bab i tugas respirasi ( proses )

Upload: cristian-ongisnade

Post on 10-Mar-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

respirasi tugas respirasi

TRANSCRIPT

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Asma bronchial adalah suatu penyakit pada jalan napas.

    Asma Bronhial sering disebabkan oleh debu, spora dan allergen-

    alergen yang lain. Asma bronchial juga bias disebabkan oleh

    kompensasi tubuh yang tidak tahan terhadap cuaca. Di Indonesia,

    banyaknya pekerja kasar menyebabkan peningkatan penderita

    Asma Bronhial karena penyakit ini juga dipicu oleh kegiatan tubuh

    yang berlebihan.Di dalam makalah ini, kami akan membahas

    seputar gangguan pernapasan mengenai Asma bronhial yang

    meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

    pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan dan teori asuhan

    keperawatan appendicitis. Penyakit Asma Bronkial dapat

    menyerang semua golongan usia, baik laki-laki maupun

    perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari waktu ke waktu baik

    di negara maju maupun negara berkembang prevalensi asma

    meningkat. Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan

    dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survey

    kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai provinsi di

    Indonesia.Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya

    bervariasi dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol dengan

    berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai

    rangsangan antara lain infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara,

    bahan kimia, beban kerja atau latihan fisik, bau-bauan yang

    merangsang dan emosi.Prevalensi asma di seluruh dunia adalah

    sebsar 80% pada anak dan 3-5% pada dewasa, dan dalam 10

    tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Selain di Indonesia

    prevalensi asama di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali disbanding

    di tahun 1960 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %.Penyebab pada

    asma sampai saat ini belum diketahui namun dari hasil penelitian

    1

  • terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma

    mempunyai sifat yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap

    rangsangan.( Somantri, Irman. 2012 )

    1.2 Rumusan Masalah

    1; Apa yang dimaksud dengan Asma Bronhial?2; Apa saja etiologi dari Asma Bronhial?3; Bagaimana patofisiologi Asma Bronhial?4; Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Asma Bronhial?5; Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada

    klien Asma Bronhial?6; Bagaimana penatalaksanaan medis Asma Bronhial?7; Bagaimana teori asuhan keperawatan pada klien Asma

    Bronhial?

    1.3 Tujuan

    1; Mengetahui pengertian dari Asma Bronhial.2; Memahami apa saja etiologi dari Asma Bronhial.3; Memahami bagaimana patofisiologi Asma Bronhial.4; Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Asma Bronhial5; Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat

    dilakukan pada klienAsma Bronhial6; Mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis bagi klien

    Asma Bronhial7; Memahami teori asuhan keperawatan pada klien Asma

    Bronhial.

    1.4 Manfaat

    Dalam penulisan makalah ini di harapkan dapat bermanfaat bagi:

    2

  • 1.4.1 Mahasiswa

    Dapat di jadikan salah satu refrensi untuk belajar,selain itu

    makalah ini dapat di jadikan sebagai salah satu refrensi

    dalam melakukan asuhan keperawatan dalam ruang lingkup

    epiepsi.

    1.4.2; DosenDapat di jadikan salah satu sarana untuk mengukur

    kemampuan mahasiswa dalam membuat sebuah makalahtentang asuhan keperawatan pada ruang lingkup asmabronkial.

    1.4.3; InstitusiDapat di jadikan salah satu karya tulis ilmiah dan dapat di

    jadikan referensi dalam acuan belajar.

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian

    3

  • Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon

    trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan

    manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan

    derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun hasil

    pengobatan (Muttaqin, Arif. 2008)

    Tipe Asma

    a; Asma alergik atau ekstrinsik

    Asma alergik merupakan suatu bentuk asma dengan allergen

    seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan dll.

    Allergen terbanyak adalah airborne dan musiman. Klien dengan

    asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada

    keluarga dan riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik.

    Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma.

    Bentuk asma ini biasanya dimulai sejak anak-anak

    b; Ideopatik atau nonalergik asma / intrinsic

    Asma nonalergik tidak berhubungan secara langsung dengan

    alergi spesifik. Factor factor seperti common cold, infeksi

    saluran napas atas aktivitas, emosi atau stress, dan polusi

    lingkungan akan mencetuskan serangan. Beberapa agen

    farmakologi, seperti antagonis -adrenergi dan bahan sulfat

    (penyedap makanan) juga dapat menjadi factor penyebab.

    Serangan dari asma idiopatik atau nonalergi menjadi lebih berat

    dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang

    menjadi bronchitis dan empisema. Pada beberapa kasus dapat

    berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini

    biasanya dimulai ketika dewasa (>35 tahun).

    c; Asma campuran (mixed asma)

    4

  • Asma campuran merupakan bentuk asma yang paling sering.

    Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan

    nonalergi.

    2.2 Etiologi

    Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu

    hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena

    hipereaktifitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka

    terhadap rangsangan imunologi maupun nonimunologi oleh karena

    sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan

    baik fisik, metabolic, kimia, allergen, infeksi, dan sebagainya.

    Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat meungkin

    menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan

    asma. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari

    rerumputan.

    2.Iritan seperti asap, bau bauan dan polutan

    3.Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus

    4.Perubahan cuaca yang ekstrem

    5.Kegiatan jasmani yang berlebihan

    6.Lingkungan kerja

    7.Obat obatan

    8.Emosi

    2.3 Patofisiologi

    Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang

    dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi

    5

  • antara antigen dengan molekul IgE yang berikatan dengan sel

    mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma bersifat

    airborne dan agar dapat menginduksi keadaan sensitifitas, allergen

    tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu

    tertentu. Akan tetapi, sekali sensitifisasi telah terjadi, klien akan

    memperlihatkan respons yang sangat baik, sehingga sejumlah kecil

    allergen yang mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi

    penyakit yang jelas.

    Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut

    asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis

    beta-adrenergi, dan bahan sulfat. Sindrom pernapasan sensitif-

    aspirin khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun kedaan ini

    juga dapat dilihat pada masa kanak kanak. Masalah ini biasanya

    berawal dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti oleh

    rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal baru kemudian

    muncul asma progresif. Klien yang sensitive terhadap aspirin dapat

    didesentisasi dengan pemberiaan obat setiap hari. Setelah

    menjalani bentuk terapi ini , toleransi silang juga akan terbentuk

    terhadap agen anti inflamasi nonsteroid lain. Mekanisme yang

    menyebabkan brokospasma karena penggunaan aspirin dan obat

    lain tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan pembentukan

    leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh aspirin.

    Antagonis beta-adrenergi biasanya menyebabkan obstruksi jalan

    napas pada klien asma, sama halnya dengan klien lain dapat

    menyebabkan peningkatan reaktifias jalan napas dan hal tersebut

    harus dihindarkan. Obat sulfat seperti kalium mtabisulfit, kalium dan

    natrium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida yang secara luas

    digunakan oleh industry makanan dan farmasi sebagai agen

    sanitasi serta pengawet dapat menimbulkan obstruksi jalan napas

    akut pada klien yang sensitive. Pajanan biasanya terjadi setelah

    6

  • menelan makanan atau caira yang mengandung senyawa ini,

    seperti salad, buah segar, kentang, kerang dan anggur.

    Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus

    lainnya dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi

    antigen dan antibodi. Reaksi antigen-antibodi ini akan

    mengeluarkan substansi pereda alergi yang sebetulnya merupakan

    mekanisme tubuh dalam menghadai serangan. Zat yang

    dikeluarkan dapat berupa histamine, bradikinin, dan anafilatoksin.

    Hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya 3 gejala, yaitu

    berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler, dan

    peningkatan secret mucus.

    2.4 Pathway

    7

  • 2.5 Manifestasi klinis

    8

    Pencetus serangan(alergen,emosi/stres,obat-obatan,dan

    infeksi )

    Reaksi antigen dan antibodi

    Dikeluarkanya substansi vasoaktif(histamin,bradikinin,dan

    anafilatoksin )

    Kontraksi otot polos

    Kontraksi otot polos Edema mukos hipersekresi

    Obtruksi saluran nafas

    Sekresi mukus

    Produksi mukus bertambah

    Pemeabilitas kapiler

    bronkospasme

    Kerusakan pertukaran gas HipoksemiaHiperkapnea

    HipoventilasiDistribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi

    darah paru-paruGangguan difusi gas di alveoli

    Ketidakseimbangan nutrisikurang dari kebutuhan tubuh

    (resiko/aktual )Bersihan jalan nafas tidakefektif

  • Gejala asma terdiri atas dispnea, batuk dan mengi. Gejala yang

    disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada.

    No Manifestasi klinis Skor 0 Skor 1a.

    b

    c

    d

    e

    f

    g

    penurunan toleransi aktifitas.

    penggunaan otot nafas

    tambahan,adanya kontraksi

    interkostaal.

    wheezing

    RR per menit

    nadi (puse rate) per menit.

    teraba pulsus paradoksus.

    puncak expiratory flow rate

    (L/menit).

    Ya

    Tidak ada

    Tidak ada

    25

    >120

    Ada

  • Pemeriksaan Laboratorium

    1. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup) Hanya dilakukan pada

    serangan asma berat karena terdapat hipoksemia,

    hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.

    2. Sputum Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk

    serangan asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat

    saja yang menyembabkan transudasi dari edema mukosa,

    sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari

    perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya

    bakteri, cara tersebut kemudian di ikuti kultur dan uji resistensi

    terhadap beberapa antibiotik.

    3. Sel eosinofil Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus

    dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik asma intrinsik ataupun

    ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil menunjukkan

    pengobatan telah tepat. 4. pemeriksaan darah rutin dan kimia

    Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena

    adanya infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan

    kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.

    Pemeriksaan Radiologi

    Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma

    bronkhial biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap

    dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya proses

    patologi di paru atau komplikasi asma seperti pneumothoraks,

    pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.

    2.7 Penatalaksanaan

    Pengobatan Nonfarmakologi :

    10

  • a. Penyuluhan, penyuluhan ini ditunjukan untuk

    peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asma

    sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor

    pencetus, menggunakan obat secara benar, dan

    berkonsultasi pada tim kesehatan.

    b. Menghindari faktor pencetus. Klien perlu dibantu

    mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada

    pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan

    mengurangi faktor pencetus, temasuk intake cairan yang

    cukup bagi klien.

    c. Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah

    pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural

    drainase, perkusi dan fibrasi dada.

    Pengobatan farmakologi :

    a. Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel).

    Bentuknya aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan

    sebanyak 3-4 kali semprot, dan jarak antara semprotan

    pertama dan kedua adalah 10 menit.

    b. Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 kali

    sehari. Golongan metilxantin adalah aminofilin dan

    teofilin obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak

    memberikan hasil yang memuaskan.

    c. Kortikosteroid, jika agonis beta dan metilxantin tidak

    memberikan respon yang baik harus diberikan

    kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan

    dosis 4 kali semprot tiap hari. Pemberian steroid dalam

    jangka yang lama mempunyai efek samping, maka klien

    yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi

    dengan ketat.

    11

  • d. Kromalin dan iprutropioum bromide (atroven). Kromalin

    merupakan obat pencegah asma khususnya untuk anak-

    anak. Dosis iprutropioum bromide diberikan 1-2 kapsul 4

    kali sehari (kee dan Hayes, 1994).

    BAB 3

    ASUHAN KEPERAWATAN

    12

  • 3.1 Pengkajian

    a. Anamnesis

    Pengkajian mengenai nama, umur, dan jenis kelamin perlu

    dilakukan pada klien dengan asma. Serangan asma pada usia

    dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status

    atopik. Serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya faktor

    non-atopik. Tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan

    tempat klien berada. Berdasarkan alamat tersebut, dapat

    diketahui pula faktor yang memungkinkan menjadi pencetus

    serangan asma. Status perkawinan dan gangguan emosional

    yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor

    pencetus serangan asma. Pekerjaan serta suku bangsa juga

    perlu dikaji untuk mengetahui adanya pernapasan bahan

    alergen. Hal lain yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah

    tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor rekam medis, asuransi

    kesehatan,dan diagnosis medis. Keluhan utama meliputi sesak

    napas, bernapas terasa berat pada dada, dan adanya keluhan

    sulit untuk bernapas.

    b. Riwayat Penyakit Saat Ini

    Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan

    terutama dengan keluhan sesak napas yang hebat dan

    mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti

    wheezing,penggunaan ototbantu pernapasan, kelelahan,

    gangguan kesadaran, sianosis,dan perubahan tekanan darah.

    Seragam asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga

    stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala

    dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental

    dan mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan

    pembengkakan bronkhus. Stadium kedua ditandai dengan batuk

    disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak

    13

  • napas, berusahaa untuk bernapas dalam, ekspirasi memanjang

    diikuti bunyi mengi (wheezing). Klien lebih suka duduk dengan

    tangan diletakkan pada pinggir tempat tidur, tampak pucat,

    gelisah,dan warna kulit mulai membiru. Stadium tiga ditandai

    dengan hampir tidak terdengarnya suara napas karena aliran

    udara kecil, tidak ada batuk, pernapasan menjadi dangkal dan

    tidak teratur, irama pernapasan meningkat karena asfiksia.

    Perawat perlu mengkaji obat-obatan yang biasa diminum klien

    dan memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih relevan

    untuk digunakan kembali.

    c. Riwayat Penyakit Dahulu

    Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu

    seperti adanya infeksi saluran pernapasan atas, sakit

    tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayat

    serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang

    dicurigai sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan

    yang dilakukan untuk meringankan gejala asma.

    d. Riwayat Penyakit Keluarga

    Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang

    riwayat penyakit asama atau penyakit alergi yang lain pada

    anggota keluarganya karena hipersesitivitas pada penyakit asma

    ini lebih ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan (Hood,

    Alsagaf,1993).

    e. Pengkajian Psiko-sosio-kultural

    14

  • Kecemasan dan koping yang tidak efektid sering didapatkan

    pada klien dengan asma bronkhial. Status ekonomi berdampak

    pada asuransi kesehatan dan perubahan mekanisme peran

    dalam keluarga Gangguan emosional sering dipandang sebagai

    salah satu pencetus bagi serangan asma baik gangguan itu

    berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar, sampai

    lingkungan kerja. Seorang dengan beban hidyp yang berat lebih

    berpotensial mengalami serangan asma. Berada dalam keadaan

    yatim piatu, mengalamai ketidakharmonisan hubungan dengan

    orang lain. Sampai mengalami ketakutan tidak dapat

    menjalankan peranan seperti semula.

    f. Pola resepsi Dan tata laksana hidup sehat

    Gejala asma dapat membatasi manusia untuk berprilaku

    hidup normal sehingga klien dengan asma harus mengubah

    gays hidupnya sesuai kondisi yang tidak akan menimmbulkan

    serangan asma.

    g. Pola hubungan dan peran

    Gejala asma sangat membatasi klien untuk menjalani

    kehidupannya secara normal. Klien perlu menyesuaikan

    kondisinya dengan hubungan dan peran klien, baik di lingkungan

    rumah tangga,masyarakat, ataupun lingkungan kerja sercara

    perubahan peran yang terjadi seteleah klien mengalami

    serangan asma.

    h. Pola persepsi dan konsep diri

    Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya.

    Persepsi yang salah dapat menghambat respons kooperatif pada

    diri klien. Cara memandang diri yang slaah juga akan menjadi

    stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang

    15

  • ada pada kehidupan klien dengan asma dapat meningkatkan

    kemungkinan serangan asma berulang.

    i. Pola penanggulangan stress

    Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik

    pencetus serangan asma. Oleh karena itu, perlu dikaji penyebab

    terjadinya stres. Frekuensi dan pengarus stres terhadap

    kehidypan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor.

    j. Pola sensorik dan kognitif

    Kelain pada pola persepsi dan kognitif akan memengaruhi

    konsep diri klien dan akhirnya memengaruhi jumlah stresor yang

    dialami klien sehingga kemungkinan terjadi serangan asma

    berulang pun akan semakain tinggi.

    k. Pola tata nilai dan kepercayaan

    Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakininya di dunia

    dipercaya dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan

    klien terhadap Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya

    merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif.

    Pemeriksaan Fisik

    Keadaan umum :Perawat juga perlu mengkaji tentang

    kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara

    bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat,

    penggunaan otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan

    lendir lengket, dan posisi istirahat klien.

    16

  • a; B1 (Breathing)

    Inspeksi

    Inspeksi pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha

    dan frekuensi pernafasan, serta penggunaan otot bantu

    pernapasan. Inspeksi dada terutama untuk melihat postur

    bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter

    anterposterior, retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan irama

    pernapasan, dan frekuensi pernapasan.

    Palpasi

    Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil

    fremitus normal.

    Perkusi

    Pada perkusi didapat suara normal sampai hipersonor

    sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.

    Auskultasi

    Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan

    ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi,

    dengan bunyi napas tambahan utama wheezing pada akhir

    ekspirasi.

    b; B2 (Blood)

    Perawat perkmu memonitor dampak asma pada status

    kardiovaskular meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi,

    tekanan darah, dan CRT.

    17

  • c; B3 (Brain)

    Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Disamping

    itu, diperlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat

    kesadaran klien apakah compos mentis, somnolen, atau koma.

    d; B4 (Bladder)

    Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena

    berkaitan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu

    memonitor ada tidaknya oliguria, karena hal tersebut

    merupakan tanda awal dari syok.

    e; B5 (Bowel)

    Perlu juga dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda

    infeksi, mengingat hal-hal tersebut juga dapat merangsang

    serangan asma. Pengkajian tentang status nutrisi klien meliputi

    jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi

    kebutuhannya. Pada klien dengan sesak napas, sangat

    potensial terjadi kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi, hal

    ini karena terjadi dipnea saat makan, laju metabolism, serta

    kecemasan yang dialami klien.

    f; B6 (Bone)

    Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor, dan tanda-tanda

    infeksi pada ekstremitas karena dapat merangsang serangan

    asma. pada integumen perlu dikaji adanya permukaan yang

    kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan,

    mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, eksim, dan

    adanya bekas atau tanda utrikaria atau dermatitis. pada rambut,

    dikaji warna rambut, kelembapan, dan kusam. Perlu dikaji pula

    tentang bagaimana tidur dan istirahat klien yang meliputi berapa

    lama klien tidur dan istirahat, serta berapa besar akibat

    kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezing, sesak, dan

    18

  • ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien.

    Perlu dikaji pula tentang aktivitas keseharian klien seperti

    olahraga, bekerja, dan aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat

    menjadi faktor pencetus asma yang disebut dengan exercise

    induced asma.

    3.2 Diagnosa Keperawatan

    1; Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungandengan adanya bronkhonstriksi, bronkhospasme, edemamukosa dan dinding bronkus, serta sekresi mukus yangkental.

    2; Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungandengan peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia danancaman gagal nafas.

    3; Gangguan pertukaran gas yang berhubungan denganserangan asma menetap.

    4; Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuhyang berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

    5; Gangguan ADL yang berhubungan dengan kelemahan fisikumum, keletihan.

    6; Cemas yang berhubungan dengan adanya ancamankematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untukbernafas).

    7; Kurangnya pengetahuan yang berhubungan denganinformasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit danpengobatan.

    3.3 Rencana intervensi

    1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

    19

  • bronkhokonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkhus

    sekresi mukus yang kental.

    Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam setelah di berikan intervensi kebersihan

    jalan nafas kembali efektif

    Kriteria evaluasi :

    -dapat mendemostrasikan batuk efektif

    -dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi

    -tidak ada suara nafas tambahan dan wheezing (-)

    -pernafasan klien normal (16-20x/menit) tanpa adanya penggunaan otot

    bantu nafas

    Rencana intervensi Rasional

    Kaji warna,kekentalan dan jumlah

    sputum

    Karakteristik sputum dapat

    menunjukan berat ringannya

    obstruksi

    Atur posisi semifowler Meningkatkan ekspansi dada

    Ajarkan cara batuk efektif Batuk yang terkontrol dan efektif

    dapat memudahkan pengeluaran

    sekret yangmelekat di jalan nafas.

    Bantu klien latihan nafas dalam Ventilasi maksimal membuka lumen

    jalan nafas dan meningkatkan

    gerakan sekret kedalam jalan nafas

    besar untuk di keluarkan

    Pertahankan intake cairan

    sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak

    di indikasikan

    Hidrasi yang adekuat membantu

    mengencerkan sekret dan

    mengefektikan pembersihan jalan

    nafas

    20

  • Lakukan fisioterapi dada dengan

    teknik postural crainase, perkusi,

    dan fibrasi dada

    Fisioterapi dada merupakan strategi

    untuk mengeluarkan sekret

    Kolaborasi pemberian obat

    Bronkodilator golongan B2

    Nebulizer (via inhalasi )

    dengan golongan terbutalin 0,2mg

    fenoterol HBr 0,1%

    Intravena dengan golongan

    theophyline ethilenediamine

    (aminofilin) bolus IV 5-6 mg/kg BB

    Pemberian bronkodilator via

    inhalasi akan langsung menuju area

    bronkus yang mengalami spasme

    sehingga lebih cepat berdilatasi.

    Pemberian secara intravena

    merupakan usaha pemeliharaan

    agar dilatasi jalan nafas dapat

    optimal

    Agen mukolitik dan ekspektoran Agen mukoliti menurunkan

    kekentalan dan pelengketan sekret

    paru untuk memudahkan

    pembersihan.

    Agen ekspektoran akan

    memudahkan sekret lepas dari

    perlengketan jalan nafas

    Kortikosteroid Kortikostiroid berguna pada

    keterlibatan luas dengan hipoksemia

    dan menurunkan reaksi inflamasi

    akibat edema mukosa dan dinding

    bronkus.

    2. Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan

    21

  • peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia dan ancaman gagal nafas.

    Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam setelah di berikan intervensi pola

    nafaskembali efektif.

    Kriteria evaluasi : Menunjukan pola nafas efektif dengan frekuensi dan

    kedalaman dalam rentang normal.

    Rencana Intervensi Rasional

    Kaji frequensi, kedalaman

    pernafasan dan ekspansi dada,

    catat upaya, termasuk penggunaan

    otot bantu/pelebaran nasal.

    Kecepatan biasanya meningkat,

    dipsneu dan terjadi peningkatan

    kerja napas. Kedaaman pernafasan

    bervariasi tergantung derajat gagal

    nafas. Ekspansi dada terbatas yang

    berhubungan dengan nyeri dada

    pleuritik.

    Auskultasi bunyi nafas dan catat

    adanya bunyi nafas ventisius,

    seperti krekels, mengi.

    Bunyi nafas menurun/tak ada jalan

    nafas obstruksi sekunder terhadap

    perdarahan, bekuan, jalan nafas

    kecil. Ronkhi dam mengi menyertai

    obstruksi jalan nafas/gagal nafas.

    Tinggikan kepala dan bantu

    mengubah posisi.

    Duduk tinggi memungkinkan

    ekspansi paru dan memudahkan

    pernafasan.

    Bantu klien dalam nafas dalam dan

    latihan batuk, pengisapan peroral

    atau nasotrakeal bila diindikasikan.

    Dapat meningkatkan sputum dimana

    gangguan ventilasi dan ditambah

    ketidaknyamanan upaya bernafas.

    Kolaborasi : berikan oksigen

    tambahan

    Memaksimalkan bernafas dan

    menurunkan kerja nafas

    Berikan humidifikasi tambahan :

    nebulizer

    Memberikan kelembaban pada

    membrane mikosa dan membantu

    22

  • pengenceran secret untuk

    memudahkan pembersihan.

    3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan serangan asma

    menetap.

    Tujuan : Setelah dilakukan intervensi pertukaran gas kembali membaik

    Hasil Karakteristik :

    - Bebas gejala distres pernafasan

    - Frekuensi nafas 16-20x/menit

    Rencana Intervensi Rasional

    Kaji frekuensi, kedalaman

    pernafasan, catat penggunaan otot

    aksesori, nafas bibir,

    ketidakmampuan berbicara

    Berguna dalam evaluasi derajat

    disstres pernafasan

    Tinggikan kepala tempat tidur,

    bantu pasien untuk memilih posisi

    yang mudah untuk bernafas

    Pengiriman oksigen dapat diperbaiki

    dengan posisi duduk tinggi.

    Auskultasi bunyi nafas, catat area

    penurunan aliran udara atau bunyi

    tambahan

    Bunyi nafas mngkin redup karena

    penurunan aliran udara. Adaanya

    mengi mengidikasikan tertahannya

    sekret

    Berikan oksigen tambahan sesuai

    indikasi

    Memperbaiki/mencegah hipoksia

    4. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang

    23

  • berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

    Tujuan : Setelah dilakuakn intervensi diharapkan pemenuhan kebtuhan

    nutrisi klien terpenuhi

    Hasil Kriteria :

    - Menunjukan pemahaman kebutuhan diet individu

    - Menunjukan peningkatan berat badan sesuai tujuan dalam nilai

    laboratorium normal

    Rencana Intervensi Rasional

    Catat status nutrisi klien pada

    penerimaan, catat turgor kulit, berat

    badan dan derajat kekurangan

    berat badan, riwayat mual/muntah

    Berguna dalam mendefinisikan

    derajat/luasnya masalah dan pilihan

    intervensi yang tepat

    Pastika pola diet pasien, yang

    duisukai/tak disukai

    Membantu dalam mengidentifikasi

    kebutuhan khusus. Pertimbangkan

    keinginan individu dapat

    memperbaiki masukan diet

    Dorong orang terdekat untuk

    membawa makanan dari rumah dan

    untuk membagi dengan pasien

    kecuali kontraindikasi

    Membuat lingkungan social lebih

    normal selama makan dan

    membantu memenuhi kebutuhan

    personal dan cultural

    Rujuk ke ahli diet untuk

    menentukan komposisi diet

    Memberikan bantuan dalam

    perencanaan diet dengan nutrisi

    adekuat untuk kebutuhan metabolic

    dan diet

    5. Gangguan ADL yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum,

    24

  • keletihan.

    Tujuan : Setelah dilakukan intervensi diharapkan aktifitas klien terpenuhi

    Hasil Kriteria : Frekuensi nafas 16-20x/menit, frekuensi nadi 60-80x/menit

    Rencana Intervensi Rasional

    Kaji kemampuan klien dalam

    melakukan aktifitas

    Menjadi data dasar dalam

    melakukan intervensi selanjutnya

    Atur cara beraktifitas klien sesuai

    kemampuan

    Untuk memulihkan kondisi klien

    dalam beraktifitas

    Ajarkan latihan otot pernafasan Setelah klien mempelajari

    pernafasan digfragmatik, suatu

    program pelatihan otot-otot yang

    digunakan dalam bernafas. Program

    ini mengharuskan klien bernafas

    terhdap suatu tahanan selama 10-15

    menit setiap hari

    6. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang

    dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).

    Tujuan : Setelah dilakukann inervensi diharapkan rasa cemas klien

    berkurang

    Hasil Kriteria :

    - Mengkomunikasikan esadaran perasaan dan cara sehat untuk

    menerimanya

    - Menunjukan perilaku pemecahan masalah untuk mengatasi situasi

    25

  • yang ada

    - Melaporkan ansietas/takut menurun sampai tingkat dapat ditangani

    - Tampak rileks dan tidur/istirahat sesuai

    Rencana Intervensi Rasional

    Identifikasi persepsi klien tentang

    ancaman yang ada dari situasi

    Mendefinisikan lingkup masalah

    individu dan mempengaruhi pilihan

    intervensi

    Akui ansietasdan takut terhadap

    situasi. Hindari pemberian

    keyakinan yang tak berarti bahwa

    segalanya akan baik

    Memvalidasi kenyataan situasi tanpa

    meminimakan dampak emosi.

    Memberikan kesempatan pada klien

    mulai menerima apa yang terjadi,

    menurunkan ansietas

    Tunjukan penggunaan teknik

    relaksasi, contoh focus pernafasan,

    bimbingan imajinasi.

    Memberikan manajemen aktif untuk

    menurunkan perasaan tak berdaya

    Berikan aktifitas olahraga, waktu

    senggang dalam kemampuan

    individu,

    Untuk meningkatkan kualitas hidup

    7. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang

    tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan.

    Tujuan : setelah dilakukan intervensi diharapkan klien mampu memahami

    isi materi pembelajaran

    Hasil Kriteria :

    - Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program

    pengobatan.

    26

  • - Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan

    alas an tindakan tersebut.

    - Berpartisipasi dalam proses belajar.

    - Melakukan perubahan pola hidup.

    Rencana Intervensi Rasional

    Tentukan kemampuan dan

    keinginan untuk belajar

    Kondisi fisik dapat mencegah klien

    terlibat dalam perawatan sebelum

    dan sesudah pulang.

    Diskusikan kondisi khusus yang

    memerlukan dukungan ventilasi,

    tujuan pengobatan untuk jangka

    waktu pendek atau panjang

    Memberikan pengetahuan dasar

    untuk klien dan orang terdekat

    membuat keputusan berdasarkan

    informasi.

    Identifikasi gejala yang harus

    dilaporkan keperawat, contoh sulit

    bernafas, kehilangan pendengaran,

    vertigo

    Dapat menunjukan kemajuan atau

    pengaktifan ulang penyakit, atau

    efek obat yang memerlukan

    evaluasi lanjut

    27

  • BAB 4

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon

    trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan

    manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan

    derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun hasil

    pengobatan. Tipe-tipe Asma diantaranya Asma alergik atau

    ekstrinsik, Ideopatik atau nonalergik asma / intrinsic, dan Mixed

    Asma atau Asma Campuran.

    Penyebab asma yaitu seperti debu rumah, spora jamur,

    rerumputan., asap, bau bauan, Infeksi saluran napas terutama

    yang disebabkan oleh virus, perubahan cuaca yang ekstrem,

    kegiatan jasmani yang berlebihan, lingkungan kerja dan lain-lain.

    Pada Asuhan Keperawatan, Diagnosa yang mungkin muncul

    diantaranya :

    28

  • a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan

    dengan adanya bronkhonstriksi, bronkhospasme, edema mukosa

    dan dinding bronkus, serta sekresi mukus yang kental.

    b. Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan

    dengan peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia dan ancaman

    gagal nafas.

    c. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan

    serangan asma menetap.

    d. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

    yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

    e. Gangguan ADL yang berhubungan dengan kelemahan fisik

    umum, keletihan.

    f. Cemas yang berhubungan dengan adanya ancaman

    kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).

    g. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan

    informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan

    pengobatan

    29

  • Daftar Pustaka

    Doenges, Marilynn E dkk..1993. Rencana Asuhan Keperawatan.

    Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.

    Dalam Monica Ester (Ed.). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

    Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem

    Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika

    Somantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

    Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

    30

  • Tipe Asma

    d; Asma alergik atau ekstrinsik

    Asma alergik merupakan suatu bentuk asma dengan allergen

    seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan dll.

    Allergen terbanyak adalah airborne dan musiman. Klien dengan

    asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada

    keluarga dan riwayat pengobatan eksim atau rhinitis alergik.

    Paparan terhadap alergi akan mencetuskan serangan asma.

    Bentuk asma ini biasanya dimulai sejak anak-anak

    e; Ideopatik atau nonalergik asma / intrinsic

    Asma nonalergik tidak berhubungan secara langsung dengan

    alergi spesifik. Factor factor seperti common cold, infeksi

    saluran napas atas aktivitas, emosi atau stress, dan polusi

    lingkungan akan mencetuskan serangan. Beberapa agen

    farmakologi, seperti antagonis -adrenergi dan bahan sulfat

    (penyedap makanan) juga dapat menjadi factor penyebab.

    Serangan dari asma idiopatik atau nonalergi menjadi lebih berat

    dan sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang

    menjadi bronchitis dan empisema. Pada beberapa kasus dapat

    31

  • berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini

    biasanya dimulai ketika dewasa (>35 tahun).

    f; Asma campuran (mixed asma)

    Asma campuran merupakan bentuk asma yang paling sering.

    Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan

    nonalergi.

    32