bab ii a. tinjauan tentang mahasiswa 1. mahasiswa secara...

45
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Pengertian Mahasiswa Mahasiswa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kelompok masyarakat yang dapat mengenyam pendidikan formal tingkat tinggi. Yahya Ganda (1987 : 10) mengatakan bahwa “mahasiswa diartikan sebagai pelajar yang menimba ilmu pengetahuan tinggi, dimana pada tingkat ini mereka dianggap memiliki kematangan fisik dan perkembangan pemikiran yang luas, sehingga dengan nilai lebih tersebut mereka dapat memiliki kesadaran untuk menentukan sikap dirinya serta mampu bertanggungjawab terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam wacana ilmiah”. A.M. Fatwa dalam Syaifullah Syam (2005 : 374) mengemukakan bahwa mahasiswa merupakan kelompok generasi muda yang mempunyai peran strategis dalam kancah pembangunan bangsa, karena mahasiswa merupakan sumber kekuatan moral (moral force) bagi bangsa Indonesia. Artinya, bahwa mahasiswa merupakan bagian integral dari masyarakat yang dengan seleksi tertentu sehingga dapat mengenyam pendidikan formal tingkat tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang Perguruan Tinggi disebutkan bahwa “mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar pada perguruan tinggi”. Sedangkan dalam Statuta Universitas

Upload: docong

Post on 02-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kelompok

masyarakat yang dapat mengenyam pendidikan formal tingkat tinggi. Yahya

Ganda (1987 : 10) mengatakan bahwa “mahasiswa diartikan sebagai pelajar

yang menimba ilmu pengetahuan tinggi, dimana pada tingkat ini mereka

dianggap memiliki kematangan fisik dan perkembangan pemikiran yang luas,

sehingga dengan nilai lebih tersebut mereka dapat memiliki kesadaran untuk

menentukan sikap dirinya serta mampu bertanggungjawab terhadap sikap dan

tingkah lakunya dalam wacana ilmiah”.

A.M. Fatwa dalam Syaifullah Syam (2005 : 374) mengemukakan

bahwa mahasiswa merupakan kelompok generasi muda yang mempunyai

peran strategis dalam kancah pembangunan bangsa, karena mahasiswa

merupakan sumber kekuatan moral (moral force) bagi bangsa Indonesia.

Artinya, bahwa mahasiswa merupakan bagian integral dari masyarakat yang

dengan seleksi tertentu sehingga dapat mengenyam pendidikan formal tingkat

tinggi.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 Tentang

Perguruan Tinggi disebutkan bahwa “mahasiswa merupakan peserta didik

yang terdaftar pada perguruan tinggi”. Sedangkan dalam Statuta Universitas

Page 2: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

15

Pendidikan Indonesia dikatakan bahwa “mahasiswa adalah seseorang yang

telah memenuhi persyaratan masuk dan memenuhi kewajiban administrasi”.

Mahasiswa berhak untuk mengikuti kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler

serta memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai dengan ketentuan dan

perundang-undangan yang berlaku. Tujuan mahasiswa menurut Yahya Ganda

(1987 : 1) ialah untuk “mencapai dan meraih taraf keilmuan yang matang,

menguasai sesuatu ilmu, serta memiliki wawasan ilmiah yang luas, sehingga

mampu bersikap dan bertindak ilmiah dalam segala dalam segala hal yang

berkaitan dengan dengan keilmuannya untuk diabdikan kepada masyarakatnya

dan umat manusia”.

Andito (2005) mengatakan bahwa mahasiswa merupakan kelas sosial

di masyarakat yang mempunyai konotasi religiusitas, moralitas, intelektualitas

dan humanitas. Mahasiswa menghubungkan dimensi ketuhanan (maha) dan

kemahlukan (siswa). Kata “maha” identik dengan makna kemutlakan,

kebenaran absolut. Sedangkan kata “siswa” merupakan sosok pembelajar yang

senantiasa bergerak/dinamis (karena memang mahasiswa sebagai manusia

merupakan mahluk material yang akan terus bergerak).

Mahasiswa merupakan bagian integral dari masyarakat yang

merupakan perwujudan fase dari kehidupan manusia yang telah mencapai

kesadaran akan tugas sejarah dan kemanusiaannya. Secara historis bahwa

mahasiswa merupakan “sumber kepemimpinan” dan secara sosiologis bahwa

mahasiswa merupakan usia muda, idealis serta ilmiah. Soe Hok Gie (2005 :

130) menyatakan bahwa mahasiswa merupakan “the happy selected few”

Page 3: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

16

yang dapat kuliah dan karena itu mereka harus juga menyadari dan melibatkan

diri dalam perjuangan bangsanya.

Karena kesempatan mendapatkan ilmu pengetahuan yang lebih

banyak ketimbang masyarakat lainnya, maka mahasiswa pula sering

diidentikan sebagai cendekiawan yang harus senantiasa memahami kehidupan

bangsa dan negaranya. Karenanya, Apudin (2005 : 8) menyatakan bahwa

mahasiswa merupakan kaum menengah yang tercerahkan, sebagai kaum

cendekiawan dan intelektual muda yang memiliki kecenderungan sebagai

seorang pemimpin yang mapan dan bila dalam suatu realitas sosial selalu

menjadi pembaharu. Karena dari catatan sejarah bangsa, mahasiswa banyak

mengukir tinta dalam perjalanan bangsa Indonesia. Mulai dari 1908, 1928,

1945, 1966 hingga momentum reformasi 1998.

2. Aktivis Mahasiswa

Aktivis mahasiswa merupakan mahasiswa yang melibatkan dirinya

kedalam kegiatan dan dinamika organisasi kemahasiswaan. Aktivis

mahasiswa pula sering dikonotasikan sebagai pembaharu, karena banyak

terlibat dalam penyikapan wacana kemasyarakatan. Biasanya mereka terlibat

dalam penanaman intelektual serta pergerakan mahasiswa. Dalam konteks

Indonesia, para aktivis dan pergerakan mahasiswa banyak mewarnai lembar

perjalanan bangsa.

Dalam kamus ilmiah popular (Burhani dan Hasbi Lawrens, tt : 18)

dikatakan bahwa aktivis ialah orang yang aktif (menjadi anggota) suatu

Page 4: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

17

organisasi. Sehingga dalam konteks aktivis mahasiswa, penulis dapat

menyimpulkan bahwa aktivis mahasiswa ialah para mahasiswa yang

melibatkan dirinya dalam kegiatan berorganisasi melalui sebuah wadah yang

bernama organisasi mahasiswa.

Gerakan-gerakan tersebut mempunyai tujuan yang didasarkan pada

kehendak untuk merubah kondisi bangsa. Mulai ketika peiode 1966 (yang

menjadi isu sentral ialah kedaulatan rakyat dan perbaikan ekonomi hingga

kepada reformasi 1998 yang bertujuan untuk merubah tatanan kehidupan

kebangsaan.

Analisa gerakan aktivis mahasiswa tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut :

Tabel 2.1. Analisa Gerakan Aktivis Mahasiswa 1966 - 1998

1966 1974 1978 1989 1998

Visi Kedaulatan rakyat

Kedaulatan rakyat

Kedaulatan rakyat

Kedaulatan rakyat

Kedaulatan rakyat

Sasaran strategis

Pimpinan nasional

Strategi pembangunan

Pimpinan nasional

Perubahan struktural

Pimpinan nasional dan perubahan struktural

Organisasi

Ekstrakulikuler (KAMI dan Organisasi Pemuda)

Dewan Mahasiswa

Dewan Mahasiswa

Komite Solidaritas Mahasiswa, Buruh dan Petani, Kelas Menengah

Jaringan Organisasi Mahasiswa Formal dan Informal

Aliansi strategis

Angkatan Darat

Intelektual dan Politisi Oposisi

Intelektual dan Politisi Oposisi

Buruh, Petani, Intelektual dan Kelas Menengah

Intelektual, Kaum Miskin Kota, Kelas Menengah Dan Profesional

Page 5: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

18

Kondisi politik

Friksi tajam antara Soekarno, Angkatan Darat dan PKI

Friksi tajam antara Jenderal Soemitro dan Aspri Soeharto

Friksi politik relatif kecil

Friksi politik relatif kecil

Friksi tajam Soeharto vs 14 menteri, Jenderal Wiranto vs Letjen Prabowo S

Kondisi ekonomi

Inflasi sekitar 600 %

Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi

Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi

Pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 %

Depresiasi 708 % dan inflasi 82,4 %

Hasil Soekarno digulingkan, PKI dibubarkan

Soeharto tetap berkuasa, perbaikan pada kebijakan ekonomi

Soeharto tetap berkuasa, tidak ada perbaikan kebijakan signifikan

Soeharto tetap berkuasa, tidak ada perbaikan kebijakan signifikan

Soeharto dan Habibie digulingkan, demarkasi politik tidak berjalan dan revolusi mahasiswa belum selesai

Sumber : Komisariat GmnI FPIPS UPI

Gerakan mahasiswa merupakan gerakan politik yang menjungjung

tinggi moralitas. Gerakan mahasiswa bukanlah gerakan politik partisan untuk

ikut merengkuh kekuasaan. Gerakan mahasiswa merupakan pengkritik atau

oposan kekuasaan atau perilaku yang menindas. Aktivis mahasiswa (gerakan

mahasiswa) laksana seorang koboi yang datang dari horizon yang jauh, yang

memasuki kota untuk membaasmi bandit dan setelah itu pergi lagi ke horizon

yang jauh.

Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan secara hierarkis-piramid,

mahasiswa memiliki posisi berada diantara kelas pemerintah dan kelas

masyarakat. Maka, dengan jelas tersebutkan bahwa tugas dan peran

mahasiswa ialah sebagai kelompok kritis dan pembaharu untuk bergerak

Page 6: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

19

bersama-sama masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap segala

bentuk kebijakan pemerintah yang sewenang-wenang. Ungkapan tersebut

nampaknya bukan isapan jempol semata. Karena, seperti analisis A.M Fatwa

dalam Syaifullah Syam (2005 : 374) mengenai peran mahasiswa dalam

kehidupan sosial yang menyatakan bahwa :

1. Mahasiswa telah mengalami proses pendidikan dan sosialisasi politik, sehingga mengetahui dan memahami serta meresapi persoalan-persoalan di masyarakat.

2. Mahasiswa merupakan kelompok masyarakat terdidik yang penuh dengan jiwa idealisme dan berhati nurani. Ia dapat menilai keadaan empirik dengan berpatokan kepada nilai-nilai idealita, yang dalam banyak kasus seringkali tidak sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Hal ini menyentuh nilai-nilai idealisme mahasiswa.

3. Mahasiswa mempunyai nyali dan keberanian luar biasa dalam melakukan perubahan-perubahan sosial menurut idealisme yang mereka miliki.

Aktivis mahasiswa identik dengan pergerakan dan lembaga

(organisasi) kemahasiswaan. Namun, ada yang menarik untuk dicermati dari

gerakan mahasiswa. Bahwa gerakan mahasiswa bukan gerakan politik untuk

merebut suatu kekuasaan. Tetapi gerakan mahasiswa ialah gerakan moral

untuk penekan suatu rezim yang berkuasa.

Hal itu dilontarkan oleh Arief Budiman dalam Enin Supriyanto

(1999 : xi) bahwa :

Mahasiswa bukan kelompok politik yang berusaha meraih kursi kekuasaan. Melainkan suatu kekuatan moral (moral force) untuk memainkan peran bagi pencapaian cita-cita negara. Tugas mahasiswa aadalah melakukan kritik terhadap keadaan sosial yang kacau. Bila penguasa melakukan penyelewengan, mahasiswa harus melancarkan kritik sosial dan turun dari universitas. Tugas ini mirip sebagai intelektual resi dalam konsepsi kekuasaan di lingkungan budaya feodal-kolonial Jawa.

Page 7: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

20

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa gerakan mahasiswa tidak

bertujuan untuk mengambil atau menduduki jabatan politik tertentu. Tetapi

secara politik gerakan mahasiswa menjadi sebuah penekan bagi kebijakan-

kebijakan publik yang dibentuk dan dikeluarkan oleh pemerintah. Gerakan

mahasiswa tidak perlu dibedakan menjadi gerakan moral atau gerakan politik.

Tetapi secara jelas bahwa gerakan mahasiswa sebagai kekuatan moral untuk

menekan segala kebijakan pemerintah.

B. Tinjauan Tentang Negara-Bangsa

Konsep negara-bangsa mengandung dua makna yang saling

berkaitan. Pertama, negara sebagai kesatuan politis, dan yang kedua ialah

bangsa sebagai kesatuan yang sifatnya menonjolkan kehendak bersama serta

hidup dalam sebuah persekutuan yang majemuk dan memiliki wilayah yang

menjadi pijakan serta tempat untuk hidup bersama. Sistem negara-bangsa pada

umumnya dikaitkan dengan Piagam Westphalia 1648. Piagam Westphalia

merupakan perjanjian yang digunakan untuk mengakhiri perang yang terjadi

di Eropa. Hal tersebut menekankan bahwa setiap setiap suku bangsa berhak

memiliki negaranya sendiri serta menghilangkan batas-batas etnogeografis dan

menonjolkan batas-batas politik.

Sebuah negara-bangsa dibangun atas dasar kesamaan nasib dan

teleologi kebaikan bersama (common good). Konsepsi negara-bangsa

memiliki karakter/azas common sense, kepentingan nasional berada diataas

kepentingan golongan maupun individu. Negara-bangsa didasarkan atas

Page 8: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

21

nasionalisme tanpa harus menghilangkan identitas dan jati dirinya sebagai

bangsa.

Nurcholish Madjid (2003 : 42) mengatakan bahwa Negara-bangsa

adalah negara untuk seluruh ummat yang didirikan berdasarkan kesepakatan

bersama yang menghasilkan hubungan kontraktual dan transaksional terbuka

antara pihak-pihak yang mengadakan kesepakatan itu. Tujuan negara-bangsa

adalah mewujudkan maslahat umum, yakni kebaikan yang meliputi seluruh

warga negara tanpa kecuali. Negara-bangsa berbeda dari negara kerajaan yang

terbentuk tidak berdasarkan kontrak sosial dan transaksi terbuka. Tetapi

karena kepeloporan seorang tokoh kuat yang dominan.

Negara-bangsa juga menggabungkan pemikiran tentang kesamaan

kehendak dan persatuan orang dan tempat dari suatu bangsa. Hal ini sejalan

juga dengan yang dikemukakan oleh Soekarno (Susilo Bambang Yudhoyono,

2004 : 11), bahwa Nationale Staat Indonesia berdiri di atas satu kesatuan bumi

Indonesia dari ujung Sumatera sampai ke Irian. Indonesia dapat dikatakan

sebagai sebuah negara-bangsa. Karena terdiri dari kemajemukan suku bangsa

yang dibingkai dalam kesatuan dan persatuan.

Hal ini dapat tercermin dalam Risalah Sidang Badan Penyelidik

Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Sekretariat Negara Republik Indonesia,

1998) bahwa : “Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara

kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang

pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan -atau nasionalisme-

Page 9: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

22

yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di

bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-

beda agama, ras, etnik atau golongannya”.

Terbentuknya negara-bangsa, tidak dapat dilepaskan dari

terbentuknya sikap dan jiwa nasionalisme sebuah bangsa. Nasionalisme

tersebut kemudian menjadi bingkai pemersatu dari kemajemukan yang ada.

Hal seperti itu dapat juga kita saksikan dalam hal terbentuknya negara-bangsa

Indonesia. Karena, munculnya nasionalisme didorong oleh faktor sejarah,

yang secara ideologis merupakan kristalisasi kesadaran berbangsa dan

bernegara. Pada awalnya, nasionalisme tumbuh dan berkembang ketika ada

peluang pembuka jalan bagi pembentukan sebuah negara dan bangsa.

Nasionalisme inilah yang sesungguhnya secara efektif mentransformasikan

komunitas tradisional menjadi sebuah komunitas modern berbentuk negara-

bangsa atau nation state.

C. Tinjauan Tentang Tantangan Disintegrasi Bangsa, Modernisasi dan

Globalisasi Negara-Bangsa Indonesia

1. Disintegrasi Bangsa

Negara-bangsa Indonesia merupakan sebuah entitas yang berdiri di

atas kemajemukan. Sebenarnya, kemajemukan tersebut menjadi salah satu

faktor yang kemudian menyebabkan terbentuknya negara-bangsa Indonesia.

Kemajemukan masyarakat Indonesia terlihat seperti yang dinyatakan oleh

Furnivall (Nasikun, 2006 : 35), bahwa “masyarakat Indonesia merupakan

masyarakat majemuk (plural society), yakni suatu masyarakat yang terdiri atas

Page 10: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

23

dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu

sama lain di dalam satu kesatuan politik”.

Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk telah menimbulkan

persoalan intergrasi pada tingkatan nasional. Pluralitas masyarakat yang

bersifat multidimensional itu akan dan telah menimbulkan persoalan tentang

bagaimana masyarakat Indonesia terintegrasi secara horizontal. Maka, tak

jarang kemajemukan bangsa Indonesia dapat menyebabkan konflik horizontal

yang berujung pada ancaman disintegrasi bangsa.

Hal tersebut terekam secara historis bahwa dalam enam dasawarsa

perikehidupan kenegaraan di tanah air, terbukti bangsa Indonesia pernah

mengalami beberapa kali konflik yang erat kaitannya dengan unsur SARA

(Suku, Agama, Ras dan Antar golongan) serta politik. Sekalipun masalah

SARA ini tidak sampai berujung pada terjadinya separatisme pada wilayah

Indonesia yang sudah bersatu sejak awal kemerdekaan. Namun harus diakui

bahwa beberapa kelompok kecil masyarakat lainnya telah menunjukkan

bahwa di Indonesia mempunyai potensi untuk itu.

Maraknya disintegrasi bangsa disebabkan oleh menipisnya rasa

nasionalisme. Sehingga berujung kepada ancaman pecahnya kesatuan dan

persatuan nasional. Etnisitas dan gerakan separatis seolah menjadi jamur di

musim hujan. Konflik yang mengatasnamakan ras dan suku dari hari ke hari

semakin menjadi. Gerakan separatispun semakin menunjukkan bahwa

persatuan dan kesatuan nasional memang sedang terancam. Selain itu konflik

yang bernuansa etnis atau antar golongan disebabkan karena lunturnya nilai-

Page 11: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

24

nilai agama, adat dan sejarah. Kini hal tersebut telah dikalahkan oleh egoisme

SARA itu sendiri.

Gerakan separatisme yang mengancam disintegrasi bangsa

sebenarnya telah muncul sejak dahulu. Hal ini dapat dilihat dari maraknya

gerakan-gerakan separatis seperti DI/TII, RMS atau PRRI/PERMESTA.

Namun, meningkatnya tensi separatisme dirasakan pada masa pasca reformasi

berlangsung.

Hal tersebut seperti yang dinyatakan oleh Azyumardi Azra (2002 :

120-122) bahwa :

Kejatuhan Presiden Soeharto dari singgasananya pada Mei 1998 sebagai akibat lanjutan dari krisis moneter, ekonomi dan politik telah mengancam integrasi nasional negara-bangsa Indonesia…. Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, sistem sosial yang berbeda kelihatannya semakin rapuh.

Menurut F.M. Suseno (Richard M Daulay, 2003 : 31-40), ada

beberapa hal yang menyebabkan maraknya fanatisme sehingga pecahnya

integrasi nasional. Pertama ialah masalah sentralisme, yang kedua ialah

masalah primordialisme, dan yang ketiga adalah permasalahan ketidakadilan

sosial. Kesemuanya tersebut nampak dalam beberapa konflik yang

menyebabkan disintegrasi, seperti yang terjadi di Aceh, Papua, Riau, Ambon

dan Timor-Timor. Permasalahan disintegrasi bangsa merupakan tantangan

yang harus dihadapi demi bertahannya eksistensi negara-bangsa Indonesia

yang didasarkan atas konsesus bersama serta sikap dan jiwa nasionalisme.

Disintegrasi bangsa juga dapat ditinjau dari maraknya konflik

horizontal yang bersifat politis maupun ideologis. Pada tingkatan ideologis,

Page 12: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

25

konflik tersebut terwujud dalam bentuk konflik antara sistem-nilai yang dianut

serta menjadi ideologi dari berbagai kesatuan sosial. Pada konflik yang

bersifat politis, konflik tersebut terjadi dalam bentuk pertentangan di dalam

pembagian status kekuasaan dan sumber-sumber ekonomi yang terbatas

adanya di dalam masyarakat. Konflik-konflik ini biasanya terjadi pada

kalangan elite yang akan berekses terhadap kalangan graas roots (kalangan

pada tingkatan terbawah).

Situasi konflik seperti itulah yang kemudian membuat para pihak

yang berselisih akan berusaha mengabadikan diri dengan cara memperkokoh

solidaritaas ke dalam diantara sesama anggotanya. Diantaranya ialah dengan

membentuk organisasi-organisasi kemasyarakatan, bersaing dalam bidang

pendidikan, sosial, ekonomi dan politik. Hal tersebut nampak dalam konflik

komunal bangsa Indonesia atau konflik antar elite partai politik. Sehingga hal

tersebut menjadi ancaman bagi eksistensi negara-bangsa Indonesia.

Strategi seperti apa yang dapat dilakukan untuk mencegah atau

mengatasi disintegrasi bangsa tersebut. Strategi tersebut diantaranya ialah

seperti yang dikemukakan oleh Richard M Daulay (2003 : 31-40) pertama,

dengan memperkuat kembali Pancasila sebagai sebuah ideologi nasional yang

dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Kedua, menciptakan

keadilan sosial dan pemerataan antara pusat dan daerah. Ketiga, membangun

budaya Indonesia yang akan menyatukan seluruh elemen bangsa. Keempat

ialah pelaksanaan otonomi daerah yang benar dan tepat. Sehingga antar daerah

Page 13: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

26

akan terjalin kerjasama dan kemajuan tanpa harus menimbulkan kecemburuan

dan keinginan untuk memisahkan diri.

Artinya secara sederhana dapat dikatakan ada dua hal yang dapat

ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut. Pertama, secara politis

(struktural) dan yang kedua ialah secara sosial (kultural). Secara struktural

diharapkan pemerintah dapat membuat dan menerapkan kebijakan-kabijakan

yang dapat dikatakan merata dan tidak membuat kecemburuan antar suku

bangsa. Sedangkan secara kultural bahwa diharapkan masyarakat sebagai

sebuah kesatuan dapat secara aktif mengeratkan diri melalui budaya lokal

yang dapat menjadi penyangga bagi kesatuan nasional.

2. Modernisasi dan Globalisasi

Modernisasi dan globalisasi dapat menjadi tantangan bagi eksistensi

negara-bangsa Indonesia, karena dikhawatirkan bahwa modernisasi dan

globalisasi akan menipiskan dan bahkan menghilangkan identitas dan jati diri

bangsa Indonesia. Padahal identitas tersebutlah yang menyebabkan

terbentuknya sebuah entitas negara-bangsa. Proses menjadi modern dan

menyesuaikan dengan tatanan global menjadikan sebuah negara menjadi tanpa

batas (borderless). Sedangkan batas negara merupakan hal yang tak bisa

ditawar guna menunjukan kedaulatan negara yang bersangkutan.

Modernisasi dan globalisasi merupakan hal yang niscaya terjadi.

Pada hakekatnya modernisasi dan globalisasi merupakan upaya untuk

menyesuaikan dengan konstelasi dunia yang ada yang bersifat global. Namun

Page 14: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

27

sayangnya modernisasi dan globalisasi selalu dimaknai sebagai westernisasi.

Sehingga identitas kebangsaan menjadi pudar berganti dengan identitas barat.

Padahal Koentjaraningrat (1990 : 138-142) dengan jelas membedakan

modernisasi dan westernisasi. Hal tersebut tampak dalam ucapannya yang

menyatakan bahwa :

“Modernisasi merupakan upaya untuk hidup sesuai dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang…westernisasi merupakan usaha untuk meniru gaya hidup orang Barat (Eropa Barat atau Amerika)”.

Globalisasi sangat identik dengan penetrasi teknologi dan budaya

kedalam suatu bangsa. Untuk konteks Indonesia nampaknya hal tersebut

menjadi tantangan kebangsaan tersendiri. Proses tersebut menyebabkan sorang

Indonesia menjadi kehilangan identitas dan jati dirinya. Jati diri bangsa yang

selalu mengutamakan gotong royong dan kebersamaan, kini tergantikan oleh

sikap individualistis sebagai buah daripada kapitalisme. Tentu saja hal tersebut

sangat tidak sejajar dengan gagasan kebangsaan yang dikumandangkan para

pendiri bangsa. Ciri penghargaan terhadap komunitaas dan keberagaman

lenyap oleh kultur kapitalisme yang berorientasi pada diri sendiri.

Dalam kamus ilmiah populer (Burhani dan Hasbi Lawrens, tt : 170)

globalisasi didefinisikan sebagai perwujudan perubahan secara menyeluruh di

segala aspek kehidupan. globalisasi yang kita hadapi sekarang ini, merupakan

tahapan berikutnya, dari dua tahapan globalisasi sebelumnya. Globalisasi

pertama, yang berlangsung dari abad ke-15 sampai abad ke-18, sering

diistilahkan dengan jargon the globe is round. Pada era globalisasi pertama

Page 15: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

28

itu, manusia berhasil membuktikan bahwa bumi itu bulat. Sebelumnya, para

rohaniawan di Eropa masih percaya, bumi datar seperti meja. Dan di ujung

lautan ada neraka. Faktor pendaya guna utama (key agent of changes) pada

globalisasi pertama itu adalah empat kekuatan, yaitu kekuatan otot (muscle

power), kekuatan angin (wind power), kekuatan daya kuda (horse power), dan

kekuatan mesin uap (steam power). Era globalisasi kedua, berlangsung dari

abad ke-19 sampai akhir abad ke-20. Faktor pendaya guna utama pada

globalisasi kedua itu adalah penemuan-penemuan di bidang teknologi

elektronika dan telekomunikasi. Pada masa itu, ditemukan telegram dan

telepon, yang kemudian berkembang dengan penemuan satelit, serat optik,

dan diakhiri dengan penemuan di bidang teknologi informatika dengan

penemuan personal computer dan internet atau world wide web. Globalisasi

kedua ini diistilahkan dengan jargon the globe is flat atau dunia mendatar,

dalam arti, kemajuan teknologi elektronika dan telekomunikasi telah

memungkinkan jangkauan yang semakin mudah ke berbagai tempat di penjuru

dunia. Pada globalisasi kedua itu, dominasi bangsa-bangsa Eropa mulai

berkurang dan perannya digantikan oleh dominasi korporasi-perusahaan

multinasional (multinational corporations) yang umumnya menguasai key

agent of change di bidang teknologi elektronika dan telekomunikasi.

Globalisasi ketiga di era kita sekarang ini, dicirikan dengan

kemajuan teknologi informasi yang telah menjadikan dunia semakin sempit

(the shrinking globe), karena begitu mudahnya orang berkomunikasi dari

berbagai belahan bumi mana pun. Pendaya guna utama di era globalisasi

Page 16: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

29

ketiga itu, adalah teknologi informasi, khususnya yang diaplikasikan untuk

membuka berbagai akses global (global access). Jika globalisasi kedua,

ditandai dengan dominasi berbagai perusahaan multinasional, maka

globalisasi ketiga tidak lagi didominasi oleh perusahaan multinasional saja,

akan tetapi oleh siapa pun—bahkan oleh individu sekali pun— asal dapat

memanfaatkan akses global untuk meraih berbagai peluang yang tersedia di

era global.

Globalisasi menjadi paradoks bagi suatu bangsa. Hal tersebut

dikarenakan bahwa kemajuan teknologi informasi serta komunikasi

menyebabkan hubungan antara manusia menjadi cepat dan tanpa batas. Dunia

telah merupakan suatu desa kecil yang tanpa batas (borderless world).

Identitas bangsa menjadi luntur seiring dengan semakin pesatnya perubahan

dan tipisnya perbedaan antar bangsa. Padahal dalam era modern seperti ini

identitas bangsa merupakan suatu pelindung diri dari transformasi yang tak

terkontrol di era globalisasi dewasa ini.

Era globalisasi, tentu saja membuka peluang sekaligus tantangan.

Untuk memanfaatkan berbagai peluang di era globalisasi itu, kita harus

memahami tiga fitur yang sangat penting; pertama, open competition; kedua,

interdependency; dan ketiga competitiveness. Open competition adalah kondisi

persaingan terbuka yang semakin meluas dan menyangkut berbagai dimensi

kehidupan. Karena kompetisi itu semakin terbuka dan meluas, dengan

sendirinya tingkat kompleksitas dari kompetisi itu akan semakin meningkat

sehingga mendorong terjadinya fitur yang kedua, yaitu desakan untuk semakin

Page 17: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

30

meningkatnya aspek saling ketergantungan atau interdependency antara satu

pihak dengan pihak lain. Dan untuk menghadapi kompetisi yang semakin

meluas, namun juga bersifat saling ketergantungan itu, maka setiap pihak

dituntut untuk memiliki fitur ketiga, yaitu daya saing atau competitiveness

yang tinggi.

Keberadaan ketiga fitur itu, paling nampak pada globalisasi di bidang

ekonomi. Kiprah pemasaran barang-barang produksi, serta gencarnya

publikasi dan globalisasi dalam fabrikasi dan standardisasi, telah mendorong

tumbuhnya berbagai organisasi ekonomi multinasional yang saling bergantung

satu dengan lainnya. Namun, di antara mereka juga terjadi suatu kompetisi di

bidang ekonomi internasional. Pembangunan ekonomi di era yang semakin

mengglobal itu, dicirikan dengan adanya peningkatan keterhubungan atau

connectivity yang saling mempengaruhi atau interdependent-economy.

Sebagai contoh, dinamika pasar saham atau stock markets di suatu negara,

dapat memberikan pengaruh pada dinamika ekonomi di negara lain. Oleh

karena itu membangun ekonomi suatu bangsa tidak cukup dengan hanya

bersandar pada kekuatan tunggal saja. Setiap negara saat ini, dituntut untuk

sanggup mengembangkan daya interaksi dan daya interkoneksinya dengan

negara-negara lain guna memanfaatkan peluang ekonomi di era globalisasi itu

dengan sebaik-baiknya.

Ketiga fitur globalisasi tadi, juga berperan pada globalisasi ideologi.

Persaingan atau kompetisi yang semakin terbuka dari berbagai paham ideologi

telah menyebabkan terjadinya desakan globalisasi dari beberapa ideologi

Page 18: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

31

tertentu. Kita mengalami proses berlangsungnya demokratisasi, perlindungan

hak asasi manusia yang semakin baik, kebebasan pers yang terbuka, tata

pemerintahan yang baik atau good governance, serta proses ke arah

pembangunan masyarakat madani atau civil society.

Persaingan antar ideologi itu juga mengakibatkan beberapa trend

globalisasi ideologi yang patut kita waspadai, misalnya kemungkinan adanya

dominasi yang dipaksakan dari politik luar negeri negara tertentu pada negara

lain. Trend ini telah dan sedang dilakukan oleh beberapa negara yang

memiliki kapabilitas lebih besar dibandingkan dengan negara lainnya. Peran

daya saing juga nampak pada globalisasi ideologi, melalui kemajuan teknologi

informasi dan telekomunikasi. Informasi dengan sangat cepat, menyebar ke

seluruh penjuru dunia melalui media internet dan berbagai media informasi

canggih lainnya. Apalagi didukung dengan penemuan-penemuan baru di

bidang nano teknologi, yang memungkinkan adanya kreasi dari berbagai

perangkat informasi dan telekomunikasi dalam beragam ukuran yang sangat

kecil. Hasilnya adalah berbagai kejadian di seluruh dunia dapat disajikan

dalam waktu yang sangat cepat dan bahkan dalam waktu seketika atau real-

time.

Negara-negara maju yang lebih menguasai teknologi informasi dan

telekomunikasi itu akan dapat lebih cepat memformulasikan dan merumuskan

berbagai masalah yang terjadi di negara berkembang dibandingkan dengan

negara berkembang itu sendiri sehingga opini publik dunia dapat dibentuk dan

ditentukan oleh negara-negara maju dibandingkan oleh negara-negara

Page 19: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

32

berkembang. Pada akhirnya, akan dapat digunakan oleh negara-negara maju

itu untuk mendistribusikan berbagai konsepsi ideologinya kepada negara-

negara berkembang.

Kenyataan bahwa globalisasi merupakan hal yang tak dapat

dihindarkan oleh bangsa manapun ialah memang benar adanya. Bahkan

sampai muncul sebuah analogi bahwa globalisasi merupakan aliran sungai

yang pasti akan bermuara pada satu titik tertentu dimana semua tidak dapat

menghindarinya. Bahkan globalisasi diyakini dapat menipiskan identitas

bangsa atau kultur nasional sebuah bangsa. Namun demikian, Siswono (1996 :

99) berpendapat bahwa nasionalisme merupakan sebuah perlawanan terhadap

globalisasi. Wawasan kebangsaan ini akan menjadi penyaring dampak negatif

dari arus globalisasi.

Dengan terjadinya globalisasi maka dunia ini menjadi sebuah “desa

global” (global village). Kecenderungan yang mencuat ialah bahwa manusia

semakin bergantung kepada nilai-nilai yang lebih primordial. Perkembangan

global merelatifkan batas-batas bangsa, menyebabkan primordialisme lebih

kuat daripada nasionalisme. Globalisasi membuat manusia lebih berperilaku

kosmopolitan dan melemahkan ikatan kebangsaan, khususnya bagi

masyarakat kota besar yang langsung tersentuh pengaruh global. Globalisasi

sangat berisiko tinggi bagi terkikisnya nasionalisme.

Strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah hal tersebut ialah

sesuai dengan H.A.R. Tilaar (2007 : 25-28) ialah memperkuat kembali

peranan budaya, bahasa dan pendidikan sebagai penopang bagi berkembang

Page 20: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

33

dan tumbuhnya nasionalisme. Pertama, melalui budaya dapat dilihat bahwa

penguatan kebudayaan nasional yang didasarkan atas budaya lokal akan

memperkokoh diri dalam hal menangkal ekses buruk modernisasi dan

globalisasi. Kedua, penggunaan bahasa nasional juga sangat penting dalam hal

menunjukan dan menumbuhkan identitas bangsa. Seperti ungkapan yang

menyatakan bahwa bahasa menunjukan bangsa. Ketiga ialah memperkokoh

dan memvitalkan kembali pendidikan nasional sebagai poros utama dalam

pembentukan identitas. Pendidikan nasional, walaupun berwawasan global

dan bercirikan nilai-nilai modern, juga harus didasarkan akan nilai-nilai atau

ciri nasional. Sehingga kepribadian (sebagai ciri identitas) akan tertanam,

sehingga kemudian ancaman modernisasi dan globalisasi dapat kita

minimalisir.

Menurut Dadan Wildan (2008), setidaknya ada beberapa jalan yang

dapat digunakan untuk mejaring arus globalisasi yang berkenaan dengan jiwa

dan sikap nasionalisme. Cara tersebut ialah Pertama, mewujudkan masyarakat

yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab

berdasarkan falsafah Pancasila. Kedua, mewujudkan bangsa yang berdaya

saing dengan mengedepankan pembangunan sumber daya manusia

berkualitas. Ketiga, mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum

dengan terus memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh.

Keempat, mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu dengan

membangun kekuatan TNI hingga melampaui kekuatan esensial minimum,

serta disegani di kawasan regional dan internasional. Kelima, mewujudkan

Page 21: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

34

pemerataan pembangunan dan berkeadilan dengan terus meningkatkan

pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh,

keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/daerah yang masih

lemah. Keenam, mewujudkan Indonesia asri dan lestari dengan terus

memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga

keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan

sumber daya alam dan lingkungan hidup. Ketujuh, mewujudkan Indonesia

menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan

kepentingan nasional. Kedelapan, mewujudkan Indonesia berperan penting

dalam pergaulan dunia internasional, dengan memantapkan diplomasi

Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan

komitmen Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan

integrasi internasional dan regional; serta mendorong kerja sama internasional,

regional, dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antar lembaga di

berbagai bidang.

D. Tinjauan Tentang Nasionalisme

1. Pengertian Nasionalisme

Nasionalisme sering kali dikonotasikan dengan aspek-aspek

emosional, kolektif dan idola serta sarat emosi historis. Nasionalisme selalu

melibatkan dimensi atau rasa, seperti seperasaan, sepenanggungan,

seperantauan dan senasib. Faktor memori historis adalah faktor kecenderungan

Page 22: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

35

yang dibangun untuk menumbuhkan perasaan bersatu dalam sebuah konsep

kebangsaan tertentu.

Pembicaraan seputar nasionalisme pasti tidak akan lepas dari

pembicaraan tentang bangsa. Nasionalisme secara sederhana dikatakan

sebagai sebuah paham kebangsaan. Maka oleh karenanya, perlu terlebih

dahulu dirumuskan tentang definisi bangsa itu sendiri.

Bangsa menurut Ernest Renan dalam Sri Sultan Hamengkubuwono

X (2007 : 85), adalah jiwa dan prinsip spiritual yang menjadi ikatan bersama,

baik dalam pengorbanan (sacrifice) maupun dalam kebersamaan (solidarity).

Sedangkan Benedict Anderson mengatakan bahwa bangsa didefinisikan

sebagai “sebuah komunitas politik terbayang”. Menurut Otto Bauer

(Soekarno, 2007 : 146) bangsa adalah satu persamaan, satu persatuan karakter,

watak, yang persatuan karakter atau watak ini tumbuh, lahir, terjadi karena

persatuan pengalaman.

Sedangkan menurut Soekarno (2007 : 149) bangsa ialah

segerombolan manusia yang mempunyai kehendak untuk hidup bersama,

mempunyai persamaan watak, tetapi berdiam diatas satu wilayah geopolitik

yang nyata satu persatuan. Sartono Kartodirdjo dalam Adeng Muchtar Ghazali

(2004 : 3) mengatakan bahwa bangsa menunjuk kepada suatu komunitas

sebagai kesatuan kehidupan bersama yang mencakup pelbagai unsur yang

berbeda dalam aspek etnik, kelas atau golongan sosial, aliran kepercayaan,

kebudayaan linguistik, dan lain sebagainya. Kesemuanya terintergerasikan

Page 23: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

36

dalam perkembangan historis sebagai kesatuan sistem politik berdasarkan

solidaritas yang dipotong oleh kemauan politik bersama.

Dengan demikian bahwasanya dapat dikatakan bahwa bangsa itu

memiliki sifat yang pluralistik. Tidak berdiri di atas paham kesukuan, ras

maupun agama. Bangsa lebih menonjolkan kehendak bersama serta hidup

dalam sebuah persekutuan yang majemuk dan memiliki wilayah yang menjadi

pijakan serta tempat untuk hidup bersama tersebut. Sedangkan etnis lebih

kepada idenitas kebudayaan yang dimiliki.

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan

mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep

identitas bersama untuk sekelompok manusia. Nasionalisme berangkat dari

situasi perjuangan merebut kemerdekaan dan sudah barang tentu dibutuhkan

suatu konsep sebagai dasar pembenaran rasional dari tuntutan terhadap

penentuan nasib sendiri yang dapat mengikat keikutsertaan semua orang atas

nama sebuah bangsa.

Nasionalisme adalah sebuah paham yang menyatakan bahwa rasa

kebangsaan dilihat sebagai perasaan utama dan cenderung dipakai untuk

prinsip hidup secara personal atau secara publik. Secara luas juga dapat

dikatakan bahwa nasionalisme menyatakan patriotisme yang merupakan

prinsip moral dan politik yang mengandung kecintaan pada tanah air,

kebanggaan emosional terhadap sejarah dan ketersediaan diri untuk membela

kepentingan-kepentingan bangsa. Walaupun nasionalisme merupakan wujud

Page 24: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

37

dari cinta tanah air, nasionalisme juga dapat muncul sebagai reaksi atau

perlawanan terhadap penjajahan kolonial.

Nasionalisme merupakan suatu teori politik atau antropologi yang

menekankan bahwa umat manusia secara alami terbagi-bagi menjadi berbagai

bangsa, dan bahwa ada kriteria yang jelas untuk mengenali suatu bangsa

beserta para anggota bangsa itu. Untuk lebih mengetahui tentang

nasionalisme, maka sekiranya kita harus memperhatikan terlebih dahulu

mengenai rasa kebangsaan, paham kebangsaan, semangat kebangsaan dan

wawasan kebangsaan.

Rasa kebangsaaan adalah kesadaran berbangsa, kesadaran untuk

bersatu sebagai suatu bangsa yang lahir secara alamiah karena sejarah, aspirasi

perjuangan masa lampau, kebersamaan kepentingan, rasa senasib

sepenanggungan dalam menghayati masa lalu dan masa kini, serta kesamaan

pandangan, harapan dan tujuan merumuskan cita-cita bangsa untuk waktu

yang akan datang. Sedangkan paham kebangsaan adalah aktualisasi dari rasa

kebangsaan yang berupa gagasan, pikiran-pikiran yang rasional, dimana suatu

bangsa secara bersama-sama memiliki cita-cita kehidupan berbangsa dan

tujuan nasional yang jelas dan rasional.

Rasa kebangsaan dan paham kebangsaan akan melahirkan semangat

kebangsaan. Semangat kebangsaan adalah kerelaan berkorban demi

kepentingan bangsa, negara dan tanah airnya. Wawasan kebangsaan adalah

cara pandang yang dilingkupi oleh rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan

semangat kebangsaan untuk mencapai cita-cita nasionalnya dan

Page 25: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

38

mengembangkan eksistensi kehidupannya atas dasar nilai-nilai luhur

bangsanya.

Kebangsaan (nationality) dan rasa kebangsaan (nationalism) saling

berkaitan satu sama lain. Rasa kebangsaan, biasanya juga disebut

nasionalisme, adalah dimensi sensoris, merupakan konsep antropologi yang

tidak semata-mata memandang nasionalisme sebagai prinsip politik. Dimensi

sensoris yang tak lain adalah kebudayaan ini memperjelas posisi antropologi

yang berangkat dari konsep suku bangsa, kesukubangsaan, bangsa, dan

kebangsaan, sebagaimana dibicarakan di atas. Inilah akar-akar rasa

kebangsaan (nasionalisme). Rasa kebangsaan atau yang kerap kali juga

disebut nasionalisme adalah topik baru dalam kajian antropologi.

Nasionalisme sebagai ideologi negara-bangsa modern sejak lama adalah

rubrik ilmu politik, sosiologi makro, dan sejarah.

Mohammad Hatta (2008 : 22) mengatakan bahwa kebangsaan ada

bermacam-macam, menurut rupa dan golongan yang memajukannya. Ada

kebangsaaan cap ningrat, cap intelek dan ada pula kebangsaaan cap rakyat.

Riwayat dunia ini cukup memberi bukti, bahwa ketiga golongan ini senantiasa

ada. Kesenua tipologi tersebut mempunyai ide tentang bagaimana kedaulatan

negara dapat tercapai serta bagaimana jiwa dan sikap nasionalisme itu dapat

tumbuh.

Sebagai ideologi modern di bidang sosial politik dan kenegaraan,

nasionalisme muncul sekitar tahun 1779 dan dominan di Eropa pada tahun

1830. Revolusi Perancis pada akhir abad ke-18 sangat besar pengaruhnya

Page 26: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

39

berkembangnya gagasan nasionalisme tersebut. Semenjak itu beberapa

kerajaan feodal mengalami proses integrasi menjadi ‘negara kebangsaan’ atau

nation state yang wilayahnya menjadi lebih luas dan hidup dalam sistem

pemerintahan yang sama. Sejak itu di negara-negara Eropa dan Amerika

bermunculan pula gerakan-gerakan kebangsaan, dan segera menjalar ke Asia.

Hal ini disebabkan ampuhnya nasionalisme sebagai ideologi yang dapat

mempersatukan banyak orang di negeri-negeri jajahan dalam menentang

kolonialisme.

Konsep bangsa lahir sesudah revolusi Prancis. Ketika itu Parlemen

Revolusi Prancis menyebut diri mereka sebagai assemblee nationale yang

menandai transformasi institusi politik tersebut, dari sifat eksklusif yang hanya

diperuntukkan bagi kaum bangsawan ke sifat egaliter di mana semua kelas

meraih hak yang sama dengan kaum kelas elite dalam berpolitik. Dari sinilah

makna kata nation menjadi seperti sekarang yang merujuk pada bangsa atau

kelompok manusia yang menjadi penduduk resmi suatu negara.

Hans Kohn dalam H.A.R. Tilaar (2007 : 24) membedakan antara dua

konsep nasionalisme. Pertama, nasionalisme sebagai konsep politik atau suatu

yang secara sukarela (volunteer) seseorang menjadi anggotanya. Menurut

konsep ini, nasionalisme meupakan suatu bentuk kontraktual dari para

anggotanya. Kedua, konsep nasionalisme sebagai konsep yang organik atau

irasional. Konsep ini menyatakan bahwa individu mempunyai kesejarahan

hidup yaitu dia menjadi seseorang, satu bagian organis dengan lingkungannya,

suatu kesatuan yang mistis dengan lingkungannya itu, serta mempunyai

Page 27: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

40

kemantapan hidup yang diperolehnya dari komunitasnya yaitu sejarah, agama,

bahasa, adat-istiadat.

Perbedaan yang simplisistik dari nasionalisme politis dan

nasionalisme organik biasanya dijadikan perbedaan antara nasionalisme barat

dan nasionalisme timur. Ernest Gelner (H.A.R Tilaar, 2007 : 25) menolak

pendapat nasionalitas atau nasionalisme sebagai sesuatu yang alamiah atau

primodial. Kewarganegaraan merupakan suatu keanggotaan moral (moral

membership) dari suatu masyarakat modern. Keanggotaan itu diperolehnya

melalui pendidikan nasional dan biasanya menggunakan bahasa yang dipilih

sebagai bahasa ibu atau bahasa nasional.

Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham

negara atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warga

negara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya

berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebagian

atau semua elemen tersebut. Dalam www.wikipedia.com, dikatakan terdapat

beberapa bentuk nasionalisme diantaranya :

1. Nasionalisme Kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau.

2. Nasionalisme Etnis adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").

3. Nasionalisme Romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semula jadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada

Page 28: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

41

perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya "Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.

4. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok. Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRT karena pemerintahan RRT berpaham komunisme.

5. Nasionalisme Kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer, dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan di Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonomi untuk golongan Fleming, dan nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bila mana nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan, dan Corsica.

6. Nasionalisme Agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka yaitu Katolik; nasionalisme di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber dari agama Hindu. Namun demikian, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya

Page 29: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

42

merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi semata-mata. Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut dengan Irlandia sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu, nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.

Nasionalisme menurut Stanley Benn dalam Adeng Muchtar Ghazali

(2004 : 3) memiliki elemen-elemen seperti dibawah ini, yaitu :

1. Semangat ketaatan kepada suatu bangsa (semacam patriotisme). 2. Dalam aplikasinya kepada politik, nasionalisme menunjuk kepada

kecondongan untuk mengutamakan kepentingan bangsa sendiri, khususnya jika kepentingan bangsa itu berlawanan dengan kepentingan bangsa lain.

3. Sikap yang melihat amat pentingnya penonjolan ciri khusus suatu bangsa. Karena itu, doktrin yang memandang perlunya kebudayaan bangsa dipertahankan.

4. Ada kriteria yang jelas untuk mengenali suatu bangsa beserta anggota para bangsa itu.

Menurut Nurcholish Madjid dalam Adeng Muchtar Ghazali (2004 :

3) mengatakan bahwa berdasarkan proses pembentukannya, dapat diketahui

prinsip-prinsip nasionalisme, yakni :

1. Kesatuan (unity), yang mentransformasikan hal-hal yang polimorfik menjadi monomorfik sebagai produk proses integrasi;

2. Kebebasan (liberty), khususnya bagi negeri-negeri jajahan yang memperjuangkan pembebasan dan kolonialisme;

3. Kesamaan (equality), sebagai bagian implisit dari masyarakat demokratis yang merupakan antitesa dari masyarakat kolonial yang diskriminatif dan otoriter;

4. Kepribadian (identity), yang lenyap karena negasi kaum kolonial; dan

5. Prestasi amat diperlukan untuk menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi warga negara nasion.

Page 30: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

43

H.A.R. Tilaar (2007 : 24-26) berpendapat ada beberapa faktor

penting dalam menumbuhkan nasionalisme. Faktor-faktor tersebut diantaranya

adalah bahasa, budaya dan pendidikan. Mengenai peranan bahasa dalam

pertumbuhan nasionalisme dapat kita lihat misalnya di Inggris, Prancis,

Belanda, Belgia Jerman dan Indonesia. Peranan budaya didalam

menumbuhkan nasionalisme juga cukup signifikan. Kita dapat melihat Cina

dengan Konfusianisme-nya dan Amerika dengan budaya Protentantisme.

Faktor yang barangkali sangat penting dalam pertumbuhan nasionalisme

adalah pendidikan. Pendidikan yang tersentralisasi dalam pengertian tertentu

dapat menjadi suatu alat pemersatu yang sangat kuat.

2. Nasionalisme Indonesia

2.1. Sejarah Nasionalisme Indonesia

Istilah nasionalisme dalam kamus perpolitikan di Indonesia diduga

baru muncul setelah Samanhudi menyerahkan tampuk kepemimpinan Sarekat

Islam kepada H.O.S Tjokroaminoto pada pertengahan 1912. Kemudian

disusul Indische Partij yang mendengungkan nasionalisme menentang

penetrasi asing yang dipelopori Douwes Dekker dengan Perhimpunan

Indonesia. Kesemuanya merupakan partai-partai yang menjadi pelopor

nasionalisme dalam pengertian politik yang kemudian disusul oleh banyak

organisasi politik yang tumbuh pada masa pergerakan nasional.

Pada permulaan abad-20, muncul kebijakan pemerintah Belanda

yang dinamakan politik etis atau politik balas budi. Politik etis dilatar

Page 31: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

44

belakangi oleh rasa simpati terhadap penderitaan bangsa Indonesia yang telah

memberikan keuntungan terhadap Belanda. Politik etis ini meliputi tiga bidang

kehidupan yaitu: pendidikan (edukasi), pengairan (irigasi), dan perpindahan

penduduk (transmigrasi), tetapi pada pelaksanaannya politik etis ini lebih

menguntungkan Belanda. Walaupun demikian politik etis ini merupakan dasar

dalam pergerakan nasional.

Bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan solidaritas kebangsaan.

Seseorang yang termasuk bangsa Indonesia adalah seseorang yang memiliki

perilaku tertentu yang merupakan perilaku Indonesia, perasaan-perasaan

tertentu yang merupakan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Tumbuhnya

nation Indonesia bermula dari kebangkitan nasional dengan lahirnya Budi

Utomo pada tahun 1908. Terbentuknya nation Indonesia juga dapat kita lihat

dalam Sumpah Pemuda 1928, dimana anggota panitia tersebut terdiri dari

suku bangsa dan agama.

Nasionalisme adalah salah satu kekuatan yang menentukan dalam

sejarah modern suatu bangsa untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Di

Indonesia timbulnya pemikiran nasionalisme merupakan bentuk reaksi

terhadap kolonialisme. Nasionalisme Indonesia tidak bisa dilepaskan dari

pengaruh kekuatan kolonialisme barat. Nasionalisme Indonesia mengalami

perkembangan dan pertumbuhan seirama dengan dinamika pergerakan

kebangsaan Indonesia.

Pergerakan nasional Indonesia didukung oleh kebangkitan

nasionalisme negara-negara di Asia setelah Perang Dunia II. Di negara-negara

Page 32: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

45

Asia, khususnya di Indonesia, tumbuhnya nasionalisme dalam pengertian

modern merupakan bentuk reaksi terhadap kolonialisme, yang bermula dari

cara eksploitasi yang menimbulkan pertentangan kepentingan yang permanen

antara penjajah dan yang dijajah. Nasionalisme Indonesia adalah gejala

historis yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh kekuasaan kolonialisme

bangsa barat. Nasionalisme Indonesia secara umum bertujuan ke dalam

memperhebat nation and character building sesuai dengan falsafah dan

pandangan hidup bangsa, sedangkan tujuan keluar menolak segala bentuk

kolonialisme.

Semangat nasionalisme Indonesia muncul sebagai satu ikatan

bersama melawan kolonialisme. Nasion dan nasionalisme dipakai sebagai

perasaan bersama oleh penindasan kolonialisme dan oleh karena itu, dipakai

sebagai senjata ampuh untuk membangun ikatan dan solidaritas kebersamaan

melawan kolonialisme. Tidak dapat disangkal bahwa nasionalisme Indonesia

adalah nasionalisme yang diciptakan (invented). Oleh para pendiri bangsa

Indonesia, melalui Budi Utomo dan kemudian Sumpah Pemuda, telah

menciptakan nasionalisme Indonesia yang lintas etnis, dengan simbol bendera

merah putih dan bahasa Indonesia.

Nasionalisme yang muncul ketika menjelang dan awal kemerdekaan

Indonesia dapat dikatakan disebabkan oleh tiga hal. Pertama, bangsa

Indonesia menghadapi musuh yang sama (common enemy) yakni penjajahan.

Adanya musuh bersama ini telah membentuk rasa solidaritas yang sangat

tinggi untuk menghadapi dan mengusir musuh itu sejauh-jauhnya. Kedua,

Page 33: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

46

berhubungan dengan yang pertama, pada waktu itu bangsa ini memiliki tujuan

yang sama, yakni ingin mandiri sebagai sebuah bangsa yang merdeka. Ketiga,

karena kedua hal di atas, waktu itu bangsa ini merasa senasib seperjuangan.

Semua merasa tertindas dan teraniaya oleh bangsa asing. Kehidupan menjadi

teras selalu diinjak-injak dan sama sekali tak dihargai. Di sinilah terjadi

sinergi dari segenap lapisan masyarakat dengan kemampuan masing-masing

berjuang mengubah nasib bersama.

Secara historis awalnya gerakan nasionalisme Indonesia berawal dari

pembentukan organisasi Budi Utomo yang kemudian diikuti dengan

berdirinya organisasi-organisasi lain seperti Sarekat Islam, Pemuda Jawa,

Pemuda Sumatera, Pemuda Sulawesi, Pemuda Ambon dan organisasi lain

yang bersifat kedaerahan. Organisasi-organisasi yang bersifat primordialisme

ini segera mentransformasikan diri menjaadi organisasi yang bersifat non-

primordialisme atau bersifat nasional. Tahun 1927 berdirilah Partai Nasional

Indonesia (PNI) yang diprakarsai Soekarno. Sebagai organisasi politik

berskala nasional pertama di Indonesia, partai ini secara tegas menggariskan

agenda utama partai ialah Indonesia merdeka. Dengan lahirnya PNI, maka

semangat nasionalisme Indonesia semakin berkobar-kobar seperti api yang

menyala-nyala. Boleh dikatakan, bahwa gelombang nasionalisme pada

awalnya merupakan hasil dari ekspansi barat, yang juga sebagai sebuah reaksi

terhadap dominasi barat.

Gelora nasionalisme yang berkobar-kobar itu kemudian dimuarakan

lewat Kongres Pemuda tanggal 26-28 Oktober 1928 di Yogyakarta. Kongres

Page 34: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

47

ini menghasilkan sebuah ikrar bersama yang dikenal dengan Sumpah Pemuda

yang menyatakan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia.

Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 adalah Proklamasi Kebangsaan

Indonesia yang merupakan ikrar tentang eksistensi nasion dan nasionalisme

Indonesia yang telah tumbuh puluhan tahun dalam perjuangan melawan

kolonialisme Belanda. Perjuangan bangsa Indonesia tersebut pada tanggal 17

Agustus 1945 mencapai titik kulminasi dengan dikumandangkannya

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta. Hal itu

membuktikan bahwa nasionalisme Indonesia sudah merupakan faktor penentu

perkembangan sejarah Indonesia – sejarah berdirinya negara Republik

Indonesia.

Nasionalisme akan mudah untuk dimengerti dan diimplementasikan

jika ada musuh bersama. Jika musuh ini hilang, maka ikatan nasionalisme

akan mengendur dengan sendirinya. Preseden yang muncul di Indonesia

mempertegas pendapat ini. Jika kita melihat ke tahun 1940-an, ketika Belanda

masih berusaha menguasai Indonesia melalui Agresi Militer I dan II,

nasionalisme di kalangan masyarakat masih kuat, sehingga perjuangan

Indonesia di Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 membuahkan hasil

diakuinya kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara. Namun pasca-KMB

1949, Indonesia kehilangan musuh bersama dan golongan-golongan dalam

masyarakat lebih mengutamakan kepentingan kelompok yang ditandai dengan

jatuh bangunnya kabinet selama masa tersebut. Nasionalisme sempat muncul

Page 35: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

48

meski sebentar, ketika Indonesia mengeluarkan sikap politik luar negeri

terhadap Malaysia dengan Dwikora.

Hal ini tidak berlangsung lama, karena kondisi internal dalam

Indonesia memang sedang rapuh. Setelah itu, nasionalisme dapat dimunculkan

kembali ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) dijadikan sebagai musuh

bersama karena dianggap sebagai biang keladi Gerakan 30 September. Lebih

dari 30 tahun kemudian, Indonesia memperoleh kembali sebuah musuh

bersama, yaitu Orde Baru, sehingga gerakan nasionalisme dapat menghasilkan

reformasi dan demokrasi yang selama 30 tahun dikebiri. Namun ketika musuh

bersama tersebut telah berhasil dilumpuhkan, kepentingan kelompok kembali

muncul mengesampingkan nasionalsime itu sendiri. Kejadian-kejadian historis

di Indonesia tersebut mempertegas bahwa nasionalisme dapat secara efektif

diimplementasikan apabila masyarakat dalam sebuah negara memiliki musuh

bersama.

2.2. Karakteristik Nasionalisme Indonesia

Nasionalisme Indonesia bangkit sebagai bentuk perlawanan atau

penentangan terhadap kolonialisme. Nasionalisme Indonesia dengan

sendirinya juga mengandung tiga aspek penting, yaitu :

1. Politik. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghilangkan

dominasi politik bangsa asing dan menggantikannya dengan

sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat.

Page 36: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

49

2. Sosial ekonomi. Nasionalisme Indonesia muncul untuk

menghentikan eksploitasi ekonomi asing dan membangun

masyarakat baru yang bebas dari kemelaratan dan

kesengsaraan.

3. Budaya. Nasionalisme Indonesia bertujuan menghidupkan

kembali kepribadian bangsa yang harus diselaraskan dengan

perubahan zaman. Ia tidak menolak pengaruh kebudayaan luar,

tetapi dengan menyesuaikannya dengan pandangan hidup,

sistem nilai dan gambaran dunia (worldview, Weltanschauung)

bangsa Indonesia. Juga tidak dimaksudkan untuk mengingkari

kebhinnekaan yang telah sedia ada sebagai realitas sosial

budaya dan realitas anthropologis bangsa Indonesia.

Notonegoro mengemukakan bahwa nasionalisme dalam konteks

Pancasila bersifat “majemuk tunggal” (bhinneka tunggal ika). Unsur-unsur

yang membentuk nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Kesatuan Sejarah, yaitu kesatuan yang dibentuk dalam

perjalanan sejasrahnya yang panjang sejak zaman Sriwijaya,

Majapahit dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam hingga

akhirnya muncul penjajahan VOC dan Belanda. Secara terbuka

nasionalisme mulai pertama dicetuskan dalam Sumpah Pemuda

28 Oktober 1928 dan mencapai puncaknya pada Proklamasi

Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.

Page 37: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

50

2. Kesatuan Nasib. Bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki

persamaan nasib, yaitu penderitaan selama masa penjajahan

dan perjuangan merebut kemerdekaan secara terpisah dan

bersama-sama, sehingga berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa

dapat memproklmasikan kemerdekaan menjelang berakhirnya

masa pendudukan tentara Jepang.

3. Kesatuan Kebudayaan. Walaupun bangsa Indonesia memiliki

keragaman kebudayaan dan menganut agama yang berbeda,

namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yang

serumpun dan mempunyai kaitan dengan agama-agama besar

yang dianut bangsa Indonesia, khususnya Hindu dan Islam.

4. Kesatuan Wilayah. Bangsa ini hidup dan mencari

penghidupan di wilayah yang sama yaitu tumpah darah

Indonesia.

5. Kesatuan Asas Kerohanian. Bangsa ini memiliki kesamaan

cia-cita, pandangan hidup dan falsafah kenegaraan yang

berakar dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri

di masa lalu maupun pada masa kini.

Substansi nasionalisme Indonesia memiliki dua unsur. Pertama,

kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri atas

berbagai suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa Indonesia

dalam menghapuskan segala bentuk pensubordinasian, penjajahan, dan

penindasan dari bumi Indonesia. Semangat dari dua substansi tersebutlah yang

Page 38: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

51

kemudian tercermin dalam Sumpah Pemuda dan Proklamasi serta dalam

Pembukaan UUD 1945.

Nasionalisme Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan

pada masa lalu seirama dengan dinamika pertumbuhan dan perkembangan

pergerakan kebangsaan Indonesia. Nasionalisme yang dianut oleh bangsa

Indonesia melahirkan pendirian untuk menghormati kemerdekaan bangsa lain

sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 “bahwa sesungguhnya

kemerdekaan adalah hak segala bangsa”. Oleh karena itu dalam nasionalisme

terkandung sikap anti penjajahan. Semangat yang demikian dengan sendirinya

tidak menumbuhkan keinginan bangsa Indonesia untuk menjajah bangsa lain,

sebaliknya bangsa Indonesia ingin tetap bekerja sama dengan bangsa-bangsa

lain untuk mewujudkan perdamaian dunia menuju masyarakat maju, sejahtera,

dan adil bagi semua umat manusia di dunia.

Berbicara tentang nasionalisme Indonesia, perlu dicatat bahwa kita

tidak dapat menyepadankannya begitu saja dengan nasionalisme Barat.

Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme berfondasi Pancasila.

Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Soekarno

disebut Sosio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian ini menghendaki

penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku bangsa lain.

Maka nasionalisme Indonesia berbeda dengan nasionalisme Barat yang bisa

menjurus kepada sikap chauvinistik dan ethnonationalism -nasionalisme

sempit- yang membenci bangsa atau suku bangsa lain, menganggap bangsa

Page 39: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

52

atau suku bangsa sendirilah yang paling bagus, paling unggul, sesuai dengan

individualisme Barat.

Nasionalisme Indonesia menurut Soekarno (2006 : 8) adalah

nasionalisme yang cintanya pada tanah air itu bersendi pada pengetahuan atas

susunan ekonomi-dunia dan riwayat, bukan semata-mata timbul dari

kesombongan bangsa belaka, bukan chauvinis. Nasionalisme Indonesia ialah

nasionalisme yang bercorak ketimuran, yang timbul dari rasa cinta akan

manusia dan kemanusiaan, yang memberikan tempat pada lain-lain sesuatu,

bagaikan lebarnya dan luasnya udara yang memberi tempat pada segenap

sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup.

Lebih lanjut mengenai nasionalisme Indonesia, Soekarno (2003 : 14)

juga menambahkan bahwa nasionalisme kita bukanlah nasionalisme yang

sempit (jingo nationalism), yang selalu menghitung untung rugi (gain dan

loss). Nasionalisme kita bukanlah nasionalisme biasa, tetapi sosio-

nasionalisme yang dalam pengertian, kita berhubungan erat dengan seluruh

perikemanusiaan dan kemanusiaan.

Nasionalisme bangsa Indonesia merupakan nasionalisme yang

berdasarkan Pancasila. Hal ini terwujud dalam butir-butir pancasila, sila ke

tiga yakni :

a. Menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan

keselamatan bangsa sebagai kepentingan bersama diatas

kepentingan pribadi atau golongan.

Page 40: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

53

b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan

bangsa apabila diperlukan

c. Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa.

d. Mengembangkan rasa kebangsaan dan bertanah air Indonesia.

e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

persamaan abadi dan keadilan sosial.

f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka

Tunggal Ika.

g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

2.3. Penurunan Nilai dan Semangat Nasionalisme Indonesia

Memudarnya rasa kebanggaan bagi bangsa selama beberapa tahun

belakangan ini, sesungguhnya disulut oleh menguatnya sentimen kedaerahan

dan semangat primordialisme pasca krisis. Suatu sikap yang sedikit banyak

disebabkan oleh kekecewaan sebagian besar anggota dan kelompok

masyarakat bahwa kesepakatan bersama (contract social) yang mengandung

nilai-nilai seperti keadilan dan perikemanusiaan dan musyawarah kerap hanya

menjadi retorika kosong belaka.

Saat ini disinyalir bahwa nasionalisme Indonesia rapuh dalam

menghadapi gejala-gejala mutakhir berupa solidaritas parokial dan kekuatan

eksternal akibat pengaruh globalisasi, baik kekuasaan kolonial, penetrasi

transnasional corporation, multinasional corporation, maupun lembaga-

lembaga internasional lainnya. Selain itu, meurut Barbara Goodwin (Kokom

Page 41: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

54

Komalasari, 2007 : 555) setidaknya ada empat faktor dibalik tidak adanya

pertalian dari tegaknya nasionalisme. Pertama, basis nasionalisme atau

identitas nasional. Kedua, fragmentasi atau konflik yang terjadi. Ketiga,

loyalitas yang berlapis. Keempat, sirkulasi antara identifikasi subjeksitas

individu dan masyarakat yang sifatnya voluntaris atas keberadaan suatu

nation.

Dewasa ini harus diakui bahwa kesadaran Nasionalisme sedang

mengidap banyak masalah berat, yang memerlukan pembenahan secara serius.

Kegagalan pembenahannya akan mempunyai dampak terhadap persatuan

bangsa dan kesatuan negara Indonesia. Dengan kilas balik ke sejarah lampau,

kita melihat jelas bahwa selama Indonesia dalam kekuasaan rezim Orba

berlaku tatanan pemerintahan kediktatoran-militer yang anti demokrasi, anti

nasional, anti HAM, anti hukum dan keadilan, yang menumpas ideal

nasionalisme Indonesia. Kekuasaan demikian, yang berlangsung selama 32

tahun dan menggunakan pendekatan kekerasan, telah mematikan inisiatif dan

kreativitas rakyat, memperbodoh rakyat.

Di sisi lain tindakan rezim Orba tersebut menumbuhkan kebencian

rakyat mendasar, terutama rakyat luar Jawa yang merasakan kekayaan

alamnya dijarah dan kebudayaannya dieliminir. Dari situasi yang demikian itu

rakyat daerah luar Jawa merasakan ketidakadilan yang sangat mendalam, yang

mengakibatkan tumbuhnya benih-benih gerakan disintegrasi dalam negara

Indonesia. Di samping itu konflik yang bernuansa SARA, seperti misalnya

antara suku Dayak dengan suku Madura (di Kalimantan), antara ummat

Page 42: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

55

Kristen dengan ummat Islam (di Maluku dan Sulawesi), penganiayaan fisik

dan pengrusakan hartabenda etnik Tionghoa (di Jakarta) ditengarai sebagai

penyebab retaknya bangunan nasionalisme Indonesia.

Di era reformasi dan otonomi ini, nasionalisme Indonesia justru

terasa kabur. Akumulasi itu terjadi karena nasionalisme sudah kehilangan

makna dan ruhnya ketika ia sudah teramat sering dibajak oleh rezim untuk

kepentingan kekuasaan. Nasionalisme tak jarang dipakai sebagai komoditas

politik dan tameng untuk melanggengkan kekuasaan yang korup dan otoriter.

Konteks inilah yang mengantarkan nasionalisme menjadi meaningless, usang

dan tak bermakna.

3. Mahasiswa dan Nasionalisme

Mahasiswa merupakan kelompok strategis komponen bangsa, yang

sekaligus mempunyai peran sentral dalam mempelopori gerakan-gerakan

nasional yang dapat membangkitkan semangat nasionalisme. Dalam perspektif

sejarah, gerakan mahasiswa telah dibuktikan bahwa peran mereka begitu besar

dalam mengorganisisr perjuangan bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat

dari catatan awal pembentukan nasionalisme Indonesia (seperti Budi Utomo,

Syarikat Islam, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia) yang merupakan

bukti sejarah tentang gerakan mahasiswa.

Merekalah yang memepolopori bangkitnya gerakan kebangsaan

Indonesia, dari mulai Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928,

hingga mencapai puncaknya ketika Proklamasi 1945. Hal ini juga dibuktikan

Page 43: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

56

dengan adanya sebuah catatan A. Fanar Syukri (2003) yang menyatakan

bahwa :

“Peran nyata para pemuda dan mahasiswa dalam 5 gelombang nasionalisme di Indonesia, yang berulang hampir 29 tahun sekali, dapat kita lihat dari perjalanan sejarah nasional; sejak Sumpah Pemuda 1928, Kemerdekaan 1945, bangkitnya Orde Baru 1966 dan bangkitnya Orde Reformasi 1998”.

Gerakan mahasiswa tidak dapat dilepaskan dari agenda-agenda

nasional yang akan berdampak terhadap keberlangsungan negara-bangsa

Indonesia. Dalam hal ini nasionalisme juga menjadi sebuah agenda yang

menjadi landasan bagi pergerakan mahasiswa. Kita dapat melihat bahwa

dalam medio 1908 para mahasiswa STOVIA berkumpul untuk mendirikan

sebuah organisasi yang kelak akan menjadi tonggak pergerakan nasional

Indonesia. Kemudian di era 1920-an berdirilah partai-partai politik yang

dicetuskan oleh para mahasiswa (seperti PNI Soekarno) yang bernapaskan

semangat nasionalisme. Kemudian para pemuda (mahasiswa) melaksanakan

kongres yang kemudian menghasilkan sebuah sumpah yang menjadi dasar

perjuangan melawan kolonialisme yang dilakukan tanpa kekerasan. Sampai

kemudian mencapai momentum proklamasi kemerdekaan.

Pasca kemerdekaan gerakan mahasiswa dalam hal nasionalisme lebih

ditekankan pada kondisi ekonomi serta sosial-politik. Kita dapat melihat pada

periode 1960-an aksi dan gerakan mahasiswa didasarkan pada perbaikan

kondisi ekonomi dan politik yang didasarkan pada jiwa dan semangat

nasionalisme. Contoh nyata ialah tuntutan tentang penurunan harga-harga

serta pengembalian Irian Barat ke tangan NKRI. Periode 1970-an semangat

Page 44: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

57

nasionalisme mahasiswa masih digelorakan melalui isu-isu ekonomi dan

politik. Seperti pada 15 Januari 1974 (peristiwa malari) dimana terjadi aksi

mahasiswa guna menolak penanaman modal asing. Momentum berikutnya

ialah pada tahun 1998 dimana terjadi reformasi yang salah satu tuntutannya

ialah pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme yang menipiskan sikap

nasionalisme. Era pasca reformasi agenda gerakan mahasiswa mengenai

nasionalisme diisi dengan tuntutan penolakan terhadap investasi asing,

nasionalisasi aset bangsa serta pemberantasan korupasi, kolusi dan nepotisme.

Gerakan mahasiswa dan nasionalisme dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2.2. Deskripsi Gerakan Mahasiswa dan Nasionalisme

Periode Deskripsi 1908 Dibentuknya Budi Utomo oleh mahasiswa STOVIA, yang

kemudian diyakini dan dijadikan sebagai kebangkitan nasionalisme Indonesia.

1920-an Terselenggaranya Kongres Pemuda dan lahirnya Sumpah Pemuda yang dipelopori oleh para mahasiswa. Selain itu, berdiri pula partai politik yang berlandaskan nasionalisme (PNI) yang didirikan oleh mahasiswa (Soekarno). Momentum ini dijadikan sebagai tonggak bagi perjuangan nasional bangsa Indonesia.

1945 Para mahasiswa mendesak para tokoh pejuang untuk memproklamirkan kemerdekaan. Hasilnya ialah proklamasi kemerdekaan dibacakan tanpa menunggu pemberian Jepang.

1960 Nasionalisme mahasiswa didasarkan pada kondisi ekonomi serta politik (penurunan harga BBM dan pengembalian Irian Barat ke tangan NKRI). Salah satu peristiwa yang terkenal ialah tewasnya aktivis mahasiswa Arief Rahman Hakim.

1970-an Semangat nasionalisme mahasiswa ditunjukkan melalui penolakan terhadap penanaman investasi asing di Indonesia. Salah satu tragedi yang paling dikenang ialah peristiwa MALARI dimana saat itu mahasiswa menolak kedatangan Perdana Menteri Jepang yang diduga akan menanamkan modalnya di Indonesia.

1998 Gelora reformasi didasarkan pada semangat anti KKN yang akan mengikis semangat nasionalisme bangsa. Momentum ini kemudian menjadi perubahan bagi berbagai sistem kehidupan

Page 45: BAB II A. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Mahasiswa secara ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_ppk_044009_chapture2.pdf · Kata “maha” identik dengan makn a kemutlakan, kebenaran

58

yang ada di Indonesia.

Pasca 1998-sekarang Semangat nasionalisme mahasiswa ditunjukkan dengan tuntutan pemberantasan korupsi serta melakukan nasionalisasi aset asing yang ada di Indonesia.

Dalam era kemerdekaan sekarang, peran mahasiswa dituntut untuk

lebih giat lagi dalam mengaktualisasikan nasionalismenya. Hanya saja,

nasionalisme sekarang berbeda dengan nasionalisme pada zaman sebelum

kemerdekaan. Menurut Mupid Hidayat (2008 : 91) mahasiswa dalam segi

historis, telah berhasil menggerakan kesadaran kolektif seluruh komponen

bangsa untuk terlibat dalam upaya perubahan. Hal ini tidak lepas dari peran

mahasiswa sebagai agent of change dan pressure group yang berpegang pada

idealisme dan cita-cita luhur untuk memajukan bangsa dan negara. Hakekat

daripada nasionalisme mahasiswa adalah menjadikan bangsa Indonesia

menjaadi bangsa yang kuat, sejahtera, adil dan makmur.

Nasionalisme mahasiswa tidak hanya sekedar cinta tanah air, bangga

sebagai bangsa Indonesia, rela berkorban, cinta produksi sendiri, dan slogan-

slogan verbalistik lainnya yang hanya merupakan simbol-simbol. Tetapi,

nasionalisme mahasiswa hendaknya mencakup segala aspek kehidupan

kebangsaan menuju tercapainya cita-cita nasional. Mahasiswa Indonesia harus

sungguh-sungguh dalam mempersiapkan dan meningkatkan kualitas dirinya

agar mampu membangkitkan kembali nasionalisme Indonesia. Ketika kualitas

diri mahasiswa Indonesia meningkat dan kajian ilmiah semakin menguat,

mahasiswa Indonesia akan mampu menjadi poros bagi pergerakan

nasionalisme di Indonesia.