respirasi tanah

27
BIOLOGI TANAH : RESPIRASI TANAH Disusun Oleh: ALBERTA WIDHI A.P (140410110033 ) PUTRI NAZILATU R (140410110035 ) EVANTI AROSYANI (140410110037 ) ABDUL AZIS A (140410110049 ) ZANNE SANDRIATI P (140410110051 )

Upload: zanne-sandriati-putri

Post on 26-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Pengertian Respirasi Tanah, Mekanisme Respirasi Tanah, dan Faktor yang Berpengaruh terhadap Respirasi Tanah

TRANSCRIPT

Page 1: Respirasi Tanah

BIOLOGI TANAH :

RESPIRASI TANAH

Disusun Oleh:

ALBERTA WIDHI A.P (140410110033)

PUTRI NAZILATU R (140410110035)

EVANTI AROSYANI (140410110037 )

ABDUL AZIS A (140410110049)

ZANNE SANDRIATI P (140410110051)

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2014

Page 2: Respirasi Tanah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Besarnya jumlahnya mikroorganisme dalam tanah merupakan salah satu

faktor penentu subur tidaknya suatu tanah. Semakin banyak mikroorganisme

yang terkandung, maka semakin subur suatu tanah tersebut. Hal ini dikarenakan

bahan organik yang ada di dalam tanah hanya dapat didekomposisikan oleh

mikroorganisme-mikroorganisme yang menyumbangkan nutrisi-nutrisi yang

dibutuhkan oleh tumbuhan serta dapat memperbaiki kondisi tanah. Salah satu cara

untuk menghitung jumlah populasi dari mikroorganisme tanah tersebut adalah

dengan mengukur respirasi tanahnya. Ketika semakin besar respirasi tanahnya

maka jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam tanah tersebut pun semakin

besar.

Respirasi tanah, yang melepaskan gas CO2 ke atmosfir, merupakan proses

oksidasi biologis dari senyawa organik yang berasal dari akar dan organ/bagian

lain tanaman (serasah, dahan dan ranting mati, batang mati) di dalam dan

permukaan tanah yang dilakukan oleh mikroorganisme yang hidup di dalam

tanah. Proses ini dilakukan oleh mikroorganisme untuk mendapatkan energi dan

metabolit untuk keperluan pemeliharaan dan pertumbuhannya (Simojoki A 2001).

Melalui respirasi tanah ini karbon (CO2) dilepas dari tanah ke atmosfer (Rochette

et al. 1997). Raich & Tufekciogul (2000) menyatakan bahwa respirasi tanah

merupakan suatu indikator.

Dari pengertian tersebut maka perlu diketahui tentang respirasi tanah dan

macam-macam penelitian tentang respirasi tanah. Pada makalah ini akan

membahas bagaimana hubungan respirasi tanah dengan kesuburan tanah serta

contoh-contoh dari penelitian tentang respirasi tanah.

1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui informasi tentang repsirasi tanah

dan contoh-contoh penelitian dalam meningkatkan kualitas tanah dengan respirasi

tanah.

2

Page 3: Respirasi Tanah

1.3 Identifikasi Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan respirasi pada tanah.

2. Bagaimana hubungan antara respirasi tanah terhadap kualitas tanah.

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi pada tanah.

3

Page 4: Respirasi Tanah

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Respirasi Tanah

Aktivitas biologi tanah telah lama dikenal sebagai penanda ataupun

sebagai indikator kesuburan tanah. Respirasi tanah lebih dapat merefleksikan

keberadaan kehidupan atau aktivitas mikroba tanah, dibanding estimasi total C

mikroba ditanah (Hu dan Cao, 2007).

Respirasi tanah merupakan indikator yang sensitif dan penting pada suatu

ekosistem karena proses ini terkait dengan metabolisme di tanah, pembusukan

sisa tanaman pada tanah, dan konversi bahan organik tanah menjadi CO2. Melalui

respirasi tanah, karbon (CO2) dilepas dari tanah ke atmosfer (Rochette et al.

1997). Raich & Tufekciogul (2000) menyatakan bahwa respirasi tanah merupakan

suatu indikator yang baik terhadap mutu tanah, berkaitan erat dengan kesuburan

tanah.

Respirasi adalah proses metabolisme yang menghasilkan produk sisa

berupa CO2 dan H2O dan pelepasan energi (Notohadiprawiro, 1998). Metabolisme

ini merupakan proses dekomposisi bahan organik yang secara umum

mengindikasikan kegiatan mikroorganisme, dengan tujuan menyediakan karbon

yang merupakan sumber utama bagi pembentukan material-material baru

(Alexander, 1977). Selanjutnya menurut Notohadiprawiro (1998), hasil proses

dekomposisi digunakan organisme untuk membangun tubuh, akan tetapi terutama

digunakan sebagai sumber energi atau sumber karbon utama, dimana proses

dekomposisi dapat berlangsung dengan mediasi mikroorganisme, sehingga

mikroorganisme merupakan tenaga penggerak dalam respirasi tanah.

Respirasi tanah merupakan oksidasi biologi dari senyawa organik pada

mikroorganisme, akar, organ atau bagian lain dari tumbuhan serta organisme yang

hidup pada tanah dengan energi untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan

pengambilan bahan nutrien aktif (Amstrong 1979; Drew 1990 diacu dalam

Simojoki A 2001). Respirasi tanah merupakan indikator yang sensitif dan penting

pada suatu ekosistem, termasuk aktivitas yang berkenaan dengan proses

4

Page 5: Respirasi Tanah

metabolisme di tanah, pembusukan sisa tanaman pada tanah, dan konversi bahan

organik tanah menjadi CO2.

Respirasi tanah dengan mengetahui kadar CO2 atau konsumsi O2 adalah

salah satu pengukuran yang paling mudah, paling umum dan paling banyak

digunakan sebagai parameter untuk mengukur dekomposisi senyawa organic

didalam tanah. Hal tersebut sangat bergantung dari banyaknya faktor abiotic dan

faktor biotik yang mana dapat menjaga perbandingan kadar mikroflora tanah yang

berperan dalam tingkat respirasi (Verma,et all.,2010)

Respirasi tanah merupakan salah satu hal yang penting yang berkaitan

dengan perubahan iklim dan pemanasan global di masa depan. Respirasi tanah

yang berkaitan dengan suhu tanah digunakan sebagai salah satu kunci

karakteristik tanah atau bahan organik dan bertanggung jawab dalam pemanasan

global (Subke & Bahn 2010).

2.2 Respirasi Tanah dengan Kualitas Tanah

Mekanisme respirasi tanah tidak lepas dari organisme yang hidup di

dalamnya. Tanah melepaskan CO2 dari aktivitas organisme yang berada di tanah.

Seperti yang dinyatakan oleh Amstrong 1979 bahwa respirasi tanah merupakan

oksidasi biologi dari senyawa organik pada mikroorganisme, akar, organ atau

bagian lain dari tumbuhan serta organisme yang hidup pada tanah dengan energi

untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan pengambilan bahan nutrien aktif. Respirasi

tanah merupakan indikator yang sensitif dan penting pada suatu ekosistem,

termasuk aktivitas yang berkenaan dengan proses metabolisme di tanah,

pembusukan sisa tanaman pada tanah, dan konversi bahan organik tanah menjadi

CO2. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya respirasi tanah ini tidak lepas dari

proses dekomposisi bahan organik. Berikut merupakan kurva yang

menggambarkan proses dekomposisi bahan organik pada tanah.

5

Page 6: Respirasi Tanah

Gambar 1

Kurva proses

dekomposisi

Selama fase

pertama, peluluhan sel

yang dapat terlarutkan

merupakan proses yang

utama. Sampah yang

relatif masih baru dapat

mengalami kehilangan

5% dari massanya

dalam tempo 24 jam

hanya dikarenakan

proses peluluhan ini sendiri.

Fase kedua dari dekomposisi terjadi lebih lambat dan melibatkan

kombinasi dari proses fragmentasi oleh hewan tanah, perubahan kimia oleh

mikroba tanah, serta peluluhan produk pembusukan dari sampah. Model

eksponensial dari proses dekomposisi umumnya diterapkan terutama untuk fase

kedua ini.

Fase akhir dari proses dekomposisi terjadi dengan tempo sangat lambat

serta melibatkan perubahan kimia dari bahan organik yang tercampur dengan

tanah mineral dan peluluhan produk yang teruraikan ke lapisan tanah lainnya.

Proses dekomposisi selama fase akhir ini sering diperkirakan melalui pengukuran

respirasi tanah atau isotop pelacak.

Penguraian bahan organik dengan bantuan oksigen menghasilkan produk

CO2.Produksi CO2 dalam tanah dihasilkan melalui proses oksidasi bahan organik

tanah oleh mikroorganisme dan organ lainnya melalui respirasi akar tanaman.

Proses oksidasi bahan organik oleh organisme dapat dilihat dari reaksi sebagai

berikut :

6

Page 7: Respirasi Tanah

Oksidasi bahan organik diatas disebut oksidasi enzimatik, yaitu oksidasi

yang melibatkan mikroorganisme, hasil utamanya berupa CO2, air dan energi.

Pada tanah mineral, emisi CO2 dari tanah akan semakin tinggi pada kedalaman

tanah yang dangkal, hal ini disebabkan jumlah akar dan bahan organik akan

berkurang dengan semakin dalamnya tanah (Simojoki A 2001).

Gambar 2 Hubungan mekanisme respirasi tanah dengan komponen lainnya

Aktivitas biologi tanah telah lama dikenal sebagai penanda ataupun

sebagai indikator kesuburan tanah. Respirasi tanah lebih dapat merefleksikan

keberadaan kehidupan atau aktivitas mikroba tanah, dibanding estimasi total C

mikroba ditanah.

Pengaruh kadar air terhadap aktivitas mikroorganisme dapat terjadi secara

langsung maupun tidak langsung. Secara langsung kadar air berpengaruh terhadap

kondisi resirkulasi udara untuk ketersediaan oksigen dalam tanah. Menurut Boyd

(1993) kadar air berpengaruh terhadap proses dekomposisi yang berhubungan

dengan kadar oksigen terlarut, semakin tinggi kadar air maka ketersediaan oksigen

menjadi rendah dan akan menghambat proses dekomposisi aerob yang secara

tidak langsung akan berpengaruh pada laju respirasi. Kerja bakteri pada

permukaan tanah memerlukan konsumsi oksigen yang tinggi.Pada tanah yang

7

Page 8: Respirasi Tanah

tidak kontak langsung dengan udara, seringkali menghadapi masalah kekurangan

oksigen.

Pada kondisi air yang berlebihan akan menciptakan agregat tanah yang

kecil dan kompak. Pada kondisi ini kandungan pori-pori mikro tanah sangat

sedikit, padahal melalui pori-pori ini mikro air dapat bergerak bebas.Akibatnya

tanah tidak memberi ruang bagi ketersediaan oksigen dikarenakan pori-pori tanah

yang terisiair.

Makro organisme dan mikro organisme tanah sangat berperan dalam

proses dekomposisi, mulai dari merombak zat sisa menjadi elemen yang lebih

kecil (detritus) ataupun mengeluarkan enzim untuk penguraian yang lebih

sederhana lagi (dekomposer). Makro fauna berperan sebagai detritus secara fisika

memecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil ataupun kimia dengan

memakannya dan mengeluarkannya sebagai feses, contohnya saja Colembolla,

Acarina, cacing tanah.Kemudian mikrofauna seperti bakteri, aktinomicetes dan

mikrofungi sebagai dekomposer yang mendegradasi lignin ataupun selulosa

(bahan sisa yang sebelumnya telah terurai). Misalnya Trichoderma reesei, T.

harziarum, T. koringii, Phanerochaela crysosporium,Cellulomonas,

Pseudomonas, Themospora, Aspergillus niger, A. terreus, Penicillum,

Streptomyces.

8

Page 9: Respirasi Tanah

Respirasi tanah diukur sebagai fluks CO2 dari tanah, dan berasal dari

respirasi autotrofik dan heterotrofik.CO2 dalam respirasi autotrofik misalnya dari

respirasi akar dan mikoriza yang terkait erat dengan laju fotosintesis.CO2 dalam

respirasi heterotrofik berasal dari metabolisme mikroorganisme tanah dan fauna

tanah. Respirasi heterotrofik merupakan proses respirasi yang memiliki kaitan erat

dengan perubahan suhu (Vicca et al. 2010).

Aktivitas enzim dalam tanah bergantung pada komposisi komunitas

mikroba dan sifat dari matriks tanah.Komposisi dari komunitas mikroba berperan

sangat penting karena komposisi tersebut sangat berpengaruh terhadap jenis dan

tingkat produksi enzim.Enzim pemecah substrat umum seperti protein dan

selulosa dihasilkan oleh begitu banyak jenis mikroba (dimana jenis enzim-enzim

ini memang secara universal sering djumpai di dalam tanah). Enzim-enzim yang

terlibat di dalam proses-proses yang hanya terjadi dalam lingkungan tertentu,

seperti proses denitrifikasi (atau produksi metana) dan oksidasi, tampak lebih

sensitif terhadap komposisi komunitas mikroba ini.

9

Page 10: Respirasi Tanah

Sebagian besar mikroba tanah (termasuk jamur ericoid dan ektomikoriza)

menghasilkan enzim (protease dan peptidase) yang memecah protein menjadi

asam amino.Produk-produk penguraian ini dapat dengan segera diserap oleh

mikroba dan digunakan baik untuk memproduksi protein mikroba ataupun

memberikan energi respirasi. Dikarenakan protease merupakan subjek yang sering

diserang oleh protease lain, umur hidup enzim ini di dalam tanah relatif pendek,

dan aktivitas protease ini cenderung merupakan cerminan dari aktivitas mikroba.

Namun lain halnya dengan fosfatase (enzim yang membelah fosfat dari senyawa

fosfat organik) yang dapat hidup lebih lama, sehingga aktivitas enzim ini di tanah

berkorelasi lebih kuat terhadap ketersediaan fosfat organik di dalam tanah

daripada dengan aktivitas mikroba.

Selulosa merupakan penyusun senyawa kimia yang paling banyak

ditemukan dari sampah tanaman.Senyawa ini terdiri dari rantai unit glukosa,

sering memiliki panjang ribuan unit, namun tidak ada glukosa ini yang tersedia

sampai diaktivasikannya oleh eksoenzim. Proses pemecahan selulosa memerlukan

tiga sistem enzim yang terpisah: endoselulase sebagai pemutus ikatan internal

untuk mengganggu struktur kristal selulosa; eksoselulase kemudian bertindak

sebagai pembelah unit disakarida dari ujung-ujung rantai –membentuk selobiosa;

yang kemudian diserap oleh mikroba dan dipecah secara intraseluler menjadi

glukosa oleh selobiase. Beberapa mikroba tanah, termasuk sebagian besar fungi,

dapat menghasilkan seluruh paket enzim selulase. Organisme lain, seperti

10

Page 11: Respirasi Tanah

beberapa bakteri, hanya menghasilkan beberapa enzim selulase dan harus

berfungsi sebagai bagian dari konsorsium mikroba untuk mendapatkan energi dari

pemecahan selulosa.

Penguraian komponen lignin membutuhkan proses yang perlahan-lahan

dikarenakan hanya beberapa organisme mikroba (terutama fungi) yang

memproduksi enzim yang diperlukan pada proses ini; dan mikroba inipun hanya

menghasilkan enzim apabila substrat yang lebih labil lainnya sudah tidak tersedia.

Lignin terbentuk secara non-enzimatik oleh reaksi kondensasi dengan fenol serta

radikal bebas –menciptakan struktur tidak beraturan yang tidak sesuai dengan

spesifikasi untuk teruraikan oleh enzim-enzim pada umumnya.Untuk alasan ini,

enzim pendegradasi lignin menggunakan radikal bebas, yang memiliki spesifisitas

substrat yang rendah. Oksigen diperlukan untuk menghasilkan radikal bebas ini,

sehingga proses penguraian lignin tidak dapat terjadi pada keadaan tanah

anaerobik. Dekomposer umumnya berinvestasi energi dalam memproduksi enzim

pendegradasi lignin.

Kualitas tanah biasanya diukur dengan tingkat respirasi tanah ini.

Respirasi tanah menandakan terdapatnya aktivitas organisme dalam

tanah.Semakin aktif organisme dalam tanah tingkat respirasinya semakin baik.

Pada lahan yang kurang baik, dapat diperbaiki dengan peningkatan mutu tanah.

Salah satunya dengan meningkatkan tingkat respirasi dengan bakteri genus

Pseudomonas sp., Bacillus sp., dan Streptomyces sp. penurunan aktivitas biologi

tanah lebih banyak dipengaruhi oleh manajemen pengolahan, pemupukan

anorganik pada tanah dan juga ketersedian bahan organik. Produksi CO2 akan

menurun dengan adanya pengasaman, karena difusi gas terhambat dan

penambahan pupuk N yang dapat menurunkan respirasi mikroorganisme dalam

tanah.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respirasi Tanah

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi tanah, diantaranya yaitu:

1) Kadar Air

Pengaruh kadar air terhadap aktivitas mikroorganisme dapat terjadi secara

langsung maupun tidak langsung. Secara langsung kadar air berpengaruh

11

Page 12: Respirasi Tanah

terhadap kondisi resirkulasi udara untuk ketersediaan oksigen dalam tanah.

Menurut Boyd (1993) kadar air berpengaruh terhadap proses dekomposisi

yang berhubungan dengan kadar oksigen terlarut, semakin tinggi kadar air

maka ketersediaan oksigen menjadi rendah dan akan menghambat proses

dekomposisi aerob yang secara tidak langsung akan berpengaruh pada laju

respirasi. Kerja bakteri pada permukaan tanah memerlukan konsumsi oksigen

yang tinggi. Pada tanah yang tidak kontak langsung dengan udara, seringkali

menghadapi masalah kekurangan oksigen. agregat tanah yang kecil dan

kompak. Pada kondisi ini kandungan pori-pori mikro tanah sangat sedikit,

padahal melalui pori-pori ini mikro air dapat bergerak bebas. Akibatnya tanah

tidak memberi ruang bagi ketersediaan oksigen dikarenakan pori-pori tanah

yang terisi air.

2) Oksigen

Kurangnya oksigen mendorong aktivitas mikroorganisme

pendekomposisi bekerja pada kondisi anaerob. Menurut Buckman dan Brady

(1982) hanya jasad anaerob dan fakultatif yang dapat berfungsi dengan baik

dan wajar dalam keadaan kekurangan oksigen karena mampu menggunakan

oksigen dalam ikatan, sehingga menghasilkan bentuk reduksi dalam bentuk

karbon dioksida yang lebih tinggi. Pada kondisi aerob pelepasan CO2

Terutama berasal dari proses dekomposisi material organic secara aerob yaitu

melalui proses respirasi. Sedangkan pada kondisi yang anaerob, pelepasan

CO2 terutama berasal dari proses dekomposisi material organic secara

anaerob yaitu melalui proses fermentasi. Pada umumnya dekomposisi

material organik secara aerob lebih cepat daripada dekomposisi material

organic secara anaerob. Hal ini muncul dari fenomena energy yang dihasilkan

pada respirasi aerob yang jauh lebih tinggi daripada respirasi anaerob. Pada

respirasi aerob dihasilkan 38 ATP sedangkan pada respirasi anaerob hanya

dihasilkan 2 ATP. Perbedaan energi sangat besar ini menyebabkan perbedaan

laju pertumbuhan, yang selanjutnya berpengaruh nyata pada laju

dekomposisi. Tetapi ada penelitian yang menunjukkan fenomena laju

dekomposisi pada kondisi anaerob jauh lebih tinggi daripada dekomposisi

pada kondisi aerob. Anonim (2004) menunjukkan bahwa dekomposisi pada

12

Page 13: Respirasi Tanah

kondisi anaerob 1,26 sampai 2,13 kali lebih tinggi daripada dalam kondisi

aerob.

Kadar air yang tinggi dengan ketersediaan oksigen yang tidak ada, akan

mengakibatkan proses dekomposisi kurang sempurna sehingga menghasilkan

senyawa lain berupa asam-asam organik, yang akan mengubah sifat tanah

menjadi basa atau pH meningkat. Sebagaimana diketahui organisme pengurai

atau dekomposer umumnya menghendaki pH yang mendekati basa (Buckman

dan Brady, 1982).

3) Suhu dan Kelembaban

Respirasi tanah dilakukan oleh mikroorganisme tanah baik berupa bakteri

maupun cendawan. Interaksi antara mikroba dengan lingkungan fisik di

sekitarnya mempengaruhi kemampuannya dalam respirasi, tumbuh, dan

membelah. Salah satu faktor lingkungan fisik tersebut adalah kelembapan

tanah yang berkaitan erat dengan respirasi tanah (Cook & Orchard 2008).

Respirasi tanah merupakan salah satu hal yang penting yang berkaitan

dengan perubahan iklim dan pemanasan global di masa depan. Respirasi

tanah yang berkaitan dengan suhu tanah digunakan sebagai salah satu kunci

karakteristik tanah atau bahan organik dan bertanggung jawab dalam

pemanasan global (Subke & Bahn 2010).

Suhu dan kelembaban tanah merupakan dua faktor penting yang

menentukan respirasi tanah (Raich & Tufekciogul 2000). Hasil pengamatan

Rochette et al. (1997) menunjukkan respirasi dari tanah yang lembab dua

sampai tiga kali lebih besar dibandingkan tanah yang kering. Peningkatan

respirasi tanah dengan meningkatnya suhu tanah juga banyak dilaporkan.

Respirasi tanah juga dipengaruhi oleh jenis tumbuhan yang hidup di atasnya

(Raich & Tufekciogul 2000). Hasil penelitian menunjukkan respirasi tanah

pada padang rumput lebih tinggi dibandingkan respirasi tanah dibawah kanopi

hutan (Raich & Tufekciogul 2000)

Kadar kelembaban 30% dan 45% sangat menguntungkan bagi

pertumbuhan cendawan pendekompos karbohidrat dalam keadaan anaerob dan

bakteri yang akan hidup optimal pada kelembaban tanah yang tidak terlalu

13

Page 14: Respirasi Tanah

tinggi dan tidak terlalu rendah. Sedangkan kelembaban 15% kurang

menguntungkan

4) Kadar bahan organik

Keberadaan bahan organik tanah, kadar C-organik dan rasio C : N

merupakan faktor utama dalam proses dekomposisi tanah (Alexander, 1977).

Foth (1995) mengatakan bahwa penambahan sejumlah sisa-sisa tanaman

dewasa (sisa organik) ke dalam tanah bagi perombakan mikrobial yang berisi

50% karbon dan 1% nitrogen, akan menghasilkan kenaikan aktivitas mikrobial

yang lebih besar. Hal ini ditandai dengan tingginya CO2 yang dihasilkan.

Menurut Notohadiprawiro (1998) bahwa sebagian besar karbon, hidrogen dan

oksigen, dilepas sebagai karbon dioksida dan air Komposisi bahan organik

yang disumbangkan ke dalam tanah akan menentukan kecepatan dekomposisi

dan senyawa yang dihasilkan (Mulyani, dkk. 1991). Menurut Hakim, dkk.

(1986) bahwa bahan organik seperti gula, protein sederhana dan protein kasar,

merupakan senyawa yang cepat sekali di dekomposisi. Cepatnya senyawa

organik sederhana tersebut terdekomposisi menyebabkan senyawa organik

tersebut cepat habis, sehingga laju respirasi tanah juga mengalami penurunan

karena menurunnya aktivitas mikroorganisme. Namun senyawa-senyawa yang

lambat terdekomposisi masih ada, sehingga masih tersedia senyawa organik

penyedia energi bagi aktivitas mikroorganisme selanjutnya. Lebih lanjut

menurut Hakim, dkk. (1986) bahan organik seperti lignin, selulosa, hemi

selulosa dan lemak dan lain-lain, merupakan bahan organik yang lambat sekali

di dekomposisi.

Selain itu, peningkatan respirasi tanah juga diakibatkan adanya

penambahan C organik berasal dari kompos jerami padi yang menunjang

aktivitas mikroba heterotrof sehingga terjadi peningkatan respirasi tanah

(Widati, 2007)..

Reeves (1997) mengemukakan bahwa C organik tanah berfungsi sebagai

sumber energi untuk aktivitas mikroba dalam proses respirasi. Menurut Boyd

(1993) pada pH netral, mikroorganisme mampu menghasilkan enzim-enzim

penghidrolisa polisakaridayang berperan sebagai pengatur dekomposisi

14

Page 15: Respirasi Tanah

sellulosa dan pH normal untuk aktivitas bakteri dalam tanah berkisar 7 - 8,5

(Buckman dan Brady, 1982).

15

Page 16: Respirasi Tanah

BAB III

KESIMPULAN

1. Respirasi tanah adalah oksidasi biologi dari senyawa organik pada

mikroorganisme, akar, organ atau bagian lain dari tumbuhan serta organisme

yang hidup pada tanah dengan energi untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan

pengambilan bahan nutrien aktif.

2. Kualitas tanah memiliki hubungan dengan tingkat respirasi tanah, karena

respirasi tanah menandakan terdapatnya aktivitas organisme dalam tanah,

semakin aktif organisme dalam tanah maka tingkat respirasinya semakin baik,

sedangkan pada lahan yang kurang baik diperlukan peningkatan mutu tanah

dengan meningkatkan tingkat respirasi dengan bakteri genus Pseudomonas sp.,

Bacillus sp., dan Streptomyces sp.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi pada tanah yaitu kadar air, oksigen,

bahan organik, suhu dan kelembaban.

16

Page 17: Respirasi Tanah

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M., 1977. Introduction to Soil Mikrobiology. John Willey & Sons, Inc.

New York,

467 hal.

Anonim. 2011 .Dekomposisi: Heterogenitas Temporal dan Spasial, serta Faktor

Pengendali. http://dbabipress.wordpress.com/2010/09/ (diakses pada 17

Oktober 2014).

Antonius, S. 2011. Pengaruh Pupuk Organik Hayati yang Mengandung Mikroba

Bermanfaat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Semangka

Serta Sifat Biokimia Tanahnya Pada Percobaan Lapangan di Malinau-

Kalimantan Timur.Berk. Panel Hayati : 16 (203-206).

Azizah, R. 2007. Pengaruh Kadar Air Terhadap Laju Respirasi Tanah Tambak

pada Penggunaan Katul Padi Sebagai Priming Agent. Ilmu Kelautan. Vol.

12 (2) : 67 – 72

Boyd, C.E., 1993. Shrimp Pond Bottom Soil and Sedimen Managemen. U.S.

Wheat Assosiaties. Singapore. 255 pp.

Buckman, H.O. and Brady, N.C., 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara,

Jakarta, 788 hal.

Cook VJ, Orchard VA. 2008. Relationships between soil respiration and soil

moisture. Soil Biology & Biochemistry 40: 1013–1018.

Foth, H.D., 1995. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta. 374 hal.

Hakim, N., Nyakpa, Y.M., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Saul, M.R., Dika, M.A.,

Ban-Hong, G., Bailey, H.H., 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas

Lampung. Jakarta. 488 hal.

Hu C and Cao Z. 2007. Size and activity of the soil microbial biomass and soil

enzyme activity in long-term fi eld Experiments. Word Joural of

Agricultural Sciences 3: 63–70.Rochette et al. 1997

Irawan, A. dan Tania J. 2011. Hubungan iklim mikro dan bahan organik tanah

dengan emisi CO2 dari permukaan tanah di hutan alam babahaleka taman

nasional lore lindu, sulawesi tengah. J. Agromet. 25 (1): 1-8.

17

Page 18: Respirasi Tanah

Mailani.2006. Aktivitas Enzimatik Dan Respirasi Pada Tanah Tercemar Pestisida

Yang Diberi Serbuk Jerami Dan Bakteri Pendegradasi Nitril.Bogor :

FMIPA, Biokimia

Maysaroh. 2011. Hubungan Kualitas Bahan Organik Tanah Dan Laju Respirasi

Tanah di beberapa Lahan Budidaya. Bogor : IPB, Biologi

Notohadiprawiro, T., 1998. Tanah dan Lingkungan. Dirjen Pendidikan Tinggi.

Depdikbud, Jakarta.

Raich, J.W. and Tufekciogul A. 2000. Vegetation and soil respiration:

Correlations and controls.

http://www.ingentaconnect.com/content/klu/biog/2000/00000048/00000001/

00204519 (15 oktober 2014).

Raich, J.W. and W.H. Schlesinger. 1992. The global carbon dioxide flux in soil

respiration and its relationship to vegetation and climate. Tellus 44b: 81-99.

Reeves, D.W. 1997. The role of soil organic matter in maintaining soil quality in

continuous cropping systems. Soil Tillage Res. 43 : 131–167.

Rochette P et al. 2000. Soil carbon and nitrogen dynamics following application

of pig slurry for the 19th consecutive year: i. carbon dioxide fluxes and

microbial biomass carbon. Soil sci. Soc. Am. J., vol. 64, July–August 2000.

Saraswati, R., Santosa, E., Yuniarti, E. 2005. Organisme Perombak Bahan

Organik. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati

Saraswati, R., Santosa, E., Yuniarti, E.. 2000. Organisme Perombak Bahan

Organik. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (211).

Simojoki, A. 2001. Oxygen supply to plant roots in cultivated mineral soils.

Doctoral Dissertation. Department of Applied Chemistry and Microbiology,

University of Helsinki. Pro Terra No. 7. Helsinki. 59 p. + 6 appendix

articles. ISSN 1457-263X, ISBN 951-45-9926-8, ISBN 951-45-9927-6

(PDF).

Subke JA, Bahn M. 2010. On the ‘temperature sensitivity’ of soil respiration: Can

we use the immeasurable to predict the unknown?. Soil Biology &

Biochemistry 42: 1653-1656.

18

Page 19: Respirasi Tanah

Verma,et al.2010. Effect of heavy metals on soil respiration during decomposition

of sugarcane (Saccharum officinarum L.) trash in different soils. Plant Soil

Envronment., 56, 2010 (2): 76–81

19