bab i tugas respirasi ( proses )

24
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma bronchial adalah suatu penyakit pada jalan napas. Asma Bronkhial sering disebabkan oleh debu, spora dan allergen-alergen yang lain. Di Indonesia, banyaknya pekerja kasar menyebabkan peningkatan penderita Asma Bronhial karena penyakit ini juga dipicu oleh kegiatan tubuh yang berlebihan.Di dalam makalah ini, kami akan membahas seputar gangguan pernapasan mengenai Asma bronhial yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan dan teori asuhan keperawatan appendicitis. Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang semua golongan usia, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari waktu ke waktu baik di negara maju maupun negara berkembang prevalensi asma meningkat. Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai provinsi di Indonesia.Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan antara lain infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi.Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebsar 80% pada anak dan 3-5% pada dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Selain di Indonesia prevalensi asama di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali disbanding di tahun 1960 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %.Penyebab pada asma sampai saat ini belum diketahui namun dari hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai sifat yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap rangsangan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Asma Bronkhial? 2. Apa saja etiologi dari Asma Bronkhial? 3. Bagaimana patofisiologi Asma Bronkhial? ASMA BRONKHIALPage 1

Upload: dewi-lailatul-izzah

Post on 15-Apr-2016

231 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

izzah

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma bronchial adalah suatu penyakit pada jalan napas. Asma

Bronkhial sering disebabkan oleh debu, spora dan allergen-alergen

yang lain. Di Indonesia, banyaknya pekerja kasar menyebabkan

peningkatan penderita Asma Bronhial karena penyakit ini juga dipicu

oleh kegiatan tubuh yang berlebihan.Di dalam makalah ini, kami akan

membahas seputar gangguan pernapasan mengenai Asma

bronhial yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi

klinis, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan dan teori asuhan

keperawatan appendicitis. Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang

semua golongan usia, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa

maupun anak-anak. Dari waktu ke waktu baik di negara maju maupun

negara berkembang prevalensi asma meningkat. Asma merupakan

sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini

tergambar dari data studi survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di

berbagai provinsi di Indonesia.Asma dapat timbul pada berbagai usia,

gejalanya bervariasi dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol

dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai

rangsangan antara lain infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara,

bahan kimia, beban kerja atau latihan fisik, bau-bauan yang

merangsang dan emosi.Prevalensi asma di seluruh dunia adalah

sebsar 80% pada anak dan 3-5% pada dewasa, dan dalam 10 tahun

terakhir ini meningkat sebesar 50%. Selain di Indonesia prevalensi

asama di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali disbanding di tahun

1960 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %.Penyebab pada asma sampai

saat ini belum diketahui namun dari hasil penelitian terdahulu

menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai sifat

yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap rangsangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Asma Bronkhial?

2. Apa saja etiologi dari Asma Bronkhial?

3. Bagaimana patofisiologi Asma Bronkhial?

ASMA BRONKHIALPage 1

Page 2: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

4. Bagaimana pathway asma Bronkhial?

5. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit Asma Bronkhial?

6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada

klien Asma Bronhial?

7. Bagaimana penatalaksanaan Asma Bronkhial?

8. Apa saja komplikasi dari Asma Bronkhial?

9. Bagaimana asuhan keperawatan teori pada klien Asma

Bronkhial?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum:

Mahasiswa mampu untuk memahami tentang teori dan

asuhan keperawat tentang Asma Bronkhial

1.3.2 Tujuan Khusus:

Mahasiswa mampu memahami pengertian Asma Bronkhial

Mahasiswa mampu memahami etiologi Asma Bronkhial

Mahasiswa mampu memahami patofisiologi Asma

Bronkhial

Mahasiswa mampu memahami pathway Asma Bronkhial

Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis Asma

Bronkhial

Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang

Asma Bronkhial

Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan Asma

Bronkhial

Mahasiswa mampu memahami komplikasi Asma Bronkhial

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Asma

Bronkhial

1.4 Manfaat

1.4.1 Mahasiswa

Dapat di jadikan salah satu refrensi untuk belajar,selain itu

makalah ini dapat di jadikan sebagai salah satu refrensi

dalam melakukan asuhan keperawatan dalam ruang lingkup

epiepsi.

1.4.2 Dosen

Dapat di jadikan salah satu sarana untuk mengukur

kemampuan mahasiswa dalam membuat sebuah makalah

ASMA BRONKHIALPage 2

Page 3: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

tentang asuhan keperawatan pada ruang lingkup asma

bronkial.

1.4.3 Institusi

Dapat di jadikan salah satu karya tulis ilmiah dan dapat di

jadikan referensi dalam acuan belajar.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon

trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan

manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya

dapat berubah-ubah secara spontan maupun hasil pengobatan (The

American Thoracic Society, 1962).

ASMA BRONKHIALPage 3

Page 4: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

Asma Bronkhial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang

ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan

obstruktif aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus (Huddak &

Gallo, 1997).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermite, revesibel

dimana trakea dan bronci berspon dalam secara hiperaktif terdapat

stimuli tertentu (Smeltzer, 2002:611).

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi

ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif

(Reeves, 2001 : 48).

2.2 Etiologi

Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu

hal yang menonjol pada semua penderita asma adalah fenomena

hipereaktifitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka

terhadap rangsangan imunologi maupun nonimunologi oleh karena

sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika rangsangan

baik fisik, metabolic, kimia, allergen, infeksi, dan sebagainya.

Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat meungkin menghindari

rangsangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma. Faktor-

faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung

sari rerumputan.

2. Iritan seperti asap, bau – bauan dan polutan

3. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh

parainfluenza virus

4. Perubahan cuaca yang ekstrem

5. Kegiatan jasmani yang berlebihan

6. Lingkungan kerja

7. Obat-obatan

8. Emosi

9. Fisik: cuaca dingin, perubahan temperatur

ASMA BRONKHIALPage 4

Page 5: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

10. Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus

(Suriadi, 2001).

2.3 Patofisiologi

Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang

dikendalikan oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara

antigen dengan molekul IgE yang berikatan dengan sel mast.

Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma bersifat airborne

dan agar dapat menginduksi keadaan sensitifitas, allergen tersebut

harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu.

Akan tetapi, sekali sensitifisasi telah terjadi, klien akan

memperlihatkan respons yang sangat baik, sehingga sejumlah kecil

allergen yang mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi

penyakit yang jelas.

Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode

akut asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis

beta-adrenergi, dan bahan sulfat. Sindrom pernapasan sensitif-aspirin

khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun kedaan ini juga

dapat dilihat pada masa kanak – kanak. Masalah ini biasanya berawal

dari rhinitis vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis

hiperplastik dengan polip nasal baru kemudian muncul asma

progresif. Klien yang sensitive terhadap aspirin dapat didesentisasi

dengan pemberiaan obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi

ini , toleransi silang juga akan terbentuk terhadap agen anti inflamasi

nonsteroid lain. Mekanisme yang menyebabkan brokospasma karena

penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui, tetapi mungkin

berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang diinduksi secara

khusus oleh aspirin.

Antagonis beta-adrenergi biasanya menyebabkan obstruksi jalan

napas pada klien asma, sama halnya dengan klien lain dapat

menyebabkan peningkatan reaktifias jalan napas dan hal tersebut

harus dihindarkan. Obat sulfat seperti kalium mtabisulfit, kalium dan

ASMA BRONKHIALPage 5

Page 6: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

natrium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida yang secara luas

digunakan oleh industry makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi

serta pengawet dapat menimbulkan obstruksi jalan napas akut pada

klien yang sensitive. Pajanan biasanya terjadi setelah menelan

makanan atau caira yang mengandung senyawa ini, seperti salad,

buah segar, kentang, kerang dan anggur.

Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus

lainnya dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi

antigen dan antibodi. Reaksi antigen-antibodi ini akan mengeluarkan

substansi pereda alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme

tubuh dalam menghadai serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa

histamine, bradikinin, dan anafilatoksin. Hasil dari reaksi tersebut

adalah timbulnya 3 gejala, yaitu berkontraksinya otot polos,

peningkatan permeabilitas kapiler, dan peningkatan secret mucus.

2.4 Pathway

ASMA BRONKHIALPage 6

Pencetus serangan (alergen,emosi

dan stres,obat-obatan,dan infeksi )

Reaksi antigen dan antibodi

Dikeluarkanya substansi vasoaktif

(histamin,bradikinin dan

anafilatoksin )

Kontraksi otot polosSekresi mukus

Pemeabilitas kapiler

Page 7: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

2.5 Manifestasi klinis

1. Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

b. Rochi basah halus pada serangan ke dua atau ketiga

sifatnya hilang timbul

c. Wheezing belum ada

d. Belum ada kelainan bentuk thorak

e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:

a. Timbul sesak nafas dengan atau tanpa sputum

b. Whezing

ASMA BRONKHIALPage 7

Kontraksi otot polos Edema mukos hipersekresi

Obtruksi saluran nafas

Produksi mukusbertambahbronkospasme

HipoksemiaHiperkapnea

HipoventilasiDistribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi

darah paru-paruGangguan difusi gas di alveoli

Pola Nafas tidak efektif

Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Nafas

Gangguan Pertukaran Gas Intoleransi Aktifitas

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Page 8: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d. Penurunan tekanan parsial O2

2. Stadium lanjut atau kronik

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit untuk di keluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tidak terdengar (silent chest)

e. Torak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g. Sianosis

h. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis resoiratorik

(Halim Danukusumo, 2000)

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian

bronkodilator aerosol golongan adrenergik peningkatan FEV atau FVC

sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosa asma.

1. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)

Pemeriksaan spirometri digunakan untuk mengetahui adanya

gangguan di paru-paru, saluran pernafasan dan digunakan

untuk mengukur fungsi paru.

Tujuan pemeriksaan spirometri:

1. Menilai status faal atau fungsi paru: normal, restriksi,

obstruksi, campuran

2. Menentukan diagnose penyakit: asma, penyakit paru

obstruktif kronik (PPOK)

3. Menilai manfaat pengobatan: memadai atau belum

4. Memantau jalan penyakit apakah mengalami perbaikan

atau perburukan

ASMA BRONKHIALPage 8

Page 9: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

5. Menentukan prognosis memprediksi kondisi penyakit

dimasa mendatang

6. Menentukan toleransi atau resiko tindakan bedah atau

anastesi umum

Indicator tindakan pemeriksaan spirometri:

1. Pasien yang menjalani medical check-up

Spirometri dapat mengetahui secara dini berbagai

penyakit paru restriktif atau obtruktif sehingga dapat di

lakukan penangan yg lebih dini dan tepat

2. Pasien yang mendreita asma

Spirometri penting di lakukan untuk melakukan diagnosis

dan tatalaksana asma atau PPOK yang lebih baik

memilah respon pengobatan serta memprediksi kondisi

penyakit tersebut di masa mendatang

3. Pasien yang memiliki kebiasaan merokok atau riwayat

merokok di masa lampau

Spriromerti dapat di lakukan untuk mengetahui diagnosis

PPOK pada pasien perokok (aktif maupun pasif)atau

bekas perokok

4. Pasien dengan riwayat pekerjaan atau terpapar dengan

udara yang terkena polusi udara

Lingkungan udara yang penuh polusi dapat dialami oleh

pekerja pabrik pekerja di lapangan, pengguna kendaraan

bermotor ,dll

5. Pasien yang akan menjalanin prosedur pembedahan dan

operasi atau anstesi umum

Spirometri dilakukan untuk memprediksi toleransi atau

risiko pasien terhadap prosedur pembedahan atu anastesi

umum

2. Tes Provokasi Bronkhus

Tes ini dilakukan pada spirometer internal. Penurunan FEV

sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung

80-90% dari maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan

penurunan PEFR 10% atau lebih.

3. Pemeriksaan Kulit

Untuk menunjukan adanya antibodi lgE hipersensitif yang

spesifik dalam tubuh.

ASMA BRONKHIALPage 9

Page 10: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

Pemeriksaan Laboratorium

1) Analisa Gas Darah (AGD atau Astrup) Hanya dilakukan pada

serangan asma berat karena terdapat hipoksemia, hiperkapnea,

dan asidosis respiratorik.

2) Sputum Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk

serangan asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja

yang menyembabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga

terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya.

Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara

tersebut kemudian di ikuti kultur dan uji resistensi terhadap

beberapa antibiotik.

3) Sel eosinofil Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus

dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik asma intrinsik ataupun

ekstrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil menunjukkan

pengobatan telah tepat. 4. pemeriksaan darah rutin dan kimia

Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm3 terjadi karena

adanya infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan

kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.

Pemeriksaan Radiologi

Hasil pemeriksaan radiologi pada klien dengan asma bronkhial

biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk

menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau

komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum,

atelektasis, dan lain-lain.

Pemeriksaan radiografi thorax atau sering di sebut chest x-ray

(CXR) bertujuan menggambarkan secara radiografi organ

pernafasan yang terdapat di dalam rongga dada.

Indikasi pemeriksaan foto thoraks

a. Infeksi traktus respiratorius bawah, misalnya: TBC paru,

bronchitis, pneumoni

b. Batuk kronis

c. Batuk berdarah

d. Trauma dada

e. Tumor

f. Nyeri dada

ASMA BRONKHIALPage 10

Page 11: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

g. Metastase neoplasma

h. Penyakit paru akibat kerja

i. Aspirasi benda asing

2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan Nonfarmakologi:

a) Penyuluhan, penyuluhan ini ditunjukan untuk peningkatan

pengetahuan klien tentang penyakit asma sehingga klien secara

sadar menghindari faktor-faktor pencetus, menggunakan obat

secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan.

b) Menghindari faktor pencetus. Klien perlu dibantu mengidentifikasi

pencetus serangan asma yang ada pada lingkungannya,

diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,

temasuk intake cairan yang cukup bagi klien.

c) Fisioterapi, dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran

mukus. Ini dapat dilakukan dengan postural drainase, perkusi

dan fibrasi dada.

Pengobatan farmakologi:

Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya

aerosol, bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 kali

semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah

10 menit.

Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 kali sehari.

Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin obat ini

diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang

memuaskan.

Kortikosteroid, jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan

respon yang baik harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam

bentuk aerosol dengan dosis 4 kali semprot tiap hari. Pemberian

steroid dalam jangka yang lama mempunyai efek samping, maka

klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan

ketat.

Kromalin dan iprutropioum bromide (atroven). Kromalin

merupakan obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak.

ASMA BRONKHIALPage 11

Page 12: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

Dosis iprutropioum bromide diberikan 1-2 kapsul 4 kali sehari

(kee dan Hayes, 1994).

Terapi Nebulizer adalah tindakan pembersihan jalan napas

dengan menggunakan alat nebulizer.

Tujuan dilakukan pemberian nebulizer menggunakan obat

ventolin adalah untuk mengencerkan serta menghancurkan

lender atau secret atau dahak, membantu mobilisasi lendir ,

melebarkan jalan nafas, menurunkan edema mukosa,

membantu mengendalikan proses inflamasi dan mencegah

dan mengatasi wheezing, nafas pendek dan masalah

pernafasan lain yang disebabkan oleh asma.

Penyakit sistem pernafasan yang disertai adanya

penumpukan sekret di jalan nafas ataupun penyempitan

jalan nafas. Indikasi klinisnya adalah sebagai berikut:

a. PPOK (asma, bronchitis kronis, emfisema).

b. Bronkiektasis

c. Bronkiotitis

d. Fibrosis kistik

e. Sinusitis

2.8 Komplikasi

Dehidrasi

Gagal nafas

Infeksi saluran nafas

PPOK

Pneumothorak

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

ASMA BRONKHIALPage 12

Page 13: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

3.1 Pengkajian

a. Anamnesis

Pengkajian mengenai nama, umur, dan jenis kelamin perlu

dilakukan pada klien dengan asma. Serangan asma pada usia dini

memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status

atopik. Serangan pada usia dewasa dimungkinkan adanya faktor

non-atopik. Tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan

tempat klien berada. Berdasarkan alamat tersebut, dapat diketahui

pula faktor yang memungkinkan menjadi pencetus serangan

asma. Status perkawinan dan gangguan emosional yang timbul

dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor pencetus

serangan asma. Pekerjaan serta suku bangsa juga perlu dikaji

untuk mengetahui adanya pernapasan bahan alergen. Hal lain

yang perlu dikaji dari identitas klien ini adalah tanggal masuk

rumah sakit (MRS), nomor rekam medis, asuransi kesehatan,dan

diagnosis medis. Keluhan utama meliputi sesak napas, bernapas

terasa berat pada dada, dan adanya keluhan sulit untuk bernapas.

b. Riwayat Penyakit Saat Ini

Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan

terutama dengan keluhan sesak napas yang hebat dan

mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti

wheezing,penggunaan ototbantu pernapasan, kelelahan,

gangguan kesadaran, sianosis,dan perubahan tekanan darah.

Seragam asma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga

stadium. Stadium pertama ditandai dengan batuk-batuk berkala

dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan

mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan

bronkhus. Stadium kedua ditandai dengan batuk disertai mukus

yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak napas, berusahaa

untuk bernapas dalam, ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi

(wheezing). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan

pada pinggir tempat tidur, tampak pucat, gelisah,dan warna kulit

mulai membiru. Stadium tiga ditandai dengan hampir tidak

terdengarnya suara napas karena aliran udara kecil, tidak ada

batuk, pernapasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama

pernapasan meningkat karena asfiksia. Perawat perlu mengkaji

ASMA BRONKHIALPage 13

Page 14: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali

setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti

adanya infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan,

amandel, sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan asma,

frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai sebagai

pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan

untuk meringankan gejala asma.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat

penyakit asama atau penyakit alergi yang lain pada anggota

keluarganya karena hipersesitivitas pada penyakit asma ini lebih

ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan (Hood,

Alsagaf,1993).

e. Pengkajian Psiko-sosio-kultural

Kecemasan dan koping yang tidak efektid sering didapatkan pada

klien dengan asma bronkhial. Status ekonomi berdampak pada

asuransi kesehatan dan perubahan mekanisme peran dalam

keluarga Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah

satu pencetus bagi serangan asma baik gangguan itu berasal dari

rumah tangga, lingkungan sekitar, sampai lingkungan kerja.

Seorang dengan beban hidyp yang berat lebih berpotensial

mengalami serangan asma. Berada dalam keadaan yatim piatu,

mengalamai ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain.

Sampai mengalami ketakutan tidak dapat menjalankan peranan

seperti semula.

f. Pola resepsi Dan tata laksana hidup sehat

Gejala asma dapat membatasi manusia untuk berprilaku hidup

normal sehingga klien dengan asma harus mengubah gays

hidupnya sesuai kondisi yang tidak akan menimmbulkan serangan

asma.

g. Pola hubungan dan peran

Gejala asma sangat membatasi klien untuk menjalani

kehidupannya secara normal. Klien perlu menyesuaikan

kondisinya dengan hubungan dan peran klien, baik di lingkungan

rumah tangga,masyarakat, ataupun lingkungan kerja sercara

ASMA BRONKHIALPage 14

Page 15: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

perubahan peran yang terjadi seteleah klien mengalami serangan

asma.

h. Pola persepsi dan konsep diri

Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap penyakitnya. Persepsi

yang salah dapat menghambat respons kooperatif pada diri klien.

Cara memandang diri yang slaah juga akan menjadi stresor dalam

kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada

kehidupan klien dengan asma dapat meningkatkan kemungkinan

serangan asma berulang.

i. Pola penanggulangan stress

Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik

pencetus serangan asma. Oleh karena itu, perlu dikaji penyebab

terjadinya stres. Frekuensi dan pengarus stres terhadap

kehidypan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor.

j. Pola sensorik dan kognitif

Kelain pada pola persepsi dan kognitif akan memengaruhi konsep

diri klien dan akhirnya memengaruhi jumlah stresor yang dialami

klien sehingga kemungkinan terjadi serangan asma berulang pun

akan semakain tinggi.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Kedekatan klien pada sesuatu yang diyakininya di dunia dipercaya

dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap

Tuhan dan mendekatkan diri kepada-Nya merupakan metode

penanggulangan stres yang konstruktif.

l. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum: Perawat juga perlu mengkaji tentang

kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara

bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat,

penggunaan otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk

dengan lendir lengket, dan posisi istirahat klien.

b. Tingkat kesadaran: composmentis

c. Kepala: adakah tanda-tanda mikro bentuk kepala tanda-

tanda kjenaikan tekanan intracranial yaitu ubun-ubun besar

cembung. Bagaiman keadaan ubun-ubun besarnenutup atau

belum

ASMA BRONKHIALPage 15

Page 16: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

d. Rambut: di mulai dari warna, ketebalan apakah rambut

jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mydah di jabut

tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien

e. Muka: asimetris wajah, anjurkan klien untuk menangis dan

tertawa sehingga waajah tertarik kesisi sehat

f. Mata: simetris atau tida, warnaslera putih atau tidak, ketika di

beri rangsanga cahaya pupil mengecil atau tidak, di lihat

konjungtiva annemis atau tidak

g. Telinga: periksa fungsi teliga, kebersihan telinga serta tand-

tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di

daerah belakang, telinga keluar cairan dan telinga

mengalamipenurunan pendengaran

h. Hidung: apakah ada pernafasan cuping hidung, ada secret

atau tidak

i. Mulut: apakah ada tanda-tanda lidah merah, berupa jumlah

bintik-bintik

j. Tenggorokan: ada atau tidaknya pembengkakan atau

amandel

k. Leher: ada benjolan atau tidak, ada lesi atau tidak, ada vena

jugularis atau tidak

l. Thorax:

1) Inspeksi:

Amati bentuk thorax

Amati Frekuensi napas, irama, kedalamannya

Amati tipe pernapasan: Pursed lip breathing,

pernapasan diapragma, penggunaan otot Bantu

pernapasan

Tanda tanda reteraksi intercostalis , retraksi

suprastenal

Gerakan dada

Adakan tarikan didinding dada , cuping hidung,

tachipnea

Apakah daa tanda tanda kesadaran meenurun

Adanya deformitas

ASMA BRONKHIALPage 16

Page 17: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

2) Palpasi

a. Gerakan pernapasan

b. Raba apakah dinding dada panas

c. Kaji vocal premitus

d. Penurunan ekspansi dada

3) Auskultasi

a. Adakah terdenganr stridor

b. Adakah terdengar ronchi

c. Evaluasi bunyi napas, prekuensi,kualitas, tipe dan

suara tambahan

4) Perkusi

Suara Sonor atau Resonans merupakan

karakteristik jaringan paru normal

Hipersonor , adanya tahanan udara

Pekak atau flatness, adanya cairan dalan rongga

pleura

Redup atau Dullnes, adanya jaringan padat

Tympani, terisi udara.

m. Jantung: keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya,

adanya bunyi tambahan atau tidak

n. Abdomen: amati bentuk abdomen simetris atau tidak,

apakah ada edema atau tidak, terdapat nyeri tekan atau

tidak, apakah ada pembesaran organ atau tidak, apakah ada

bising usus atau gerak peristaltic atau tidak

o. Kuku: amati bentuk kuku simetris atau tidak, bersih atau

tidak, CRT <2 detik atau tidak, amati warnanya

p. Ekstremitas atas atau bawah: jari-jari lengkap atau tidak,

suhu meningkat atau tidak terdapat edema atau lesi apa

tidak, hitung RR apakah ada peningkatan pernafasan atau

tidak normalnya 16-20x/menit

3.2 Diagnosa Keperawatan

ASMA BRONKHIALPage 17

Page 18: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

obstruksi saluran nafas

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi

karbondioksida

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot

pernafasan

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan hipoksemia

5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelemahan otot pengunyah

3.2 Rencana intervensi

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

obstruksi saluran nafas

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam

diharapkan kebersihan jalan nafas kembali efektif

Kriteria hasil:

Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidan merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak

ada suara nafas abnormal)

Tidak ada suara nafas tambahan dan wheezing (-)

Pernafasan klien normal (16-20x/menit) tanpa adanya

penggunaan otot bantu nafas

Intervensi:

Pastikan kebutuhan oral atau tracheal suctioning

Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning

Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

ASMA BRONKHIALPage 18

Page 19: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

Minta klien nafas dalam sebelum suctioning dilakukan

Berikan O2 dengan menggunakan nasal kanul untuk memfasilitasi

suction nasotrakeal

Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan

Monitor status oksigen pasien

Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi

karbondioksida

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan pola nafaskembali efektif.

Kriteria hasil:

Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang

kuat

Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda

ditress pernafasan

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara yang bersih

Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi:

Buka jalan nafas, gunakan tekhnik chin lift atau jaw thrust bila perluPosisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasiIdentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatanPasang mayo bila perluLakukan fisioterapi dadaKeluarkan secret dengan batuk atau suctionAuskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahanLakukan suction mayoBerikan pelembab udaraAtur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan Monitor respirasi dan status O2

ASMA BRONKHIALPage 19

Page 20: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot

pernafasan

Tujuan:

Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan pertukaran gas kembali membaik

Kriteria hasil:

Mendemonstrasikan bauk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sinosis dan dyspneum (maupun mengeluarkan sputum,

mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak

ada suara nafas abnormal)

Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,

pernafasan)

Intervensi:

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrus bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

Monitor frekuensi dan irama pernafasan

Monitor suara nafas

Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit

ASMA BRONKHIALPage 20

Page 21: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan hipoksemia

Tujuan:

Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam

diharapkan klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari

Kriteria hasil:

Berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan

tekanan darah, RR dan nadi

Mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri

Intervensi:

Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi dalam merencanakan program

terapi yang tepatBantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukanBantu untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan

kemampuan fisikBantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktifitas yang di inginkanBantu untuk mendapatkan alat alat bantuan aktifitas seperti kursi rodaBantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai

Bantu pasien untuk mengmbangkan motivasi diri dan penguatan

Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelemahan otot pengunyah

ASMA BRONKHIALPage 21

Page 22: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

Tujuan:

Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam diharapkan adanya

peningkatan berat badan

Kriteria Hasil:

Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

Intervensi:

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkanAnjurkan klien untuk meningkatkan intake Fe

Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkanBerikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

ASMA BRONKHIALPage 22

Page 23: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon

trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan

manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya

dapat berubah-ubah secara spontan maupun hasil pengobatan. Tipe-

tipe Asma diantaranya Asma alergik atau ekstrinsik, Ideopatik atau

nonalergik asma atau intrinsic, dan Mixed Asma atau Asma

Campuran.

Penyebab asma yaitu seperti debu rumah, spora jamur,

rerumputan., asap, bau – bauan, Infeksi saluran napas terutama yang

disebabkan oleh virus, perubahan cuaca yang ekstrem, kegiatan

jasmani yang berlebihan, lingkungan kerja dan lain-lain.

4.2 Saran

Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon

trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan

manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya

dapat berubah-ubah secara spontan maupun hasil pengobatan (The

American Thoracic Society, 1962). Pengobatan secara dini untuk

setiap jenis infeksi merupakan tindakan yang paling tepat. Semoga

makalah ini menjadi salah satu referensi untuk mengetahui tentang

Asma Bronkhial sehingga angka kejadian asma Bronkhial berkurang.

Daftar Pustaka

Doenges, Marilynn E dkk.1993. Rencana Asuhan Keperawatan.

Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan

ASMA BRONKHIALPage 23

Page 24: Bab i Tugas Respirasi ( Proses )

Pasien. Dalam Monica Ester (Ed.). Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan

Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika

Somantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Nanda NIC-NOC. 2013. Rencana asuhan Keperawatan. Jakarta:

EGC

ASMA BRONKHIALPage 24