penetapan harga pokok produksi (hpp) …... · ibu fakhrina fahma, stp, mt pembimbing i yang telah...

93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi AYU PURNAMA DEWININGRUM I 0308002 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: vuongkhuong

Post on 27-Aug-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING

SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN

KARANGANYAR

Skripsi

AYU PURNAMA DEWININGRUM I 0308002

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

Page 2: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING

SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN

KARANGANYAR

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

AYU PURNAMA DEWININGRUM I 0308002

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

Page 3: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Ayu Purnama Dewiningrum, NIM : I0308002, PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, September 2012.

Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar merupakan sentra produksi biofarmaka terbesar di Jawa Tengah dengan luas area lahan 270 ha dan jumlah produksi mencapai 1.390.700 kg. Permasalahan yang ada di Klaster Biofarmaka yaitu rendahnya harga jual produk olahan temulawak berupa rimpang temulawak, simplisia temulawak, dan serbuk temulawak yang akan dijual di pasaran bahkan yang akan dijual ke perusahaan jamu. Untuk membantu petani dalam menentukan harga jual yang tepat, dibutuhkan perhitungan harga pokok produksi (HPP) temulawak. Metode yang digunakan adalah metode full costing. Metode full costing lebih tepat digunakan pada industri kecil dan menengah karena industri ini masih menggunakan proses pencatatan biaya yang masih relatif sederhana.

Perhitungan HPP metode full costing terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama mengidentifikasi komponen biaya produksi produk olahan temulawak. Tahap kedua mengklasifikasikan komponen biaya kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Tahap ketiga mengkalkulasikan ketiga komponen biaya. Tahap yang keempat membagi total biaya produksi dengan produk yang dihasilkan. Selain perhitungan HPP, dilakukan juga perhitungan sensitivitas untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh perubahan HPP terhadap peningkatan atau penurunan biaya yang dibutuhkan pada penentuan HPP produk olahan temulawak.

HPP yang diperoleh berdasarkan metode full costing untuk produk temulawak basah adalah Rp 2.108/Kg, simplisia temulawak adalah Rp 18.012/Kg, dan untuk serbuk temulawak adalah Rp 40.131/Kg. Komponen biaya yang paling mempengaruhi HPP temulawak pada masing-masing produk olahan yaitu, biaya overhead adalah komponen biaya yang paling mempengaruhi HPP temulawak basah, sedangkan komponen biaya bahan baku merupakan komponen yang paling mempengaruhi HPP produk simplisia dan serbuk temulawak. Kata kunci: biofarmaka, temulawak, HPP, full costing xvi + 83 halaman; 15 gambar; 25 tabel Daftar pustaka : 17 (1994-2011)

Page 4: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Ayu Purnama Dewiningrum, NIM : I0308002, DETERMINATION COST PRODUCTION OF CURCUMA’S PRODUCTS USING FULL COSTING

METHODS AS THE BASIS FOR DETERMINING THE RIGHT SELLING

PRICE FOR CURCUMA PRODUCTS ON KLASTER BIOFARMAKA

KARANGANYAR. Thesis. Surakarta : Department of Industrial Engineering, Engineering Faculty, Sebelas Maret University, September 2012.

Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar is the largest central production of medicinal plants in Central Java with land area of 270 ha and total production reached 1.390.700 Kg. The problems that exist in the Klaster Biofarmaka is low selling price of refined products such as curcuma rhizome, crude curcuma, and also curcuma powder which will be sold in the market and even in herbal medicine industry. To assist farmers in determining the right price, it takes calculation of cost production of curcuma’s products. The method used in this research is full costing method. Full costing method is more appropriate to use in small and medium industries because these industries are still using the simple process of

recording the production cost.

Calculation of production cost with full costing method consists of several steps. The first step is identifying the components of the production cost of curcuma refined product. The second step is classifying the components into the cost of raw material costs, labor costs, and factory overhead costs. The third step is calculating the cost of the three components. The last is dividing the total of production cost with product produced. In addition to the calculation of HPP, also performed sensitivity calculations to determine how far the effects of production cost change to increase or decrease the costs that involved in the determination of HPP curcuma refined products.

The result of full costing method for curcuma rhizome product is Rp 2.108/Kg, crude curcuma is Rp 18.012/Kg, and for curcuma powder is Rp 40.131/Kg. The most affected components of the production cost of curcuma on each refined products are, the overhead cost component is the most affected the production cost of curcuma rhizome, while the raw material cost component is the most affected the production cost of crude curcuma and curcuma powder. Keyword: biofarmaka, curcuma, production cost, full costing. xvi + 83 pages; 15 pictures; 25 tables References : 17 (1994-2011)

Page 5: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi :

PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) PRODUK TEMULAWAK MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING

SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT DI KLASTER BIOFARMAKA KABUPATEN

KARANGANYAR

Ditulis oleh :

Ayu Purnama Dewiningrum I 0308002

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Fakhrina Fahma, STP, MT Ir. Murman Budijanto, MT, MIDEc NIP. 19741008 200003 2 001 NIP. 19640516 200012 1 001 Pembantu Dekan I Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS Fakultas Teknik UNS Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT NIP. 19691026 199503 1 002 NIP. 19711104 199903 1 001

Page 6: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

laporan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu selama penyusunan laporan

skripsi ini yaitu :

1. Mamah, Bapak, dan Agus terima kasih yang tak terhingga atas kasih sayang

yang diberikan, doa yang selalu dipanjatkan serta dukungan baik materiil dan

moriil.

2. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UNS.

3. Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dan nasehat.

4. Bapak Ir. Murman Budijanto, MT, MIDEc selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan, dan nasehat.

5. Bapak Yuniaristanto, ST, MT dan Bapak Roni Zakaria, ST, MT selaku

penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun terhadap

penelitian ini.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Teknik Industri UNS, terima kasih telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

7. Pegawai TU-TI yang telah banyak membantu dalam hal birokrasi dan

administrasi.

8. Bapak Parman, selaku ketua Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

9. Bapak Sarwoko selaku Ketua Kelompok Tani Sumber Rejeki 1, terima kasih

atas informasi dan data yang telah diberikan.

10. Dhonny Prasetya, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

11. Teman-teman tercinta Yoga, Nandi, Alfan, Raga, Kiki, Cent, Ellen, dan semua

teman di kelas B yang selalu memberikan tawa, semangat, dan dukungan.

12. Teman-teman Gapoktan: Nisa, Pungky, Sony, Nia, Jingga, Rio, dan Caca

terima kasih atas kebersamaan mencari data.

13. Teman-teman TI angkatan 2008 terimakasih atas kebersamaan, persahabatan,

keceriaan, dan kekompakannya. I love you all.

Page 7: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

14. Teman-teman AIESEC Expansion UNS yang telah memberikan dukungan,

hiburan, serta kebersamaan.

15. Teman-teman kos: Tiara, Gege, Diah, Caca, Iik, dan Ophie.

16. Kakak-kakak angkatan 2006, 2007 dan adik-adik angkatan 2009, 2010, 2011.

17. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas

doa, dukungan, semangat, serta bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna dan banyak

memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, masukan dan

saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini

dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Surakarta, Oktober 2012

Penulis

Page 8: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………….

ABSTRACT…………………………………………………………………

KATA PENGANTAR………………………………………………………

DAFTAR ISI................................................................................................

DAFTAR TABEL........................................................................................

DAFTAR GAMBAR...................................................................................

v

vi

vii

ix

xii

xiv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……….......................................................

1.2 Perumusan Masalah ............................................................

1.3 Tujuan Penelitan ................................................................

1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................

1.5 Batasan Masalah .................................................................

1.6 Asusmsi Penelitian...............................................................

1.7 Sistematika Penulisan …………………………………….

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Klaster Biofarmaka Kabupaten

Karanganyar ………………………………………………

2.1.1 Profil Klaster Biofarmaka

Karanganyar.............................................................

2.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan dari Klaster Biofarmaka ….

2.1.3 Kondisi Umum Klaster Biofarmaka ……………...

2.1.4 Persebaran Tanaman Temulawak di Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar

2.1.5 Struktur Organisasi………………………………..

2.2 Landasan Teori …………………………………………

2.2.1 Temulawak……………………………….………...

2.2.2 Konsep dan Pengertian Biaya …….........................

2.2.3 Klasifikasi Biaya ………………………………….

I - 1

I - 3

I - 3

I - 4

I - 4

I - 4

I - 4

II - 1

II - 1

II - 2

II - 2

II - 3

II - 4

II - 6

II - 6

II - 10

II - 10

Page 9: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB III

BAB IV

2.2.4 Harga Pokok Produksi dan Manfaat Harga Pokok

Produksi …………………………………………..

2.2.5 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi ……

2.2.6 Tahap-tahap Penentuan Harga Pokok …………….

2.2.7 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ……….

2.2.8 Depresiasi …………………………………............

2.2.9 Perhitungan Bunga ………………………………..

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Awal Penelitian…………………………………..

3.1.1 Studi Lapangan........................................................

3.1.2 Studi Pustaka...........................................................

3.1.3 Identifikasi Masalah................................................

3.1.4 Perumusan Masalah……………………………….

3.1.5 Penetapan Tujuan....................................................

3.2 Pengumpulan Data...............................................................

3.2.1 Identifikasi Proses atau Aktifitas Produksi……….

3.2.2 Identifikasi Aktifitas-akitifitas Produksi yang

Menimbulkan Biaya………………………………

3.2.3 Mengklasifikasikan Komponen Biaya……………

3.2.4 Konfirmasi atau Verifikasi Data Biaya…………...

3.3 Pengolahan Data ………………………………………….

3.3.1 Perhitungan HPP dengan Metode Full Costing……

3.3.2 Perhitungan Sensitivitas…………………………….

3.4 Tahap Akhir Penelitian .......................................................

3.4.1 Analisis …………………………………………..

3.4.2 Kesimpulan dan Saran ...........................................

PENGUMULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data ………………………………………..

4.1.1 Proses Produksi Temulawak Basah …………........

4.1.2 Proses pembuatan Simplisia Temulawak………….

4.1.3 Proses Pembuatan Serbuk Temulawak ...................

II - 11

II - 11

II - 12

II - 14

II - 18

II - 23

III- 2

III- 2

III- 2

III- 2

III- 2

III- 3

III- 3

III- 3

III- 3

III- 4

III- 5

III- 5

III- 5

III- 6

III- 6

III- 6

III- 7

IV- 1

IV- 1

IV- 5

IV- 8

Page 10: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

BAB V

BAB 6

4.2 Pengolahan Data…………………………………………..

4.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Produk

Temulawak Basah....................................................

4.2.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Produk

Simplisia Temulawak...............................................

4.2.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Produk

Serbuk Temulawak..................................................

4.3 Perhitungan Sensitivitas……………………………………

ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

5.1 Analisis Perbandingan HPP Produk Temulawak

berdasarkan Perhitungan Klaster dengan Metode Full

Costing…………………………………………………….

5.2 Analisis PKomponen Biaya Pokok Produksi untuk Produk

OlahanTemulawak………………………………………

5.3 Analisis Sensitivitas………………………………………..

5.4 Analisis Depresiasi………………………………………

5.5 Analisis Biaya Sewa Lahan, Biaya Sewa Gudang, dan

Biaya Bunga Majemuk…………………………………….

5.5.1 HPP Produk Olahan Temulawak tanpa

Memperhitungkan Biaya Sewa Lahan……………

5.5.2 HPP Produk Olahan Temulawak tanpa

Memperhitungkan Biaya Sewa Gudang…………..

5.5.3 HPP Produk Olahan Temulawak tanpa Bunga

Majemuk…………………………………………

5.6 Analisis Harga Jual Klaster………………………………...

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan………………………………………………..

6.2 Saran………………………………………………………..

IV- 10

IV- 11

IV- 17

IV- 24

IV- 29

V - 1

V - 2

V - 4

V - 7

V - 8

V - 8

V - 9

V - 10

V - 11

VI- 1

VI- 2

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… xv

Page 11: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah yang dipakai serta

sistematika penulisan yang keseluruhannya berusaha dipadukan agar dapat

memberikan gambaran umum mengenai laporan penelitian ini.

1.1 LATAR BELAKANG

Biofarmaka merupakan sediaan dari bahan alam (nabati maupun hewani)

yang mempunyai efek farmakologis, untuk makanan atau minuman, suplemen

makanan, kosmetik, maupun obat. Produk Biofarmaka semakin popular dan luas

digunakan karena menawarkan banyak pilihan dan alternatif yang lebih mudah

terjangkau dibandingkan obat-obat farmasi. Permintaan terhadap produk-produk

biofarmaka di Indonesia memiliki tren peningkatan yang cukup besar, hal ini

dapat ditinjau dari data permintaan produk biofarmaka pada tahun 2009 ke tahun

2010 yang meningkat hingga 6,6% (Direktorat Jendral Pertanian, 2011).

Berdasarkan fakta yang ada di lapangan, maka muncul suatu tren baru yaitu tren

“back to nature” di masyarakat Indonesia.

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki banyak lahan

pertanian yang cocok untuk dijadikan budidaya tanaman biofarmaka. Salah satu

wilayah di Indonesia yang merupakan penghasil biofarmaka terbesar di Indonesia

adalah Jawa Tengah yang telah menyuplai kebutuhan nasional sebesar 50%

(Dinas Pertanian dan Holtikultura Prov. Jawa Tengah, 2011). Kabupaten

Karanganyar merupakan sentra produksi biofarmaka terbesar di Jawa Tengah

dengan luas area lahan 270 hektar dan jumlah produksi mencapai 1.390.700 kg

(Balai Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah, 2010).

Untuk membantu pengembangan biofarmaka pemerintah Kabupaten

Karanganyar membentuk lembaga Klaster Biofarmaka yang beranggotakan 10

kelompok tani. Kelompok Tani berfungsi sebagai sebagai organisasi ekonomi

sekaligus bersifat sosial yang melakukan kegiatan pemasaran juga sekaligus

pembinaan petani dari aspek budidaya, teknologi produksi, penjaminan mutu,

Page 12: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-2

manajemen usaha, pemasaran maupun kewirausahaan. Keberadaan Klaster

Biofarmaka diharapkan dapat meningkatkan daya saing petani biofarmaka.

Saat ini, Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar dipercaya menjadi

salah satu pemasok atau supplier produk simplisia temulawak dan kunyit dari PT.

Sido Muncul. Namun, terdapat permasalahan dalam pemasokan simplisia ke PT.

Sido Muncul yaitu pihak Klaster harus menawarkan harga jual yang tepat agar PT.

Sido Muncul bersedia membeli produk yang ditawarkan. Selama ini, penetapan

harga jual produk simplisia temulawak dan kunyit masih ditentukan oleh pihak

Sido Muncul. Selain itu, terdapat permasalahan serupa di Klaster Biofarmaka

yaitu rendahnya harga jual produk olahan temulawak berupa rimpang temulawak,

simplisia temulawak, dan serbuk temulawak. Harga jual rimpang atau temulawak

basah hanya Rp 1.500, harga produk simplisia Rp 14.000 - Rp 15.000, dan harga

serbuk temulawak adalah Rp 40.000.

Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam Klaster Biofarmaka,

maka dilakukan penelitian yang dilakukan di Klaster Biofarmaka yang terletak di

Desa Jumantono, dan untuk memperoleh kelengkapan data, penelitian juga

dilakukan di Gapoktan Sumber Makmur dan Kelompok Tani Sumber Rejeki yang

merupakan bagian dari Klaster Biofarmaka. Produk yang dihasilkan oleh Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah produk rimpang, produk simplisia,

dan produk serbuk. Ketiga jenis produk tersebut berasal dari beberapa tanaman

obat seperti kunyit, jahe, temulawak, dan lain-lain.

Seiring ketatnya persaingan pasar pada produk biofarmaka, maka pihak

Klaster dituntut untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan, dan cermat

dalam menetapkan harga jual produk agar produk yang dihasilkan memiliki daya

tawar. Para petani sebagai pengurus sekaligus anggota dari Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar tidak mengerti dengan benar bagaimana menentukan

harga jual suatu produk. Saat ini perhitungan biaya produksi di Klaster

Biofarmaka tidak menggunakan metode perhitungan harga pokok produksi,

perhitungan yang dilakukan adalah dengan cara menjumlahkan seluruh komponen

biaya yang dikeluarkan tanpa megelompokkan komponen biaya dan tanpa

memperhitungkan biaya-biaya yang seharusnya diperhitungkan, seperti biaya

sewa lahan, tempat penyimpanan hasil produksi, biaya transportasi, dan

Page 13: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-3

komponen biaya lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan petani dalam

menetapkan harga jual produk yaitu harga jual produk yang terlalu rendah atau

terlalu tinggi. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) suatu produk bertujuan

untuk membantu petani dalam menetapkan harga jual suatu produk. Selain itu,

diperolehnya HPP dapat dijadikan suatu pedoman untuk pengurus Klaster dalam

hal kekuatan tawar.

Untuk membantu petani dalam menentukan harga jual yang tepat, maka

dibutuhkan perhitungan harga pokok produksi temulawak dengan menerapkan

suatu metode perhitungan harga pokok produksi (HPP). Terdapat beberapa

metode penetapan harga pokok produksi yaitu metode full costing, variable

costing, dan activity based costing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode full costing. Metode perhitungan full costing digunakan di Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar karena klaster merupakan Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) yang masih menggunakan proses pencatan biaya

yang sederhana. Menurut Rachmayanti (2011) metode perhitungan full costing

lebih tepat digunakan pada industri kecil dan menengah karena industri ini masih

menggunakan proses pencatatan biaya yang masih relatif sederhana. Full costing

adalah metode penentuan harga pokok produksi dengan memasukkan seluruh

komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok yang meliputi biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya

overhead pabrik tetap (Mirhani, 2001).

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan suatu

permasalahan yaitu bagaimana menetapkan harga pokok produksi produk

temulawak yang tepat sehingga dapat menjadi acuan dalam menentukan harga

jual yang menguntungkan di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah menetapkan harga

pokok produksi produk Temulawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten

Karanganyar sebagi acuan dalam mentukan harga penjualan produk Temulawak.

Page 14: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-4

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penelitian ini dapat

dijadikan sebagai masukan atau gambaran dalam perhitungan harga pokok

produksi yang tepat sehingga Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar dapat

menetapkan harga jual produk yang tepat sehingga memiliki kekuatan tawar yang

baik.

1.5 BATASAN MASALAH

Agar sasaran dalam studi lapangan tercapai, maka perlu dilakukan batasan-

batasan sebagai berikut:

1. Perhitungan harga pokok produksi hanya dilakukan pada produk temulawak

basah, simplisia temulawak, dan serbuk temulawak. Pemilihan ketiga produk

tersebut didasarkan pada komoditas utama yang dihasilkan oleh Klaster

Biofarmaka.

2. Penelitian ini dilakukan selama bulan Februari - April 2012.

3. Luas lahan temulawak yang diperhitungkan adalah 1.000 m².

4. Banyaknya produk simplisia temulawak yang diperhitungkan adalah 500 kg.

5. Banyaknya serbuk temulawak yang diperhitungkan adalah 100 kg.

1.6 ASUMSI PENELITIAN

Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah harga pasar berupa harga

bahan baku, harga pupuk, harga peralatan produksi, dan harga produk yang

berlaku saat ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada

bulan Februari – April 2012.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang mengenai permasalahan yang akan

dibahas, perumusan masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat yang

ingin dicapai, batasan masalah, dan asumsi yang digunakan.

Page 15: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

I-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan gambaran umum Klaster Biofarmaka dan landasan teori yang

merupakan penjelasan secara terperinci mengenai teori-teori yang

digunakan, sebagai landasan pemecahan masalah, serta memberikan

penjelasan secara garis besar metode yang digunakan dalam penelitian

sebagai kerangka pemecahan masalah. Tinjauan pustaka ini diambil dari

berbagai sumber.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses

pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flowchart dan

tiap tahapnya diberi penjelasan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini menguraikan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian

masalah dan cara pengolahan data yang dilakukan untuk mencapai

tujuan penelitian.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil pengolahan data sesuai

permasalahan yang dirumuskan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dan saran-

saran yang berkaitan dengan permasalahan yang ada.

Page 16: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas gambaran umum perusahaan dan konsep-konsep yang

berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan.

2.1 GAMBARAN UMUM KLASTER BIOFARMAKA KARANGANYAR

Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai profil, tujuan, kondisi umum, dan

struktur organisasi dari Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

2.1.1 Profil Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Karanganyar mempunyai kawasan lindung dan serapan air yang

berfungsi sebagai kawasan perlindungan pelestarian, dan konservasi sumber daya

alam. Selain itu, dengan sumber mata air yang alami, adanya sungai, dan waduk

menjadikan Kabupaten Karanganyar untuk bisa mengembangkan sektor pertanian.

Sebagian besar wilayah di Kabupaten Karanganyar masih didominasi oleh lahan-

lahan pertanian.

Salah satu sektor usaha pertanian yang mempunyai potensi besar untuk

dikembangkan adalah tanaman obat-obatan (empon-empon). Banyak sekali jenis

tanaman obat yang ada di Kabupaten Karanganyar. Tanaman obat yang ada di

wilayah Kabupaten Karanganyar melputi: jahe, kunyit, kencur, temulawak,

lengkuas, kunyit putih, temu ireng, dan temu kunci.

Luas lahan tanaman obat di wilayah Kabupaten Karanganyar berdasarkan

data dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Karanganyar (2009), adalah

270 hektar. Komoditas unggulan dari tanaman obat adalah jahe, kunyit, dan

temulawak yang luas area lahannya mencapai 170 hektar. Ketiga jenis tanaman

obat tersebut merupakan tanaman obat yang sering dibutuhkan oleh perusahaan

jamu.

Page 17: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-2

Hasil pertanian dari petani yang tergabung dalam Klaster Biofarmaka

Kabupaten Karanganyar saat ini belum tergarap dan terorganisasi dengan baik.

Saat ini, petani menjual produk yang dihasilkan ke pasar tradisional, industri

jamu, dan tengkulak yang harganya sangat fluktuatif.

2.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan dari Klaster Biofarmaka

Visi dari klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah mewujudkan

Kabupaten Karanganyar sebagai sentra biofarmaka di Indonesia.

Misi dari klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah sebagai

berikut:

1. Peningkatan luas lahan, ketrampilan budi daya toga, dan kualitas produksi.

2. Kerjasama dengan pemerintah dan pelaku pasar serta pengembangan usaha

berbasis teknologi dan pemberdayaan masyarakat.

Lembaga Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar betujuan untuk:

1. Menghimpun gabungan kelompok tani (Gapoktan) tanaman obat untuk

bersatu menghasilkan produk yang berkualitas sehingga produk yang

dihasilkan memiliki nilai tawar yang tinggi.

2. Memudahkan petani untuk mengakses kondisi pasar, dan pembiayaan maupun

teknologi yang dibutuhkan dalam rangka mengembangkan usaha pertanian.

3. Meningkatkan kemampuan para petani yang tergabung dalam Klaster

Biofarmaka.

2.1.3 Kondisi Umum Klaster Biofarmaka

Kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan kelompok tani (Gapoktan)

dan menjadi anggota Klaster Biofarmaka adalah:

1. Kelompok Tani Sumber Rejeki

2. Kelompok Tani Madu Asri

3. Kelompok Tani Kridotani

4. Kelompok Tani Aneka Karya lestari

Page 18: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-3

5. Kelompok Tani Trisno Asih

6. Kelompom Tani Sedyo Tekad I

7. Kelompok Tani Ngudi Mulyo

8. Kelompok Tani Tani Waras

9. Kelompok Tani Ngudi Makmur

10. Kelompok Tani Sedyo Tekad II

Jumlah anggota Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah 400 petani

dengan luas area lahan 270 hektar. Komoditas yang dihasilkan oleh Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar tersaji dalam tabel 2.1.

Tabel 2.1 Komoditas Tanaman Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar

No. Jenis Tanaman Luas (Ha) Jumlah Produksi (Kg)

1. Jahe 77,65 544.000

2. Kunyit 94,00 940.000

3. Kencur 6,60 93.000

4. Temulawak 39,25 365.700

5. Lengkuas 31,30 287.000

6. Kunyit Rasa Mangga 5,00 45.000

7. Kunir Putih 3,00 38.000

8. Bengle 5,00 30.000

9. Temu Kunci 5,00 30.000

10. Temu Ireng 3,00 18.000

Sumber: Portfolio Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar, 2010

2.14 Persebaran Tanaman Temulawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten

Karanganyar

Tanaman Temulawak merupakan salah satu tanaman yang menjadi

komoditas utama Klaster Biofarmaka Karanganyar. Persebaran tanaman

Temulawak di Klaster Biofarmaka dapat dilihat pada tabel 2.2.

Page 19: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-4

Tabel 2.2 Persebaran Tanaman Temulawak di Klaster Biofarmaka Kabupaten

Karanganyar

Sumber: Portfolio Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar, 2010

2.1.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Klaster Biofarmaka dapat digambarkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Klaster Biofarmaka

Adapun tugas, wewenang, serta tanggung jawab pada setiap struktur

organisasi klaster biofarmaka Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:

1. Ketua

a. Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang ada di klaster.

b. Mengkoordinir semua kelompok tani yang menjadi anggota klaster.

Luas wilayah (km2) Kecamatan Kelompok Tani Luas Area Tanam (Ha) Hasil Panen (Ton)Sumber Rejeki 4.01 37.36Ngudi Makmur 3.90 36.34

65.34 Ngargoyoso Madu Asri II 4.01 37.36Kridotani 3.87 36.06Ngudi Mulyo 3.91 36.43

53.31 Mojogedang Aneka Karya Lestari 4.00 37.27Kismo Mulyo 4.00 37.27Tresno Asih 3.89 36.24Sedyo Tekad 3.82 35.59Tani Waras 3.84 35.78TOTAL 39.25 365.70

40.36 Jatipuro

53.55 Jumantono

46.82 Kerjo

55.67 Jumapolo

Page 20: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-5

c. Menyelesaikan dan mencari solusi atas semua permasalahan yang terjadi

dari hulu ke hilir yang meliputi budidaya, panen, pasca panen, pengolahan,

pemasaran, permodalan, serta sarana dan prasarana yang dapat menunjang

produktivitas klaster.

2. Wakil Ketua I dan II

Membantu kerja ketua untuk mengkoordinir semua kegiatan yang ada di

klaster.

3. Sekretaris

Mencatat dan melaporkan semua kegiatan dari hulu ke hilir berdasarkan

laporan dari tupoksi (tugas pokok dan fungsi) terkait kegiatan.

4. Wakil Sekretaris

Membantu kerja sekretaris dalam hal kearsipan laporan semua kegiatan yang

dilaksanakan di klaster.

5. Bendahara

Mencatat semua pengeluaran yang berkaitan dengan keuangan termasuk

permodalan.

6. Produksi Usaha

Menkoordinir semua kegiatan yang terkait dengan budidaya dan pengolahan.

7. Pengolahan dan Pemasaran

Mengkoordinir dan memfasilitasi semua kegiatan yang terkait dengan

pemasaran.

8. Usaha

Membantu kelancaran kegiatan setiap unit usaha yang terdapat di klaster.

Page 21: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-6

2.2 LANDASAN TEORI

Pada subab ini berisi teori-teori pendukung yang berguna untuk menunjang

pengolahan data.

2.2.1 Temulawak

1. Deskripsi Tanaman Temulawak

Varietas temulawak yang ada di Klaster Biofarmaka yang juga akan dipasok

ke PT. Sido Muncul adalah temulawak varietas Cursina. Menurut Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (2011),

temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu.

Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di

Madura disebut sebagai temu labak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat

dari mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di

Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang,

Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa negara Eropa. Klasifikasi dari tanaman

temulawak yaitu:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Keluarga : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.

Deskripsi dari tanaman temulawak seperti yang digambarkan pada gambar

2.2 yaitu tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi

kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan

sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai

daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna

Page 22: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-7

daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm

dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm.

Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9

– 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi

atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu,

panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan

4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung

yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm.

Gambar 2.2 Tanaman Temulawak

2. Budidaya Tanaman Temulawak

Tanaman temulawak dapat ditanam pada tanah ringan yang agak bepasir

sampai tanah berat bertekstur liat. Untuk memperoleh hasil yang baik, perlu

ditanam di tanah yang subur dan baik tata pengairannya. Curah hujan yang

dikehendaki antara 1500-4000 mm per tahun. Temulawak dapat ditanam pada

ketinggian antara 5 -1500 m di atas permukaan laut. Untuk memperbanyak

tanaman digunakan rimpang yang sudah cukup tua dari tanaamn yang sudah

berumur 9 bulan.

Page 23: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-8

Panen dilakukan setelah tanaman berumur 9 bulan atau lebih. Paenn

dilakukan apabila daun dan bagian tanaman di atas tanah sudah mongering. Cara

panen dilakukan dengan membongkar rimpang dengan menggunakan garpu.

Pembersihan rimpang dilakukan dengan emmbasuh rimpang dengan air.

Setelah itu rimpang dikupas dan kulitnya diiris melintang. Tebal tiap irisan 7-8

mm pada waktu segar. Setelah dijemur atau dikeringkan dalam ruangan

pengering, tebal irisan menjadi 5-6 mm. penjemuran atau pengeringan dilakukan

dengan meletakkan irisan tidak saling bertumpukan. Untuk alas penjemuran

dipakai bamboo, lantai penjemur atau tikar. Pengeringan dengan alat pengering

dilakukan dengan suhu awal 50-55⁰ C agar diperoleh warna yang baik, lama

pengeringan kurang lebih 7 jam.

3. Kandungan Kimia

Komposisi kimia terbesar dari rimpang temulawak adalah protein pati (48%-

54%), minyak atsiri (3%-12%), dan zat warna kuning yang disebut kurkumin.

Fraksi pati merupakan kandungan terbesar, jumlahnya bervariasi tergantung dari

ketinggian tempat tumbuh. Pati rimpang dapat dikembangkan sebagai sumber

karbohidrat, yang digunakan sebagai bahan makanan. Fraksi kurkumin

mempunyai aroma yang khas, tidak toksik, terdiri dari kurkumin,

demetoksikurkumin, dan bidesmetoksi kurkumin. Minyak atsiri merupakan cairan

warna kuning atau kuning jingga, berbau aromatik tajam (Damayanti, 2008).

4. Produk Olahan yang dihasilkan dari Temulawak

Tanaman temulawak dapat diolah menjadi beberapa variasi produk, yaitu:

a. Temulawak basah atau rimpang merupakan produk yang dihasilkan dari

hasil panen temulawak, seperti yang terlihat pada gambar 2.3.

b. Simplisia temulawak adalah produk yang dihasilkan dari pengirisan rimpang

temulawak yang kemudian dikeringkan, seperti yang terlihat pada gambar

2.4.

Page 24: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-9

c. Serbuk temulawak adalah produk yang dihasilkan dari simplisia temulawak

yang dihaluskan menjadi serbuk, seperti yang terlihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.3 Rimpang Temulawak

Gambar 2.4 Simplisia Temulawak

Gambar 2.5 Serbuk Temulawak

Page 25: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-10

2.2.2 Konsep dan Pengertian Biaya

Istilah biaya didefiniskan sebagai pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan

untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa (Indrijawati, 2008). Hansen dan

Mowen (2004) mendefinisikan biaya sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang

dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen

kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.

Mulyadi (2005) berpendapat bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber

ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang mungkin

akan terjadi untuk tujuan tertentu. Terdapat empat unsur pokok dalam definisi

biaya tersebut, yaitu :

1. Biaya merupakan sumber ekonomi

2. Diukur dalam satuan uang

3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu

2.2.3 Klasifikasi Biaya

Menurut Simamora (2000), klasifikasi biaya dalam perusahaan yang

memproduksi suatu produk (pabrikasi) meliputi semua biaya yang berkaitan

dengan proses produksi. Untuk membantu manajemen menganalisis biaya

pabrikasi produksinya, biaya pabrikasi pada umumnya dibagi kedalam tiga

komponen yaitu:

1. Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung (direct material) adalah bahan baku yang menjadi

bagian integral dari produk jadi perusahaan dan dapat ditelusuri dengan

mudah. Bahan baku langsung ini menjadi bagian fisik produk, dan terdapat

hubungan langsung antara masukan bahan baku dan keluaran dalam dalam

bentuk produk akhir/jadi.

Page 26: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-11

2. Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) adalah biaya tenaga kerja

yang dapat ditelusuri secara fisik ke dalam pembuatan produk dan bisa pula

ditelusuri dengan mudah atau tanpa memakan banyak biaya.

3. Biaya Overhead Pabrikasi (manufacturing overhead cost)

Biaya overhead pabrikasi dapat digolongkan menjadi tiga jenis biaya: bahan

penolong, tenaga kerja tidak langsung, dan pabrikasi lain-lain. Biaya bahan

penolong (indirect material cost) adalah biaya bahan baku yang dibutuhkan

untuk proses produksi namun bukan merupakan bagian integral dari produk

jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya personalia yang tidak

bekerja secara langsung atas produk namun jasanya diperlukan untuk proses

pabrikasi. Biaya pabrikasi lain-lain (other manufacturing cost) adalah baiya

yang bukan bahan baku amupun tenaga kerja, contohnya: beban penyusutan

(depresiasi), asuransi, pajak, dan lain-lain.

2.2.4 Harga Pokok Produksi dan Manfaat dari Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi barang atau jasa selama periode bersangkutan. Dengan kata lain

bahwa harga pokok produksi merupakan biaya untuk memperoleh barang jadi

yang siap jual. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) bermanfaat untuk:

a. Menetapkan harga jual

b. Memantau realisasi biaya produksi

c. Menghitung laba atau rugi perusahaan pada periode tertentu

d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang disajikan dalam neraca

2.2.5 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Menurut Mardiasmo (1994) metode pengumpulan harga pokok dapat

dikelompokkan menjadi dua metode yaitu metode harga pokok pesanan dan

Page 27: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-12

metode harga pokok proses. Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan

tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai

yang mempengaruhi metode pengumpulan harga pokok yang digunakan.

1. Metode harga pokok pesanan (job order cost method)

Metode harga pokok pesanan (job order cost method) adalah metode

pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan yang

menghasilkan produk atas dasar pesanan. Karakterisitik harga pokok

pesanan adalah:

a. Harga pokok dihitung untuk setiap produk pesanan.

b. Penentuan harga pokok setiap produk pesanan dilakukan setelah produk

tersebut selesai dikerjakan.

c. Harga pokok per unit produk pesanan dihitung dengan cara membagi

harga pokok produksi pesanan dengan jumlah unit pesanan yang

bersangkutan.

2. Metode harga pokok proses

Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi

yang diterpakan pada perusahan yang menghasilkan produk secara masal.

Karakteristik harga pokok proses adalah sebagai berikut:

a. Harga pokok produk dihitung berdasarkan periode tertentu.

b. Harga pokok produk ditentukan pada akhir periode tertentu.

c. Harga pokok per unit produk dihitung dengan cara membagi harga

pokok produk selesai periode dengan jumlah produk unit selesai dalam

periode bersangkutan.

2.2.6 Tahap-tahap Penentuan Harga Pokok

Menurut Indrijawati (2008), pada dasarnya terdapat 5 tahap perhitungan

harga pokok yaitu:

1. Identifikasi Data Kuantitas Produksi.

Page 28: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-13

Tahap ini mengusut hasil kegiatan produksi secara fisik dari setiap

departemen dalam jangka waktu tertentu (dari mana produk berasal dan

kemana produk dipindahkan). Ini meliputi:

a. Berapa unit produk yang diproduksi

b. Berapa unit produk yang dihasilkan

2. Perhitungan Output dinyatakan dalam Bentuk Unit Ekuivalen.

Pada tahap ini, hasil kegiatan produksi dinyatakan dalam bentuk

ekuivalensinya dengan produk selesai sesuai dengan kriteria yang berlaku

pada masing-masing departemen. Unit ekuivalen merupakan jumlah input

yang diperlukan untuk membuat satu unit produk pada masing-masing

departemen.

3. Pengumpulan Data Total Biaya Produksi.

Total biaya produksi yang terjadi pada masing-masing departemen pada

dasarnya meliputi seluruh input yang diperlukan dalam proses produksi pada

departemen yang bersangkutan.

4. Perhitungan Harga Pokok per Unit Produk.

Harga pokok perunit produk tidak lain adalah hasil bagi dari total biaya

produksi untuk setiap elemen biaya dengan jumlah output yang dinyatakan

dalam bentuk produksi / unit ekuivalennya.

5. Alokasi Total Biaya Produksi terhadap Produk Selesai dan Produk dalam

Proses Akhir Periode.

Perhitungan harga pokok produksi diakhiri dengan alokasi total biaya

produksi untuk setiap departemen kepada output yang dihasilkan yang

terdiri dari unit-unit produk yang diselesaikan dari proses departemen yang

bersangkutan, dan unit-unit produk dalam proses pada akhir periode.

Page 29: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-14

2.2.7 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Metode penentuan harga pokok produksi meliputi:

1. Full Costing

Menurut Mirhani (2001), Full costing adalah metode penentuan harga

pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi

sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik

tetap. Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat

variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar

tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya

overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap

akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum

dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan)

apabila produk selesai tersebut tidak dijual. Metode full costing

memperhitungkan biaya tetap karena biaya ini dianggap melekat pada harga

pokok persediaan baik barang jadi maupun persediaan barang dalam proses

yang belum terjual dan dianggap harga pokok penjualan jika produk

tersebut sudah habis dijual (Eprilianta, 2011). Dengan demikian biaya

produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-unsur biaya sebagai

berikut:

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik variabel xx

Biaya overhead pabrik tetap xx +

Biaya produksi xx

Kelebihan dari metode full costing menurut Rachmayanti (2011) adalah:

Page 30: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-15

a. Metode perhitungan full costing lebih tepat digunakan pada industri kecil

dan menengah karena industri ini masih menggunakan proses pencatatan

biaya yang masih relatif sederhana.

b. Pendekatan full costing yang biasa dikenal dengan pendekatan

tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya disajikan

berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi, dan penjualan.

c. Sistematika perhitungan dengan metode full costing disesuaikan dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum sehingga pihak UKM akan lebih

mudah dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi.

2. Variable Costing

Variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya

memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur

harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung

dan biaya overhead pabrik variabel (Mirhani, 2001). Unsur biaya produksi

menurut metode variabel costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi

berikut ini :

Biaya bahan baku xx

Biaya tenaga kerja langsung xx

Biaya overhead pabrik variabel xx +

Biaya produksi xx

Berdasarkan tulisan Mirhani (2001) mengenai Variable costing dijelaskan

bahwa terdapat keunggulan dan kelemahan dari metode variable costing.

Keunggulan dari metode variable costing adalah:

a. Digunakan dalam perencaan laba jangka pendek

Informasi biaya yang dihasilkan dapat digunakan untuk kepentingan

perencanaan laba jangka pendek, karena biaya yang terjadi dipisahkan

menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume

Page 31: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-16

kegiatan. Perencanaan laba jangka pendek dilakukan pada saat

penyusunan anggaran. Dalam jangka pendek biaya tetap biasanya tidak

berubah sehingga informasi yang dihasilkan tidak memiliki dampak

terhadap hasil penjualan dan biaya variable yang digunakan untuk

menghitung laba.

b. Digunakan dalam pengendalian biaya

Informasi biaya yang dihasilkan metode ini dapat digunakan oleh

manajemen perusahaan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan

biaya atau tidak dari rencana biaya yang telah ditetapkan.

c. Digunakan dalam pengambilan keputusan

Dalam pengambilan keputusan, metode ini sangat relevan untuk digunakan

karena biaya yang dilaporkan berubah sesuai dengan perubahan volume

kegiatan. Sehingga keputusan yang dihasilkan lebih tepat.

Kelemahan dari metode variable costing adalah:

a. Pemisahan biaya ke dalam biaya variable dan biaya tetap sulit dilakukan

karena jarang ada biaya yang benar-benar tetap atau benar-benar

variable.

b. Metode variable costing lebih cocok digunakan hanya untuk kepentingan

pihak intern perusahaan saja.

c. Kurang cocok digunakan di perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat

musiman, karena akan menyajikan kerugian yang berlebihan pada satu

periode dan laba yang tidak normal pada periode lainnya.

d. Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan

dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih

rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk

analisis keuangan.

Page 32: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-17

3. Activity Based Costing (ABC)

Activity based costing mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi

tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Dasar pemikiran

yang melandasi system informasi biaya ini adalah “biaya ada penyebabnya”

dan penyebab biaya dapat dikelola (Mulyadi dan Setyawan, 2001). Menurut

Nurhayati (2004) activity based costing memiliki keunggulan. Beberapa

keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing (ABC) dalam

penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut:

a. Biaya produk yang lebih realistik, khususnya pada industri manufaktur

teknologi tinggi dimana biaya overhead adalah merupakan proporsi yang

signifikan dari total biaya.

b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang

modem, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.

Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua

aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.

c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan

biaya (activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang

mengkonsumsi aktivitas.

d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku

biaya dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi

aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk.

e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang

modem dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost

drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi

(transaction-based) dari pada berbasis volume produk.

Page 33: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-18

f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari

biaya produk variabel jangka panjang (long run variable product cost)

yang relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.

g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses,

pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.

2.2.8 Depresiasi

Depresiasi pada dasarnya adalah penurunan nilai suatu properti atau aset

karena waktu dan pemakaian. Depresiasi pada suatu properti atau aset biasanya

disebabkan karena satu atau lebih faktor-faktor berikut :

1. Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti tersebut.

2. Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar.

3. Penurunan kebutuhan produksi atau jasa.

4. Properti atau aset tersebut menjadi usang karena adanya perkembangan

teknologi.

5. Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik

dengan ongkos yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih

memadai.

Besarnya depresiasi tahunan yang dikenakan pada suatu properti akan tergantung

pada beberapa hal yaitu ongkos investasi dari properti tersebut, tanggal pemakaian

awalnya, estimasi masa pakainya, nilai sisa yang ditetapkan, dan metode

depresiasi yang digunakan.

Banyak metode yang bisa dipakai untuk menentukan beban depresiasi

tahunan dari suatu aset. Diantara metode-metode tersebut, yang sering dipakai

adalah :

1. Metode Garis Lurus (Straight Line atau SL)

Page 34: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-19

Metode garis lurus didasarkan atas asumsi bahwa berkurangnya nilai suatu

aset secara linier (proporsional) terhadap waktu atau umur dari aset tersebut.

Besarnya depresiasi tiap tahun dengan metode SL dihitung berdasarkan : Dt 레 篇能ዀ屁 ……………………………………………………………..2.1

dimana :

Dt = besarnya depresiasi pada tahun ke-t

P = ongkos awal dari aset yang bersangkutan

S = nilai sisa dari aset tersebut

N = masa pakai (umur) dari aset tersebut dinyatakan dalam tahun.

Karena aset didepresiasi dengan jumlah yang sama tiap tahun maka aset

tersebut dikurangi dengan besarnya depresiasi tahunan dikalikan t, atau :

BVt = P – t.Dt

= P - 族篇能ዀ屁 祖t …………………………………………………….2.2

Tingkat depresiasi ( rate of depreciation), d, adalah bagian dari P – S yang

didepresiasi tiap tahun. Untuk metode SL, tingkat depresiasi adalah : 圭레 囊屁 ……………………………………………………………….2.3

2. Metode Jumlah Digit Tahun (SOYD)

Metode jumlah digit tahun (SOYD) adalah salah satu metode yang

dirancang untuk membebankan depresiasi lebih besar pada tahun-tahun awal dan

semakin kecil untuk tahun-tahun berikutnya. Ini berarti metode SOYD

membebankan depresiasi yang lebih cepat dari metode SL.

Cara perhitungan depresiasi dengan metode SOYD dimulai dengan jumlah

digit tahun dari 1 sampai N. Angka yang diperoleh dinamakan jumlah digit tahun

(SOYD). Besarnya depresiasi tiap tahun diperoleh dengan mengalikan ongkos

awal dikurangi nilai sisa (P – S) dari aset tersebut dengan rasio antara jumlah

Page 35: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-20

tahun sisa umur aset terhadap nilai SOYD. Secara sistematis besarnya depresiasi

tiap tahun dapat ditulis :

Dt 레 P Pl粕屏粕破lP乒kዀ譬瞥d 纵ĖǴƅ诡Ė滚9国9Ȗ石ǴŖȖ9Ŗ滚Ŗ滚9邹 레 屁能k嫩囊ዀ譬瞥d 纵官石管邹,纵棍레 1,2,…… ,棺邹 …………………………………2.4

dimana :

D = beban depresiasi pada tahun ke-t

SOYD = jumlah digit tahun dari 1 sampai N

Besarnya SOYD dari suatu aset yang umurnya N tahun adalah :

SOYD = 1+2+3+……..+(N-1)+N

= 屁纵屁嫩囊邹挠

Tingkat depresiasi akan menurun tiap tahun. Tingkat depresiasi yang terjadi pada

tahun ke-t, dt, dihitung dari rumus :

dt = 屁能k嫩囊ዀ譬瞥d ……………………………………………………………….2.5

dimana nilai ini sebenarnya adalah faktor pengali dari (P-S) untuk mendapatkan

besarnya depresiasi pada suatu saat. Semakin besar t maka dt akan semakin kecil

sehingga beban depresiasi juga semakin menurun dengan bertambahnya umur

saat.

3. Metode keseimbangan menurun (DB)

Metode keseimbangan menurun juga menyusutkan nilai suatu aset lebih

cepat pada tahun-tahun awal dan secara progresif menurun pada tahun-tahun

selanjutnya. Metode ini bisa dipakai bila umur aset lebih dari 3 tahun. Besarnya

depresiasi pada tahun tertentu dihitung dengan mengalikan suatu presentase tetap

dari nilai buku aset tersebut pada akhir tahun sebelumnya.

Dengan demikian maka besarnya beban depresiasi pada tahun ke-t adalah :

Dt = dBVt-1………………………………………………………………...2.6

dimana :

Page 36: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-21

d = tingkat depresiasi yang ditetapkan

dBVt-1= nilai buku aset pada akhir athun sebelumnya (t-1)

nilai buku pada akhir tahun ke-t akan menjadi :

BVt = BVt-1 - Dt …………………………………………………………..2.7

4. Metode depresiasi sinking fund (SF)

Asumsi dasar yang digunakan pada metode depresiasi sinking fund adalah

bahwa penurunan nilai suatu aset semakin cepat dari suatu saat ke saat berikutnya.

Peningkatan ini diakibatkan karena disertakannya konsep nilai waktu dari uang

sehingga besarnya depresiasi akan meningkat seirama dengan tingkat bunga yang

berlaku. Dengan kata lain, besarnya depresiasi akan lebih kecil pada tahun-tahun

awal depresiasi. Dengan sifat yang demikian maka pemakaian metode depresiasi

sinking fund tidak akan menguntungkan bila ditinjau dari sudut pajak yang harus

ditanggung perusahaan. Alasan inilah yang menyebabkan metode depresiasi ini

jarang dipakai.

Besarnya depresiasi dinyatakan dengan selisih nilai buku pada tahun (t)

dengan nilai buku pada tahun sebelumnya (t-1). Dengan pernyataan lain :

Dt = BVt-1 - BVt ……………………………………………………….2.8

dimana nilai buku pada periode t adalah nilai awal aset tersebut setelah dikurangi

akumulasi nilai patokan depresiasi maupun bunga yang terjadi sampai saat itu.

Atau dapat juga dirumuskan :

BVt = P – (P – S)(A/F, i%, N) (F/A, i%, t)………………………………2.9

5. Metode depresiasi unit produksi

Apabila penyusutan suatu aset lebih ditentukan oleh intensitas

pemakaiannya dibandingkan dengan lamanya alat tersebut dimiliki maka

depresiasinya bisa didasarkan atas unit produksi atau unit output dari aset atau

Page 37: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-22

properti tersebut. Pada prinsipnya, unit produksi bisa dinyatakan dari salah satu

ukuran berikut :

a. Output produksi, misalnya volume atau berat dari material yang dipindahkan

oleh suatu alat pengangkutan material pada tahun tertentu dibandingkan

dengan berat atau volume material yang diperkirakan bisa dipindahkan

selama masa pakai dari alat tersebut.

b. Hari operasi, menunjukkan jumlah hari operasi suatu aset selama tahun

tertentu dibandingkan dengan ekspektasi total hari operasi dari aset tersebut

selama masa pakainya.

c. Proyeksi pendapatan, menunjukkan estimasi pendapatan pada tahun tertentu

dari suatu aset yang disewakan dibandingkan dengan estimasi pendapatan

dari penyewaan alat tersebut selama masa pakainya.

Pada metode depresiasi unit produksi ini, besarnya depresiasi

diperhitungkan sama untuk tiap satuan output produksi dari aset tersebut, tanpa

memperhitungkan berapa lama output tersebut dicapai. Unit output atau unit

produksi ini bisa dinyatakan dengan salah satu dari 3 ukuran yang telah diuraikan.

Misalkan Ut adalah jumlah unit produksi suatu aset selama tahun t dan U adalah

total unit produksi dari aset tersebut selama masa pakainya, maka besarnya

depresiasi pada tahun t adalah jumlah yang boleh didepresiasi (P-S) dikalikan

dengan rasio Ut/U. dengan kata lain :

Dt = 啮琼漂 ……………………………………………………………………2.10

Dengan demikian maka nilai pada akhir tahun ke-t diberikan oleh :

BVt = 官石 鸟能聂漂 纵罐囊十罐挠十罐…十罐k 邹………………………………….2.11

Page 38: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-23

2.2.9 Perhitungan Bunga

Menurut Pujawan (2003) definisi tingkat bunga adalah rasio dari bunga yang

dibayarkan terhadap induk dalam suatu periode waktu dan biasanya dinyatakan

dalam persentase dari induk. Secara matematis hal ini dapat dirumuskan : ꉈŖǴƅ诡9棍.Ǵƅ9 레 贫粕U苹lalU苹ꨀ UalklnlU뒈乒破粕U k扑lnk粕 Uꨀ粕n 果100% .....................2.12

Ada 2 jenis bunga yang bisa digunakan untuk melakukan perhitungan nilai

uang dari waktu yaitu bunga sederhana dan bunga majemuk. Kedua jenis bunga

ini akan menghasilkan nilai nominal uang yang berbeda bila perhitungan

dilakukan lebih dari satu peiode. Berikut ini penjelasan tentang bunga sederhana

dan bunga majemuk.

1. Bunga sederhana

Bunga sederhana dihitung dari induk tanpa memperhitungkan bunga yang

telah diakumulasikan pada periode sebelumnya. Secara matematika hal ini bisa

diekspresikan sebagai berikut :

I = P x i x N …………………………………………………………..2.13

dimana:

I = Bunga yang terjadi (rupiah)

P = Induk yang dipinjam atau diinvestasikan

i = tingkat bunga per periode

N = jumlah periode yang dilibatkan

2. Bunga majemuk

Bunga majemuk dihitung berdasarkan besarnya induk ditambah dengan

besarnya bunga yang telah terakumulasi pada periode sebelumnya. Pemajemukan

(Compounding) adalah suatu proses matematis penambahan bunga pada induk

sehingga terjadi penambahan jumlah induk secara nominal pada periode

mendatang. Dengan demikian proses pemajemukan adalah suatu alat untuk

mendapatkan nilai yang ekuivalen pada suatu periode mendatang dari sejumlah

Page 39: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-24

uang pada saat ini bila tingkat bunga yang berlaku diketahui. Nilai ekuivalen di

suatu saat mendatang ini disebut dengan istilah Future Worth (FW) dari nilai

sekarang. Nilai sekarang dari suatu jumlah uang periode mendatang dinamakan

Present Worth (PW). Notasi-notasi yang digunakan yaitu :

r = tingkat bunga nominal per periode

i = tingkat bunga efektif per periode

N = jumlah periode per majemukan

P = nilai sekarang (Present Worth) atau nilai ekuivalen dari satu atau lebih

aliran kas pada suatu titik yang didefinisikan sebagai waktu saat ini.

A = aliran khas pada akhir periode yang besarnya sama untuk beberapa

periode yang berurutan

G = suatu aliran kas dimana dari satu periode ke periode berikutnya terjadi

penambahan atau pengurangan kas sejumlah tertentu yang besarnya

sama.

Rumus –rumus bunga majemuk diskret :

a. Penurunan rumus pembayaran tunggal

Jika uang sejumlah P diinvestasikan saat ini (t=0) dengan tingkat bunga

efektif sebesar i% per periode dan dimajemukkan tiap periode maka jumlah uang

tersebut pada waktu akhir periode akan menjadi :

F1 = P + bunga dari P

= P + Pi

= P(1+i)

Pada akhir periode 2 akan menjadi :

F2 = F1 + bunga dari F1

= P(1+i) + P(1+i)

= P(1+i) (1+i)

= P(1+i)2

Page 40: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-25

Dengan analogi diatas maka pada akhir periode ke N, jumlah uang tersebut akan

menjadi :

F = P(1+i)N ……………………………………………………………2.14

b. Faktor nilai sekarang dari pembayaran tunggal

Dari persamaan 2.14, kita juga bisa menulis persamaan P sebagai berikut:

P =F 囊纵囊嫩纽邹峭 …………………………………………………………….2.15

Faktor yang berada dalam kurung dinamakan faktor nilai sekarang pembayaran

tunggal ( Single Payment Present Worth Factor), atau sering hanya disebut faktor

nilai sekarang. Faktor ini memungkinkan kita menghitung nilai sekarang dari

suatu nilai F dan N periode mendatang bila tingkat bunga yang berlaku adalah i%.

Secara fungsional faktor SPPWF dapat dinyatakan dengan (P/F, i%, N), artinya

kita ingin mendapatkan P dengan mengetahui nilai F, i% dan N. oleh karenanya

persamaan f dapat diekspresikan dalam bentuk fungsional sebagai berikut:

P = F(P/F, i%, N)……………………………………………………2.16

c. Faktor pemajemukan deret seragam

Diagram alir kas yang menunjukkan deret seragam sebesar A selama N

periode dengan bunga i%. deret seragam yang sperti ini sering disebut dengan

annuity. Bila kita meminjam sejumlah yang sama (A) setiap tahun selama N tahun

dengan bunga i% maka besarnya pinjaman pada tahun ke N tersebut adalah :

F = A (F/A, i%, N)………………………………………………2.17

d. Faktor singking fund deret seragam

Faktor ini adalah kebalikan dari faktor pemajemukkan deret seragam, dengan

persamaan ini kita akan bisa mencari A bila nilai F, i dan N diketahui sebagai

berikut :

A = F(A/F, i%, N)…………………………………………………2.18

Page 41: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

II-26

e. Faktor nilai sekarang deret seragam

Faktor ini digunakan untuk menghitung nilai ekuivalen pada saat ini bila

aliran kas seragam sebesar A terjadi pada tiap akhir periode selama N periode

dengan tingkat bunga i%. Faktor ini dinamakan nilai sekarang dari deret seragam,

yang mana dapat juga ditulis :

P = A (P/A, i%, N)………………………………………………2.19

f. Faktor pemulihan modal deret seragam

Faktor ini adalah kebalikan dari faktor nilai sekarang deret seragam, yaitu

untuk mengkonversikan suatu nilai sekarang pada nilai seragam pada suatu

periode tertentu (N) bila tingkat bunga diketahui sebesar i%. Faktor ini

dinamakan faktor pemulihan modal deret seragam atau faktor amortisasi dan bisa

juga dinyatakan dengan :

A = P (A/P, i%, N) ……………………………………………….2.20

Page 42: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas langkah–langkah untuk mencari solusi dari

permasalahan yang diangkat mulai dari observasi awal hingga penarikan

kesimpulan. Langkah – langkah tersebut disajikan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Page 43: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-2

Dalam diagram alir diatas dijelaskan langkah-langkah dalam penelitian yang

akan diuraikan dalam sub bab berikut ini.

3.1 TAHAP AWAL PENELITIAN

Pada tahap awal penelitan dilakukan langkah-langkah penelitian, yaitu studi

lapangan, studi pustaka, identifikasi masalah, perumusan masalah, dan penetapan

tujuan.

3.1.1 Studi Lapangan

Observasi dilakukan selama bulan Februari sampai April 2012 di Gabungan

Kelompok Tani Sumber Makmur, Desa Sambirejo. Tahap ini menekankan pada

pengenalan dan pemahaman kondisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),

yaitu didapat dari observasi langsung dan wawancara yang dilakukan kepada

Ketua Klaster Biofarmaka, Wakil Ketua Klaster Biofarmaka, dan pengurus

Gapoktan Sumber Makmur yang berada di Desa Sambirejo, sehingga dapat

dirumuskan masalah sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

3.1.2 Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendukung proses penyelesaian penelitian.

Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi yang berkaitan dengan

permasalahan yang dibahas. Studi pustaka ini dilakukan dengan mempelajari

beberapa pustaka, yaitu buku, internet, jurnal, dan penelitian yang berkaitan.

3.1.3 Identifikasi Masalah

Tahap identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang

terjadi di perusahaan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi kondisi dan

permasalahan yang ada di lapangan, yaitu tahap penemuan situasi atau kondisi

pada penetapan harga pokok produksi produk temulawak yang belum tepat.

3.1.4 Perumusan Masalah

Pada tahap ini akan ditetapkan permasalahan yang akan dibahas untuk dicari

pemecahan masalahnya. Setelah melakukan penelitian, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut yaitu bagaimana menetapkan harga

Page 44: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-3

pokok produksi produk temulawak yang tepat sehingga dapat menjadi acuan

dalam menentukan harga jual yang menguntungkan di Gapokatan Sumber

Makmur, Desa Sambirejo.

3.1.5 Penetapan Tujuan

Pada tahap ini ditetapkan tujuan yang ingindicapai dalam penelitian. Tujuan

dibuat berdasarkan pada perumusan masalah yang ditetapkan sebelumnya, adalah

menetapkan harga pokok produksi produk Temulawak di Gapoktan Sumber

Makmur sebagi acuan dalam mentukan harga penjualan produk Temulawak.

3.2 TAHAP PENGUMPULAN DATA

Data yang diperoleh adalah data historis, yaitu data biaya-biaya yang

dibutuhkan untuk menghasilkan produk olahan temulawak. Metode yang

diterapkan dalam pengumpulan data adalah dengan wawancara langsung kepada

pengurus Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar, pengurus Gapoktan

Sumber Makmur, dan pengurus Kelompok Tani Sumber Rejeki. Langkah

pengumpulan data yang dilakukan adalah:

3.2.1 Identifikasi Proses atau Aktifitas Produksi

Data yang dikumpulkan adalah identifikasi proses atau aktifitas produksi

pembuatan produk temulawak yang berupa :

1. Temulawak basah atau rimpang merupakan produk yang dihasilkan dari

hasil panen temulawak.

2. Simplisia temulawak adalah produk yang dihasilkan dari pengirisan

rimpang temulawak yang kemudian dikeringkan.

3. Serbuk temulawak adalah produk yang dihasilkan dari simplisia temulawak

yang dihaluskan menjadi serbuk.

3.2.2 Identifikasi Aktifitas-akitifitas Produksi yang Menimbulkan Biaya

Berdasarkan proses atau aktifitas produksi yang didapatkan kemudian

diidentifikasi aktifitas apa saja yang menimbulkan biaya pada produk temulawak

basah, simplisia temulawak, dan serbuk temulawak.

Page 45: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-4

3.2.3 Mengklasifikasikan Komponen Biaya

Berdasarkan hasil identifikasi biaya yang timbul pada proses produksi,

biaya-biaya yang ditimbulkan dikelompokkan kedalam komponen biaya yang

terdiri dari:

1. Biaya Produksi yang meliputi:

a. Biaya bahan baku langsung yang dibutuhkan untuk proses produksi

produk olahan temulawak adalah:

1) Temulawak basah : benih dan pupuk organik

2) Simplisia temulawak : temulawak basah

3) Serbuk temulawak : simplisia temulawak

b. Biaya tenaga kerja langsung

Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk proses produksi produk olahan

temulawak merupakan tenaga kerja langsung yang terbagi menjadi:

1) Temulawak basah: tenaga kerja persiapan lahan, tenaga kerja

penanaman temulawak, tenga kerja pemeliharaan, dan tenaga kerja

saat panen tiba.

2) Simplisia temulawak: tenaga kerja pencucian dan pengemasan,

tenaga kerja pengirisan dan penjemuran temulawak, dan tenaga

kerja untuk pengemasan temulawak.

3) Serbuk temulawak: tenaga kerja penggilingan dan tenaga kerja

pengemasan.

c. Biaya overhead pabrik yang dibutuhkan adalah:

1) Temulawak basah: biaya sewa lahan, biaya depresiasi karung

penyimpanan panen.

2) Simplisia temulawak: biaya depresiasi keranjang biaya depresiasi

mesin pompa air, biaya depresiasi alat pengiris, biaya depresiasi

mesin sealer, biaya depresiasi kotak pengering, dan biaya listrik

yang dibutuhkan

3) Serbuk temulawak: biaya depresiasi alat penggiling dan biaya

listrik yang dibutuhkan.

Page 46: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-5

2. Perhitungan bunga majemuk diskret

Selain menghitung biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

overhead dilakukan juga perhitungan bunga majemuk diskret. Perhitungan

bunga bertujuan untuk menghitung rasio dari bunga yang dibayarkan

terhadap induk dalam suatu periode waktu tertentu (Pujawan, 2003).

3.2.4 Konfirmasi atau Verifikasi Data Biaya

Setelah memperoleh dan mengklasifikasikan data biaya pada proses

produksi temulawak basah (rimpang), simplisia, dan serbuk dilakukan proses

verifikasi data terhadap lembaga terkait. Lembaga terkait yang menaungi

Gapoktan dan kelompok tani di Kabupaten Karanganyar adalah Klaster

Biofarmaka Kabupaten Karanganyar.

3.3 TAHAP PENGOLAHAN DATA

3.3.1. Perhitungan HPP dengan Metode Full Costing

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah sebagai input untuk

perhitungan harga pokok produksi yang menjadi dasar penentuan harga jual

produk temulawak. Pengolahan data untuk menetapkan harga pokok produksi

dilakukan dengan metode full costing. Metode full costing mempertimbangkan

biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk jadi atau ke harga pokok

produksi berdasarkan tarif yang ditentukan pada aktivitas normal atau aktivitas

yang sesungguhnya terjadi sehingga meningkatkan akurasi analisis biaya

(Eprilianta, 2011). Tahap yang dilakukan untuk menentukan harga pokok

produksi (HPP) untuk produk temulawak basah, simplisia, dan serbuk yaitu

menghitung total biaya produksi telebih dahulu seperti yang tertulis dalam

persamaan 3.1, kemudian menghitung total HPP dengan menambahkan biaya

produksi dengan biaya komersial dan biaya bunga majemuk diskret seperti yang

ada pada persamaan 3.2.

Biaya Bahan Baku = xx

Biaya Tenaga Kerja Langsung = xx

Biaya Overhead Perusahaan = xx +

Total Biaya Produksi = xx ......................................... (3.1)

Page 47: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-6

Untuk menghitung besarnya HPP suatu produk secara menyeluruh maka:

Total Biaya Produksi = xx

Bunga Majemuk Diskret = xx +

Total HPP = xx …………………………. (3.2)

3.3.2 Perhitungan Sensitivitas

Perhitungan sensitivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

pengaruh perubahan harga pokok produksi terhadap peningkatan atau penurunan

biaya-biaya yang dibutuhkan pada penentuan harga pokok produksi produk

olahan temulawak. Perubahan harga yang dilakukan yaitu dengan cara

meningkatkan seluruh komponen biaya (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan

BOP) sebesar 50%, 30%, dan 10% serta penurunan harga sebesar 10%, 30% dan

50%.

3.4 TAHAP AKHIR PENELITIAN

Tahap akhir penelitian terdiri dari analisis serta kesimpulan dan saran.

3.4.1 Analisis

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diolah. Hasil analisis

kemudian dapat dijadikan pedoman dalam melakukan perbaikan. Analisis yang

dilakukan adalah:

1. Analisis hasil perhitungan penetapan harga pokok produksi produk

Temulawak dengan menggunakan metode full costing dan kemudian

membandingkan dengan hasil perhitungan yang sudah dilakukan di salah

satu anggota Klaster Biofarmaka yaitu Gapoktan Sumber Makmur sehingga

dapat ditemukan harga pokok produksi produk temulawak yang akurat

supaya hasil perhitungan HPP dapat dijadikan dasar untuk melakukan

perhitungan harga jual yang tepat pada produk temulawak basah, simplisia

temulawak, dan serbuk temulawak.

2. Analisis sensitivitas untuk mengetahui komponen biaya yang paling

mempengaruhi perubahan atau pergerakan biaya produksi.

Page 48: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

III-7

3.4.2 Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan saran merupakan tahap terakhir penelitian yang berisi

kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian dan analisis yang mengacu pada

tujuan awal penelitian yang telah ditetapkan. Selain itu juga diberikan saran

perbaikan bagi perusahaan dan penelitian lebih lanjut.

Page 49: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-1

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini akan diuraikain mengenai proses pengumpulan dan pengolahan

data. Setelah data yang diperlukan terkumpul maka dilakukan perhitungan harga

pokok produksi (HPP) yang tepat.

4.1 PENGUMPULAN DATA

Pada sub bab ini disajikan data-data yang dibutuhkan untuk pengolahan data

yang berasal dari studi lapangan di Gapoktan Sumber Makmur. Data yang

diperoleh adalah proses atau kegiatan yang dilakukan oleh petani untuk

menghasilkan produk temulawak basah, simplisia temulawak, dan serbuk

temulawak. Selain itu, dilakukan proses didentifikasi biaya-biaya yang muncul

dalam proses pengolahan produk temulawak. Proses pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara langsung kepada pengurus Kelompok Tani Sumber Rejeki 1,

Ketua Pengurus Gapoktan Sumber Makmur, dan pengurus Klaster Biofarmaka.

4.1.1 Proses Produksi Temulawak Basah

Proses produksi temulawak basah merupakan proses yang melibatkan proses

budidaya hingga proses pasca panen temulawak. Pada Gambar 4.1 akan disajikan

alur proses pengolahan temulawak basah secara runtut. Berdasarkan gambar 4.1

dapat dijelaskan proses produksi temulawak basah dan biaya yang muncul dari

proses produksi temulawak basah yang meliputi:

a. Persiapan lahan

Proses awal yang dilakukan sebelum menanam benih temulawak adalah

persiapan lahan. Persiapan lahan meliputi kegiatan sewa lahan, pembersihan

area lahan dengan cara membersihkan gulma dan ranting-ranting atau sisa

tanaman lain dari area lahan, penggemburan tanah dengan cara mencangkul

tanah.

Page 50: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-2

Gambar 4.1 Proses Produksi Temulawak Basah

Sumber: wawancara dengan pengurus Gapoktan Sumber Makmur (2012)

Setelah itu, untuk mengeluarkan gas-gas beracun dari dalam tanah dan

mematikan hama dan penyakit, lahan didiamkan selama 1-2 minggu. Biaya

yang muncul pada proses persiapan lahan adalah biaya untuk sewa lahan

seluas 1000 m² dibutuhkan biaya sebesar Rp 1.400.000. Selain itu, untuk

membersihkan lahan dibutuhkan 3 orang tenaga kerja pria dengan waktu

pembersihan lahan selama 2 hari, proses penggemburan lahan dibutuhkan 4

orang tenaga pekerja pria yang mencangkul lahan selama 1 hari. Upah untuk

setiap satu orang pekerja pria adalah Rp 30.000 per hari.

Page 51: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-3

b. Penanaman benih

Setelah lahan siap, dilakukan proses penanaman benih temulawak. Benih

temulawak diperoleh dari pembelian di pasar. Untuk lahan seluas 1000 m²

dibutuhkan 100 kilogram benih temulawak. Harga benih temulawak per

kilogram adalah Rp 1.000, jadi untuk membeli benih sebanyak 100 kilogram

adalah Rp 100.000. Jarak tanam temulawak adalah 30 x 70 cm, jumlah lubang

tanam yang ada pada area 100 m² adalah sebanyak 1100 lubang tanam.

Setelah benih selesai ditanam dilakukan pemupukan awal, setiap lubang

tanaman membutuhkan 1 kilogram pupuk organic sehingga jumlah pupuk

organik yang dibutuhkan adalah 1100 kilogram. Harga pupuk organik per

kilogram adalah Rp 500, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk membeli

1100 kilogram pupuk organik adalah Rp 550.000. Pada proses penanaman

benih dibutuhkan 3 orang tenaga kerja pria untuk melakukan penanaman

benih temulawak dalam waktu 1 hari. Upah untuk setiap satu orang pekerja

pria adalah Rp 30.000 per hari.

c. Pemeliharaan

Setelah dilakukan penanaman, maka tumbuhan temulawak akan mulai tumbuh

ke permukaan tanah. Agar tanaman temulawak tumbuh dengan baik, maka

harus dilakukan pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tanaman meliputi

pembersihan area lahan dari gulma dan hama tanaman serta dilakukan

pemupukan. Proses pemupukan selama masa pemeliharaan dilakukan

sebanyak 2 kali, setiap pemupukan dibutuhkan 0,5 kilogram pupuk pada setiap

lubang tanaman. Jadi, pada proses pemupukan selama masa pemeliharaan

dibutuhkan 1100 kilogram pupuk organik. Harga pupuk organik per kilogram

adalah Rp 500, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk membeli 1100

kilogram pupuk organik adalah Rp 550.000. Pada pemeliharaan lahan

membutuhkan 2 orang tenaga kerja wanita dan 1 orang tenaga kerja pria yang

Page 52: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-4

akan melakukan 2 kali pemeliharaan selama masa pemeliharaan lahan. Upah

untuk setiap satu orang pekerja pria adalah Rp 30.000 per hari, sedangkan

upah untuk setiap satu orang pekerja wanita adalah Rp 25.000 per hari.

d. Panen

Panen pada tanaman temulawak dilakukan setelah tanaman berumur 9 bulan

ditandai dengan daun yang mulai layu dan mengering. Sebelum hasil panen

diambil dilakukan pemotongan daun dan batang tanaman temulawak,

kemudian rimpang temulawak diambil dengan menggunakan cangkul. Hasil

panen temulawak dimasukkan kedalam karung untuk menghindari kerusakan

pada hasil panen. Pada proses ini dibutuhkan 2 orang wanita dengan upah Rp.

25.000,-/hari dan 4 pria dengan upah Rp. 30.000,-/hari.

e. Penyortiran hasil panen

Hasil panen yang sudah diperoleh kemudian dicuci dan dibersihkan.

Penyortiran hasil panen dimaksudkan utnuk memilih manakah tanaman yang

layak untuk dijual, dijadikan bibit, dan dijadikan simplisia. Biaya yang

dikeluarkan pada proses ini adalah biaya pembelian karung untuk menyimpan

hasil sortiran. Setiap karung memiliki kapasitas penyimpanan sebanyak 60 –

65 kilogram, harga setiap karung adalah Rp 1.600 dan dapat digunakan untuk

3 kali panen. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan biaya depresiasi

terhadap karung penyimpanan.

f. Penyimpanan hasil panen

Hasil panen yang sudah disortir disimpan kedalam karung kemudian

dimasukkan kedalam gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan harus

memiliki kondisi yang baik yaitu tidak lembab, sirkulasi udara baik, bersih,

dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.

Page 53: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-5

Pada tabel 4.1 akan diuraikan mengenai aktifitas produksi temulawak basah

yang menimbulkan biaya.

Tabel 4.1 Biaya yang Muncul pada Proses Produksi Temulawak Basah

4.1.2 Proses Pembuatan Simplisia Temulawak

Simplisia temulawak merupakan hasil dari rajangan temulawak yang

dikeringkan. Pada gambar 4.2 akan dijelaskan proses pembuatan simplisia

temulawak secara runtut.

Keterangan Data Biaya/Unit Total Biaya1 Persiapan lahan

a. Sewa lahan sewa lahan seluas 1 petak = 1800 m² adalah Rp 2.500.000, sewa lahan untuk 1000 m² adalah 1.400.000

1,400,000Rp 1,400,000Rp

b. Pembersihan lahan membutuhkan 3 pekerja pria selama 2 hari dengan upah kerja Rp 30.000/hari

30,000Rp 180,000Rp

c. Penggemburan tanah membutuhkan 4 orang pekerja pria selama 1 hari

30,000Rp 120,000Rp

2 Penanamana. Benih yang dibutuhkan untuk 1000 m² membutuhkan 100 kg 1,000Rp 100,000Rp b. Biaya tenaga kerja membutuhkan 3 pekerja pria selama 1

hari30,000Rp 90,000Rp

c. Pemupukan awal jarak tanam 30 cm x 70 cm, total tanaman: 1100, pemupukan awal 1 kg/tanaman, pupuk: Rp 500/kg

500Rp 550,000Rp

3 Pemeliharaan lahana. Pemupukan ke-2 pemupukan ke 2 dibutuhkan 0.5

kg/tanaman500Rp 275,000Rp

b. Pemupukan ke-3 pemupukan ke 3 dibutuhkan 0.5 kg/tanaman

500Rp 275,000Rp

c. Biaya tenaga kerja membutuhkan 2 pekerja wanita (upah 25.000) dan 1 pekerja pria untuk 2x pemupukan

160,000Rp

4 Panena. Biaya tenaga kerja membutuhkan 4 pekerja pria dan 2 wanita

selama 1 hari170,000Rp

5 Penyortiran hasil panen setelah panen dilakukan penyortiran hasil panen, alat yang dibutuhkan adalah karung yang bisa memuat 60-65kg/karung

1,490Rp

Produksi lahan 1000 m²KegiatanNo. Biaya yang dibutuhkan

Page 54: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-6

Gambar 4.2 Proses Produksi Simplisia Temulawak

Sumber: wawancara dengan pengurus Gapoktan Sumber Makmur (2012)

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dijelaskan proses produksi temulawak basah dan

biaya yang muncul dari proses produksi temulawak basah yang meliputi:

a. Persiapan temulawak basah atau rimpang yang dibutuhkan

Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat simplisia adalah temulawak

basah. Untuk membuat 1 kilogram simplisia dibutuhkan 6 kilogram

temulawak basah.

b. Pencucian dan penguapsan kulit rimpang

Untuk mendapatkan hasil simplisia yang baik maka perlu dilakukan pencucian

dan pengupasan kulit rimpang. Untuk mencuci dan mengupas kulit rimpang

temualwak dibutuhkan 2 orang pekerja wanita. upah untuk setiap satu orang

Page 55: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-7

pekerja wanita adalah Rp 25.000 per hari. Selain itu, biaya yang dikeluarkan

pada proses ini adalah perhitungan biaya depresiasi mesin pompa air,

keranjang yang digunakan untuk mencuci, dan menghitung biaya listrik yang

dibutuhkan untuk menghidupkan mesin pompa air.

c. Pengirisan rimpang

Temulawak basah yang telah dicuci dan dikupas kulitnya kemudian dirajang

dengan menggunakan mesin pemotong manual. Pada proses perajangan

manual ini upah tenaga kerja yaitu Rp. 100 per kilogram. Harga alat pemotong

manual adalah Rp 10.000.

d. Penjemuran hasil irisan

Hasil panen yang telah diiris diletakkan di nampan pengeringan. Pengeringan

ini harus diletakkan minimal setengan meter atau 50 cm dari permukaan tanah.

Tujuannya agar rajangan temulawak cepat kering dan terhindar dari debu.

Pada saat pengeringan ini irisan temulawak tidak boleh tertumpuk dengan

irisan lain dan tidak boleh dibalik. Hasil pengeringan irisan temulawak

dinamakan simplisia.

e. Pengemasan

Hasil simplisia kemudian dikemas kedalam plastik kedap udara. Pengemasan

simplisia dilakukan menggunakan mesin sealer. Untuk mengemas simplisia

dibutuhkan 1 orang tenaga kerja wanita, upah yang diberikan adalah Rp

15.000 per hari.

f. Penyimpanan

Gudang penyimpanan simplisia harus memiliki kondisi yang baik yaitu tidak

lembab, sirkulasi udara baik, bersih, dan tidak terkena sinar matahari secara

langsung.

Pada tabel 4.2 akan diuraikan mengenai aktifitas produksi simplisia

temulawak yang menimbulkan biaya.

Page 56: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-8

Tabel 4.2 Biaya yang Muncul pada Proses Produksi Simplisia Temulawak

4.1.3 Proses Pembuatan Serbuk Temulawak

Serbuk temulawak dihasilkan dari penggilingan simplisia temulawak. Pada

gambar 4.3 akan digambarkan proses pembuatan serbuk temulawak yang diawali

dengan banyaknya simplisia yang dibutuhkan sampai dengan penyimpanan serbuk

temulawak.

Keterangan Data Biaya Total Biaya

1 Persiapan bahan bakuTemulawak basah yang dibutuhkan adalah sebanyak 500 kg

1,661Rp 830,373Rp

2 Pencucian dan pengupasan temulawak

a. Biaya tenaga kerjaUntuk mencuci dan mengupas temulawak sebanyak 500 kilo dibutuhkan 2 orang pekerja wanita

25,000Rp 50,000Rp

b. Biaya depresiasi keranjang 114Rp c. Biaya depresiasi mesin pompa air 205Rp d. Biaya listrik yang dibutuhkan 109Rp

3 Pengirisan temulawak

a. Biaya tenaga kerjasetiap menghasilkan 1 kg rajangan diberi Rp 100

100Rp 50,000Rp

b. Biaya depresiasi alat pemotong manual16Rp

4 Penjemuran

a. Kotak pengering

Untuk mengeringkan 500 kg temulawak basah dibutuhkan 125 kotak pengering (tiap kotak mampu menampung 4 kg rajangan)

100Rp 5,479Rp

b. Biaya tenaga kerjatenaga kerja yang dibutuhkan adalah 1 orang pekerja wanita yang bekerja selama 6 hari dengan upah Rp 10.000/hari

10,000Rp 60,000Rp

5 Pengemasan simplisia

a. Plastik pengemasdibutuhkan plastik kedap udara berukuran 1 kg

3,000Rp

b. Biaya depresiasi mesin sealer 110Rp c. Biaya listrik yang dibutuhkan 218Rp

d. Biaya tenaga kerjadibutuhkan 1 orang pekerja wanita untuk menjalankan mesin sealer

15,000Rp

Kegiatan Biaya yang dibutuhkanNo

Page 57: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-9

Gambar 4.3 Proses Produksi Serbuk Temulawak

Sumber: wawancara dengan pengurus Gapoktan Sumber Makmur (2012)

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dijelaskan proses produksi temulawak basah dan

biaya yang muncul dari proses produksi temulawak basah yang meliputi:

a. Persiapan simplisia temulawak yang dibutuhkan

Untuk membuat serbuk temulawak, dibutuhkan simplisia temulawak. Untuk

menghasilkan 1 kilogram serbuk dibutuhkan 2 kilogram simplisia.

b. Penggilingan simplisia

Simplisia temulawak kemudian digiling atau dihaluskan dengan menggunakan

mesin penggiling. Hasil serbuk yang dihasilkan oleh mesin penggiling adalah

5 kilogram per hari untuk setiap tenaga kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan

pada proses ini adalah tenaga kerja wanita dengan upah Rp 15.000 per hari.

c. Pengemasan

Serbuk yang sudah jadi kemudian dimasukkan pada plastik yang kedap udara.

Tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses pengemasan adalah 1 orang

pekerja wanita dengan upah Rp 15.000,-/hari.

Page 58: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-10

d. Penyimpanan

Gudang penyimpanan serbuk harus memiliki kondisi yang baik yaitu tidak

lembab, sirkulasi udara baik, bersih, dan tidak terkena sinar matahari secara

langsung.

Pada tabel 4.3 akan diuraikan mengenai aktifitas produksi simplisia

temulawak yang menimbulkan biaya.

Tabel 4.3 Biaya yang Muncul pada Proses Produksi Serbuk Temulawak

4.2 PENGOLAHAN DATA

Setelah memperoleh data yang dibutuhkan kemudian dilakukan pengolahan

data dengan mengklasifikasikan komponen biaya-biaya yang muncul kedalam

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik. Setelah dilakukan

klasifikasi biaya kemudian dilakukan perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP)

dengan metode full costing untuk masing-masing produk temulawak yang berupa

temulawak basah, simplisia, dan serbuk.

Keterangan Biaya Total Biaya

1Persiapan simplisia yang dibutuhkan

untuk membuat 1 kg serbuk dibutuhkan 2 kg simplisia 12,224.40Rp 1,222,440.14Rp

2 Penggilingan simplisiaa. Biaya depresiasi alat penggiling 9,863.01Rp

b. Biaya tenaga kerja

dalam 1 hari mesin penggiling dapat menghasilkan 5 kg serbuk untuk setiap pekerja, untuk menghasilkan 50 kg serbuk maka dibutuhkan waktu 10 hari, upah pekerja Rp 15.000/hari

15,000.00Rp 150,000.00Rp

c. Biaya listrik yang dibutuhkan 14,560.00Rp 3 Pengemasan

a. Plastik pengemasdibutuhkan plastik kedap udara berukuran 1 kg

3,000.00Rp

b. Biaya tenaga kerja dibutuhkan 1 orang pekerja wanita untuk menjalankan mesin sealer

15,000.00Rp

c. Biaya depresiasi mesin sealer 109.59Rp d. Biaya listrik yang dibutuhkan 218.40Rp

4 Penyimpanansewa gudang penyimpanan, luas area yang dibutuhkan adalah 1 x 3 m = 3 m² 81,000.00Rp

Simplisia yang digunakan adalah 100 kg

No KegiatanBiaya yang dibutuhkan

Page 59: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-11

4.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Produk Temulawak Basah

Untuk memperoleh harga pokok produksi produk temulawak basah maka

diperlukan:

1. Klasifikasi Biaya-biaya yang dibutuhkan pada Proses Produksi Produk

Temulawak Basah

a. Biaya Bahan Baku

Bahan baku yang dibutuhkan pada proses produksi temulawak basah

adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli benih temulawak, untuk lahan

seluas 1.000 m² dibutuhkan 100 kilogram benih, harga untuk benih adalah

Rp 1.000/kilogram. Selain benih, bahan baku lain yang dibutuhkan adalah

pupuk organik. Pupuk organik yang dibutuhkan selama proses produksi

temulawak basah adalah sebanyak 2 kilogram untuk setiap tanaman,

sedangkan pada lahan 1.000 m² terdapat sebanyak 1.100 tanaman

temulawak. Harga pupuk organik adalah Rp 500/kilogram. Perhitungan total

biaya bahan baku yang dibutuhkan akan diuraikan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Biaya Bahan Baku Produk Temulawak Basah

b. Biaya Tenaga Kerja yang dibutuhkan

Biaya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk

temulawak basah adalah tenaga kerja pada masa tanam dan pemeliharaan

tanaman. Tabel 4.5 akan menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang

dibutuhkan pada proses produksi temulawak basah.

Bahan baku yang dibutuhkanJumlah yang

dibutuhkan (Kg)Harga/Kg Total Biaya

Benih temulawak 100 1,000.00Rp 100,000.00Rp

Pupuk pada pemupukan awal 1100500.00Rp 550,000.00Rp

Pupuk pada pemupukan ke-2 550500.00Rp 275,000.00Rp

Pupuk pada pemupukan ke-3 550500.00Rp 275,000.00Rp

1,200,000.00Rp Total Biaya Bahan Baku

Page 60: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-12

Tabel 4.5 Tenaga Kerja Produk Temulawak Basah

c. Biaya Overhead

Biaya Overhead yang dikeluarkan untuk memproduksi produk

temulawak yaitu biaya sewa lahan, biaya transportasi, biaya depresiasi

karung tempat hasil panen, dan biaya sewa gudang penyimpanan.

1) Perhitungan biaya sewa lahan

Untuk menaman 100 kilogram benih temulawak dibutuhkan lahan

seluas 1.000 m², untuk menyewa lahan dibutuhkan biaya sebesar Rp

1.400.000/tahun.

2) Biaya Transportasi

Untuk membawa benih temulawak dibutuhkan alat transportasi berupa

mobil pick-up. Harga sewa per hari untuk mobil pick-up adalah Rp

150.000 per hari dan biaya bahan bakar adalah Rp 50.000. Jadi, total

biaya transportasi adalah Rp 200.000.

3) Perhitungan biaya depresiasi karung

Karung merupakan wadah yang digunakan untuk menampung hasil

panen. Oleh karena itu dibutuhkan perhitungan nilai depresiasi untuk

karung. Perhitungan untuk mencari nilai depresiasi karung didapat dari

hasil panen tiap tahun sebanyak 2.000 kg, setiap tahun panen

temulawak dibutuhkan karung sebanyak 34 untuk menampung hasil

Pembersihan lahan 3 pekerja pria selama 2 hari Rp 180,000 Penggemburan lahan 4 pekerja pria selama 1 hari Rp 120,000

Penanaman3 pekerja pria selama 1 hari untuk menanam benih dan pemupukan awal

Rp 90,000

Pemupukan pada masa pemeliharaan

2 pekerja wanita dan 1 pekerja pria untuk 2x pemupukan

Rp 160,000

Panen dan penyortiran membutuhkan 4 pekerja pria dan 2 wanita selama 1 hari

Rp 170,000

Rp 720,000

Pekerja pria @ 30.000 per hari, Pekerja pria @ 30.000 per hari,

Total biayaKegiatan Tenaga Kerja yang dibutuhkan Upah tenaga kerja

Pekerja pria @ 30.000 per hari, wanita @ Rp 25.000

Pekerja pria @ 30.000 per hari, wanita @ Rp 25.000

Pekerja pria @ 30.000 per hari, wanita @ Rp 25.000

Total Biaya Tenaga Kerja

Page 61: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-13

panen karena setiap karung mampu menampung 60 kg temulawak

basah, harga karung perbuah adalah Rp 1.600, maka biaya yang

dibutuhkan untuk membeli karung adalah Rp 54.400. Pembelian

karung yang baru dapat digunakan selama 3 kali panen atau 3 tahun,

artinya karung dapat menampung hasil panen sebanyak 6.000 kg.

Perhitungan manual biaya depresiasi untuk karung penyimpanan

adalah:

Nilai yang akan terdepresiasi

P-S = Rp. 54.400 – 0

= Rp. 54.400

Dengan demikian maka nilai Dt dan BVt selama 3 tahun adalah

sebagai berikut :

D1 = (2000/6000)*( Rp 54.400)= Rp 18.133,-

BV1= Rp 54.400 – Rp 18.133 = Rp 36.267,-

D2 = (2000/6000)*( Rp 54.400)= Rp 18.133,-

BV2= Rp 36.267 - Rp 18.133= Rp 18.133,-

D2 = (2000/6000)*( Rp. 54.400)= Rp. 18.133,-

BV2= Rp 18.133 - Rp 18.133= 0

Nilai depresiasi per tahun adalah Rp 18.133, sedangkan karung tidak

digunakan sepanjang tahun. Oleh karena itu dibutuhkan perhitungan

depresiasi setiap pemakaian, perhitungannya adalah:

(1/365 hari) x (nilai depresiasi) = nilai depresiasi setiap pemakaian

(1/365 hari) x (Rp 18.133) = Rp 49,68 per hari

Penggunaan karung selama proses penyimpanan panen adalah 30 hari,

jadi nilai depresiasi adalah Rp 49,68 x 30 hari = Rp 1.490,41

Page 62: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-14

4) Biaya sewa gudang penyimpanan

Terdapat satu biaya yang termasuk biaya overhead dalam proses

produksi namun tidak diperhitungkan oleh Gapoktan Sumber Makmur

yaitu biaya sewa gudang. Gudang penyimpanan bertujuan untuk

menyimpan hasil panen temulawak, simplisia temulawak, dan serbuk

temulawak. Umumnya hasil-hasil produk olahan temulawak disimpan

di rumah petani atau di rumah Gapoktan, sehingga mereka tidak

memperhitungkan berapa besarnya biaya penyimpanan.

Perhitungan untuk biaya sewa gudang didapat dari wawancara

langsung kepada warga setempat mengenai harga sewa tanah dan

bangunan per m². Luas gudang penyimpanan Gapoktan memiliki luas

6 x 4.25 m = 25,5 m² dan biaya sewa yang dibutuhkan adalah Rp

700.000 per tahun, maka diperoleh biaya sewa untuk setiap 1 m² dalam

kurun waktu setahun adalah Rp 27.450. Hasil panen temulawak

merupakan salah satu hasil komoditas terbesar yaitu sebesar 15% dari

total 100% komoditas yang dihasilkan yang disimpan di Gudang

Gapoktan. Oleh karena itu, perhitungan biaya sewa gudang adalah Rp

700.000 x 15% = Rp 107.077.

Jadi, biaya overhead yang dibutuhkan pada proses produksi temulawak

yaitu biaya sewa lahan, biaya depresiasi wadah panen, dan biaya sewa

gudang. Perhitungan total biaya overhead disajikan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Biaya Overhead Produk Temulawak Basah

Biaya Overhead Total BiayaSewa lahan 1,400,000.00Rp Biaya transportasi 200,000.00Rp Depresiasi wadah panen 1,490.41Rp Sewa gudang penyimpanan 107,077.43Rp Total BOP 1,708,567.84Rp

Page 63: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-15

d. Perhitungan Bunga Majemuk Produk Temulawak Basah

Selain menghitung biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

overhead dilakukan juga perhitungan bunga majemuk diskret. Perhitungan

bunga majemuk pada proses produksi produk temulawak basah adalah

dengan cara menambahkan total biaya bahan baku + biaya tenaga kerja +

biaya overhead = Rp 3.628.568. Biaya saat ini (P) sebesar Rp 3.628.568

dengan bunga dari bank BRI sebesar 12% (i) per tahun, maka perhitungan

bunga majemuk adalah:

Rp 3.628.568 x (A/P, 12, 12%)

Rp 3.628.568 x 0,1614 = Rp 585.651

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Temulawak Basah dengan Metode Full

costing

Perhitungan HPP diperoleh dengan menggunakan metode full costing, yaitu

dengan menghitung: HPPTemulawakbasah � totalbiayaproduksi十bungamajemukjumlahrimpangyangdihasilkan�kg邹

Perhitungan HPP dengan metode full costing tersaji dalam tabel 4.7 dengan

menghasilkan biaya produksi Rp 2.107 per kilogram.

Page 64: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-16

Tabel 4.7 HPP Produk Temulawak Basah dengan Metode Full Costing

3. Prosentase Kebutuhan Biaya Produksi Produk Temulawak Basah

Berdasarkan tabel 4.7, maka dapat diperoleh data prosentase biaya produksi

pada masing-masing komponen biaya yang dapat dilihat pada tabel 4.8. Pada tabel

4.8 dapat dilihat bahwa komponen biaya yang paling dominan adalah biaya

overhead dengan prosentase sebesar 47%.

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead1 Persiapan lahan

a. Sewa lahan 1,400,000.00Rp b. Pembersihan lahan 180,000.00Rp c. Penggemburan tanah 120,000.00Rp

2 Penanamana. Benih yang dibutuhkan 100,000.00Rp b. Biaya transportasi pembelian benih 200,000.00Rp c. Biaya tenaga kerja 90,000.00Rp d. Pemupukan awal 550,000.00Rp

3 Pemeliharaan lahana. Pemupukan ke-2 275,000.00Rp b. Pemupukan ke-3 275,000.00Rp 160,000.00Rp c. Biaya tenaga kerja

4 Panena. Biaya tenaga kerja 170,000.00Rp

5 Penyortiran hasil panen 1,490.41Rp 6 Penyimpanan hasil panen

a. Sewa gudang 107,077.43Rp 1,200,000.00Rp 720,000.00Rp 1,708,567.84Rp

Metode Full Costing:Biaya Bahan Baku 1,200,000.00Rp Biaya Tenaga Kerja 720,000.00Rp Biaya Overhead 1,708,567.84Rp

Total HPP 3,628,567.84Rp

Bunga Majemuk diskret 585,650.85Rp 1,814.28Rp

Total HPP 4,214,218.68Rp

Hasil panen 2000 kgHPP Temulawak basah/Kg 2,107.11Rp

No. Kegiatan

Klasifikasi Biaya

Total masing-masing komponen biaya

Page 65: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-17

Tabel 4.8 Prosentase Biaya Produksi Temulawak Basah

4.2.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Produk Simplisia

Temulawak

Untuk memperoleh harga pokok produksi produk simplisia temulawak maka

diperlukan:

1. Klasifikasi Biaya-biaya yang dibutuhkan pada Proses Produksi Produk

Simplisia Temulawak

a. Biaya Bahan Baku

Bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan simplisia adalah

temulawak basah. Untuk membuat 1 kilogram simplisia dibutuhkan 6

kilogram temulawak basah. Jadi, 500 kilogram temulawak basah dapat

menghasilkan 83 kilogram simplisia. Biaya per kilogram temulawak basah

adalah Rp 2.107, jadi total biaya bahan baku yang dibutuhkan untuk

membuat simplisia temulawak adalah sebanyak Rp 1.053.554.

Biaya Bahan Baku

Biaya Tenaga Kerja

Biaya Overhead

1 Persiapan lahana. Sewa lahan 39%b. Pembersihan lahan 4.96%c. Penggemburan tanah 3.31%

2 Penanamana. Benih yang dibutuhkan 2.76%b. Biaya transportasi pembelian benih 6%c. Biaya tenaga kerja 2.48%d. Pemupukan awal 15.16%

3 Pemeliharaan lahana. Pemupukan ke-2 7.58%b. Pemupukan ke-3 7.58%c. Biaya tenaga kerja 4.41%

4 Panena. Biaya tenaga kerja 4.69%

5 Penyortiran hasil panen 0.041%6 Penyimpanan hasil panen

a. Sewa gudang 3%33.07% 19.84% 47.09%

No. Kegiatan

Klasifikasi Biaya

Total prosentase masing-masing komponen biaya

Page 66: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-18

b. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan dan total baiya yang harus dikeluarkan

dalam proses produksi produk simplisia akan ditunjukkan oleh tabel 4.9.

Tabel 4.9 Biaya Tenaga Kerja Produk Simplisia Temulawak

c. Biaya Overhead

Pada proses produksi simplisia membutuhkan banyak biaya overhead

yaitu berupa biaya-biaya yang menunjang hasil produksi yaitu biaya

depresiasi alat perajang, biaya depresiasi mesin pompa air, biaya depresiasi

keranjang, besarnya listrik yang dibutuhkan, biaya depresiasi nampan

penjemuran, biaya depresiasi mesin pengemas (sealer), dan biaya sewa

gudang penyimpanan.

1) Perhitungan biaya depresiasi keranjang

Perhitungan untuk mencari nilai depresiasi keranjang didapat dari

bahan baku pembuatan simplisia yang digunakan sebanyak 500

kilogram, setiap kali pencucian temulawak basah dibutuhkan 10

keranjang besar, harga untuk setiap keranjang adalah Rp 12.500, maka

biaya yang dibutuhkan untuk membeli karung adalah Rp 125.000.

Total biaya

Pencucian dan pengupasan temulawak Untuk mencuci dan mengupas temulawak sebanyak 500 kilo dibutuhkan 2 orang pekerja wanita

Rp 50,000.00

Pengirisan temulawak setiap menghasilkan 1 kg rajangan diberi Rp 100

Rp 50,000.00

Pengeringan hasil irisan tenaga kerja yang dibutuhkan adalah 1 orang pekerja wanita yang bekerja selama 6 hari dengan upah Rp

Rp 60,000.00

Pengemasan simplisia dibutuhkan 1 orang pekerja wanita untuk menjalankan mesin sealer

Rp 15,000.00

Rp 175,000.00 Total biaya

Kegiatan Tenaga Kerja yang dibutuhkan Upah tenaga kerja

Pekerja pria @ 30.000 per hari, wanita @ Rp 25.000

Rp 100 / Kg

Pekerja wanita @ Rp 25.000 per hari

Rp 10.000/hari

Page 67: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-19

Keranjang digunakan selama 3 kali pembuatan simplisia atau 3 tahun,

Perhitungan nilai depresiasi dari karung adalah:

Nilai yang akan terdepresiasi

P-S = Rp 125.000 – 0

= Rp 125.000

Dengan demikian maka nilai Dt dan BVt selama 3 tahun adalah

sebagai berikut :

D1 = (500/1500)*( Rp 125.000) = Rp 41.666.

BV1= Rp 125.000 – Rp 41.666.67 = Rp 83.333.

D2 = (500/1500)*( Rp 125.000) = Rp 41.666.

BV2= Rp 83.333 – Rp 41.666.67 = Rp 41.666.

D3 = (500/1500)*( Rp 125.000) = Rp 41.666.

BV3= Rp 41.666 – Rp 41.666 = 0

Nilai depresiasi per tahun adalah Rp 41.666, sedangkan keranjang

tidak digunakan sepanjang tahun. Oleh karena itu dibutuhkan

perhitungan depresiasi setiap pemakaian, perhitungannya adalah:

(1/365 hari) x (nilai depresiasi) = nilai depresiasi setiap pemakaian

(1/365 hari) x (Rp 41.666) = Rp 114, 16.

2) Perhitungan biaya depresiasi mesin pompa air

Dengan daya 150Watt dan harga beli Rp. 475.000,- dan masa pakai 3

tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 50.000,-. Maka besarnya depresiasi

tiap tahun :

Dt = (P-S)/N

= (Rp 475.000 - 0)/3

= Rp 158.333,33

Page 68: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-20

Karena biaya depresiasi dibebankan tiap tahun maka biaya depresiasi

pompa air untuk proses pencucian yang hanya digunakan dalam 1 hari,

maka :

Biaya depresiasi pompa air = (1/365) x Rp 158.333,33

= Rp 434

3) Perhitungan biaya depresiasi alat perajang manual

Menggunakan 3 mesin pemotong manual, harga Rp 10.000 untuk

setiap alat. Biaya yang diperlukan untuk membeli alat pemotong

manual adalah Rp 30.000.

Besarnya depresiasi tiap tahun :

Dt = (P-S)/N

= (Rp. 30.000 - Rp. 0)/5 = Rp. 6.000,-

Nilai depresiasi per tahun adalah Rp 6.000, sedangkan keranjang tidak

digunakan sepanjang tahun. Oleh karena itu dibutuhkan perhitungan

depresiasi setiap pemakaian, perhitungannya adalah:

(1/365 hari) x (nilai depresiasi) = nilai depresiasi setiap pemakaian

(1/365 hari) x (Rp 6.000) = Rp 16,44.

4) Perhitungan biaya depresiasi nampan penjemuran

Untuk menjemur sebanyak 500 kilogram hasil rajangan dibutuhkan

125 nampan penjemuran. Harga untuk setiap nampan adalah Rp 8.000,

maka biaya untuk membeli 125 nampan adalah Rp 1.000.000.

Perhitungan depresiasi nampan penjemuran adalah:

Dt = (P-S)/N

= (Rp 1.000.000 - Rp 0)/3 = Rp 333.333.

Nilai depresiasi per tahun adalah Rp 333.333, sedangkan keranjang

tidak digunakan sepanjang tahun. Oleh karena itu dibutuhkan

perhitungan depresiasi setiap pemakaian, perhitungannya adalah:

Page 69: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-21

(6/365 hari) x (nilai depresiasi) = nilai depresiasi setiap pemakaian

(6/365 hari) x (Rp 333.333) = Rp 5.479.

5) Perhitungan biaya depresiasi mesin pengemas

Menggunakan sealer dengan daya 300 watt, harga Rp. 250.000, dan

nilai sisa Rp 50.000. Maka biaya depresiasi untuk sealer :

Dt = (P-S)/N

= (Rp. 250.000 – Rp 50.000)/5

= Rp 40.000

Biaya depresiasi ini dibebankan tiap tahun, sedangkan sealer hanya

digunakan dalam 1 hari, maka biaya depresiasi yang dibebankan pada

perhitungan harga pokok yaitu sebesar :

Biaya depresiasi sealer = (1/365) x Rp 40.000.

= Rp 109.

6) Perhitungan biaya listrik yang dibutuhkan

Biaya listrik untuk pompa air dengan daya 150 Watt.

Konsumsi energy � ⷸ4R4�㿸466邹铺㿸4562�4屏邹囊难难难

Pompa air � 囊闹难铺囊囊难难难 = 0,15

Biaya per Kwh Rp 728.

Jadi biaya listrik untuk pompa air per 1 Kw = 0,15 x Rp 728 = Rp

109,2

Biaya listrik untuk mesin sealer dengan daya 300 Watt.

Konsumsi energy � ⷸ4R4�㿸466邹铺㿸4562�4屏邹囊难难难

Sealer � 脑难难铺囊囊难难难 = 0,3

Biaya per Kwh Rp. 728.

Jadi biaya listrik untuk pompa air per 1 Kw = 0,3 x Rp 728 = Rp

218,4.

Page 70: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-22

7) Perhitungan biaya sewa gudang penyimpanan

Luas area gudang penyimpanan simplisia adalah 1,5 x 6 m = 9 m²,

harga sewa per m² adalah Rp 27.450. Luas gudang penyimpanan

simplisia adalah 9 m2 x Rp 27.450 = Rp 247.058. Produk simplisia

temulawak memiliki jumlah 20% dari total 100% jumlah produk

simplisia yang ada di gudang Gapoktan. Jadi, biaya sewa gudang

penyimpanan simplisia adalah Rp 247.058 x 20% = Rp 49.411 per

tahun. Lama gudang digunakan untuk menyimpan simplisia adalah 1

tahun.

Tabel 4.10 akan menguraikan secara ringkas biaya-biaya overhead yang

dibutuhkan pada proses pembuatan simplisia temulawak.

Tabel 4.10 Biaya Overhead Produk Simplisia Temulawak

d. Perhitungan Bunga Majemuk Produk Simplisia Temulawak

Perhitungan bunga majemuk diskret pada proses produksi produk

simplisia temulawak adalah dengan cara menambahkan total biaya bahan

baku + biaya tenaga kerja + biaya overhead = Rp 1.287.219. Biaya saat ini

(P) sebesar Rp 1.287.219 dengan bunga dari bank BRI sebesar 12% (i) per

tahun, maka perhitungan bunga majemuk adalah:

Biaya Overhead Total BiayaPencucian dan pengupasan temulawak a. Biaya depresiasi keranjang 114.16Rp b. Biaya depresiasi mesin pompa air 205.48Rp c. Biaya listrik yang dibutuhkan 109.20Rp Pengirisan temulawak a. Biaya depresiasi alat pemotong manual 16.44Rp Penjemurana. Kotak pengering 5,479.45Rp Pengemasan simplisiaa. Plastik pengemas 3,000.00Rp b. Biaya depresiasi mesin sealer 109.59Rp c. Biaya listrik yang dibutuhkan 218.40Rp Sewa penyimpanan 49,411.76Rp TOTAL BOP 58,664.48Rp

Page 71: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-23

Rp 1.287.219 x (A/P, 12, 12%)

Rp 1.287.219 x 0,1614 = Rp 207.757

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Simplisia Temulawak dengan Metode

Full costing

HPP produk simplisia didapatkan dengan menggunakan metode full costing,

yaitu dengan perhitungan: HPPSimplisiatemulawak � totalbiayaproduksi十bungamajemukjumlahsimplisiayangdihasilkan�kg邹

Perhitungan HPP dengan metode full costing tersaji dalam tabel 4.11 yang

menunjukkan bahwa HPP produk simplisia per kilogram adalah Rp 18.011.

Tabel 4.11 HPP Produk Simplisia Temulawak dengan Metode Full Costing

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead1 Persiapan bahan baku 1,053,554.67Rp 2 Pencucian dan pengupasan temulawak

a. Biaya tenaga kerja 50,000.00Rp b. Biaya depresiasi keranjang 114.16Rp c. Biaya depresiasi mesin pompa air 205.48Rp d. Biaya listrik yang dibutuhkan 109.20Rp

3 Pengirisan temulawak a. Biaya tenaga kerja 50,000.00Rp b. Biaya depresiasi alat pemotong manual 16.44Rp

4 Penjemurana. Kotak pengering 5,479.45Rp b. Biaya tenaga kerja 60000

5 Pengemasan simplisiaa. Plastik pengemas 3,000.00Rp b. Biaya depresiasi mesin sealer 109.59Rp c. Biaya listrik yang dibutuhkan 218.40Rp d. Biaya tenaga kerja 15,000.00Rp

6 Sewa gudang penyimpanan 49,411.76Rp Total masing-masing komponen biaya 1,053,554.67Rp 175,000.00Rp 58,664.48Rp

Metode Full Costing:Biaya Bahan Baku 1,053,554.67Rp Biaya Tenaga Kerja 175,000.00Rp Biaya Overhead 58,664.48Rp

Total Biaya Produksi 1,287,219.15Rp 15,508.66Rp

Bunga Majemuk diskret 207,757.17Rp

Total HPP 1,494,976.32Rp Hasil simplisia 83 kgHPP Simplisia/Kg 18,011.76Rp

No. Kegiatan Klasifikasi Biaya

Page 72: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-24

3. Prosentase Kebutuhan Biaya Produksi Produk SimplisiaTemulawak

Berdasarkan tabel 4.11, maka dapat diperoleh data prosentase biaya

produksi pada masing-masing komponen biaya yang dapat dilihat pada tabel 4.12.

Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa komponen biaya yang paling dominan adalah

biaya bahan baku dengan prosentase sebesar 82%.

Tabel 4.13 Prosentase Biaya Produksi Simplisia Temulawak

4.2.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Produk Serbuk Temulawak

Untuk memperoleh harga pokok produksi produk serbuk temulawak maka

diperlukan:

1. Klasifikasi Biaya-biaya yang dibutuhkan pada Proses Produksi Produk

Serbuk Temulawak

a. Biaya Bahan Baku

Bahan baku yang dibutuhkan dalam pembuatan serbuk adalah simplisia

temulawak. Untuk membuat 1 kilogram serbuk dibutuhkan 2 kilogram

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead1 Persiapan bahan baku 82%2 Pencucian dan pengupasan temulawak

a. Biaya tenaga kerja 4%b. Biaya depresiasi keranjang 0.01%c. Biaya depresiasi mesin pompa air 0.01%d. Biaya listrik yang dibutuhkan 0.01%

3 Pengirisan temulawak a. Biaya tenaga kerja 4%b. Biaya depresiasi alat pemotong manual 0.0011%

4 Penjemurana. Kotak pengering 0.38%b. Biaya tenaga kerja 5%

5 Pengemasan simplisiaa. Plastik pengemas 0.21%b. Biaya depresiasi mesin sealer 0.01%c. Biaya listrik yang dibutuhkan 0.01%d. Biaya tenaga kerja 1%

6 Sewa gudang penyimpanan 3.39%Total prosentase masing-masing komponen biaya 82% 14% 4%

No. Kegiatan Klasifikasi Biaya

Page 73: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-25

simplisia. Jadi, 100 kilogram simplisia temulawak dapat menghasilkan 50

kilogram simplisia. Biaya untuk simplisia per kilogram adalah Rp 18.011,

jadi total biaya bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat serbuk

temulawak adalah sebanyak Rp 1.801.100.

b. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat serbuk temulawak tidak

sebanyak pada proses pembuatan produk temulawak basah maupun

simplisia. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada produk serbuk adalah tenaga

kerja untuk menjalankan mesin penggiling simplisia menjadi serbuk dan

tenaga kerja untuk pengemasan. Tabel 4.13 menunjukkan banyaknya biaya

yang harus dikeluarkan untuk tenaga kerja proses produksi serbuk.

Tabel 4.13 Biaya Tenaga Kerja Produk Serbuk Temulawak

c. Biaya Overhead

Penunjang produksi produk serbuk temulawak yang merupakan biaya

overhead adalah biaya depresiasi mesin penggiling, biaya depresiasi mesin

pengemas (sealer), plastik kedap udara, dan biaya listrik yang dibutuhkan.

Oleh karena itu dilakukan perhitungan depresiasi untuk memperoleh biaya

overhead total.

Kegiatan Tenaga Kerja yang dibutuhkan Upah tenaga kerja Total biaya

Penggilingan simplisia

dalam 1 hari mesin penggiling dapat menghasilkan 5 kg serbuk untuk setiap pekerja, untuk menghasilkan 50 kg serbuk maka dibutuhkan waktu 10 hari, upah pekerja Rp 15.000/hari

15,000.00Rp 150,000.00Rp

Pengemasan serbukdibutuhkan 1 orang pekerja wanita untuk menjalankan mesin sealer

15,000.00Rp 15,000.00Rp

165,000.00Rp Total Biaya Tenaga Kerja

Page 74: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-26

1) Perhitungan biaya depresiasi mesin penggiling

Menggunakan mesin penggiling dengan daya 250 watt, harga Rp

3.000.000 dan nilai sisanya adalah adalah Rp 1.000.000. Besarnya

depresiasi tiap tahun dalam jangka waktu 5 tahun:

Dt = (P-S)/N

= (Rp 3.000.000 – Rp 1.200.000)/5 tahun = Rp 360.000

Nilai depresiasi per tahun adalah Rp 360.000, sedangkan keranjang

tidak digunakan sepanjang tahun. Oleh karena itu dibutuhkan

perhitungan depresiasi setiap pemakaian, perhitungannya adalah:

(10/365 hari) x (nilai depresiasi) = nilai depresiasi setiap pemakaian

(10/365 hari) x (Rp 360.000) = Rp 9.835.

2) Perhitungan biaya depresiasi mesin pengemas (sealer)

Menggunakan sealer dengan daya 300 watt, harga Rp. 250.000. dan

nilai sisa Rp 50.000 Maka biaya depresiasi untuk sealer :

Dt = (P-S)/N

= (Rp 250.000 – Rp 50.000)/5

= Rp 40.000,-

Biaya depresiasi ini dibebankan tiap tahun, sedangkan sealer hanya

digunakan dalam 1 hari, maka biaya depresiasi yang dibebankan pada

perhitungan harga pokok yaitu sebesar :

Biaya depresiasi sealer = (1/365) x Rp 40.000.

= Rp 109.

3) Perhitungan biaya listrik yang dibutuhkan

a) Biaya listrik untuk mesin penggiling dengan daya 250 Watt.

Konsumsi energy � ⷸ4R4�㿸466邹铺㿸4562�4屏邹囊难难难

Konsumsi energi � 挠闹难铺馁囊难难难 = 2

Page 75: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-27

Biaya per Kwh Rp. 728,-

Jadi biaya listrik untuk pompa air per 1 Kw = 2 x Rp 728 = Rp

1.456. Mesin penggiling digunakan sebanyak 10 kali penggilingan,

jadi biaya listrik yang dibutuhkan adalah Rp 1.456 x 10 = 14.560

b) Biaya listrik untuk mesin sealer dengan daya 300 Watt.

Konsumsi energy � ⷸ4R4�㿸466邹铺㿸4562�4屏邹囊难难难

Sealer � 脑难难铺囊囊难难难 = 0,3

Biaya per Kwh Rp. 728,-

Jadi biaya listrik untuk pompa air per 1 Kw = 0,3 x Rp 728,- = Rp

218,4

4) Perhitungan sewa gudang penyimpanan serbuk temulawak

Luas area gudang penyimpanan simplisia adalah 1 x 3 m = 3 m², harga

sewa per m² adalah Rp 27.450 per tahun. Jadi, biaya sewa gudang

penyimpanan simplisia adalah Rp 82.350 per tahun. Produk serbuk

temulawak memiliki jumlah 20% dari total 100% jumlah produk

simplisia yang ada di gudang Gapoktan. Jadi, biaya sewa gudang

penyimpanan adalah Rp 82.350 x 20% = Rp 49.411 per tahun.

Tabel 4.14 akan menguraikan secara ringkas biaya-biaya overhead yang

dibutuhkan pada proses pembuatan simplisia temulawak.

Tabel 4.14 Biaya Overhead Produk Serbuk Temulawak

Biaya Overhead Total BiayaPenggilingan simplisiaa. Biaya depresiasi alat penggiling 9,863.01Rp b. Biaya listrik yang dibutuhkan 14,560.00Rp Pengemasana. Plastik pengemas 3,000.00Rp b. Biya depresiasi mesin pengemas 109.59Rp c. Biaya listrik yang dibutuhkan 218.40Rp Sewa gudang penyimpanan 12,597.34Rp Total BOP 40,348.35Rp

Page 76: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-28

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Serbuk Temulawak dengan Metode Full

costing

Perhitungan HPP produk serbuk dapat dilakukan dengan menggunakan

metode full costing dengan melakukan perhitungan: HPPSerbuktemulawak � totalbiayaproduksijumlahserbukyangdihasilkan�kg邹 Perhitungan HPP dengan metode full costing tersaji dalam tabel 4.16 yang

menunjukkan bahwa HPP produk serbuk per kilogram adalah Rp 40.130.

Tabel 4.15 HPP Produk Serbuk Temulawak dengan Metode Full Costing

3. Prosentase Kebutuhan Biaya Produksi Produk Serbuk Temulawak

Berdasarkan tabel 4.15, maka dapat diperoleh data prosentase biaya

produksi pada masing-masing komponen biaya yang dapat dilihat pada tabel 4.17.

Pada tabel 4.16 dapat dilihat bahwa komponen biaya yang paling dominan adalah

biaya bahan baku dengan prosentase sebesar 89,77%.

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga KerjaBiaya Overhead1 Persiapan simplisia yang dibutuhkan 1,801,176.29Rp 2 Penggilingan simplisia

a. Biaya depresiasi alat penggiling 9,863.01Rp b. Biaya tenaga kerja 150,000.00Rp c. Biaya listrik yang dibutuhkan 14,560.00Rp

3 Pengemasana. Plastik pengemas 3,000.00Rp b. Biaya tenaga kerja 15,000.00Rp c. Biaya depresiasi mesin sealer 109.59Rp d. Biaya listrik yang dibutuhkan 218.40Rp

4 Sewa gudang penyimpanan 12,597.34Rp Total masing-masing komponen biaya 1,801,176.29Rp 165,000.00Rp 40,348.35Rp

Metode Full Costing:Biaya Bahan Baku 1,801,176.29Rp Biaya Tenaga Kerja 165,000.00Rp Biaya Overhead Tetap 40,348.35Rp

Total Biaya Produksi 2,006,524.64Rp

Total HPP 2,006,524.64Rp

Hasil Serbuk 50 kgHPP serbuk/Kg 40,130.49Rp

No. KegiatanKlasifikasi Biaya

Page 77: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-29

Tabel 4.16 Prosentasi Biaya Produksi Serbuk Temulawak

4.3 Perhitungan Sensitivitas

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing diperoleh

dengan cara menghitung biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead

pabrik. Biaya-biaya yang digunakan dalam perhitungan harga pokok produksi ini

diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus Klaster Biofarmaka dan harga

pasar. Namun harga yang ada di pasar tidak selalu konstan dan selalu ada

kemungkinan perubahan harga. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan

sensitivitas untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh perubahan harga pokok

produksi terhadap peningkatan atau penurunan biaya-biaya yang dibutuhkan pada

penentuan harga pokok produksi produk olahan temulawak. Perubahan harga

yang dilakukan yaitu dengan cara meningkatkan seluruh komponen biaya (biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja, dan BOP) sebesar 50%, 30%, dan 10% serta

penurunan harga sebesar 10%, 30% dan 50%. Hasil dari analisis sensitivitas dapat

dilihat pada tabel 4.17, 4.18, dan 4.19.

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead1 Persiapan simplisia yang dibutuhkan 89.77%2 Penggilingan simplisia

a. Biaya depresiasi alat penggiling 0.49%b. Biaya tenaga kerja 7.48%c. Biaya listrik yang dibutuhkan 0.73%

3 Pengemasana. Plastik pengemas 0.15%b. Biaya tenaga kerja 0.75%c. Biaya depresiasi mesin sealer 0.01%d. Biaya listrik yang dibutuhkan 0.01%

4 Sewa gudang penyimpanan 0.63%Total prosentase masing-masing komponen biaya 89.77% 8.22% 2.01%

No. KegiatanKlasifikasi Biaya

Page 78: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

IV-30

Tabel 4.17 Perubahan Biaya pada Budidaya Rimpang

Tabel 4.18 Perubahan Biaya pada Proses Produksi Simplisia Kunyit

Tabel 4.19 Perubahan Biaya pada Proses Produksi Serbuk Temulawak

Total Biaya HPP Total Biaya HPP Total Biaya HPP-50% 3,028,567.84Rp 1,758.69Rp 3,268,567.84Rp 1,898.06Rp 2,774,283.92Rp 1,611.03Rp -30% 3,268,567.84Rp 1,898.06Rp 3,412,567.84Rp 1,981.68Rp 3,115,997.49Rp 1,809.46Rp -10% 3,508,567.84Rp 2,037.43Rp 3,556,567.84Rp 2,065.30Rp 3,457,711.05Rp 2,007.89Rp 0% 3,628,567.84Rp 2,107.11Rp 3,628,567.84Rp 2,107.11Rp 3,628,567.84Rp 2,107.11Rp 10% 3,748,567.84Rp 2,176.79Rp 3,700,567.84Rp 2,148.92Rp 3,799,424.62Rp 2,206.33Rp 30% 3,988,567.84Rp 2,316.16Rp 3,844,567.84Rp 2,232.54Rp 4,141,138.19Rp 2,404.76Rp 50% 4,228,567.84Rp 2,455.53Rp 3,988,567.84Rp 2,316.16Rp 4,482,851.75Rp 2,603.19Rp

Perubahan BiayaKriteria Perubahan

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik

Total Biaya HPP Total Biaya HPP Total Biaya HPP-50% 760,441.81Rp 10,640.69Rp 1,199,719.15Rp 16,787.40Rp 1,257,886.91Rp 17,601.32Rp -30% 971,152.75Rp 13,589.12Rp 1,234,719.15Rp 17,277.14Rp 1,269,619.81Rp 17,765.50Rp -10% 1,181,863.68Rp 16,537.55Rp 1,269,719.15Rp 15,297.82Rp 1,281,352.70Rp 17,929.68Rp 0% 1,287,219.15Rp 18,011.76Rp 1,287,219.15Rp 18,011.76Rp 1,287,219.15Rp 18,011.76Rp 10% 1,392,574.62Rp 19,485.98Rp 1,304,719.15Rp 18,256.64Rp 1,293,085.60Rp 18,093.85Rp 30% 1,603,285.55Rp 22,434.41Rp 1,339,719.15Rp 18,746.38Rp 1,304,818.49Rp 18,258.03Rp 50% 1,813,996.49Rp 25,382.84Rp 1,374,719.15Rp 19,236.13Rp 1,316,551.39Rp 18,422.20Rp

Perubahan Biaya

Kriteria PerubahanBiaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik

Total Biaya HPP Total Biaya HPP Total Biaya HPP-50% 1,105,936.49Rp 22,118.73Rp 1,924,024.64Rp 38,480.49Rp 1,986,350.46Rp 39,727.01Rp -30% 1,466,171.75Rp 29,323.43Rp 1,957,024.64Rp 39,140.49Rp 1,994,420.13Rp 39,888.40Rp -10% 1,826,407.01Rp 36,528.14Rp 1,990,024.64Rp 39,800.49Rp 2,002,489.80Rp 40,049.80Rp 0% 2,006,524.64Rp 40,130.49Rp 2,006,524.64Rp 40,130.49Rp 2,006,524.64Rp 40,130.49Rp

10% 2,186,642.27Rp 43,732.85Rp 2,023,024.64Rp 40,460.49Rp 2,010,559.47Rp 40,211.19Rp 30% 2,546,877.52Rp 50,937.55Rp 2,056,024.64Rp 41,120.49Rp 2,018,629.14Rp 40,372.58Rp 50% 2,907,112.78Rp 58,142.26Rp 2,089,024.64Rp 41,780.49Rp 2,026,698.81Rp 40,533.98Rp

Perubahan BiayaKriteria Perubahan

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik

Page 79: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-1

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Pada bab ini diuraikan mengenai analisis yang dilakukan berdaarkan

pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan.

5.1 ANALISIS PERBANDINGAN HPP PRODUK TEMULAWAK BERDASARKAN PERHITUNGAN KLASTER DENGAN METODE FULL COSTING

Analisis yang dilakukan adalah membandingkan perhitungan Harga Pokok

Produksi (HPP) produk temulawak berdasarkan hasil perhitungan Klaster dengan

perhitungan HPP berdasarkan metode full costing. Perbandingan HPP Klaster

dengan hasil perhitungan dengan metode full costing dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Perbandingan Perhitungan HPP

No. Jenis Produk HPP

Klaster per

Kg (Rp)

HPP Full

Costing per Kg

(Rp)

Selisih antara HPP

Full Costing dengan

Klaster (Rp)

1. Rimpang

Temulawak

1.266 2.108 842

2. Simplisia

Temulawak

12.500 18.012 5.512

3. Serbuk Temulawak 30.000 40.131 10.131

HPP produk rimpang temulawak yang ditawarkan oleh pihak Klaster

Biofarmaka yang terdapat pada tabel 5.1 adalah Rp 1.266 per kilogram,

sedangkan HPP yang dihasilkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan

metode full costing seperti yang terdapat pada tabel adalah Rp 2.108 per kilogram.

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.1 HPP yang diperhitungkan klaster

terletak dibawah HPP, selisih antara harga jual dan HPP yang diperoleh pada tabel

adalah sebesar Rp 842. Hal ini terjadi karena pihak Klaster tidak menghitung

secara cermat komponen biaya yang timbul dari proses produksi temulawak

Page 80: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-2

basah. Komponen biaya yang tidak dihitung adalah biaya transportasi, biaya sewa

gudang penyimpanan dan perhitungan bunga majemuk.

HPP produk simplisia temulawak yang ditetapkan oleh pihak Klaster

Biofarmaka yang ada pada tabel 5.1 adalah Rp 12.500 per kilogram, sedangkan

HPP yang dihasilkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode full

costing adalah Rp 18.012 per kilogram. Selisih antara HPP yang diperhitungkan

oleh klaster dengan perhitungan HPP yang diperoleh adalah Rp 5.512. Ketidak

tepatan pihak klaster dalam menetapkan harga jual disebabkan oleh pihak Klaster

Biofarmaka tidak menghitung secara cermat komponen biaya yang timbul dari

proses produksi simplisia temulawak. Komponen biaya yang tidak dihitung adalah

biaya sewa gudang penyimpanan dan perhitungan bunga majemuk.

HPP produk serbuk temulawak yang ditetapkan oleh pihak klaster sesuai

dengan tabel 5.1 adalah Rp 30.000 per kilogram, sedangkan HPP yang dihasilkan

berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode full costing adalah Rp

40.131 per kilogram. Selisih antara harga jual dengan HPP yang diperoleh adalah

Rp 10.131. Hal ini terjadi karena pihak Klaster tidak menghitung secara cermat

komponen biaya yang timbul dari proses produksi serbuk temulawak. Komponen

biaya yang tidak dihitung adalah biaya sewa gudang penyimpanan.

5.2 ANALISIS KOMPONEN BIAYA POKOK PRODUKSI UNTUK PRODUK OLAHAN TEMULAWAK

Analisis prosentase biaya pokok produksi dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar prosentase biaya yang dibutuhkan selama proses produksi untuk

menghasilkan produk olahan temulawak dan juga untuk mengetahui komponen

biaya apa yang terbesar hingga yang terkecil. Prosentase biaya pokok produksi

yang dibutuhkan untuk proses produksi produk temulawak terdapat pada gambar

5.1, 5.2, 5.3.

Page 81: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-3

Gambar 5.1

Berdasarkan hasil prosentase yang terlihat pada diagram pie gambar 5.1,

dapat dianalisis bahwa komponen biaya yang dominan pada proses budidaya

rimpang temulawak adalah biaya overhead yaitu sebesar 47%, dari 47% total

biaya overhead terdapat satu biaya yang paling dominan yaitu biaya sewa lahan

sebesar 39%.

Gambar 5.2

Gambar 5.2 menunjukkan prosentase komponen biaya produksi simplisia

temulawak, biaya yang paling dominan adalah biaya bahan baku yaitu biaya untuk

pembelian rimpang temulawak yang memiliki prosentase sebesar 82%, dalam

pembuatan simplisia bahan baku merupakan hal yang paling pokok dalam

menghasilkan suatu produk.

Page 82: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-4

Gambar 5.3

Prosentase kebutuhan biaya produksi serbuk temulawak pada gambar 5.3

menunjukkan bahwa komponen biaya bahan baku yaitu simplisia temulawak

memiliki prosentase terbesar yaitu 89,77%. Biaya bahan baku simplisia

temulawak merupakan komponen biaya paling dominan dibandingkan biaya-

biaya yang lain yang prosentasenya hanya 10,23% dari total 100% biaya yang

dibutuhkan.

5.3 ANALISIS SENSITIVITAS

Pada analisis sensitivitas ini, perubahan harga yang dilakukan yaitu dengan

cara meningkatkan seluruh komponen biaya (biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja, dan biaya overhead pabrik) sebesar 50%, 30%, dan 10% serta penurunan

harga sebesar 10%, 30% dan 50%. Hasil dari analisis sensitivitas dapat dilihat

pada gambar 5.4, 5.5, dan 5.6.

Page 83: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-5

Gambar 5.4 Grafik Perubahan Biaya pada Budidaya Rimpang

Berdasarkan gambar 5.4 yaitu perhitungan sensitivitas perubahan biaya pada

proses budidaya temulawak dapat dilihat bahwa biaya overhead pabrik (BOP)

memiliki peningkatan yang cukup signifikan terhadap perubahan harga

dibandingkan dengan komponen biaya bahan baku (BB) dan biaya tenaga kerja

(BTK). Komponen BOP yang paling mempengaruhi perubahan biaya adalah

biaya sewa lahan. Biaya yang dibutuhkan untuk sewa lahan yaitu Rp 1.400.000,

dan biaya sewa lahan merupakan biaya yang memiliki prosentase paling besar

yaitu sebesar 39%. Jika komponen biaya BOP 10% maka biaya produksi akan

berkurang menjadi Rp 2.037, sedangkan jika diturunkan hingga 50% maka biaya

produksi akan menjadi Rp 1.758. Jika biaya produksi pada produk temulawak

basah berkurang akan menekan biaya produksi untuk produk simplisia

temulawak, karena bahan utama simplisia temulawak adalah temulawak basah.

Jika biaya produksi simplisia temulawak berhasil ditekan maka biaya produksi

serbuk temulawak juga akan bisa ditekan.

Page 84: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-6

Gambar 5.5 Grafik Perubahan Biaya pada Proses Produksi Simplisia Temulawak

Hal berbeda terjadi pada gambar 5.5, komponen biaya bahan baku (BB)

memiliki peningkatan yang sangat signifikan terhadap perubahan biaya proses

produksi simplisia temulawak. Biaya bahan baku merupakan komponen biaya

yang paling mempengaruhi biaya produksi simplisia temulawak. Biaya bahan

baku yang dibutuhkan untuk proses produksi simplisia temulawak adalah Rp

1.053.544, dan biaya bahan baku merupakan komponen biaya yang paling

dominan dalam proses produksi simplisia temulawak yang memiliki prosentase

sebesar 82%. Berdasarkan gambar 5.2 dapat dianalisis bahwa peningkatan dan

penurunan biaya tenaga kerja (BTK) dan biaya overhead pabrik (BOP)

berpengaruh kecil pada harga pokok produksi.

Gambar 5.6 Grafik Perubahan Biaya pada Proses Produksi Serbuk Temulawak

Page 85: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-7

Gambar 5.6 menunjukkan bahwa biaya bahan baku (BB) merupakan biaya

yang mempengaruhi perubahan harga biaya produksi serbuk temulawak. Biaya

bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi simplisia temulawak adalah

Rp 1.801.176, dan biaya bahan baku merupakan komponen biaya yang paling

dominan dalam proses produksi serbuk temulawak yang memiliki prosentase

sebesar 89%. Peningkatan dan penurunan biaya tenaga kerja (BTK) dan biaya

overhead pabrik (BOP) berpengaruh kecil terhadap perubahan harga pokok

produksi.

5.4 ANALISIS DEPRESIASI

Berdasarkan hasil dari prosentase komponen biaya produksi yang

dibutuhkan untuk menghasilkan produk olahan temulawak, maka dapat diketahui

prosentase dari biaya depresiasi pada masing-masing produksi pada produk

temulawak basa, simplisia temulawak, dan serbuk temulawak. Biaya depresiasi

yang terjadi pada budidaya temulawak basah adalah biaya depresiasi karung

penyortiran hasil panen yang nilainya adalah Rp 1.490 dan prosentasenya adalah

0,04% dari total 100% biaya produksi, sehingga jika biaya depresiasi dihilangkan

maka HPP yang diperoleh adalah Rp 2.106. HPP awal temulawak basah adalah

Rp 2.108, selisih yang dihasilkan adalah Rp 2.

Biaya depresiasi yang muncul pada proses produksi simplisia temulawak

adalah biaya depresiasi keranjang, pompa air, alat pemotong, kotak pengering,

dan mesin sealer. Prosentase biaya depresiasi pada produksi simplisia temulawak

adalah 0,4% dan jka biaya depresiasi dihilangkan HPP yang diperoleh adalah Rp

17.958, sedangkan HPP awal adalah Rp 18.012, sehingga selisih yang dihasilkan

adalah Rp 54. Biaya depresiasi yang muncul pada proses produksi serbuk

temulawak adalah biaya depresiasi mesin penggiling, dan mesin sealer.

Prosentase biaya depresiasi pada produksi simplisia temulawak adalah 0,5% dan

jka biaya depresiasi dihilangkan HPP yang diperoleh adalah Rp 39.931,

Page 86: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-8

sedangkan HPP awal adalah Rp 40.131, sehingga selisih yang dihasilkan adalah

Rp 200.

HPP tanpa perhitungan biaya depresiasi tidak mengalami perubahan secara

signifikan. Perhitungan HPP tanpa biaya depresiasi hanya memberikan pengaruh

kecil untuk perubahan HPP produk olahan temulawak

5.5 ANALISIS BIAYA SEWA LAHAN, BIAYA SEWA GUDANG, DAN BIAYA BUNGA MAJEMUK

Perhitungan HPP dengan metode full costing memperhitungkan seluruh

komponen biaya yang muncul pada proses produksi. Namun, biaya sewa lahan,

sewa gudang, dan biaya bunga majemuk bukanlah komponen biaya yang

diperhitungkan oleh Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar dalam

menentukan harga pokok produksi (HPP). Oleh karena itu, analisis ini dilakukan

utnuk mengetahui selisih antara HPP yang diperoleh dengan metode full costing

dengan HPP tanpa memperhitungkan biaya sewa lahan, sewa gudang, dan biaya

bunga majemuk.

5.5.1 HPP Produk Olahan Temulawak tanpa Memperhitungkan Biaya Sewa Lahan

Pada analisis proporsi biaya dan analisis sensitivitas, untuk rimpang kunyit

biaya yang berpengaruh signifikan yaitu biaya overhead lahan dimana biaya sewa

lahan sangat mempengaruhi harga pokok produksi. Untuk produk simplisia

temulawak dan serbuk temulawak biaya yang paling berpengaruh adalah biaya

bahan baku. Biaya yang dikeluarkan untuk sewa lehan memiliki komponen yang

sangat besar dan mempengaruhi HPP produk temulawak basah, simplisia

temulawak, dan serbuk temulawak. Jika biaya sewa lahan tidak diperhitungkan

pada harga pokok produksi, maka harga pokok produksi akan berubah. Perubahan

harga pokok produksi tanpa perhitungan biaya sewa lahan dapat dilihat pada tabel

5.2.

Page 87: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-9

Tabel 5.2 Harga Pokok Produksi tanpa Memperhitungkan Biaya Sewa Lahan

No. Produk HPP (Rp)

1. Rimpang Temulawak 1.294

2. Simplisia Temulawak 12.400

3. Serbuk Temulawak 28.800

Selisih HPP awal dengan HPP tanpa memperhitungkan biaya sewa lahan

untuk temulawak basah adalah Rp 814, simplisia temulawak adalah Rp 5.612, dan

untuk serbuk kunyit sebesar Rp 11.331. Jika dilihat dari nilai selisih yang

diperoleh maka dapat diketahui bahwa selisih antara HPP awal dengan HPP tanpa

biaya sewa lahan untuk produk temulawak basah sangat kecil, sedangkan nilai

selisih yang diperoleh untuk produk simplisia dan serbuk temulawak cukup besar.

Untuk saat ini para petani belum memperhitungkan biaya sewa karena para petani

merasa lahan itu milik mereka sendiri dan tidak perlu mengeluarkan biaya. Biaya

sewa lahan merupakan komponen biaya yang harus diperhitungkan pada

penentuan harga pokok produksi, dengan memperhitungkan lahan sebagai biaya

sewa maka petani dapat mengambil keuntungan dari nilai lahan yang digarap

untuk menanam temulawak. Jika klaster tidak memperhitungkan biaya sewa

lahan, yang akan terjadi adalah ketika permintaan temulawak meningkat dan

petani tidak memiliki lahan yang cukup dan harus menyewa lahan, karena

kebiasaan petani yang tidak memperhitungkan biaya sewa lahan maka petani akan

salah dalam menghitung besarnya HPP sehingga menentukan harga jual yang

salah dan menimbulkan kerugian untuk petani.

5.5.2 HPP Produk Olahan Temulawak tanpa Memperhitungkan Biaya Sewa Gudang

Selain biaya sewa lahan, pada biaya overhead terdapat biaya sewa gudang.

Untuk perhitungan harga pokok produksi ini, biaya sewa gudang dihitung

berdasarkan luas tempat yang digunakan oleh produk tersebut dan lama

penggunaan tempat tersebut berdasarkan pada lama maksimal produk itu dapat

Page 88: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-10

digunakan. Tanpa memperhitungkan biaya sewa pada tiap produk, maka harga

pokok produksi juga akan berubah. Perubahan harga ini dapat dilihat pada tabel

5.3.

Tabel 5.3 Harga Pokok Produksi tanpa Biaya Sewa Gudang

No. Produk HPP (Rp)

1. Rimpang Temulawak 2.045

2. Simplisia Temulawak 16.885

3. Serbuk Temulawak 37.626

Perhitungan biaya sewa gudang penyimpanan didapat dengan mengetahui

prosentase produk olahan temulawak, untuk produk temulawak basah jumlah

produksinya adalah 15% dari total produksi yang dipanen oleh klaster, simplisia

dan serbuk temulawak jumlah produksinya adalah 20% dari total produksi

simplisia dan serbuk yang ada di Klaster Biofarmaka. Selisih yang diperoleh

antara HPP awal dengan HPP tanpa perhitungan biaya sewa gudang untuk

temulawak basah adalah Rp 63, simplisia temulawak adalah Rp 1.127, dan serbuk

temulawak adalah Rp 2.505. Gudang penyimpanan yang ada di Klaster

Biofarmaka merupakan bangunan yang diperoleh dari Menristek, sehingga

gudang tersebut bukan milik perseorangan atau milik kelompok tani. Untuk

memperhitungkan nilai dari biaya gudang penyimpanan maka digunakan

pendekatan opportunity cost, yaitu dengan cara perhitungan sewa gudang

penyimpanan. Biaya sewa gudang penyimpanan harus diperhatikan oleh klaster,

karena jika petani tidak memperoleh gudang yang berasal dari Menristek maka

petani harus menyewa sebuah tempat untuk menyimpan hasil produksi.

5.5.3 HPP Produk Olahan Temulawak tanpa Bunga Majemuk

Perhitungan harga pokok produksi ini diperoleh dari penjumlahan biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Pada perhitungan ini

menggunakan bunga majemuk karena digunakan untuk mendapatkan nilai yang

ekuivalen pada suatu periode mendatang dari sejumlah uang pada saat ini dengan

Page 89: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-11

tingkat bunga yang telah ditentukan. Perhitungan harga pokok produksi untuk

temulawak basah dan simpilisia temulawak proporsi biaya bunga majemuk

sebesar 12%. Proporsi bunga majemuk ini sangat mempengaruhi besarnya harga

pokok produksi. Pada produk serbuk temulawak tidak dilakukan perhitungan

bunga majemuk karena produk serbuk tidak memerlukan waktu lama dalam

produksinya dan produk serbuk hanya diproduksi jika ada order atau disebut

sebgai produk make to order. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Perbandingan Harga Pokok Produksi terhadap Bunga Majemuk

No. Produk

Perbandingan HPP Selisih HPP

(Rp) Dengan Bunga

Majemuk (Rp)

Tanpa Bunga

Majemuk (Rp)

1. Rimpang

Temulawak

2.108 1.814 294

2. Simplisia

Temulawak

18.012 13.745 4.267

3. Serbuk

Temulawak

40.131 40.131 0

Pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa HPP tanpa memperhitungkan bunga

majemuk lebih rendah, selisih HPP yang terjadi pada produk temulawak basah

adalah Rp 294 dan untuk simplisia temulawak adalah Rp 4.267.

5.6 ANALISIS HARGA JUAL KLASTER

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis perubahan biaya tanpa

memperhitungkan biaya sewa lahan, sewa gudang, dan bunga majemuk maka

pihak Klaster Biofarmaka dapat menentukan harga jual yang tepat. Harga jual

yang berlaku saat ini untuk produk temulawak basah adalah Rp 1.500, sedangkan

HPP yang diperoleh dengan meode full costing adalah Rp 2.108, HPP tanpa biaya

sewa lahan adalah Rp 1.294, HPP tanpa sewa gudang adalah Rp 2.045, HPP tanpa

Page 90: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-12

bunga majemuk adalah Rp 1.814. Jika dilihat dari beberapa perhitungan

perubahan HPP yang dilakukan, harga jual yang ditetapkan klaster masih terletak

dibawah HPP. Harga jual yang ditetapkan klaster tepat jika biaya sewa lahan tidak

dihitungkan, namun biaya sewa lahan merupakan komponen biaya terbesar dan

terpenting yang harus diperhitungkan untuk menentukan harga jual.

Harga jual yang diberlakukan klaster untuk produk simplisia temulawak

adalah Rp 14.000, sedangkan HPP yang diperoleh dengan meode full costing

adalah Rp 18.012, HPP tanpa biaya sewa lahan adalah Rp 12.400, HPP tanpa

sewa gudang adalah Rp 16.885, HPP tanpa bunga majemuk adalah Rp 13.745.

Harga jual yang ditetapkan oleh pihak klaster masih terletak dibawah HPP

simplisia temulawak, seperti produk temulawak basah harga jual yang ditetapkan

klaster tepat jika biaya sewa lahan tidak dihitungkan.

Harga jual yang diberlakukan klaster untuk produk serbuk temulawak adalah

Rp 40.000, sedangkan HPP yang diperoleh dengan meode full costing adalah Rp

40.131, HPP tanpa biaya sewa lahan adalah Rp 28.800, HPP tanpa sewa gudang

adalah Rp 37.626. Harga jual yang ditetapkan oleh pihak klaster masih terletak

dibawah HPP simplisia temulawak dengan menggunakan metode full costing,

namun harga jual seruk temulawak sudah sesuai jika dilihat dari sudut pandang

tanpa perhitungan biaya sewa lahan dan biaya sewa gudang.

Setelah melakukan beberapa analisis dengan melakukan perhitungan HPP

terhadap beberapa komponen biaya, maka Klaster Biofarmaka dapat menentukan

strategi yang tepat dalam memperhitungkan HPP untuk menetapkan harga jual

produk. Untuk memperoleh keuntungan yang baik, maka klaster harus

menetapkan harga jual produk diatas HPP, selain itu klaster juga dapat

mengurangi biaya produksi seperti bunga majemuk dengan cara bekerjasama

dengan perusahan jamu untuk memberikan atau meminjamkan modal usaha, biaya

untuk membeli bahan baku dapat ditekan jika pihak klaster bekerjasama dengan

Page 91: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

V-13

Balitbang atau Balitro, untuk fasilitas atau mesin-mesin produksi dapat ditekan

dengan cara bekerjasama dengan Menristek. Jika strategi-strategi yang ditawarkan

dapat dijalankan oleh pihak kalster, maka klaster dalam jangka panjang mampu

mengakomodir biaya sewa lahan, merancang gudang penyimpanan yang efisien,

dan pendapatan Klaster Biofarmaka dapat meningkat.

Page 92: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

VI-1

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian

dan analisis yang mengacu pada tujuan awal.

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Harga pokok produksi (HPP) yang diperoleh berdasarkan metode full costing

untuk produk temulawak basah adalah Rp 2.108 per kilogram, simplisia

temulawak adalah Rp 18.012 per kilogram, dan untuk serbuk temulawak

adalah Rp 40.131 per kilogram.

2. Prosentase biaya yang paling besar atau komponen biaya yang dominan

sehingga paling sensitive atau yang paling mempengaruhi biaya produksi

untuk produk temulawak basah adalah biaya overhead, untuk produk simplisia

temulawak dan untuk produk serbuk temulawak biaya yang paling dominan

adalah biaya bahan baku.

3. Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal maka klaster harus

menetapkan harga jual diatas perhitungan HPP yang dilakukan dengan metode

full costing. Untuk mengurangi biaya produksi dalam rangka memaksimalkan

keuntungan, Klaster Biofarmaka dapat melakukan kerjasama dengan beberapa

pihak seperti PT. Sido Muncul dalam pemberian modal usaha, Menristek

untuk memperoleh bantuan mesin dan fasiltas produksi, dan Balitpang atau

Balitro untuk memperoleh bibit dengan harga yang murah.

Page 93: PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) …... · Ibu Fakhrina Fahma, STP, MT pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ... 3.4.1 Analisis ………………………………………

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

VI-2

6.2 SARAN

Saran perbaikan yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai

berikut:

1. Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar sebaiknya mulai menaikkan

harga jual produk olahan temulawak secara bertahap supaya tercapainya

perhitungan harga jual diatas nilai HPP berdasarkan metode full costing.

2. Sebaiknya dilakukan perhitungan elastisitas permintaan untuk mengetahui

besarnya perubahan harga suatu produk terhadap permintaan, atau sebaliknya.