bab ii analisis struktur novel liak ngakak3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh...

24
17 BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK Sebelum melakukan analisis sosiologi novel Liak Ngakak terlebih dahulu dilakukan analisis struktur novel tersebut. Unsur-unsur yang dianalisis dalam novel ini adalah unsur penokohan, alur dan latar. Berikut analisis ketiga unsur tersebut. 2.1. Penokohan Melalui analisis penokohan dapat diketahui gambaran jelas mengenai para tokoh dalam sebuah cerita. Semua unsur cerita rekaan hanya bersifat rekaan semata. Tokoh dalam cerita di dunia nyata tidak ada. Sudjiman (1992:58) menyebutkan penokohan sebagai penyajian watak tokoh dan pencitraan tokoh. Pengertian penokohan lebih luas dari tokoh dan perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, bagaimana penempatan, dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Watak, perwatakan, karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca dapat lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Nurgiyantoro, 2005:165). Wiyatmi (2006:30) memberikan batasan bahwa tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh fiksi merupakan ciptaan pengarang meskipun

Upload: phamanh

Post on 20-Jun-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

17

BAB II

ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK

Sebelum melakukan analisis sosiologi novel Liak Ngakak terlebih dahulu

dilakukan analisis struktur novel tersebut. Unsur-unsur yang dianalisis dalam novel

ini adalah unsur penokohan, alur dan latar. Berikut analisis ketiga unsur tersebut.

2.1. Penokohan

Melalui analisis penokohan dapat diketahui gambaran jelas mengenai para tokoh

dalam sebuah cerita. Semua unsur cerita rekaan hanya bersifat rekaan semata. Tokoh

dalam cerita di dunia nyata tidak ada. Sudjiman (1992:58) menyebutkan penokohan

sebagai penyajian watak tokoh dan pencitraan tokoh.

Pengertian penokohan lebih luas dari tokoh dan perwatakan, sebab penokohan

sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, bagaimana

penempatan, dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan

gambaran yang jelas kepada pembaca. Watak, perwatakan, karakter menunjuk pada

sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca dapat lebih

menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones

dalam Nurgiyantoro, 2005:165).

Wiyatmi (2006:30) memberikan batasan bahwa tokoh adalah para pelaku yang

terdapat dalam sebuah fiksi. Tokoh fiksi merupakan ciptaan pengarang meskipun

Page 2: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

18

dapat juga merupakan gambaran dari orang yang hidup di alam nyata. Oleh karena

itu, dalam sebuah fiksi tokoh hendaknya dihadirkan secara alamiah.

Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam

tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005:165).

Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:62) perwatakan dapat dilihat melalui

tiga dimensi sebagai struktur pokoknya, yaitu dimensi fisiologis, psikologis, dan

sosiologis. Ketiga dimensi tersebut adalah unsur yang membangun perwatakan dalam

sebuah karya sastra. Dimensi fisiologis, meliputi jenis kelamin, umur, tinggi, berat

badan, warna kulit, rambut, potongan tubuh, penampilan, dan cacat tubuh. Dimensi

psikologis, meliputi moral, ambisi, pribadi, tempramen, sikap hidup, pikiran,

perasaan, kecerdasan, tanggung jawab, dan tingkat kesadaran. Dimensi sosiologis,

meliputi golongan masyarakat, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, penduduk

di masyarakat, tempat tinggal, dan hobi. Dalam pembicaraan tokoh, digunakan cara

seperti itu sesuai dengan yang diungkapkan Lajos Egri di atas.

Analisis penokohan dalam novel Liak Ngakak terlebih dahulu dibedakan tokoh-

tokohnya berdasarkan segi peran tokoh dalam sebuah cerita. Sukada (1987:86)

menjelaskan bahwa penokohan dapat dilukiskan oleh tokoh utama, sekunder, dan

komplementer atau pelengkap.

Tokoh utama adalah tokoh yang banyak diceritakan, baik sebagai pelaku

kejadian maupun yang dikenai kejadian. Dilihat dari segi peranan atau tingkat

Page 3: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

19

pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh

utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung ide dan tema utama

dalam cerita, mengutamakanpenceritaannya dalam novel bersangkutan. Tokoh

tambahan adalah tokoh yang mendukung perwatakan tokoh utama (Nurgiyantoro,

2005:177). Tokoh-tokoh yang hanya muncul sekali atau beberapa kali guna

melengkapi dan menyertai jalannya cerita disebut tokoh komplementer (pelengkap).

Berdasarkan pandangan di atas, dapat ditentukan tokoh utama (tokoh sentral)

novel Liak Ngakak adalah Catherine Dean. Cathie merupakan tokoh utama yang

mendominasi seluruh kisah dalam novel. Ia terlibat pada setiap bagian dan paling

banyak diceritakan serta selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Tokoh

tambahan, yaitu Ratu Liak dan Pusaka Mahendra. Tokoh komplementer, yaitu I

Wayan Jereg, I Made Badra, dan Men Surya Susila.

2.1.1 Catherine Dean

Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak melakukan kontak dengan tokoh

lain dan paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Tokoh utama dalam novel

Liak Ngakak adalah Catherine Dean, dengan nama panggilan Cathie. Dari dimensi

fisiologis, Cathie adalah wanita yang cantik, mampu membuat tokoh lain terpesona.

Pengarang menggambarkan tokoh Cathie sebagai wanita yang berusia dua puluh

tahun, berkulit putih, memiliki rambut berwarna pirang yang merupakan ciri khas

orang Barat. Dimensi fisiologis Cathie terlukiskan jelas pada kutipan berikut.

Untuk sesaat aku cuma bisa berdiri tegak menatap gadis kulit putih yang

berdiri di hadapanku. Mulutku terkatup rapat, tapi hatiku membisikkan betapa

jelitanya dia! Wajahnya bulat telur dengan mata biru jernih yang dipayungi

Page 4: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

20

oleh bulu mata panjang melengkung ke atas. Bibirnya yang tipis diperidah lagi

oleh lapisan lipstick merah membasah. Pipinya putih bersih seakan-akan

dibentuk daripada selapis lilin licin. Rambutnya yang berwarna pirang

mencercah bahunya dengan lembut, serasi benar dengan tubuhnya yang tinggi

semampai. Kutaksir usianya tidak lebih daripada 20 tahun (hlm. 8).

“Beh… jegeg ja jelema luwa, ne!” makhluk halus itu menggumam.

“Wah… cantik sekali perempuan ini!”

“aku langsung menerjemahkan kalimat tadi buat Cathie”.

“Sampaikan kepadanya salam terimakasihku atas pujiannya, sahut Cathie”

(hlm.34)

Cathie digambarkan sebagai seorang wanita berpenampilan menarik. Dalam

setiap interaksinya dengan tokoh lain, Cathie selalu mampu membuat tokoh lain

terpesona. Hal ini mengakibatkan Pusaka Mahendra jatuh cinta pada awal

perjumpaannya dengan Cathie.

Dari dimensi sosiologis, tokoh Cathie adalah wanita berasal dari Australia yang

ingin mempelajari ilmu hitam di Bali. Cathie adalah mahasiswa pertukaran pemuda

yang pernah belajar di Universitas Gadjah Mada. Selama di Bali, Cathie tinggal di

sebuah penginapan di Desa Blumbang.

Lalu Badra berpaling padaku dan berkata, “Dan dara Australia ini adalah

Nona Catherine Dean, mahasiswa jurusan sastra. Ia berada di Indonesia dalam

rangka tukar menukar….” Badra tak jadi meneruskan kalimatnya sebab

seseorang memanggilnya dari kamar tamu (hlm. 7-8).

“Terimakasih. Saya sudah 2 tahun tinggal di Yogyakarta, mengikuti kuliah di

Gadjah Mada. Sejak beberapa tahun sebelumnya, saya telah mempelajari

bahasa Indonesia di Sidney”.

“Saya menyewa sebuah kamar di penginapan “Blumbang”, sebuah hotel kecil

tapi mungil indah” (hlm.8-9).

Pengarang juga melukiskan tokoh Cathie yang belum fasih berbahasa Bali

sehingga harus meminta pertolongan Pusaka Mahendra untuk menjadi juru bahasa

Page 5: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

21

selama Cathie berjumpa dengan Guru Liak. Berkat bantuan dari Pusaka Mahendra,

Cathie bisa berkomunikasi dengan Guru Liak dengan jelas.

“Aku hanya minta pertolonganmu untuk mencarikan aku guru liak yang

bersedia mengajarkan ilmunya kepadaku. Dan juga aku mohon bantuanmu

untuk menjadi juru bahasa sebab aku tak bisa berbahasa daerah sedangkan

guru-guru liak itu katanya cuma bisa berbicara dalam bahasa Bali” (hlm.13).

“Aku hanya mengantarkannya”.

Dia orang asing, tidak mengerti bahasa Bali sedangkan kau katanya tidak

paham berbicara bahasa lain kecuali bahasa Bali. Jadi, aku ke mari sebagai

juru bahasa” (hlm.34).

Dilihat dari sisi psikologinya, Cathie dilukiskan sebagai tokoh yang mudah

bergaul. Pengarang juga menggambarkan Cathie sebagai tokoh yang agresif dan

pemberani. Hal ini mengakibatkan Cathie bisa beradaptasi dengan lingkungan baru,

sehingga mudah untuk Cathie mencari informasi tentang ilmu liak.

Dari gayanya berbicara aku dapat menarik kesimpulan bahwa gadis Australia

yang cantik ini adalah seorang periang, lincah dan berhati terbuka. Belum ada

5 menit kami berkenalan namun rasa-rasanya bagaikan sudah kenal bertahun-

tahun saja (hlm. 10).

Cathie juga digambarkan sebagai tokoh yang agresif. Hal tersebut terlukiskan pada

kutipan di bawah ini, yang mengakibatkan Pusaka semakin tertarik dengan Cathie.

Dan sekonyong-konyong ia mengecupkan bibirnya yang merah ke pipiku.

Agak tersirap darah-darahku dibuatnya. Untunglah tak ada orang di pesta itu

yang memperhatikan kejadian tadi.

“Sebagai ucapan terimakasih,” bisiknya menggairahkan (hlm.13).

2.1.2 Ratu Liak Aliran Liak Ngakak (Guru Liak)

Tokoh berikutnya adalah Ratu Liak. Secara fisiologis Ratu Liak adalah tokoh

yang paling menyeramkan, dan merupakan liak paling sakti beraliran Liak Ngakak.

Page 6: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

22

Ratu Liak berwujud nenek tua berambut panjang, tebal, dan terurai berantakan. Setiap

kemunculannya diawali dengan tertawa terbahak-bahak dan selalu mengenakan

kebaya. Wujudnya selalu berubah-ubah setiap kemunculannya diperjelas dengan

kutipan di bawah ini.

Ia mengitari tanah kuburan itu dengan terbungkuk-bungkuk bagaikan nenek

tua Bangka yang berjalan dengan tongkatnya.

Ia selalu mengawali permunculannya dengan tawa yang sanggup membuat

manusia mati berdiri ketakutan (hlm.31-33).

Kutipan di atas melukiskan tentang awal kemunculan Guru Liak yang sesuai

dengan alirannya yaitu Liak Ngakak. Dengan kemunculannya yang disertai dengan

tertawa terbahak-bahak, menimbulkan ketakutan bagi orang-orang yang berada di

sekitarnya.

“Akan kuperkenalkan diriku kepada kalian bahwa akulah ratu liak, guru liak

dari aliran yang paling mengerikan, yaitu: Liak Ngakak. Perempuan muda ini

kuterima menjadi muridku dengan syarat-syarat ketat yang sama sekali tidak

dapat dianggap enteng” (hlm.34).

Dari dimensi fisiologis, terlihat bahwa Guru Liak memiliki wajah yang

menyeramkan, hal tersebut karena dalam perwujudan liak wajah Guru Liak akan

selalu berubah-ubah. Hal ini mengakibatkan orang-orang tidak mengetahui wajah asli

dari penekun ilmu liak.

Kulit mukanya berkeriput, rambutnya seperti ijuk, kedua biji matanya

tersembunyi jauh di dalam rongga mata yang besar, hidungnya mendongkak

dengan lubangnya yang terlampau lebar. Keangkerannya masih ditambah lagi

dengan tulang pipi yang menonjol, dahi yang melengkung luas disertai mulut

yang tak henti-hentinya mengunyah-nguyah sirih. Kain kebayanya kusut dan

penuh tambalan (hlm.35).

Page 7: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

23

Berbeda dengan sebelumnya, pada kutipan di atas memaparkan tentang wajah

Guru Liak yang menakutkan, namun pada kemunculan selanjutnya terlihat Guru Liak

muncul menjadi seorang gadis cantik. Hal ini mengakibatkan orang-orang menjadi

terkecoh dalam setiap perjumpaan.

Berbeda dengan semula, kali ini si guru liak mewujudkan dirinya ke dalam

bentuk seorang wanita remaja yang kecantikannya tidak kalah dengan Cathie.

Ia memang tampak cantik menggairahkan apabila lidahnya yang panjang luar

biasa tidak kelihatan julur keluar mulutnya. Pakaiannya pun jauh berbeda

dengan yang dikenakan semalam. Kalau kemarin ia mengenakan kebaya yang

penuh dengan tambalan, maka kini ia mengenakan kain songket dengan

kebaya halus yang masih baru (hlm.94-95).

Selanjutnya dari segi sosiologisnya, Ratu Liak adalah seorang guru ilmu liak

sakti yang bertempat tinggal di daerah Sanur, Bali. Pengarang tidak terlalu banyak

melukiskan segi sosiologis tokoh Ratu Liak. Berikut kutipannya.

“Ya,” aku mengangguk, “Sanur merupakan pusat kegiatan liak-liak di Bali.

Sanur merupakan tampat mencetak liak-liak yang paling tersohor. Ibaratnya

Leiden yang menciptakan sarjana-sarjana Belanda dan Sorbonne yang

menghasilkan cerdik cendekiawan Perancis.” (hlm.26).

Lalu, dari segi psikologis, pengarang melukiskan tokoh Ratu Liak adalah tokoh

yang tidak mempercayai siapapun. Hal itu dikarenakan Ratu Liak merahasiakan

wujud aslinya dengan siapa saja. Ratu Liak memiliki tujuan untuk menjadi liak paling

sakti. Hal ini digambarkan ketika Ratu Liak berhasil mengalahkan liak yang berasal

dari Desa Suwung dalam perang ketika mereka berubah wujud menjadi bola api.

Dengan tertawa terbahak-bahak Ratu Liak menggambarkan kepuasanya atas perang

tersebut. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.

“Kau terlalu ingin mengetahui segala sesuatunya yang sepatutnya tidak pantas

kau ketahui!” liak itu menggeram parau,“aku mencurigai, kau hai laki-laki

Page 8: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

24

muda! Firasatku mengatakan bahwa kau manusia yang sulit dipercayai dan

berbahaya!” (hlm.58).

“Hah… he..he.. hik… hak… hak… ha…ha…

suba benyah isin tendas ratun liak Suwung’nto!” (Sudah hancur isi kepala ratu

liak desa Suwung itu) Teriak guru liak di sebelah Cathie dengan tertawa keras

(hlm.117).

2.1.3 Pusaka Mahendra

Ditinjau dari segi fisiologis, tokoh Pusaka Mahendra digambarkan sebagai laki-

laki dewasa yang berpenampilan sederhana dan belum memiliki kekasih. Hal ini

terlukiskan pada kutipan di bawah ini.

“Baiklah, kau sudah cukup dewasa untuk menerima mantera ini. Ingatlah

bahwa mantera ini bukan barang mainan. Ia tak boleh disebar-luaskan begitu

saja tanpa menghaturkan sesajian tertentu. Oleh karena itu sebaiknya kita

pergi ke merajan saja.” (hlm.40).

Kimono yang kupakai kulemparkan lalu kuganti dengan celana khaki dan

jaket abu-abu. Keris kecil yang tadi siang diberikan oleh kakekku kuselipkan

di balik jaket. Aku tak mau ambil resiko menghadapi liak tanpa sesuatu bekal

untuk membela diri (hlm.47).

Ditinjau dari dimensi fisiologis, Pusaka Mahendra adalah seorang laki-laki

dewasa yang belum memiliki pasangan. Hal ini mengakibatkan Pusaka jatuh cinta

dengan Cathie yang baru dijumpainya, berikut kutipannya.

Tapi aku jadi tersenyum-senyum sendiri ketika menyadari dalam usia yang

sudah cukup matang begini aku masih belum memiliki seorang kekasih pun.

Sebenarnya ada juga keinginanku untuk berpacaran tapi belum pernah

menjumpai seorang gadis yang sesuai dengan khayalan yang sering muncul di

kepalaku (hlm.90).

Dari segi sosiologis, Pusaka Mahendra merupakan seorang pelaut yang dinas di

Surabaya. Akan tetapi, pada saat berjumpa dengan Cathie ia sedang cuti dan berlibur

Page 9: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

25

di tanah kelahirannya selama beberapa minggu. Hal tersebut terlihat dalam kutipan

berikut.

“Dinas. Aku diperintahkan agar berada di Surabaya kembali selambat-

lambatnya besok siang.” “Masa cutimu kan belum habis?”

“Memang belum, tapi cuti kapalku sudah abis. Nanti sore ia akan turun dari

dok dan besok siang kami harus mengadakan pelayaran percobaan. Untuk

menguji mesin, menghitung diameter taktis, mencocokan kompas magnit dan

beberapa keperluan lainnya. Bila percobaan ini selesai maka kapalku akan

bertolak secepat mungkin” (hlm.140).

Pengarang juga menggambarkan tokoh Pusaka Mahendra lahir di Bali dan

Pusaka menganut ajaran agama Hindu. Berikut kutipannya.

“Ya. Keyakinan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah senjata yang

paling ampuh untuk membasmi segala jenis kebusukan. Bila kita yakin akan

adanya Dia maka Dia pun akan mengulurkan tangan-Nya guna

menyelamatkan kita” (hlm.20).

Lalu, dari segi psikologis, Pusaka Mahendra dilukiskan pengarang sebagai tokoh

yang memiliki tingkat kegelisahan yang cukup tinggi. Bahkan setelah berumpa

dengan Guru Liak, kegelisahaan Pusaka semakin menjadi-jadi, terlihat pada kutipan

berikut.

Ketegangan terasa menyelusuri setiap persendian di dalam tubuhku. Inilah

untuk pertama kalinya aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri

bagaimana cara kerja makhluk halus yang disebut liak itu (hlm.32).

Rasa-rasanya ke manapun aku pergi selalu diikuti oleh bayang tersebut.

Tawanya yang terbahak-bahak dengan selingan ringkikan kuda itu masih

terngiang-ngiang di telingaku (hlm.37).

Tokoh Pusaka dilukiskan pengarang memiliki ketertarikan dengan Cathie sejak

pertama kali bertemu, hal ini didukung dengan hampir setiap hari mereka

menghabiskan waktu bersama-sama.

Page 10: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

26

Belum pernah kutemui seorang dara pun yang sanggup menarik hatiku…

kecuali… Cathie? Aku terkejut sendiri sewaktu pikiranku sampai ke sini.

Mungkinkah aku tertarik pada Cathie? Pada seorang dara kulit putih dari

benua Australia yang terletak di seberang lautan? (hlm.90).

2.1.4 Wayan Jereg

Secara fisiologis I Wayan Jereg merupakan kakek dari tokoh Pusaka Mahendra

yang menganut ilmu putih. Pengarang juga melukiskan I Wayan Jereg sebagai tokoh

yang selalu mengenakan destar dan sudah tua diperjelas pada kutipan berikut.

“Semasa mudanya kakekku itu seorang petualang juga. I Wayan Jereg

bukanlah nama yang asing di dunia perliakan. Demikianlah yang sering

kudengar. Selama ini aku tak pernah menghiraukan hal tersebut karena aku

memang tak tertarik pada hal-hal gaib.” (hlm.38).

“Ia menukar destar batiknya dengan destar putih. Demikian pula kainnya

digantinya dengan kain putih. Demikian pula kainnya digantinya dengan kain

putih. Tangan kirinya memegangi coblong sedangkan tangan kanannya

menggenggam seikat dupa.” (hlm.40).

Secara sosiologis, penggarang menggambarkan tokoh I Wayan Jereg berasal dari

kota Tabanan dan beragama Hindu. Berikut kutipannya.

Dan tanpa berpikir lebih panjang lagi aku segera berangkat ke Tabanan,

sebuah kota kecil yang terletak 21 kilometer di sebelah barat laut kota

Denpasar. Di sana kakekku, I Wayan Jereg Tinggal (hlm.38).

Dari dimensi sosiologis, I Wayan Jereg adalah penekun ilmu putih yang

beragama Hindu. I Wayan Jereg memiliki spiritual yang tinggi sehingga mampu

menjadi sosok panutan di daerah tempat tinggalnya. Hal ini terlukiskan pada kutipan

berikut ini.

Di depan sebuah tugu kakekku duduk bersila. Kedua telapak tangannya

dikatupkan lalu diangkatnya dan diletakannya di depan dahinya. Tanpa

Page 11: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

27

diberitahu lagi aku pun mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh kakekku

(hlm.40).

Lalu, secara psikologis, pengarang melukiskan I Wayan Jereg sebagai tokoh

yang bijaksana. I Wayan Jereg memiliki cara padang yang positif terhadap segala hal,

dan ia selalu berserah dengan Tuhan sebagai perlindungan. Hal ini terlihat pada

kutipan berikut.

“Kakek kini lebih mengandalkan keyakinan kepada Ida Sang Hyang Widhi

Wasa sebagai senjata pembela diri. Kaulah kini yang mewarisi keris sakti ini.

Jangan digunakan sembarangan. Malah kalau bisa, janganlah menggunakan

keris tersebut sebab pasti akan menimbulkan korban jiwa manusia. Tidak ada

gunanya mencari permusuhan dengan liak. Tetapi seandainya liak menyerang

terlebih dahulu dengan maksud hendak membunuhmu maka bertindaklah

sebagai laki-laki jantan” (hlm.45—46).

2.1.5 I Made Badra

Tokoh berikutnya adalah I Made Badra. Dalam novel ini I Made Badra adalah

sahabat dari Pusaka Mahendra. Ditinjau dari segi fisiologis, Badra berpenampilan

rapi, terlihat pada kutipan di bawah ini.

Melihat kedatanganku, seorang laki-laki yang memakai jas batik bangkit dari

duduknya. Lalu ia berseru gembira.

“Hai! Tak kusangka kau mau datang juga.” Aku segera dapat mengenali laki-

laki itu. Dan dengan gembira aku pula berkata, “Untuk seorang sahabat aku

pasti datang” (hlm.5).

Secara sosiologis, pengarang menggambarkan Badra sebagai tokoh yang baru

saja mendapatkan gelar sarjana di Universitas Udayana dan merayakan pesta

kelulusannya, berikut kutipannya.

“Aku mengucapkan selamat atas gelar sarjana yang baru saja kau rebut dari

Fakultas Kedokteran Hewan & Perternakan.”

“Terimakasih, terimakasih… “ia tertawa, “aku pun merasa amat senang atas

kedatanganmu ke pestaku ini” (hlm.5).

Page 12: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

28

Secara psikologis pengarang tidak menggambarkan secara jelas. Pengarang

hanya melukiskan tokoh I Made Badra dari segi fisiologis dan sosiologis seperti

pemaparan di atas.

2.1.6 Men Surya Susila

Tokoh selanjutnya adalah Men Surya Susila. Dalam novel ini pengarang

melukiskan tokoh Men Surya Susila berusia di bawah tiga puluh tahun. Berikut

kutipannya.

Konon kesaktiannya sudah sedemikian tingginya sehingga bolehlah disebut

ratu atau guru liak. Jarang orang yang berusia di bawah 30 tahun, seperti Men

Surya Susila, yang sanggup mencapai tingkatan setinggi itu (hlm.128).

Secara sosiologis, pengarang melukiskan tokoh Men Surya Susila berasal dari

Desa Suwung. Men Surya Susila juga digambarkan memiliki anak-anak yang masih

kecil, merupakan penganut ilmu hitam, sekaligus musuh dari Guru Liak Cathie,

terlihat pada kutipan berikut.

“Itu sudah menjadi rahasia umum di Suwung. Beberapa orang pernah

memergokinya ketika ia melakukan perbuatan jahatnya itu. Tatkala orang-

orang tersebut membuka rahasia Men Surya Susila di depan umum, Men

Surya Susila lalu naik pitam.” (hlm.125).

“Kasihan anak-anaknya masih kecil-kecil sudah ditinggal pergi oleh ibunya

untuk selama-lamanya.” “Itu termasuk risiko yang harus berani ditanggung

oleh seseorang yang bisa menjadi liak.”

“Kenapa Pan Surya Susila tidak melarang isterinya menuntut ilmu hitam?”

“Ia tidak menyadari sebelumnya bahwa wanita yang dikawininya itu adalah

liak angker” (hlm.128).

Page 13: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

29

Lalu, secara psikologis, pengarang melukiskan Men Surya Susila sebagai tokoh

yang jahat dan menakutkan. Tidak ada yang berani melawan ataupun berdebat

dengan Men Surya Susila seperti kutipan berikut ini.

Beberapa orang pernah memergokinya ketika ia melakukan perbuatan

jahatnya itu. Tatkala orang-orang tersebut membuka rahasia Men Surya Susila

di depan umum, Men Surya Susila lalu naik pitam. Keesokan harinya orang-

orang tersebut diketemukan mati satu persatu dalam keadaan kering

kerontang! Sejak saat itu tidak ada seorang pun yang berani bertentangan

paham dengan Memen Surya Susila di desa Suwung (hlm.125).

2.2 Alur

Alur adalah urutan kejadian, tiap kejadian dihubungkan sebab akibat, peristiwa

yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain (Stanton dalam

Nurgiyantoro, 2005:113). Alur sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam

cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa

itu berdasarkan kaitan sebab akibat (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005:113).

Wiyatmi (2006:36) mengatakan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang

disusun berdasarkan hubungan kausalitas (sebab-akibat). Secara garis besar alur

dibagi dalam tiga bagian, yaitu: awal, tengah, dan akhir.

Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai

sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam

keseluruhan fiksi. Dengan demikian, alur merupakan perpaduan unsur-unsur yang

membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Dalam pengertian ini,

alur merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang memecahkan konflik yang

terdapat di dalamnya (Semi, 1988:43).

Page 14: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

30

Aristoteles mengungkapkan bahwa alur terdiri atas tahapan awal, tahapan tengah,

dan tahapan akhir. Tahapan awal sebuah cerita biasanya disebut tahap perkenalan.

Pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal

yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya, misalnya penunjukan dan

pengenalan latar. Tahapan awal sering dipergunakan untuk pengenalan tokoh-tokoh

cerita berwujud deskripsi fisik bahkan juga telah disinggung perwatakannya. Tahapan

tengah disebut sebagai tahap pertikaian menampilkan pertentangan atau konflik yang

sudah mulai bermunculan pada tahap sebelumnya menjadi semakin meningkat dan

menegangkan. Konflik dapat berupa konflik internal (konflik pada diri sendiri) dan

konflik eksternal (konflik antartokoh cerita). Pada tahapan tengah inilah klimaks

ditampilkan, ketika konflik mencapai titik intensitas tertinggi. Selanjutnya, tahapan

akhir disebut juga sebagai tahapan peleraian yang menampilkan adegan tertentu

sebagai akibat klimaks. Tahapan ini berisi kesudahan atau akhir sebuah cerita.

Penyelesaian cerita dibedakan menjadi dua macam, yaitu kebahagiaan dan kesedihan

(Nurgiyantoro, 2005:142—146).

2.2.1 Tahapan Awal

Tahapan awal alur novel Liak Ngakak menceritakan awal perjumpaan Catherine

Dean dengan Pusaka Mahendra, di sebuah pesta kelulusan I Made Badra sahabat

Pusaka Mahendra. Cathie adalah wanita Australia, sedangkan Pusaka Mahendra

adalah seorang pelaut yang bertugas di Surabaya. Perkenalan antara Cathie dengan

Pusaka berlanjut ketika Cathie menyatakan keinginannya untuk mempelajari ilmu

hitam dan Cathie meminta Pusaka untuk mencarikan Guru Liak sekaligus menjadi

Page 15: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

31

juru bahasa, sebab Cathie belum fasih berbahasa Bali, seperti terlihat dalam kutipan

berikut.

“Saya ingin memperkenalkan seseorang yang baru datang dari Surabaya. Ini

sahabat karib saya, Pusaka Mahendra. Ia seorang petualang. “Jadi, kalau

mengobrol dengan dia harus hati-hati”. Lalu Badra berpaling padaku dan

berkata, “Dan dara Australia ini adalah Nona Catherine Dean, mahasiswa

jurusan sastra” (hlm.7-8).

“Aku hanya minta pertolonganmu untuk mencarikan aku guru liak yang

bersedia mengajarkan ilmunya kepadaku. Dan juga aku mohon bentuanmu

untuk menjadi juru bahasa sebab aku tak bisa berbahasa daerah sedangkan

guru-guru liak itu katanya cuma bisa berbicara dalam bahasa Bali” (hlm.13).

Tahapan awal juga memperlihatkan ketertarikan Pusaka terhadap sosok Cathie

yang mampu menarik perhatiannya, meskipun ini adalah awal dari perjumpaan

mereka. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.

Sepeninggal Badra, aku seperti terpaku di lantai. Untuk sesaat aku cuma bisa

berdiri tegap menatap gadis kulit putih yang berdiri di hadapanku.

Mulutku terkatup rapat, tapi hatiku membisikkan betapa jelitanya dia! (hlm.8).

2.2.2 Tahapan Tengah

Pada tahapan tengah pengarang melukiskan Cathie berhasil bertemu dengan Ratu

Liak sakti dari Sanur. Pertemuan ini mengharuskan Cathie membawa tujuh butir intan

dan tujuh macam darah yang berasal dari tujuh jenis binatang sebagai syarat awal

menjadi murid Ratu Liak. Berikut kutipannya.

“Akan kuperkenalkan diriku kepada kalian bahwa akulah ratu liak, guru liak

dari aliran yang paling mengerikan, yaitu: Liak Ngakak. Perempuan muda ini

kuterima menjadi muridku dengan syarat-syarat ketat yang sama sekali tidak

dapat dianggap enteng. Syarat pertama telah lewat mala mini dengan hasil

yang cukup memuaskan. Syarat kedua perempuan muda ini harus

menyerahkan 7 butir intan dan 7 macam darah yang berasal dari 7 jenis

binatang” (hlm.34-35).

Page 16: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

32

Setelah mampu memenuhi kedua persyaratan, pertemuan selanjutnya paha Cathie

harus dirajah dengan mantra-mantra ilmu hitam oleh Ratu Liak. Setelah tahapan

tengah inilah Cathie mampu mengubah wujudnya menjadi bermacam-macam bentuk

sesuai dengan perintah Ratu Liak. Cathie mulai tertarik semakin dalam pada ilmu

hitam. Hal tersebut membuat Cathie semakin terhanyut dalam perintah-perintah Ratu

Liak, terlihat pada kutipan berikut.

Di pangkal paha Cathie gerakan lidah liak itu berhenti. Rupanya pada ujung

lidah yang bercabang dua itu tertempel ketujuh butir intan tadi sebagai alat

tulis, lidah liak itupun mulai mematuk pangkal paha Cathie dengan cepat.

Dalam beberapa menit saja pekerjaan itu telah selesai (hlm.56).

“Suatu pesan yang kuterima melalui bawah sadarku menyuruh aku mengikuti

segala apa yang diperbuat oleh guru liak itu.” “Jadi dalam kesurupan itu kau

menerima petunjuk-petunjuk dari dia?” “Hebat sekali. Suatu sistem

penguasaan terhadap jalan pikiran seseorang” (hlm.84).

Pusaka Mahendra cemas memikirkan Cathie yang semakin bersemangat

mendalami ilmu hitam. Cathie tidak mengetahui bahaya, jika terus melanjutkan ke

tahapan selanjutnya. Pusaka terus berusaha mengingatkan Cathie agar tidak

melanjutkan mempelajari ilmu hitam ini, Cathie tetap bersikukuh melanjutkan demi

menulis buku tentang ilmu hitam di Bali. Suatu malam, Cathie dan Ratu Liak berubah

wujud menjadi bola api, berperang dengan seorang liak dari Desa Suwung bernama

Men Surya Susila. Dalam perang tersebut, Liak Suwung kalah dan akhirnya tewas.

Setelah itu, barulah Cathie menyadari bahwa dirinya sudah mampu membunuh,

ketika berubah menjadi liak. Rasa takut dan cemas baru menghantui pikiran Cathie.

Berikut kutipannya.

Page 17: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

33

“Melalui isyarat-isyarat yang kuterima di kepalaku, aku memperoleh

pemberitahuan bahwa aku harus ikut dalam suatu perkelahian bersama-sama

guruku melawan musuh yang akan segera muncul. Bila aku menolak perintah

guru liak itu, aku akan dilarang menuntut ilmu pengeliakan lebih lanjut dan

dalam jangka waktu sehari semalam segala ilmu hitam yang telah kupelajari

di sini akan lenyap tanpa bekas” (hlm.133).

“Ya, Tuhan… aku sama sekali tidak bermaksud membunuh seseorang. Aku

hanya diberitahu oleh ratu liak ngakak untuk membantu mengusir serta

menyingkirkan si bola api kuning” (hlm.135).

Tahapan tengah alur novel Liak Ngakak berakhir di sini. Jadi, tahapan tengah

alur cerita dimulai dari perkenalan Catherine Dean dengan Pusaka Mahendra. Berkat

bantuan Pusaka, Cathie bisa bertemu dan belajar ilmu hitam demi menulis bukunya

tentang ilmu hitam di Bali. Ketika Cathie sudah mampu mengubah dirinya menjadi

liak dan pikiran Cathie tidak bisa terkendali, ia mulai terhanyut dalam ilmu hitam

hingga sudah mampu membunuh.

2.2.3 Tahapan Akhir

Pada tahapan akhir, terjadi klimaks. Cathie berjanji kepada Pusaka bahwa hari ke

delapan, Cathie akan mengakhiri penelitiannya terhadap ilmu hitam. Ratu Liak juga

berjanji mengobati semua sakit yang dialami Cathie selama mempelajari ilmu hitam.

Berikut kutipannya.

“Aku telah berpikir ke arah itu, Pus. Aku sedang berpikir-pikir di titik mana

aku akan berhenti bermain-main dengan liak ini. Kini aku menyadari bahwa

waktunya sudah tiba. Maksudnya setelah…” “Setelah apa?” “Setelah si guru

liak ngakak mengobati aku nanti tengah malam” “Besok pagi aku telah

menjadi Catherine Dean seperti yang kau kenal 8 hari yang lalu” (hlm.142).

Ternyata hari ke delapan merupakan hari terakhir Pusaka dan Cathie berjumpa.

Ratu Liak yang berjanji mengobati Cathie ternyata kembali mengubah Cathie

Page 18: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

34

menjadi liak berwujud monyet putih. Sanggah cucuk sebagai sarana berubah wujud

Cathie menjadi manusia kembali terbawa oleh gulungan ombak pantai Merta Sari.

Pusaka berusaha untuk menyelamatkan sanggah cucuk dari ganasnya ombak, namun

hal itu sia-sia. Hal ini diketahui oleh Ratu Liak yang menggangap Pusaka sebagai

ancaman. Perkelahian Pusaka dengan Ratu Liak terjadi. Dengan sekuat tenaga Pusaka

berusaha menyelamatkan diri, kemudian ia menusukkan keris sakti milik kakeknya

sebagai perlindungan diri. Ratu Liak akhirnya mati di tangan Pusaka, begitu pula

Cathie yang harus mati karena dalam wujud liak, Cathie tidak bisa terkena sinar

matahari. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.

Monyet putih itu mengais-ngais pasir dengan kaki serta tangannya dengan

gelisah. Lalu ia meloncat-loncat menjauhi aku. Ia meloncat-loncat ke arah

tanah kuburan dengan maksud mencari perlindungan di antara kerimbunan

pepohonan-pepohonan. Namun maksudnya itu gagal di tengah jalan sebab ia

jatuh tertelungkup di pasir. Ia tak mampu lagi bergerak di udara terang. Dari

mulutnya terdengar jerit lengking kesakitan yang memenuhi angkasa tatkala

sinar matahari pagi menimpa punggungnya. Ia menggeliat-geliat dan

berguling-guling di pasir dalam usahanya mencoba menahan rasa sakit yang

luar biasa. Berdikit-dikit tubuhnya tampat berasap lalu memijar seperti arang!

Sekejap kemudian yang masih tampak hanyalah segumpal debu yang

diterbangkan angina (hlm.152-153).

Tahapan akhir alur berakhir tidak bahagia. Ilmu hitam memisahkan Cathie dan

Pusaka. Pusaka Mahendra kehilangan sosok Cathie yang disayanginya. Rasa

menyesal yang mendalam dialami oleh Pusaka karena tidak secara tegas melarang

Cathie mempelajari ilmu hitam.

2.3 Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu, lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-

Page 19: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

35

peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2005:216). Latar adalah

segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya

sastra (Sudjiman, 1992:48).

Nurgiyantoro (2005:217) menyatakan latar memberikan pijakan cerita secara

konkret dan jelas. Kondisi tersebut dianggap paling penting untuk memberikan kesan

realitas kepada pembaca dan menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah

sungguh-sungguh ada dan terjadi.

2.3.1 Latar Tempat

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa. Latar tempat bisa

merupakan lokasi dengan nama tertentu, atau bisa juga tempat imajinasi hasil ciptaan

pengarang.

Ada beberapa tempat yang menjadi latar cerita berlangsung. Tempat-tempat itu

memberikan deskripsi perjalanan cerita, memberikan pengaruh, dan kelangsungan

hidup bagi tokoh-tokoh cerita. Latar yang berpengaruh dalam novel Liak Ngakak,

yaitu awal pertemuan Cathie dengan Ratu liak. Lokasi terjadinya peristiwa Liak

Ngakak banyak ditempatkan di Denpasar Selatan. Sanur juga menjadi daerah

pertemuan Cathie dengan Ratu Liak untuk berlatih ilmu hitam. Hal ini terlihat pada

kutipan berikut.

“Semalam aku pergi ke Sanur, ke tanah kuburan yang kita kunjungi berdua

beberapa hari yang lalu.” Cathie membuka ceritanya, “dan di sana aku

berjumpa dengan ratu liak yang berwajah…”

“Amat menyeramkan itu,” (hlm.102).

“Menurut pengakuan Cathie yang diceritakannya padaku tadi siang di

Bedugul, ia mala mini akan menemui guru liak tersebut di tepi desa Merta

Page 20: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

36

Sari yang terletak beberapa kilometer di sebelah selatan pantai Sanur”

(hlm.111).

Latar selanjutnya adalah sebuah penginapan bernama Blumbang. Lokasi ini

merupakan tempat tinggal Cathie selama di Bali, di sinilah Cathie dan Pusaka sering

berjumpa, menghabiskan waktu bersama-sama hampir setiap hari. Hal tersebut

menyebabkan adanya ketertarikan satu sama lain. Berikut kutipannya.

Setelah menerima keterangan dari salah seorang karyawan penginapan

Blumbang, aku langsung menuju rumah nomor 18 yang terletak agak

menyudut yang ditempati Catherine Dean. Tiang berukir di teras kuketuk

beberapa kali. Segera pintu rumah terbuka dan Catherine Dean muncul

dengan senyumnya yang ramah (hlm.15—16).

Tempat wisata Bedugul yang terletak di Kabupaten Tabanan merupakan latar

selanjutnya. Di tempat wisata itulah Cathie dan Pusaka menghabiskan waktunya

untuk berlibur bersama. Pada saat itu pengarang melukiskan Bedugul masih sepi dan

merupakan tempat wisata yang sejuk, indah, dan nyaman untuk bersantai. Hal ini

terlihat pada kutipan berikut.

“Bedugul? Di mana itu?”

“Di tepi danau Beratan,” aku menjelaskan,

“suatu tempat sejuk di pegunungan” (hlm.101).

Permukaan air danau Beratan yang biru jernih seperti cermin raksasa terbelah

oleh perputaran baling-baling motor tempel Johnson yang melekat pada

buritan speed-boatku. Gulungan-gulungan air yang membuih putih di

belakangku membuat Cathie terayun-ayun di atas skinya (hlm.105).

2.3.2 Latar Waktu

Menurut Sayuti (dalam Wiyatmi, 2006:40) latar waktu berkaitan dengan masalah

waktu, jam, hari, dan historis. Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan”

Page 21: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

37

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, latar waktu dapat memberikan

perjalanan mengenai masa atau zaman terjadinya cerita. Masalah “kapan” tersebut

biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat

diartikan dengan peristiwa sejarah.

Dalam novel Liak Ngakak, latar waktu yang dilukiskan pengarang hanya berkisar

pada pagi hari, siang, dan malam. Kutipan di bawah mewakili latar waktu yang ada

dalam novel Liak Ngakak. Latar waktu ini menjelaskan bagaimana kronologi cerita

yang ada dalam novel. Latar waktu yang dominan adalah malam hari karena dalam

cerita, proses mempelajari ilmu hitam terjadi pada malam hari. Hal itu diperjelas

dengan kutipan di bawah ini.

Matahari sudah tinggi ketika aku terjaga dari tidurku yang amat lelap.

Beberapa kali aku menguap untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih

saja bertengger di kelopak mataku. Namun demikian mataku masih saja mau

terpejam kembali (hlm.80).

Aku segera keluar dari mobil lalu kembali menuju pohon kelapa bercabang

itu. Dari sana aku menyusuri jalan kecil yang menuju pantai. Menurut

pengakuan Cathie yang diceritakannya padaku tadi siang di Bedugul, ia

malam ini akan menemui guru liak tersebut di tepi desa Merta Sari yang

terletak beberapa kilo meter di sebelah selatan pantai Sanur (hlm.111).

Kutipan di atas mewakili latar waktu yang ada dalam novel Liak Ngakak, yang

menjelaskan bagaimana kronologi cerita yang ada dalam novel. Di awali dengan

usaha Pusaka untuk mencari tahu tentang Guru Liak sakti di Sanur hingga

menemukan tempat di mana Cathie sering belajar ilmu pengeliakan tersebut.

2.3.3 Latar Sosial

Page 22: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

38

Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu

tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat

mencakup berbagai masalah ruang lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa

kebiasaan hidup, adat istiadat, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan

bersikap, dan lain-lain tergolong latar spiritual. Selain itu, latar sosial juga

berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005:233-

234).

Novel Liak Ngakak memiliki latar sosial kebudayaan Bali mengenai adat istiadat

dan keyakinan yang cukup kuat. Budaya Bali yang dalam hal ini adalah ilmu

pengeliakan dibagi menjadi dua, yaitu ilmu putih (Dharma Sadhu) bersifat

mengobati, dan ilmu hitam (Aji Ugig) bersifat menyakiti.

Melalui novel Liak Ngakak pengarang menggambarkan masyarakat Bali yang

mempercayai adanya Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Pengarang melukiskan

dalam novel Liak Ngakak Pusaka Mahendra dan I Wayan Jereg menganut

kepercayaan agama Hindu. Mereka meyakini bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa

dapat melindungi manusia dari kejahatan ilmu hitam. Hal ini terdapat pada kutipan

sebagai berikut.

“Kakek kini lebih mengandalkan keyakinan kepada Ida Sang Hyang Widhi

Wasa sebagai senjata pembela diri. Kaulah kini yang mewarisi keris sakti ini.

Jangan digunakan sembarangan. Malah kalau bisa, janganlah menggunakan

keris tersebut sebab pasti akan menimbulkan korban jiwa manusia. Tidak ada

gunanya mencari permusuhan dengan liak. Tetapi seandainya liak menyerang

terlebih dahulu dengan maksud hendak membunuhmu maka bertindaklah

sebagai laki-laki jantan” (hlm.45-46).

Page 23: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

39

Novel Liak Ngakak memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi. Selain meyakini

adanya Tuhan, tokoh-tokoh dalam novel juga meyakini mantra-mantra sebagai

perlindungan diri. Pengarang menggambarkan bahwa mantra ilmu hitam dan putih

memiliki cara yang berbeda dalam cara penyampaiannya. Kutipannya sebagai

berikut.

“Apakah memang benar ada mantera-mantera penawar untuk melawan

pengaruh liak?”

“Itu pasti ada. Kalau tidak benar tentulah manusia di atas permukaan bumi ini

sudah habis ditelan liak yang tak pernah kenyang itu. Selain mantera-mantera

penawar juga ada senjata-senjata yang dapat digunakan untuk berkelahi

langsung dengan liak” (hlm.39).

“Akan kurajah kulitnya. Pada kulit tubuhnya akan kutuliskan beberapa

mantera ilmu pengeliakan.”

“Aku harus menggoreskan mantera yang sakti ini di tempat yang tersembunyi

yang tidak akan terlihat oleh manusia lain. Cepat kerjakan!” (hlm.54—55).

Pengarang juga melukiskan bukan hanya masyarakat Bali yang percaya dengan

adanya pengeliakan. Cathie, wanita Australia, yang ingin mengungkap rahasia black

magic di Bali juga mengakui bahwa ilmu hitam di Bali adalah sebuah seni yang luar

biasa dan bersifat postitif apabila dilihat dari sudut yang netral. Hal ini terlihat pada

kutipan berikut.

“Tidak ada seorang manusia Barat yang pernah mengungkapkan kehidupan

liak yang diselubungi rahasia ini. Aku adalah orang Barat pertama yang

pernah dan harus berhasil menyingkapkan seni ini” (hlm.85).

“Tidak semua bangsa di dunia sanggup menciptakan suatu seni yang setaraf

dengan seni liak ini. Jangan ditimbang dari segi untung rugi atau baik buruk

tujuannya tapi tinjaulah secara keseluruhan penciptaan ini dari sudut yang

netral.”

“Nah… jika seseorang yang menguasai ilmu pengeliakan ini sanggup

menguasai dirinya sendiri dan nafsu jahat liak-liak lainnya maka pastilah ilmu

liak ini dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia” (hlm.85—86).

Page 24: BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL LIAK NGAKAK3...19 pentingnya tokoh, dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh sentral dalam cerita, menjadi pendukung

40