstil (tradisional) Indonesia.

Koleksi museum pertama kali dihimpun dari istri-istri pejabat saat itu.

Page 13: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

21

Hingga kemudian istri-istri pejabat

tersebut membentuk sebuah

perhimpunan yang mendukung

pendokumentasian dan pelestarian

tekstil Indonesia bernama

Wastraprema. Saat ini Wastraprema

menjadi mitra Museum Tekstil.

Gbr 14 : museum tekstil Jakarta Sumber : dokumentasi pribadi (2007)

Bangunan yang digunakan untuk museum sendiri didirikan pada

sekitar abad 17 oleh seorang berkebangsaan Perancis sebagai rumah

tinggal. Setelah mengalami beberapa kali pindah tangan dan pergantian

fungsi, akhirnya bangunan tersebut dibeli oleh Pemda DKI Jakarta dan

difungsikan sebagai Museum Tekstil.

Museum Tekstil Jakarta melaksanakan fungsinya bagi masyarakat

untuk mengumpulkan, menyimpan, mengadakan penelitian, serta

memamerkan koleksi tekstil Indonesia yang berasal dari seluruh

Nusantara. Misi dari Museum Tekstil adalah terus berusaha meningkatkan

cita rasa seni warisan budaya melalui koleksi tekstilnya, baik tradisional

maupun masa kini, seperti batik, tenun, bahan-bahan serta pelengkapnya,

dan kombinasi bahan dan aksesorisnya.

Hingga kini, pengelolaan dan pendanaan Museum Tekstil dipegang

oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Sistem organisasi Pengelola musem

adalah sebagai berikut :

Page 14: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

22

Diagram 2 : organigram kepegawaian pengelola Museum Tekstil Jakarta Sumber : Museum Tekstil Jakarta (2007)

Apabila terjadi kekurangan tenaga, maka divisi koleksi (kuratorial)

disatukan dengan divisi perawatan (perawatan prefentif), dan divisi

pameran disatukan dengan divisi edukasi. Jobdesk divisi koleksi terdiri

atas perawatan, pencatatan (pendataan koleksi yang keluar-masuk), dan

dokumentasi. Jobdesk ini tidak dikerjakan secara spesifik oleh staff

tertentu, melainkan setiap staff dalam divisi koleksi dapat bergantian atau

bertukar sewaktu-waktu dalam melaksanakan jobdesk tersebut. Setiap

divisi memiliki waktu kerja yang sama. Setiap hari kerja, hari senin sampai

jumat, pukul 09.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB.

2. Lokasi

Museum Tekstil beralamat di Jalan K.S Tubun nomor 2-4,

Petamburan, Jakarta 11420. Museum Tekstil terletak di perbatasan

wilayah kota Jakarta dan pusat, dekat dengan pusat perdagangan tekstil,

Pasar Tanah Abang. Untuk mencapai lokasi dapat menggunakan

Page 15: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

23

beberapa rute kendaraan umum (916 bus kota jurusan Kampung Melayu-

Tanah Abang, P102 kopaja jurusan Ciledug-Tanah Abang, 102 koantas

jurusan Lebak BUlus-Tanah Abang, M-8, M-9, M-11 mikrolet jurusan

Tanah Abang, dan kereta api turun di stasiun Tanah Abang).

3. Pemintakatan Lahan dan sirkulasi

Kawasan Museum Tekstil dibagi menjadi beberapa massa yang

dibedakan berdasarkan fungsinya. Setiap massa tersebut dihubungkan

dengan selasar. Gbr.15 : Pemintakatan lahan Museum Tekstil, Jakarta Sumber : dokumentasi pribadi (2006) 4. Kegiatan dan program ruang

Kegiatan-kegiatan yang diwadahi dalam museum ini adalah :

1. Kegiatan pameran.

Kegiatan pameran di Museum Tekstil, Jakarta meliputi kegiatan

Page 16: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

24

pameran reguler (pameran tetap), berupa pameran koleksi tetap Museum

Tekstil, Jakarta; dan pameran gabungan (pameran temporer), berupa

pameran koleksi tetap Museum Tekstil Jakarta serta koleksi-koleksi

pribadi kolektor, desainer, maupun pecinta tekstil. Selain pameran reguler

dan pameran gabungan, Museum Tekstil, Jakarta juga mengadakan

pameran keliling. Museum Tekstil Jakarta juga mengadakan kegiatan

pameran luar (outdoor). Benda yang dipamerkan berupa tanaman-

tanaman bahan baku tekstil.

2. Kegiatan kuratorial.

Kegiatan kuratorial di Museum Tekstil, Jakarta berupa perawatan

koleksi dan pelaksanaan fungsi konservasi seperti konsultasi dan

peninjauan, penelitian klimatologi, kimia, jamur, dan kerusakan akibat

serangga. kuratorial Museum Tekstil Jakarta juga mengadakan kegiatan

pendidikanberupa pelatihan pendidikan dalam perawatan koleksi tekstil.

Selain itu, dilaksanakan juga berbagai penelitian koleksi saat pameran

gabungan.

3. Kegiatan pendidikan.

Kegiatan pendidikan yang diadakan antara lain kunjungan

langsung ke sentra tekstil, termasuk produk tekstil tradisional dan batik;

kursus-kursus dan pelatihan batik tulis dan cap, warna alam untuk tekstil,

pelestarian tekstil, teknik ikat celup, aplikasi payet, dan lukis sutra;

seminar; dan workshop; serta penyediaan koleksi pustaka (informasi

dalam bentuk buku atau literatur cetak)

4. Kegiatan operasional

5. Kegiatan penunjang berupa penyewaan auditorium, penyewaan

kawasan museum, dan penjualan souvenir tekstil. Selain itu, kegiatan-

kegiatan pendidikan, baik pendidikan dalam bentuk pelatihan maupun

pendidikan konservasi, juga dialokasikan sebagai kegiatan penunjang

untuk mendukung keberlagnsungan museum.

Dari kegiatan-kegiatan tersebut, ruang-ruang yang tersedia adalah

1. Ruang pamer

Page 17: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

25

Terdiri dari 2 ruang pamer dalam dan 1 ruang pamer luar. Satu

ruang pamer dalam berisi produk tekstil berupa kain, satu ruang pamer

dalam lainnya berisi alat tenun bukan mesin (atbm) dan sekaligus

berfungsi sebagai ruang penyimpanan koleksi (storage) atbm. Ruang

pamer luar adalah ruang pamer permanen yang berisi tumbuhan-

tumbuhan bahan alami tekstil, baik bahan dasar maupun pewarna. Ruang

pamer luar ini berfungsi pula sebagai taman dan innercourt.

Gbr 16, 17 : ruang pamer luar berisi tanaman bahan baku tekstil (orientasi pada

gambar 15) Sumber : dokumentasi pribadi (2007)

Ruang pamer satu terdiri sebuah ruang penerima dan ruang-

ruang kecil didalamnya (kamar-kamar) yang dihubungkan dengan ruang

pamer memanjang menyerupai hall kecil (double loaded). Ruang pamer

satu digunakan sebagai ruang pamer tetap maupun temporer.

Ruang pamer dua terdiri dari ruang-ruang dengan sekat-sekat horizontal

dengan penghubung antar-ruang berupa pintu, dan tidak mempunyai

ruang penerima.

Page 18: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

26

Diagram 3 : skema ruang pamer 1 Diagram 4 : skema ruang pamer 2 Sumber : dokumentasi pribadi (2006)

2. Kuratorial

Ruang penyimpanan (storage) di museum tekstil ini sekaligus

berfungsi sebagai ruang dokumentasi, perawatan, dan bengkel.

Sedangkan ruang kuratorial dan konservasi yang ideal merupakan

susunan ruang yang disusun berdasarkan urutan kegiatannya. Dimulai

ketika koleksi datang, pencatatan data dan dokumentasi koleksi, sterilisasi

koleksi, penanganan dan perbaikan koleksi, dan penyimpanan koleksi.

Koleksi yang dipamerkan diambil dari ruang penyimpanan koleksi dan

harus melalui sterilisasi serta melalui pendataan terlebih dahulu. Demikian

pula sebaliknya, koleksi yang akan masuk ke ruang penyimpanan harus

melalui proses sterilisasi dan pendataan terlebih dahulu. Berikut skema

urutan ruang berdasarkan urutan kegiatan tersebut :

Page 19: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

27

Diagram 5 : skema urutan ruang berdasarkan urutan kegiatan kuratorial dan

Konservasi Sumber : dokumentasi pribadi (2007)

Perawatan koleksi museum atau benda cagar budaya ada 2 jenis, yaitu :

1. preventif (perawatan sehari-hari, untuk menjaga)

2. kuratif (perawatan insidental, untuk memperbaiki)

Cara penyimpanan koleksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

1. dihampar

2. diroll (menggunakan pipa PVC yang dilapis kain blacu yang telah

disterilkan supaya kandungan kanjinya hilang (mengandung asam), dilapis

kertas, kain koleksi digulungkan, dilapis kalin blacu yang telah disterilkan

lagi, siberi identitas). Metode ini meminimalisir ruang yang digunakan

dengan menghindari siku atau lipatan dan mempertimbangkan sifat dari

bahan dasar kain, yaitu benang yang biasa disimpan dengan digulung.

3. dilipat (rentan, karena lipatannya akan meninggalkan bekas berupa

perbedaan warna dan lipatan)

koleksi-koleksi tersebut kemudian disimpan dalam lemari atau rak.

Page 20: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

28

3. Ruang workshop (1 ruang)

Gbr 18 : ruang workshop dan

penjualan cinderamata Sumber : dokumentasi pribadi (2007)

4. Auditorium (1 ruang)

Kegiatan yang biasa dilakukan adalah diskusi dan seminar yang

dilaksanakan untuk menunjang pameran dengan kapasitas pengunjung

100 orang. Peserta yang datang tidak dibatasi pada kalangan tertentu,

tetapi dibuka untuk umum. Penyelenggaraan kegiatan di auditorium setiap

tahunnya berkisar antara 2 – 3 kali.

5. Perpustakaan

Perpustakan dibuka pada waktu ruang pamer museum buka. Pada

kenyataan dilapangan pengunjung perpustakaan sangat sedikit. Koleksi

museum sudah relative representatif, namun masih dapat ditingkatkan

lagi. Letak perpustakaan di dalam kompleks museum berada di daerah

belakang berdekatan dengan kantor pengelola. Hal ini mengakibatkan

perpustakaan tampak kurang mengundang sebagai fasilitas yang turut

mendukung akses data untuk masyarakat umum.

6. Kantor

Terdiri dari sebuah ruang yang di tata dengan partisi-partisi untuk

membentuk ruang bagi tiap divisi. Di ruang ini juga terdapat ruang tamu.

7. Toko cinderamata

Toko cinderamata dibuat menyatu dengan ruang pelatihan.

Beberapa barang dijual merupakan hasil pelatihan.

Page 21: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

29

8. Mushola

Gbr 19 (kiri) : bangunan penunjang dan pengelola (berderet dari depan ke belakang kemudian ke atas : dapur, toilet, perpustakaan, kantor, auditorium, ruang penyimpanan koleksi)

Gbr 20 (kanan) : mushola di antara taman tekstil Sumber : dokumentasi pribadi (2007)

5. Pengkatagorian koleksi Jumlah total koleksi kain di museum ini adalah 1716 buah, 50%

diantaranya berupa kain batik, 50% lainnya adalah tenun songket, tenun

ikat, tenun lungsi, tenun pakan, aplikasi., dan tapestry. Setiap pameran

tetap memamerkan kurang-lebih 100 koleksi kain. Koleksi-koleksi di

museum ini diklasifikasikan menjadi

1. batik, terdiri atas batik pedalaman dan batik pesisir

2. tenun, terdiri atas tenun songket, ikat ganda, ikat lungsi, ikat pakan

3. campuran, terdiri atas jumputan, aplikasi, anyam, tapestry

4. peralatan, yaitu alat tenun bukan mesin (atbm)

5. tekstil kontemporer dan busana. Klasifikasi ini merupakan klasifikasi

baru yang sekarang sedang dihimpun

6. bahan baku dan bahan pewarna alami tekstil berupa tanaman.

6. Sistem penyajian koleksi Penyajian koleksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

Page 22: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

30

1. digantung

2. dihampar

3. dikenakan pada mannequin

4. dikaitkan pada panel/papan pajang

pertimbangan pemilihan cara penyajian dilihat dari

1. umur

2. bahan

3. kondisi spesifik

Beberapa tips untuk cara penyajian yang baik adalah :

1. meminimalisir sentuhan dari luar, dapat dilakukan dengan cara

memajang koleksi di dalam kotak kaca, memberi pembatas dengan

jarak tertentu dari tempat penyajian koleksi.

2. kontrol pencahayaan. Lampu optik merupakan lampu terbaik yang

dapat digunakan sebagai alat pencahayaan koleksi dengan intensitas

cahaya ideal 30 lux-maksimal 50 lux. Bila koleksi disajikan di dalam

kotak atau dilapisi dengan kaca, maka kaca filter baik untuk

digunakan karena sifatnya yang mampu cahaya menyebar.

3. kontrol penghawaan. Suhu udara yang dianjurkan adalah 24o – 26o C

dengan kelembaban 60 – 70%. Pengontrolan penghawaan dilakukan

2 -3 kali sehari oleh bagian koleksi dan perawatan. Alat pengontrol

penghawaan disebut termohidrograf, diletakkan di setiap ruang

pamer.

Sistem keamanan dalam ruang pamer juga harus ditunjang dengan

1. CCTV

2. alarm system

3. loker pengunjung

4. pembatas

5. larangan untuk memotret (flash yang memberikan intensitas cahaya

cukup tinggi dapat berakibat buruk bagi kondisi koleksi)

Pemilihan cara penyajian dan sistematika dalam penyajian yang tepat dan

baik membantu pengunjung untuk memahami koleksi.

Page 23: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

31

6. Manajemen pameran

Kegiatan pameran setiap harinya berlangsung sesuai dengan

peraturan pemerintah daerah DKI Jakarta, yaitu pukul 9.00 – 15.00 WIB

setiap selasa, rabu, kamis, dan minggu; pukul 9.00 – 14.30 WIB pada hari

jumat; pukul 9.00 – 12.30 WIB pada hari minggu; dan libur atau tutup

setiap hari senin. Setiap tahunnya pameran permanen berlangsung

selama 8 bulan – dengan pertukaran jenis koleksi setiap 4 bulan -

sedangkan pameran temporer dilaksanakan beberapa kali dalam 4 bulan

sisanya. Pertimbangan utama rentang waktu pameran adalah

berdasarkan banyaknya debu yang relatif sudah mencapai ambang

akumulasi maksimal sesuai dengan kondisi tapak (berada di daerah tropis,

berbatasan langsung dengan jalan Tanah Abang yang selalu ramai

terutama dalam hal ini oleh kendaraan bermotor).

7. Pencahayaan dan penghawaan

Pada ruang pamer satu digunakan pencahayaan dan penghawaan

buatan. Meskipun terdapat jendela-jendela dengan ukuran relatif besar,

namun jendela tersebut ditutup.

Untuk ruang pamer dua yang berisi alat tenun, digunakan

pencahayaan alami dengan bantuan pencahayaan buatan dan

penghawaan alami. Penghawaan alami pada ruang pamer dua yang berisi

alat tenun dengan material kayu ini cukup riskan, karena kelembaban

yang tinggi di daerah Tanah Abang, Jakarta kurang menjamin kelestarian

material kayu dari meisn tenun tersebut. Terlebih lagi, pada beberapa

mesin tenun tersebut masih terdapat serat-serat menjuntai yang mempu

merepresentasikan cara menenun.

II.5.3 Museum Tekstil Washington 1. Deskripsi

Museum Tekstil Washington didirikan oleh George Hewitt Myers

pada tahun 1925 dengan koleksi awal 275 selimut kecil (rug) dan 60 buah

Page 24: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

32

benda tekstil lain. Koleksi museum ini berasal dari berbagai macam

negara, sebagian besar berasal dari Afrika, Asia, dan Amerika Latin.

Pengunjung museum semakin bertambah , mulai dari ratusan orang

pertahun pada masa awal berdirinya, hingga 25.000-35.000 pengunjung

pertahun sekarang.

Museum Tekstil Washington didedikasikan untuk perkembangan

pemahaman tentang pencapaian kreatif manusia dalam bidang seni

tekstil. Museum Tekstil Washington menjalankan perannya sebagai pusat

penelitian, konservasi, interpretasi, dan pameran tekstil dengan

memfokuskan pada bidang artistik, teknik, dan makna kultural dari koleksi-

koleksinya. Misi ini diwujudkan dengan pengembangan dan perawatan

koleksi-koleksinya, pencatatan ulang dan penyediaan koleksi pustaka,

penelitian, pameran, publikasi, dan program-program pendidikan.

Museum ini diselenggarakan dalam dua bangunan bersejarah di

kawasan Kalorama, Washington. Pengunjung memasuki museum melalui

bangunan rumah tinggal milik pendiri museum ini, Myers, yang didesain

oleh John Russell Pope pada tahun 1913. Tahun 1925 ruang pamer

(galeri) museum ditempatkan di sebelah rumah kediamannya.

2. Lokasi Museum Tekstil Washington terletak di 2320 S Street, NW

Washington, DC 20008-4088. Terletak di kawasan perumahan dan

diplomatik, dekat dengan kawasan bersejarah Kalorama, Washington,

sederet dengan Kantor Kedutaan dan dua jalan primer Massachuset

Avenue dan Connectticut Avenue.

Gbr 20 : peta lokasi Museum Tekstil Washington Sumber : www.textilemuseum.org

Page 25: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

33

3. Kegiatan dan program ruang Kegiatan-kegiatan yang ada di museum ini adalah :

1. Kegiatan pameran

2. Kegiatan kuratorial

Selain melakukan tugas preservasi, konservasi, preparasi, dan

registrasi, bagian kuratorial museum ini juga menyelenggarakan kegiatan

pendidikan yang terbuka untuk umum (anggota maupun non-anggota)

berupa Konservasi dan Konsultasi Kuratorial Hemisfer Timur

(Conservation and Eastern Hemisphere Curatorial Consultation) .

3. Kegiatan pendidikan

Kegiatan pendidikan yang diadakan bertujuan mengajak

pengunjung untuk mengetahui lebih jauh ragam dan keunikan seni tekstil,

bagaimana tekstil dibuat, dan mengapa tekstil menjadi penting. Beberapa

bentuk kegiatan pendidikan yang dilaksanakan sepanjang tahun antara

lain adalah tur, kuliah, workshop, seminar, demonstrasi, Rug and Textile

Appreciation Mornings yang biasanya dilaksanakan pada hari sabtu pukul

10.30 pagi, dan pemutaran film.

Beberapa kegiatan pendidikan yang diselenggarakan

diperuntukkan bagi kelompok yang spesifik, seperti Program untuk Anak

dan Keluarga (Programs For Children and Families) berupa festival

berjudul Celebration of Textile berupa demonstrasi membuat wool mulai

dari menguliti domba hingga menyiapkan wool untuk ditenun yang

dipimpin oleh seniman tekstil. Program untuk Murid dan Pendidik

(Programs for Students and Educators) dengan jumlah murid 40 orang,

tingkat 1 hingga 12. Berupa tur dalam galeri untuk mengetahui tekstil lebih

jauh, tur arsitektural di kawasan Kalorama, Washington, dan melihat

pameran desain tekstil dengan tujuan para murid dapat menyelidiki

keberadaan motif, penempatan desain, teknik, dan konstruksi yang

mencerminkan gaya hidup, tradisi, dan sejarah suatu tekstil sehubungan

dengan keberadaannya sebagai hasil budaya suatu kelompok

masyarakat. Kegiatan pendidikan lainnya adalah akses informasi dari

Page 26: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

34

literatur cetak.

4. Kegiatan operasional

5. Kegiatan penunjang

Sebagian besar program yang diselenggarakan oleh museum ini

difungsikan pula untuk menunjang keberlangsungan museum secara

operasional. Selain diadakannya malam penggalangan dana, dan

penjualan cinderamata, program-program pendidikan yang

diselenggarakan juga di alokasikan sebagai kegiatan yang mampu

menunjang keberlangsungan museum. Berdasarkan kegiatan-kegiatan

tersebut, maka ruang-ruang yang ada dalam museum ini antara lain : 1. Ruang pamer

Ruang pamer yang ada mengakomodasi pameran tetap dengan

nama ruang The Textile Learning Center's Activity Gallery. Sebuah ruang

yang dibuat untuk mengedukasi pengunjung dengan memberi informasi

mengenai cara pembuatan tekstil dan latar belakang (sosial-budaya

bahkan ekonomi) yang mempengaruhi karakter tekstil. Pengunjung

diperbolehkan untuk melihat, menyentuh, dan melakukan kegiatan

membuat tekstil. Koleksi-koleksi tersebut merepresentasikan

mengenai teknik, struktur, dan proses bagaimana sebuah tekstil dibuat.

2. Ruang kuratorial

3. Kantor

4. Perpustakaan

Koleksi perpustakaan museum ini antara lain, monograf, pamflet,

katalog, slide dan video yang berisi tentang sejarah tekstil, selimut kecil

(rug) dan kostum, juga tentang seni serat kontemporer, struktur tkstil, dan

konservasi tekstil. Perpustakaan di museum ini terbuka untuk umum,

melayani mahasiswa, kolektor, seniman, pengerajin, murid sekolah dasar

hingga SMU, setiap hari Rabu hingga Jumat pukul 10 pagi hingga 2

siang dan pada hari Sabtu pukul 10 pagi hingga 4 sore.

5. Auditorium

6. Toko museum (retail)

Page 27: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

35

4. Sistem penyajian koleksi Hingga kini, museum ini lebih banyak menampilkan koleksi non-

Barat dengan kisaran jumlah lebih dari 17.000 koleksi yang dibuat pada

rentang waktu sekitar 500 tahun dimulai sejak tahun 3000 SM.

Diantaranya berupa selimut kecil (rug), busana, dan alas perabot. Setiap

koleksi dilengkapi dengan informasi kegunaan, asal negara, gaya, dan

periode atau tahun digunakan. Beberapa koleksi yang ada, seperti selimut

atau kain panjang, dipajang dengan digantung dengan menggunakan

sistem menggantung tertentu. Penyimpanan, perawatan, dan pemajangan

koleksi di museum ini memperhatikan karakter-karakter dasar tekstil yang

rentan terhadap kondisi-kondisi lingkungan seperti cahaya (UV), suhu

udara, kelembaban, debu dan kotoran, serangga, maupun cara

memajangnya.

Beberapa tips menyimpan dan memajang dari Museum Tekstil

Washington, yaitu : koleksi tekstil seperti tapestri, selimut, dan karpet

dapat dipajang dengan digantung. Koleksi tekstil yang berukuran lebih

besar seperti batik kemungkinan tidak akan cukup kuat untuk dipajang

dengan digantung. Karenanya, batik dapat dipajangkan pada alas pajang

kayu berbentuk persegi panjang (strainer), kemudian dijahit dengan

tekanan dan posisi jahitan tertentu. Bingkai pajang tersebut dapat

ditambah dengan lapisan pendukung solid dibelakang tekstil yang telah

disematkan pada alas pajang. Alas pajang dapat pula didukung dengan

bingkai dan pelapis kaca. Untuk koleksi tekstil yang berukuran kecil, dan

diinginkan disimpan dengan disematkan dan dibingkai digunakan

matboard karena dapat menyerap air yang muncul dari kelembaban udara

dengan mudah.

Koleksi perlu disimpan dalam pelapis kaca apabila lokasi

penyimpanan akan terkena cahaya alami, debu, dan asap. Jenis kaca

yang disarankan adalah Plexiglass dengan standar ukuran 4 x 8 kaki

(sekitar 1,2 x 2,4 m). Apabila aspek 3 dimensi dari tekstil sangat penting,

maka disarankan untuk memajang tekstil dengan digantung.

Page 28: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

36

5. Pencahayaan dan penghawaan

Museum ini menggunakan pencahayaan dan penghawan buatan

supaya suhu udara, kelembapan, dan intensitas cahaya yang mengenai

koleksi seluruhnya dapat dikontrol dan diatur.

II.6 KESIMPULAN STUDI BANDING Berdasarkan data-data, wawancara, dan pengamatan yang

dilakukan, kesimpulan dari masing-masing studi banding di atas adalah

sebagai berikut : Museum Ulen

Sentalu, Yogyakarta Museum Tekstil,

Jakarta Museum Tekstil

Washington

Tipologi museum berdasarkan : 1. materi koleksi 2. arsitektur 3. cara penyajian 4. kawasan 5. orientasi pengunjung

Museum sejarah

museum baru yang

juga mengajak

pengunjung untuk

melihat nilai lama dari

lokasinya,

historis

kota

terbuka (umum)

Museum sejarah

museum dalam bentuk

rumah tinggal yang

memiliki riwayat dan

nilai historis tersendiri

historis

kota

umum.

Museum seni dan

sejarah

museum dalam bentuk

rumah tinggal dan

museum baru.

Historis

-

umum

Lokasi Jauh dari pusat kota,

mengacu pada konsep

kepercayaan.

Dekat dengan pusat

aktivitas kota, dekat

dengan daerah

perdagangan tekstil

(Pasar Tanah Abang)

Berada di kawasan

bersejarah, diplomatik,

dan perumahan.

Memiliki akses dari

jalan primer.

Pemintakatan Lahan dan Sirkulasi

Kelompok fasilitas

berada pada satu

Kelompok fasilitas

berupa massa-massa

-

Page 29: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

37

kawasan yang

dibatasi tembok dan

pepohonan dengan

massa yang terpisah

satu sama lain

dihubungkan dengan

selasar dan taman

hingga membentuk

pengalaman ruang.

Setiap zona

dihubungkan dengan

jalur sirkulasi utama

Setiap perpindahan

zona diawali dengan

foyer.

Zona privat dan

restauran memiliki

akses khusus karena

waktu dan orientasi

pengguna yang sering

berbeda.

Fasilitas operasional

berada dekat dengan

fasilitas-fasilitas yang

lain.

terpisah.

Setiap zona

dihubungkan dengan

selasar

Setiap zona memiliki

perantara innercourt

Akses pengunjung dan

pengelola sama

Fasilitas operasional

mampu menjangkau

fasilitas-fasilitas yang

lain.

Kegiatan Pameran, operasional

penunjang

(penyewaan kawasan

museum untuk

pernikahan, penjualan

barang cinderamata,

(kegiatan kuratorial

dselenggarakan di

pameran, kuratorial,

pendidikan (workshop

batik). operasional,

penunjang

(penyewaan

auditorium,

penyewaan kawasan

museum untuk

Pameran,

kuratorial(kegiatan

kuratorial juga

menyelenggarakan

kegiatan pendidikan

untuk publik),

pendidikan (seminar,

demonstrasi,

Page 30: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

38

kantor terpisah) pemotretan, penjualan

benda cinderamata)

workshop, tur.

Kegiatan pendidikan

juga sebagai kegiatan

penunjang)

operasional,

penunjang (penjualan

benda cinceramata,

seminar, dan lain-lain)

Program ruang Ruang pamer tetap

kantor staff kawasan

pemilik yayasan dan

museum

retail

restauran.

Ruang pamer tetap

dan temporer

ruang workshop batik

perpustakaan

kuratorial

kantor pengelola dan

yayasan investor

retail

auditorium.

Ruang pamer tetap

perpustakaan

kuratorial

kantor

toko museum

auditorium

Ruang pamer Berjumlah 5 ruang,

sejumlah

pengkatagorian

koleksi

4 ruang pamer

berbentuk persegi. 1

ruang pamer

berbentuk koridor.

Memiliki 2 ruang

pamer

Ruang pamer 1

berbentuk kamar

dengan hall

penghubung (double

loaded). Ruang pamer

2 berbentuk persegi

panjang dengan sekat-

sekat horizontal.

-

Pengkatagorian koleksi

Berdasarkan subjek

cerita

Berdasarkan wujud

koleksi

-

Sistem penyajian koleksi

Koleksi yang ada tidak

disusun lebih spesifik

lagi berdasarkan

runutan waktu ataupun

Koleksi kain disusun

berdasarkan asal

daerah

-

Page 31: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

39

wujud koleksi.

Objek berupa foto,

tulisan dan gambar

dipajang dengan

bingkai dan berlapis

kaca.

Objek berwujud benda

tekstil dipajang dalam

lemari kaca.

Objek berwujud alat

bermainan dipajang

dengan diletakkan di

atas meja.

Objek berupa alat

tenun dipajang

dengan diletakkan di

atas lantai ruang

pamer.

Objek berupa benda

tekstil (kain dan

busana) dipajang

dengan dilapisi kaca

atau digantung dan

diletakkan dalam

etalase kaca.

Manajemen pameran Koleksi yang ada terus

dipamerkan sepanjang

tahun. Relatif tidak

mengalami

perubahan.

Untuk koleksi alat

tenun dipamerkan

menerus sepanjang

tahun. Untuk koleksi

kain dan busana,

dipamerkan

bergantian dengan

rentang waktu satu

jenis koleksi 3 bulan.

Pada akhir tahun

diselenggarakan

pameran temporer

yang memuat koleksi

pribadi museum

maupun kolektor.

-

Pencahayaan dan penghawaan

Beberapa ruang

pamer menggunakan

pencahayaan alami

dengan intensitas

cahaya kecil dibantu

dengan pencahayaan

buatan dari cahaya

berwarna kuning.

Menggunakan

Ruang pamer 1 (kain

dan busana)

menggunakan

pencahayaan. Ruang

pamer 2 (alat tenun)

menggunakan

pencahayaan alami.

Ruang pamer 1

-

Page 32: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

40

penghawaan buatan menggunakan

penghawaan buatan.

Ruang pamer 2

menggunakan

penghawaan alami.

Jumlah pengunjung Kurang lebih 40 orang

setiap harinya

Kurang lebih 20 orang

setiap harinya

Kurang lebih 90 orang

setiap harinya

Tabel 1 : kesimpulan masing-masing studi banding

Beberapa hal yang didapat berdasarkan kesimpulan masing-masing studi

banding tersebut adalah :

1. Lokasi museum dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan museum

itu sendiri. Pada museum yang lebih berorientasi publik, akan

memudahkan bila museum berada di daerah yang mudah

dijangkau dan dekat dengan pusat aktifitas kota. Selain itu

keberadaan museum di dekat pusat kegiatan kota memudahkan

akan sosialisasi atau publikasi kepada masyarakat akan

keberadaan museum itu sendiri nantinya.

2. Pengetahuan mengenai karakter dan dimensi tekstil akan

membantu untuk menentukan cara menyimpan dan memajang

tekstil.

3. Bentuk penyajian koleksi yang tepat akan memudahkan

penyampaian informasi dalam koleksi-koleksi yang ada kepada

pengunjung.

4. Penentuan katagori koleksi, alur dan jenis pameran, serta sistem

penyajian koleksi dapat membantu dalam menentukan bentuk

ruang pamer dan hubungan antar-ruang pamer.

5. Kegiatan penunjang, pendidikan, kuratorial, operasional dan

pemeran dapat saling beririsan dan memiliki hubungan saling

menunjang satu sama lain.

6. Penghawaan dan pencahayaan ditentukan berdasarkan karakter

lokasi. Untuk Indonesia yang beriklim tropis dengan kelembaban

Page 33: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

41

tinggi dan sinar matahari yang ada sepanjang tahun, perlu

pengolahan yang lebih pada bentuk arsitekturnya bila ingin

menggunakan pencahayaan alami. Sedangkan untuk penghawaan

akan lebih baik menggunakan penghawaan buatan dikarenakan

kelembaban yang tinggi di Indonesia dan kerentanan tinggi benda

tekstil terhadap kelembaban.

7. Kebanyakan museum menggunakan bangunan lama yang tidak

diorientasikan sebagai museum sebelumnya. Hal ini menyebabkan

ketersediaan ruang yang kurang mengakomodir kebutuhan-

kebutuhan museum itu sendiri akan keamanan dalam pemindahan

koleksi, penyimpanan koleksi, serta kebutuhan akan perluasan.

8. Kebanyakan museum di Indonesia masih kurang representatif

dalam perannya sebagai fasilitas publik. Akses ke perpustakaan

yang jauh dan letaknya yang tersembunyi, dan kurangnya fasilitas

maupun kegiatan yang mampu menunjang adanya kegiatan publik

seperti ruang terbuka, restauran, dan lain-lain.

9. Adanya citra yang berkembang bahwa museum merupakan tempat

yang tua, sepi, dan tidak menghibur serta tidak menarik.

II.7 KEBUTUHAN RUANG Berdasarkan studi banding dan studi literatur, didapatkan

kebutuhan dan kriteria ruang sebagai berikut : Kegiatan Ruang Persyaratan Teknis

Menerima

pengunjung

Pengunjung

mengorientasikan

kegiatan

Atraksi

Fasilitas Penerima

1. lobi

Merupakan tempat

pertama yang akan di

datangi pengunjung

sebagai ruang penerima

sehingga harus memiliki

penampakan yang menarik

perhatian dan pengolahan

Page 34: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

42

2. loket

bentuk yang mengundang

Dekat dengan ruang

pamer dan lobi

Mempunyai akses

langsung dengan ruang

pamer

Mengakomodasi antri

melihat pameran,

berapresiasi terhadap

koleksi pameran

Melihat dan mengenali

Fasilitas pameran

1. ruang pamer dalam :

galeri temporer, galeri

permanen

2. ruang pamer luar :

Ketiga jenis ruang pamer

harus memiliki

kesinambungan dan

terhubung satu sama lain.

Ada kemungkinan

penambahan koleksi

museum, sehingga ruang

pamer harus memiliki

layout yang fleksibel dan

terakomodasi dengan

perluasan

Terlindungi dari

pengerusakan, pencurian,

kebakaran, kelembaban,

kekeringan, cahaya

matahari langsung dan

debu

Setiap peragaan harus

mendapat sistem

pencahayaan yang baik

Peragaan koleksi dapat

dilihat tanpa kesulitan,

karenanya perlu pemilihan

yang tepat dan penataan

yang ruang yang jelas,

dengan keragaman,

bentuk, dan urutan ruang-

ruang yang sesuai.

Dapat digunakan untuk

Page 35: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

43

bahan alami tekstil

(macam-macam

tanaman penghasil zat

warna alami tekstil,

tanaman penghasil

bahan perawatan tekstil,

dll). Pelatihan atau

demonstrasi pembuatan

tekstil

taman tekstil

penciptaan suasana

kontemplatif dan alami

juga sebagai area

perluasan bagi fungsi lain,

terutama ruang pelatihan

Penyimpanan,

pendataan, perawatan,

dan pemeliharaan

koleksi

Fasilitas kuratorial dan

konservasi

Dekat dan dapat dengan

mudah menjangkau ruang

pamer

Bagian bengkel perawatan

dan pemeliharaan harus

terlindung dari

pengerusakan, pencurian,

kebakaran, kelembaban,

kekeringan, cahaya

matahari langsung dan

debu

Dilengkapi dengan sarana

sirkulasi yang

meminimalisir guncangan

seperti ram atau lift

Akses koleksi referensi

dan informasi dalam

bentuk media cetak dan

media audio-visual

]

Fasilitas pendidikan

1. perpustakaan

2. pusat internet

view baik namun

membutuhkan suasana

privat

dekat dengan pusat

keramaian atau akses

utama publik

orientasi kegiatan ke

dalam

dekat dengan pusat

keramaian atau akses

utama publik

menggunakan

Page 36: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

44

Praktek membuat tekstil,

seperti menenun,

membatik, tapestri, dan

lain-lain

Seminar, fashion show,

pelatihan, dan lain-lain

3. ruang pelatihan

4. ruang serba guna

5. amphiteater

penghawaan buatan

Memungkinkan menjadi

ruang kontemplasi

Memungkinkan perluasan

antar-ruang kelas

memiliki kemungkinan

perluasan ke ruang luar

dekat dengan taman tekstil

Layout fleksibel

Memiliki area perluasan

Dekat dengan ruang

pelatihan

Memiliki akses khusus –

terpisah dengan fasilitas

pameran

Sebaiknya tidak memiliki

akses langsung akses

utama publik

Dekat dengan ruang

pelatihan, ruang serba

guna, dan taman tekstil

Dapat dijadikan area

perluasan kegiatan

pelatihan dan perluasan

ruang serba guna.

Pengelolaan dan

manajemen museum

secara keseluruhan

Ruang operasional

Lama aktifitas dan

pengguna fungsi terpisah

dengan fungsi-fungsi lain

sehingga membutuhkan

akses khusus

membutuhkan tempat yang

memiliki privasi tinggi

namun dapat menjangkau

fungsi-fungsi lainnya

Page 37: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

45

Kegiatan penunjang

keberlangsungan

museum seperti :

1. jual-beli cinderamata

2. jual-beli makanan dan

minuman

3. jual-beli media

Fasilitas penunjang,

meliputi :

1. retail media

2. kantin dan kafe

memiliki akses khusus

terhubung langsung

dengan piazza

merupakan fasilitas yang

mengakomodasi

kepentingan publik sebagai

kegiatan penetratif

Istirahat, penyediaan

makanan dan minuman

ringan untuk staff

pengelola

Pengontrolan

pencahayaan dan

penghawaan di ruang

pamer dan auditorium

Fasilitas servis

Pantri atau ruang istirahat

pegawai

Ruang mekanikal-

elektrikal/AHU/Chiller

Toilet dan janitor

Dekat dengan ruang

operasional atau ruang

kontrol kegiatan museum

Tidak mudah dijangkau

secara visual oleh

pengunjung

Dekat dengan ruang

pegawai

Tidak mudah dijangkau

secara visual oleh

pengunjung

Mendapatkan

pencahayaan matahari

langsung

Mudah dijangkau

Tidak mengundang secara

visual

Penjagaan keamanan

museum

Fasilitas Keamanan

Pos satpam

Ruang kontrol CCTV dan

Mudah menjangkau fungsi-

fungsi lain dalam kompleks

museum

Dekat dengan lobi

Terhubung dengan ruang

pengontrolan CCTV

Mudah menjangkau fungsi

Page 38: BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1 DESKRIPSI UMUMdigilib.itb.ac.id/files/disk1/612/jbptitbpp-gdl-noviantrin-30556-3... · kerajaan Tarumanegara, yaitu sekitar abad 300 M. Kebudayaan tekstil

46

sistem alarm

lain dalam kompleks

museum

Terhubung dengan pos

satpam

Penitipan kendaraan Parkir Dekat dengan lobi atau area

masuk

Tabel 2 : kebutuhan ruang