bab i universitas gunadarma hpp konvensional€¦ · harga pokok produksi adalah semua biaya yang...
TRANSCRIPT
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
1
BAB I
HPP KONVENSIONAL
Harga Pokok Produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi sebuah produk. Sedangkan untuk menghitung harga pokok produksi
per satuan produk yang dihasilkan, dapat dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi dengan jumlah unit yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
Unsur- unsur biaya produksi yaitu :
1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Biaya Overhead Pabrik.
Terdapat dua pendekatan dalam metode penentuan Harga Pokok Produksi
yaitu :
1. FULL COSTING
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik, baik yang bersifat variable maupun tetap. Dengan demikian harga pokok
produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya berikut ini :
Biaya bahan baku Rp XXX
Biaya tenaga kerja langsung Rp XXX
Biaya overhead pabrik variable Rp XXX
Biaya overhead pabrik tetap Rp XXX +
Harga Pokok Produksi Rp XXX
Laba besih yang dihitung dengan pendekatan full costing merupakan
Penjualan dikurangi Harga Pokok Produksi (Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga
Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik Variable + Biaya Overhead Pabrik Tetap)
di kurang dengan Total Biaya Non produksi (Biaya Administrasi & Umum + Biaya
Pemasaran).
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
2
2. VARIABLE COSTING
Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variable ke dalam harga pokok
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variable. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode
variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya bahan baku Rp XXX
Biaya tenaga kerja langsung Rp XXX
Biaya overhead pabrik variable Rp XXX +
Harga pokok produksi Rp XXX
Laba bersih yang dihitung dengan pendekatan variable costing merupakan
Penjualan dikurangi Total Biaya Variable (Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga
Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik Variable + Biaya Administrasi & Umum
Variable + biaya pemasaran Variable) dikurangi dengan Total Biaya Tetap (Biaya
Overhead Pabrik Tetap + Biaya Administrasi & Umum Tetap + Biaya Pemasaran
Tetap).
(Sumber : Akuntansi Manajemen, Mulyadi Edisi 3)
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
3
BAB I
CONTOH KASUS
HPP KONVENSIONAL
PT. SANGKOLO adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku
menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang
dikumpulkan pada akhir periode 2017.
1. Biaya Produksi :
Biaya bahan baku (raw material) Rp 8.000 /unit Biaya
tenaga kerja langsung (direct labor cost) Rp 6.000 /unit Total
biaya overhead pabrik (BOP) Rp 500.000.000/thn
(Variabel 60%, Tetap 40%)
Total biaya administrasi dan umum Rp 80.000.000 /thn
(Variabel 40%, Tetap 60%)
Total biaya pemasaran Rp 70.000.000/thn
(Variabel 80%, Tetap 20%)
2. Harga jual produk jadi sebesar Rp 70.000/unit
3. Data penjualan dan produksi :
Persediaan awal 35.000 unit
Produksi 80.000 unit
Penjualan 90.000 unit
Persediaan akhir 25.000 unit
Diminta :
1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing !
2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing!
3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
4
JAWABAN
CONTOH KASUS
1. Biaya Produksi per Unit
BOP Tetap/unit = 40% x Rp 500.000.000
80.000
= Rp 2.500
BOP Variabel / unit = 60% x Rp 500.000.000
80.000
= Rp 3.750
BIAYA PRODUKSI /
UNIT
METODE FULL
COSTING
METODE
VARIABEL
COSTING
BBB 8.000 8.000
BTKL 6.000 6.000
BOP VARIABEL 3.750 3.750
BOP TETAP 2.500 -
TOTAL BIAYA PRODUKSI 20.250 17.750
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
5
2. Laporan Laba Rugi
A. Full Costing
PT. SANGKOLO
INCOME STATEMENT
Penjualan ( 90.000 x Rp 70.000) Rp 6.300.000.000
HPP
Persediaan Awal (35.000 x Rp 20.250) Rp 708.750.000
BBB ( 80.000 x Rp 8.000 ) Rp 640.000.000
BTKL (80.000 x Rp 6.000) Rp 480.000.000
BOP Variabel (80.000 x Rp3.750) Rp 300.000.000
BOP Tetap (80.000 x Rp 2.500) Rp 200.000.000+
Biaya produksi Rp 1.620.000.000 +
BTUD Rp 2.328.750.000
Persediaan akhir (25.000 x Rp 20.250) (Rp 506.250.000)-
HPP (Rp 1.822.500.000)-
Laba kotor Rp 4.477.500.000
BiayaOperasi :
Biaya administrasi dan umum
- Variabel (40% x 80.000.000) = Rp 32.000.000
- Tetap (60% x 80.000.000) = Rp 48.000.000 +
Rp 80.000.000
Biaya Pemasaran
- Variabel (80% x 70.000.000) = Rp 56.000.000
- Tetap (20% x 70.000.000 = Rp 14.000.000 +
Rp 70.000.000 +
Total biaya operasi (Rp 150.000.000)-
Laba Bersih Rp 4.327.500.000
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
6
B. Variabel Costing
PT. SANGKOLO
INCOME STATEMENT
Penjualan ( 90.000 x Rp 70.000) Rp 6.300.000.000
HPP
Persediaan Awal ( 35.000 x Rp. 17.750) Rp 621.250.000
BBB ( 80.000 x Rp 8.000 ) Rp 640.000.000
BTKL (80.000 x Rp 6.000) Rp 480.000.000
BOP Variabel (80.000 x Rp 3.750) Rp 300.000.000 +
Biaya produksi Rp 1.420.000.000 +
BTUD Rp 2.041.250.000
Persediaan akhir (25.000 x Rp 17.750) (Rp 443.750.000) -
HPP Rp 1.597.500.000
Biaya Adm & Umum V (40% x 80.000.000) Rp 32.000.000
Biaya Pemasaran V (80% x 70.000.000) Rp 56.000.000 +
Total Biaya Variabel (Rp 1.685.500.000)
Laba Kontribusi Rp 4.614.500.000
BiayaTetap :
- BOP Tetap (80.000 x Rp 2.500) Rp 200.000.000
- Biaya Adm & Umum T (60% x 80.000.000) Rp 48.000.000
- Biaya Pemasaran T (20% x 70.000.000) Rp 14.000.000 +
Total Biaya Tetap (Rp 262.000.000)
Laba Bersih Rp 4.352.500.000
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
7
1. Analisis:
Setelah dilakukan perhitungan diketahui bahwa laba usaha dengan metode full costing
sebesar Rp 4.327.500.000, lebih kecil dari pada menggunakan metode variabel costing
sebesar Rp 4.352.500.000. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan dalam
penentuan biaya produksi per unit dimana dalam metode full costing biaya produksi/unit
sebesar Rp20.250 dan pada metode variabel costing sebesarRp 17.750, sehingga berpengaruh
pada nilai persediaan awal dan persediaan akhir pada kedua metodetersebut, yang pada
akhirnya menyebabkan perbedaan pada besarnya laba usaha.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
8
KASUS I
PENENTUAN HPP KONVENSIONAL
PT. SAKKULU adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku
menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang
dikumpulkan pada akhir periode 2017.
1. Biaya Produksi
Biaya bahan baku (raw material) Rp30.000/unit
Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Rp10.000/unit
Total biaya overhead pabrik (BOP) Rp500.000.000/th
(Variabel 70%, Tetap 30%)
Total biaya administrasi dan umum Rp70.000.000/th
(Variabel 40%, Tetap 60%)
Total biaya pemasaran Rp65.000.000/th
(Variabel 80%, Tetap 20%)
2. Hargajual produkjadisebesarRp70.000/unit
3. Data penjualan dan produksi:
Persediaan awal 8.000 unit
Produksi 100.000 unit
Penjualan 80.000 unit
Persediaan akhir 28.000 unit
Diminta :
1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing!
2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing!
3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya!
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
9
KASUS II
PENENTUAN HPP KONVENSIONAL
PT. JUKU EJA adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku
menjadi produk siap dijual. Berikut adalah data-data biaya produksi perusahaan yang
dikumpulkan pada akhir periode 2017.
1. Biaya Produksi
Biaya bahan baku (raw material) Rp10.000 /unit
Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) Rp 8.000 /unit
Total biaya overhead pabrik (BOP) Rp600.000.000/th
(Variabel 70%, Tetap 30%)
Total biaya administrasi dan umum Rp70.000.000/th
(Variabel35%, Tetap 65%)
Total biaya pemasaran Rp80.000.000/th
(Variabel 80%, Tetap 20%)
2. Harga jual produk jadi sebesar Rp75.000/unit
3. Data penjualan dan produksi:
Persediaan awal 8.000 unit
Produksi 100.000 unit
Penjualan 80.000 unit
Persediaan akhir 28.000 unit
Diminta :
1. Tentukan biaya produksi per unit dengan metode full costing dan variabel costing!
2. Susunlah laporan laba rugi dengan metode full costing dan variabel costing!
3. Buat analisis persediaan laba antara kedua metode tersebut dan cari penyebabnya!
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
10
VISUAL BASIC
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
11
FORM 3
CONTOH KASUS FORM 1
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
12
CONTOH KASUS FORM 2
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
13
BAB II
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING
Metode ABC (Activity Based Costing) merupakan alternative lain terhadap
metode pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap
metode tradisional kurang tepat dalam mengalokasikan biaya overhead keproduksi hanya
dengan mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja.
Metode ABC (Activity Based Cost) menurut Mulyadi (2003:25) merupakan sebuah
sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk
memungkinkan personil perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas.
Tujuan Activity Based Costing adalah untuk mengalokasikan biaya ke transaksi dari
aktivitas yang dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasikan biaya
tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap produk. Full Costing
dan Variable Costing (konvensional) menitikberatkan penentuan harga pokok produk pada
fase produksi saja, sedangkan untuk Activity Based Costing menitikberatkan penentuan harga
pokok produk pada semua fase pembuatan produk yang terdiri dari:
1. Fase design dan pengembanga nproduk
Biaya design (design expenses)
Biaya pengujian (testing expenses)
2. Fase produksi
Unit level activity cost
Batch level activity cost
Product sustaining activity cost
Facility sustaining activity cost
3. Fase dukungan logistik
Biaya iklan (advertising expenses)
Biaya distribusi (distribution expenses)
Biaya garansi produk (product guarantee expenses)
Manfaat metode ABC :
1. Sebagai penentu harga pokok produk yang lebih akurat
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
14
2. Meningkatkan mutu pembuatan keputusan
3. Menyempurnakan perencanaan strategic
4. Meningkatkan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola aktivitas yang melalui
penyempurnaan yang berkesinambungan.
Keunggulan dari ABC :
1. Dapat mengatasi diversitas (perbedaan) volume dan produk sehingga pelaporan biaya
produknya lebih akurat.
2. Mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut.
3. Dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak
bernilai tambah.
4. Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan pengambilan
keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas
sehingga dapat menigkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
Kelemahan dari ABC:
1. Mengharuskan manajer melakukan perubahan radikal dalam cara berfikir mereka
mengenai biaya, yang pada awalnya sulit bagi manajer untuk memahami ABC.
2. Memerlukan upaya ekstra dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam
perhitungan biaya.
3. Tidak menunjukkan biaya yang akan dihindari dengan menghentikan pembuatan
lebih sedikit produk.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
15
CONTOH KASUS
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACCTIVITY BASED COSTING
PT. KOI memproduksi 4 jenis produk yaitu : A, B, C, D dengan data sebagai berikut:
Biaya Tenaga Kerja : 1.500/jam
Biaya Overhead Pabrik
- Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) : Rp 175.000
- Biaya Listrik : Rp 165.000
- Biaya Perawatan Mesin (Mechine Maintenance Cost) : Rp 120.000
- Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost) : Rp 140.000
Rp 600.000
Hitunglah Harga Pokok Produk per unit :
a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin!
b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :
KETERANGAN A B C D Total
Unit Keluaran 2.000 unit 1.500 unit 500 unit 1.000 unit 5.000 unit
Biaya Material
( Material Cost)
Rp
200.000
Rp
150.000
Rp
120.000 Rp250.000
Rp
720.000
Jam Inspeksi
(Inspection Hours) 160 jam 200 jam 180 jam 140 jam 680 jam
Kilowatt
(Kilowatt Hours) 1.600 kwh 1.200 kwh 1. 400 kwh 1.800 kwh 6.000 kwh
Jam Mesin
(Machine Hours) 800 jam 750 jam 600 jam 650 jam 2.800 jam
Putaran Produksi
(Production Cycle) 85 70 75 65 295
Jam Kerja Langsung
(Direct Labour Hours) 80 jam 75 jam 60 jam 70 jam 285 jam
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
16
- Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi
- Biaya Listrik dialokasikan berdasarkan kilowatt jam.
- Biaya Perawatan Mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin.
- Biaya Persiapan Produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi.
c. Bandingkan hasil dari kedua etode tersebut!
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
17
JAWABAN CONTOH KASUS
a. Metode Konvesional :
Tariff BOP : Rp 600.000 / 2.800 JM = Rp 214,28 / Jam Mesin
KETERANGAN A B C D
Biaya Material Rp 200.000 Rp 150.000 Rp 120.000 Rp 250.000
BTKL Rp 120.000 Rp 112.500 Rp 90.000 Rp 105.000
Biaya Utama Rp 320.000 Rp 262.500 Rp 210.000 Rp 355.000
BOP
@Rp 214,28 Rp 171.424 Rp 160.710 Rp 128.568 Rp 139.282
HPP Rp 491.424 Rp 423.210 Rp 338.568 Rp 494.282
Unit yg diproduksi 2000 unit 1500 unit 500 unit 1000 unit
HPP/unit Rp 245,71 Rp 282,14 Rp 677,14 Rp 494,28
Perhitungan :
- BTKL = Jam Kerja Langsung X Biaya Tenaga Kerja
- Biaya Utama = Biaya Material + BTKL
- BOP = Jam Mesin X Tarif Bop
- HPP = Biaya Utama + BOP
- HPP/unit = HPP : Unit yang diproduksi
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
18
b. Metode ABC
Biaya Inspeksi Pabrik : Rp 175.000/ 680 jam = Rp 257,35/ jam inspeksi
Biaya Listrik : Rp 165.000/ 6.000 kwh = Rp 27,50/ kwh
Biaya Perawatan Mesin : Rp 120.000/ 2.800 = Rp 42,86/ jam mesin
Biaya Persiapan Produksi : Rp 140.000/ 295 = Rp 474,58/ putaran
KETERANGAN A B C D
Biaya Utama Rp 320.000 Rp 262.500 Rp 210.000 Rp 355.000
Biaya Inspeksi
@ Rp 257,35/ jam Rp 41.176 Rp 51.470 Rp 46.323 Rp 36.029
Biaya Listrik
@ Rp 27,50/ kwh Rp 44.000 Rp 33.000 Rp 38.500 Rp 49.500
Biaya Perawatan
@ Rp 42,86/ jam mesin Rp 34.288 Rp 32.145 Rp 25.716 Rp 27.859
Baiaya Persiapan
@ Rp 474,58/ putaran Rp 40.339,3 Rp 33.220,6 Rp 35.593,5 Rp 30.847,7
HPP Rp 479.803,3 Rp 412.355,6 Rp 356.132,5 Rp 499.235,7
Unit yg Diproduksi 2.000 unit 1500 unit 500 unit 1000 unit
HPP/unit Rp 239,90 Rp 274,90 Rp 712,26 Rp 499,23
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
19
c. Membandingkan Hasil Yang Diperoleh
KETERANGAN A B C D
HPP / Unit Konvesional Rp 245,71 Rp 282,14 Rp 677,14 Rp 494,28
HPP / Unit ABC Rp 239,90 Rp 274,90 Rp 712,26 Rp 499,23
% Perubahan Pemakaian
ABC -2,42% -2,63% 4,93 % 0,99%
Rumus ;
% Perubahan Pemakaian ABC = HPP per unit ABC – HPP per unit konvensional
x 100
HPP per unit ABC
Metode ABC membebankan BOP lebih besar terhadap produksi dengan volume lebih
rendah sehingga HPP / unit yang menjadi lebih mahal dan membebankan BOP lebih kecil
terhadap produksi dengan volume yang lebih tinggi sehingga HPP/unit lebih murah.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
20
KASUS 1
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING
PT. GULUGULU memproduksi 4 jenis produk yaitu : E, F, G, H dengan data sebagai berikut
:
Biaya Tenaga Kerja 2.200/jam
Biaya Overhead Pabrik
Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) : Rp 180.000
Biaya Listrik : Rp 130.000
Biaya Tenaga Kerja : 2.200/jam
Biaya Overhead Pabrik
- Biaya Inspeksi Pabrik (Factory Inspection Expense) : Rp 180.000
- Biaya Listrik : Rp 130.000
- Biaya Perawatan Mesin (Mechine Maintenance Cost) : Rp 150.000
- Biaya Persiapan Produksi (Product Preparation Cost) : Rp 125.000
Rp 585.000
Hitunglah Harga Pokok Produk per unit :
KETERANGAN E F G H Total
Unit Keluaran 2.300 unit 2.000 unit 800 unit 1.000 unit 6.100 unit
Biaya Material
( Material Cost) Rp 230.000 Rp 180.000 Rp 200.000 Rp 190.000 Rp 800.000
Jam Inspeksi
(Inspection Hours) 210 jam 160 jam 180 jam 150 jam 700 jam
Kilowatt
(Kilowatt Hours) 1.800 kwh 1.400 kwh 1.500 kwh 1.300 kwh 6.000 kwh
Jam Mesin
(Machine Hours) 780 jam 750 jam 770 jam 700 jam 3.000 jam
Putaran Produksi
(Production Cycle) 75 80 65 60 280
Jam Kerja Langsung
(Direct Labour Hours) 82 jam 75 jam 85 jam 78 jam 320 jam
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
21
a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam mesin!
b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :
- Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi
- Biaya Listrik dialokasikan berdasarkan kilowatt jam.
- Biaya Perawatan Mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin.
- Biaya Persiapan Produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi.
c. Bandingkan hasil dari kedua etode tersebut!
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
22
KASUS 2
PENENTUAN HPP DENGAN METODE
ACTIVITY BASED COSTING
PT. KOKUMI memproduksi empat jenis produk yaitu : I, J, K, L dan dengan data sebagai
berikut:
Biaya tenaga kerja Rp1.100 / jam
Biaya Overhead Pabrik
• Biaya inspeksi pabrik (Factory inspection expense) Rp 125.000
• Biaya Listrik Rp 115.000
• Biaya perawatan mesin (machine maintenance cost) Rp 120.000
• Biaya Persiapan produksi (product preparation cost) Rp 140.000 +
Rp 500.000
Hitunglah harga pokok per unit :
a. Menggunakan metode konvensional dengan memakai tarif overhead jam tenaga kerja!
b. Menggunakan ABC dengan pemacu biaya sebagai berikut :
KETERANGAN I J K L Total
Unit Keluaran 1.500 unit 1.000 unit 700 unit 800 unit 4.000 unit
Biaya Material
( Material Cost) Rp200.000
Rp145.000 Rp250.000 Rp170.000 Rp765.000
Jam Inspeksi
(Inspection Hours) 180 jam 165 jam 145 jam 120 jam 610 jam
Kilowatt
(K]ilowatt Hours) 1.500 kwh 1.000 kwh 1.700 kwh 800 kwh 5.000 kwh
Jam Mesin
(Machine Hours) 720 jam 710 jam 700 jam 670 jam 2.800 jam
Putaran Produksi
(Production Cycle) 70 60 65 55 250
Jam Kerja Langsung
(Direct Labour Hours) 78 jam 75 jam 72 jam 60 jam 285 jam
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
23
Biaya Inspeksi pabrik dialokasikan berdasarkan jam inspeksi
Biaya Listrik dialokasikan berdsarkan kilowatt jam
Biaya perawatan mesin dialokasikan berdasarkan jam mesin
Biaya persiapan produksi dialokasikan berdasarkan putaran produksi
c. Bandingkan hasil dari kedua metode tersebut!
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
24
VISUAL BASIC :
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
25
CONTOH KASUS :
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
26
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
27
BAB III
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
Menurut L.M. Samryn, S.E., Ak., M.M., Perilaku biaya (cost behaviour) dapat
diartikan sebagai kecenderungan perubahan biaya sebagai respons atas perubahan tingkat
aktivitas dalam bisnis (2012 : 46). Perilaku biaya merupakan pola perubahan biaya dalam
kaitannya dengan perubahan kegiatan perusahaan, seperti volume produksi, volume
penjualan dan sebagainya. Pada umumnya pola perilaku biaya diartikan sebagai hubungan
antara total biaya dengan perubahan volume kegiatan.
Estimasi tingkah laku biaya bertujuan untuk menguraikan berbagai macam sifat
dan cara penetapan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan. Pengetahuan mengenai bagaimana suatu biaya akan berubah dibawah berbagai
macam pengaruh merupakan hal yang penting dalam pengambilan keputusan, estimasi
biaya di masa yang akan datang, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.
Berdasarkan perilaku dalam hubungan dengan perubahan volume kegiatan, biaya
dapat dibagi menjadi tiga golongan :
1. Biaya Variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) tidak mengalami
perubahan dengan adanya perubahan volume kegiatan.
Contoh : Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung
2. Biaya Tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan
volume kegiatan tertentu. Biaya tetap per unit berubah dengan adanya perubahan
volume kegiatan.
Contoh : Biaya gaji pimpinan, Gaji direktur produksi dsb.
3. Biaya semi variable merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini memiliki unsur tetap dan variabel di
dalamnya.
Contoh : Biaya Listrik, Biaya pemeliharaan kendaraan.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
28
Pada umumnya, klasifikasi dan estimasi biaya yang lebih dapat diandalkan diperoleh
dengan menggunakan pendekatan analisis biaya masa lalu, dengan beberapa metode yaitu :
1. Metode Titik Tertinggi dan Terendah (High And Low Point Method)
Maksud dari titik tertinggi dan terendah disini adalah titik tertinggi adalah suatu titik
dengan tingkat output dan aktivitas tertinggi, sedangkan titik terendah adalah titik dengan
tingkat output dan aktivitas yang terendah. Jadi dalam metode ini suatu biaya pada tingkat
aktivitas tertinggi dibandingkan dengan biaya tersebut pada tingkat aktivitas terendah dimasa
yang lalu. Selisih biaya yang dihitung merupakan unsur biaya variabel dalam biaya tersebut.
Rumus :
Y = a + bx
Dimana :
Y = Total biaya b = Biaya variabel per satuan a = Biaya tetap x = Volume
kegiatan
Rumus perhitungan a dan b tersebut adalah sebagai berikut :
a = Y1 – bX1 atau a = Y2 – bX2, dan
Dimana:
a = Biaya tetap Y2 = Perubahan biaya tertinggi
b = Biaya variabel X1= Perubahan aktivitas terendah
Y1 = Perubahan biaya terendah X2 = Perubahan aktivitas tertinggi
2. Metode Biaya Berjaga (Stand By Cost Method)
Metode ini digunakan untuk menaksir biaya tetap dan biaya variabel bila sebuah
perusahaan menutup kegiatannya untuk sementara. (L.M. Samryn, S.E., Ak., M.M., 2012 :
51). Metode ini disebut biaya berjaga karena dimaksudkan untuk menghitung cadangan
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
29
dana yang harus disiapkan untuk berjaga-jaga selama tenggang waktu tanpa kegiatan
normal.
Biaya ini merupakan unsur bagian yang berperilaku tetap. Perbedaan antara biaya
yang dikeluarkan selama kegiatan berjalan dengan biaya berjaga merupakan unsur biaya
yang berperilaku variabel.
Rumus :
Y = a + bx
Dimana :
Y = Total biaya
a = Biaya tetap
b = Biaya variabel per satuan
x = Volume kegiatan
Rumus perhitungan b adalah sebagai berikut :
3. Metode Kuadrat Terkecil (Least-square Method)
Metode ini merupakan pengukuran dari jumlah biaya yang ada untuk mengetahui
rata–rata biaya tetap dan rata-rata biaya variabel.
Rumus :
Y = a + bx
Dimana :
Y = Total biaya
a = Biaya tetap
b = Biaya variabel per satuan
x = Volume kegiatan
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
30
Rumus perhitungan a dan b adalah sebagai berikut :
𝒃 = 𝒏.𝚺𝐱𝐲− 𝚺𝐱.𝚺𝐲
𝒏.𝚺𝒙𝟐−(𝚺𝒙)𝟐 dan 𝒂 = 𝚺𝐲−𝐛(𝚺𝐱)
𝐧
Dimana:
a = Biaya tetap
b = Biaya variabel per satuan
x = Unit yang terjual
y = Biaya sesungguhnya
n = Jumlah data
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
31
BAB III
CONTOH KASUS
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
PT. BIMA adalah sebuah perusahaan yang memproduksi bakso dengan kualitas
tinggi akan mengamati biaya penjualannya selama 4 bulan terakhir untuk
merencanakan berapa biaya yang akan dikeluarkan dimasa yang akan datang.
Berikut data biaya penjualan PT. BIMA:
TABEL DATA BIAYA PENJUALAN PT. BIMA
Bulan Unit yang Terjual Biaya Penjualan
Januari 100 Rp 300.000
Februari 200 Rp 400.000
Maret 300 Rp 500.000
April 400 Rp 600.000
Pertanyaan :
1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik
terendah (high and low point method) jika dalam anggaran PT. BIMA merencanakan
menaikkan penjualan sebesar 250 unit yang terjual. Berapakah jumlah biaya
penjualan yang harus dikeluarkan ?
2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby
method), dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp. 400.000,- per
bulan. Jika perusahaan merencanakan menaikkan penjualan sebesar 250 unit yang
terjual, berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan oleh PT. BIMA?
3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil (leastsquare
method) jika perusahaan merencanakan menaikkan penjualan sebesar 250 unit yang
terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan?
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
32
JAWABAN
CONTOH KASUS
1. METODE HIGH AND LOW POINT
Titik Tertinggi Titik Terendah Selisih
Unit yang Terjual 400 100 300
Biaya Penjualan Rp 600.000 Rp 300.000 Rp 300.000
Biaya Variabel (b) = Rp 300.000 /300 = Rp 1.000
TITIK KEGIATAN
Tertinggi Terendah
By penjualan yg sering terjadi Rp 600.000 Rp 300.000
By penjualan variable
Rp 1000 x 400 Rp 400.000
Rp 1000 x 100 Rp 100.000
By penjualan tetap Rp 200.000 Rp 200.000
Persamaan Linear :
Y = a+bx
Y = Rp 200.000 + Rp 1000x
Jika Perusahaan ingin merencanakan kenaikan 250 unit yang
terjual maka : Y = Rp 200.000 + Rp 1000 (250)
Y = Rp 450.000
Jadi biaya penjualan yang harus dikeluarkan jika perusahaan ingin
menaikkan penjualan 250 unit adalah sebesar Rp 450.000
2. METODE BERJAGA-JAGA
Biaya yang dikeluarkan pada tingkat 400 unit Rp 600.000
Biaya tetap (fixed cost) Rp 400.000 -
Selisih (Variance) Rp 200.000
Biaya variabel = Rp 200.000 / 400 = Rp 500 per unit yang terjual
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
33
Persamaan garis linear :
Y = a + b X
Y = 400.000 + 500 X
Jika perusahaan ingin merencanakan kenaikan sebesar 250 unit yang
terjual, maka : Y = 400.000 + 500 (250)
Y = Rp 525.000
Jadi biaya penjualan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menaikkan
penjualan 250 unit adalah sebesar Rp 525.000
3. METODE LEAST-SQUARE
BULAN UNIT YANG
TERJUAL (X)
BIAYA
PENJUALAN (Y)
XY X2
JANUARI 100 Rp 300.000 Rp 30.000.000 10.000
FEBRUARI 200 Rp 400.000 Rp 80.000.000 40.000
MARET 300 Rp 500.000 Rp 150.000.000 90.000
APRIL 400 Rp 600.000 Rp 240.000.000 160.000
TOTAL 1000 Rp 1.800.000 Rp 500.000.000 300.000
b = 4 x 500.000.000 – 1000 x 1.800.000
4 x 300.000 – (1.000)2
b = 2.000.000.000 - 1.800.000.000
1.200.000 – 1.000.000
b = 200.000.000
200.000
b = Rp 1.000
a = ∑y – b (∑x)
n
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
34
a = 1.800.000 – 1000 (1000)
4
a = 800.000
4
a = Rp 200.000
Jadi, persamaan garis linear:
Y = a + bx
Y = Rp 200.000 + Rp 1000 X
Jika perusahaan ingin merencanakan kenaikan sebesar 250 unit yang terjual
maka :
Y = Rp 200.000 + Rp 1000 X
Y = Rp 200.000 + Rp 1000 (250) Y = Rp 450.000
Jadi biaya produksi yang harus dikeluarkan jika perusahaan ingin menaikkan penjualan
250 unit adalah sebesar Rp 450.000
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
35
KASUS I
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
PT. JOKER akan bekerja sama dengan PT KING. Sebelum memutuskan untuk
bekerja sama, PT. JOKER akan mengamati biaya penjualannya selama 4 bulan
terakhir (tahun 2019). PT. JOKER adalah sebuah perusahaan yang
memproduksi jam tangan dengan kualitas tinggi. Data biaya penjualan sebagai
berikut:
BULAN UNIT YANG TERJUAL BIAYA PENJUALAN
JANUARI 200 Rp 400.000
FEBRUARI 300 Rp 500.000
MARET 400 Rp 600.000
APRIL 500 Rp 700.000
Pertanyaan :
1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik
terendah (high and low point method) jika dalam anggaran akhir tahun 2019
PT. JOKER merencanakan menaikkan penjualan sebesar 450 unit yang
terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan?
2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby
method), dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp.
400.000,- per bulan. Jika perusahaan menaikkan penjualan sebesar 450 unit
yang terjual, berapakah jumlah biaya penjualan (total sales expence) yang
harus dikeluarkan oleh PT. JOKER?
3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil
(leastsquare method) jika perusahaan merencanakan menaikkan 450 unit yang
terjual. Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan?
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
36
KASUS II
ESTIMASI TINGKAH LAKU BIAYA
PT. SAMSUNG adalah sebuah perusahaan yang memproduksi televisi
berkualitas tinggi, akan mengamati biaya penjualan selama 5 bulan terakhir (tahun
2019). Data biaya penjualan sebagai berikut :
BULAN UNIT YANG TERJUAL BIAYA PENJUALAN
AGUSTUS 1.000 Rp 500.000
SEPTEMBER 3.000 Rp 700.000
OKTOBE 2.000 Rp 600.000
NOVEMBER 4.000 Rp 800.000
DESEMBER 5.000 Rp 900.000
Pertanyaan :
1. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode titik tertinggi dan titik terendah
(high and low point method) jika dalam anggaran akhir tahun 2019 PT. SAMSUNG
merencanakan menaikkan penjualan sebesar 2.500 unit yang terjual. Berapakah
jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan?
2. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode biaya terjaga (standby method),
dengan biaya tetap (fixed cost) yang dikeluarkan sebesar Rp. 300.000,- per bulan.
Jika perusahaan menaikkan penjualan sebesar 2.500 unit yang terjual, berapakah
jumlah biaya penjualan (total sales expence) yang harus dikeluarkan oleh PT.
SAMSUNG?
3. Tentukanlah persamaan garis linear dengan metode kuadrat terkecil (leastsquare
method) jika perusahaan merencanakan menaikkan 2.500 unit yang terjual.
Berapakah jumlah biaya penjualan yang harus dikeluarkan?
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
37
VISUAL BASIC
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
38
FORM 3
FORM 4
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
39
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
40
BAB IV
LAPORAN SEGMENTASI
A. PELAPORAN YANG DISEGMEN
Dalam sebuah perusahaan, agar kegiatan didalamnya dapat beroperasi secara efektif,
manajer membutuhkan laporan yang memfokuskan pada segmen perusahaan. Segmen ini
dapat berupa bagian atau aktivitas dalam sebuah organisasi yang selanjutnya untuk segmen ini
para manajer kemudian mengumpulkan data biaya, pendapatan, dan laba.
Berdasarkan pendekatan manajemen, segmen yang digunakan untuk pelaporan
eksternal ditentukan melalui strktur internal bisnis. Jika pelaporan internal berdasar wilayah
maka laporan segmen harus berdasarkan geografis. Jika pelaporan internal berdasar lini
produk industri, maka laporan segmen harus memakai dasar yang sama. Hal ini dapat
disimpulkan segmen adalah bukti dari struktur suatu organisasi internal perusahaan, dan
pembuat laporan keuangan harus bisa menyediakan informasi yang diperlukan secara efektif
dan tepat waktu.
B. KONSEP ALOKASI DASAR
Laporan yang disegmen untuk kegiatan intern disajikan secara khusus dalam bentuk
kontribusi. Pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan ini
adalah sama seperti pedoman penentuan harga pokok yang digunakan pada umumnya, kecuali
satu hal yang tidak sama yaitu terletak pada penanganan biaya tetap. Dimana biaya tetap
dibagi ke dalam dua bagian pada laporan yang disegmen yaitu Direct Fixed Cost dan
Common Fixed Cost.
Direct Fixed Cost yaitu biaya tetap yang dapat dikaitkan langsung pada segmen
tertentu dan yang timbul karena adanya segmen sedangkan Common Fixed Cost yaitu biaya
tetap yang tidak dapat dikaitkan langsung pada setiap segmen tertentu, tetapi timbul karena
aktivitas operasi keseluruhan. Dua pedoman umum yang dapat diikuti dalam pembebanan
biaya terhadap segmen adalah bahwa biaya dapat dikelompokkan berdasarkan :
Pada perilaku biaya sehingga semua biaya dikelompokkan sebagai biaya variabel
dan biaya tetap. Penyajian biaya berdasarkan karakteristik ini digunakan untuk
menghitung marjin kontribusi. Informasi yang dihasilkannya bermanfaat dalam
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
41
mengevaluasi pentingnya keberadaan suatu produk sebagai segmen dalam
menghasilkan laba.
Dapat atau tidaknya suatu biaya secara langsung ditelusuri hubungannya dengan
segmen dimana biaya tersebut terjadi. Penyajian biaya menurut karakteristik ini
dimaksudkan untuk melihat keterkaitan suatu biaya dengan segmen yang dihitung
laba ruginya. Dalam kenyataannya, terdapat biaya-biaya tetap yang terjadi karena
adanya suatu segmen bisnis sehngga penutupan suatu segmen misalnya dapat
menyebabkan hilangnya sekelompok biaya tertentu.
Terdapat beberapa alternatif untuk menetapkan segmen-segmen suatu perusahaan guna
menghasilkan informasi yang signifikan kepada investor. Tiga alternatif yang penting adalah:
Divisi geografis (segmentasi yang didasarkan pada letak geografis mungkin sangat
informatif bagi perusahaan, terutama dalam membedakan operasi domestik dan luar
negeri).
Divisi Lini produk atau industrial (memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
perbedaan profitabilitas, tingkat risiko, dan peluang pertumbuhan)
Divisi berdasarkan struktur intern pengendalian manajemen (mengumpulkan data
akurat yang diperlukan dengan biaya tambahan terkecil).
Penyajian dalam Pelaporan Segmen :
a. Perusahaan harus menggambarkan aktivitas masing-masing segmen industri dan
menunjukkan komposisi masing- masing segmen tersebut.
b. Untuk setiap segmen industri dan geografis yang dilaporkan, informasi keuangan
berikut ini harus di ungkapkan: “Penjualan atau pendapatan operasi lainnya, dibedakan
antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan di luar perusahaan dan pendapatan
dari segmen lain, hasil segmen, aktiva segmen yang digunakan, dinyatakan dalam
jumlah uang atau sebagai persentase dari jumlah yang dikonsolidasikan”.
c. Perusahaan harus menyajikan rekonsiliasi antara informasi segmen-segmen individual
dan informasi keseluruhan dalam laporan keuangan.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
42
C. TUJUAN PELAPORAN SEGMEN
Tujuan dari pelaporan segmen adalah untuk menetapkan prinsip-prinsip pelaporan
informasi keuangan berdasarkan segmen dalam rangka membantu pengguna laporan
keuangan dalam :
Memahami kinerja masa lalu perusahaan secara lebih baik
Menilai risiko dan imbalan perusahaan secara lebih baik
Menilai perusahaan secara keseluruhan secara lebih memadai
D. KEBIJAKAN AKUNTANSI SEGMEN
Informasi segmen harus disusun dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi atau perusahaan. Kebijakan
akuntansi yang dipilih manajemen untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi atau
perusahaan dianggap sebagai kebijakan akuntansi yang diyakini manajemen paling sesuai
untuk pelaporan keuangan eksternal. Karena tujuan informasi segmen ialah untuk
membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan membuat penilaian yang
lebih memadai mengenai perusahaan secara keseluruhan.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
43
CONTOH KASUS
LAPORAN SEGMENTASI
Fresh Company adalah perusahaan yang memproduksi parfum berkualitas yang ada
di Indonesia. Salah satu produk andalan mereka yaitu Victoria dan Blossom dimana produk
tersebut dijual di daerah Jakarta dan Bandung. Berikut adalah data biaya dan pendapatan
masing-masing produk dan daerah penjualan:
1. Harga jual,biaya variabel dan kontribusi margin :
Victoria Blossom
Harga jual per unit Rp 750.000,00 Rp 575.000,00
Biaya variabel per satuan Rp 128 .000,00 Rp 130.000,00
Kontribusi margin Rp 580.000,00 Rp 350.000,00
2. Selama tahun 2016, produk parfum Victoria terjual sebanyak 15.000 unit satuan dan
produk parfum Blassom sebanyak 7.500 unit satuan.
Produk parfum Victoria terjual sebanyak 75% dari total penjualannya untuk daerah
Jakarta dan sisanya untuk daerah Bandung. Sedangkan untuk produk parfum Blossom
terjual sebanyak 45% dari total penjualannya untuk daerah Jakarta dan sisanya untuk
daerah Bandung. Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2016 yaitu :
Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :
Victoria Blossom
Biaya Produksi Tetap Rp 160.000.000,00 Rp 120.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 35.000.000,00 Rp 46.000.000,00
Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :
Jakarta Bandung
Biaya Penjualan Tetap Rp 55.000.000,00 Rp 38.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 2.700.000,00 Rp 2.500.000,00
Diminta :
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
44
1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah
penjualan (Territorial Segmen)
2. Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk
(Produk Line)
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
45
JAWABAN CONTOH KASUS
LAPORAN SEGMENTASI
1. Berdasarkan Daerah Penjualan
Jakarta Bandung Jumlah
Penjualan
- Victoria
- Blossom
Rp 8.437.500.000,00
Rp 1.940.625.000,00
Rp 2.812.500.000,00
Rp 2.371.875.000,00
Rp 11.250.000.000,00
Rp 4.312.500.000,00
Total Penjualan Rp 10.378.125.000,00 Rp 5.184.375.000,00 Rp 15.562.500.000,00
Biaya Variabel :
- Victoria
- Blossom
(Rp 1.440.000.000,00)
(Rp 438.750.000,00)
(Rp 480.000.000,00)
(Rp 536.250.000,00)
(Rp 1.920.000.000,00)
(Rp 975.000.000,00)
Total Biaya Variabel (Rp 1.878.750.000,00) (Rp 1.016.250.000,00) (Rp 2.895.000.000,00)
Contribution Margin Rp 8.499.375.000,00 Rp 4.168.125.000,00 Rp 12.667.500.000,00
Direct Fixed Expenses :
- Biaya Penjualan
- Biaya Administrasi
(Rp 55.000.000,00)
(Rp 2.700.000,00)
(Rp 38.000.000,00)
(Rp 2.500.000,00)
(Rp 93.000.000,00)
(Rp 5.200.000,00)
Territorial Margin Segmen Rp 8.441.675.000,00 Rp 4.127.625.000,00 Rp 12.569.300.000,00
Common Fixed Expenses :
- Biaya Produksi
- Biaya Administrasi
(Rp 280.000.000,00)
(Rp 81.000.000,00)
Penghasilan Netto Rp 12.208.300.000,00
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
46
2. Berdasarkan Lini Produk
Victoria Blossom Jumlah
Penjualan
Biaya Variabel
Rp 11.250.000.000,00
(Rp 1.920.000.000,00)
Rp 4.312.500.000,00
(Rp 975.000.000,00)
Rp 15.562.500.000,00
(Rp 2.895.000.000,00)
Contribution Margin Rp 9.330.000.000,00 Rp 3.337.500.000,00 Rp 12.667.500.000,00
Direct Fixed Expenses :
- Biaya Produksi
- Biaya Administrasi
(Rp 160.000.000,00)
(Rp 35.000.000,00)
(Rp 120.000.000,00)
(Rp 46.000.000,00)
(Rp 280.000.000,00)
(Rp 81.000.000,00)
Product Line Fixed Margin Rp 9.135.000.000,00 Rp 3.171.500.000,00 Rp 12.306.500.000,00
Comon Fixed Expenses :
- Biaya Penjualan
- Biaya Administrasi
(Rp 93.000.000,00)
(Rp 5.200.000,00)
Penghasilan Netto Rp 12.208.300.000,00
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
47
KASUS 1
LAPORAN SEGMENTASI
CV. Asix Teknologi adalah perusahaan yang memproduksi smartphone berkualitas
yang ada di Indonesia. Salah satu produk andalan mereka yaitu Opo dan Pipo dimana produk
tersebut dijual di daerah Surabaya dan Semarang. Berikut adalah data biaya dan pendapatan
masing-masing produk dan daerah penjualan:
1. Harga jual,biaya variabel dan kontribusi margin :
Opo Pipo
Harga jual per unit Rp 4.900.000,00 Rp 3.600.000,00
Biaya variabel per satuan Rp 625.000,00 Rp 470.000,00
Kontribusi margin Rp 4.350.000,00 Rp 3.050.000,00
2. Selama tahun 2017, produk smartphone Opo terjual sebanyak 40.000 unit satuan
dan produk smartphone Pipo sebanyak 20.000 unit satuan.
Produk smartphone Opo terjual sebanyak 85% dari total penjualannya untuk daerah
Surabaya dan sisanya untuk daerah Semarang. Sedangkan untuk produk smartphone
Pipo terjual sebanyak 40% dari total penjualannya untuk daerah Surabaya dan sisanya
untuk daerah Semarang. Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2017 yaitu :
Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :
Opo Pipo
Biaya Produksi Tetap Rp 510.000.000,00 Rp 428.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 169.000.000,00 Rp 136.000.000,00
Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :
Surabaya Semarang
Biaya Penjualan Tetap Rp 198.000.000,00 Rp 178.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 12.600.000,00 Rp 12.500.000,00
Diminta :
1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah
penjualan (Territorial Segmen)
2. Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk
(Produk Line)
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
48
KASUS2
LAPORAN SEGMENTASI
PT.ABG menjual dua produk yaitu Jaket dan Switer di dua daerah penjualan, Bogor
dan Bekasi. Data biaya dan pendapatan masing-masing produk dan daerah penjualan adalah
sebagai berikut :
Harga jual dan biaya variabel:
Jaket Switer
Harga jual per satuan Rp 580.000,00 Rp 425.000,00
Biaya variabel per satuan Rp 165.000,00 Rp 130.000,00
Kontribusi Margin Rp 515.000,00 Rp 395.000,00
Selama tahun 2018, Produk Jaket dan Switer terjual sebanyak 2.500 unit.
Di daerah penjualan Bogor, jumlah produk Jaket terjual sebanyak 70% dari total
penjualannya dan sisanya untuk daerah Bekasi. Sedangkan untuk Produk Switer di daerah
Bogor terjual sebanyak 55% dari total penjualannya dan sisanya daerah Bekasi.
Biaya tetap yang terjadi selama tahun 2018
Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan tiap lini produk :
Jaket Switer
Biaya Produksi Tetap Rp 110.000.000,00 Rp 98.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 27.00.000,00 Rp 14.000.000,00
Biaya tetap yang dibebankan berdasarkan daerah penjualan :
Bogor Bekasi
Biaya PenjualanTetap Rp 46.000.000,00 Rp 35.000.000,00
Biaya Administrasi Tetap Rp 1.900.000,00 Rp 1.800.000,00
Diminta :
1. Susunlah Laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan daerah
penjualan (Teritorial Segmen)
2. Susunlah laporan L/R (Income Statement) yang disegmen berdasarkan lini produk
(Produk Line)
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
49
VISUAL BASIC
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
50
CONTOH KASUS :
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
51
BAB V
ANALISIS CPV
Menurut Garrison/Noreen (2006:322) analisis CPV merupakan salah satu dari
beberapa alat yang sangat berguna bagi manajer dalam memberikan perintah guna membantu
manajer untuk memahami hubungan timbal balik antara biaya, volume, dan laba.
Analisis CPV merupakan salah satu alat bagi manajemen untuk merencanakan
komposisi tingkat biaya, volume, dan laba yang menguntungkan bagi perusahaan. Ada 3
faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu biaya, harga jual, dan volume
(penjualan dan produksi).
Analisis biaya-volume-laba membantu manajer untuk melihat hubungan antara 5
unsur berikut:
1. Harga produk yaitu harga yang ditetapkan selama suatu periode tertentu secara konstan.
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu banyaknya produk yang dihasilkan dan direncakan
akan dijual selama suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung
pada setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik selama suatu periode tertentu.
5. Bauran produk yang dijual yaitu proporsi relative produk-produk perusahaan yang akan
dijual.
Selain itu, analisis ini juga dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut :
1. Mengetahui jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan
tertentu.
3. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita
kerugian.
4. Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan.
5. Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang
ditargetkan.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
52
1. ANALISIS IMPAS
Menurut Krismiaji dan Aryani (2011:170), “Break Even Point atau titik impas sebagai
sebuah titik di mana jumlah pendapatan penjualan sama dengan jumlah biaya. Dengan
demikian pada titik ini perusahaan tidak memperoleh laba, namun juga tidak menderita rugi
(laba=0).” Kondisi ini sangat penting untuk diketahui perusahaan guna merencanakan atau
bahkan menghentikan operasi.
Manfaat atau Kegunaan Analisis Break Even Point (BEP)
Analisis break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran atau
tujuan perusahaan, kegunaannya antara lain:
1. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha tertentu dan dapat
digunakan untuk perencanaan laba/profit planning.
2. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan yaitu
untuk mencocokkan antara realisasi biaya dengan angka-angka dalam perhitungan
break even point sebagai pengendalian atau controlling.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual yaitu setelah diketahui
hasil perhitungan menurut analisis break even point dan laba yang ditargetkan.
4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan
seorang manajer, misalnya seorang manajer akan mengambil suatu keputusan tertentu
terlebih dahulu menanyakan titik break even point.
Break Even Point (BEP)
A. Pendekatan Persamaan
Seperti pada artian titik impas bahwa:
Perusahaan tidak memperoleh laba atau menderita rugi
Total penjualan sama dengan total biaya
Laba sama dengan nol
Maka persamaan titik impas dapat disajikan sebagai berikut:
Penjualan = Total Biaya
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
53
Biaya Tetap Total
Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit
Dalam persamaan ini, total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya
variabel. Dengan demikian, persamaan yang lengkap adalah:
Dalam kondisi ini, laba sama dengan nol dan untuk perencanaan lebih lanjut
persamaan dapat dijadikan:
*)TI = Titik Impas
B. Pendekatan Margin Kontribusi
Margin Kontribusi (Contribution Margin) adalah sisa hasil penjualan setelah
dikurangi dengan biaya variabel. Jumlah margin kontribusi akan bisa digunakan untuk
menutup biaya tetap dan membentuk laba.
Titik impas yang dicari dengan metode margin kontribusi menetapkan seberapa besar
margin kontribusi cukup untuk menutup biaya tetap. atau titik impas dicapai ketika
jumlah margin kontribusi sama besarnya dengan jumlah biaya tetap. Dengan pendekatan
ini, titik impas dapat dijadikan dalam bentuk unit atau dalam bentuk Rupiah.
Unit
Titik impas dalam unit dicari dengan formula:
Rupiah
Titik impas dalam Rupiah dicari dengan formula:
*) Ratio margin kontribusi = (Margin Kontribusi/Penjualan)*100% Semakin besar
margin kontribusi perusahaan yang diperoleh dari setiap unit produk yang dijual
Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap
Penjualan TI*) = Biaya Variabel TI *) + Biaya Tetap
Biaya Tetap Total
Ratio Margin Kontribusi Dalam Rupiah Per Unit
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
54
maka semakin cepat perusahaan menutup biaya tetapnya dan mencapai laba yang
diingingkan.
2. Margin of Safety (Margin Pengamanan Penjualan)
Perhitungan Margin of Safety (MOS) adalah suatu angka atau nilai yang memberikan
informasi seberapa jauh tingkat produksi penjualan yang direncanakan dengan penjualan yang
direncanakan pada BEP.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Margin of Safety adalah :
A. Margin of Safety dalam Rupiah (Rp)
B. Margin of Safety dalam Persen (%)
Angka Margin of Safety ini memberikan informasi sampai seberapa jauh volume
penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak menderita kerugian atau
dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum
penurunan volume yang direncanakan, yang tidak mengakibatkan kerugian.
3. Tuasan Operasi (Operating Leverage)
Tuasan operasi atau operating leverage adalah tingkat pengeluaran biaya tetap dalam
sebuah perusahaan. Bagi akuntan manajemen, tuasan operasi mengacu pada kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan kenaikan laba bersih manakala volume penjualan melonjak.
Karena perbedaan margin kontribusi dengan laba bersih adalah biaya tetap, maka
perusahaan dengan biaya tetap yang tingi akan mempunyai tuasan operasi yang tinggi pula.
Tuasan operasi akan paling tinggi dalam suatu perusahaan jika biaya tetapnya lebih besar
dibandingkan dengan biaya variabelnya. Sebaliknya, tuasan operasi akan rendah di dalam
perusahaan dengan proporsi biaya tetap lebih kecil daripada biaya variabelnya.
𝑴𝑶𝑺 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒓𝒖𝒑𝒊𝒂𝒉
𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏
MOS = Penjualan – Penjualan Pada Titik Impas
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
55
4. Faktor Tuasan Operasi
Faktor tuasan operasi adalah suatu ukuran pada tingkat penjualan tertentu, seberapa
besar presentase perubahan volume penjualan akan mempengaruhi laba. Semakin laba bersih
mendekati nol, maka semakin dekat perusahaan ke titik impas. Hal ini akan menyebabkan
faktor tuasan operasi yang tinggi. Pada saat volume penjualan menggelembung, margin
kontribusi dan laba bersih akan membengkak pula, konsekuensinya adalah faktor tuasan
operasi secara progresif menjadi lebih kecil.
Faktor tuasan operasi dalam perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus
berikut:
Faktor Tuasan Operasi = Margin Kontribusi
Laba Bersih
5. Laba Sasaran
Manfaat penentuan titik impas di antaranya perusahaan akan bisa memperkirakan
penjualan yang dilakukan agar laba tertentu dapat diperoleh. Dengan pendekatan persamaan
maupun pendekatan margin kontribusi, jumlah penjualan untuk mencapai laba diinginkan
dapat dicari dengan menambahkan laba pada unsur biaya tetap.
Analisis biaya-volume-laba dapat diterapkan untuk menentukan kuantitas barang
yang harus diproduksi atau nilai penjualan yang harus diraup perusahaan supaya mencapai
laba sasarannya. Dengan mengubah koneksi diantara biaya-volume-laba, manajemen dapat
menghitung volume penjualan sesuai dengan laba yang dikehendaki.
Sehingga persamaan atau formulanya akan menjadi sebagai berikut:
A. Pendekatan Persamaan
B. Pendekatan Margin Kontribusi
Penjualan = Biaya Variabel +Biaya Tetap + Laba
𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧 =𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 + 𝐋𝐚𝐛𝐚
𝐌𝐚𝐫𝐠𝐢𝐧 𝐊𝐨𝐧𝐭𝐫𝐢𝐛𝐮𝐬𝐢
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
56
BAB V
CONTOH KASUS
ANALISIS CPV
Seorang pengusaha X merencanakan menjual Gelang di toko. Perkiraan harga jual dan biaya
atas toko tersebut adalah:
Bahan pembuat Gelang per satuan Rp 3.000,00
Upah membuat Gelang per satuan Rp 2.000,00
Biaya sewa toko per hari Rp 15.000,00
Gaji penunggu toko per hari Rp 9.000,00
Harga jual per satuan Rp 10.000,00
Hitunglah:
1. Perhitungan Margin Contribusi
2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan margin kontribusi
3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 100 unit
4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha Y dengan L/R
sebagai berikut:
Pengusaha Y Jumlah:
Penjualan Rp1.000.000,00
100
%
Biaya Variabel (Rp200.000,00) 20%
Margin Kontribusi Rp 800.000,00 80%
Biaya Tetap (Rp324.000,00)
Laba Bersih Rp476.000,00
(dengan asumsi Pengusaha X dan Pengusaha Y penjualannya dinaikkan sebesar 20%)
5. Laba sasaran apabila laba yang diharapkan sebesar Rp20.000,00
6. Analisis
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
57
JAWABAN
CONTOH KASUS
Secara akuntansi data tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
Harga jual per satuan Rp 10.000,00
Biaya variabel per satuan:
Bahan pembuat Gelang per satuan Rp 3.000,00
Upah langsung Rp 2.000,00 +
Biaya variabel per satuan Rp 5.000,00
Biaya tetap per hari:
Sewa took Rp 15.000,00
Gaji tetap penunggu took Rp 9.000,00 +
Biaya tetap per hari Rp 24.000,00
1. Margin kontribusi dalam rupiah
Penjualan per unit Rp10.000,00
Biaya variabel per unit Rp 5.000,00 -
Margin kontribusi per unit Rp 5.000,00
*) Rasio margin
kontribusi
=
Margin Kontribusi
x 100% Penjualan
=
Rp 5.000
x 100% Rp 10.000
= 50 %
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
58
1. Kemudian, titik impas bisa dikemukakan sebagai berikut:
a. Titik impas dalam unit
=
Biaya Tetap Total
Margin Kontribusi Dalam Rupiah Perunit
=
Rp 24.000
Rp 5.000
= 4,8 unit
b. Titik impas dalam rupiah
=
Biaya Tetap Total
Rasio Margin Kontribusi Dalam Rupiah Perunit
=
Rp 24.000
50%
= Rp 48.000
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
59
3. Margin Of Safety
Berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat oleh Pengusaha X maka berapakah nilai
margin of safety?
Jumlah Persen
Penjualan (Rp10.000 × 100 unit) Rp. 1.000.000,00 100
Biaya Variabel (Rp5.000 × 100 unit) (Rp500.000,00) (50)
Margin Kontribusi (Rp 5.000 × 100 unit) Rp500.000,00 50
Biaya Tetap (Rp 24.000,00)
Laba Bersih Rp476.000,00
Titik Impas Rp 48.000,00
Rp 24.000,00
50%
MOS dalam Rupiah
(Penjualan - Titik Impas)
Rp1.000.000,00 – Rp 48.000,00 Rp 952.000,00
MOS dalam prosentase
Rp 952.000,00 / Rp 1.000.000,00 95,2%
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
60
4. Tuasan Operasi
Agar konsep dapat lebih dipahami, berikut terdapat sajian data dari soal yang dibandingkan
dengan informasi Gelang lain.
Pengusaha X Pengusaha Y
Jumlah Persen Jumlah Persen
Penjualan Rp1.000.000,00 100 Rp1.000.000,00 100
Biaya Variabel (Rp500.000,00) (50) (Rp200.000,00) (20)
Margin Kontribusi Rp 500.000,00 50 Rp800.000,00 80
Biaya Tetap (Rp 24.000,00) (Rp 324.000,00)
Laba Bersih Rp 476.000,00 Rp476.000,00
Seorang pengusaha Y mempunyai proporsi biaya tetap yang lebih tinggi dari segi biaya
variabel dibandingkan dengan pengusaha X. Walaupun demikian, jumlah biaya kedua
pengusaha Gelang tersebut sama yakni Rp524.000,00(Rp 1.000.000,00 – Rp 476.000,00)
pada tingkat penjualan Rp1.000.000,00. Jika penjualan masing- masing pengusaha
dinaikkan sebesar 20% (dari Rp 1.000.000,00 menjadi Rp1.200.000,00) maka perhitungan
akan menjadi sebagai berikut:
Pengusaha X Pengusaha Y
Jumlah Persen Jumlah Persen
Penjualan Rp1.200.000,00 100 Rp1.200.000,00 100
BiayaVariabel (Rp600.000,00) 50 (R240.000,00) (20)
MarginKontribusi Rp600.000,00 Rp960.000,00 (80)
BiayaTetap (Rp24.000,00) (Rp324.000,00)
LabaBersih Rp 576.000,00 Rp636.000,00
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
61
Faktor tuasan operasi = Margin Kontribusi
Laba Bersih
Untuk faktor tuasan operasi Pengusaha X dan Pengusaha Y pada tingkat penjualan Rp
1.000.000,00 adalah:
1) Pengusaha X =
Rp 500.000
= 1,05
Rp 476.000
2) Pengusaha Y =
Rp 800.000
= 1,68
Rp 476.000
(A) (B) (C)
Presentase Faktor Tuasan Presentase
Kenaikan Operasi Kenaikan Laba
Penjualan Bersih
Pengusaha X 20 1,05 21
Pengusaha Y 20 1,68 33,6
Bagan diatas menjelaskan mengapa kenaikan penjualan sebesar 20% menyebabkan kenaikan
laba bersih Pengusaha X dari Rp476.000,00 menjadi Rp576.000,00 (kenaikan 21%) dan laba
Pengusaha Y meningkat dari Rp476.000,00 menjadi Rp636.000 (kenaikan 33,6%).
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
62
5. Laba Sasaran
Pengusaha yang dipakai sebagai contoh sebelumnya, menginginkan laba per hari
Rp20.000,00. (perlu dikemukakan kembali bahwa biaya tetap Rp24.000,00; biaya variabel
per unit Rp5.000,00; penjualan per unit Rp10.000,00; margin kontribusi per unit Rp5.000,00;
dan ratio margin kontribusi 50%). Berdasarkan data tersebut maka penjualan yang harus
dilakukan agar laba Rp20.000,00 dapat dicapai adalah:
a. Pendekatan Persamaan
10.000x = 5.000x + 24.000 + 20.000
5.000x = 44.000
Rp44.000
Rp5.000
x = 8,8 unit
b. Pendekatan Margin Kontribusi
Dalam Unit
= 8,8 unit atau 8 unit
Dalam Rupiah
= 8 unit x Rp 10.000
= Rp 80.000,00
b. Analisis
Berdasarkan informasi di atas, jika pengusaha ingin mencapai titik impas maka
jumlah unit yang harus terjual adalah 8 unit Gelang atau harus memperoleh hasil
penjualan sebesar Rp 80.000,00.
Penjualan =
Rp 24.000 + Rp 20.000
Rp 10.000 – Rp 5.000
Penjualan = (
Rp 24.000 + Rp 20.000
) x Rp 10.000
Rp 10.000 – Rp 5.000
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
63
KASUS I
ANALISIS CPV
Seorang pengusaha A merencanakan menjual Tas di toko. Perkiraan harga jual dan biaya atas
Tas tersebut adalah:
Bahan pembuat Tas per satuan Rp 10.000,00
Upah membuat Tas per satuan Rp 5.000,00
Biaya sewa toko per hari Rp 10.000,00
Gaji penunggu toko per hari Rp 5.000,00
Harga jual per satuan Rp 25.000,00
Hitunglah:
1. Perhitungan Margin Contribusi
2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan pendekatan
margin kontribusi
3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 100 unit
4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha B dengan L/R
sebagai berikut:
Pengusaha B Jumlah
Penjualan Rp2.500.000,00 100%
Biaya Variabel (Rp 750.000,00) 30%
Margin Kontribusi Rp 1.750.000,00 70%
Biaya Tetap (Rp765.000,00)
Laba Bersih Rp985.000,00
(dengan asumsi Pengusaha A dan Pengusaha B penjualannya dinaikkan sebesar 10%)
5. Laba sasaran apabila laba yang diharapkan sebesar Rp30.000,00
6. Analisis
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
64
KASUS II
ANALISIS CPV
Seorang pengusaha C merencanakan menjual Yogurt di toko. Perkiraan harga jual dan biaya
atas Yogurt tersebut adalah:
Bahan pembuat Yogurt per satuan Rp 7.000,00
Upah membuat Yogurt per satuan Rp 5.000,00
Biaya sewa toko per hari Rp 8.000,00
Gaji penunggu toko per hari Rp 7.000,00
Harga jual per satuan Rp 20.000,00
Hitunglah:
1. Perhitungan Margin Contribusi
2. Titik impas dalam unit dan titik impas dalam rupiah menggunakan pendekatan
margin kontribusi
3. Margin Of Safety (MOS) apabila barang yang terjual 100 unit
4. Tuasan Operasi (Operating Leverage) apabila terdapat pengusaha D dengan L/R
sebagai berikut:
Pengusaha D Jumlah
Penjualan Rp2.000.000,00 100%
Biaya Variabel (Rp 500.000,00) 25%
Margin Kontribusi Rp 1.500.000,00 75%
Biaya Tetap (Rp715.000,00)
Laba Bersih Rp785.000,00
(dengan asumsi Pengusaha A dan Pengusaha B penjualannya dinaikkan sebesar 10%)
5. Laba sasaran apabila laba yang diharapkan sebesar Rp30.000,00
6. Analisis
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
65
VISUAL BASIC
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
66
FORM 3
CONTOH KASUS FORM 1
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
67
CONTOH KASUS FORM 2
CONTOH KASUS FORM 3
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
68
BAB VI
DECISION MAKING
Perusahaan khususnya pihak manajemen selalu dihadapkan pada perencanaan dan
pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai macam alternatif yang harus dipilih.
Dalam pengambilan keputusan itu mereka menghadapi ketidakpastian dalam memilih
berbagai alternatif. Informasi akuntansi sangat membantu manajer dalam proses pengambilan
keputusan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan untuk mengurangi
ketidakpastian atas alternatif yang dipilih. Agar pembuatan keputusan bisa tepat maka
diperlukan informasi yang akurat yaitu informasi yang relevan, tepat waktu dan pendapatan
melebihi biaya didalam perolehan informasi tersebut.
Biaya diferensial, merupakan biaya yang akan muncul yang berbeda diantara berbagai
macam alternatif keputusan yang mungkin dipilih. Besarnya biaya diferensial dihitung dari
perbedaan biaya pada alternatif tertentu dibandingkan dengan biaya pada alternatif lainnya.
Jadi, karakteristik biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang (Future Cost) dan
biaya yang berbeda (selisih) diantara berbagai alternatif keputusan. Biaya kesempatan adalah
kesempatan yang dikorbankan dalam memilih suatu alternatif.
Dalam pengambilan keputusan manajemen, konsep biaya differensial sangat diperlukan
terutama dalam menentukan keputusan manajemen yang bersifat khusus dimana berkaitan
dengan pemilihan alternatif dalam hal :
3. Membuat sendiri atau membeli. (make or buy decision).
4. Menerima atau menolak pesanan khusus. (special order decision).
5. Menambah atau menghapus lini produk. (add or delete a product).
6. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk. (sell or process furiher).
1. Membuat sendiri atau membeli. (make or buy decision)
Sebuah keputusan membeli atau membuat sendiri dihadapi oleh manajemen terutama
dalam perusahaan yang produksinya terdiri dari berbagai komponen dan yang
memproduksi berbagai jenis produk. Tidak selamanya komponen yang membentuk
suatu produk harus diproduksi sendiri oleh perusahaan, jika pemasok luar dapat
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
69
memasok komponen tersebut dengan harga yang lebih murah daripada biaya untuk
memproduksi sendiri komponen tersebut.
2. Menerima atau menolak pesanan khusus. (special order decision)
Adanya kapasitas produksi yang “Idle” (menganggur) sehingga mendorong
manajemen untuk menerima atau mempertimbangkan harga jual di bawah normal
pada pesanan yang bersifat khusus tentunya dengan kondisi tidak mengganggu
penjualan regulernya.
Pendapatan Diferensial Pendapatan dengan diterimanya pesanan
Biaya Diferensial Biaya dengan diterimanya pesanan
3. Menambah atau menghapus lini produk. (add or delete a product)
Manajer berhadapan secara rutin dengan keputusan-keputusan yang melibatkan
pemilihan kombinasi produk (bauran penjualan) yang menentukan laba yang dapat
diterima. Pada waktu mulai tersedia, pendapatan dan biaya produk baru harus di evaluasi
secara cermat guna memastikan bahwa imbalan keuntungan terkait adalah cukup besar
untuk menjustifikasi (mempertimbangkan) penjualannya. Keputusan berkenaan dengan
apakah lini produk lama atau segmen perusahaan lain harus dihapus atau ditambah
merupakan suatu keputusan yang pelik yang harus diambil oleh manajer.
Analisis diferensial dapat diterapkan untuk melakukan evaluasi. Asumsi yang mendasari
hal tersebut adalah:
Evaluasi segmen/ lini memakai margin kontribusi langsung.
Penghapusan segmen/ lini terpusat pada pendapatan yang hilang dan biaya yang
terhindarkan.
Penambahan segmen/ lini terfokus pada pendapatan dan biaya inkremental.
*apabila suatu keputusan menyebabkan suatu peningkatan biaya, maka biaya diferensial
keputusan tersebut disebut biaya inkremental. Dan sebaliknya, apabila menyebabkan
penurunan disebut biaya dekremental.
Jika Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial Pesanan Diterima
Jika Pendapatan Diferensial < Biaya Diferensial Pesanan Ditolak
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
70
4. Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk. (sell or process furiher)
Banyak produk yang dapat dijual pada titik batas pemisah dengan harga tertentu, atau
produk tadi diolah lebih lanjut dan dijual dengan harga yang lebih tinggi. Harga yang
lebih tinggi ini tentu disebabkan karena dibutuhkannya pengolahan tambahan. Manajer
mungkin saja berhadapan dengan keputusan apakah akan menjual pada titik batas
pemisah atau mengolahnya lebih lanjut agar mendapatkan harga jual yang lebih mahal.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
71
Contoh Kasus
Decision Making
Menerima atau Menolak Pesanan
PT DOREMI yang berlokasi di Kalimalang adalah perusahaan yang memproduksi Totebag.
Perusahaan mempunyai kapasitas yntuk memproduksi totebag sebanyak 2000 unit /bulan.
Ramalan penjualan untuk bulan Agustus perusahaan hanya memproduksi 1400 unit dengan
harga jual Rp.45.000 /unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjukan rincian biaya
sebagai berikut :
Biaya Variabel Rp. 6.000/unit
Biaya Tetap Pabrikan Rp. 18.000.000/bulan
Biaya Penjualan dan Administratif Rp. 1.000.000/bulan
Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 500 unit dengan harga Rp.15.000/unit. Namun
diperlukam biaya untuk membeli mesin khusus seharga Rp. 2.000.000 untuk mencetak
gambar tertentu pada biaya pesanan khusus. Keputusan apakah yang harus diambil?
Menerima atau menolak pesanan khusus?
JAWABAN CONTOH KASUS
Dengan
Pesanan
Tanpa
Pesanan
Analisis
Diferensial
Penjualan :
(1400 unit x Rp 45.000) Rp. 63.000.000 Rp. 63.000.000
(500 unit x Rp.15.000) Rp. 7.500.000 Rp. 7.500.000
Biaya Variabel :
(1400 unit x Rp. 6.000) (Rp. 8.400.000) (Rp. 8.400.000)
(500 unit x Rp. 6.000) (Rp. 3.000.000) (Rp. 3.000.000)
Margin Kontribusi Rp. 59.100.000 Rp. 54.600.000 Rp. 4.500.000
Biaya Tetap :
Pabrikasi – Reguler (Rp.
18.000.000)
(Rp. 18.000.000)
– Tambahan (Rp.
2.000.000)
(Rp. 2.000.000)
Penjualan dan
Administratif
(Rp.
1.000.000)
(Rp. 1.000.000)
Laba Bersih Rp. 38.100.000 Rp. 35.600.000 Rp. 2.500.000
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
72
Keputusan : pesanan khusus diterima karena Pendapatan Diferensial > Biaya Diferensial
yaitu Rp. 7.500.000 – ( Rp. 3.000.000 + Rp. 2.000.000) = Rp. 2.500.000 Perusahaan akan
mendapatkan laba yang lebih tinggi sebesar Rp. 2.500.000 apabila menerima pesanan khusus
tersebut.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
73
Kasus
Menerima atau Menolak Pesanan Khusus
PT. KANE yang berlokasi di Cinere adalah perusahaan yang memproduksi jaket. Perusahaan
mempunyai kapasitas untuk memproduksi pensil warna sebanyak 1000 unit /bulan. Ramlan
penjualan untuk bulan Februari perusahaan hanya memproduksi 740 unit dengan harga jual
Rp. 145.000/unit. Anggaran biaya untuk bulan tersebut menunjukan rincian biaya sebagai
berikut :
Biaya Varibel Rp. 18.000/unit
Biaya Tetap Pabrikasi Rp. 50.000.000/bulan
Biaya Penjualan dan Administratif Rp 3.100.000/bulan
Jika terdapat pesanan khusus sebanyak 120 unit dengan harga Rp. 55.000/unit. Namun
diperlukan biaya untuk membeli mesin khusus seharga 4.500.000 untuk mencetak logo
tertentu pada jaket pesanan khusus. Keputusan apakah yang diambil perusahaan? Menerima
atau menolak pesanan khusus?
JAWABAN CONTOH KASUS
Dengan Pesanan Tanpa
Pesanan
Analisis
Diferensial
Penjualan :
(740 unit x Rp 145.000) Rp. 107.300.000 Rp. 107.300.000
(120 unit x Rp.55.000) Rp. 6.600.000 Rp. 6.600.000
Biaya Variabel :
(740 unit x Rp. 18.000) (Rp. 13.320.000) (Rp. 13.320.000)
(120 unit x Rp. 18.000) (Rp. 2.160.000) (Rp. 2.160.000)
Margin Kontribusi Rp. 98.420.000 Rp. 93.980.000 Rp. 4.440.000
Biaya Tetap :
Pabrikasi – Reguler (Rp. 50.000.000) (Rp. 50.000.000)
– Tambahan (Rp. 4.500.000) (Rp. 4.500.000)
Penjualan dan Administratif (Rp. 3.100.000) (Rp. 3.100.000)
Laba Bersih Rp. 40.820.000 Rp. 40.880.000 (Rp. 60.000)
Keputusan : pesanan khusus ditolak karena Pendapatan Diferensial < Biaya Diferensial
yaitu Rp. 6.600.000 – ( Rp. 2.160.000 + Rp. 4.500.000) = - 60.000 Perusahaan akan
mendapatkan kerugian sebesar Rp. 60.000 apabila menerima pesanan khusus tersebut.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
74
Contoh Kasus
Decision Making
Membuat atau Membeli
PT. SATRIAJAYA adalah perusahaan industri yang bergerak dibidang perakitan.
Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu menggunakan suku cadang
yang diproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan 85.000 unit suku
cadang. Kini perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli suku cadang dari
perusahaan lain dengan harga Rp.27/unit.
Berikut adalah data biaya produksi perusahaan membuat sendiri satu bulan :
Biaya tambahan jika membeli diluar :
Biaya angkut Rp. 200.000
Pertanyaan :
a. Jika mesin yang dipakai membuat suku cadang menganggur (tidak dipakai dalam
kegiatan produksi apapun) alternatif mana yang sebaiknya dipilih pihak
manajemen, apakah memproduksi sendiri atau membeli dari perusahaan lain?
b. Jika mesin yang dipakai untuk membuat suku cadang disewakan kepada
perusahaan lain dan menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp. 200.000,
alternatif manakah yang sebaiknya dipilih oleh manajemen, membeli dari
perusahaan lain atau membuat sendiri?
Per unit 85.000 unit
Biaya bahan baku Rp. 3 Rp. 225.000
Biaya tenaga kerja variable Rp. 7 Rp. 595.000
Biaya tenaga kerja tak langsung Rp. 11 Rp. 935.000
Biaya overhead variable Rp. 2 Rp. 170.000
Biaya listrik Rp. 4 Rp. 340.000
Biaya telepon Rp. 1 Rp. 85.000
Jumlah biaya produksi Rp. 28 Rp. 2.350.000
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
75
JAWABAN CONTOH KASUS
a. Tabel Perbandingan Biaya
NO JENIS BIAYA MEMBUAT MEMBELI
1 BBB Rp. 225.000 -
2 BTKL Rp. 595.000 -
3 BTKTL Rp. 935.000 -
4 BOP Variable Rp. 170.000 -
5 Biaya Listrik Rp. 340.000 Rp. 340.000
6 Biaya Telepon Rp. 85.000 Rp. 85.000
7 Harga beli - Rp. 2.295.000
8 Ongkos angkut - Rp. 200.000
Total Rp. 2.350.000 Rp. 2.920.000
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah biaya yang harus dikeluarkan
untuk membuat lebih kecil dibanding biaya yang harus dikeluarkan jika membeli
suku cadang dari perusahaan lain.
b. Tabel Perbandingan
Membuat sendiri Membeli dari luar Biaya diferensial
Biaya suku cadang Rp. 2.350.000 Rp. 2.920.000 Rp. 570.000
Biaya kesempatan Rp. 200.000 Rp. 200.000
Jumlah biaya difensial Rp. 2.550.000 Rp. 2.920.000 Rp. 770.000
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sekalipun ada tambahan biaya kesempatan
sebesar Rp. 200.000 jumlah biaya diferensial membuat sendiri masih lebih kecil
dari membeli di luar.
KESIMPULAN:
Sebaiknya PT. SATRIAJAYA membuat sendiri untuk produk suku cadangnya,
karena jika membeli diluar akan mengeluarkan biaya yang lebih besar.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
76
Kasus
Membuat atau Membeli
PT. BAGUS BANGET adalah perusahaan industri yang bergerak dibidang perakitan.
Selama ini dalam pembuatan produknya perusahaan selalu menggunakan suku cadang
yang diproduksi sendiri. Dalam sebulan perusahaan membutuhkan 120.000 unit suku
cadang. Kini perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli suku cadang dari
perusahaan lain dengan harga Rp.33/unit.
Berikut adalah data biaya produksi perusahaan membuat sendiri satu bulan :
Biaya tambahan jika membeli diluar :
Biaya angkut Rp. 200.000
Pertanyaan :
a. Jika mesin yang dipakai membuat suku cadang menganggur (tidak dipakai dalam
kegiatan produksi apapun) alternatif mana yang sebaiknya dipilih pihak
manajemen, apakah memproduksi sendiri atau membeli dari perusahaan lain?
b. Jika mesin yang dipakai untuk membuat suku cadang disewakan kepada
perusahaan lain dan menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp. 200.000,
alternatif manakah yang sebaiknya dipilih oleh manajemen, membeli dari
perusahaan lain atau membuat sendiri?
Per unit 120.000 unit
Biaya bahan baku Rp. 9 Rp. 1.080.000
Biaya tenaga kerja variable Rp. 14 Rp. 1.680.000
Biaya tenaga kerja tak langsung Rp. 18 Rp. 2.160.000
Biaya overhead variable Rp. 7 Rp. 840.000
Biaya listrik Rp. 6 Rp. 720.000
Biaya telepon Rp. 5 Rp. 600.000
Jumlah biaya produksi Rp. 59 Rp. 7.080.000
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
77
JAWABAN CONTOH KASUS
c. Tabel Perbandingan Biaya
NO JENIS BIAYA MEMBUAT MEMBELI
1 BBB Rp. 1.080.000 -
2 BTKL Rp. 1.680.000 -
3 BTKTL Rp. 2.160.000 -
4 BOP Variable Rp. 840.000 -
5 Biaya Listrik Rp. 720.000 Rp. 720.000
6 Biaya Telepon Rp. 600.000 Rp. 600.000
7 Harga beli - Rp. 3.960.000
8 Ongkos angkut - Rp. 200.000
Total Rp. 7.080.000 Rp. 5.480.000
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah biaya yang harus dikeluarkan
untuk membuat lebih besar dibanding biaya yang harus dikeluarkan jika membeli
suku cadang dari perusahaan lain.
d. Tabel Perbandingan
Membuat sendiri Membeli dari luar Biaya diferensial
Biaya suku cadang Rp. 7.080.000 Rp. 5.480.000 Rp. 1.600.000
Biaya kesempatan Rp. 200.000 Rp. 200.000
Jumlah biaya difensial Rp. 7.280.000 Rp. 5.480.000 Rp. 1.800.000
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sekalipun ada tambahan biaya kesempatan
sebesar Rp. 200.000 jumlah biaya diferensial membuat sendiri masih lebih besar
dari membeli di luar.
KESIMPULAN:
Sebaiknya PT. SATRIAJAYA membuat membeli di luar untuk produk suku
cadangnya, karena jika membuat sendiri akan mengeluarkan biaya yang lebih
besar.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
78
Contoh Kasus
Decision Making
Menambah atau Menghapus Lini Produk
Analisis diferensial pada laporan penghasilan usaha PT. AYU SARI yang
bergerak dalam bisnis eceran/ distribusi 2 lini produk.
Produk
Kosmetik
Produk Obat
Produk Kimia
Jumlah
Penjualan Rp. 2.200.000 Rp. 1.600.000 Rp. 950.000 Rp. 4.750.000
Biaya Variabel (Rp. 1.150.000) (Rp. 1.000.000) (Rp. 800.000) Rp. 2.950.000
Margin Kontribusi Rp. 1.050.000 Rp. 600.000 Rp. 150.000 Rp. 1.800.000
Biaya Tetap :
Gaji Wiraniaga Rp. 350.000 Rp. 150.000 Rp. 200.000 Rp. 700.000
Periklanan Rp. 120.000 Rp. 80.000 Rp. 85.000 Rp. 285.000
Asuransi Rp. 15.000 Rp. 12.000 Rp. 9.000 Rp. 36.000
Pajak PBB Rp. 10.000 Rp. 8.000 Rp. 6.000 Rp. 24.000
Penyusutan Rp. 125.000 Rp. 80.000 Rp. 70.000 Rp. 275.000
Lain – lain Rp. 6.500 Rp. 3.000 Rp. 4.500 Rp. 14.000
Jumlah (Rp. 626.500) (Rp. 333.000) (Rp. 374.500) (Rp. 1.334.500)
Laba Bersih Rp. 423.500 Rp. 267.000 (Rp. 224.500) Rp. 466.000
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
79
JAWABAN CONTOH KASUS
Dengan Produk Tanpa Produk Analisis
Kimia Kimia Diferensial
Penjualan Rp. 4.750.000 Rp. 3.800.000 Rp. 950.000
Biaya Variabel (Rp. 2.950.000) (Rp. 2.150.000) (Rp. 800.000)
Margin Kontribusi Rp. 1.800.000 Rp. 1.650.000 Rp. 150.000
Biaya Tetap
Terhindarkan (wiraniaga) Rp. 700.000 Rp. 500.000 Rp. 200.000
Tidak terhindarkan Rp. 634.000 Rp. 634.000 Rp. 0
Jumlah (Rp. 1.334.000) (Rp. 1.134.000) (Rp. 200.000)
Laba Bersih Rp. 466.000 Rp. 516.000 Rp. 50.000
Analisis : hasil laba bersih mengalami kenaikan sebesar Rp. 50.000 apabila lini kimia
dihapuskan, dari yang semula Rp. 466.000 menjadi Rp. 516.000. oleh sebab itu penghapusan
lini produk kimia merupakan tindakan yang bijaksana karena akan terjadi kenaikan laba
apabila lini produk kimia dihapuskan.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
80
Contoh Kasus
Decision Making
Menambah atau Menghapus Lini Produk
Analisis diferensial pada laporan penghasilan usaha PT. AYU SARI yang
bergerak dalam bisnis eceran/ distribusi 2 lini produk.
Produk
Kosmetik
Produk Obat
Produk Kimia
Jumlah
Penjualan Rp. 1.900.000 Rp. 900.000 Rp.1.500.000 Rp. 4.300.000
Biaya Variabel (Rp. 1.000.000) (Rp. 550.000) (Rp. 700.000) Rp. 2.250.000
Margin Kontribusi Rp. 900.000 Rp. 350.000 Rp. 800.000 Rp. 2.050.000
Biaya Tetap :
Gaji Wiraniaga Rp. 250.000 Rp. 200.000 Rp. 250.000 Rp. 700.000
Periklanan Rp. 170.000 Rp. 60.000 Rp. 60.000 Rp. 290.000
Asuransi Rp. 12.000 Rp. 10.000 Rp. 8.000 Rp. 30.000
Pajak PBB Rp. 10.000 Rp. 9.500 Rp. 6.000 Rp. 21.500
Penyusutan Rp. 90.000 Rp. 65.000 Rp. 70.000 Rp. 225.000
Lain – lain Rp. 4.500 Rp. 8.000 Rp. 3.500 Rp. 13.000
Jumlah (Rp. 536.500) (Rp. 352.500) (Rp. 397.500) (Rp. 1.279.500)
Laba Bersih Rp. 363.500 (Rp. 2.500) Rp. 402.500 Rp. 460.500
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
81
JAWABAN CONTOH KASUS
Dengan Produk Tanpa Produk Analisis
Kimia Kimia Diferensial
Penjualan Rp. 4.300.000 Rp. 2.800.000 Rp. 1.500.000
Biaya Variabel (Rp. 2.250.000) (Rp. 1.550.000) (Rp. 700.000)
Margin Kontribusi Rp. 2.050.000 Rp. 1.250.000 Rp. 800.000
Biaya Tetap :
Terhindarkan (wiraniaga) Rp. 700.500 Rp. 450.000 Rp. 250.000
Tidak terhindarkan Rp. 579.500 Rp. 579.500 Rp. 0
Jumlah (Rp. 1.279.500) (Rp. 1.029.500) (Rp. 250.000)
Laba Bersih Rp. 770.500 Rp. 220.500 Rp. 550.000
Analisis : hasil laba bersih mengalami kenaikan sebesar Rp. 550.000 apabila lini tanpa kimia
dihapuskan, dari yang semula Rp. 220.000 menjadi Rp. 770.000. oleh sebab itu penghapusan
lini tanpa produk kimia merupakan tindakan yang bijaksana karena akan terjadi kenaikan
laba apabila lini tanpa produk kimia dihapuskan.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
82
VISUAL BASIC :
Menbuat atau menbeli sendiri
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
83
Menerima / menolak pesanan khusus
Menambah / menghapus lini produk
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
84
CONTOH KASUS :
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
85
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
86
BAB VII
TIME VALUE OF MONEY
Time value of money merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang
sekarang akan lebih berharga daripada nilai uang masa yang akan datang. Hal ini disebabkan
karena perbedaan waktu. Nilai waktu uang merupakan akibat dari adanya peluang investasi,
peminjaman, pemberian pinjaman, dan preferensi konsumsi pada saat kini ketimbang pada
masa depan, serta ekspektasi inflasi.
Sebagai contoh uang Rp 1.000.000,00 saat ini tidak sama dengan Rp. 1.000.000,00
setelah 1 tahun mendatang. Seorang individu yang rasional akan lelbih memilih uang
sejumlah Rp. 1.000.000,00 saat ini dibandingkan dengan Rp. 1.000.00,00 1 tahun lagi.
Alasan penalarannya adalah apabila seseorang menerima Rp. 1.000.000,00 hari ini,
maka ia dapat menginvetasikannya (menabung di bank) dengan tingkat keuntungan tetap
sebesar 10% misalnya, sehingga dia akan mendapatkan uang Rp 100.000,00 sebagai bunga
selama 1 tahun. Oleh karena itu, Rp. 1.000.000,00 saat ini setara dengan Rp. 1.100.000,00
setelah 1 tahun kemudian ketika tingkat bunganya 10%. Dengan demikian, uang dianggap
memiliki nilai waktu
Manfaat time value of money
Manfaat dari time value of money adalah untuk mengetahui apakah investasi yang
dilakukan dapat memberikan keuntungan atau tidak. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa time
value of money sangat berguna dan dibutuhkan untuk kita menilai seberapa besar nilai uang
masa kini dan yang akan datang.
Keterbatasan time value of money
Keterbatasannya yaitu akan mengakibatkan masyarakat hanya menyimpan uangnya
apabila tingkat bunga bank tinggi, karena mereka menganggap jika bunga bank tinggi maka
uang yang akan mereka terima dimasa yang akan datang juga tinggi.
Metode yang digunakan
1. Future Value ( Nilai yang Akan Datang )
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
87
Future value adalah banyaknya sejumlah uang saat ini yang diperoleh pada tingkat
suku bunga tertentu akan berakumulasi pada akhir periode masa depan. Jumlah
penerimaan yang akan datang dari jumlah saat ini (Po) yang akan tumbuh selama n
tahun dengan tingkat bunga sebesar r per tahun.
Rumus:
Keterangan :
FV : Future Value
Po : jumlah nilai sekarang r : tingkat bunga/tahun
n : Jangka waktu
2. Present Value (Nilai Sekarang)
Present value adalah besarnya jumlah uang pada permulaan periode atas dasar
tingkat bunga tertentu dari sejumlah yang baru akan diterima beberapa waktu atau
periode yang akan datang.
Keterangan:
Po : jumlah nilai sekarang
FV : Future Value
r : tingkat bunga/tahun
n : jangka waktu
3. Anuitas
Anuitas adalah serangkain arus kas sama yang diterima atau dibayar selama interval
waktu yang sama. Untuk mencari rumus anuitas, diasumsikan bahwa fv menunjuk ke
arus kas tahunan yang diterima pada setiap akhir tahun untuk n tahun berikutnya.
(Simamora:293).
Rumus untuk mencari pembayaran atau penerimaan setiap periode (PV) :
FV ( r, n )
= Po ( 1 + r )n
PO = FV ( r, n ) [ 1/ ( 1 + r )n ]
𝐏𝐕𝑨𝑵=𝐅𝐕 .[ (𝟏 + 𝒓)𝒏 − 𝟏
𝒓(𝟏 + 𝒓)𝒏 ]
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
88
Rumus untuk mencari nilai sekarang anuitas sampai periode ke-n (FV) :
4. Payback period (Periode Pengembalian)
Periode pengembalian adalah masa yang dibutuhkan sebuah perusahaan untuk
menutup investasi perdana. Karena suatu organisasi tidak akan menutup investasinya
sebelum mencapai periode pengembalian, maka semakin lama periode pengembalian,
semakin tinggi pula risikonya. Ketentuan keputusan pengembalian menyatakan bahwa
proyek yang dapat diterima haruslah mempunyai periode pengembalian yang lebih
singkat daripada periode yang ditetapkan oleh manajemen.
Kelemahan:
Mengabaikan lamanya investasi dan nilai waktu uang.
Tidak memperlihatkan profitabilitas sebuah investasi.
Mengabaikan imbalan investasi.
Kelebihan:
Metode periode pengembalian lebih mudah dihitung dan dipahami.
Periode pengembalian berfungsi sebagai indicator likuiditas yang tersedia bagi
perusahaan.
Semakin cepat kas menutupi investasi perdana, semakin lekas pula
dapat di investasikan kembali dalam aktiva produktif lain.
Periode pengembalian yang singkat dapat mengurangi resiko investasi
karena ketidakpastian biasanya meningkat seiring dengan berlalunya
waktu.
Periode pengembalian lebih mementingkan hasil segera, suatu pertimbangan bagi
beberapa perusahaan.
Manakala arus kas sebuah proyek diasumsikan rata disepanjang periode, maka rumus
berikut dapat dipakai untuk menghitung periode pengembalian:
𝐏𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 =
𝐈𝐧𝐯𝐞𝐬𝐭𝐚𝐬𝐢 𝐏𝐞𝐫𝐝𝐚𝐧𝐚
𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐊𝐚𝐬 𝐌𝐚𝐬𝐮𝐤 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧𝐚𝐧
𝐅𝐕𝑨𝑵=𝐏𝐕 .[ (𝟏 + 𝒓)𝒏 − 𝟏
𝒓 ]
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
89
CONTOH KASUS
TIME VALUE OF MONEY
Metode Yang Digunakan
1. Future Value (Nilai yang akan datang)
PT. Sampoerna mengeluarkan sejumlah uang untuk investasi pada PT. Dji Sam Soe sebesar
Rp50.000.000 yang memberikan bunga 5% / tahun. Dalam waktu 4 tahun, berapakah jumlah
uang yang akan diterima?
Penyelesaian:
FV ( 5% , 4 ) = Rp50.000.000 ( 1 + 0,05 )4
= Rp50.000.000 (1,22)
= Rp 61.000.000
Kesimpulan:
Berdasarkan perhitungan diatas dapat kita simpulkan jika PT. Sampoerna berinvestasi
sebesar Rp50.000.000 selama 4 tahun dan dengan bunga 5% / tahun. Maka PT. Dji Sam Soe
akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 11.000.000 dan investasinya menjadi Rp
61.000.000 pada akhir tahun ke 4.
2. Present Value ( Nilai sekarang )
PT. Yamaha akan mendapatkan uang dari PT. Honda sebesar Rp70.000.000 pada 3 tahun
yang akan datang. Berapakah nilai yang setara pada saat ini jika bunganya 4%?
Penyelesaian:
PO = Rp 70.000.000 [ 1/ ( 1 + 0,04 )3]
= Rp 70.000.000 [1/1,12]
= Rp 70.000.000 [0.89]
= Rp 62.300.00
Kesimpulan:
Berdasarkan perhitungan diatas dapat kita simpulkan uang yang akan diterima
sejumlah Rp 70.000.000 memiliki nilai Rp 62.300.000 pada permulaan periode (sekarang).
3. Anuitas (Annuity)
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
90
a. PT. Dardor ingin meminjam uang namun hanya sanggup membayar Rp 85.000.000 per
tahun selama 5 tahun. Berapa banyak pinjaman yang dapat dipinjam oleh PT. Dardor pada
saat ini? Dengan tingkat bunga 10%. Hitunglah dengan menggunakan rumus anuitas dan beri
kesimpulan.
Penyelesaian:
PV = Rp 85.000.000 ÷ [ (1+0,1)5−1
0,1]
= Rp 85.000.000 ÷ [0,61
0,1]
= Rp 85.000.000 ÷ [6,1]
= Rp 13.934.426
Kesimpulan:
Bank akan meminjamkan uang kepada PT. Dardor sebesar Rp 13.934.426 dengan
pembayaran yang dibayarkan sebanyak Rp 85.000.000 setiap tahun selama 5 tahun.
b. Tuan Hansom ingin menabung untuk masa depan sebesar Rp35.000.000 per tahun
selama 4 tahun dengan suku bunga sebesar 5%, berapa banyak uang yang akan dimilikinya
nanti?
Penyelesaian:
FV = Rp 35.000.000 [ (1+0,05)4−1
0,05]
= Rp 35.000.000 [0,22
0,05]
= Rp 35.000.000(4,4)
= Rp 154.000.000
Kesimpulan:
Dengan demikian, dengan menabung Rp 35.000.000 per tahun selama 4 tahun dengan
suku bunga 5%, maka Tn. Hansom akan memiliki dana Rp 154.000.000.
4. Periode Pengembalian (Payback Period)
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
91
Sebuah perusahaan ingin melakukan suatu investasi dengan memanfaatkan sisa dana yang
menganggur dengan menentukan satu dari dua pilihan usaha yang berbeda. Sebuah usaha A
memiliki nilai investasi Rp1.000.000, dengan masa manfaat 10 tahun, dan menghasilkan arus
kas sebesar Rp250.000. Sedangkan usaha B mempunyai nilai investasi Rp.500.000, dengan
masa manfaat 8 tahun, dan bisa menghasilkan arus kas tahunan sebesar Rp.250.000. Hitung
dan tentukanlah proyek mana yang layak dipilih oleh perusahaan. Dan analisislah.
Penyelesaian:
Keterangan Usaha A Usaha B
Investasi Rp 1.000.000 Rp. 500.000
Masa manfaat (dalam tahun) 10 tahun 8 tahun
Arus kas tahunan selama masa manfaaat Rp 250.000 Rp 250.000
Periode pengembalian (dalam tahun) 4 tahun 2 tahun
Analisis:
Investasi pada Usaha A mempunyai periode pengembalian 6 tahun lebih cepat dari 10
tahun masa manfaat diawalnya, sedangkan investasi dalam Usaha B mempunyai periode
pengembalian 6 tahun lebih cepat dari 8 tahun masa mafaat diawalnya. Jadi perusahaan
seharusnya lebih memilih Usaha B, karena periode pengembalian lebih cepat yaitu dalam
waktu 2 tahun lamanya.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
92
KASUS I
TIME VALUE OF MONEY
Metode Yang Digunakan
1. Future Value
Tn. Widada menginvestasikan uang yang ia terima atas penjualan tanah dan rumah miliknya
dalam bentuk deposito senilai Rp65.000.000 pada Bank Bing. Dengan tingkat suku bunga
8% per tahun. Berapa uang yang diterima Tn. Widada pada akhir tahun ke-5?
2. Present Value
Tentukan nilai sekarang dari uang Imam sejumlah Rp60.000.000 yang jatuh tempo 3 tahun
dengan tingkat bunga 5%?
3. Annuity (Anuitas)
a. Nona Nirna sanggup membayar Rp30.000.000 per tahun selama 10 tahun. Berapa banyak
pinjaman yang dapat dipinjam oleh Nona Nirna pada saat ini? Dengan tingkat bunga 3%.
Hitunglah dengan menggunakan rumus anuitas dan analisislah.
b. Tuan Gorgeous ingin menabung untuk masa depan sebesar Rp25.000.000 per tahun
selama 6 tahun dengan suku bunga sebesar 8%, berapa banyak uang yang akan dimilikinya
nanti?\
4. Payback Period
PT. Ranarene ingin melakukan suatu investasi dengan memanfaatkan sisa dana yang
menganggur dengan menentukan satu dari dua pilihan proyek yang berbeda. Sebuah proyek
A memiliki nilai investasi Rp1.550.000, dengan masa manfaat 12 tahun, dan menghasilkan
arus kas sebesar Rp245.000. Sedangkan proyek B mempunyai nilai investasi Rp1.550.000,
dengan masa manfaat 13 tahun, dan bisa menghasilkan arus kas tahunan sebesar Rp260.000.
Hitung dan tentukan proyek mana yang layak dipilih oleh perusahaan. Dan analisislah!
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A
UNIVERSITAS GUNADARMA
150
KASUS II
TIME VALUE OF MONEY
Metode yang digunakan
1. Future Value
Tn. Abdulah menginvestasikan uang yang ia terima atas penjualan tanah dan rumah miliknya
dalam bentuk deposito senilai Rp80.000.000 pada Bank Beng. Dengan tingkat suku bunga
3% per tahun. Berapa uang yang diterima Tn. Abdulah pada akhir tahun ke-3?
2. Present Value
Tentukan nilai sekarang dari uang Monica sejumlah Rp75.000.000 yang jatuh tempo 5 tahun
dengan tingkat bunga 7%?
3. Annuity (Anuitas)
a. Nona Aqila sanggup membayar Rp55.000.000 per tahun selama 5 tahun. Berapa banyak
pinjaman yang dapat dipinjam oleh Nona Aqila pada saat ini? Dengan tingkat bunga 5%.
Hitunglah dengan menggunakan rumus anuitas dan analisislah!
b. Tuan Roy ingin menabung untuk masa depan sebesar Rp40.000.000 per tahun selama 10
tahun dengan suku bunga sebesar 5%, berapa banyak uang yang akan dimilikinya nanti?
4. Payback Periode
PT. Ambyar ingin melakukan suatu investasi dengan memanfaatkan sisa dana yang
menganggur dengan menentukan satu dari dua pilihan proyek yang berbeda. Sebuah proyek
A memiliki nilai investasi Rp2.200.000, dengan masa manfaat 10 tahun, dan menghasilkan
arus kas sebesar Rp330.000. Sedangkan proyek B mempunyai nilai investasi Rp2.200.000,
dengan masa manfaat 12 tahun, dan bisa menghasilkan arus kas tahunan sebesar Rp350.000.
Hitung dan tentukan proyek mana yang layak dipilih oleh perusahaan. Dan analisislah!
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
151
VISUAL BASIC
FORM 1
FORM 2
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
152
CONTOH KASUS FORM 1
CONTOH KASUS FORM 2
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
153
BAB VIII
CAPITAL BUDGETING
Anggaran (budget) adalah rencana kerja organisasi di masa mendatang yang
diwujudkan dalam bentuk kwantitatif, formal, dan sistematis (Rudianto,110;2006). Anggaran
merupakan alat bantu manajemen dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
Rencana manajemen biasanya dijabarkan dalam bentuk anggaran dan istilah penganggaran
(budgeting) diterapkan untuk menggambarkan proses perencanaan dan penyusunan anggaran
secara umum.
Proses pengambilan keputusan investasi modal sering disebut penggangaran modal.
Penggangaran modal (capital Budgeting) merupakan konsep investasi karena melibatkan
pengucuran dana pada saat ini untuk memperoleh imbalan yang dikehendaki dimasa yang
akan datang. Tujuan penggangaran modal ialah untuk menambah nilai perusahaan dengan
memilih investasi yang memenuhi tujuan organisasi dan menyodorkan tingkat imbalan
tertinggi (Simamora Henry, 286;2012). Dalam mengevaluasi investasi, manajemen perlu
mengetahui tidak hanya seberapa banyak kas yang diterima dari (atau dibayarkan untuk)
sebuah investasi bisnis, tetapi juga kapan kas itu akan diterima (atau dibayarkan) (Simamora
Henry, 286;2012).
Karakteristik anggaran (Mulyadi, 490;2001) :
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu 1 tahun
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para
manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dalam anggaran.
4. Usulan anggaran disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi dari penyusun
anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah di bawah kondisi tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan
selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
154
Induk Anggaran dibagi menjadi 2 yaitu (Simamora Henry, 202;2012) :
Anggaran Operasi Anggaran Keuangan
Anggaran Penjualan Anggaran Kas
Anggaran Produksi Laporan Pengahasilan Usaha
Dianggarkan
Anggaran Bahan Baku Langsung Neraca Dianggarkan
Anggaran Tenaga Kerja langsung
Anggaran Overhead Pabrikasi
Anggaran Persediaan Akhir Barang Jadi
Anggaran Beban Penjualan Dan Administratif
Fungsi Anggaran :
1. Fungi Perencanaan
Di dalam fungsi ini berkaitan dengan segala sesuatu yang ingin dicapai perusahaan di
masa mendatang.Termasuk di dalamnya menetapkan produk yang akan dihasilkan,
bagaimana menghasilkannya, sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
produk tersebut bagaimana memasarkan produk tersebut, dan sebagainya.
2. Fungsi Pengawasan
Pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan. Aspek
pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan,
apakah dapat ditemukan efisiensi atau apakah para manajer pelaksana telah bekerja
dengan baik dalam mengelola perusahaan.
3. Fungsi Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu
atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.
4. Anggaran Sebagai Pedoman Kerja
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan
dalam unit moneter. Lazimnya penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa
lalu dan taksiran-taksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi
pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatannya.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
155
Model keputusan investasi modal dapat di klasifikasikan ke dalam dua kategori
(Simamora Henry, 295;2012) :
1. Model tanpa pendiskontoan arus kas (nondiscounting model) arus kas
mengabaikan nilai waktu uang.
a) Payback Period
Periode pengembalian (payback period) adalah masa yang dibutuhkan sebuah
perusahaan untuk menutup investasi perdana.
Jika suatu investasi mempunyai cash inflow yang sama dari tahun ke tahun,
maka perhitungan Pay Back Period dapat ditentukan dengan formula :
𝑷𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒆 𝑷𝒆𝒏𝒈𝒆𝒎𝒃𝒂𝒍𝒊𝒂𝒏 = 𝑰𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝑷𝒆𝒓𝒅𝒂𝒏𝒂
𝑨𝒓𝒖𝒔 𝒌𝒂𝒔 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏𝒂𝒏
Jika suatu investasi mempunyai cash inflow yang berbeda dari tahun ke
tahun, maka perhitungan Pay Back Period dapat ditentukan dengan cara
selangkah demi selangkah tiap tahunnya.hingga investasi perdana tertutupi.
b. Accounting rate of-Return (ARR)
Metode tingkat imbalan akuntansi (accounting rate-of-Return ) merupakan cara kasar
dan mudah untuk mengukur kinerja investasi modal. Metode tingkat imbalan
akuntansi berbeda dengan model penggangaran modal lainya karena metode ini lebih
terfokus pada laba akuntansi ketimbang arus kas. Penghasilan usaha bersih akuntansi
(accounting net income) ialah arus masuk kas bersih kegiatan usaha dikurangi beban
yang tidak memerlukan penggunaan kas seperti beban penyusutan.
Tingkat imbalan Akuntansi =
Penghasilan Usaha bersih setelah pajakRata − rata Tahunan
Investasi Rata − rata (Nilai buku)
Untuk menghitung penghasilan usaha bersih setelah pajak rata-rata tahunan dipakai
data pendapatan dan beban yang di susun untuk mengevaluasi proyek. Investasi rata-
rata dicari dengan cara sebagai berikut :
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
156
Investasi rata − rata =Jumlah Investasi + Nilai Residu
2
2. Model pendiskontoan arus kas (discounting model) arus kas memperhitungkan
nilai waktu uang.
a) Metode Nilai Sekarang Bersih
Dalam metode nilai sekarang bersih, nilai sekarang semua arus masuk kas
dibandingkan dengan nilai sekarang semua arus keluar kas yang terkait dengan
proyek investasi. Perbedaan antara nilai sekarang arus kas yang disebut nilai
sekarang bersih akan menentukan apakah sebuah proyek dapat diterima atau
ditolak.
b) Tingkat Imbalan Internal
Tingkat imbalan internal (internal rate of return, IRR) adalah hasil bunga
sebenarnya yang diberikan oleh sebuah proyek investasi selama masa manfaatnya.
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
157
CONTOH KASUS
CAPITAL BUDGETING
Tuan A sebagai seorang konsultan proyek diminta untuk mengevaluasi rencana pendirian
suatu proyek yaitu pabrik tas yang memproduksi bahan untuk tas. Untuk mempermudah
perhitungan Tuan A, berikut data-data untuk proyek-proyek yang telah disususun oleh
manajemen pabrik.
a. Investasi awal Rp 70.000.000
b. Taksiran biaya operasional dan pemeliharaan yang akan ditanggung sbb :
Tahun 1 Rp 10.000.000 Tahun 4 Rp 25.000.000
Tahun 2 Rp 20.000.000 Tahun 5 Rp 60.000.000
Tahun 3 Rp 32.000.000 Tahun 6 Rp 65.000.000
c. Besarnya keuntungan yang diperkirakan :
Tahun 1 Rp 30.000.000 Tahun 4 Rp 60.000.000
Tahun 2 Rp 55.000.000 Tahun 5 Rp 80.000.000
Tahun 3 Rp.60.000.000 Tahun 6 Rp.90.000.000
d. Besarnya Solvage Value (Nilai sisa) Rp 10.000.000
e. Tingkat Bunga 15%
Berapa Net Present Value (NPV)? Layak atau tidak layak proyek tersebut diterima?
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
158
JAWABAN CONTOH KASUS
(dalam satuan rupiah)
Th
(1)
Benefit
(2)
PVIF
(3)
(15%)
PV Benefit
(4 )
( 2x3)
Cost
(5)
PV Cost
(6)
(3x5)
NPV
(7)
(4-6)
0 - - - 70.000.000 70.000.000 -70.000.000
1 30.000.000 0.870 26.100.000 10.000.000 8.700.000 17.400.000
2 55.000.000 0.756 41.580.000 20.000.000 15.120.000 26.460.000
3 60.000.000 0.658 39.480.000 32.000.000 21.056.000 18.424.000
4 60.000.000 0.572 34.320.000 25.000.000 14.300.000 20.020.000
5 80.000.000 0.497 39.760.000 60.000.000 29.820.000 9.940.000
6 90.000.000 0.432 38.880.000 65.000.000 28.080.000 10.800.000
10.000.000 0.432 4.320.000 - - 4.320.000
224.440.000 187.076.000 37.364.000
Analisis : Jadi, rencana untuk pendirian proyek pabrik tas tersebut diterima karena
menghasilkan NPV Positif diatas 0 yaitu sebesar Rp. 37.364.000
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
159
KASUS 1
CAPITAL BUDGETING
PT B merencankan sebuah proyek investasi yang diperkirakan akan menghabiskan dana
sebesar Rp. 40.000.000.
a. Taksiran biaya operasional dan pemeliharaan yang akan ditanggung sbb :
Tahun 1 Rp. 195.000.000 Tahun 4 Rp. 100.000.000
Tahun 2 Rp. 200.000.000 Tahun 5 Rp. 420.000.000
Tahun 3 Rp. 210.000.000
b. Besarnya keuntungan yang diperkirakan :
Tahun 1 Rp. 50.000.000 Tahun 4 Rp. 320.000.000
Tahun 2 Rp. 189.000.000 Tahun 5 Rp. 400.000.000
Tahun 3 Rp. 280.000.000
c. Besarnya Solvage Value (Nilai sisa) Rp.150.000.000
d. Tingkat Bunga 18%
Berapa Net Present Value (NPV)? Layak atau tidak layak proyek tersebut diterima?
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
160
KASUS 2
CAPITAL BUDGETING
Saudara sebagai seorang konsultan proyek diminta untuk mengevaluasi rencana pendirian
suatu proyek yaitu pabrik tas yang memproduksi bahan untuk tas. Untuk mempermudah
perhitungan saudara, berikut data-data untuk proyek-proyek yang telah disususun oleh
manajemen pabrik.
a. Investasi awal Rp.40.000.000
b. Taksiran biaya operasional dan pemeliharaan yang akan ditanggung sbb :
Tahun 1 Rp.10.000.000 Tahun 4 Rp.55.000.000
Tahun 2 Rp.25.000.000 Tahun 5 Rp.70.000.000
Tahun 3 Rp.40.000.000 Tahun 6 Rp. 85.000.000
c. Besarnya keuntungan yang diperkirakan :
Tahun 1 Rp.25.000.000 Tahun 4 Rp.70.000.000
Tahun 2 Rp.40.000.000 Tahun 5 Rp.80.000.000
Tahun 3 Rp.65.000.000 Tahun 6 Rp.95.000.000
a. Tingkat Bunga 15 %
Berapa Net Present Value (NPV)? Layak atau tidak layak proyek tersebut diterima?
LABORATORIUM
AKUNTANSI LANJUT A UNIVERSITAS GUNADARMA
PANDUAN PRAKTIKUM AM PRAK ATA 2019/2020
161
VISUAL BASIC :
CONTOH KASUS :