bab ii asma

23
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Medis 1. Pengertian a. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,reversible dim trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Smelzer Suzanne : 2006) b. Asma adalah proses obstruksi kronis pada aliran udara denga klasifikas luas PPOM dan karakteristik oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot ha bronkhial, hipersekresi mukosa dan inflamasi serta edema. (Doengoes M, 20 c. Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society,2005). d. Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berb sel inflamasi (Arif M, 2005) e. Asma adalah suatu gangguan inflamasi jalan nafas yang diperankan oleh banyak sel dan elemen sel,khususnya sel mast,eosinofil,limfosit T,makrofag,neutrofil,dan sel-ssel epitel.( Valentina L,2008) 2. Anatomi fisiologi

Upload: hansome2

Post on 22-Jul-2015

126 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Medis 1. Pengertian a. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,reversible dimana trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Smelzer Suzanne : 2006) b. Asma adalah proses obstruksi kronis pada aliran udara denga klasifikasi yang luas PPOM dan karakteristik oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus bronkhial, hipersekresi mukosa dan inflamasi serta edema. (Doengoes M, 2005 ) c. Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society,2005). d. Asma adalah gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi (Arif M, 2005) e. Asma adalah suatu gangguan inflamasi jalan nafas yang diperankan oleh banyak sel dan elemen sel,khususnya sel mast,eosinofil,limfosit T,makrofag,neutrofil,dan sel-ssel epitel.( Valentina L,2008) 2. Anatomi fisiologi

a. Anatomi sistem pernafasan (Anas T,2008) Pernapasan adalah proses pertukaran gas dalam paru.oksigen berdifusi ke dalam darah dan pada saat yang sama karbon dioksida dikeluarkan dari darah.udara dialirkan menuju unit pertukaran gas melalui jalan nafas.secara umum suatu proses pernafasan memerlikan tiga subunit organ pernafasan,yaitu,jalan nafas atas,jalan nafas bawah dan unit pertukaran gas. 1) Hidung Udara masuk ke dalam paru melalui lubang hidung (nares anterior) dan kemudian masuk ke dalam rongga hidung.rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang banyak menganddung vaskuler dan ditumbuhi oleh bulu. Fungsi utama hidung yaitu sebagai penyaring,pelembab,dan penghangat udara yang dihirup. 2) Sinus paranasalis Sinus paranasalis rongga dalam tengkorak yang terletak di dekat hidung dan mata.terdapat empat sinus yaitu: sinus frontalis,etmoidalis,sfenoidalis,dan maksilaris. Fungsi sinus adalah memperingankan tulangtulang tengkorak,memproduksi mukosa serosa yang dialirkan ke hidung,dan menimbulkan resonasi suara sehingga member karakteristik suara yang berbeda pada pada tiap individu. 3) Faring Faring atau tenggorok adalah rongga yang menghubungkan antara hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi dalam tiga area,yaitu nasofaring,orofaring dan hipofaring. Fungsi faring adalah sebagai tempat

lewatnya udara menuju paru atau lewatnya makanan menuju lambung. 4) Laring Merupakan unit organterakhir pada jalan nafas atas. Laring juga disebut kotak suara karena pita suara terdapat di sini. Terdapat juga kartilago tiroid yang merupakan kartilago terbesar pada faring. Fungsi laring adalah memisahkan makaan dan udara,fonasi atau menghasilkan udara dan inisiasi timbulnya batuk dari saluran nafas bagan atas.mekanisme batuk dari jalan nafas diinisiasi oleh berbagai bahan iritan,seperti debu,asap,tekanan,bahan kimia,udara dingin,kekeringan membran mukosa

5) Trakea Disebut juga pipa udara merupakan organ silindris dengan panjang sekitae 10-12 cm dan berdiameter 1,5-2,5 cm terletak di tengah garis leher dan tengah garis sternum.trakea teridiri atas otot polos dengan sekitar 20 cincin kartilago inkomplet dan ditutupi oleh membrane fibroeelastik yang berfungsi menyekat trakea dan eosefagus. 6) Percabangan bronkus Adalah jalan nafas yang menghubungkan jalan nafas atas hingga unit asinus. Bronkus bronkus kiri memiliki sudut lebih tajam dibandingkan bronkus kanan sehingga aspirasi cenderung terjadi masuk ke dalam bronkus kanan. Bronkus kiri kemudian bercabang menjadi dua cabang lobaris,satu cabang untk menyupalai lobus paru kiri atas dan satu menyuplai lobus kiri bawah.

Bronkus kanan dibagi menjadi tiga cabang lobaris yang masing-masing menyuplai udara pada tiga lobus yaitu lobus atas,tengah dan bawah. 7) Asinus Asinus meruoakan tempat terjadinya pertukaran gas.unit ini terdiri atas bronkioulus respiratoirus,duktus alveolaris,dan alveoulus. Duktus alveolaris berasal dari bronkioulus respiratorius,alveoli muncul dari duktus alveolaris.duktus alveolarisn selanjutnya berdilatasi menjadi sakus alveolaris sehingga berbentuk seperti anggur.struktur yang paling penting dari pertukaran gas adalah alveoulus. Ukuran normal alveoulus berdiameter 1-2 mm.pertukaran gas terjadi pada area membrane kapiler. Udara dalam alveoli dipisahkan oleh membaran setebal 1mm, oksigen harus melalui membrane ini sebelum ditransfer ke dalam darah dan dibawa hemoglobin. b. Fisiologi sistem pernapasan (Anas Tamsuri,2008 ) Bernafas adalah proses keluar masuknya udara ke dalam dan keluar paru. Proseses bernafas diawali dengan memasukan udara ke dalam rongga paru untuk kemudian diedarkan ke dalam sirkulasi serta pengeluaran zat sisa (CO2) dari sirkulasi menuju keluar tubuh melalui paru. 1) Ventilasi Ventilasi adalah proses pergerakan udara masuk dan keluar paru.ventilasi terdiri dari dua tahap yaitu,inspirasi dan ekspirasi. Untuk menghasilkan ventilasi yang sempurna,diperlukan koordinasi organ tubuh,baik saluran pernapasan, rongga

torak,otot pernapasan maupun elastisitas jaringan paru.

2) Difusi gas Difusi adalah proses ketika terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada tempat pertemuan udarah darah. Lokasi difusi gas adalah pada membaran alveoli hingga kapiler darah pulmonal.difusi gas merupakan proses selanjutnya yang terjadi setelah oksigen mengalami ventilasi. 3) Tranportasi gas Bagian ketiga dari proses pernapasan adalah transportasi gas ( oksigen dan karbon dioksida ) dari paru menuju ke sirkulasi tubuh. Karena sifat gas dan karbon dioksida dapat larut ke dalam darah atau bergabung dengan beberapa elemen darah,oksigen dibawa masuk ke dalam sirkulasi dalam dua bentuk, yaitu sebagai zat yang terlarut dalam plasma dan dalam bentuk kombinasi dengan hemoglobin sel sel darah merah. Setiap 100 ml darah arteri normal membawa 0,3 ml oksigen yang terlarut secara fisik ( 3% ), 20 ml oksigen dalam bentuk kombinasi dengan hemoglobin ( 97% ). Oksigen yang terkombinasi dengan hemoglobin disebut oksihemoglobin. 3. Etiologi Factor - faktor yang dapat menimbulkan serangan asma bronchiale atau sering disebut sebagai factor pencetus adalah : a. Allergen adalah zat-zat tertentu bila dihisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan asma, misalnya debu rumah, serpih kulit kucing,bulu binatang,

beberapa makanan laut dan sebagainya. b. Infeksi saluran nafas Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma bronchiale. c. Tekanan jiwa Tekanan jiwa bukan sebagai penyebab asma tetapi sebagai pencetusnya,karena banyak orang yang menderita tekanan jiwa tetapi tidak menderita asma bronchiale. Factor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. d. Olah raga / kegiatan jasmani yang berat Sebagian penderita asma bronchiale akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olah raga atau aktivitas fisik yang belebihan.lari cepat dan bersepeda paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani terjadi setelah aktivitas yang cukup berat dan serangan timbul beberapa jam setelah olah raga.

e. Obat-obatan Beberapa pasien asma sensitive atau alergi terhadap obat tertentu seperti penicillin,salisilat,beta bloker,kodein dan sebagainya. f. Polusi udara Pasien asma sangat peka terhadap udara berdebu,asap pabrik, asap rokok,asa[

yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal,serta bau yang tajam. g. Lingkungan kerja Diperkirakan 2-15% pasien asma bronchiale pencetusnya adalah lingkungankerja. (http://kep2a.blogspot.com/2008/09/askep.asma.bronchial_16.html) 4. Manifestasi klinik Adapun tanda dan gelaja dari asma bronchiale adalah (http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-asma-bronchiale_html ) : a. Tingkat I : 1) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. 2) Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium.

b. Tingkat II : 1) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. 2) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan. c. Tingkat III : 1) Tanpa keluhan. 2) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. 3) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang

kembali. d. Tingkat IV : 1) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. 2) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas. e. Tingkat V : 1) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. 2) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi. 5. Klasifikasi Sangat sukar membedakan satu jenis asma dengan asma yang lain.dahulu dibedakan asma alergik ( ekstrinsik ), dan non alergik ( intrinsik ). Asma alergik terutama muncul pada waktu anak anak, mekanisme serangannya melaluii reaksi alergi tipe I terhadap allergen. Sedangkan dikatakan asma intrinsic bila tidak ditemukan tanda-tanda reaksi hiersensitvitas terahdap allergen,namun klsifikasi tersebut pada prakteknya tidak mudah dan pasien sering mempunyai ke dua sifat alergik dan non alergik, segingga Mc Connel dan Holgate membagi asma membagi asma dalam 3 kategori yaitu : asma intrinsik, asma eksrinsik, dan asma mixed atau campuran. ( Idrus A, dkk, 2006 ) 6. Patofisiologi Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktorfaktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma

biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-asma-bronchiale.html ) 7. Komplikasi Komplikasi (Idrus A, 2006 ) yang terjadi pada asma bronchiale adalah : a. Pneumotoraks, b. atelektasis c. gagal nafas d. bronchitis e. fraktur iga f. emfisema subkutis g. aspergilosis bronkopuimoner alergik.

8. Pemeriksaan penunjang a. Spirometri Pemeriksaan spirometri dolakukan untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan, pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemeberian

bronkodilator hirup ( nebulizer ). b. Uji provokasi bronkus Pemeriksaan ini digunakan untuk menunjukan adanya hiperaktivitas bronkus. Ada beberapa cara untuk melakukan uji provokasi bronkus sepert uji provokasi dengan histamine, udara dingin. Penurunan VEP1 sebesar 20% atau lebih dianggap bermakna. Uji kegiatan jasmani dilakukan dengan menyuruh pasien berlari cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut jauntung 80-90% dari masimum. Dianggap bermakna bila menunjukan APE (arus puncak ekspirasi). c. Pemeriksaan sputum Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma,selain untuk melihat adanya eosinofil, Kristal charcot-leyden,dan spiral curschmann,pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya miselium aspergilius fumigatos.

d. Uji kulit Tujusan uji kulit adalah untuk menunjukan adanya anti body IgE spesifik dalam tubuh. Uji ini hanya menyokong anamnesis, karena uji allergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma. e. Foto dada Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran nafas dan adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi

asma seperti pneumotoraks,atelektasis, dll. f. Analisa gas darah Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat. Pada fase awal terjadi hipoksemia hipokapnia ( PaCO2 < 35 mmHg ), kemudian pada stadium yang lebih berat terjadi PaO2 justru mendekati normal.selanjutnya pada asma yang sangat berat terjadinya hiperkapnia ( PaCO2 > 45 mmHg ), hipoksemia dan asidosis respiratorik.( Idrus. A, 2006 ) 9. Penatalaksanaan medik a. Mencegah ikatan allergen-IgE b. Mencegah pelepasan mediator kimia c. Mengurangi respon dengan jalan meredam inflamasi saluran nafas d. Bronkodilator

1) Agonis Obat ini mempunyai afek bronkodilatasi. Obat ini bekerja lebih dari 12 jam seperti salmeterol, formoterol, bambuterol dan lain-lain. 2) Metilxantin Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan konsentrasinya didalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang. 3) Antikolinergik Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsik dari saluran nafas.

e. Antiinflamasi Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi dan profilaksis. 1) Kortikosteroid 2) Natrium kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi nonsteroid. ( Idrus. A, 2006 )

B. Konsep Keperawatan ( dongoes M, dkk, 2005 ) 1. Pengkajian a. Aktifitas/istirahat Gejala : - Keletihan, kelelahan, malaise. - Ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas setiap hari sulit bernapas. - Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi fowler. - Dispenea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan. Tanda : - Keletihan - Gelisah, insomnia. - Kelemahan umum/kelihan massa otot b. Sirkulasi Gejala : - Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda : - Peningkatan TD. - Peningkatan frekwensi jantung, distripana. - Bunyi jantung redup berhubungan dengan peningkatan anterior posterior dada. - Warna kulit / membran mukosa, normal atau abu-abu strepsionosis. - Pucat dapat menunjukkan anemia.

c. Intensitas ego Gejala : - Peningkatan faktor resiko. - Perubahan pola hidup. Tanda : Ansietas, ketakutan, peka ransang d. Makanan / cairan Gejala : - Mual / muntah. - Nafsu makan buruk/anoreksida. - Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan. Tanda : - Kulit baik. - Berkeringat - Penurunan massa otot / lemak subkutan - Aktifitas abdominal dapat menyatakan hepatomegali. e. Hygiene Gejala : Penurunan kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari. Tanda : Kebersihan baik. f. Pernapasan

Gejala : - Napas pendek, rasa dada tertekan. - Ketidakmampuan untuk bernapas. - Bentuk menetap oleh produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun. - Episode batuk hilang timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini, meskipun dapat menjadi produktif. - Riwayat pnemonia berulang. - Faktor keluarga dan keturunan. Tanda : Pernapasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi memanjang/mendengkur napas bibir. Bunyi napas mungkin redup dan ekspirasi menyebar, lebut atau krekels lembab kasar, ronhi, mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dada kemungkinan selama inspirasi berlasung sampai penurunan atau ada bunyi. Perkusi : Hipersonan pada area paru, bunyi pekak pada area paru, (seperti konsolidasi, cairan mukosa). Warna : Pucat dan sianosis bibir dan dasar kuku abu-abu keseluruhan. g. Keamanan Gejala : - Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan. - Adanya / berulangnya infeksi. - Kemarahan / berkeringat.

h. Seksualitas Gejala : Penurunan Libido

i. Interaksi sosial Gejala : - Hubungan ketergantungan - Kurang sistem dukungan. - Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat. - Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik. Tanda : - Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernapasan. - Keterbatasan mobilitas fisik. - Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain. j. Penyuluhan/Pembelajaran Gejala : - Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan - Kesulitan menghentikan rokok. - Kegagalan untuk membaik 2. Diagnosa Keprawatan a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi sekret yang berlebihan b. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen c. Prubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia d. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya sistem imunitas e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tinddakan b.d kurang informasi 3. Intervensi keperawatan a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi sekret yang berlebihan Tujuan : jalan nafas kembali efektif

Intervensi : 1) Auskultasi bunyi nafas catat, adanya bunyi nafas, misalnya mengi, krekles, ronchi Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi nafas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya nafas advertisius 2) Kaji / pantau frekuensi pernapasan, catat rasoinspirasi / ekspirasi. Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres / adanya proses infeks akut 3) Ajarkan klien batuk efektif Rasional : untuk membantu klien mengeluarka sekret yang kental 4) Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh : meninggikan kepala tempat tidur Rasional : dapat memudahkan fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. 5) Kolaborasi pemberian obat, misanya : aminofilyn Rasional : merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas, mengi dan mukosa b. Kerusakan pertukaean gas b.d gangguan suplai oksigen Tujuan : perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat Intervensi : 1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, catat penggunakan otot aksesori, nafas bibir, ketidakmampuan berbicara / berbincang Rasional : berguna dalam evaluasi distres pernapasan dan / kronisnya proses

penyakit 2) Dorong klien mengeluarkan sputum : pengisapan bila di indakasikan Rasional : sekret adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil. Pengisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif 3) Palpasi premitus Rasional : penurunan vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan 4) Awasi tanda vital dan irama jantung Raisional : Takikardia, distrimia, perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung . 5) Berikan pebekan SSP ( misalnya sedatif, atau narkotik ) dengan hati-hati Rasional : digunakan untuk mengontrol ansietas / gelisah yang meningkatkan konsumsi oksigen / kebutuhan c. Prubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia Tujuan : kubutuhan nutrisi terpenuhi Intervensi : 1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh. Rasional : pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan obat. 2) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat Rasional : dapat menghasilkan distensi abdomen dan yang mengganggu nafas abdomen dan gerakan diafragma,dan dapat meningkatkan dispnea.

3) Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin Rasional : suhu eksterm dapat meningkatkan spasme batuk 4) Auskultasi bunyi usus Rasional : penurunan bising usus menunjukan penurunan motilitas gaster dan konstipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, penurunan aktivitas, dan hipoksemia d. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya sistem imunitas Tujuan : menurunkan resiko infeksi Intervensi : 1) Awasi suhu Rasional : demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi 2) Observasi warna, karakter, bau sputum Rasional : sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukan adanya infeksi paru 3) Awasi pengunjung berikan masker sesuai indikasi Rasional : menurunkan potensial terpajan pada penyakit infeksius 4) Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat Rasional : aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran 5) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat Rsional : malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tinddakan b.d kurang informasi

Tujuan : manyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan Intervensi : 1) Jelaskan / kuatkan penjelasan proses penyakit individu Rasional : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan 2) Instruksikan / kuatkan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif,dan latihan kondisi umum Rasional : menguatkan otot pernapasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil. 3) Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang diinginkan. Rasional : penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan efek samping merugikan. 4) Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan menghentikan rokok pada pasien dan orang terdekat Rasional : menghentikan merokok dapat menghambat kemajuan PPOM 5) Anjurkan pasien / orang terdekat dalam penggunaan oksigen aman dan merujuk ke perusahaan penghasil sesuai indikasi Rasional : pasien dan orang terdekat dapat mengalami ansietas, depresi, dan reaksi lain sesuai dengan penerimaan dengan penyakit kronis yang mempunyai dampak pada pola hidup mereka. 4. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan keperaatan,beberapa hal yang

perlu di perhatikan dalam implementasi adalah :

a. Validasi rencana sesuai masalah/kebutuhan klien. b. Kemampuan interpersonal, intelektual, tekhnikal yang dimiliki perawat sesuai denagan tindakan keperawatan c. Tindakan keperawatan aman bagi klien d. Dokumentasikan semua tindakan yang telah di laksanakan 5. Evaluasi Hasil yang diharapkan : a. Klien mempertahankan bersihan jalan nafas b. Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas dalam distress pernapasan c. Menunjukan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat d. Menyatakan pemahaman penyebab / factor resiko individu e. Menyatakan pemahaman kondisi / proses panyakit dan tindakan

6. Penyimpangan KDM asma bronchiale

Faktor Instrinsik Faktor ekstrinsik

Infeksi kuman allergen + factor genetik

Infeksi saluran pernafasan

Suplai O2 kejaringan Pengaltivan respon imun menurun (Sel mast)

intloleransi Pengaktifan mediator kimiawi hipoventilasi aktivitas Histamin, serotinin, kinin

Penyempitan jalan nafas kerusakan pertukaran gas Dispnea, wheezing Batuk, sputum

Anoreksia Inefektif bersihan ancaman kehidupan jalan nafas nutrisi kurang kecemasan dari kebutuhan

gangguan pola tidur