bab ii adil dalam al-qur’an - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/3086/4/bab 2.pdf ·...

26
BAB II ADIL DALAM AL-QUR’AN Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang merupakan wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang dibawa oleh Malaikat Jibril dengan lafadz dan makna yang benar agar menjadi hujjah atas kerasulannya, yang menjadi pedoman bagi manusia dalam kehidupannya untuk mewujudkan keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. 1 Al-Qur’an merupakan rangkaian petunjuk bagi umat Islam menuju kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat. Al-Qur’an tidak hanya mengajarkan tentang ibadah baik hubungan seorang manusia dengan Tuhannya dan dengan manusia lainnya, tapi juga mengajarkan nilai-nilai kebenaran universal. Di sinilah salah satu letak kesempurnaan al-Qur’an. Ajarannya meliputi semua nilai kebenaran universal. Petunjuk itulah yang dikembangkan dan diikuti oleh umat Islam menuju kesempurnaan. Salah satu nilai universal yang tercakup dalam Al-Qur’an adalah nilai-nilai keadilan. Islam menganjurkan umatnya melaksanakan keadilan dalam setiap aspek kehidupan mereka. Perintah itu datang seiringan dengan sifat Allah sendiri yang Maha Adil dan mengharamkan dzat-Nya daripada melakukan kedzaliman. Dan untuk menyelamatkan manusia dari keadaan yang sesat (kufur) dan tidak melaksanakan amanah, Allah yang Maha Adil dan Maha Mengetahui memberi                                                            1 Abd al-Wahha>b Khalaf, Ilmu Us}u>l al-Fiqh Terj. Noer Iskandar al-Barsany dan Moh. Thalchah Mansoer, “Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul al-Fiqh”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 22

Upload: ngoxuyen

Post on 15-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

ADIL DALAM AL-QUR’AN

Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang merupakan wahyu Allah swt.

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang dibawa oleh Malaikat Jibril

dengan lafadz dan makna yang benar agar menjadi hujjah atas kerasulannya, yang

menjadi pedoman bagi manusia dalam kehidupannya untuk mewujudkan

keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.1

Al-Qur’an merupakan rangkaian petunjuk bagi umat Islam menuju

kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat. Al-Qur’an

tidak hanya mengajarkan tentang ibadah baik hubungan seorang manusia dengan

Tuhannya dan dengan manusia lainnya, tapi juga mengajarkan nilai-nilai

kebenaran universal. Di sinilah salah satu letak kesempurnaan al-Qur’an.

Ajarannya meliputi semua nilai kebenaran universal. Petunjuk itulah yang

dikembangkan dan diikuti oleh umat Islam menuju kesempurnaan. Salah satu

nilai universal yang tercakup dalam Al-Qur’an adalah nilai-nilai keadilan.

Islam menganjurkan umatnya melaksanakan keadilan dalam setiap aspek

kehidupan mereka. Perintah itu datang seiringan dengan sifat Allah sendiri yang

Maha Adil dan mengharamkan dzat-Nya daripada melakukan kedzaliman. Dan

untuk menyelamatkan manusia dari keadaan yang sesat (kufur) dan tidak

melaksanakan amanah, Allah yang Maha Adil dan Maha Mengetahui memberi

                                                            1Abd al-Wahha>b Khalaf, Ilmu Us}u>l al-Fiqh Terj. Noer Iskandar al-Barsany dan Moh. Thalchah Mansoer, “Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul al-Fiqh”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 22

  

20  

hidayah dengan menurunkan al-Qur’an dan mengutuskan Rasul agar mereka

dapat berlaku adil dan mempunyai ilmu untuk menghapuskan kedzaliman dan

menegakkan keadilan.

Adapun hadis yang memerintahkan untuk bersikap adil atau mendorong

untuk bersikap dengan keadilan dan menjadikannya sebagai bagian dari sifat-

sifat kaum mukmin, di antaranya:

ون اهللا يـوم القيامة على منابر من نـور عن ميني الرمحن وكلنا يديه ميني الذين يـعدل إن المقسطني عند

يف حكمهم وأهليهم وماولوا (رواه مسلم والنسائي وأمحد)

Orang-orang yang berbuat adil pada hari kiamat akan berdiri di mimbar-mimbar dari cahaya di sisi al-Rah}man, dan kedua tangan-Nya adalah kanan yaitu mereka yang berlaku adil dalam memberi putusan hukum dalam keluarga dan atas orang yang dipimpin. (diriwayatkan oleh Imam Muslim, al-Nasa>’i>, dan Ah}mad dari Ibn ‘Umar).2

اعدلوا بـني أبـنائكم اعدلوا بـني أبـنائكم (رواه النسائي)

Berlaku adillah di antara anak-anak kalian, Berlaku adillah di antara anak-anak kalian. (diriwayatkan oleh Imam al-Nasa>’i> dari Nu‘ma>n ibn Bashi>r).3

أعظم اجلهاد كلمة عدل عند سلطان جائر (رواه الرتمذي)إن من

Sesungguhnya jihad yang paling besar adalah berkata adil di depan pemimpin yang curang. (diriwayatkan oleh Imam al-Turmudhi> dari Abu> Sa‘i>d).4

                                                            2 Ima>m Abi> al-H{usayni> Muslim, S{ah}i>h} Muslim juz II (Beirut: Da>r al-Fikr, t.th), 187. 3  Jala>l al-Di>n al-Suyu>t}i>, Sunan al-Nasa>’i> bi Sharh} al-Suyu>t}i> juz V (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyyah, 1930), 262. 4 Abu> I<sa> Muh}ammad, Sunan al-Turmudhi> juz IV (Beirut: Da>r al-Fikr, t.th), 72. 

  

21  

Dalil tersebut menguatkan bahwa keadilan adalah tujuan manusia

dalam semua cakupan kepemimpinan dan pemerintahan, bagi mereka

yang memegang suatu kepemimpinan, dan juga bagi setiap muslim.

A. Adil dalam artian umum

Kata keadilan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “adil” yang

mendapat imbuhan awalan “ke” dan akhiran “an”, kata itu juga berasal

dari bahasa Arab, yakni: د لع yang bermakna: al-sawiyyah yaitu

penyamarataan (equalizing) dan kesamaan (leveling), lawan dari kata al-

z}ulm dan al-jaur (kejahatan dan penindasan).5

Kata adil juga berasal dari bahasa Inggris (justice) artinya sama,

namun dalam al-Qur’an kata adil menggunakan kata al-‘adl dan al-qist}.6

Keadilan atau kata adil mempunyai arti yang luas, dengan demikian

keadilan dapat dipahami secara logis dengan menengok ke dalam nilai

keadilan yang secara universal.

Adil dapat juga diartikan dengan memberikan sesuatu kepada

seseorang yang menjadi haknya, oleh Ibra>him Mus}t}afa> menyebutkan

dalam kitab mu‘jamnya arti adil adalah mengambil dari mereka sesuatu

yang menjadi kewajibannya.7

                                                            5 Lawis Ma’luf, al-Munjid (Beirut: tp, 1937), 491. 6 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci cet. II (Jakarta: Paramadina, 2002), 369. 7 Ibra>hi>m Mus}t}afa>, al-Mu‘jam al-Wasi>t}, (Theheran: al-Maktabah al-Ilmiyyah, 1934), 593.

  

22  

Masyarakat yang adil adalah masyarakat yang selalu berada dalam

proses menjadi lebih adil dalam distribusi kesempatan dan kekuasaan

terhadap berbagai bidang, sosial, ekonomi, dan politik. Keadilan yang

ditawarkan Islam itu obyeknya tidak terhadap golongan pemimpin saja

tetapi semua lapisan masyarakat Islam.

Para pakar ilmu berpendapat tentang makna adil, di antaranya:

1. Ali> ibn Abi> T{a>lib

Keadilan disini sebagai ins}a>f, sedangkan Ibnu ‘At}iyyah menafsirkan

keadilan dengan seluruh aqidah dan syariat yang diwajibkan dalam

menunaikan amanat, jujur, dan memberikan hak.8

2. Ibn ‘Arabi>

Keadilan adalah mendahulukan hak Allah atas kepentingan dirinya,

mementingkan ridha Allah dari dorongan nafsunya serta menjauhi yang

dilarang dan melakukan yang diperintahkan.9

3. Yusuf Qardhawi

Adil sebagai keseimbangan antar individu dengan unsur materi dan

spiritual yang dimilikinya, keseimbangan antara individu dan

masyarakat, antara suatu masyarakat dan yang lainnya.10

                                                            8  Ali Abdul Hakim Mahmud, Fikih Responsibilities Tanggung Jawab Muslim dalam Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), 239. 9 Ibid. 

  

23  

4. Aristoteles

Keadilan harus dipahami dalam pengertian kesamaan, namun ia

membuat perbedaan antara kesamaan numerik dan proposional.11

5. Murtad{a> Mut}ahhari>, Ia memandang adil dalam empat hal:

a. Adil adalah keadaan sesuatu yang seimbang.

b. Adil adalah persamaan dan meniadakan pembedaan apapun.

c. Adil adalah pemeliharaan hak-hak individu dan orang lain.

d. Adil adalah pemeliharaan hak-hak atas berlanjutnya eksistensi

dan tidak mencegah kelanjutan untuk melakukan transformasi.12

6. Sa‘i>d ibn Jubair (Theolog fiqh), ia mengartikan keadilan dalam hal:

a. al-‘adl dalam penilaian memutuskan perkara (al-h}ukm).

b. al-‘adl dalam berbicara.

c. al-‘adl dalam arti tebusan (al-fidyah).

d. al-‘adl dalam artian mempersamakan dengan Allah (al-ishra>k).13

                                                                                                                                                                   10 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), 228. 11  Kesamaan numerik adalah mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit, inilah yang sekarang biasa kita pahami tentang kesamaan dan yang kita maksudkan ketika kita mengatakan bahwa semua warga adalah sama di depan hukum. Kesamaan Proposional adalah memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya, prestasinya, dan sebagainya. Dari perbedaan dari dua kesamaan itu ia menghadirkan banyak kontroversi dan perdebatan seputar keadilan. 12 Murtadla Muthahhari, Keadilan Ilahi atas Pandangan Dunia Islam (Bandung: Mizan, 1992), 54-58.

  

24  

B. Makna Kata al-‘Adl dalam al-Qur’an

Kata ‘adl adalah bentuk masdar dari kata kerja ‘adala – ya‘dilu – ‘adlan – wa

‘udulan – wa ‘ada>latan وعدالة) -وعدوال –عدال –يـعدل Kata kerja ini berakar .(عدل –

dengan huruf-huruf ‘ain (عين), da>l (دال) dan la>m (الم).

Al-‘adl juga disebut dengan kata al-‘Ada>lah, al-‘Udu>lah, al-Ma‘dalah, al-

Mi‘dalah, al-Ta‘di>l, al-Mu‘a>dalah, al-‘Adi>l, al-I‘tida>l, al-‘Idl, dan A‘da>l. Semua

kata tersebut mengarah pada makna keadilan.14

Konsep keadilan dalam perspektif al-Qur’an dapat dilihat pada penggunaan

lafadz adil dalam berbagai bentuk dan perubahannya. Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-

Ba>qi> dalam kitab al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m, beliau

mengemukakan bahwa lafadz adil dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 28 kali

yang terdapat pada 28 ayat dalam 11 surat.15

Makna pokok kata al-‘adl adalah al-Istiwa>’ (ستواء keadaan lurus atau = اال

sama) lawan dari kata al-jaur (الجور = curang atau kedzaliman) dan al-I‘wija>j

عوجاج) menengahi = الوسط) kecenderungan atau condong), seimbang/moderat = اال

di antara dua hal), membagi (النصيب = bagian satu sama dengan yang lain).16 Jadi

                                                                                                                                                                   13 Abdul Aziz A. Sachedina, The Just Ruler in Shi’ite Islam terj. Ilyas Hasan, Kepemimpinan dalam Islam Perspektif Syi’ah (Bandung: Mizan, 1994), 202-203. 14 Muh}ammad ibn Mukrim ibn Madz}u>r al-Afri>qi>, Lisa>n al-‘Arab juz XI………, 430. Muh}ammad ibn Muh}ammad ibn ‘Abd al-Razza>q al-H{usayni>, Ta>j al-‘Aru>s juz I……….., 7307. 15 Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu‘jam al-Mufahrash li Alfa>z} al-Qur’a>n al-Kari>m (Beirut: Da>r al-Fikr, 1994), 550-551. 16 Semua arti dari kata al-‘adl diambil dari beberapa sumber kitab, di antaranya: Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya> al-Ra>zi>, Maqa>yi>s al-Lughah juz IV (Mesir: Da>r al-Kutub al-Mis}riyyah, 1906), 200-201. Ahmad Warson Munawwir. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. (Yogyakarta: Pustaka Progressif. 2002), 971-972. Muh}ammad ibn Mukrim ibn

  

25  

rangkaian huruf-huruf tersebut mengandung makna yang bertolak belakang,

yakni lurus atau sama dan bengkok atau berbeda.

Kata ‘adl di dalam al-Quran memiliki aspek dan objek yang

beragam, begitu pula subjeknya. Keragaman tersebut mengakibatkan

keragaman makna ‘adl (keadilan), di antaranya:

a. Al-‘adl dalam arti sama.

Pengertian ini yang paling banyak terdapat di dalam al-Qur’an,

antara lain pada surat al-Nisa>’ (4): 3, 58 dan 129, al-Shu>ra> (42): 15, al-

Ma>’idah (5): 8, al-Nah}l (16): 76, 90, dan al-H{ujura>t (49): 9. Kata ‘adl

dengan arti sama (persamaan) pada ayat-ayat tersebut yang dimaksud

adalah persamaan dalam hak. Misalnya ditegaskan dalam suatu firman:

)٥٨(سورة النساء: واذا حكمتم بـني الناس ان حتكموا بالعدل ..……

…………..Apabila [kamu] menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kamu menetapkan dengan adil.17 (QS. Al-Nisa>’: 58)

                                                                                                                                                                   Madz}u>r al-Afri>qi>, Lisa>n al-‘Arab juz XI (CD ROM al-Maktabah al-Sha>milah: Global Islamic Software, 1991-1997), 426-430. Muh}ammad ibn Muh}ammad ibn ‘Abd al-Razza>q al-H{usayni>, Ta>j al-‘Aru>s min Jawa>hir al-Qa>mu>s juz I (CD ROM al-Maktabah al-Sha>milah: Global Islamic Software, 1991-1997), 5031. Abu> al-‘Abba>s Ah}mad ibn Muh}ammad ibn Ali> al-Fayyu>mi> al-Muqri>, Al-Mis}ba>h{ al-Muni>r fi> Ghari>b al-Sharh} al-Kabi>r juz VI (CD ROM al-Maktabah al-Sha>milah: Global Islamic Software, 1991-1997), 66. Abu> al-Qa>sim Mah{mu>d ibn ‘Umar al-Zamakhshari> al-Khuwa>rizmi>, al-Niha>yah fi> Ghari>b al-Athar juz III (Mesir: Mus}t}afa> al-Ba>b al-H{alabi>, tth), 418. Abu> al-Qa>sim Mah{mu>d ibn ‘Umar al-Zamakhshari> al-Khuwa>rizmi>, Asas al-Bala>ghah juz I (CD ROM al-Maktabah al-Sha>milah: Global Islamic Software, 1991-1997), 302. Sayyid Qut}b, Tafsi>r fi> Z{ila>l al-Qur’a>, Jilid V, (Beirut: Da>r al-Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Arabi>. 1967), 118. 17  Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemah (Bekasi: Sukses Publishing, 2012), 88.

  

26  

Kata al-‘adl di dalam ayat ini diartikan “sama”, yang mencakup sikap dan

perlakuan hakim pada saat proses pengambilan keputusan. Yakni, menuntun

hakim untuk menetapkan pihak-pihak yang bersengketa di dalam posisi yang

sama, misalnya tempat duduk, penyebutan nama (dengan atau tanpa ada niatan

ingin mendapatkan penghormatan), kesungguhan mendengarkan, memikirkan

ucapan mereka, termasuk proses pengambilan keputusan.

Persamaan itulah yang merupakan makna asal kata ‘adl, yang menjadikan

pelakunya “tidak berpihak” kepada salah seorang yang berselisih, dan pada

dasarnya pula seorang yang ‘adil berpihak kepada yang benar, karena baik yang

benar maupun yang salah sama-sama harus memperoleh haknya. Dengan

demikian, ia melakukan sesuatu yang patut dan tidak sewenang-wenang.

Lafaz al-‘adl adalah sebuah konsep yang mengandung beberapa makna, di

antaranya, oleh al-Bayd}a>wi> yang dikutip oleh Abd. Muin Salim menyatakan

bahwa al-‘Adl bermakna al-ins}a>f wa al-sawiyyah artinya: berada di pertengahan

dan mempersamakan.18 Hal itu juga dikemukakan oleh M. Quraish Shihab.19

Sementara Sayyid Qut}b menyatakan bahwa dasar persamaan itu adalah sifat

kemanusiaan yang dimiliki oleh setiap orang.20

                                                            18 Na>s}ir al-Di>n Abu> al-Khair Abdulla>h ibn ‘Umar al-Bayd}a>wi>, Anwar al-Tanzi>l wa al-Asra>r al-Ta’wi>liyyah jilid I (Mesir: Mus}t}afa> al-Ba>b al-Halabi. 1939), 191. Abd. Muin Salim, Fiqh Siya>sah Konsep Kekuasaan Politik dalam Al-Qur’an (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1994), 213. 19  M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran Tafsir Maudlu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1998), 111. 20 Abu> Qa>sim Abu> al-H{usain ibn Muh}ammad al-Ra>ghib al-Asfaha>ni>, al-Mufrada>t fi> Ghari>b al-Qur’a>n, (Mesir: Mus}t}afa> al-Ba>b al-Halabi, 1961), 325.

  

27  

keadilan yang diperintahkan di sini dikenal oleh pakar bahasa Arab dan

bukan berarti menetapkan hukum (memutuskan perkara) berdasarkan apa yang

telah pasti di dalam agama. Dasar persamaan itu adalah sifat kemanusiaan yang

dimiliki setiap manusia. Ini berimplikasi pada persamaan hak karena mereka

sama-sama manusia. Keadilan adalah hak setiap manusia dan dengan sebab

sifatnya sebagai manusia menjadi dasar keadilan dalam ajaran Islam.

b. Al-‘adl dalam arti seimbang

Pengertian ini ditemukan di dalam Surat al-Ma>’idah (5): 95 dan al-Infit}a>r

(82): 7. Misalnya dinyatakan:

)٧(سورة اإلنفطار: الذى خلقك فسواك فـعدلك

Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. (QS. Al-Infit}a>r: 7).21

Keseimbangan ditemukan pada suatu kelompok yang di dalamnya terdapat

beragam bagian yang menuju satu tujuan tertentu, selama syarat dan kadar

tertentu terpenuhi. Dengan terhimpunnya syarat yang ditetapkan, kelompok itu

dapat bertahan dan berjalan memenuhi tujuan kehadirannya.22

Keseimbangan ini menimbulkan keyakinan bahwa Allah yang Maha

bijaksana menciptakan serta mengelola segala sesuatu dengan ukuran, kadar, dan

waktu tertentu guna mencapai tujuan. Keyakinan ini nanti mengantarkan kepada

pengertian ‘keadilan Ilahi’.

                                                            21 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah…., 588. 22 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran…………, 112. 

  

28  

c. Al-‘adl dalam arti memberikan sesuai dengan haknya (proposional).

Pengertian ini didefinisikan dengan “menempatkan sesuatu pada tempatnya”

atau “memberi pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat”. Lawannya adalah

kedzaliman, yakni pelanggaran terhadap hak pihak lain. Beberapa ulama’ tafsir

menjelaskan kata adil tersebut, di antaranya: al-Mara>ghi> memaknai adil dengan

menyampaikan hak kepada pemiliknya secara efektif.23

Oleh al-Ra>ghib al-Asfaha>ni>, beliau menyebutkan bahwa lafadz tersebut

bermakna memberi pembagian yang sama.24 Pengertian ini disebutkan di dalam

salah satu firman Allah:

ه وأوفوا الكيل والميزان لغ أشد بالقسط ال نكلف وال تـقربوا مال اليتيم إال باليت هي أحسن حىت يـبـذا قـرىب وبعهد الله أوفوا ذلكم وصاكم به لعلكم نـفسا إال وسعها وإذا قـلتم فاعدلوا ولو كان

 )١٥٢(سورة األنعام: تذكرون

Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)25 dan penuhilah janji Allah.26 Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.27 (QS. Al-An‘a>m: 152).

                                                            23 Ah}mad Mus}t}afa> al-Mara>ghi>, Tafsi>r al-Mara>ghi>, Jilid V (tt.: Da>r al-Fikr, 1974), 69. 24 Abu> Qa>sim al-Ra>ghib al-Asfaha>ni, al-Mufrada>t…………, 325. 25 Maksudnya mengatakan yang sebenarnya meskipun merugikan kerabat sendiri. 26 Maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya. 27 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah…………., 150. 

  

29  

Pengertian adil seperti ini melahirkan keadilan yang bersifat sosial sehingga

bisa menimbulkan keharmonisan, kenyamanan, dan ketentraman di kalangan

masyarakat. Tidak ada sifat cemburu antar satu dengan yang lain sehingga

tercipta masyarakat yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dengan konsep

dan praktek keadilan dalam kehidupan sehari-hari.

Makna ini menunjukkan bahwa keadilan itu melibatkan beberapa pihak,

yang terkadang saling berhadapan, yakni: dua atau lebih, masing-masing pihak

mempunyai hak yang patut perolehnya, demikian sebaliknya masing-masing

pihak mempunyai kewajiban yang harus dilakukan atau ditunaikan.

Keadilan dalam ajaran Islam tidak hanya merupakan dasar dari masyarakat

muslim yang sejati. Dalam Islam, antara keimanan dan keadilan tidak terpisah.

Orang yang imannya benar dan berfungsi dengan baik akan selalu berlaku adil

terhadap sesamanya. Hal ini tergambar dengan sangat jelas. Keadilan adalah

perbuatan yang paling dekat dengan taqwa.

Mendalamnya makna keadilan berdasarkan iman bisa dilihat dari kaitannya

dengan amanah kepada manusia untuk sesamanya. Khususnya amanat yang

berkenaan dengan kekuasaan pemerintahan yang merupakan keniscayaan demi

ketertiban tatanan hidup kita. Kekuasaan dan ketaatan adalah sesuatu yang tidak

dapat dipisahkan. Namun, kekuasaan yang patut dan harus ditaati hanyalah yang

mencerminkan rasa keadilan karena menjalankan amanat Tuhan.

  

30  

C. Term Kata al-‘Adl dalam al-Qur’an

Dalam kitab al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>dh al-Qur’a>n al-Kari>m

dan Fath} al-Rah}man li T{a>lib A<ya>t al-Qur’a>n dijelaskan bahwasanya kata

al-‘adl disebutkan dalam beberapa bentuk:28

1. Fiil Ma>d{i> Mabni> Ma‘lu>m ( عدل) dalam surat al-Infit}a>r ayat 7.

2. Fiil Mud{a>ri‘

a. S{i>ghat Mutakallim Wah}dah ( أعدل) dalam surat al-Shu>ra> ayat 15

b. S{i>ghat Mukha>tab Mufrad ( تـعدل) dalam surat al-An‘a>m ayat 70

c. Salah Satu Bentuk Af‘a>l al-Khamsah

1) S{i>ghat Mukha>tab Jama‘ (تـعــدلوا) dalam surat al-Nisa>’ ayat 3, 129,

dan 135. Surat al-Ma>’idah ayat 8.

2) S{i>ghat Gha>’ib Jama’ ( يـعــدلون) dalam surat al-An‘a>m ayat 1 dan

150. Surat al-A‘ra>f ayat 159 dan 181. Dan surat al-Naml ayat 60.

3. Fiil Amr Jama’ (اعــدلوا) dalam surat al-Ma>’idah ayat 8 dan surat al-

An‘a>m ayat 152.

                                                            28‘Alami> Za>dah Fayd{ulla>h ibn Mu>sa> al-H{asani> al-Maqdisi>, Fath} al-Rah}ma>n li T{a>lib A<ya>t al-Qur’a>n (Beiru>t: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2012), 486-487. Muh{ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu‘jam al-Mufahras………, 550-551.

  

31  

4. Isim Mas}dar ( عــدل) atau ( عــدل) dalam surat al-Baqarah ayat 48, 123,

dan 282. Surat al-Nisa>’ ayat 58. Surat al-Ma>’idah ayat 95 dan 106.

Surat al-An‘a>m ayat 70. Surat al-Nah}l ayat 76 dan 90. Surat al-

H{ujura>t ayat 9. Surat al-T{ala>q ayat 2. Sementara yang mu’rabnya

nashab ( عدال) cuma terdapat dalam surat al-An‘a>m ayat 115.

D. Sinonim Kata al-‘Adl

Al-Qur’an menggunakan pengertian yang berbeda-beda bagi kata atau istilah

yang bersangkut-paut dengan keadilan. Bahkan kata yang digunakan untuk

menampilkan sisi atau wawasan keadilan juga tidak selalu berasal dari akar kata

al-‘adl. Kata-kata sinonim yang dimaksud seperti al-qist}, al-h{ukm, al-wazn, al-

wast} dan sebagainya.29

Al-Qur’an menggunakan beberapa lafadz yang bermakna adil yang dipakai

dalam kontes kalimat yang berbeda, antara lain: lafaz ميزان , وسط , عدل , قسط atau

yang bermakna perintah Allah kepada manusia untuk berlaku adil.30 وزن

Sinonim kata “al-‘adl” adalah sebagai berikut:

1. Kata (القسط)

Kata al-qist} merupakan isim masdar dari kata ( قسوطا -يقسط –قسط ), ada juga

yang mengikuti wazan أفعل yaitu ( إقساطا –يقسط –أقسط ) yang mempunyai arti sama

                                                            29 Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir ………., 1201-1202. 30 M. Quraish Syihab. Wawasan al-Qur’an……….., 113.

  

32  

dengan kata al-‘adl. Lafaz al-qist} artinya al-‘adl (keadilan), al-I‘wija>j

(menyimpang), al-Nas}i>b (membagi), al-Mikya>l (takaran), al-Miqda>r (ukuran), al-

Qism (membagi), dan al-Mi>za>n (timbangan).31

Dalam kamus al-Munjid dijelaskan bahwa makna kata al-qist} artinya makna

distribusi, angsuran, jarak yang merata, keadilan, kejujuran, dan kewajaran.

Sementara kata taqassat}a adalah kata turunannya yang bermakna distribusi yang

merata bagi masyarakat. Sedangkan kata al-qist}a>s adalah kata turunannya

bermakna keseimbangan berat.32

Dalam kitab al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfa>dh al-Qur’a>n al-Kari>m

karya Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi> dan Fath} al-Rah}man li T{a>lib A<ya>t

al-Qur’a>n karya Ibn Mu>sa> al-Maqdisi> dijelaskan bahwasannya kata ط القس

disebutkan dalam beberapa bentuk33 dan terulang sebanyak 25 kali:

a. Af‘a>l al-Khamsah D{ami>r Mukha>tab Jama’ (تـقســـطوا) dalam surat al-

Nisa>’ ayat 3 dan surat al-Mumtah}anah ayat 8.

b. Fi’il Amr Jama’ (اقسطوا) dalam surat al-H{ujura>t ayat 9.

                                                            31 Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya> al-Ra>zi>, Maqa>yi>s al-Lughah juz V………., 7311. Abu> al-‘Abba>s Ah}mad ibn Muh}ammad ibn Ali> al-Fayyu>mi> al-Muqri>, Al-Mis}ba>h{ al-Muni>r fi> Ghari>b al-Sharh} al-Kabi>r juz VII……………, 396. Abu> Qa>sim Abu> al-H{usain ibn Muh}ammad al-Ra>ghib al-Asfaha>ni>. al-Mufrada>t ………, 403. 32 Lawis Ma’luf, al-Munjid………, 491. 33 Muh{ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu‘jam al-Mufahras…………., 653-654. ‘Alami> Za>dah Fayd{ulla>h ibn Mu>sa> al-H{asani> al-Maqdisi>, Fath} al-Rah}ma>n………..……., 598.

  

33  

c. Isim Fa>‘il D{ami>r Jama’ Thula>thi> Mujarrad ( القاســطون) dalam surat al-

Jinn ayat 14 dan 15.

d. Isim Tafd{i>l ( أقســـط) dalam surat al-Baqarah ayat 282 dan surat al-

Ah{za>b ayat 5.

e. Isim Fa>‘il D{ami>r Jama’ Thula>thi> Mazi>d Ruba>‘i> ( المقســـطني) dalam

surat al-Ma>’idah ayat 42, surat al-H{ujura>t ayat 9, dan surat al-

Mumtah{anah ayat 8.

f. Isim Mas}dar (القســط) dalam surat A<li ‘Imra>n ayat 18 dan 21, surat al-

Nisa>’ ayat 127 dan 135, surat al-Ma>’idah ayat 8 dan 42, surat al-

An‘a>m ayat 152, surat al-A‘ra>f ayat 29, surat Yu>nus ayat 4, 47, dan

54, surat Hu>d ayat 85, surat al-Anbiya>’ ayat 47, surat al-Rah{man

ayat 9 dan surat al-H{adi>d ayat 25.

2. Kata al-wazn (الوزن) atau al-mi>za>n (الميزان)

Lafadz wazn yang berarti timbangan atau menimbang, juga bermakna

seimbang, sama berat, sama jumlah, juga bermakna keseimbangan, istiqomah,

juga berarti adil.34 Dengan demikian lafadz ini bermakna alat yang digunakan

                                                            34 Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya> al-Ra>zi>, Maqa>yi>s al-Lughah juz VI ………., 81.

Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu‘jam al-Mufahras ………., 918. Abu> al-‘Abba>s Ah}mad ibn Muh}ammad ibn Ali> al-Fayyu>mi> al-Muqri>, Al-Mis}ba>h{ al-Muni>r juz X………, 334. Muh}ammad

  

34  

untuk mengukur atau norma yang digunakan untuk menetapkan keadilan. Lafadz

al-Wazn atau al-Mi>za>n dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 23 kali35 dengan

berbagai bentuknya:

a. Fiil Ma>d}i> Jama’ (وزنـوا) dalam surat al-Mut}affifi>n ayat 3, surat al-Isra>’ ayat

35, dan surat al-Shu‘ara>’ ayat 182.

b. Isim Mas}dar (وزنا/الوزن) dalam surat al-Kahfi ayat 105, surat al-A‘ra>f ayat 8,

dan surat al-Rah}man ayat 9.

c. Isim <Maf‘u>l ( موزون) dalam surat al-H{ijr ayat 19.

d. Isim Alat Mufrad (الميـزان) dalam surat al-Rah}man ayat 7, 8 dan 9, surat al-

An‘a>m ayat 152, surat al-A‘ra>f ayat 85, surat Hu>d ayat 84 dan 85, surat al-

Shu>ra> ayat 17, dan surat al-H{adi>d ayat 25.

e. Isim Alat Jama‘ (موازين/الموازين) dalam surat al-A‘ra>f ayat 9 dan 48, surat

Mu’minun ayat 102 dan 103, surat al-Anbiya>’ ayat 47, dan surat al-Qa>ri‘ah

ayat 6 dan 8.

                                                                                                                                                                   ibn Mukrim ibn Manz}u>r al-Afri>qi>, Lisa>n al-‘Arab juz XIII…………, 446. Abu> al-Qa>sim Mah{mu>d ibn ‘Umar al-Zamakhshari> al-Khuwa>rizmi>, al-Niha>yah fi> Ghari>b al-Athar juz V …………., 395. Abu> al-Qa>sim Mah{mu>d ibn ‘Umar al-Zamakhshari>, Asas al-Bala>ghah juz II ……..….., 16. 35 Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu‘jam al-Mufahras……………., 840-841. ‘Alami> Za>dah Fayd{ulla>h ibn Mu>sa> al-H{asani> al-Maqdisi>, Fath} al-Rah}ma>n…………., 764.

  

35  

3. Kata al-wast} (الوسط)

Al-Wast} adalah sikap berkeseimbangan antara dua hal ( فراط والتفريط (اإل

sehingga bisa mempraktekkan sikap adil di antara sesama, atau bisa juga disebut

sebagai sikap al-tawassut} atau sikap al-ins}a>f dalam kehidupan sehari-hari.36 Hal

ini dilakukan untuk memperolah kebenaran dan suatu keadilan. Sikap seimbang

atau moderat dapat dicontohkan seperti antara boros dan pelit, berarti kita harus

bersikap hemat dalam membelanjakan uang.37 Lafadz al-wast} diulang sebanyak 5

kali38 dengan berbagai bentuknya:

a. Fiil Ma>d{i> Mabni> Ma‘lu>m yang bertemu dengan Nun Niswah ( وسطن) dalam

surat al-‘A<diya>t ayat 5.

b. Isim Masdar yang menjadi Kata Sifat (وسطا) dalam surat al-Baqarah ayat

143.

c. Isim Tafd}i>l (أوسط) dalam surat al-Ma>’idah ayat 89, dan al-Qalam ayat 28.

d. S{i>ghat Muba>laghah (الوسطى) dalam surat al-Baqarah ayat 238.

                                                            36 Abu> al-‘Abba>s Ah}mad ibn Muh}ammad ibn Ali> al-Fayyu>mi>, Al-Mis}ba>h{ al-Muni>r juz X …, 340.

Muh}ammad ibn Mukrim ibn Manz}u>r al-Afri>qi>, Lisa>n al-‘Arab juz VII …….., 426. Muh}ammad ibn Muh}ammad ibn ‘Abd al-Razza>q al-H{usayni>, Ta>j al-‘Aru>s juz I ………, 5031. Abu> al-Qa>sim Mah{mu>d ibn ‘Umar al-Zamakhshari> al-Khuwa>rizmi>, al-Niha>yah juz V …......., 399. Abu> al-H{usain Ah}mad ibn Fa>ris ibn Zakariyya> ibn H{abi>b al-Ra>zi>, Maqa>yi>s al-Lughah juz VI ………, 82. Abu> al-Qa>sim Mah{mu>d ibn ‘Umar al-Zamakhshari>, Asas al-Bala>ghah juz II ……..….., 16. 37 Ada sebagian pendapat yang mengatakan kalau sikap tawassut} ini bisa dipraktekkan dari sikap antara yang baik dan yang buruk. Atau bisa juga melerai antara dua orang yang saling bermusuhan. 38  Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu‘jam al-Mufahras……………., 841. ‘Alami> Za>dah Fayd{ulla>h ibn Mu>sa> al-H{asani> al-Maqdisi>, Fath} al-Rah}ma>n…………………., 764.

  

36  

Untuk sinonim lain, seperti kata al-H{ukm, al-Nis}f/al-Ins{a>f dan al-

Nas{i>b lebih mengarah kepada makna yang tersirat karena arti adil bisa

diketahui melalui tafsir dan makna secara keseluruhan ayat yang dibahas.

Kata al-h}ukm sebenarnya memiliki makna bijaksana, akan tetapi

arah pembahasan dalam beberapa ayat mengarah kepada makna keadilan.

Munculnya sikap bijaksana tersebut akan melahirkan sikap keadilan yang

bertujuan untuk menjadikan masyarakat menjadi aman dan tentram.39

Begitu juga kata al-nis}f yang makna aslinya adalah setengah atau

separoh, dalam tafsiran ayat bisa dipahami kalau sikap tersebut

merupakan praktek atau implikasi dari kata al-‘adl. Dari makna tersebut

bisa dipahami kalau adil yang dimaksud pada kata al-nis}f bermakna

setengah, menyamakan satu dengan yang lain.40

Untuk kata al-nas}i>b itu makna dasarnya adalah bagian, di sini

membagi sesuatu dengan sikap adil, bisa menyamakan atau memberikan

sesuai haknya (dalam kata lain tidak menyamakan satu dengan yang

lain). Sifat seperti ini biasanya merupakan implikasi dari sifat peduli

terhadap orang lain dalam aspek sosial.

                                                            39 Kata al-H{ukm beserta derivasinya bisa dilihat selengkapnya di Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu‘jam al-Mufahras……………., 260-264. ‘Alami> Za>dah Fayd{ulla>h ibn Mu>sa> al-H{asani> al-Maqdisi>, Fath} al-Rah}ma>n…………………., 200-203. 40 Kata al-Nis}f atau al-Ins}a>f bisa dilihat selengkapnya di Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu‘jam al-Mufahras……………., 798. ‘Alami> Za>dah Fayd{ulla>h ibn Mu>sa> al-H{asani> al-Maqdisi>, Fath} al-Rah}ma>n………...…., 718. Untuk ayat-ayat yang mengandung kata al-Nis}f di antaranya surat al-Baqarah: 237, surat al-Nisa>’: 11, 12, 25, dan 176. Surat al-Muzammil: 3, dan 20.

  

37  

Sikap membagi seperti inilah merupakan implikasi dari sifat al-‘adl.

Dari makna tersebut bisa dipahami kalau adil di sini mengarah kepada

memberikan sesuatu sesuai dengan haknya.41

Dari keterangan term tersebut, bisa dijelaskan perbedaan antara kata

al-‘adl dengan kata yang lainnya, semua kata tersebut mengarah kepada

arti yang sama, akan tetapi dalam ilmu bahasa terdapat perbedaan.

Dalam kitab al-Furu>q al-Lughawiyah dijelaskan bahwa

perbedaannya:

a. Perbedaan kata al-‘Adl dengan kata al-Qist}

Yaitu kata al-‘Adl adalah sikap adil yang sifatnya samar. Seperti

memutuskan hukum dan sebagainya. Sementara kata al-Qist} adalah sikap

adil yang sifatnya jelas. Seperti timbangan, takaran dan sebagainya.42

b. Perbedaan kata al-‘Adl dengan kata al-H{asan

Yaitu kata al-‘Adl adalah selalu mengambil sisi manfaat dan bahaya

dari sikap yang dilakukan. Sementara kata al-H{asan adalah berbuat baik

tetapi tidak tergantung pada manfaat atau bahaya dari sikap tersebut.43

                                                            41 Untuk ayat-ayat yang mengandung kata al-Nas}i>b di antaranya surat al-Baqarah: 202, al-Nisa>’: 7 (2x), 32, 33, 44, 48, 51, 53, 85, dan 141. Surat A<li ‘Imra>n: 23, surat al-An‘a>m: 136, surat al-A‘ra>f: 37, surat al-Shu>ra>: 20, surat al-Nah}l: 56, surat Fus}s}ilat: 47, surat al-Qas}as}: 77, surat Hu>d: 109, dan surat al-Gha>thiyah: 3. Kata al-Nas}i>b bisa dilihat selengkapnya di Muh}ammad Fu’a>d ‘Abd al-Ba>qi>, al-Mu‘jam al-Mufahras……………., 795-796. ‘Alami> Za>dah Fayd{ulla>h ibn Mu>sa> al-H{asani> al-Maqdisi>, Fath} al-Rah}ma>n……………..., 714-715.  42 Abu> Hila>l al-‘Askari>, Mu‘jam al-Furu>q al-Lughawiyah juz I No. 1720…….., 428. 43 Ibid., 188. No. 745.

  

38  

c. Perbedaan kata al-‘Adl dengan kata al-Wazn

Yaitu kata al-‘Adl adalah adil dalam semua hal. Sementara kata al-

Wazn adalah adil dalam timbangan.

d. Perbedaan kata al-‘Adl dengan kata al-Fida>’

Yaitu al-‘Adl bermakna Persamaan, memberikan sesuai dengan apa

yang diberikan, tidak menambah atau mengurangi barang. Sementara

kata al-Fida>’ adalah mengganti sesuatu untuk keadaan tertentu sebagai

tebusan, baik nilainya sama maupun kurang dari barang tersebut.44

e. Perbedaan kata al-‘Adl dengan kata al-Ins}a>f

Yaitu kata al-‘Adl adalah sikap adil dengan cara membagi, akan

tetapi tidak bisa dilihat oleh panca indra. Sementara kata al-Ins}a>f adalah

sikap adil dengan cara membagi menjadi dua bagian yang sama

(setengah-setengah) sehingga bisa diberikan dalam bentuk barang.45

f. Perbedaan kata al-‘Adl dengan kata al-Mithl

Yaitu kata al-‘Adl adalah memutuskan hukum sesuai dengan haknya,

msekipun benda atau dzatnya berbeda. Sementara kata al-Mithl adalah

memberikan sesuatu dengan cara menyamakan sesuatu dari benda atau dzatnya.46

                                                            44 Abu> Hila>l al-‘Askari>, Mu‘jam al-Furu>q al-Lughawiyah juz I No. 1596 (tt: Mu’assasah al-Nashr al-Isla>mi>, 2000), 399. 45 Ibid., 80. No. 317. 46 Ibid., 353-354. No. 1424.

  

39  

g. Perbedaan kata al-Ins}a>f dengan kata al-Wast

Yaitu kata al-Ins}a>f adalah membagi sesuatu menjadi dua bagian

yang sama. Sementara kata al-Wast} adalah menengahi sesuatu yang

mempunyai ujung, atau antara dua kosa kata yang berlawanan. Contoh:

antara tinggi dan pendek (yang dimaksud adalah “sedang”).47

h. Perbedaan kata al-Nas}i>b dengan kata al-Qist

Yaitu kata al-Nas}i>b adalah membagi sesuatu, bisa berbuat adil,

curang, mengurangi, menambah, dan sebagainya. Sementara kata al-Qist}

adalah membagi sesuatu sesuai dengan yang berhak mendapatkannya.48

E. Sisi Keadilan dalam Ajaran Islam

Sikap adil dalam syariat Islam dapat kita lihat dalam setiap sendi

ajarannya, baik secara teoritis maupun aplikatif, tarbawi> (pendidikan)

maupun tashri>‘i> (peraturan). Islam sangat moderat dalam bidang aqidah,

pemahaman, ibadah, ritual, akhlak, adab, hukum dan peraturan.

a. Aqidah

Dalam bidang aqidah, Islam merupakan konsep adil antara kaum yang

mempercayai semua kekuatan sebagai Tuhan dan kaum yang tidak \mempercayai

kecuali yang tertangkap alat inderanya saja. Pandangannya tentang manusia

adalah pandangan moderat antara mereka yang mempertuhankan manusia

                                                            47 Abu> Hila>l al-‘Askari>, Mu‘jam al-Furu>q No/ 2310……….., 572. 48 Ibid., 541. No. 2179.

  

40  

(menganggap bisa melakukan apa saja semaunya) dan mereka yang menganggap

manusia sebagai wayang yang tidak berdaya apa-apa. Islam memandang manusia

sebagi makhluk hamba Allah yang bertanggung jawab.

b. Ibadah

Islam membuat keseimbangan ibadah bagi umatnya antara

kebutuhan ukhrawi dan kebutuhan duniawi. Pemeluk Islam yang baik

bukanlah yang menghabiskan waktunya hanya untuk ibadah ritual tanpa

memperhatikan bagian duniawinya, atau yang hanya memeperhatikan

duniawi tanpa memberikan porsi ukhrawi. Contoh: dalam hari juma’t,

ada perintah untuk shalat juma’h, larangan melakukan perdagangan pada

waktu itu, tetapi kemudian disusul perintah mencari rizki begitu usai

shalat jum’at. seperti firman Allah swt:

ر الذين آمنوا إذا نودي للصالة من يـوم اجلمعة فاسعوا إىل ذكر الله وذروا البـيع ذلك يا أيـها م خيـه واذكروا الله فإذا قضيت الصالة فانـتشروا يف األرض وابـتـغوا من فضل الل ۞ إن كنتم تـعلمون لكم )١٠-٩سورة اجلمعة: ( ۞ريا لعلكم تـفلحون كث

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.49 Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (9). Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (10). (QS. Al-Jumu’ah: 10).50

                                                            49 Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di hari Jum'at, maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakan semua pekerjaannya. 50 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah……….., 555.

  

41  

c. Akhlak

Pandangan normatif Islam terhadap manusia adalah pertengahan antara

mereka yang idealis memandang manusia harus berada dalam kondisi prima,

tidak boleh salah sebagaimana malaikat, dan mereka yang menganggap manusia

sebagai makhluk hidup (hewan) yang bebas melakukan apa saja yang disukai,

tanpa ada norma yang mengikatnya.

Islam memandang manusia sebagai makhluk yang berpotensi salah

sebagaimana ia berpotensi benar. Seperti dalam firman Allah swt:

۞وقد خاب من دساها ۞قد أفـلح من زكاها ۞ها فأهلمها فجورها وتـقوا ۞ونـفس وما سواها )١٠- ٧(سورة الشمس:

Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-Nya (7). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (8). Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (9). Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (10). (QS. Al-Shams: 7-10).51

Dalam memandang dunia, Islam memiliki sikap moderat antara yang

menganggapnya segala-galanya dengan mereka yang menganggap dunia sebagai

keburukan yang harus dijauhi. Islam memandang dunia sebagai ladang akhirat,

Islam menuntun manusia pada kebaikan dunia dan akhirat.

                                                            51 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an DEPAG RI, al-Qur’an dan Terjemah………..,, 596.

  

42  

d. Tashri>‘ (peraturan)

Dalam urusan keluarga, Islam adalah pertengahan antara mereka yang

melarang nikah sama sekali (seperti dalam kerahiban nasrani) dan mereka yang

memperbolehkan nikah tanpa batas (jahiliyyah), begitu juga dengan perceraian,

antara mereka yang melarang cerai sama sekali (seperti nasrani), dan yang

memperbolehkan perceraian tanpa batas.

Dalam kepemilikan, konsep Islam adalah pertengahan antara mereka yang

menafikan milik pribadi (sosialis) dan yan]\g menafikan milik sosial/memanjakan

milik pribadi (kapitalis). Islam mengakui milik pribadi, tetapi mewajibkan

adanya hak sosial dalam setiap kepemilikan pribadi.

Di antara sifat-sifat orang yang dapat berlaku adil di antaranya adalah

mempunyai iman yang kokoh dan bertakwa kepada Allah, menguasai ilmu

syariat dan ilmu ‘aqliyyah, melaksanakan amanah dengan penuh tanggung jawab,

dan Ikhlas dan bertawakkal kepada Allah, serta berperibadi mulia.52

Adapun keadilan dan kedzaliman muncul karena beberapa faktor, yaitu:

1) Kondisi orang tersebut pada saat itu.

2) Luas dan sempitnya pengetahuan yang dimiliki.

                                                            52 Seperti: tidak mementingkan diri sendiri, berperikemanusiaan dan belas Ihsan, Bijak dan tegas, dan berani menghadapi resiko 

  

43  

3) Adanya pengaruh dari luar (extern).53

4) Latar belakang cinta dan benci.54

5) Terdorong oleh kepentingan sendiri55 atau golongan.

F. Hikmah Adil dalam Kehidupan Bermasyarakat

Konsep keadilan memiliki hikmah yang cukup dalam dan luas, apabila

dicermati dan dianalisis, bahwa apa yang ditetapkan Allah swt punya makna dan

hikmah, apalagi jika perintah tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari

oleh semua komponen masyarakat. Konsep keadilan merupakan sesuatu yang

tidak hanya menjadi sebuah konsep atau wacana yang ideal, tetapi harus

dibumikan dalam kehidupan sehari-hari.

Secara garis besar hikmah atau manfaat yang dapat diambil di antaranya:

1. Menyuburkan ketaqwaan terhadap Allah SWT.56

2. Mengharmoniskan hubungan di antara masyarakat.

3. Memperkuat persaudaraan dan memperkokoh persatuan umat dan

masyarakat.

                                                            53Adanya pandangan yang menyenangkan, keindahan pakaian, kewibawaan, kepasihan pembicaraan dan sebagainya dapat mempengaruhi seseorang berat sebelah dalam tindakannya. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat menyilaukan perasaan sehingga langkahnya tidak obyektif. 54 Barang siapa yang mencintai seseorang, biasanya ia berlaku berat sebelah kepadanya. Misalnya orang tua yang karena cinta kepada anak-anaknya, maka sekalipun anaknya salah, anak itu dibelanya. Demikian pula kebencian kepada seseorang, menimbulkan satu sikap yang tidak lagi melihat kebaikan orang itu, tetapi hanya menonjolkan kesalahannya. 55 kerena perasaan egois dan individualis, maka keuntungan pribadi yang terbayang menyebabkan seseorang berat sebelah, curang dan culas. 56 Sesuai dengan surat al-Ma>’idah ayat 8.

  

44  

4. Menciptakan kedamaian hidup.

5. Menjauhkan masyarakat dari sifat-sifat diskriminatif yang dapat

menimbulkan konflik internal dan eksternal dalam masyarakat.

6. Menunjukkan nilai khairiyyah (kebaikan).

7. Lebih menjamin keadaan istiqa>mah (lurus) dan terhindar dari

penyimpangan.

8. Menjadi arah dan cita-cita sebuah masyarakat dan bangsa.

9. Dicintai Allah SWT.57

10. Mendapat balasan yang utama di akhirat nanti.

Konsep keadilan dalam Al-Qur’an dan hadis memposisikan diri

secara jelas tanpa kompromi dan deskriminasi, kita diperintahkan

semaksimal mungkin untuk selalu obyektif terhadap keputusan yang

akan diambil. Menghindari sikap sentimen kesukuan, kebencian dalam

memutuskan suatu perkara sehingga dapat bersikap adil.

Hal ini bisa tercipta agar setiap individu dapat mewujudkan

keadilan dalam arti tidak berbuat sesuatu yang merugikan orang lain,

selalu berusaha untuk mewujudkan dan merealisasikan hak orang lain

yang sekaligus merupakan kewajiban dirinya terhadap orang lain serta

mendapat ridla dan cinta dari Allah SWT.

                                                            57 Sesuai dengan surat al-Nah}l: 90.