bab i reproduksi
DESCRIPTION
reproduksiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meskipun aspek biologis persalinan dan melahirkan bersifat universal, persepsi
kenyamanan dan distress selama melahirkan dimediasi oleh budaya. Jordan
(1993) dan lozzoff, jordan, dan molone (1998) berpendapat bahwa kerangka kerja
biososial dipertimbangkan bahwa fungsi biologis melahirkan dan matriks perilaku
sosial-budaya yang meliputi kelahiran perlu dianalisis bersama untuk memahami
pengalaman melahirkan seorang wanita.
Nyeri adalah suatu “bagian proses melahirkan yang diketahui dan akan
diperkirakan pada hampir semua masyarakat” (jordan, 1993), tetapi nyeri adalah
persepsi pribadi terhadap nyeri, perilaku eksternal yang ditunjukkan dalam
berespons terhadap nyeri, dan pemahaman budaya tentang peran nyeri dalam
proses melahirkan bervariasi di d komunitas.
Penelitian klasik jordan tentang melahirkan di Yukatan, Belanda, Swedia, dan
Amerika Serikat (1993) memberi ilustrasi dramatis tentang perbedaan perkiraan
dan pendekatan ketidaknyamanan selama melahirkan. Di Amerika Serikat, pereda
nyeri tersedia tetapi dikontrol oleh pihak medis. Wanita perlu meyakini penolong
melahirkan tentang kebutuhan terhadap pereda nyeri (misal, wanita yang
persiapannya baik yang mengikuti kelas melahirkan memilih seorang dokter yang
diketahui menganjurkan analgesia epidural segera setelah kontraksi menjadi
teratur dan kuat, atau tidak disiapkan, wanita yang takut menangis ketika ia
mengetahui ia tidak dapat mengatasi peristiwa tersebut). Sebaliknya yang terjadi
di Swedia, tempat medikasi sangat luas digunakan, tetapi keputusan untuk
menggunakan suatu intervensi secara total ada di tangan wanita yang melahirkan.
Wanita Belanda dan Mayan yang diteliti mempunyai pandangan yang berbeda
tentang proses melahirkan. Pada budaya ini, melahirkan dipandang sebagai fungsi
alamiah tubuh wanita, dan diharapkan bahwa wanita dapat mengatasi dengan
1
dukungan orang lain di ruang melahirkan. Pada konteks budaya ini medikasi
digunakan hanya pada kasus yang sangat tidak lazim dan komplikasi secara
medis.
Karena pengaruh kuat budaya pada pengalaman wanita selama melahirkan, maka
penting bahwa pemberi pelayanan membertimbangkan lebih dari interpretasi
kedokteran barat tentang keamanan atau keefektifan intervensi tertentu selama
persalinan, tindakan kenyamanan seperti ambulasi atau penggunaan agens
farmakologis dapat berkonflik dengan sistem keyakinan wanita tersebut, sehingga
menyebabkan konflik internal yang dapat memengaruhi persepsinya tentang
pengalaman tersebut dan transisinya menjadi peran maternal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nyeri persalinan?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan?
3. Bagaimana tindakan farmakologis dan non- farmakologis dalam mengatasi
nyeri persalinan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui tentang nyeri dalam persalinan
2. Dapt mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
3. Dapat mengetahui cara untuk mengatasi nyeri dalam persalinan melalui
tindakan farmakologis maupun non farmakologis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2006)
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik
yang terkait dengan kontraksi uterus dilatasi dan penipisan serviks serta
penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologi terhadap nyeri meliputi
peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasa, keringat, diameter pupil, dan
ketegangan otot (Arifin, 2008)
Nyeri Persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan
peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis. Nyeri yang hebat pada persalinan
dapat menyebabkan perubahan-perubahan fisiologi tubuh seperti; tekanan darah
menjadi naik, denyut jantung meningkat, laju pernafasan meningkat, dan apabila
tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan
stres. Peningkatan konsumsi glukosa tubuh pada ibu bersalin yang mengalami
stres menyebabkan kelelahan dan sekresi katekolamin yang menghambat
kontraksi uterus, hal tersebut menyebabkan persalinan lama yang akhirnya
menyebabkan cemas pada ibu, peningkatan nyeri dan stres berkepanjangan
(Bobak, 2005). Rasa takut menyebabkan pembuluh-pembuluh arteri yang
mengarah ke rahim berkontraksi dan menegang, sehingga menimbulkan rasa sakit
(nyeri). Kalau tanpa adanya rasa takut, otot-otot melemas dan melentur, servik
(leher rahim) dapat menipis serta membuka secara alami sewaktu tubuh berdenyut
secara berirama dan mendorong bayi dengan mudah sehingga membuat persalinan
berlangsung secara lancar relatif lebih cepat dengan keluhan nyeri yang sangat
minimal. Dengan terbiasanya ibu melakukan relaksasi, jalan lahir untuk janin
3
akan lebih mudah terbuka sehingga ibu tidak akan terlalu kelelahan saat
melahirkan. Jadi dengan latihan relaksasi yang rutin, ibu akan terbiasa pada
kondisi ini dan akan sangat terbantu dalam proses persalinannya (Andriana, 2007)
2.2 Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri umumnya dibagi menjadi 2, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya
peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang
termasuk dalam nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis
dan psikosomatik.
Selain klasifikasi nyeri diatas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, diantaranya nyeri
somatik, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent pain), nyeri psikogenik, nyeri
phantom dari ekstrimitas, nyeri neurologis, dll. (Barbara C Long, 1989)
2.3 Teori Nyeri Persalinan
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan nyeri. Beberapa pakar kebidanan telah
menggunakan beberapa teori nyeri berikut ini untuk menjelaskan nyeri dalam
persalinan. Teori nyeri tersebut antara lain:
1) Specificity theory
Teori ini mengatakan bahwa reseptor nyeri tertentu di stimulasikan oleh
tipe stimulus sensori spesifik yang mengirimkanimpuls ke otak. Teori ini
menguraikan dasar fisiologis adanya nyeri tetapi tidak menjaelaskan
komponen-komponen fisiologis dari nyeri maupun derajat toleransi nyeri.
2) Pattern theory
Teori ini berusaha untuk memasukkan faktor-faktor yang tidak dijelaskan
pleh specifik theory. Teory ini menyatakan bahwa nyeri berasal dari
4
tanduk dorsal spinal cord. Pola impuls saraf tertentu diproduksi dan
menghasilkan stimulasi reseptor kuat yang dikodekan dalam sistem saraf
pusat dan menandakan nyeri.
3) Gate control theory
Salah satu teori nyeri yang paling dapat diterima dan dipercaya adalah
Gate control theory yang diajukan oleh Melzak dan Wall pada tahun 1965.
Para pakar dibidang kebidanan juga menganut gate controk theory ini
untuk menjelaskan nyeri persalinan. Dasar pemikiran pertama gate control
theory adalah bahwa keberadaan dan intensitas pengalaman nyeri
tergantung pada transmisi tertentu pada impul-impuls saraf. Kedua,
mekanisme gate/pintu sepanjang sistem saraf mengontrol/mengendalikan
transmisi nyeri. Akhirnya, jika gate terbuka, impuls yang menyebabkan
sensasi nyeri dapat mencapai tingkat kesadaran. Jika gate tertutup, impuls
tidak mencapai tingkat kesadaran dan sensasi nyeri tidak dialami.
Terdapat tiga tipe utama keterlibatan neurologis yang mempengaruhi
apakah gate terbuka atau tertutup, yaitu:
a. Tipe pertama menyangkut aktifitas dalam serat-serat (fibers) saraf
besar dan kecil yang mempengaruhi sensasi nyeri. Impuls nyeri
melalui serat-serat yang berdiameter kecil. Serat-serat saraf yang
berdiameter menutup gate pada impuls yang melalui serat-serat
kecil. Tehnik yang menggunakan stimulasi kutaneous pada kulit,
yang mempunyai banyak serat berdiameter besar, bisa membantu
menutup gate pada transmisi impuls yang menimbulkan nyeri,
dengan cara demikian meringankan/menghilangkan sensasi nyeri.
Intervensi/ tindakan yang menerapkan teori ini meliputi
massage/pijat, kompres panas dan dingin, sentuhan, akupresur, dan
transcutaneous electric nerve stimulation (TENS).
b. Bentuk keterlibatan neurologis kedua adalah impuls-impuls berasal
dari brainstem yang mempengaruhi sensasi nyeri. Monitor formasi
retikuler dalam brainstem mengatur input sensori. Jika seseorang
menerima jumlah stimulasi yang adekuat atau berlebihan,
5
brainstem mentransmisikan impuls yang menutup gate dan
menghambat impuls nyeri yang ditransmisikan. Jika pada bagian
lain, klien mengalami kurangnya input sensori, brainstem tidak
menghambat impuls nyeri, gate terbuka, dan impuls nyeri
ditransmisikan. Intervensi/tindakan yang menerapkan bagian gate
control theory ini adalah yang berhubungan beberapa cara pada
input sensori ini, seperti tehnik distraksi, guided imagery dan
visualisasi.
c.
4) Endogenous theory
2.4 Keunikan Nyeri Persalinan
Keunikan nyeri persalinan dibandingkan nyeri lainya, karena:
1) Nyeri persalinan merupakan bagian dari proses yang normal sedangkan
nyeri lainya mengikuti kondisi patologisnya.
2) Pada nyeri persalinan ada waktu untuk mempersiapkanya karena
datangnya sudah dapat diperkirakan yaitu apabila sudah masuk proses
persalinan.
3) Nyeri persalinan mempunyai batas dan dapat hilang dengan sendirinya.
4) Nyeri persalinan tidak konstan tetapi bersifat intermitten.
a. Pada kala I, nyeri merupakan akibat penipisan dan pembukaan
serviks.
Pada pembukaan 0-3 cm, nyeri dirasakan sakit dan tidak
nyaman.
Pada pembukaan 4-7 cm, nyeri dirasakan agak menusuk.
Pada pembukaan 7-10 cm, nyeri terasa menjadi lebih hebat,
menusuk, dan kaku.
b. Pada awal kala II, nyeri timbul disebabkan oleh penurunan kepala
janin yang menekan dan menarik nagian-bagian di daerah panggul.
6
5) Kelahiran bayi dan kondisi janin akan mempengaruhi kondisi emosional
ibu sehingga dapat berpengaruh pada rasa nyeri. (Rachmawati, 2003)
2.5 Fisiologi Nyeri Pada Persalinan
1) Fisiologi terjadinya nyeri dalam persalinan yaitu:
a. Pada kala I nyeri bersifat viseral, ditimbulkan oleh karena
kontraksi uterus dan dilatasi serviks yang dipersyarafi oleh serabut
aferen simpatis dan ditransmisikan ke medula spinalis pada segmen
T10-L1 (thorakal 10- lumbal 1) melalui serabut syaraf delta dan
derabut syaraf C yang berasal dari dinding lateral dan fundus uteri.
b. Pada kala II merupakan nyeri simptomatik yang ditransmisikan
melalui nervus pudendal yang berasal dari S2-S4. Pada kala II ini
intensitas nyerinya terasa lebih nyeri dan terlokalisasi.
2) Secara lebih terperinci, fisiologi nyeri persalinan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Pada kala I
Nyeri dihasilkan oleh dilatasi serviks dan SBR, serta distensi
uterus. Intensitas nyeri kala I akibat dari kontraksi uterus
involunter. Nyeri dirasakan dari pinggang dan menjalar ke perut.
Kualitas nyeri bervariasi, sensasi impuls dari uterus sinapsnya pada
torakal 10, 11, 12 dan lumbal 1. Mengurangi nyeri pada fase ini
dengan memblok daerah diatasnya.
b. Fase transisi dari kala I sampai kala II
Selama fase transisi, ibu biasanya akan merasakan sensasi nyeri
yang amat sangat. Ekspresi tampak tidak berdaya dan
menunjukkan kemampuan penurunan mendengar dan konsentrasi.
c. Pada kala II
Nyeri diakibatkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis. Distensi
struktur pelvis dan tekanan pada pleksus lumbo sakralis.
Nyeri dirasakan pada:
7
Regio L 2, bagian bawah punggung, dan juga pada paha
dan tungkai
Pada areal vagina dan perinium
Sensasinya seperti tarikan, tekanan, rasa terbakar dan
puntiran, serta kram. Ibu biasanya mempunyai keinginan
untuk mengejan. Sensasi impuls dibawa dari perinium ke
sacrum 2,3,4 oleh saraf pudendal. Untuk mengurangi nyeri
diblok pada reseptor yang lebih bawah.
d. Mahdi, A (2009) menjelaskan bahwa fisiologi/mekanisme
terjadinya nyeri persalinan terbagi sesuai dengan tahap
persalinan, yaitu:
1. Persalinan kala I
Nyeri pada kala I terutama ditimbulkan pleh
stimulus yang dihantarkan melalui saraf pada
serviks dan rahim/uterus bagian bawah
Nyeri ini merupakan nyeri viseral yang berasal dari
kontraksi uterus dan aneksa
Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan
kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan
Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi
isometrik pada uterus yang melawan hambatan oleh
leher rahim, uterus, dan perinium
Selam persalinan, bilamana serviks uteri dilatasi
sangat lambat atau bilamana posisi fetus abnormal
menimbulkan distorsi mekanik, kontraksi kuat
disertai nyeri sangat hebat. Hal ini karena uterus
berkontraksi isometris melawan obstruksi.
Kontraksi uterus yang kuat ini merupakan sumber
nyeri yang kuat.
2. Persalinan kala II
Selama persalinan kala II, pada saat serviks
uteri/leher rahim dilatasi penuh, stimulasi nyeri
8
berlangsung terus dari kontraksi badan rahim
(corpus uteri) dan distensi segmen bawah rahim.
Nyeri disebabkan dilatasi serviks uteri/leher rahim
sesudah menurun
Terjadi peningkatan secara progresif tekanan oleh
fetus terhadap struktur di pelvis menimbulkan
peningkatan nyeri somatik, dengan regangan dan
robekan fascia (jaringan pembungkus otot) dan
jaringan subkutan (bawah kulit) jalan lahir bagian
bawah, distensi perineum, dan tekanan pada otot
lurik perineum.
Nyeri ini ditransmisikan melalui serabut saraf
pudendal yaitu serabut saraf somatik yang keluar
melalui S2, S3, S4 segmen sakral.
Nyeri pada kala II ini sangat berbeda dengan nyeri
viseral kala I, nyeri somatik dirasakan selama
persalinan ini adalah intens dan lokasi jelas.
2.6 Penyebab Nyeri Persalinan
Berikut ini dikemukakan beberapa uraian yang menjelaskan penyebab nyeri
selama persalinan:
1) Beberapa penelitian menyatakan nyeri dalam persalinan disebabkan
karena:
Penekanan pada ujungujung saraf antara serabut otot dari korpus
fundus uterus.
Adanya iskemik miometrium dan serviks karena kontraksi sebagai
konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau karena adanya
vasokonstriksi akibat aktivitas berlebihan dari saraf simpatis.
Adanya proses peradangan pada otot uterus.
9
Kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim menyebabkan
rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari sistem saraf
simpatis.
Adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah rahim. Nyeri
persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi serviks dan
segmen bawah rahim oleh karena adanya dilatasi, peregangan dan
kemungkinan robekan jaringan selama kontraksi.
Rasa nyeri pada saat setiap fase persalinan dihantarkan oleh
segmen saraf yang berbeda-beda. Nyeri pada kala I terutama
berasal dari uterus.
2) Pada kepustakaan lainya menyatakan bahwa nyeri saat persalinan itu
timbul karena:
Berkurangnya suplai oksigen otot uterus akibat kontraksi yang
semakin sering.
Peregangan leher rahim/dilatasi serviks (penipisan dan pelebaran).
Bayi menekan persarafan di dan sekitar serviks dan vagina.
Jaringan di sekitar uterus dan panggul ikut tertarik dan tegang
akibat kontraksi uterus dan gerakan bayi yang mulai turun dalam
rahim.
Tekanan pada uretra, kandung kemih dan usus.
Peregangan otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina.
Rasa takut dan cemas, yang akan meningkatkan pelepasan hormon
stres sehingga persalinan makin lama makin nyeri.
3) Penyebab nyeri yang dijelaskan menurut kala persalinan:
a. Kala I persalinan
Nyeri berkaitan dengan kala I persalinan adalah unik dimana nyeri ini
menyertai proses fisiologis normal. Meskipun persepsi nyeri dalam
persalinan berbeda-beda diantara wanita, terdapat suatu dasar fisiologis
terhadap rasa tidak nyaman/nyeri selama persalinan. Nyeri kala I
persalinan berasal dari:
Dilatasi serviks, dimana merupakan sumber nyeri yang
utama.
10
Peregangan segmen uterus bawah.
Tekanan pada struktur-struktur yang berdekatan.
Hipoksia pada sel-sel otot uterus selama kontraksi (Wesson,
2000)
Area nyeri meliputi dinding abdomen bawah dan area-area
pada bagian lumbal bawah dan sakrum atas.
b. Kala II persalinan
Selama kala II persalinan, rasa nyeri disebabkan karena:
Hipoksia pada sel-sel otot yang berkontraksi.
Distensi vagina dan perineum.
Tekanan pada struktur-struktur yang berdekatan.
Area-area nyeri meningkat.
c. Kala III persalinan
Nyeri selama kala III persalinan diakibatkan dari kontraksi uterus
dan dilatasi serviks dengan keluarnya plasenta. Kala persalinan ini
adalah pendek, setelah itu anastesia diperlukan terutama untuk
penjahitan epiostomi.
4) Dengan bahasa awam, penyebab munculnya rasa nyeri dalam persalinan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Rasa nyeri tak tertahankan menjelang persalinan menandakan
bahwa tubuh sedang bekerja keras membuka mulut rahim agar bayi
bergerak turun melewati jalan lahir.
Kontraksi rahim sehingga otot-otot dinding rahim mengerut dan
menjepit pembuluh darah.
Jalan lahir atau vagina serta jaringan lunak disekitarnya meregang.
Raa takut, cemas, dan tegang memicu produksi hormon
prostaglandin sehingga timbul stres. Kondisi stres dapat
mengurangi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
5) Dengan kata lain, nyeri pada proses persalinan akan melalui empat
tahap/kala, yaitu:
Kala I (pembukaan), biasanya nyeri pada tahap ini diakibatkan oleh
kontraksi rahim dan peregangan mulut rahim.
11
Tahap II (kelahiran), nyeri timbul karena peregangan dasar
panggul dan pengguntingan perineum (bibir kemaluan) jika
diperlukan.
Tahap III adalah nyeri yang timbul karena pelepasan plasenta.
Tahap terakhir nyeri yang ditimbulkan karena penjahitan luka
perineum.
2.7 Efek Yang Ditimbulkan Akibat Nyeri Persalinan
Terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan nyeri pada persalinan dapat
mempengaruhi proses kelahiran itu sendiri. Pengaruh utama yang terjadi adalah
karena terpicunya sistem simpatis dimana terjadi peningkatan kadar plasma dari
katekolamin, terutama epinefrin.
Nyeri yang diakibatkan oleh persalinan dapat disimpulkan menjadi beberapa hal
dibawah ini:
Psikologis : Penderitaan, ketakutan, dan kecemasan.
Kardiovaskuler : Peningkatan kardiak output, tekanan darah, frekuensi nadi
dan resistensi perifer sistemik.
Neuroendokrin : Stimulasi sistem simpato-adrenal, peningkatan kadar
plasma katekolamin, ACTH, kortisol, ADH, ẞ-endorfin, ẞ-
lipoprotein, renin, angiotensin.
Metabolik : Peningkatan kebutuhan 02, asidosis laktat, hiperglikemia,
lipolisis.
Gastrointestinal : Penurunan pengososngan lambung.
Rahim/uterus : Inkoordinasi kontraksi rahim/uterus.
Uteroplasenta : Penurunan aliran darah uteroplasental.
Fetus/janin : Asidosis akibat hipoksia pada janin.
12
2.8 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Respon Terhadap Nyeri
Ibu-ibu yang akan bersalin berespon terhadap nyerinya dengan cara yang berbeda-
beda. Beberapa ibu mungkin merasa takut, dan cemas, sementara yang lainya
bersikap toleran dan optimis. Beberapa ibu ada yang menangis, merintih, menjerit,
menolak bantuan atau bergerak tanpa arah pada saat mengalami nyeri persalinan
yang hebat, sementara yang lainya tetap berbarik dengan tenang di tempat tidur
dan mungkin hanya menutup matanya, menggertakan giginya, mengigit bibirnya,
mengepalkan tanganya, atau bercucuran keringatnya pada waktu mengalami nyeri
persalinan.
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi dan respon individu terhadap nyeri.
Misalnya, persiapan selama kelas-kelas/kursus persalinan bisa mengurangi
kebutuhan untuk analgesia selama persalinan. Selain itu, orang cenderung
berespon terhadap stimulus nyeri dengan cara yang dapat diterima dalam
budaya/kulturnya. Pada beberapa kultur, hal yang biasa untuk mengungkapkan
rasa nyerinya, sedangkan anggota kultur lainya bersikap tenang dan pandai
menahan rasa sakit/nyerinya atau karena hal ini diharapkan.
Respon terhadap nyeri juga bisa dipengaruhi oleh keletihan dan gangguan tidur.
Wanita yang letih mengalami kekurangan energi dan kemampuan untuk
menggunakan strategi-strategi seperti distraksi dan imajinasi untuk menghadapi
nyerinya. Sebagai akibatnya, wanita tersebut bisa kehilangan kemampuanya untuk
berkoping dengan persalinan dan memilih analgesik atau obat-obatan lainya untuk
mengurangi rasa nyerinya. Pengalaman wanita terhadap nyeri sebelumnya dan
tingkat kecemasannya dan juga mempengaruhi kemampuannya untuk mengelola
nyeri saat ini dan saat yang akan datang. Orang-orang yang telah mengalami nyeri
saat ini dan saat yang akan datang. Orang-orang yang telah mengalami nyeri
tampak lebih sensitif terhadap stimulus nyeri daripada orang yang belum
mengalaminya. Lingkungan asing dan peristiwa-peristiwa yang belum
dikenalinya/ belum terbiasa dapat meningkatkan kecemasan, seperti keterbiasaan
dari keluarga dari orang-oarang yang dicintainya. Antisipasi terhadap rasa tidak
nyaman/nyeri dan pertanyaan-pertanyaan tentang apakah ia dapat berkoping
dengan kontraksi dan juga bisa meningkatkan kecemasan.
13
Baik antensi/ perhatian maupun distraksi mempengaruhi persepsi nyeri. Jika
sensari nyeri merupakan fokus perhatiannya, maka intensitas yang dirasakan lebih
besar. Stimulus sensori seperti gosokan di punggung/ ibu pada stimulus daripada
nyeri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan dibawah ini baik faktor fisik maupun
psikologis ibu/ wanita sama-sama mempunyai kontribusi terhadap respon ibu
nyeri persalinan.
1. Faktor-faktor fisik
a) Terhadap dua jenis nyeri persalinan yang dipengaruhi oleh faktor fisik,
yaitu yang disebut dengan nyeri viseral dan somatik :
Nyeri viseral, sering disebut dengan viseral dull and aching,
bersifat lambat, dalam yang tidak terlokalisir. Digambarkan dengan
istilah tumpul atau agak sakit. Nyeri ini mendominasi Kala I
persalinan akibat kontraksi uterus dan pembukaan servic
umumnya, rasa sakit kontarksi di mulai dari bawah punggung,
kemudian menyebar ke bawah perut, mungkin juga menyebar ke
kaki. Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai
puncak, kemudian menghilang seluruhnya. Sebagian besar ibu
merasakannya seperti kram haid atau merasakannya seperti
gangguan saluran pencernaan atau mulas diare. Pada kala ini, ada
yang disebut dengan nyeri primer dan nyeri sekunder. Nyeri primer
adalah sakit kontraksi dalam persalinan. Daerah yang mengalahi
nyeri primer antara lain : pinggang, punggung, perut dan pangkal
paha. Sedangkan nyeri sekunder adalah nyeri yang terjadi sebagai
efek dari kontraksi, misalnya mual, muntah, sakit kepala, pusing,
tubuh gemetar, panas-dingin atau bergantian keduanya, pegal-
pegal, kram, nyeri otot.
Nyeri Somatik, sering disebut dengan somatic-sharp and burning,
bersifat lebih cepat, tajam atau menusuk dan lokasinya jelas. Nyeri
ini terjadi pada akhir Kala I dan selama Kala II yang merupakan
akibat dari penurunan kepala janin yang menekan jaringan-jaringan
14
ibu. Nyeri ini merupakan nyeri selain akibat kontraksi, dimana
nyeri muali terjadi saat kepala mulai muncul di vagina. Jaringan
antara vagina dan anus (perineum) terentang sengat kencang akibat
kepala bayi yang mendorongnya terbuka. Ibu merasakan sakit
akibat perobekan jaringan. Sebagian besar ibu merasakan seolah-
olah bagian bawahnya akan meledak. Ada juga ibu yang
menggambarkan nyeri terasa seperti membuang kotoran setelah
sembelit satu bulan (Bonny&Mila,2004)
b) Persalinan yang berlangsung sangat lama (pada primipara proses
persalinan lebih daei 14 jam, dan multipara proses persalinan berlangsung
lebih dari 8 jam).
c) Berbagai macam tindakan yang dilakukan untuk memperlancarkan proses
persalinan, antara lain :
Tindakan induksi persalinan atau penggunaan obat pemicu
kontraksi. Rasa sakit kontraksi akibat tindakan induksi persalinan
ini disinyalir rasa sakitnya duan kali lipat daripada rasa sakit
kontraksi persalinan.
Tindakan episitomi atau penyayatan perineum (daerah antara
vagina dan anus)
Tindakan persalinan dengan menggunakan alat bantu vacum
(ekstraksi vacum) atau forsep/cunam ( ekstraksi forcep) untuk
mengeluarkan bayi.
Tindakan pemutaran bayi dalam posisi sungsang.
d) Pemeriksaan dalam (PD) atau pemeriksaan jalan lahir yang dilakukan
berulang-ulang oleh petugas kesehatan.
e) Ibu mengalami penyakit seperti asma, darah tinggi atau jantung yang
timbul pada saat persalinan.
15
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi atau Toleransi terhadap
Nyeri
a. Intensitas persalinan
b. Kematian serviks
c. Posisi janin/kepala
d. Karakteristik panggul
e. Kelelahan
f. Intervensi dari tim kesehatan
3. Faktor-faktor Psikososial
a) Kecemasan dan ketakutan :
Kecemasan seringkali menyertai nyeri. Ancaman dari hal-hal yang belum
diketahui dan ketidakmampuan untuk mengkontrol nyeri atau kejadian-
kejadian yang sekitarnya seringkali memperbesar persepsi nyeri. Kelelahan/
keletihan juga mempengaruhi kemampuan ibu untuk berkoping, dengan
demikian meningkatkan persepsi nyeri. Pada saat nyeri mengganggu tidur,
sering mengakibatkan keletihan dan ketegangan otot dan makin menambah
nyeri; kemudian terjadi siklus nyeri-letih-nyeri. Ibu-ibu dalam keadaan nyeri
yang percaya bahwa mereka mempunyai kontrol/ kendali terhadap nyeri
mereka telah menurunkan tingkat kecemasan dan ketakutannya, yang
kemudian menurunkan persepsi nyeri mereka. Satu persepsi berkurangnya rasa
kontrol nyeri atau rasa tidak bahaya cenderung meningkat persepsi nyeri. Ibu-
ibu yang mampu mengungkapkan rasa nyerinya kepada pendengar yang aktif
(seperti petugas kesehatan atau keluarga/ pendamping) dan berpartisipasi
dalam keputusan penatalaksanaan nyeri dapat meningkatkan rasa kontrol
terhadap nyeri dan mengurangi persepsi nyeri. Pada ibu yang akan melahirkan,
hal-hal yang menyebabkan kecemasan dan ketakutan, antara lain :
1) Ibu takut pada hal-hal yang belum diketahui
2) Ibu berpikir tentang sakit
3) Ibu melahirkan sendiri, tanpa pendamping
4) Ibu stres, cemas dan tegang selama kontraksi
5) Ibu mengasihi diri sendiri
16
6) Kenyataan bahwa kehamilan beresiko
7) Ibu tidak siap untuk melahirkan atau persalinan tidak sesuai jadwal yang
diperkirakan (emergensi/darurat)
b) Pengalaman Nyeri Yang Lalu :
Pengalaman nyeri yang lalu mengubah sensitivitas ibu terhadap nyeri. Ibu-ibu
yang mengalami nyeri secara pribadi atau yang telah diceritakan penderitaan
dari orang terdekat seringkali lebih merasakan nyeri daripada ibu-ibu tanpa
pengalaman nyeri. Selain itu, keberhasilan atau kurang berhasilnya tindakan
pengurangan nyeri mempengaruhi harapan ibu terhadap penyembuhan nyeri.
Pengalaman nyeri yang lalu ib u dapat disimpulkan berasal dari :
1) Pengalaman buruk tentang persalinan sendiri
2) Pengalaman buruk teman atau kerabat tentang persalinan
c) Pelayanan Tim Kesehatan dan Lingkungan Tempat Bersalin
Lingkungan asing seperti rumah sakit, dengan kebisingannya, penerangan dan
aktivitas-aktivitasnya dapat memperberat nyeri. Begitu juga pelayanan tim
kesehatan dapat mempengaruhi respon pasien terhadap nyeri, seperti :
1) Petugas kesehatan dan situasi tempat bersalin tidak cukup bersahabat
2) Terjadi pergantian tim kesehatan yang akan menolong persalinan yang
tidak sesuai dengan perencanaan awal
d) Budaya
Latar belakang etnis dan budaya telah lama diakui sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi reaksi ibu terhadap nyeri dan ekspresi terhadap nyeri tersebut.
Perilaku yang berhubungan dengan nyeri adalah suatu bagian dari proses
sosialisasi. Misalnya, ibu-ibu dalam satu kultur mungkin telah terbiasa
mengungkapkan rasa nyerinya, sedangkan ibu-ibu dari kultur lain mungkin
telah terbiasa memendam perasaan untuk tidak mengungkapkan rasa nyerinya
agar tidak mengganggu orang lain
17
e) Persiapan Persalinan
Pasangan calon ayah dan ibu yang mengikuti pendidikan persiapan persalinan
akan lebih siap baik secara fisik maupun psikis untuk menjadi orangtua yang
baik. Pada kelas persiapan persalinan calon ayah dan ibu akan mendapatkan
informasi yang tepat tentang persalinan, mengurangi rasa takut, meningkatkan
kemampuan untuk menghadapi sakit dan menambah kemampuan untuk
mengambil keputusan. Pada kelas persiapan persalinan juga diajarkan tentang
tehnik-tehnik relaksasi, pengalihan rasa sakit tau distraksi, kontrol oto dan
pernafasan, serta senam hamil yang bertujuan agar proses persalinan yang akan
dihadapi nanti berjalan lancar.
f) Pengertian Nyeri
Beberapa ibu mungkin menerima nyeri lebih siap daripada yang lainnya,
tergantung pada keadaan dan interpretasi ibu pada kepentingannya. Seorang
ibu yang menghadapi nyeri dengan cara positif akan menemukan bahwa nyeri
itu sesuatu yang menakjubkan. Dimana dengan meraskan nyeri persalinan, ibu
akan segera mendapatlan “hadiah” bayi yang selama dinantikannya. Kondisi
akan terjadi kebalikannya bila bayi yang akan dilahirkan merupakan bayi yang
tidak diharapkan.
g) Sistem Pendukung
Ibu yang sendirian yang tanpa pendamping mungkin merasakan nyeri hebat,
sedangkan orang yang memiliki orang yang mendukung/pendamping di
sekitarnya mungkin merasakan nyerinya berkurang. Berapa ibu lebih memilih
menarik diri pada saat mereka dalam keadaan nyeri, sedangkan yang lainya
lebih memilih distraksi/pengalihan dari orang-orang dan aktivoitas di
sekitarnya. Keluarga/ pendamping dapat menjadi pendukung penting bagi ibu
dalam keadaaan nyeri persalinan. Karena, kehadiran pendamping persalinan
akan besar artinya bagi ibu saat persalinan karena dapat berbuat banyak.
Misalnya, pendamping dapat membantu menciptakan suasana nyaman dalam
ruang bersalin, membantu ibu mengatasi rasa tidak nyaman fisik, memberi
dorongan dan keyakinan pada ibu selama persalinan, membantu menghitung
18
kontraksi sehingga ibu megetahui kemajuan persalinan, membantu mengawasi
pintu dan melindungi privasi ibu, melaporkan gejala-gejala atau sakit/nyeri ibu
pada petugas kesehatan (bidan, perawat, atau dokter). Dengan meningkatkan
pelayanan rawat jalan dan perawatan di rumah serta pendamping/ suami
diperbolehkan untuk mendampongi saat-saat persalinan istrinya, maka suami/
keluarga memiliki tanggungjawab terhadap penatalaksanaan nyeri edukasi
berhubungan dengan pengkajian dan penatalaksanaan nyeri secara positif dapat
mempengaruhi kualotas hidup ibu dan keluarganya.
h) Intensitas Nyeri Dan Pengukuran Skala Nyeri
Indikator adanya nyeri dan intensitas nyeri yang paling penting adalah laporan
ibu tentang nyeri itu sendiri. Namun demikian, intensitas nyeri juga dapat
ditentukan dengan berbagai macam cara. Salah satu caranya adalah dengan
menayangkan pada ibu untuk menggambarkan nyeri atau rasa tidak
nyamannya. Metode lainnya adalah dengan meminta ibu utnuk
menggambarkan beratnya nyeri atau rasa tidak nyamannya dengan
menggunakan skala. Skor/ niali skala nyeri dapat dicatat pada flow chart untuk
memberikan pengkajian nyeri yang berkelanjutan. Metode yang ketiga adalah
dengan meminta ibu utnuk membuat tanda X (silang) pada skala analog.
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah miudah dan merupakan metode
terpecaya dalam menentukan intensitas nyeri ibu. Skala seperti ini memberikan
konsitensi bagi petugas kesehatan untuk berkomunikasi dengan klien/ ibu dan
petugas kesehatan lainnya.
Komponen-komponen nyeri yang penting dinilai adalah PAIN : Pattern (pola-
nya), Area, Intensitas, dan Nature (sifat-nya) :
1. Pola Nyeri (Pattern of Pain)
Pola nyeri meliputi waktu terjadinya nyeri, durasi, dan interval tanpa
nyeri. Oleh karena itu, petugas kesehatan dapat menentukan kapan nyeri
ini muali; berapa lama nyeri berlangsung; apakah nyeri ini berulang; dan
jika ya, lamanya interval tanpa nyeri; dan kapan nyeri terakhir terjadi. Pola
nyeri diukur dengan menggunakan kata-kata (verbal). Ibu diminta untuk
19
menggambarkan nyeri sebagai variasi pola konstan, intermittent atau
transient. Ibu juga ditanyakan waktu dan kapan nyeri mulai berlangsung
dan berapa lama nyeri berlangsung untuk mengukur saat serangan nyeri
dan durasi nyeri.
2. Area Nyeri (Area of Pain)
Area nyeri adalah tempat pada tubuh dimana nyeri terasa. Petugas
kesehatan dapat menentukan lokasi nyeri dengan menanyakan pada pasien
untuk menunjukkan area nyeri pada tubuh.
3. Intensitas Nyeri (Intensity of Pain)
Intensitas nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa. Intensitas nyeri dapat
diukur dengan menggunankan angka 0 sampai 10 pada skala nyeri.
4. Nature/sifat Nyeri (Nature of Pain)
Sifat nyeri adalah bagaimana nyeri terasa pada pasien. Sifat neyri/kualitas
nyeri dengan menggunakan kata-kata.
Lebih jelasnya, untuk mengukur skala nyeri dapat digunakan alat yang berupa
Verbal Descriptor Scale (VDS) yang terdiri dari sebuah garis lurus dengan 5
kata penjelas dan berupa urutan angka 0 sampai 10 yang mempunyai jarak
yang sama sepanjang garis. Gambaran tersebut disusun dari “tidak nyeri”
samapai “nyeri yang tidak tertahankan atau nyeri sangat berat”. Selain itu,
dapat pula digunakan Visual Analog Scale (VAS) yang dapat digunakan untuk
mengetahui tingkat nyeri. Skala ini terdiri dari enam wajah kartun yang
diurutkan dari seorang yang tersenyum (tidak ada rasa sakit), meningkat wajah
yang kurang bahagia hingga ke wajah yang sedih, wajah penug airmata (rasa
sakit yang paling buruk).
20
2.9 Mengatasi Nyeri Secara Farmakologis
Terdapat banyak cara untuk mengatasi nyeri persalinan. Biasanya, cara untuk
mengatasi nyeri persalinan dibagi menjadi cara farmakologis (menggunakan obat-
obatan) dan cara non farmakologis (tanpa obat-obatan). Pada bab ini akan dibahas
tentang cara mengatasi nyeri secara famakologis. Cara atau metode mengatasi
nyeri secara farmakologis ini memerlukan instruksi medis. Namun daemikian,
pemberi asuhan kesehatan yaitu bidan atau perawat perlu mengetahui karakteristik
obat yang diberikan untuk meredakan nyeri persalinan pada ibu. Pemberi asuhan
keperawatan perlu memperhatikan bagaimana metode tersebut dapat mengurangi
intensitas nyeri tanpa membahayakan ataupun menimbulkan efek samping bagi
ibu dan janinnya, baik selama atau sesudah kelahiran berlangsung.
Perlu diketahui bahwa rasa nyeri biasanya bervariasi pada setiap orang, meningkat
sensitivitas atau ambang rasa seseorang terhadap rasa nyeri/sakit berbeda-beda.
Rasa nyeri tersebut akan datang secara perlahan dan mencapai puncaknya pada
saat detik- detik terakhir persalinan. Ada yang cukup kuat menghadapinya, ada
juga yang tidak kuat menghadapinya. Bagi pasien/ ibu yang merasakan nyeri
sudah tidak tertahankan lagi dan justru bias menggangu proses persalinan, maka
petugas medis akan membantu dengan pemberian obat- obatan yang dapat
mengurangi rasa sakit persalinan. Obat-obatan tersebut bukan untuk
menghilangkan rasa sakit, melainkan sekedar mengurangi rasa sakit. Penggunan
obat-obatan untuk mengurangi rasa sakit persalinan masih terbatas dan petugas
medis biasanya tidak akan menggunakan obat-obatan pereda nyeri jika tidak
benar-benar dibutuhkan.
Penggunan obat-obatan pereda nyeri persalinan harus benar- benar sesuai indikasi,
dengan alasan antara lain disamping memerlukan biaya yang cukup tinggi,
sebenarnya proses kelahiran yang paling baik bagi ibu dan bayi adalah proses
kelahiran secara alamiah tanpa obat bius.
Meskipun demikian, teknologi kedokteran telah menemukan cara untuk
menyiasati atau mengurangi rasa nyeri persalinan ini. Terdapat dua cara
farmakologis untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri persalinan ini,
yaitu : analgetik dan anestesi.
21
A. ANALGETIK
1. Pengertian
Yang dimaksud dengan analgetik adalah :
Obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa sakit tanpa
mengganggu kesadaran ibu yang mendapatkannya.
Obat pereda nyeri tanpa hilangnya kesadaran secara total.
Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan
secara total. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada
dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh
rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
2. Tujuan Pemberian Analgetik
Tujuan pemberian analgetik farmakologis selama persalinan adalah untuk
memberikan pereda nyeri maksimal dengan resiko pada ibu dan janin
seminimal mungkin. Prinsip dari metode pemberian analgesic adalah
analgetik tidak menghilangkan seluruh rasa nyeri, namun hanya berfungsi
meringankan nyeri saja. Hal ini berarti bahwa ibu tetap merasakan sakit,
tetapi kadar saakitnya dikurangi. Agar tidak membahayakan ibu dan janin,
maka jarak pemberian dan dosis obat dikurangi. Selain itu, dalam
pemberian analgetik, pemberi asuhan kesehatan juga harus
mempertimbangkan sejumlah factor, yang meliputi sebagai berikut:
a. Semua obat sistemik yang digunakan untuk pereda nyeri selama
persalinan melintasi barier plasenta secara difusi sederhana, tetapi
beberapa obat dan dapat melintasi barier plasenta lebih cepat dari yang
lainnya.
b. Aksi obat dalam tubuh tergantung pada kecepatan dimana substansi
dimetabolisme oleh enzim liver dan diekskresikan oleh ginjal.
c. Dosis obat yang tinggi masih tetap berada dalam tubuh janin selama
periode waktu yang lama karena enzim liver janin dan ekskresi ginjal
tidak adekuat untuk memetabolisme agent analgetik.
22
3. Penatalaksanaan Pemberian Analgetik
Obat- obatan analgetik memberikan pereda nyeri bagi ibu bersalin tetapi
juga dapat mempengaruhi janin dan proses persalinan. Obat-obatan nyeri
yang diberikan terlalu dini bias memperlama persalinan dan membuat
depresi janin. Jika diberikan terlalu lambat dalam penggunaan minimal
bagi ibu dan bisa menimbulkan depresi pernafasan pada bayi baru lahir.
Pemberi asuhan kesehatan perlu mengkaji ibu dan janin dan juga
mengevaluasi pola kontraksi sebelum memberikan obat- obatan sistemik.
Hal- hal yang perlu dikaji dalam pemberian obat analgetik sistemik ini
adalah sebagai berikut:
a. Parameter Pengkajian ibu, meliputi:
1. Ibu mau menerima obat- obatan setelah diberi penjelasan.
2. Tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak ada kontraindikasi (seperti alergi obat, gangguan pernafasan
atau ketergantungan obat saat ini).
b. Parameter Pengkajian Janin, meliputi:
1. Denyut Jantung Janin dalam batas normal yaitu antara 120-160 kali
per menit dan tidak deselerasi lambat.
2. Terdapat varibialitas jangka pendek dan variabilitas jangka panjang
rata-rata.
3. Gerakan janin normal dan terdapat aselerasi dengan gerakan janin.
4. Janin cukup umur (atern).
c. Pengkajian Persalinan, meliputi:
1. Masih terdapat kontraksi.
2. Pembukaan serviks sekitar 4 sampai 5 cm pada primipara dan 3
sampai 4 cm pada multipara.
3. Presentasi janin dalam posisi engagement.
4. Terdapat penurunan progresif pada bagian presentasi janin.
Sebelum memberikan obat-obatan., pemberi asuhan kesehatan sekali lagi
harus memeriksa atau mengkaji apakah ibu mempunyai riwayat reaksi atau
alergi obat-obatan dan memberikan informasi tentang obat-obatan ini pada
23
ibu. Adapun informasi yang seharusnya diberikan pada ibu sebelum
pemberian obat- obatan antara lain sebagai berikut:
a. Jenis obat yang diberikan.
b. Rute / cara pemeriksaan obat.
c. Efek obat-obatan yang diharapkan.
d. Implikasi bagi janin dan bayi baru lahir.
e. Tindakan patient safety yang dibutuhkan ( misalnya, tetap berada di
tempat tidur dengan terpasang penghalang / pengaman tempat tidur).
Setelah memberikan obat-obatan, perawat mencatat nama obat, dosis obat,
cara dan tempat pemberian obat, serta Tekanan Darah/TD dan nadi ibu
pada strip monitor DJJ dan pada lembar catatanibu. Jika ibu berada
sendirian, pengaman atau penghalang tempat tidur harus dipasang untuk
memberikan tindakan patient safety.
Analgetik sistemik seringkali diberikan dalam bentuk obat suntik yang
disuntikan melalui otot (intramuskuler maupun pembuluh darah
(intravena). Obat ini meredakan nyeri tanpa menyebabkan hilangnya
kesadaran. Analgetik sistemik bekerja pada seluruh system saraf. Kadang
obat lainnya diberikan bersamaan dengan analgetik sistemik untuk
mengurangi ketegangan atau rasa mual. Efek sampingnya ringan, yaitu
berupa perasaan berputar atau sulit berkonsentrasi. Obat ini tidak diberikan
sesaat sebelum persalinan karena bisa menyebabkan reflex dan pernafasan
bayi ketika lahir menjadi lambat.
Jika obat-obatan analgetik diberikan melalui cara intramuskuler (I,m) atau
subkutan (s,c), hal ini akan membutuhkan waktu hanya dalam beberapa
menit untuk terasa atau terlihat efek pereda nyerinya. Pemberi asuhan
kesehatan dapat terus memberikan tindakan penunjang lainnya untuk
meningkatkan kenyamanan, seperti memastikan lingkungan yang tenang,
memberikan gosokan pada punggung (back rub) atau pakaian
sejuk,membantu latihan relaksasi dan visualisasi, atau memberikan
sentuhan terapeutik sampai ibu merasakan efek dari obat-obatan. Jika obat
mulai memberikan efeknya, ibu bisa tertidur diantara kontraksi. Periode
istirahat yang pendek ini membantu ibu rileks dan dapat memulihkan
24
energinya. Jika obat diberikan melalui intravena, efek obat akan terasa
dalam beberapa menit, maka jika diperlukan adannya perubahan posisi
atau jika ibu perlu buang air besar/ kecil., maka pemberi asuhan kesehatan
bias menyarankan bahwa aktivitas- aktivitas tersebut seharusnya telah
selesai dilakukan sebelum pemberian obat-obatan. Terdapat beberapa ibu
yang merasa sangat tidak nyaman/nyeri sehingga mereka tidak
menginginkan sesuatu kecuali obat-obatan. Pada kasus ini, maka tindakan
pertama dengan memberikan obat-obatan akan menolong ibu.
B. Anestesia
1. Pengertian
Beberapa pengertian dari anestesi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Anestesi adalah hilangnya kemampuan untuk merasakan sentuhan,
nyeri dan sensasi lainnya. Dapat dicapai dengan bermacam-macam
agen dan teknik. Hilangnya rasa nyeri biasanya dihubungkan dengan
anestesi umum, namun pengertian ini tidak tepat karena hilangnya
sensasi secara total dapat dicapai dengan berbagai cara.
b. Anestesi adalah hilangnya rasa. Beberapa jenis anestesi menyebabkan
hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya
menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap
sadar.
c. Anestesi adalah hilangnya sensasi, yang dapat dicapai dengan
memberikan berbagai obat-obatan,baik secara regional maupun
umum.
d. Anestesi adalah umum.
2. Macam-macam Anestesia
a. anestesia total atau umum, yang menyebabkan hilangnya kesadaran
secara total
b. anestesia local atau regional, yang hanya menghilangkan nyeri dari
bagian tubuh tertentu, namun ibu tetap sadar.
25
a. Anestesi Umum
Anestesi totalatau umum merupakan anestesia atau pembiusan yang
menyebabkan hilangnya kesadaran secara total. Saat ini, anestesia total
jarang dilakukan, kecuali ada kondisi tertentu yang menyebabkan ibu
harus dilakukan anestesia total. Hali ini disebabkan kareana anestesia
total/umum mempengaruhi otak atau system saraf pusat, yang
menyebabkan insentivitas secara umum terhadap stimulus dan berbagai
tingkat relaksasi. Indikasi untuk pemberian anestesia umum anatara lain
ibu menderita hipovolemia, janin harus dilahirkan dengan cepat, atau ibu
menolak terhadap anestesia lainnya.
Beberapa penatalaksanaan persiapan anestesia umum yang dapat
dilakukan oleh pemberi asuhan kesehatan,antara lain:
a. ibu dipuasakan dan dilakukan pemasanagn infuse.
b. Sebelum dilakukan anestesia umum, tindakan yang dilakukan
antara lain dengan meletakkan sebuah ganjalan pada bagian bawah
panggul kanan ibu untuk membuat rahim miring ke kiri, yang
tujuannya adalah untuk mencegah aorta yang menggangu perfusi
plasenta.
Setelah dilakukan anestesia umum, maka tindakan yang dapat dilakukan
oleh pemberi asuhan kesehatan antara lain:
a. Memantau secara ketat sampai ibu benar-benar sadar, meliputi:
pengkajian tanda-tanda vital, tingkat kesdaran, dan hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pascapartum.
b. Mempertahankan saluran nafas supaya tetap terbuka.
c. Mempertahankan fungsi jantung paru.
d. Mencegah perdarahan pasca-persalinan.
e. Memberikan jaminan keamanan.
b. Anestesi Lokal
Anestesi local/regional merupakan hilangnya sensasi sementara tang
ditimbulkan dengan menyuntikkan agent anestetik (local) langsung ke
26
jaringan saraf. Kehilangan sensasi terjadi Karena agen lokal menstabilkan
membran sel, yang mencegah inisiasi dan transmisi pada impuls-impuls
saraf. Anastesi regional/lokal yang paling unum digunakan pada persalinan
meliputi epidural, spinal dan combined spinal epidural.
Tindakan asuhan yang diberikan oleh pemberi asuhan kesehatan selama
pemberian anestesia lokal/regional diarahkan untuk membantu ibu buang
air besar sebelum pemberian suntikan anestesia/pembiusan, membantu ibu
dalam pengaturan posisi selama dan setelah prosedur, membantu dan
mengkaji tanda-tanda vital dan status pernafasan, memantau efek nalgesik,
dan menentukan kesejahteraan janin. Tindakan-tindakan tmabahn yang
mungkin diperlukan adalah mengobservasi adanya pruritus (gatal-gatal),
mual muntah, serta retensi urin.
c. Anestesia Epidural
Tentang Anestesia Epidural antara lain dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Suntikan/anestesia epidural merupakan suntikan anestesia lokal
yang sesuai keruang epidural.
Suntikan/anestesia epidural merupakan anestesia yang paling
populer di Indonesia.
Anestesia epidural dapat membantu menghilangkan nyeri akibat
kontraksi dan proses melahirkan (vagina dan abdomen)
Anestesi epidural sering digunakan untuk anestesia selama
persalinan per vaginam dan untuk anestesia selama persalinan
sectio caesarea (SC), tindakan forsep atau alat bantu lain,
melahirkan bayi kembar atau sungsang.
Anestesia epidural ini memblok rasa sakit dirahim, leher rahim dan
bagian atas vagina. Namun demikian, otot panggul masih tetap
dapat melakukan gerakan rotasi kepala bayi untuk keluar melalui
jalan lahir.
Anestesia epidural akan mematikan rasa pada saraf ditulang
belakang yang kemudian menjalar ke perut. Pada anestesia epidural
ini bagian yang dibius adalah urat saraf sensoris sehingga sakit saat
27
kontraksi diuterus tidak sampai ke otak. Dengan demikian, ibu
tidak merasakan sakit. Bagian urat saraf motorik tidak boleh dibius
agar ibu masih tetap sadar dan dapat memerintahkan otot-otot
uterus berkontraksi dan bisa mengejan pada saat yang diperlukan
meskipun dibius
Anestesia epidural ini dilakukan oleh ahli anestesi.
Cara Pemberian Obat Bius
Cara memberikan obat anestesia/bius adalah sebagai berikut: jarum suntik
ditusukkan keruang antara lapisan yang mengelilingi tulang ekor dan
tulang punggung atau melalui ruang intervetebrata lumbar atau dari kaudal
melalui hiatus sakrum dan kanal sakrum untuk membuat area tubuh bagian
bawah menjadi mati rasa. Dengan kata lain, bius lokal dengan dosis rendah
akan disuntikan kebagian bawah punggung untuk mematikan rasa melalui
kateterepidural.
Posisi saat pemberian obat bius:
Posisi ibu pada saat pemberian anestesia adalah menekuk seperti posisi
bayi dalam perut atau posisi sim dengan modifikasi lateral, dimana ibu
berbaring miring, bahu sejajar, tungkai bawah sedikit fleksi dan punggung
dibungkukkan.
Cara kerja obat bius :
Nyeri mulai tidak terlalu terasa dalam waktu 15 menit sesudah suntikan.
Efek obat bius akan terasa terus hingga beberapa jam. Obat bius dapat
ditambahkan tiap beberapa jam melewati suntikan/kateter epidural.
Kontraindikasi anestesia epidural:
Perdarahan
Infeksi pada tempat suntikan
Kecurigaan akan kelainan sistem saraf.
Keuntungan penggunaan anestesia epidural
28
Mampu mengatasi rasa sakit pada sebagian besar ibu
Tidak membuat kekacauan pikiran. Secara teoritis lebih
meminimalkan terjadinya gejala sisa ganguan neurologis
dibandingkan dengan anestesia spinal
Ibu cepat kembali mampu mengontrol persalinan
Epidural terkini tidak memberikan efek kebas pada kaki dan tangan
Resiko infeksi kecildiarea suntikan
Kejadian hipotensi lebih minimal dibanding anestesi spinal
Tidak tejadi sindrom PPDPH (Post Dural Punctur Headache) atau
nyeri kepala pasca tindakan, kecuali bila terjadi kesalahan dural
puncture.
Kerugian penggunaan anestesia epidural
Mati rasa hanya disebagian tubuh, sementara sebagian perut ada
yang tidak mengalami efek pembiusan. Hal ini menyebabkan
resiko nyeri bisa datang kembali dengan cepat.
Tehnik yang digunakan lebih rumit dibanding spinal, memerlukan
ketrampilan dan pengalaman ahli anestesi.
Memerlukan waktu pemasangan yang lebih lama dan onset yang
lebih lama untuk mencapai efek analgesik yang adekuat. Hal ini
tidak memungkinkan anestesi epidural digunakan untuk situasi
persalinan yang membutuhkan waktu kerja yang cepat.
Adanyanya kebutuhan akan infus intravena, ibu harus tetap
ditempat tidur, kadang-kadang timbul pusing, tungkai bawah
lemas, kandung kemih sulit dikosongkan, dan menggigil.
Komplikasi lain yang bisa terjadi berupa hipotensi, stimulasi sistem
saraf pusat, demam dan nyeri punggung.
Terjadi peningkatan insiden kelahiran operatis (episotomi, forsep)
apabila ibu tidak mengedan dengan efektif.
Epidural kadang-kadang dapat membuat bayi tidak dapat bergerak
keposisi yang tepat untuk dikeluarkan, untuk itu sering digunakan
tindakan forsep atau vakum untuk membantu kelahiran bayi.
29
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat anestesia epidural
Ibu disarankan untuk tetap diam pada saat ahli anestesi
menyuntikan obat bius dipunggung ibu, posisi tubuh menekuk
seperti posisi dalam perut ibu atau berbaring kesamping.
Ibu disarankan untuk berkonsentrasi pada pernafasan, dengan cara:
anjurkan untuk menarik nafas panjang melalui hidung, kemudian
mengeluarkannya secara perlahan-lahan melalui mulut.
Ibu dapat memegang tangan pendamping persalinan dengan tetap
memperhatikan kontak mata dengan pendamping.
d. Anestesia Spinal
Tentang anestesia spinal antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:
Anestesia spinal sering juga disebut naestesia subaraknoid.
Anestesia spinal merupakan suntikan bius lokal dipunggung ibu
dengan menggunakan jarum yang sangat kecil.
Anestesia spinal merupakan suatu anestesia lokal yang disuntikkan
melalui ruang antarlumbal ketiga, ke-empat, atau kelima kedalam
ruang subarakniod, tempat obat bercampur dengan cairan
serebrospinal (cairan susunan saraf tulang belakang).
Anestesia spinal dapat menjadi metode pilihan bagi ibu yang
memiliki masalah penyakit pernafasan berat, penyakit ginjal,
penyakit hati, penyakit metabolik karena metode ini dapat
mengurangi stres pada proses persalinan.
Blok spinal bagian bawah umumnya digunakan pada proses
kelahiran dengan forsep atau vakum. Blok pada tingkat ini akan
menghilangkan nyeri pada saat kontraksi uterus.
Cara Pemberian Obat Bius:
Obat disuntikan langsung kedalam cairan susunan saraf tulang belakang
melalui jarum suntik yang ukurannya lebih kecil dibandingkan suntikan
epidural. Obat bius dosis rendah dimasukkan, dan jarum dikeluarkan.
30
Posisi Saat Pemberian Obat Bius
Suntikan spinal rendah (saddle) diberikan pada ibu dengan posisi
duduk, kedua tungkai disisi meja bersalin, dan telapak kaki menjak
bangku kecil. Petugas kesehatan berdiri didepan ibu, dimana dagu
ibu diletakkan pada dada dang punggung dibungkukkan. Petugas
kesehatan menenangkan dan menuntun ibu. Posisi tubuh seperti ini
membuat celah antar tulang belakang membesar, sehingga
memudahkan jarum spinal masuk dan membuat larutan obat bius
yang berat turun akibat gaya gravitasi.
Setelah obat bius disuntikan, posisi ibu tetap dalam keadaan tegak
selama 30 detik sampai 2 menit untuk menimbulkan efek difusi
kearah bawah.
Kemudian ibu berbaring pada posisi telentang.
Ibu tetap harus berbaring telentang dengan kepala sedikit lebih
tinggi.
Cara Kerja Obat Bius
Nyeri diarea panggul segera berkurang begitu obat disuntikan. Efeknya
lebih cepat dibandingkan dengan epidural, yaitu biasanya timbul dalam
satu sampai dua menit setelah injeksi. Obat bius dapat bertahan sampai 4
jam,terapi obatnya tidak bisa ditambah dosisnya.
Keuntungan penggunaan anastesi spinal :
Anastesi spinal dapat digunakan sepanjang persalinan kala dua
atau saat mengejan untuk mengatasi rasa sakit apabila ibu
menggunakan alat bantu forsep atau vakum. (anastesi spinal
jarang digunakan pada persalinan kala pertama).
Sangat efektif, dimana pemberiannya mudah, dilakukan dengan
satu suntikan dipunggung tanpa meninggalkan tabung dan tidak
memerlukan pemasangan selang kateter dikandung kemih.
Waktu pemberiannya singkat, onset yang cepat dan tingkat
keberhasilannya tinggi.
31
Ibu tetap dalam keadaan sadar, relaksasi otot sangat baik, dan
perdarahan tidak berlebihan.
Ibu yang tetap sadar, dapat turut berpartisipasi dalam proses
kelahiran anaknya.
Tidak terjadi hipoksia janin apabila tekanan darah ibu
dipertahankan normal.
Kerugian penggunaan anastesi spinal:
Gerak ibu terbatas.
Efeknya singkat, hanya sekitar dua jam, dan suntikan tidak boleh
diberikan lebih dari satu kali.
Adanya reaksi obat seperti alergi, hipotensi, pusimg, kejang,
infeksi (araknoiditis dan meningitis) dan gangguan berkemih.
Meningkatnya kebutuhan untuk kelahiran operatif karena usaha
sukarela untuk mengeluarkan janin lenyap.
Pada masa pasca partum, terjadi peningkatan kecenderungan
atomi kandung kemih.
Kontraindikasi anastesi spinal:
Hipotensi maternal refrakter.
Koagulopati maternal.
Bakteremia.
Infeksi kulit pada tempat suntikan.
Peningkatan tekanan intracranial
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat anatesi spinal:
Ibu disarankan untuk bergerak pada saat ahli anastesi menyuntikan
obat bius.
Ibu disarankan untuk berkonsentrasi pada pernafasan, dengan cara:
anjurkan untuk bernafas dalam dan perlahan-lahan serta pundak ibu
rileks.
Ibu disarankan untuk tetap mempertahankan kontak mata dengan
pendamping.
32
e. Combined Spinal-Epidural (CSE)
Tentang anastesi combined spinal epidural (CSE) antara lain dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Anastesi combined spinal epidural (CSE) adalah anastesi lokal,
yang merupakan kombinasi dari anastesi spinal dan epidural.
Metode ini semakin populer dan memungkinkan analgesia yang
cepat dan efektif, baik untuk persalinan pervaginam maupun sectio
caesarea.
Cara pemberian obat bius:
Obat-obatan epidural dan spinal disuntikan kecairan tulang
belakang dan dialirkan keruang antara lapisan yang mengelilingi
tulang ekor dan tulang punggung.
Cara lanilla: sebuah jarum ditempatkan pada ruang epidural dan
sebuah jarum lain yang lebih kecil ditempatkan pada ruang
subaraknoid, ini disebut juga sebagai tehnik jarum melalui jarum.
Cara Kerja Obat Bius:
Obat-obatan spinal langsung menghambat nyeri selama satu atau dua jam,
sementara obat-obatan epidunal bekerja setelah satu jam dan bisa
meredakan nyeri hingga proses persalinan berakhir.
Keuntungan Penggunaan Anastesia Combined Spinal
Epidural(CSE) :
Ibu bisa tetap bangun dari tempat tidur dan berjalan-jalan.
Kerugian penggunaan Anastesia Combined Spinal-Epidural CSE:
Metode pereda nyeri ini tidak selalu ada disetiap rumah sakit.
f. Intrathecal Labor Analgesia(ILA):
33
Tentang anstesia lokal Intrathecal Labor Analgesia (ILA) antara lain dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. ILA merupakan tipe lain dari anastesia lokal/regional.
b. Metode pengurang rasa sakit dengan sistem injeksi atau suntikan yang
diberikan melalui sumsun tulang belakang ibu.
c. Obat bius ini tidak berbahaya bagi janin karena bekerja hanya pada
satu syaraf dan tidak masuk pembuluh darah.
d. Metode ILA biasanya diberikan pada saat pembukaan belum terlalu
besar atau pada saat pembukaan baru mencapai 3-4 cm.
e. Ibu akan tetap sadar, meskipun berada di bawah pengaruh obat bius
ILA.
f. ILA baru bisa dilakukan jika dokter atau bidan sudah memberikan izin
kepada pasien yang lahir normal untuk dilakukan ILA, yang kemudian
akan dikonfirmasi kepada dokter anastesi yang melakukan
penyuntikan ini.
Cara Pemberian Obat Bius :
Sebelum dilakukan ILA, ibu diberikan cairan infus untuk mencegah
penurunan tekanan darah pada saat diberikan obat. Dilakukan penyuntikan
obat bius lokal ke dalam cairan serebrospinal diruang subrakhanoid yang
terdapat dalam kanalis vertebra.
Cara Kerja Obat Bius :
Efek ILA dapat langsung bekerja tidak lama setelah penyuntikan, dimana
setelah obat bius disuntikan, otot-otot kaki ibu akan terasa kesemutan,
kemudian lemas. Rasa sakit atau nyeri berangsung hilang. Kontraksi
uterus juga dapat melambat akibat suntikan ini, tetapi kelahiran tetap
berjalan normal.
Posisi Saat Pemberian Obat Bius :
34
Pada saat akan dilakukan pemberian Obat bius, ibu diposisikan duduk atau
berbaring miring ke samping diatas meja operasi yang datar. Segara
setelah penyuntikan obat bius, ibu diposisikan telentang datar dengan
kepala diganjal bantal.
Komplikasi yang dapat timbul pada penggunan ILA , antara lain :
a) Komplikasi neurologis
b) Hipotensi
c) Gangguan irama jantung
d) PPDPH (Post Dural Headache/nyeri kepala pasca tindakan )
e) Mual-mual
f) Retensi urine
Kontraindikasi ILA :
a) Penolakan dari pasien
b) Tekanan Intrakranial meningkat
c) Curah jantung terbatas
d) Hipovolemia berat
e) Septikimia
f) Infeksi pada tempat suntikan
g) Gangguan pembekuan darah
h) Ibu menderita penyakit jantung
i) Ibu degan panggul sempit atau pernah operasi Caesar
Keuntungan Penggunaan Anastesia ILA:
a) Relatif lebih sederhana dalam penatalaksanaanya, efek yang lebih
cepat, durasi angka kegagalan lebih rendah dan efek samping minimal.
b) Karena rasa sakit dan nyeri tidak terlalu terasa ,umumnya persalinan
dengan ILA dapat lebih cepat.
c) Resiko robekan di daerah vagina dapat dikurangi .
35
d) Janin tetap aman, karena obat bius yang diberikan dalam dosis kecil
hanya bekerja pada susunan saraf tulang belakang, tidak sampai masuk
pembuluh darah janin.
e) Metode ILA tidak membuat ibu tertidur selama persalinan, sementara
metode lain seringkali membuat ibu tertidur karena pengaruh obat
bius.
Kerugian penggunaan Anastesia ILA:
a) Kemungkinan kontraksi menjadi lambat, namun umumnya hanya
terjadi sementara.
b) Kejadian hipotensi lebih nyata
c) Nyeri kepala pasca tindakan
2.10 Mengatassi Nyeri Secara Non Farmakologis
Nyeri adalah masalah yang alamiah dalam menghadapi persalinan. Nyeri
dalam persalinan adalah sesuatu yang dikatakan oleh pasien , kapan saja timbul
nyeri tersebut. Apabila tidak diatasi maka menimbulkan masalah lain yaitu
meningkatkan rasa khawatir yang sangat.
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan, baik
secara farmakologi maupun non-farmakologi. Sementara itu pengelolaan nyeri
persalinan secara non-farmakologis bisa dilakukan oleh sebagian besar pemberi
asuhan kesehatan apakah itu dokter , bidan , perawat. Memang metode
pengelolaan nyeri persalinan secara farmakologis lebih efektif dibanding dengan
metode non-farmakologi namun metode farmakologi lbih mahal, dan berpotensi
mempunyai efek yang kurang baik , baik bagi ibu maupun janin. Sedangkan
metode non-farmakologi bersifat murah, simpel, efektif, tanpa efek yang
merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan karena ibu dapat
mengontrol perasaannya dan kekuatannya.
36
A. Keuntungan Pengelolaan Nyeri Persalinan Secara Non-farmakologis
Pengelolaan nyeri persalinan secara non-farmakologis mempunyai
beberapa keuntungan melebihi pengelolaan nyeri persalinan secara farmakologis,
apabila tindakan pengontrolan nyeri diberikan secara memadai. Keuntungan
pengelolaan nyeri persalinan secara non-farmakologis, antara lain sebagai berikut:
1. Tidak memperlambat persalinan.
2. Tidak ada efek samping dan alergi ibu dan janin/bayi.
3. Bersifat murah, simpel /mudah digunakan, efektif , cepat tersedia, dan dapat
meningkatkan kepuasan ibu selama persalinan karena ibu dapat mengontrol
perasaannya dan kekuatannya sendiri.
4. Sebagai alternatif dan dukungan untuk obat-obatan.
5. Dapat menjadi pilihan untuk ibu yang masuk dengan persalinan yang cepat
dan tidak cukup waktu untuk mendapatkan reaksi obat-obatan.
6. Waktu yang ideal untuk belajar mengontrol nyeri secara farmakologis :
a) Sebelum persalinan atau sebelum inpartus, yaitu pada akhir kehamilan.
Pada masa ini ibu dapat belajar mengenai persalinan dan fisiologinya,
termasuk aspek-aspek rasa nyeri didalam kelas persalinan. Tehnik-tehnik
untuk mengatasi nyeri persalinan secara non-farmakologis dapat diajarkan
pada ibu yang belum siap menghadapi nyeri persalinan dan suaminya.
b) Kala suatu persalinan pada fase laten merupakan waktu terbaik untuk
memberikan pengetahuan tentang pengelolaan nyeri persalinan secara non-
farmakologis ini. Pada masa ini, ibu biasanya cemas sehingga ia
memfokuskan perhatian dan minatnya terhadap masalah yang dihadapinya
saat ini, yaitu nyeri menjelang persalinan. Pada masa ini ibu masih cukup
nyaman untuk memahami penjelasan tentang pengelolaan nyeri persalinan
yang diberikan kepadannya. Tidaklah demikian pada periode akhir kala 1 ,
dimana merupakan waktu yang sulit bagi ibu untuk memahami penjelasan
karena biasanya ibu tidak dapat lagi memusatkan perhatiannya.
37
B. Keterbatasan Pengelolaan Nyeri Persalinan Secara Non-farmakologis
Pengelolaan nyeri persalinan secara non-farmakologis hampir tidak ada
kerugian bisa ditimbulkannya. Yang ada hanyalah keterbatasan. Beberapa
keterbatasan dalam pengelolaan persalinan secara non-farmakologis, antara lain
sebagai berikut :
1. Metode pengelolaan nyeri persalinan secara non-farmakologis ini sangat
berkaitan dengan kemampuan pemberiaan asuhan kesehatan, ibu bersalinan
dan lingkungannya ( keluarga).
2. Memerlukan sikap kooperatif dan motivasi klien yang tinggi agar
menghasilkan efek yang optimal.
3. Tidak semua ibu yang menggunakan metode ini dapat memperoleh tingkat
nyeri yang diingikannya.
4. Meskipun ibu telah dipersiapkan sebelumnya untuk dapat mengatasi nyeri
persalinan secara non-farmakologis dan mempunyai motivasi yang tinggi
untuk dapat melakukannya, namun terdapat juga ibu-ibu yang menemukan
kesulitan dalam persalinannya, dan akhirnya membutuhkan juga analgesia dan
anastesia untuk membantunya.
5. Perlu pemberian informasi mengenai fisiologi proses melahirkan dan
pengenalan staf yang akan menolong.
C. Tehnik Relaksasi Dalam Persalinan
Berdasarkan pendapat Steer dikutip dari ( Mander,2003). Relaksasi adalah
metode pengendalian nyeri nonfarmakologi yang paling sering di inggris. Steer
melaporkan bahwa 34% ibu menggunakan metode relaksasi. Beberapa pengertian
relaksasi dalam persalinan dapat dikemukan sebagai berikut :
Relaksasi dalam persalinan adalah suatu tehnik untu mencapai kondisi rileks
pada saat persalinan .
Relaksasi dalam persalinan merupakan proses mengistirahatkan tubuh dan
pikiran dari segala beban fisik dan kejiwaan, sehingga ibu menjadi lebih
tenang dalam menghadapi proses persalinan.
38
Relaksasi dalam persalinan adalah suatu keadaan rileks yang dapat membuat
sirkulasi darah rahim, plasenta dan janin menjadi lancar sehingga kebutuhan
oksigen dan makanan si kecil terpenuhi.
Dengan relaksasi, seluruh sistem saraf, organ tubuh dan pancaindera ibu
beristirahat untuk mampu melepaskan ketegangan, dimana ibu tetap dalam
keadaan sadar. Tehnik pengendalian nyeri yang termasuk relaksasi mengajarkan
ibu untuk meminimalkan aktifitas simpatis dan sistem saraf otonom. Dengan
menekan aktifitas saraf simpatis, ibu mampu memecahkan siklus
ketegangan( Mander,2003). Ketika persalinan, relaksasi membuat proses
kontraksi berlangsung aman, alami dan lancar.
Tehnik relaksasi menjadi dasar dari semua metode baik metode
farmakologi maupun non-farmakologis. Manfaat dari tehnik relaksasi dari
pengelolaan nyeri persalinan non-farmakologis antara lain :
Mencegah otot-otot dari kelelahan, khususnya otot besar pada uterus.
Meningkatkan aliran darah pada uterus dan oksigenisasi janin.
Meningkatkan efisiensi kontraksi uterus.
Mengurangi ketegangan pada ibu yang meningkatkan persepsi terhadap nyeri
dan menurunkan toleransi terhadap nyeri.
Membantu ibu mengatasi stres persalinan sehingga ibu dapat lebih menikmati
pengalamannya.
Membantu ibu menghemat energinya sehingga ibu lebih sedikit membutuhkan
bantuan dalam menghadapi kontraksi kuat atau pada saat mengejan.
Membantu ibu dapat berkomunikasi lebih efektif dengan orang-orang
disekitarnya, seperti pemberi asuhan kesehatan atau pendampingnya, sehingga
ibu dapat lebih memahami kata-kata yang disampaikan kepadanya.
Mengurangi Ketegangan ibu yang dapat menghambat penurunan janin dijalan
lahir. Keuntungan ibu jika ibu dalam keadaan rileks atau tidak tegang, antara
lain :
Jika ibu rileks, maka ibu tidak akan mengalirkan hormon stres ke sistem
tubuh bayi. Hormon stres dapat membuat denyut jantung bayi meningkat
dan mencetuskan stres pada bayi.
39
Jika ibu rileks, dapat membuat ibu bernafas dalam sehingga bayi mendapat
banyak suplai oksigen (oksigenisasi).
Jika ibu rileks, dapat membantu bayi dalam kelahirannya.
1. Berbagai Langkah yang Dapat Dilakukan Untuk Relaksasi :
Diri ibu, yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap proses kelancaran
kelahiran bayi. Jika ibu bersalin di rumah sakit, ciptakan ruangan bersalin
senyaman mungkin, antara lain dengan memperhatikan :
1) Perhatikan penerangan/cahaya redup dan suhu ruangan tidak panas dan
tidak terlalu dingin.
2) Bila memungkinkan, rapatkan tempat tidur ke dinding sehingga ruangan
tampak lebih luas.
3) Taruhlah pakaian bayi ibu di tempat yang dapat dilihat ibu karena dapat
menjadi kekuatan secara psikologis.
4) Jaga privasi ibu dengan menjamin tidak ada orang yang masuk ke kamar
ibu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
b. kenyamanan tubuh/personal
otot-otot yang dalam keadaan tegang membuat tubuh sakit dan letih, yang ditandai
dengan ibu merasakan leher dan bahunya tegang, gigi gemertak, atau ekspresi
wajah ibu merengut. Hal ini berarti ibu dalam keadaan strees. Agar tubuh ibu
kembali nyaman, ibu dapat diajarkan untuk tarik nafas dalam. Saat
menghembuskan nafas, anjurkan ibu untuk melemaskan otot hingga menjadi
kendur, lunak, dan tidak kaku. Latihan ini dapat dilakukan berulang-ulang,
sehingga pada akhirnya ketegangan tubuh ibu menjadi berkurang.
c. komunikasi yang jelas
menjelang persalinan berbagai perasaan ibu terasa bercampur-aduk. Ibu
mengkhawatirkan kondisi dirinya dan bayinya. Apabila kekhawatiran ibu tersebut
tidak diungkapkan kepada pemberi asuhan kesehatan atau keluarga, akan
membuat ibu tegang. Untuk itu, agar membuatnya rileks setelah mendaptkan
penjelasan dari pemberi asuhan kesehatan.
40
2. Tehnik Relaksasi Dengan Pernafasan
Relaksasi pernafasan merupakan salah satu keterampilan yang paling
bermanfaat untuk mengatasi rasa nyeri persalinan. Keterampilan relaksasi
pernafasan untuk mengatasi rasa nyeri ini dapat digunakan selama persalinan agar
dapat mengatasi persalinan dengan baik berarti tidak kewalahan atau panik saat
menghadapi rangkaian konstraksi. Para wanita yang menggunakan keterampilan
ini biasanya tidak merasakan begitu sakit dibandingkan para wanita yang tidak
menggunakannya (whalley, dkk. 2008)
Relaksasi pernafasan selama proses persalinan dapat mempertahankan
komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostatis sehingga tidak terjadi
peningkatan suplay darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat
beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan.
Dengan memperhatikan kontrol pernafasan, diharapkan kondisi ibu menjadi
rileks, dimana seluruh sistem saraf, organ tubuh dan panca indra ibu beristirahat
untuk melepaskan ketegangan yang ada. Caranya adalah dengan ibu menarik
nafas dalam-dalam akan dapat mengalirkan oksigen ke darah yang kemudian
dialirkan ke seluruh bagian tubuh. Hasilnya ibu menjadi lebih tenang dan stabil.
3. Tehnik Relaksasi Dengan Visualisasi
Tehnik relaksasi dengan visualisasi terutama dilakukan dengan
memberdayakan otak kanan ibu agar persalinannya terbebas dari rasa sakit dengan
menanamkan keyakinan bahwa melahirkan itu tidak sakit. Dengan keyakinan,
imajinasi dan fantasi bahwa melahirkan itu tidak sakit yang diasah terus-menerus,
maka diharapkan visualisasi ibu ini mampu menyembuhkan diri dan
menghilangkan rasa dakit termasuk rasa sakit dalam persalinan.
Dengan visualisasi, ibu berlatih menggunakan keyakinan, imajinasi dan fantasinya
untuk mencapai kondisi yang rileks. Ibu juga akan berlatih menciptakan suatu
tempat khusus yang indah, tenang, dan nyaman di dalam pikiran ibu. Misalnya,
dengan membayangkan diri ibu berada dalam taman bunga pada pagi hari dan ibu
mencium aroma wewangian bunga dengan udara segar di sekitarnya. Dengan
41
tetap memepertahankan visualisasi seperti ini, ibu dapat mengucapkan kata-kata
afirmasi seperti : “aku tenang, aku rilek, aku merasa damai” dapat membawa
pikiran ibu ke kondisi rileks.
Berikut ini adalah salah satu contoh langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
pemberi asuhan kesehatan dalam membimbiing ibu/pasien untuk tindakan
relaksasi :
1) Tutup mata ibu, bernafaslah perlahan dan dalam
2) Saat naafas dikeluarkan, diri ibu akan rileks dan ketegangan akan keluar
dari tubuh
3) Bernafas dalam dengan nyaman dari abdomen
4) Pikirkan nafas ibu. Rasakan udara masuk dari hidung dan paru. Begitu
pula saat udara keluar.
5) Untuk membantu bernafas dalam perlahan, saat ibu menghirup udara, saya
akan mengatakan “masukkan satu, dua..” dan saat ibu mngeluarkan nafas
“keluarkan satu, dua ..” (sesuaikan perkataan tersebut dengan pola nafas
ibu. Ulangi 2 atau 3 kali untuk membantu nafas ibu dalam dan teratur)
6) Rasakan bahwa diri ibu rileks setiap kali bernafas. Biarkan udara mengalir
dan ketegangan keluar dari tubuh.
7) Saat bernafas katakan pada diri ibu dengan tenang “satu, dua..” saat
mengeluarkan nafas katakan “rileks...”
8) Sekarang silahkan berkonsentrasi pada pernafasan ibu. (mati ibu, jika
ketegangan ibu bertambah, ulangi langkah no 7)
9) Jika ibu sudah siap, lakukan sendiri. Hitung dengan tenang dari satu
sampai tiga. Pada hitungan ketiga, bernafaslah yang dalam. Katakan “saya
merasa rileks.....” dan buka mata ibu.
D. Tekhnik Pernafasan Dalam Persalinan
Menjelang masa persalinan, banyak ibu yang telah berlatih pernafasan melalui
kelas kelas persalinan. Namun demikian, tidak semua ibu berkesempatan bisa
mengikuti kelas-kelas persalinan dengan berbagai alasan. Bagi ibu-ibu yang telah
melakukan latihan pernafasan pun terkadang lupa dan gagal menerapkan cara
bernafas yang baik begitu mereka menghadapi sendiri proses persalinannya.
42
Banyak fakta di klinik menunjukkan bahwa bernafas dan mengejan dengan cara
yang salah adalah salah satu masalah yang kerap terjadi pada saat persalinan. Hal
ini pula yang sering menyebabkan persalinan normal tanpa bantuan tidak mungkin
dilakukan. Untuk itu, berikut ini diuraikan mengenai beberapa langkah tehnik
persalinan yang benar pada saat proses persalinan yang dapat pemberi asuhan
kesehatan ajarkan pada ibu.
1. Contoh langkah-langkah membimbing ibu dalam tehnik pernafasan saat
persalinan (I):
Mengatur pernafasan
Keuntungannya: mengatur pernafasan akan menjamin pasokan oksigen
bagi ibu dan bayi dan mengalihkan perhatian ibu dari nyeri kontraksi. Jika
ibu bernafas cepat dan pendek, justru akan mengurangi oksigen dan
menambah nyeri.
Cara-cara berikut ini dapat dipakai:
1) Bernafas lambat
Kegunaan : saat awal persalinan ketika kontraksi mulai terjadi.
Ketika konstraksi mulai, tarik nafas dalam satu kali dan
lepaskan.
Lanjutkan dengan menarik nafas perlahan-lahan lewat hidung
dan hembuskan lewat mulut selama mungkin. Ulangi terus
sampai kontraksi lewat.
Atur pernafasan sehingga cukup lambat, kurang lebih separuh
dari laju pernafasan biasa.
2) Bernafas ringan
Kegunaan : saat kontraksi semakin kuat dan sering (biasanya pada
periode transisi)
- Ketika kontraksi mulai, tarik nafas dalam satu kali dan lepaskan.
- Lanjutkan dengan menarik nafas ringan dan lepaskan dengan cepat.
Bernafaslah tiap satu atau dua detik. Teruskan bernafas seperti itu
(dangkal dan ringan) sampai kontraksi lewat.
43
- Aturlah pernafasan sehingga lajunya sekitar dua kali laju
pernafasan biasa.
3) Bernafas saat mengedan
Kegunaan : saat ingin mengedan (pada periode ekspulsi)
- Saat dorongan untuk mngedan muncul, tarik nafas kemudian
hembuskan pelan-pelan (sambil bersuara, misalnya “hooohh”)
sambil mengedan.
- Alternatif lain, tarik nafas kemudian tahan nafas kemudian tahan
nafas sambil mengedan. Stelah dorongan untuk mengedan lewat,
baru hembuskan nafas.
Relaksasii dengan cara:
1) Lemaskan otot-otot seluruh tubuh
2) Minta ruangan yang tenang dan minta suami / pendamping
menemani bila perlu.
3) Pikirkan hal-hal yang menyenangkan, misalnya : “setelah ini
selesai, saya akan segera menimang si kecil”
2. Contoh langkah-langkah membimbing ibu tehnik pernafasan saat
persalinan (II) :
a. Pikirkan kata “rileks” pada saat mengatur nafas ketika melahirkan:
Saat menghirup nafas, pikirkan kata”Ri” di benak ibu, dan saat
menghembus nafas keluar, pikirkan kata “Leks”. Jangan biarkan
pikiran berkelana kemana-mana selain dua kata tersebut ketika
mengatur nafas. Saat menghembuskan nafas keluar, lepaskan
ketegangan dan rasa nyeri ibu rasakan. Fokuslah pada oto-otot yang
tegang.
b. Gunakan “tehnik berhitung”:
- Saat sedang menghirup nafas dalam-dalam, berhitunglah hingga
angka tiga atau empat secara perlahan-lahan. Dan, saat
menghembuskan nafas keluar, lakukan hal yang sama.
- Hirup nafas lewat hidung dan hembuskan melalui mulut.
44
- Ibu boleh melakukannya sambil mengeluarkan suara-suara seperti
“ooooh” atau “aaah”. Di antara dua kontraksi, minumlah sesendok
air agar mulut ibu tidak kering.
- Mungkin agak sulit mengatur irama nafas dan rileks setiap saat
bernafas, di saat ibu mengalami kontraksi yang menimbulkan nyeri
yang luar biasa dan merasa lelah. Inilah saatnya pasangan ibu
(suami) mengambil peran dengan mencontohkan cara bernafas
dengan benar sehingga ibu mengikutinya tanpa sadar.
c. Bernafaslah benar pada saat sedang mengejan:
- Banyak ibu yang menahan nafas saat sedang mengejan. Hal ini
boleh-boleh saja dilakukan sepanjang ibu melakukannya dengan
cara mendorong otot-otot diantara kedua tungkai kaki dan
bukannya dengan bagian belakang tenggorokan ibu.
- Mungkin akan lebih baik jika mencoba bernafas dalam saat ibu
merasa kontraksi akan segera dimulai, lalu bernafaslah perlahan-
lahan begitu kontraksi terjadi. Hal ini akan sangat membantu ketika
ibu harus mengejan. Jangan mencoba menahan nafas dan mengejan
selama mungkin. Ini hanya akan membuant ibu kehabisan tenaga
dan bayi ibu kekurangan oksigen. Empat atau lima kali mengejan
di setiap kontraksi adalah jumlah yang cukup ideal.
d. Mengejan dengan baik :
- Mengejanlah dengan cara yanag tepat.
- Tarik nafas panjang saat kontraksi, letakkan dagu di dada, dan
dorong ke bawah selama mungkin.
- Ibu bisa menarik nafas beberapa kali saat kontraksi. Saat ibu
mengejan, posisi bayi akan turun secara bertahap melalui panggul.
e. Bernafas dan tidak mengejan:
- Kadang ibu akan merasa ingin mengejan sebelum pembukaan
sepuluh.
- Untuk membantu ibu agar bisa mengejan, cobalah mengambil
posisi.
45
- Menungging di sangga kedua tangan dan kaki, dan pipi menempel
di tempat tidur.
- Begitu kontraksi muncul, hembuskan nafas pendek-pendek, lalu
segeralah menghirup nafas cepat-cepat dan ulangi lagi ke langkah
pertama.
- Kemudian, lanjutkan bernafas normal di antara dua kontraksi.
Berbagai metode alternatif mengatasi nyeri persalinan
Selain pengolahan nyeri persalinan secara farmakologis dan non-farmakologis,
terdapat berbagai metode pengelolaan nyeri persalinan terkini yang di benarkan
untuk mengatasinya, dalam hal ini disebut sebagai metode alternatif atau metode
alami. Prinsipnya tetap sama, yaitu mengurangi ketegangan ibu sehingga bisa
merasa nyaman dan rileks menghadapi persalinan. Berbagai metode ini juga bisa
meningkatkan stamina untuk mengatasi rasa nyeri dan tidak berdampak pada bayi
yang dilahirkan.
Paparan mengenai berbagai metode alternatif penghilang rasa nyeri persalinan di
bawah ini bertujuan menambah wawasan pemberi asuhan kesehatan agar dapat
memberikan gambaran pilihan bagi ibu/pasien dalm memilih strategi penghlang
rasa nyeri persalinan.
Langkah pertama menuju relaksasi adalah memilih lingkungan bersalin yang
benar-benar nyaman bagi ibu. Kenyamanan adalah faktor yang paling utama
dalam proses persalinan. Dengan suasana tempat bersalin yang tenang dan
nyaman, dapat menumbuhkan perasaan rileks dalam persalinan
E. Hipnobirthing
1. Pengertian
Pengertiaan-pengertian berkaitan dengan hipnosis dan hypnobirthing:
Hypnosis adalah perubahan keadaan dimana subyek melakukan
apa saja yang diperintahkan oleh hipnosis. (Hamilton, 1999)
Hipnosis adalah suatu proses sederhana agar diri kita berada dalam
kondisi rileks, tenang dan berfokus guna mencapai suatu hasil atau
tujuan.
46
Hypnosis kedokteran adalah ilmu pengetahuan dan seni
ketrampilan memberdayakan tenaga bawah sadar seseorang secara
optimal di bidang kedokteran disamping penggunaan obat-obatan
dan peralatan kedokteran. (Kusuma, 2009)
Hypnobirthing sering disebut dengan hipnosis persalinan.
2. Fungsi tenaga bawah sadar:
Sebagi makhluk rohani manusia mempunyai jiwa dengan tenaga sadar.
Contoh tenaga bawah sadar, adalah “jika ibu hamil berpikir bahwa hamil
adalah pengorbanan dan menderita maka penderitaanlah yang didapat, jika
berpikir bahwa persalinan itu adalah sakit maka kesakitan yang diperoleh.
3. Afirmasi/niat:
Untuk mengoptimalkan tenaga bawah sadar ibu yang hendak bersalin,
maka dibutuhkan niat/afirmasi ibu sebagai suatu program yang direkam
jiwa oleh tenaga bawah sadar, dimana niat tersebut harus positif dan
dimulai saat ini, seperti dibawah ini:
Saya sehat.
Saya dan bayi saya sehat.
Kehamilan saya sehat.
Persalinan saya aman, nyaman dan lancar.
Air susu saya sehat dan cukup untuk bayi saya, dan sebagainya.
Ibu tidak boleh meniatkan dalam hati hal-hal negatif, seperti:
Saya tidak sakit atau saya akan sehat.
Nanti bagaimana kalau kehamilan saya terganggu.
Apakah saya dan bayi saya sehat.
Persalinan saya sepertinya tidak aman dan tidak lancar.
Air susu saya sedikit, dan sebagainya.
47
4. Manfaat hypnobirthing
Selama kehamilan melampaui empat bulan, bayi dalam kandungan
bisa berkomunikasi dengan ibunya dan ini bisa dilatih dengan
hipnosis.
Hipnoterapi ini juga bisa membuat ibu merasakan rileksasi.
Hipnoterapi ini bisa mengurangi rasa nyeri saat persalinan hingga
100 persen jika tidak ada sel yang rusak, namun jika ada sel yang
rusak maka sebaiknya diperbaiki dulu dengan mengkonsumsi
makanan yang bisa memperbaiki sel rusak tersebut.
Hipnoterapi juga membuat ibu merasakan relaksasi.
Hipnoterapi juga bisa menjadi alat komunikasi antara ibu dan anak
melalui alam bawah sadar yang nantinya akan membuat hubungan
ibu dan bayinya menjadi lebih dekat.
F. Akupuntur
1. Pengertian
Akupuntur merupakan suatu cara pengobatan dengan menusukkan
jarum pada titik-titik tertentu di kulit untuk mengobati berbagai
penyakit, telah dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu.
(Sukandar, 2009)
Akupuntur merupakan ilmu pengobatan alternatif dari cina dan
telah berusia tiga ribu tahun dapat melancarkan persalinan
(Danuatmaja&Meiliasari, 2008)
Akupuntur analgesia adalah akupuntur pada persalinan yang
bertujuan untuk mengurangi nyeri, dimana cara analgesik dan
pengaturan fungsi fisiologik tubuh manusia dengan penusukan
jarum. (Sukandar, 2009)
2. Indikasi akupuntur persalinan
Induksi persalinan/partus.
Mengurangi mual/muntah.
Memperbaiki presentasi janin.
48
Kontrol nyeri.
3. Tujuan dan peran akupuntur dalam mengurangi nyeri persalinan
Tujuan: untuk mengurangi nyeri persalinan, tindakan akupuntur
biasanya mulai diberikan pada akhir trimester ketiga, dengan
tujuan untuk membantu mempersiapkan tubuh ibu hamil dalam
menghadapi persalinan, dengan penekanan mempersiapkan serviks
dan tulang panggul guna proses persalinan, sehingga
memperpendek persalinan. Tujuan lainya adalah terutama dalam
pengurangan rasa nyeri, memperbaiki relaksasi, pengurangan
pemakaian epidural analgesik dan pengurangan obat-obatan
farmakologik.
Peran: akupuntur pada persalinan berperan untuk mencapai
persalinan tanpa rasa nyeri, memperbaiki kontraksi,
memperpendek waktu persalinan dan pengeluaran plasenta,
sehingga juga mencegah perdarahan yang berlebihan.
4. Syarat pasien yang dapat dilakukan akupuntur pada persalinan
Ibu mengalami hamil aterm (> 37 minggu)
Primipara atau multipara
Persalinan diduga normal
Bayi presentasi kepala
Tekanan darah normal
Ibu dalam keadaan inpartu, pembukaan serviks 4 cm atau lebih
5. Cara melakukan akupuntur
a) Cara I
Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah
sekitar titik-titik yang akan ditusuk.
Dilakukan penjaruman (akupuntur) pada titik-titik yang
dipilih, dengan sudut 45 derajat, setelah itu jarum
direkatkan ke kulit.
49
Biasanya titik-titik tersebut berada di perut dan bokong.
Jarum ditinggal selama proses persalinan dan dilepas
setelah persalinan selesai.
b) Cara II: Jarum akupuntur dimasukkan sedalam 2,5-3 cm dan
diberikan arus listrik aliran rendah sebesar 2-3 Hz. Efek analgetik
didapatkan melalui pelepasan endorfin atau serotonin dan
metansefalin.
G. Akupresur
1. Pengertian
Akuprtesur merupakan salah satu teknik nonfarmakologis yanjg
paling efektif dalam manajemen nyeri persalinan.
Akupresur disebut juga akupuntur tanpa jarum, tanpa pijat
akupuntur, atau pengembangan dari teknik akupuntur.
2. Cara melakukan akupresur
Teknik akupresur menggunakan teknik penekanan, pemijatan, dan
pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi.
Teknik akupresur ini dapat menurunkan nyeri dan mengefektifan
waktu persalinan.
Daerah yang dilakukan penekanan disebut acupoint.
Penekanan dilakukan dengan ujung jari, dimana penekanan pada
saat awal harus dilakukan dengan lembut, kemudian secara
bertahap kekuatan penekanan ditambah sampai terasa sensasi yang
ringan tetapi tidak sakit.
Penekanan dapat dilakukan 30 detik sampai 2 menit.
H. Water birth (melahirkan dia air)
1. Pengertian
Water birth adalah proses persalinan yang dilakukan di dalam air.
Sang ibu yang akan melakukan proses persalinan memasuki air
kolam saat mulut rahim sudah tahap pembukaan 6.
50
Water birthing adalah sebuah cara persalinan di dalam air yang
hangat.
2. Alasan melahirkan di air diperbolehkan
Dengan adanya perbedaan berat jenis antara manusia dan air, air
dapat mempengaruhi gravitasi, sehingga tubuh ibu akan terasa
lebih ringan bila berada di air.
Manfaat air hangat yang digunakan antara lain:
a. Dapat membuat otot-otot lebih rileks dan nyeri akan terasa
berkurang.
b. Membuat pembuluh darah melebar (vasodilatasi)
c. Meningkatkan metabolisme jaringan setempat.
d. Meningkatkan suhu jaringan
e. Meningkatkan hantaran saraf
f. Membuat otot rileks
Berendam di air merupakan cara yang aman untuk mengurangi
edema dan menurunkan tekanan darah
Terdapat peningkatan rasa nyaman yang membuat rasa cemas
berkurang dan mengurangi produksi hormon stres, yaitu hormon
katekolaminn dan non adrenalin, serta meningkatkan hormon
oksitosin dan endorfin sehingga persalinan menjadi lebih lancar
(Pramisinto, 2009)
3. Manfaat waterbirth
Saat melahirkan di dalam air, rasa nyeri akan berkurang ketimbang saat
melahirkan di atas ranjang. Pasalnya, sirkulasi darah uterus lebih baik,
sehingga sang ibu yang akan melahirkan merasa lebih rileks.
4. Syarat-syarat ibu yang boleh melahirkan di air
Kehamilan tunggal >37 minggu.
Hasil pemeriksaan CTG menunjukkan janin reassuring.
Ibu dan bayi harus dapat dimonitor dengan baik.
51
Tidak ada kontraindikasi untuk melahirkan di air.
Ibu memiliki kemauan yang kuat dan rajin berlatih dirumah.
Latihan dilakukan rutin dari awal kehamilan.
Keberhasilan metode ini sangat tergantung pada keseriusan ibu
dalam mempersiapkan kelahiran.
Lebih baik selalu didampingi suami, karena peran suami sangat
penting dalam memberikan dukungan bagi ibu dan janin.
52
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rasa nyeri pada merupakan suatu hal yang fisiologis yang terjadi baik pada kala I
(pembukaan) maupun maupun kala II (pengeluaran). Nyeri ini sebenarnya tidak
semata-mata disebabkan oleh perubahan perubahan fisik yang terjadi pada ibu
bersalin tetapi juga disebabkan oleh kondisi psikologis ibu yang menggangap
persalinan itu merupakan suatu peristiwa yang menakutkan. Oleh karena itu perlu
dilakukan teknik relaksasi dan juga pendampingan pada saat persalinan agar
kondisi psikologis ibu bisa stabil.
53
Daftar Pustaka
Maryunani, Anik. 2010. Nyeri Dalam Persalinan Teknik dan Cara Penangananya.
Jakarta. CV Trans Info Media.
54