bab i pengantar 1.1 latar belakang -...

95
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masyarakat Hindu di Bali memiliki tradisi keagamaan yang selalu ditandai dengan penyajian upakara dalam setiap upacara (ritual). 1 Sebagian besar waktu kehidupan masyarakat tercurah untuk kegiatan ritual. Kegiatan bersembahyang pada hari-hari su- ci, melaksanakan odalan, usaba 2 , mengadakan pacaruan 3 , dan la- in-lain merupakan kegiatan terus menerus dari warga masyarakat setempat/Hindu di Bali. Ritual yang berhubungan dengan manu- sia seperti mapandes (potong gigi), pawiwahan (perkawinan), sam- pai pada ngaben (ritual kematian) adalah kegiatan yang pasti dila- kukan oleh setiap keluarga. Semua kegiatan itu dilatarbelakangi dan dilandasi oleh keyakinan masyarakat Hindu Bali terhadap 1 Istilah upacara dan upakara berbeda maknanya. Upacara sama makna- nya dengan ritual yaitu kegiatan keagamaan yang melibatkan bentuk dan pro- ses acara sebuah yadña, sedangkan upakara adalah sesajen, bentuk persem- bahan berupa penyajian buah, bunga, daun, api, air, dan lain-lain yang ditata sedemikian rupa. Perikasa Ny. I Gst. Ag. Mas Putra, UpakaraYadña (Denpasar: Milik Pemerintah Provinsi Bali, Penggandaan Buku Penuntun Agama Hindu dan Modul / Silabus Tentang Pesraman, 2007), 6-7. 2 Odalan dan usaba merupakan upacara déwa yadña. Odalan adalah upacara hari jadi sebuah pura yang bertujuan menyucikan pura dan memper- sembahkan upakara, sedangkan usaba merupakan upacara selamatan desa atau subak. 3 Pecaruan adalah pelaksanan ritual bhũta yadña, yaitu persembahan yadña menetralisasi energi negatif.

Upload: vuminh

Post on 06-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

1

BAB I

PENGANTAR

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Hindu di Bali memiliki tradisi keagamaan yang

selalu ditandai dengan penyajian upakara dalam setiap upacara

(ritual).1 Sebagian besar waktu kehidupan masyarakat tercurah

untuk kegiatan ritual. Kegiatan bersembahyang pada hari-hari su-

ci, melaksanakan odalan, usaba2, mengadakan pacaruan3, dan la-

in-lain merupakan kegiatan terus menerus dari warga masyarakat

setempat/Hindu di Bali. Ritual yang berhubungan dengan manu-

sia seperti mapandes (potong gigi), pawiwahan (perkawinan), sam-

pai pada ngaben (ritual kematian) adalah kegiatan yang pasti dila-

kukan oleh setiap keluarga. Semua kegiatan itu dilatarbelakangi

dan dilandasi oleh keyakinan masyarakat Hindu Bali terhadap

1Istilah upacara dan upakara berbeda maknanya. Upacara sama makna-

nya dengan ritual yaitu kegiatan keagamaan yang melibatkan bentuk dan pro-ses acara sebuah yadña, sedangkan upakara adalah sesajen, bentuk persem-

bahan berupa penyajian buah, bunga, daun, api, air, dan lain-lain yang ditata

sedemikian rupa. Perikasa Ny. I Gst. Ag. Mas Putra, Upakara–Yadña (Denpasar:

Milik Pemerintah Provinsi Bali, Penggandaan Buku Penuntun Agama Hindu dan Modul / Silabus Tentang Pesraman, 2007), 6-7.

2Odalan dan usaba merupakan upacara déwa yadña. Odalan adalah

upacara hari jadi sebuah pura yang bertujuan menyucikan pura dan memper-sembahkan upakara, sedangkan usaba merupakan upacara selamatan desa

atau subak.

3Pecaruan adalah pelaksanan ritual bhũta yadña, yaitu persembahan

yadña menetralisasi energi negatif.

Page 2: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

2

panca yadña yang merupakan lima persembahan suci yang dila-

kukan dengan tulus ikhlas.4

Panca yadña terdiri dari déwa yadña (persembahan suci

kepada Déwa/Tuhan), bhũta yadña (persembahan suci untuk me-

netralisasi energi negatif dari bhũta), rsi yadña (persembahan suci

untuk menghormati pendeta/guru suci, pemimpin upacara), pitra

yadña (persembahan suci kepada leluhur), dan manusa yadña

(persembahan suci untuk keselamatan manusia). Kegiatan terse-

but tidak lepas pula dari jalan bhakti marga dan karma marga5

sebagai pedoman kehidupan beragama umat Hindu di Bali.

Setiap ritual yadña melibatkan berbagai bentuk sarana

upakara seperti banten (sajen), mantera atau saa, benda-benda

sakral (pratima, genta, lalontek, tombak, pajeng, dan lain-lain) dan

seni pertunjukan (wayang, tari, drama, gamelan, dan kidung).6

Umumnya kegiatan ritual itu selalu diekspresikan melalui bentuk-

bentuk yang indah. Sesajen ditampilkan penuh dengan hiasan

janur. Suara-suara merdu dilantunkan melalui kidung, saa atau

mantera, dan gamelan. Gerak-gerak lemah gemulai ditampilkan

4Team Penyusun, Panca Yadnya: Déwa Yadnya, Bhũta Yadnya, Rsi Yad-

nya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya (Denpasar: Milik Pemerintah Provinsi

Bali, Penggandaan Buku Penuntun Agama Hindu dan Modul/Silabus Tentang

Pesraman, 2007), 47.

5Ny. I Gst. Ag. Mas Putra, 2007, 5.

6Anak Agung Ketut Suryahadi,” Seni Sesaji Ritual Pawiwahan di Kabu-

paten Karangasem Bali” (Disertasi untuk mencapai derajat Sarjana S-3 dalam

Ilmu Budaya pada Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2007), 136.

Page 3: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

3

melalui tari-tarian ritual. Seni benar-benar menjadi bagian integral

dari kegiatan ritual masyarakat Hindu di Bali.

Pertunjukan tari Bali pada umumnya dikaitkan dengan ri-

tual, namun tidak semua jenis tari Bali berfungsi ritual. Salah sa-

tu jenis tari Bali yang difungsikan sebagai sajian ritual adalah tari

rejang. Rejang adalah tarian berkelompok yang disajikan untuk

upacara déwa yadña yang dibawakan oleh wanita dengan menge-

nakan pakaian adat setempat.7 Di Kabupaten Karangasem rejang

tidak memakai pakaian adat setempat (yang biasa dipakai sem-

bahyang) tetapi busana khusus untuk tari rejang.

Rejang merupakan salah satu tari ritual yang cukup tua

usianya. Beberapa desa tua di Bali yang memiliki tradisi rejang

adalah Tenganan, Bungaya, Asak, Sukawana, dan Batur. Rejang

tersebut sampai saat ini masih ada dan disucikan oleh masyarakat

setempat.8

Ada beberapa rejang yang disebut dengan nama lain. Re-

jang di Gianyar disebut sutri, di Batuan disebut pasutri, sedang-

kan di Desa Bedulu disebut permas.9

7I Made Bandem, Ensiklopedi Tari bali (Denpasar: Akademi Seni Tari In-

donesia (ASTI) Denpasar Bali, 1983), 122.

8Anak Agung Gde Putra Agung, Beberapa Tari Upacara dalam Masyara-

kat Bali (Jakarta: Proyek Media Kebudayaan Jakarta Direktorat Jenderal Kebu-

dayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981/1982), 38.

9I Wayan Dibia and Rucina Ballinger, Balinese Dance, Drama and Music: A Guide to the Performing Arts of Bali (Singapore: Periplus Editions, 2004), 56-

57.

Page 4: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

4

Jaman dahulu ada bermacam-macam rejang, ada Rejang

Renteng, Rejang Lilit, Rejang Bengkol, Rejang Oyod Padi, Rejang

Ngregong, Rejang Alus, Rejang Nyangnyingan, Rejang Luk Penyalin,

dan Rejang Glibag Ganjil.10 Nama-nama rejang itu sekarang jarang

ditemukan, namun demikian hingga saat ini di daerah kecamatan-

kecamatan di Kabupaten Karangasem masih banyak dijumpai ber-

bgai jenis rejang. Kecuali di Kecamatan Kubu dan Rendang, rejang

hidup subur di enam daerah kecamatan lainnya, yaitu di Keca-

matan Abang, Karangasem, Selat, Bebandem, Sidemen, dan Mang-

gis.

Masing-masing rejang memiliki bentuk dan gaya tersendiri,

misalnya rejang dari Bungaya tidak sama dengan rejang-rejang

yang lain, meskipun dengan rejang yang ada di desa tetangganya

yaitu Asak, ataupun Timbrah. Demikian pula dengan rejang di

Kecamatan Abang yang merupakan satu rumpun jenis rejang yang

memiliki gaya dan tradisi yang unik.

Di Desa Tenganan Kecamatan Manggis ada Rejang Déwa,

Rejang Palak, Rejang Makitut, dan Rejang Mongbongin yang ditam-

pilkan silih berganti selama lima hari berturut-turut, pada ritual

Aci Kasa. Para penari adalah wanita yang belum menikah, yang

disucikan melalui penyucian diri yang ketat.

10I Gusti Agung Gede Putra, Cudamani: Tari Wali (Denpasar: Percetakan

Bali, 1980), 10.

Page 5: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

5

Gambar 1.1 Rejang Palak di Tenganan dalam acara Aci Kasa, Februari 2005. (Cyberlink dari video milik I Wayan Senen, 2010)

Gambar 1.2 Rejang dari Bungaya dalam acara Usaba Sumbu Désa Adat Bungaya, Juni 2010. (Foto: I Nengah

Mariasa, 2010)

Page 6: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

6

Di Desa Bungaya Kecamatan Bebandem, ada rejang daha

yang sangat berbeda dengan desa tetangganya, Pertima. Bentuk

gerak dan busananya khas, sederhana namun agung dan berwiba-

wa. Rejang itu memegang peran penting pada setiap ritual Dangsil,

Sumbu, dan Kuningan.

Gambar 1.3 Rejang dari Timbrah dalam acara Usaba Sumbu Dusun Adat Timbrah, September 2010. (Foto: I Nengah Mariasa,

2010)

Désa Adat Pertima Kecamatan Karangasem yang terdiri dari

tiga désa pekraman (désa adat), yaitu: Perasi, Timbrah, dan Asak,

juga memiliki tradisi rejang serumpun yang berbeda dengan desa-

desa yang lain. Rejang daha11 ada di Asak, dipertunjukkan pada

11Rejang daha disebut rejang kuningan dalam tesis oleh Ni Nyoman Mul-

yati, ”Tari Rejang Kuningan di Désa Asak Karangasem Bali” (Tesis untuk men-

capai derajat Sarjana S-2 pada Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa,

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1999), 4.

Page 7: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

7

ritual Usaba Kedasa, Sumbu, dan Kuningan, demikian pula Dusun

Perasi dan Timbrah memiliki tradisi rejang yang tidak jauh ber-

beda dengan Asak.

Karangasem sangat kaya akan budaya rejang, namun ka-

rena publikasi ilmiah oleh penulis-penulis Barat yang hanya

menampilkan beberapa contoh rejang, maka rejang yang dikenal

adalah rejang dari Tenganan, rejang dari Asak, dan rejang dari

Bungaya. Sebenarnya, selain itu, masih banyak ada rejang-rejang

lain yang hidup subur hingga sekarang. Desa-desa lain yang di-

maksud itu, misalnya Saren, Bebandem, Pasedahan, Selat, Mun-

can, Bugbug, Duda, Dukuh Penaban, Juwuk Manis, Gelumpang,

Sengkidu, Tebola, dan lain-lain. Selain itu, khususnya di Kecamat-

an Abang bermacam-macam bentuk rejang hidup subur pada

masing-masing désa adat, oleh karena itu, tidak mengherankan

jika Karangasem merupakan pusat rejang di Bali.

Di Desa Saren, Kecamatan Bebandem, tari Rejang Renteng

ditarikan pada hari Kuningan dengan beriring-iringan memegang

seutas tali.12 Di Desa Bebandem ada rejang yang masih lestari

pada masing-masing banjar dinas, dan pertunjukannya berlang-

sung pada odalan pura-pura banjar. Pada waktu Usaba Gumang

September 2010 para penari rejang dari beberapa kelompok banjar

dinas bergabung menjadi satu ngayah menari di depan pelinggih

12Anak Agung Gde Putra Agung, 1981/1982, 38.

Page 8: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

8

Bale Agung Désa Adat Bugbug. Mereka mewakili penampilan re-

jang dari Desa Bebandem. Penari memakai busana yang keli-

hatannya telah diperbaharui, sehingga tampak lebih kekinian.

Gambar 1.4 Rejang dari Bebandem dalam acara Usaba Gumang /Usaba Gede di Desa Bugbug, September 2010. (Foto: I Nengah Mariasa, 2010)

Berbeda halnya dengan rejang dari Pasedahan Kecamatan Manggis

yang tampak lebih lugu. Désa Adat Pasedahan, tetangga dekat

Désa Adat Tenganan, memiliki tradisi rejang yang khas. Kelompok

penari rejang anak-anak berpakaian adat rejang, bergerak hanya

berjalan biasa mengelilingi seluruh bangunan-bangunan suci Pura

Puseh pada Usaba Sambah Désa Adat Pasedahan.

Page 9: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

9

Gambar 1.5 Rejang Déwa di Pasedahan sebelum me-nari dalam acara Usaba Sambah Désa Adat Pasedahan.

Manggis, Oktober 2010, (Foto: I Nengah Mariasa, 2010)

Tari rejang yang seperti di Desa Pasedahan ada pula di Desa Selat.

Para penari berpakaian warna putih-kuning mengelilingi bangun-

an-bangunan suci Pura Puseh tiga kali pada ritual Usaba Kapat

Désa Adat Selat.

Page 10: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

10

Gambar 1.6 Rejang Déwa di Desa Selat dalam acara Usaba Kapat, September 2010. (Foto: I Nengah Mariasa, 2010)

Di Desa Muncan Kecamatan Selat ada rejang yang ditari-

kan pada ritual Mapag Toya, yaitu ritual kesuburan melancarkan

pengairan sawah. Kegiatan ini dilaksanakan di Pura Ulun Swi oleh

anggota subak (organisasi pertanian). Para penari rejang mem-

bentuk satu barisan menari mengelingi bangunan-bangunan suci

pura. Desa Bugbug Kecamatan Karangasem juga memiliki tradisi

rejang. Rejang itu tidak dipertunjukkan pada sembarang ritual,

tidak ada pada ritual Purnama Kapat, Kuningan, atau Galungan.

Rejang hanya ditampilkan pada ritual-ritual besar seperti Usaba

Manggung atau Usaba Sumbu. Di Desa Ipah Kecamatan Sidemen

juga ada rejang yang dipentaskan khusus pada usaba tertentu.

Page 11: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

11

Gambar 1.7 Rejang di Muncan pada upacara Mapag Toya di Pura Ulun Suwi Désa Adat Muncan Kecamatan Selat, Oktober 2010. (Foto: I Nengah Mariasa, 2010)

Kecamatan Abang memiliki berbagai bentuk rejang kuning-

an yang masuk dalam satu rumpun tradisi rejang budaya Abang.

Selain desa-desa resmi wilayah administratif Kecamatan Abang,

ada desa yang dulunya merupakan wilayah Abang, tetapi sekarang

masuk wilayah Kecamatan Karangasem. Desa itu adalah Dukuh

Penaban yang dulu termasuk wilayah Désa Adat Tiyingtali. Ada

pula desa perbatasan antara Abang dan Karangasem yang memi-

liki bentuk rejang serupa yaitu Gelumpang dan Juwuk Manis.

Désa-désa adat tersebut memiliki tradisi rejang kuningan yang

khas. Baik gerak, busana dan tradisi yang melatarbelakanginya

cenderung termasuk rejang budaya Abang.

Page 12: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

12

Gambar 1.8 Busana rejang kuningan di Dukuh Penaban Keca-

matan Karangasem, pada Paing Kuningan 24 Mei 2010. (Foto: I Nengah Mariasa, 2010)

Pada awal acara Paing Kuningan dengan diiringi gamelan

gong kebyar para penari rejang di Dukuh Penaban berjalan biasa

mengelilingi bangunan suci Pura Puseh tiga kali. Berikutnya pena-

ri rejang kuningan menari dengan lembut berjalan ke depan me-

lingkar ke kiri (prasawya) membentuk pola lantai lingkaran di

halaman jaba tengah pura.

Page 13: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

13

Gambar 1.9 Gerak rejang kuningan di Dukuh Penaban Keca-matan Karangasem, pada Paing Kuningan 24 Mei 2010, di Pura Puseh. (Foto: I Nengah Mariasa, 2010)

Dusun Gelumpang yang merupakan dusun tetangga Du-

kuh Penaban juga memiliki tradisi rejang kuningan. Rejang itu

memakai serobong bunga kepala berbentuk trapesium. Serobong

bunga adalah serobong yang berisi hiasan bunga-bunga. Bunga-

bunga tersusun rapi pada serobong sehingga tampak khas. Badan

memakai sabuk kuning dan kedua tangan memakai gelang perak.

Pinggang ke bawah memakai kamen dan awir panjang. Warna sa-

buk yang dipakai seragam, sedangkan awir-nya bermacam-ma-

cam.

Page 14: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

14

Gambar 1.10 Rias dan busana rejang kuningan Dusun Gelum-pang Kecamatan Karangasem, pada Manis Kuningan 23 Mei 2010. (Foto: Sringatin, 2010)

Dusun Juwuk Manis memiliki rejang kuningan mirip de-

ngan rejang kuningan Dusun Gelumpang. Desain busana yang di-

kenakannya hampir sama. Rejang kuningan Dusun Juwuk Manis

memakai sabuk bermacam warna dan awir yang dominan berba-

han kain sifon. Rejang menari sangat khas. Dengan diiringi gamel-

an gambang para penari melakukan dua kalimat gerak yaitu gerak

berjalan mengibas-ngibaskan awir dan gerakan ngembat sambil

berjalan. Mereka menari berjalan ke depan melingkar ke kiri di

jaba tengah pura desa. Rejang menari dari siang hari sampai

matahari terbenam. Mereka menari berkali-kali dengan diselingi

Page 15: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

15

istirahat-istirahat. Para penari ikut beristirahat ketika gambang

berhenti dibunyikan. Jika gambang mulai berbunyi penari mulai

menari kembali.

Gambar 1.11 Penari rejang kuningan Dusun Juwuk Manis se-dang menari mengibas-ngibaskan awir, pada Manis Kuningan 23

Mei 2010. (Foto: Sringatin, 2010)

Beragam jenis rejang ada di Kabupaten Karangasem. Ben-

tuk penampilan gerak, busana, iringan, dan fungsi rejang menarik

perhatian untuk diteliti. Sehubungan dengan itu tulisan ini meng-

kaji rejang kuningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem,

mengingat bahwa banyak pertimbangan yang dapat diajukan.

Pertama, objek penelitian ini adalah orisinal; kedua, rejang di

Kecamatan 20 Abang memiliki beragam bentuk rejang yang dapat

diklasifikasikan ke dalam satu bentuk identitas; ketiga, merupa-

Page 16: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

16

kan salah satu jenis rejang di Kabupaten Karangasem yang memi-

liki bentuk gerak, busana, dan pola lantai yang lebih kompleks;

keempat, masing-masing memiliki bentuk elemen koreografi yang

unik dan keindahan tari ritual; kelima, rejang kuningan merupa-

kan tari yang memegang peranan sangat penting dalam kehidupan

ritual désa adat di Kecamatan Abang, sehingga memiliki fungsi

dan mengandung makna yang cukup dalam. Sampai saat ini be-

lum ada tulisan yang mengkaji lebih dalam tentang rejang kuning-

an di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Sebagai objek

penelitian yang orisinal, rejang itu belum pernah diangkat menjadi

topik karya ilmiah setingkat disertasi. Rejang kuningan di Keca-

matan Abang sebenarnya memiliki eksistensi di Kabupaten Ka-

rangasem, seperti halnya keberadaan rejang-rejang lain yang ada

di Tenganan, Bungaya, atau Asak. Objek penelitian ini memiliki

potensi budaya tari yang mestinya segera didokumentasikan.

Di Kecamatan Abang terdapat berbagai bentuk rejang ku-

ningan yang memiliki ciri-ciri bentuk tersendiri dan hidup subur

pada masing-masing désa adat. Ada duapuluh désa adat di Keca-

matan Abang.13 Dari duapuluh désa adat yang ada, rejang hidup

subur pada sepuluh désa adat ’selingkung‟, yaitu di Tista, Tiying-

tali, Purwayu, Basang Alas, Kesimpar, Tanah Aji, Tuminggal, Ngis,

13I Made Sudiarsa. Data Kepariwisataan Kabupaten Karangasem Tahun

2009 (Karangasem: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem,

2009), 24-25.

Page 17: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

17

Tauka, dan Ababi. Désa-désa adat tersebut merupakan satu ling-

kungan wilayah budaya rejang yang terletak berdekatan di pusat

wilayah Kecamatan Abang. Rejang yang ada di wilayah désa adat

itu adalah rejang kuningan yang selalu dipentaskan setiap 210

hari sekali (enam bulan lebih) pada hari Kuningan.

Masing-masing desa memiliki bentuk tari rejang kuningan

yang berbeda-beda. Busana yang dipakai berbeda-beda. Gamelan

pengiring tari yang digunakan juga beragam. Masing-masing re-

jang kuningan memiliki desain atas dan pola lantai14 yang menun-

jukkan ciri identitasnya.

Rejang kuningan di Kecamatan Abang adalah salah satu

bentuk rejang yang memiliki desain atas lebih kompleks diban-

dingkan dengan rejang-rejang yang lain. Jika dibagi berdasarkan

desain atas, rejang di Kabupaten Karangasem dapat dikelompok-

kan menjadi dua. Kelompok pertama, desain atas rejang dengan

pola gerak sangat sederhana terlihat pada rejang dari Tenganan,

dari Bungaya, dari Asak, dari Timbrah, dari Kecamatan Karang-

asem, dari Selat, dari Manggis, dan dari Sidemen. Kelompok

14Pola lantai adalah gambar lintasan penari yang dapat dibayangkan ada

pada lantai pentas, sedangkan desain atas merupakan pola gerak penari yang

dapat dibayangkan ke dalam gambar-gambar gerak yang ada di atas lantai pen-

tas. Pola lantai sering disebut juga desain lantai.

Page 18: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

18

kedua, pola gerak lebih rumit terlihat pada rejang di Kecamatan

Abang dan Bebandem.15

Rejang kuningan di Kecamatan Abang memiliki beragam

bentuk yang menyebar pada masing-masing désa adat. Keraga-

man bentuk itu menghadirkan beberapa daya tarik. Salah satu di

antaranya adalah unsur kreativitas dalam sebuah koreografi. Kre-

ativitas itu tampak jelas baik dalam gerak, busana, maupun mu-

sik tarinya. Keberagaman ini tidak ditemukan pada rejang-rejang

yang lain, baik pada rejang dari Tenganan, rejang dari Bungaya,

maupun pada rejang dari Pertima.

Beberapa kreativitas ditemukan dalam gerak rejang, misal-

nya rejang kuningan dari Tiyingtali melakukan gerak unik yaitu

gerak melempar awir/oncer ke depan (Jawa: seblak ngarep), se-

dangkan rejang kuningan dari Tista menggunakan gerak tari Jawa

Tengahan seperti gerak kebyak-kebyok dan seblak sampur. Rejang

kuningan dari Purwayu melakukan gerak-gerak tari yang berbeda

dengan rejang-rejang yang lain. Selain seblak ngarep yang dige-

rakkan oleh seorang penari terdepan, semua penari besama-sama

menggerakkan kepalanya yang terkesan seperti kerbau mengge-

rak-gerakkan tanduknya.

15Hasil pemetaan rejang setelah mengadakan prapenelitian bentuk-ben-

tuk rejang di Kabupaten Karangasem, September 2009 Oktober 2010.

Page 19: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

19

Rejang-rejang di Kecamatan Abang memiliki jenis busana

tari yang berbeda-beda. Beragam busana rejang yang tampaknya

berbeda-beda itu pada dasarnya memiliki desain busana yang

serupa. Kepala memakai serobong bunga sedangkan badan dan

tungkai diselimuti anteng, saput, awir dan kamen. Busana rejang

di Kecamatan Abang merupakan satu kesatuan gaya yang tampak

agung tetapi khas. Rejang-rejang lain di wilayah Kabupaten Ka-

rangasem memiliki busana yang cenderung seragam dan terkesan

„mewah‟, berbeda halnya dengan rejang di Kecamatan Abang yang

dalam satu koreografi terdapat satu desain busana yang terdiri

dari bermacam-macam warna sabuk, kamen dan awir. Sebagai

contoh pembanding misalnya busana rejang dari Bungaya. Jenis

rejang ini memakai busana yang terkesan agung yang seragam

dalam satu koreografi. Demikian pula dengan rejang dari Tengan-

an yang berbusana „mewah‟ seragam dalam satu koreografi. Hal ini

berbeda dengan rejang di Kecamatan Abang yang terkesan lebih

khas.

Selain jenis busana, pola lantai rejang di Kecamatan Abang

lebih bervariasi. Pada umumnya rejang-rejang di Kabupaten Ka-

rangasem memiliki satu bentuk pola lantai. Rejang di Kecamatan

Abang memiliki dua bentuk pola lantai. Rejang yang memiliki pola

lantai lingkaran dapat disaksikan pada rejang di Kecamatan

Abang, Karangasem, Bebandem, Selat, Manggis, Sidemen, dan

Page 20: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

20

rejang dari Bungaya. Rejang yang memiliki pola lantai barisan

adalah rejang dari Tenganan, rejang dari Pertima dan juga rejang

kuningan dari Tista yang ada di Kecamatan Abang. Ciri-ciri terse-

but menarik perhatian untuk dikaji, agar elemen-elemen koreo-

grafi yang menjadi ciri bentuk tari rejang kuningan di Kecamatan

Abang dapat dijelaskan.

Apresiasi masyarakat terhadap kehadiran rejang sangatlah

besar. Selain sebagai bagian integral kegiatan, menghadirkan re-

jang merupakan kewajiban setiap kepala keluarga. Dua sampai

lima kepala keluarga (KK) pokok desa bertanggung jawab menge-

luarkan satu penari rejang. Jika di sebuah désa adat ada tujuh

puluh lima KK pokok desa, maka jumlah rejang yang ada berkisar

antara lima belas sampai tiga puluh delapan orang, oleh karena

itu tidak mengherankan jika jumlah penari rejang di satu desa

cukup banyak, tergantung jumlah KK pokok désa adat.

Pertunjukan rejang merupakan mata acara tunggal pada

ritual kuningan di Kecamatan Abang. Tidak ada acara lain selain

tari rejang pada ritual itu. Kehadiran rejang sebagai acara pokok

sangat dibutuhkan oleh masyarakat, mengapa demikian? Rejang

mempunyai fungsi yang sangat penting dalam ritual kuningan.

Pertunjukan rejang merupakan bagian struktural, bagian yang

paling pokok dari kegiatan ritual masyarakat, sehingga rejang

berfungsi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat.

Page 21: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

21

Apa fungsi tari rejang dalam ritual kuningan di Kecamatan Abang,

merupakan masalah yang akan dipecahkan.

Rejang di Kecamatan Abang cukup unik, selain fungsi yang

dimilikinya rejang itu hanya dipentaskan pada hari-hari Kuningan

atau pada upacara besar misalnya Usaba Dangsil atau Ngenteg

Linggih. Rejang itu tidak ditampilkan pada saat odalan atau usa-

ba-usaba biasa seperti misalnya Usaba Kapat. Hari Kuningan sa-

ngat penting bagi masyarakat Abang. Masyarakat pelestari rejang

perlu memahami lebih dalam makna rejang dalam ritual kuningan.

Hari Kuningan yang merupakan rangkaian dari hari Galungan ada-

lah rangkaian peristiwa ritual yang sangat penting yang melatar-

belakangi mengapa rejang ditampilkan. Arti dari persinggungan

antara rejang dengan tempat dan waktu pementasannya itu belum

dipahami masyarakat secara mendalam.

Pertunjukan rejang itu memang banyak menunjukkan hal-

hal yang khusus. Selain hari pelaksanaannya khusus, tempat

pertunjukannya juga khusus. Rejang hanya ditampilkan di halam-

an sebuah pura yang telah ditentukan. Rejang dimainkan khusus

oleh penari wanita yang belum menikah, mengapa demikian. Itu

belum diketahui oleh masyarakat. Penari rejang mengelilingi ba-

ngunan-bangunan suci pura. Acara dan pertunjukan rejang meru-

pakan satu kesatuan ritual yang tak terpisahkan. Rejang memiliki

makna tersendiri. Mengapa bentuk-bentuk tersebut dilaksanakan

Page 22: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

22

dengan aturan-aturan khusus? Semua bentuk sajian ritual itu

merupakan tanda yang memiliki makna yang sangat penting un-

tuk dikaji.

Kehadiran rejang dewasa ini sangat didukung oleh masya-

rakat sehingga keberadaannya menjadi lestari. Namun demikian di

masa depan sangat mungkin terjadi berbagai ancaman terhadap

keberadaan rejang, oleh karena itu nilai-nilai dari bentuk, fungsi,

dan makna rejang sangat penting untuk dipahami masyarakat.

Dewasa ini masyarakat pelestari rejang di Kecamatan Abang be-

lum sepenuhnya mengetahui dan memahami nilai-nilai yang ter-

kandung pada bentuk, fungsi, dan makna rejang yang disajikan

untuk ritual kuningan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah pene-

litian yang diajukan dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Mengapa kehadiran rejang sangat dibutuhkan dalam ritual ku-

ningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem, Bali?

2. Bagaimanakah ciri-ciri bentuk pertunjukan rejang kuningan di

Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem, Bali?

3. Apakah fungsi tari rejang dalam ritual kuningan di Kecamatan

Abang Kabupaten Karangasem, Bali?

Page 23: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

23

4. Apakah makna pertunjukan rejang dalam ritual kuningan di

Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem, Bali?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengungkap alasan kehadiran rejang sangat dibutuhkan dalam

ritual kuningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem,

Bali.

2. Menganalisis dan menemukan ciri-ciri bentuk pertunjukan re-

jang kuningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem,

Bali.

3. Menganalisis dan menjelaskan fungsi rejang dalam ritual ku-

ningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem, Bali.

4. Menganalisis dan menjelaskan makna pertunjukan rejang da-

lam ritual kuningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karanga-

sem, Bali.

Penelitian ini sangat bermanfaat, berupaya ikut melestari-

kan budaya bangsa. Melestarikan warisan budaya lokal merupa-

kan bagian yang sangat penting dari kehidupan kita berbangsa.

Banyak hal yang bisa dimanfaatkan, antara lain kepentingan ide-

Page 24: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

24

ologi, kepentingan edukasi, dan kepentingan ekonomi.16 Penulisan

hasil penelitian rejang kuningan ke dalam bentuk disertasi adalah

kegiatan yang sangat penting. Kegiatan ini merupakan salah satu

upaya pelestarian budaya lokal.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi

yang jelas mengenai bentuk, fungsi, dan makna rejang dalam ri-

tual Kuningan di Kecamatan Abang. Dengan adanya informasi ter-

sebut, masyarakat tari khususnya dan masyarakat Hindu Dharma

umumnya akan memiliki acuan yang jelas tentang tari rejang

kuningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Bali.

1.4 Tinjauan Pustaka

Data-data tentang rejang yang diungkapkan melalui pusta-

ka sangat penting diketahui sebelum melakukan penelitian. Selain

mengetahui orisinalitas penelitian, data pustaka sangat berguna

untuk melengkapi data yang diperoleh di lapangan.

Pustaka-pustaka yang membahas rejang kuningan di Keca-

matan Abang Kabupaten Karangasem sampai saat ini belum ada.

Berikut ini disajikan pustaka-pustaka yang langsung mengungkap

masalah rejang dan yang berkaitan dengan penelitian ini.

16Timbul Haryono, “Peran Masyarakat Intelektual dalam Penyelamatan

dan Pelestarian Warisan Budaya Lokal,” Disampaikan pada Dies Natalis Uni-

versitas Gadjah Mada Yogyakarta ke-63, 2009, 12.

Page 25: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

25

Dance and Drama in Bali yang ditulis oleh Beryl de Zoete

and Walter Spies (1973) banyak memberi informasi mengenai tari

rejang. Buku tersebut menguraikan jenis-jenis tari Bali yang ter-

bagi menjadi duabelas bab. Ada satu bab khusus tentang tari-

tarian upacara, membicarakan masalah rejang. Rejang yang dije-

laskan adalah rejang di Tenganan, Asak, dan Batuan. Data data

singkat mengenai gerak, busana, musik, dan tempat pementasan

yang ada dalam buku itu merupakan informasi yang berguna un-

tuk mendukung penelitian ini.17

Balinese Dance, Drama and Music yang ditulis oleh I Wayan

Dibia dan Rucina Ballinger (2004) juga memberi gambaran yang

jelas tentang tari rejang. Dalam buku itu dijelaskan bahwa ada

banyak tipe rejang yang berbeda. Ada rejang yang disebut sutri di

Gianyar, pasutri di Batuan, permas di Bedulu. Di Karangasem di-

jelaskan ada tiga daerah yang memiliki tradisi rejang yaitu Asak,

Bungaya, dan Tenganan. Di samping itu dijelaskan pula gambaran

data mengenai pakaian tari rejang. Penjelasan mengenai Rejang

Déwa kreasi dari Ni Luh Swasti Wijaya Bandem juga terdapat da-

lam buku ini.18

Kaja and Kelod: Balinese Dance in Transition yang ditulis

oleh I Made Bandem dan Fredrik Eugene deBoer (1981) juga

17Beryl de Zoete and Walter Spies, Dance and Drama in Bali (Kuala Lum-

pur: Oxford University Press, 1973), 46-49.

18Dibia and Rucina Ballinger, 2004, 56-57.

Page 26: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

26

memberi gambaran secara umum dan sangat singkat tentang tari

rejang. Dalam buku itu rejang diklasifikasikan ke dalam tari-tarian

jeroan pura. Tari rejang bukan merupakan pertunjukan profesi-

onal. Data-data lain secara singkat diinformasikan adalah jumlah

penari, busana, waktu pertunjukan, dan keterangan singkat ten-

tang gerak rejang, namun tidak dicantumkan rejang apa yang

dibahas itu.19

Buku berjudul Perkembangan Seni Tari di Bali yang ditulis I

Wayan Dibia (1977/1978) juga memberi pengertian yang umum

dan singkat tentang tari rejang. Rejang memiliki gerak-gerak yang

sangat sederhana, dilakukan secara masal oleh penari perempu-

an.20

Beberapa Tari Upacara dalam Masyarakat Bali ditulis oleh

Anak Agung Gde Putra Agung (1981/1982). Buku ini memberi

informasi singkat tentang Rejang Renteng di Desa Saren, dan Re-

jang Daha di Desa Asak.21

The Art and Culture of Bali yang ditulis oleh Urs Ramseyer

(1977) memberi informasi terutama berkenaan dengan data ritual

dan musik di Tenganan Pageringsingan. Disamping itu, diungkap-

19I Made Bandem and Fredrik Eugene deBoer, Kaja and Kelod: Balinese

Dance in Transition (Kuala Lumpur: Oxsford University Press, 1981), 17-19.

20I Wayan Dibia, Perkembangan Seni Tari di Bali (Denpasar: Proyek Sasa-

na Budaya Bali, 1977/1978), 34.

21Anak Agung Gde Putra Agung, 1981/1982, 38-39.

Page 27: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

27

kan pula keterangan gambar-gambar yang lengkap mengenai Re-

jang Mongbongin dan Rejang Déwa di Tenganan.22

Tesis berjudul ”Tari Rejang Kuningan di Desa Asak Karang-

asem Bali” (1999) ditulis oleh Ni Nyoman Mulyati. Tesis ini bertu-

juan untuk memecahkan masalah latar belakang tari rejang Ku-

ningan di desa Asak, fungsi dan makna tari, serta pengorganisasi-

an, hak dan kewajiban Seka Teruna dan Seka Daha sebagai pen-

dukung tari rejang.23 Tulisan ini dapat digunakan sebagai data

pembanding rejang-rejang yang ada di Kabupaten Karangasem.

Buku berjudul Overzicht Van Dans en Tooneel in Bali oleh Walter

Spies en R. Goris diterjemahkan oleh I Ketut Jingga (1985),

Ikhtisar Tari Dan Drama di Bali. Buku yang merupakan terjemahan

dari bahasa Belanda ini memuat hal-hal penting mengenai nama-

nama bentuk tari Bali masa lalu. Pembicaraan diawali dengan tari-

tarian sakral, kemudian tari-tarian pura, kecak, upacara atau

prosesi yang berbentuk pertunjukan rakyat, barong, calonarang,

basur, drama sekuler, topeng pajegan, jauk, gambuh, cupak, arja,

baris melampahan, wayang kulit, parwa, wayang wong, legong,

nandir, joged, dan diakhiri dengan permainan rakyat yaitu gebug,

22Urs Ramseyer, The Art and Cultur of Bali (Fribourg: Office du Livre S.A.;

reprinted Oxford University Press, 1977), 194-199, 202-208.

23Ni Nyoman Mulyati, ”Tari Rejang Kuningan di Desa Asak Karangasem

Bali,” Tesis untuk mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Pengka-

jian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,

1999, 13-14.

Page 28: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

28

kare, dan pencak. Rejang merupakan tari-tarian pura. Rejang yang

dijelaskan dengan singkat adalah rejang dari Batuan, Tenganan,

dan rejang dari Asak.24

Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap As-

pek-Aspek Agama Hindu I-XV (1989/1990) milik Pemda Tingkat I

Bali berisi tentang makna, pedoman, dan petunjuk pelaksanaan

tentang ajaran-ajaran agama Hindu. Dalam bagian buku itu terda-

pat salah satu bahasan tentang makna dan pelaksanaan hari Ga-

lungan dan Kuningan. Galungan dan Kuningan merupakan serang-

kaian upacara hari suci umat Hindu. Selama enam puluh hari

umat Hindu di Bali hendaknya mengadakan tapa brata yoga se-

madi. Hari Kuningan merupakan acara lanjutan dari rangkaian

kesatuan pelaksanaan hari Galungan yang diawali dari Tumpek

Wariga dan diakhiri pada Budha Kliwon Pahang.25 Pemahaman

tentang perayaan hari Kuningan yang ada dalam buku ini sangat

dibutuhkan untuk membahas makna dalam penelitian ini.

Bali Sekala & Niskala Essays on Religion, Ritual and Art,

Volume I oleh Fred B. Eiseman membahas masalah kehidupan re-

ligius masyarakat Bali dari sisi sêkala (tampak) dan niskala (tidak

24Walter Spies en R. Goris, Ikhtisar Tari dan Drama di Bali, Terj. I Ketut

Jingga, editor Ketut Rota (Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar,

1985), 36-37.

25Parisadha Hindu Dharma Pusat, Himpunan Keputusan Seminar Kesa-

tuan Tafsir Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu I-XV (Denpasar: Milik Pemda

Tingkat I Bali Proyek Penerbitan Buku-Buku Agama Tersebar di 8 (Delapan)

Kabupaten Dati II, 1989/1990), 7-10.

Page 29: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

29

tampak). Dalam buku itu dijelaskan tentang konsep rwa bhineda,

air suci, sesaji, odalan, dan pura.26 Buku itu membantu pema-

haman tentang konsep rwa bhinada yang digunakan dalam pene-

litian ini.

Buku berjudul Panca Yadnya: Déwa Yadnya, Bhũta Yad-

nya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, dan Manusa Yadnya milik Peme-

rintah Propinsi Bali (2007) sangat lengkap memberi informasi ten-

tang seluk beluk yadña.27 Diawali dengan penjelasan pentingnya

ber-yadña, tujuan melakukan yadña, mantra unsur terpenting,

kualitas yadña, dan rumusan panca yadña, selanjutnya buku ini

menjelaskan upacara dan upakara déwa yadña, upacara bhũta

yadña, upacara rsi yadña, upacara pitra yadña, dan kemudian

upacara manusa yadña. Buku ini sangat dibutuhkan dalam pene-

litian ini karena data-datanya berhubungan langsung dengan to-

pik déwa yadña.

Tulisan berjudul ”Membangun Budaya Rohani melalui Tatt-

wa” oleh I Gede Sura, dalam Ida Bagus Sedhawa (2007), Memba-

ngun Budaya Rohani Menuju Keluhuran Budi. Tattwa merupakan

filsafat Hindu yang tidak bisa dilepaskan dari kaitannya dengan

kehidupan yadña orang-orang Bali.Yadña berupa upacara-

26Fred B. Eiseman, Bali Sekala & Niskala Essays on Religion, Ritual and

Art, Volume I (Singapore: Periplus Editions, 1989), 2.

27Team Penyusun, Panca Yadnya: Déwa Yadnya, Bhũta Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya (Denpasar: Milik Pemerintah Pro-

vinsi Bali, Penggandaan Buku Penuntun Agama Hindu dan Modul/Silabus Ten-

tang Pesraman, 2007), 47.

27Team Penyusun, 2007, 47.

Page 30: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

30

upacara yang dilakukan di Bali merupakan ekspresi dari tatwa

yang dimiliki orang-orang Bali. Tulisan ini mengajak, mengingat-

kan kembali masyarakat, untuk memahami betapa pentingnya pe-

mahaman tattwa dalam kehidupan rohani umat Hindu. Pada da-

sarnya tidak ada kegiatan upacara di Bali yang tidak didasari oleh

tattwa.28 Semua pustaka tersebut di atas, tak ada yang membahas

topik seperti topik yang diajukan oleh peneliti, oleh karena itu

penelitian disertasi ini sangat penting untuk dilanjutkan.

1.5 Definisi Konsep

Judul dan rumusan masalah di atas perlu didefinisikan

kembali agar tidak terjadi pemaknaan ganda. Topik penelitian ini

membahas tentang bentuk, fungsi, dan makna rejang dalam ritual

kuningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Topik itu

dijabarkan ke dalam beberapa kalimat dalam rumusan masalah.

Besar kemungkinan terjadi adanya perbedaan-perbedaan pemak-

naan atas istilah yang terkandung di dalamnya. Sebuah istilah

dalam studi budaya sering kali memiliki beberapa pengertian yang

berbeda karena sudut pandang dan pendekatan yang digunakan

28I Gede Sura, ”Membangun Budaya Rohani Melalui Tattwa” dalam Ida

Bagus Sedhawa, ed., Membangun Budaya Rohani Menuju Keluhuran Budi (Den-

pasar: Pemerintah Provinsi Bali Sekretariat Daerah Biro Bina Kesejahteraan dan

Pemberdayaan Perempuan, 2007), 111-112.

Page 31: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

31

peneliti,29 oleh karena itu perlu perumusan definisi konsep. Ada

beberapa pengertian kata atau kalimat yang penting, perlu dije-

laskan dan disepakati, yaitu: kehadiran rejang dalam ritual ku-

ningan di Kecamatan Abang; ciri-ciri bentuk pertunjukan rejang

kuningan; fungsi tari rejang kuningan; dan makna pertunjukan

rejang kuningan.

1.5.1 Pengertian Kehadiran Rejang dalam Ritual Kuningan di

Kecamatan Abang

Hari suci Kuningan jatuh pada hari Saniscara Kliwon Ku-

ningan yaitu pada hari Sabtu Kliwon wuku Kuningan. Ritual

Kuningan dilaksanakan selama dua atau tiga hari berturut-turut.

Ritual Kuningan adalah upacara keagamaan yang merupakan

rangkaian ritual Galungan yang dirayakan setiap 210 hari sekali.

Ritual Kuningan terdiri dari ritual persembahyangan (maturan dan

mebakti) dan ritual rejang. Ritual rejang adalah kegiatan upacara

pertunjukan rejang yang diadakan dalam ritual kuningan.

Rejang kuningan merupakan pertunjukan tari rejang yang

dilaksanakan dalam ritual kuningan di sebuah pura wilayah Keca-

matan Abang. Kecamatan Abang adalah salah satu dari delapan

kecamatan yang ada di Kabupaten Karangasem. Kehadiran rejang

29Pertti Alasuutari, Researching Culture: Qualitative Method and Cultural

Studies (London, Thousand Oaks, and New Delhi: Sage Publications, 1995), 35-

36.

Page 32: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

32

dalam ritual kuningan adalah penyajian tari rejang kuningan di wi-

layah jeroan atau jaba tengah pura pada wuku Kuningan. Perta-

nyaan mengapa kehadiran rejang sangat dibutuhkan dalam ritual

kuningan dipahami sebagai faktor-faktor apa saja yang menyebab-

kan rejang selalu dipentaskan di jeroan atau jaba tengah pura.

1.5.2 Pengertian Ciri-Ciri Bentuk Pertunjukan Rejang Ku-

ningan

Bentuk pertunjukan rejang kuningan adalah bentuk kese-

luruhan penampilan rejang dalam ritual kuningan yang meliputi

pertama adalah bagian pokok yang disebut koreografi rejang dan

kedua adalah bagian pelengkap pertunjukan rejang. Bagian pokok

terdiri dari elemen-elemen koreografi rejang, sedangkan bagian

pelengkap pertunjukan adalah penampilan aktivitas pemedek khu-

sus (warga desa murwa / pemarep) dan aktivitas pemedek umum

(warga desa sasabu dan warga desa lain) sebagai penonton.

Koreografi merupakan istilah serapan dari bahasa Inggris

choreography, yang dasar katanya berasal dari bahasa Yunani

choreia yang artinya tarian bersama atau koor dan graphia berarti

penulisan. Secara harfiah, koreografi berarti penulisan dari sebuah

tarian kelompok. Dalam dunia tari déwasa ini koreografi memiliki

arti, yakni: pertama, koreografi adalah pengetahuan menyusun ta-

Page 33: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

33

ri yang melibatkan proses kerja bagaimana membuat tari; kedua,

koreografi adalah tari sebagai sebuah hasil karya, hasil susunan

berbentuk tari. Seniman penyusun atau penata tari disebut kore-

ografer.30 Koreografi merupakan keseluruhan kegiatan karya

dari proses pembuatan tari sampai pada bentuk karya tari.

Dalam pembahasan ini koreografi dibatasi maknanya. Pe-

nelitian ini tidak mencari siapa pencipta tari rejang, dan bagaima-

na proses penciptaannya, tetapi berusaha mengkaji pertunjukan

rejang sebagai sebuah karya. Koreografi dimaknai sebagai sebuah

pementasan tari yang terkait dengan seluruh aspek penampilan

tari yaitu rejang yang telah mentradisi sebagai sebuah pertun-

jukan ritual kuningan di Kecamatan Abang. Rejang didudukkan

sebagai hasil karya seni yang dapat diuraikan ke dalam bentuk

elemen-elemen koreografi. Ciri-ciri bentuk pertunjukan rejang da-

pat dipahami sebagai tanda-tanda yang menjadi identitas pertun-

jukan rejang yang terdapat dalam elemen-elemen koreografi dan

pelengkap pertunjukan rejang.

30Sal Murgiyanto, Koreografi: Pengetahuan Dasar Komposisi Tari (Jakar-

ta: Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1983), 3-4.

Page 34: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

34

1.5.3 Pengertian Fungsi Tari Rejang Kuningan

Definisi fungsi telah disampaikan semula oleh Durkheim,

kurang lebih sebagai berikut, fungsi sesuatu kenyataan sosial ha-

rus dikaitkan dengan tujuan sosialnya.31 Malinowski seorang

tokoh fungsionalis mengemukakan sesuatu dikatakan berfungsi

apabila sesuatu itu dapat memenuhi suatu kebutuhan.32 Radcliffe-

Brown menyatakan fungsi adalah bagian pekerjaan-pekerjaan ke-

hidupan sosial secara keseluruhan, di mana fungsi membuatnya

memelihara kontinuitas struktural. R.K. Merton dalam esainya

Manifest and Latent Functions memberi kritik bahwa ada fungsi

yang tak terduga. Dapat saja fungsi yang dipandang berguna bagi

kebaikan, justru terjadi sebaliknya. Fungsi artinya bermanfaat da-

lam suatu keseluruhan yang lebih besar, memberikan sumbangan

sesuatu atau menghalangi sesuatu. Ini juga menyangkut tentang

fungsi terbuka dan fungsi laten, fungsi yang telah diketahui dan

yang belum diketahui. Fungsi memiliki tujuan tertentu, tetapi se-

cara laten mengabdi kepada tujuan yang lebih penting, yaitu

tujuan solidaritas kelompok.33

31J. van Baal, Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (Hing-

ga Dekade 1970) Jilid 2, Terj. J. Piry (Jakarta: PT Gramedia, 1988), 51.

32Bronislaw Malinowski, A Scientific Theory of Culture and Other Essays

(New York: The University of North Carolina Press, 1944), 90.

33J. van Baal, 1988, 54.

Page 35: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

35

Fungsi merupakan analisis dari persepektif konteks dan

kontribusinya kepada konteks tersebut. Fungsi tari adalah sesua-

tu di dalam keseluruhan aspek budaya dengan berbagai cara

memberikan sumbangan manfaat kepada masyarakat atau buda-

yanya.34 Jadi definisi yang dipakai dalam tulisan ini yaitu fungsi

tari rejang kuningan adalah sumbangan manfaat yang diberikan

oleh rejang kepada masyarakat dalam ritual kuningan di Keca-

matan Abang. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat A-

bang yang meliputi tiga aspek budaya yaitu: ide; aktivitas kelaku-

an berpola dari manusia dalam masyarakat; benda-benda hasil

karya manusia.

1.5.4 Pengertian Makna Pertunjukan Rejang Kuningan

Makna pertunjukan rejang kuningan adalah satu kesatuan

arti yang terjadi dari interpretasi terhadap tanda dari pertunjukan

rejang dalam ritual kuningan di Kecamatan Abang. Tanda adalah

segala sesuatu yang merepresentasi sesuatu selain dirinya. Makna

rejang bersifat konvensional, sehingga tanda yang hadir cenderung

pada tanda konvensional. Pemaknaan atas tanda konvensional

lebih ditekankan pada pemaknaan aspek-aspek simbolis. Simbol

merupakan tanda yang mewakili objeknya melalui kesepakatan

34Anya Peterson Royce, The Anthropology of Dance (Bloomington and Lon-

don: Indiana University Press, 1977), 64, 82.

Page 36: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

36

atau persetujuan dalam konteks spesifik. Simbol menunjuk pada

tanda menyandikan sesuatu yang merupakan kesepakatan kon-

vensional.35 Makna rejang kuningan dicari dengan menafsirkan

tanda yang terdiri dari simbol-simbol pertunjukannya. Melalui

pemaknaan tanda itu akan diperoleh pula sistem nilai budaya

yang terkandung di dalamnya. Sistem nilai budaya terdiri dari

konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar

warga Masyarakat Abang, mengenai hal-hal yang dianggap sangat

bernilai dalam kehidupannya.36

Selain makna kontekstual rejang kuningan, melalui proses

penandaan akan ditemukan pula isi tari sebagai makna ko-teks-

tual rejang kuningan. Isi tari rejang kuningan adalah makna yang

terkandung pada bentuk tari rejang kuningan. Pesan, cerita, dan

pemunculan suasana dalam tari merupakan isi yang berkaitan

langsung dengan bentuk penyajiannya.

1.6 Landasan Teori

Untuk mengetahui jawaban atas masalah-masalah yang

telah dikemukakan di atas, dipergunakan pendekatan multidisi-

plin. Penelitian seni pertunjukan yang merupakan kajian budaya

35Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai

Semiotika dan Teori Komunikasi, Terj. Evi Setyarini dan Lusi Lian Piantari (Yog-

yakarta: Jalasutra, 2004), 38, 44.

36Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta:

PT Gramedia, 1984), 25.

Page 37: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

37

tidak cukup hanya didekati dengan satu disiplin saja, oleh karena

kompleksnya fungsi seni pertunjukan tradisional dalam kehidup-

an masyarakat.37 Jika hanya menggunakan pendekatan yang me-

ngikuti satu garis penelitian saja, akan menghasilkan hal yang se-

derhana dan sepihak.38 Penelitian ini menggunakan pendekatan

multi-disiplin, yakni menggunakan pendekatan etnokoreologi se-

bagai disiplin pokok didukung dengan pendekatan Performance

Sudies dan disiplin lain seperti agama, antropologi, dan semiotika.

Etnokoreologi sebagai payung utama merupakan sebuah

disiplin baru yang telah digagas oleh R.M. Soedarsono sebagai di-

siplin antar bidang. Pertama kali istilah choreology telah dikemu-

kakan oleh Gertrude P. Kurath dalam artikel Panorama of Dance

Ethnology (1960), tetapi itu dimaknai sebagai dance ethnology yang

menekankan pada metode penelitian etnografi.39 Istilah choreology

pernah digunakan di Eropa Barat, namun kemudian menghilang

karena tidak ada yang melanjutkan. Claire Holt dalam bukunya

Art in Indonesia: Continuities and Change (1967) menawarkan kem-

bali istilah itu, tetapi ia sendiri tidak menggunakannya. Demikian

37R.M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

(Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2001), 3, 16.; Nyoman Ku-tha Ratna, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 46.

38Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indone-

sia Suatu Alternatif (Jakarta: PT. Gramedia, 1982), 40.

39R.M. Soedarsono, ”Penegakan Etnokoreologi sebagai Sebuah Disiplin” dalam R.M. Pramutomo, ed., Etnokoreologi Nusantara: Batasan Kajian, Sistema-

tika dan Aplikasi Keilmuannya (Surakarta: ISI Press, 2007), 6-8.

Page 38: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

38

pula Anya Peterson Royce menawarkan kembali pendekatan cho-

reology, tetapi ia sendiri masih menggunakan istilah The Anthro-

pology of Dance (1977) untuk judul bukunya.40 R.M. Soedarsono

kemudian menegakkan disiplin ilmu etnokoreologi dengan menga-

cu pada disiplin ilmu yang telah hadir lebih dulu yaitu etnomu-

sikologi. Sebagai uji-coba, atas promosinya kali pertama Tati Nara-

wati berhasil menyelesaikan disertasi di Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta pada 2002 dengan menggunakan pendekatan etnoko-

reologi.41 Penggunaan pendekatan etnokoreologi sebagai sebuah

disiplin antar bidang sudah semakin mantap dengan diadakannya

Simposium Etnokoreologi Nusantara 27 Desember 2007 di Institut

Seni Indonesia Surakarta.42

Pendekatan ini merupakan pendekatan tekstual-kontekstu-

al tentang tari-tarian etnis. Objek material etnokoreologi adalah

tari-tarian etnis.43 Objek formalnya adalah perspektif atau para-

digma dari etnokoreologi itu sendiri. Kajian tahap-tahap peneli-

tiannya menggunakan perspektif etnokoreologi, yaitu: tahap pe-

ngumpulan data menggunakan perspektif emik; tahap penulisan

etnografi menggunakan perspektif emik-etik dan holistik; dan

40R.M. Soedarsono, 2001, 15.

41R.M. Soedarsono, 2007, 9.

42R.M. Pramutomo, ed., Etnokoreologi Nusantara: Batasan Kajian, Siste-

matika dan Aplikasi Keilmuannya (Surakarta: ISI Press, 2007), iii.

43Tarian etnis dapat berupa seluruh tarian yang ada di dunia atau ter-

batas pada jenis tarian etnis non-Barat tergantung kepada kesepakatan di an-

tara para ilmuwan.

Page 39: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

39

tahap analisis atau penyusunan teori menggunakan perspektif

komparatif. Dengan adanya objek material dan objek formal itu,

etnokoreologi telah dapat berdiri sebagai sebuah cabang ilmu ba-

ru.44

Tulisan ini memaparkan kajian bentuk, fungsi dan makna

rejang kuningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem.

Mengkaji masalah itu digunakan teori etnokoreologi, performance

studies, fungsi seni, yadña, magi, dan teori semiotika. Teori etno-

koreologi digunakan untuk mengkaji bentuk pertunjukan rejang

kuningan. Fungsi tari rejang dikaji dengan gabungan dari bebera-

pa teori yang relevan, yaitu teori fungsi seni pertunjukan oleh R.M.

Soedarsono, teori yadña, teori magi oleh James George Frazer, te-

ori performance studies oleh Richard Schehner, dan teori fungsi

tari oleh Anthony V. Say. Teori fungsi seni pertunjukan oleh R.M.

Soedarsono, teori yadña dan teori magi digunakan untuk mengkaji

fungsi rejang kepada aktivitas masyarakat Abang pada ritual Ku-

ningan. Teori fungsi tari oleh Anthony V. Say digunakan untuk

mengkaji fungsi rejang kepada aspek ide masyarakat Abang pada

ritual kuningan. Mengenai makna rejang dikaji dengan teori yadña

dan teori semiotika Marco de Marinis.

44Heddy Shri Ahimsa-Putra, ”Etnosains untuk Etnokoreologi Nusantara

(Antropologi dan Khasanah Tari)” dalam R.M. Pramutomo, ed., Etnokoreologi Nu-

santara: Batasan Kajian, Sistematika dan Aplikasi Keilmuannya (Surakarta: ISI

Press, 2007), 104-105.

Page 40: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

40

1.6.1 Teori Etnokoreologi

Rejang pada hari Kuningan di Kecamatan Abang adalah

sebuah bentuk koreografi tari tradisional yang diciptakan pada

masa lampau. Koreografer dan proses koreografi tari rejang tidak

dibahas dalam tulisan ini. Koreografi yang dikaji adalah rejang

yang didudukkan sebagai hasil karya seni tari.

Koreografi rejang kuningan di Kecamatan Abang dikaji de-

ngan pendekatan struktural. Dengan pendekatan struktur, orang

dapat mengamati tari mulai dari dinamika, desain dramatik, de-

sain atas, desain lantai, adegan, tata hubungan, frase motif, sam-

pai pada unsur gerak terkecil yang disebut motif. Ada lima potensi

area yang digunakan dalam analisis struktur. Potensi area perta-

ma adalah perubahan (change). Pencatatan gerak menggunakan

notasi-notasi tari atau dengan gambar bergerak memudahkan pe-

neliti mengumpulkan perbendaharaan gerak. Perubahan-perubah-

an yang terjadi pada masa yang akan datang dapat diketahui de-

ngan menganalisis struktur. Potensi area kedua adalah keberlan-

jutan. Kontinuitas sebuah tari dapat diketahui dengan mengana-

lisis struktur per periode. Potensi area ketiga adalah istilah-istilah

dalam kategori yang merupakan kategori asli dari tarian suatu

bangsa. Analisis ini memungkinkan mengenali perbendaharaan

gerak suatu tarian dengan korelasi istilah-istilah yang ada. Potensi

area keempat adalah etnokoreografi (ethnochoreography). Ini

Page 41: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

41

merupakan konsep-konsep koreografi tari suatu bangsa, sekaligus

mengenal sistem tari tersebut. Elemen-elemen koreografi merupa-

kan bagian-bagian penting sebuah kajian. Potensi area kelima

adalah nilai-nilai dan norma-norma budaya yang dapat dikenali

pada suatu bangsa.45

Dalam tulisan ini rejang dikaji dengan menggunakan struk-

tur area ketiga, keempat, dan kelima. Area ketiga dan kelima ditu-

jukan untuk memahami makna pertunjukan rejang. Analisis etno-

koreografi (area keempat) ditekankan sebagai dasar untuk meng-

kaji bentuk pertunjukan rejang. Analisis dilakukan dengan mene-

lusuri bentuk dan struktur tari dari motif gerak, frase gerak, ka-

limat gerak menuju pada komposisi gerak, sampai kepada tata hu-

bungan gerak, busana, musik tari, tempat pertunjukan, dan lain-

lain.

Analisis etnokoreografi pada dasarnya adalah analisis kore-

ografi etnis suatu bangsa, yaitu analisis elemen-elemen koreografi

yang terdiri dari bentuk dan isi tari rejang. Bentuk tari rejang

terdiri dari bentuk (bagian bentuk), struktur, dan penampilan tari

rejang. Isi tari rejang adalah tema atau pesan yang disampaikan

kepada penonton. Penampilan tari rejang terdiri dari teknik dan

sarana yang digunakan. Teknik adalah penampilan garapan dan

45Anya Peterson Royce, 1977, 72-76; I Made Bandem, Etnologi Tari (Yog-

yakarta: Kanisius, 1996), 28.

Page 42: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

42

penampilan pemain atau keterampilan pemain, sedangkan sarana

adalah kualitas dan kelengkapan alat-alat pementasan (busana,

gamelan, tempat, dan lain-lain). Dalam penelitian ini pembahasan

teknik ditekankan pada pembahasan penampilan garap gerak, bu-

sana, dan keterampilan menari.

Bentuk sebagaimana halnya morfologi berbeda dengan

struktur, tetapi merupakan satu kesatuan. Morfolologi tertuju pa-

da kajian tentang bentuk, sedangkan struktur tertuju pada intere-

lasi antar bentuk-bentuk itu. Analoginya seperti sistem organik

yang telah disampaikan oleh A.R. Radcliffe Brown, bahwa sebuah

organisme makhluk hidup adalah kumpulan sel dan ruang cairan

dalam relasi yang merupakaan struktur organik.46

Struktur tari rejang merupakan sistem relasi antar unsur-

unsur sebagai kesatuan organik yang menjadikan bentuk tari re-

jang. Struktur dan bagian bentuk yang ada dalam rejang secara

bersama-sama mewujud menjadi sebuah tarian. Struktur tari re-

jang adalah interelasi antara gerak, rias dan busana, musik tari,

dan tempat pertunjukan. Struktur pertunjukan rejang adalah

struktur kontekstual yang merupakan interelasi antara tari rejang

dengan hari Kuningan, pura, aktivitas warga desa murwa, dan de-

ngan pemedek umum sebagai penonton.

46Anya Peterson Royce, 1977, 65.

Page 43: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

43

Bentuk dan struktur saling berhubungan tidak dapat dipi-

sahkan. Bentuk adalah sebuah hasil kesatuan yang menyeluruh

dari suatu hubungan berbagai faktor yang saling terkait.47 Bentuk

tari merupakan aspek audio-visual yang terdiri dari bagian-bagian

bentuk meliputi gerak, teknik gerak, rias, busana, musik tari, tem-

pat, waktu pertunjukan dan pencahayaan. Bentuk tari meliputi

unsur-unsur dari yang paling kecil yaitu motif gerak, sampai pada

kumpulan unsur-unsur yang lebih besar seperti frase gerak, dan

kalimat gerak. Untuk menyebut motif gerak digunakan huruf a’,

b’, c’, dan seterusnya, sedangkan frase gerak ditulis dengan huruf

a, b, c, dan seterusnya. Kalimat gerak dinyatakan dengan huruf A,

B, C, dan seterusnya.

Untuk menemukan elemen-elemen koreografi rejang digu-

nakan pengklasifikasian elemen-elemen dasar koreografi oleh La

Meri. Pengklasifikasian oleh La Meri itu sebenarnya digunakan un-

tuk membuat tari dan sangat berguna bagi koreografer. Pada ke-

sempatan ini pengklasifikasian itu bukan ditujukan untuk mem-

buat tari tetapi difungsikan untuk mengkaji tari, oleh karena itu

perlu disesuaikan.

Ada beberapa elemen yang harus disesuaikan, yaitu ten-

tang topik masing-masing elemen dan perlengkapan. Sebagai con-

47Suzanne K. Langer, Problematika Seni, Terj. Fx. Widaryanto (Bandung:

Akademi Seni Tari Indonesia Bandung, 1988), 15.

Page 44: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

44

toh masalah tema yang dibahas La Meri adalah lima tes tema

untuk membuat tema karya tari, sedangkan tema dalam penelitian

ini adalah tema rejang kuningan yang dicari, yaitu: apa temanya;

koreografi rejang itu tentang apa? Istilah perlengkapan yang digu-

nakan La Meri tidak dimunculkan dalam penelitian ini, tetapi

memunculkan istilah rias busana, penyajian penari, tempat dan

suasana pertunjukan. Jadi pengklasifikasian elemen-elemen kore-

ografi rejang kuningan yang digunakan adalah berdasarkan gerak,

desain lantai, desain atas, desain musik, desain dramatik, dinami-

ka, tema, desain rias dan busana, tempat pertunjukan, suasana

pertunjukan dan teknik penyajian penari.

John Martin menyatakan bahwa substansi baku tari ada-

lah gerak,48 oleh karena itu, pada dasarnya menganalisis tari ada-

lah menganalisis gerak. Tari dibangun oleh bentuk dan struktur

gerak. Unsur bentuk yang paling sederhana dalam tari disebut

motif gerak. Motif gerak adalah desain gerak sederhana, namun di

dalamnya terdapat sesuatu yang memiliki kapabilitas untuk di-

kembangkan. Kumpulan motif adalah frase, dan frase membentuk

seksi. Motif gerak, frase, dan seksi, membentuk desain waktu yang

menjadi aspek ritme tari. Tenaga yang menjadi pangkal terus ber-

jalan dan berhenti, sehingga memberikan bentuk selama panjang

48Sudarsono, Tari-Tarian Indonesia I (Jakarta: Proyek Pengembangan Me-

dia Kebudayaan, Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan,1977), 15.

Page 45: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

45

waktu tari yang dibutuhkan.49 Pemahaman tentang motif, frase,

dan seksi dari gerak tari rejang digunakan untuk mengetahui ben-

tuk dan strukturnya.

Gerak adalah bentuk aktivitas yang melibatkan aksi, ru-

ang, waktu, dan tenaga. Aksi merupakan kerja proses perpindah-

an bentuk dari posisi awal menuju arah selanjutnya. Aksi, ruang,

waktu, dan tenaga secara bersama-sama menentukan karakter ge-

rak tari. Ruang gerak ada karena aktivitas dari sebuah aksi. Mela-

lui ruang, gerak tampak bervolume, memiliki desain, memiliki

wilayah gerak. Selain ruang, gerak membutuhkan waktu. Gerak

tidak lepas dari waktu yang diperlukan untuk aktivitas. Panjang

pendek waktu yang dibutuhkan gerak membentuk pola aksi yang

saling berkaitan dengan ruang dan tenaga gerak. Tenaga merupa-

kan kekuatan gerak. Gerak tampak berkualitas kerena gerak me-

miliki tenaga.50

Aksi gerak tari dibedakan menjadi empat yaitu gerak murni

gerak maknawi, gerak berpindah tempat, dan gerak penguat eks-

presi verbal. Membahas aksi gerak tari rejang adalah membahas

empat bagian gerak tari rejang kuningan. Gerak murni adalah

gerak tari yang hanya mementingkan artistik gerak, tanpa mak-

sud. Gerak maknawi disebut pula gesture atau gerak tari yang

49Jacqueline Smith, Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru,

Terj. Ben Suharto (Yogyakarta: Ikalasti Yogyakarta, 1985), 35, 60-61.

50Jacqueline Smith, 1985, 10-11.

Page 46: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

46

memiliki arti.51 Arti yang disampaikan gerak maknawi adalah arti

gerak pada umumnya, misalnya gerak tari memukul, adalah stili-

sasi dari gerak orang yang sedang memukul. Gerak tari meminta-

meminta adalah stilisasi dari gerak pengemis yang menenga-

dahkan tangannya di jalan raya, dan lain-lain. Berbeda dengan ge-

rak maknawi, gerak murni tidak menyampaikan maksud seperti

itu, tetapi menyampaikan keindahan gerak itu sendiri dengan

watak dan suasana gerak. Gerak berpindah tempat adalah semua

gerak tari yang menyangkut perpindahan tempat misalnya gerak

berjalan, bergeser, berlari dan lain-lain. Gerak penguat ekspresi

verbal adalah gerak-gerak yang dilakukan untuk menegaskan

maksud ekpresi gerak, misalnya gerak membelalakan mata karena

kaget, gerak memukul-mukul kepala sendiri karena merasa bodoh

dan lain-lain.

Ruang gerak tari dapat dijabarkan ke dalam dua pemba-

hasan yaitu desain atas dan desain lantai. Desain atas adalah pola

gerak yang tampak terlintas di atas lantai. Desain ini menunjuk-

kan kesan gambar kerangka bentuk gerak yang masing-masing

memiliki sentuhan emosional. Desain lantai disebut juga pola lan-

tai, yaitu lintasan penari yang ada di lantai. Gerak berjalan atau

berpindah tempat dari para penari akan meninggalkan jejak-jejak

51Sudarsono, 1977, 35.

Page 47: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

47

di lantai. Jejak-jejak inilah, jika digambar akan membentuk pola

tertentu yang disebut desain lantai.52

Menurut La Meri ada enambelas buah desain atas yang

menjadi pertimbangan sebuah komposisi tari, yaitu: datar, dalam,

vertikal, horisontal, kontras, murni, statis, lengkung, bersudut,

spiral, tinggi, medium, rendah, terlukis, garis lanjutan, dan garis

tertunda. Desain datar dapat dipahami bahwa badan penari terli-

hat dalam postur yang hampir tanpa perspektif. Desain dalam ber-

tentangan dengan desain datar. Desain dalam terlihat apabila ba-

dan penari dalam perspektif yang dalam, yaitu anggota-anggota

badan ditempatkan ke arah up stage (lantai panggung bagian bela-

kang), dan down stage (lantai panggung bagian depan). Desain ver-

tikal terlihat ketika badan penari terkesan sebuah garis ke atas ke

bawah. Berbeda dengan vertikal, desain horisantal terlihat jika ge-

rak badan penari terkesan melintang. Desain kontras adalah sebu-

ah postur yang terlihat garis-garis bersilang pada tekukan-tekuk-

an yang berlawanan dan mengandung satu kontinuitas. Desain

murni adalah lawannya, terlihat sebuah postur tanpa garis-garis

yang kontras. Desain statis dilakukan dengan pose statis tapi ber-

gerak. Desain lengkung adalah sebuah postur yang anggota badan

tampak lengkung. Desain bersudut tampak jika sebuah postur

52La Meri, Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari, Terj. Soedarsono (Yogya-

karta: Lagaligo, 1986), 19, 25.

Page 48: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

48

anggota badan ditekuk menyudut. Desain spiral merupakan pos-

tur atau gerak anggota badan melengkung sekeliling garis badan

tengah. Tinggi adalah ruang dari dada penari ke atas. Medium

berada pada ruang antara bahu penari dan pinggang, sedangkan

rendah adalah ruang yang terletak dari pinggang penari ke bawah.

Desain terlukis adalah sebuah garis yang dilukis di udara oleh sa-

lah satu bagian badan atau prop, dan lukisan itu lebih jelas tam-

pak dibandingkan dengan anggota badan yang melukis. Desain ga-

ris lanjutan adalah garis yang terlukis di udara di luar jangkauan

badan penari. Desain garis tertunda terlihat jika ada garis terlukis

di udara oleh rambut panjang, rok penari, atau oleh perlengkapan

yang tidak punya nafas sendiri namun terkontrol dengan sadar.53

Waktu gerak adalah aspek waktu yang dimiliki oleh gerak

tari yaitu pola ritme dari sebuah gerakan. Pola ini disebut juga de-

ngan istilah desain musik. Desain ini lebih menekankan pada ba-

gaimana pola ritme, hitungan gerak tari yang diwadahi oleh mu-

sik.54 Musik tari adalah ekspresi dari pola ritme komposisi gerak

tari yang diwujudkan ke dalam bentuk musik.

Kajian bentuk musik tari rejang tidak dibahas mendalam,

namun demikian diuraikan hubungannya dengan gerak dan sua-

sana kehadirannya yang mendukung pertunjukan tari rejang.

53La Meri, 1986, 25-28.

54La Meri,1986, 44.

Page 49: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

49

Pembahasan musik tari ditekankan pada hubungan antara musik

dengan pola ritme gerak itu sendiri.

Tenaga gerak merupakan kualitas gerak tari. Ini erat hu-

bungannya dengan teknik penari. Kualitas gerak tari adalah dina-

mika yang tergantung dari kualitas gerak penari dan kualitas

komposisi gerak itu sendiri. Tanjakan dan penurunan komposisi

tari dapat dilihat dengan memperhatikan bentuk desain dinamika

gerak sebuah karya.

Teknik merupakan bagian dari penampilan tari. Selain tek-

nik yang menjadi elemen pokok koreografi juga tata rias dan tata

busana. La Meri menekankan bahwa busana merupakan bagian

yang sangat penting dari efek gerak yang terlihat penonton dan

untuk praktek gerak para penari. Dikatakan tari Spanyol tanpa

skirt (rok panjang) menjadi menggelikan, tari Jepang tanpa kimono

kehilangan banyak keindahan yang arsitektoris.55 Dalam tari Bali

tradisional, gerak, rias dan busana merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan. Kehadiran gerak selalu didukung

oleh kehadiran rias dan busana. Menyaksikan gerak tari Bali tidak

akan sempurna jika gerak tari itu dihadirkan tanpa dilengkapi bu-

sananya. Tari Barong tanpa busana barong, tak akan terasa eks-

presi yang diungkapkan. Jika gerak tari Bali dipentaskan tanpa

busana yang semestinya, maka geraknya akan segera kehilangan

55La Meri, 1986, 107.

Page 50: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

50

energi. Dalam tari rejang, rias dan busana merupakan substansi

dasar tari, merupakan elemen dasar koreografi, oleh karena itu ri-

as dan busana rejang merupakan elemen pokok koreografi yang

dibahas.

Hal-hal lain yang dibahas adalah tempat, waktu dan sua-

sana pertunjukan. Tempat pertunjukan adalah tempat di mana

rejang dipentaskan, yaitu di halaman pura yang disebut jeroan dan

jabaan. Suasana pertunjukan adalah keadaan, situasi dan kondisi

pada saat rejang ditampilkan. Situasi dan kondisi itu merupakan

penampilan dari aktivitas pemedek khusus (warga desa murwa

/pemarep) dan aktivitas pemedek umum (warga desa sasabu dan

warga desa lain) sebagai penonton.

Mengkaji gerak tari rejang adalah mengkaji motif aksinya,

ruangnya, waktunya, dan tenaganya. Motif aksi gerak rejang ditin-

jau dari gerak murni, maknawi, gerak berpindah tempat, dan ge-

rak penguat ekspresi verbal. Ruang gerak rejang dikaji lewat desa-

in atas dan desain lantai. Waktu gerak rejang dikaji dari pola ritme

gerak yang juga menyangkut tempo gerak. Tenaga gerak rejang

dikaji dengan mempertimbangkan kualitas gerak penari dan kom-

posisi gerak yang ditujukan pada kajian dinamika dan desain dra-

matik. Elemen-elemen koreografi itu dikaji dan selanjutnya dite-

mukan ciri-ciri bentuk pertunjukan rejang kuningan di Kecamatan

Abang.

Page 51: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

51

1.6.2 Teori Fungsi Seni Pertunjukan dan Agama

Fungsi rejang kepada masyarakat Abang adalah fungsi re-

jang kepada budayanya pada sistem pranata ritual kuningan di

Kecamatan Abang. Dalam pranata ritual ada hal-hal yang saling

berkaitan antara aspek dari wujud kebudayaan. Aspek budaya ter-

diri dari tiga wujud penting yaitu: 1) ide-ide, nilai-nilai, norma-

norma, peraturan, dan lain-lain; 2) aktivitas kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat; 3) benda-benda dari hasil karya ma-

nusia.56

Masyarakat abang yang dimaksud adalah budaya masyara-

kat Abang yang terdiri dari tiga aspek kebudayaan, yaitu 1) “ide

masyarakat Abang” menyangkut ide-ide, nilai, norma, dan makna

rejang; 2) “aktivitas ritual rejang” yang merupakan aktivitas kela-

kuan berpola dari warga masyarakat Abang; 3) “bentuk sajian

ritual” yang merupakan bentuk hasil karya warga masyarakat A-

bang.

56Koentjaraningrat, 1984, 5.

Page 52: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

52

Diagram 1.1 Masyarakat abang adalah bagian-bagian ma-syarakat yang terdiri dari ide masyarakat, aktivitas ritual, dan bentuk sajian ritual pada pranata ritual kuningan di Keca-

matan Abang.57 (Isi diagram dibuat oleh I Nengah Mariasa dan sumber diagram oleh Koentjaraningrat)

Fungsi rejang bagi masyarakat Abang adalah fungsi rejang

kepada tiga aspek kebudayaan pada sistem pranata ritual kningan

di Kecamatan Abang. Pertama, rejang bermanfaat pada wilayah ide

oleh karena bentuk tari rejang mengandung makna dan nilai.

Kedua, rejang bermanfaat pada wilayah aktivitas ritual kuningan

karena menyajikan rejang melibatkan kegiatan-kegiatan. Ketiga,

rejang bermanfaat pada wilayah bentuk sebagai materi ritual ku-

ningan yang dipertunjukkan.

57Bandingkan dengan Koentjaraningrat,1984, 15.

1 Ide

Masyarakat

Abang

Masyarakat

Abang

3 Bentuk

Sajian Ritual

2 Aktivitas

Ritual Rejang

Page 53: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

53

Mengenai fungsi rejang pada wilayah “aktivitas ritual re-

jang” didekati dengan teori fungsi seni pertunjukan, teori yadña,

dan teori magi sebagai berikut. R.M. Soedarsono mengemukakan

secara garis besar fungsi seni pertunjukan ada dua yaitu fungsi

primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer seni pertunjukan diba-

gi tiga yaitu: 1) seni untuk tujuan ritual; 2) seni untuk tujuan

presentasi estetis; dan 3) seni sebagai hiburan pribadi.58 Masing-

masing tujuan seni itu menunjukkan ciri khasnya masing-masing.

Seni ritual memiliki ciri yang sangat unik, misalnya, tari Bali ritual

tidak dapat ditonton di sembarang tempat. Tari ritual itu hanya

ditampilkan pada tempat, waktu, dan kondisi pementasan yang

khusus.59 Lebih jelas diuraikannya bahwa ciri-ciri pertunjukan

ritual adalah, 1) tempat pertunjukan terpilih, biasanya yang diang-

gap sakral, 2) waktu yang terpilih, 3) pemain yang terpilih, biasa-

nya pemain yang dianggap suci, 4) adanya sesaji yang kadang kala

banyak macamnya, 5) tujuan lebih dipentingkan daripada penam-

pilan estetikanya, dan 6) memakai busana yang khas.60 Rejang

pada hari Kuningan di Kecamatan Abang tampaknya memiliki ciri-

58R.M. Soedarsono, Seni Pertunjukan Endonesia di Era Globalisasi (Yog-

yakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), 122-123.

59I Made Bandem, ”Tari-tarian Bali dalam Upacara Agama Hindu Dhar-ma” sebuah paper yang disajikan dalam rangka Penyuluhan Parisada Hindu

Dharma Denpasar, 29 Desember 1991, 8.

60R.M. Soedarsono, 2002, 126.

Page 54: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

54

ciri tersebut, oleh karena itu diulas dengan mengkaji ciri-ciri per-

tunjukan ritual.

Selain hal tersebut di atas, kehadiran rejang juga memiliki

fungsi signifikan kepada motivasi dan proses “aktivitas ritual re-

jang.” Mengenai hal itu diulas dengan teori yadña. Teori fungsi ini

diangkat dari konsep yang telah dimiliki sebagai pegangan hidup

oleh masyarakat Bali. Konsep itu bersumber dari ajaran Hindu

tentang yadña. Yadña adalah persembahanan suci berupa barang

atau aktivitas demi kepentingan dharma yang dilandasi dengan ra-

sa tulus ikhlas tanpa pamrih untuk berbakti kepada Brahman.61

Hampir semua kerja atau aktivitas yang dipersembahkan kepada

Tuhan dengan ikhlas tanpa pamrih adalah yadña. Yadña meliputi

dravya, tapa, yoga, svadhyaya, dan jnana. Dravya yadña adalah

persembahan harta benda. Tapa yadña adalah persembahan de-

ngan pengendalian indria. Yoga yadña adalah persembahan yoga

(sad-astangga yoga) menuju Brahman. Svadhyaya yadña adalah

persembahan dengan belajar tanpa guru nyata, tetapi berguru ke-

pada Brahman. Jnana yadña adalah persembahan dengan meng-

geluti ilmu pengetahuan.62

61Bhagawan Bhrigu, Manawa Dharmacastra (Manu Dharmacastra) atau

Weda Smerti: Compendium Hukum Hindu, Terj. G. Pudja dan Tjokorda Rai Su-

dharta (Jakarta: Lembaga Penterjemah Kitab Suci Weda, 1973), 153-213; Team

Penyusun, 2007, 5-6; Ny. I Gst. Ag. Mas Putra, 2007, 4.

62Muni Vyasa, Bhagvadgita, Terj. Nyoman S. Pendit (Jakarta: B.P. Dhar-

ma Nusantara, 1986), 104.; Periksa Team Penyusun, 2007, 44.

Page 55: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

55

Yadña merupakan persembahan suci yang ditujukan kepa-

da Brahman. Brahman yang dimaksud itu adalah Tuhan. Tuhan

diyakini sebagai tujuan hidup, tempat berlindung untuk memohon

Segala sesuatu yang digunakan untuk mengatasi kehidupan. Ka-

rena orang-orang berpengetahuan dan bijaksanalah maka Tuhan

yang dimaksud dapat disebut dengan bermacam-macam nama.63

Tuhan bisa disebut Siwa, Wisnu, Parama Siwa, Gusti Kang Akarya

Jagat, dan lain-lain sesuai dengan keyakinan seseorang. Seseo-

rang yang menggunakan konsep yadña dalam hidupnya akan

menjadi pengabdi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang diang-

gap sebagai manifestasi Tuhan. Mereka rela bekerja tanpa pamrih

(ngayah) atau rela berkorban harta benda karena ingin mengabdi

kepada-Nya.

Hampir semua kerja atau aktivitas yang dipersembahkan

kepada Tuhan atau manifestasinya dengan ikhlas tanpa pamrih

adalah yadña. Pamrih yang dimaksud di atas adalah imbalan be-

rupa materi atau bukan materi yang diberikan oleh orang atau

masyarakat atau oleh yang bukan orang yang diyakini identik de-

ngan Tuhan. Materi pemberian bisa berupa harta benda, uang dan

lain-lain, sedangkan yang bukan materi dapat berupa kesenangan

duniawi, berupa kekuasaan, awet muda, kesaktian, kekebalan,

dan lain-lain. Yadña bukan merupakan persembahan pamrih,

63I Gede Sura, 2007, 111-112.

Page 56: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

56

tetapi persembahan ikhlas tanpa pamrih, oleh karena itu yadña

seringkali diartikan persembahan suci.

Persembahan yang termasuk yadña adalah yang dilakukan

tidak karena diri ingin kaya, tidak juga karena ingin dihargai, te-

tapi dilakukan semata-mata karena ingin mengabdi kepada Tu-

han. Yadña dilakukan atas dasar seseorang atau masyarakat me-

rasa berhutang kepada Tuhan (déwa rna), leluhur (pitra rna), dan

kepada guru atau pemimpin agama (rsi rna). Penghidupan bahkan

jiwa dan raga yang diperoleh adalah hutang karena pemberian Tu-

han. Manusia lahir, menjadi anak-anak, kemudian bisa hidup se-

makin dewasa adalah hutang karena jasa kepada leluhur, demi-

kian pula seseorang memperoleh pengetahuan menjadi berhutang

kepada guru.64

Selain hutang-hutang itu seseorang pada hakikatnya hidup

penuh dosa, karena tidak bisa menghindar dari kegiatan mem-

bunuh binatang atau tumbuhan untuk dimakan. Demikian juga

dengan tidak sengaja atau sengaja membunuh makhluk atau bi-

natang kecil seperti nyamuk, semut dan lain-lain. Untuk mengu-

rangi dosa-dosa dan atau menyucikannya, seseorang hendaknya

melakukan panca yadña, yaitu déwa yadña, pitra yadña, rsi yad-

ña, manusa yadña, dan bhũta yadña. Panca yadña merupakan

64Panitia Parisadha, Upadeca tentang Ajaran-ajaran Agama Hindu (Ja-

karta: Parisadha Hindu Dharma Pusat, 1978), 52.; Team Penyusun, 2007, 10-

14.

Page 57: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

57

perwujudan yoga, bhakti, tri rna, dan penyucian dosa. Déwa yad-

ña adalah persembahan suci yang ditujukan kepada Tuhan kare-

na manusia ingin berbakti kepada-Nya. Tuhan menciptakan alam

seisinya, yang mengadakan udara, air, dan kebutuhan hidup ma-

nusia lainnya sudah selayaknya dihormati dan diabdi oleh setiap

manusia. Di samping itu menusia ingin agar dapat mencapai ke-

satuan dengan Brahman. Pitra yadña adalah persembahan suci

yang ditujukan kepada roh leluhur. Semua umat manusia diha-

rapkan berbakti kepada orang tua dan kepada para leluhur mela-

lui pitra yadña. Rsi yadña adalah persembahan suci kepada para

rsi karena telah mengajarkan ilmu, memimpin ritual, membimbing

umat manusia menuju jalan dharma. Membaca dan memahami isi

kitab suci Weda juga merupakan rsi yadña. Manusa yadña adalah

persembahan suci kepada manusia oleh krena manusia tidak da-

pat hidup tanpa manusia yang lain. Manusia juga adalah makhluk

reinkarnasi dari roh yang tidak sempurna penting disucikan me-

lalui yadña. Bhuta yadña adalah persembahan suci untuk mene-

tralisasi energi negatif yang ada di dunia. Keadaan alam di seke-

liling kita tidak tentu, bisa kacau, dapat pula tidak seimbang. De-

ngan melaksanakan bhuta yadña maka bencana, kekacauan dapat

dihindari.65

65Team Penyusun, 2007, 44-47; Bhagawan Bhrigu, 1973, 153-214; Ny. I

Gst. Ag. Mas Putra, 2007, 8-12.

Page 58: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

58

Panca yadña melandasi masyarakat Bali sehingga memiliki

konsep yadña kepada Tuhan. Berdasarkan teori itu, pada hakikat-

nya semua tujuan kegiatan budaya dapat dibedakan atas dasar

yadña dan bukan yadña. Kegiatan yang dilakukan dengan dasar

pamrih diri misalnya berdagang, menjual jasa, ingin harta, ingin

jabatan, ingin kekuasaan, ingin kesenangan dan lain-lain bukan

merupakan yadña. Mengetahui sebuah kegiatan adalah yadña da-

pat dilakukan dengan mengkaji struktur yadña. Kegiatan pertun-

jukan rejang kuningan di Kecamatan Abang tampaknya adalah

sebuah yadña.

Mengapa ritual rejang sangat penting dilaksanakan, hal itu

dikaji dengan teori religi sebagai berikut. James George Frazer me-

nyatakan bahwa hubungan utama yang dilakukan oleh ahli magi

simpatetik pada hakikatnya ada dua tipe: imitatif yaitu magi yang

menghubungkan benda-benda atas prinsip kesamaan; dan menu-

lar, yaitu magi kontak yang berhubungan atas dasar prinsip pele-

katan (attachment).66 Tipe imitatif merupakan teori meniru gejala

alam melalui sikap yang sesuai, sehingga tujuan tercapai. Tipe

menular merupakan teori kekuatan magi yang diekspresikan me-

lalui bentuk-bentuk simbol yang relevan, sehingga tujuan tercapai.

Magi dibangun atas asumsi bahwa setelah ritual atau tindakan

66Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion, Terj. Ali Noer Zaman (Yogya-

karta: Penerbit Qalam, 2001), 59-60.

Page 59: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

59

dilakukan dengan benar maka pengaruh alaminya pasti terjadi se-

suai harapan. Penulis berasumsi bahwa rejang memiliki makna

magi dengan tipe menular. Harapan menyajikan rejang agar kea-

daan masyarakat selamat dari hal-hal yang tidak baik.

Mengenai fungsi rejang pada wilayah “bentuk sajian ritual”

dikaji dengan teori performance studies oleh Richard Schechner.

Performance studies merupakan teori untuk mengkaji aktivitas

manusia sebagai sebuah penampilan. Ada delapan aktivitas manu-

sia yang digolongkan sebagai penampilan, yaitu: 1) kehidupan

sehari-hari (memasak, pergaulan, mata pencaharian); 2) seni; 3)

olah raga dan pertunjukan populer lainnya; 4) bisnis; 5) teknologi;

6) seks; 7) ritual (sakral dan sekuler); 8) permainan. Menurut Ri-

chard Schechner semua aktivitas manusia berpotensi sebagai pe-

nampilan.67 Ritual rejang merupakan sebuah penampilan kegiatan

ritual keagamaan yang mempersembahkan tari rejang.

Mengenai fungsi rejang pada wilayah “ide” dikaji dengan

teori fungsi seni pertunjukan yang dikemukakan oleh Anthony V.

Shay. Rejang dapat ditinjau dari perannya sebagai alat atau media

baik sebagai media ekspresi maupun sebagai media komunikasi.

Anthony V. Shay dalam tesisnya yang berjudul The Function of

Dance in Human Society menjelaskan enam fungsi tari salah

67Richard Schechner, Performance Sudies: An Introduction (London:

Routledge, 2002), 25-26.

Page 60: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

60

satunya tari berfungsi sebagai sarana ekspresi sekuler dan ritual

keagamaan. Lima fungsi tari yang lain adalah: 1) sebagai refleksi

organisasi, 2) sebagai aktivitas rekreasi atau hiburan, 3) sebagai

ungkapan serta pembebasan psikologis, 4) sebagai refleksi nilai-

nilai estetis atau murni sebagai aktivitas estetis, dan 5) sebagai

refleksi kegiatan ekonomi.68 Fungsi seni pertunjukan adalah seba-

gai media ekspresi terutama untuk berkomunikasi. Seni berkedu-

dukan sebagai media dapat menampung ide yang merupakan

wujud dari aspek pertama kebudayaan. Sebagai media, seni ber-

fungsi untuk mengekspresikan ide dan juga untuk mengomunika-

sikan ide itu kepada penikmat. Berdasarkan teori tersebut diha-

rapkan dapat menjawab fungsi rejang pada wilayah ide masya-

rakat Abang.

1.6.3 Teori Agama Tentang Yadña dan Semiotika Marco de

Marinis

Rejang merupakan karya seni yang disajikan pada ritual

kuningan. Rejang memiliki makna dan fungsi di masyarakat. Mun-

culnya makna dan fungsi dalam karya seni ritual, merupakan se-

buah proses. Makna lebih dahulu hadir daripada fungsinya, seper-

ti yang telah dikutip Timbul Haryono, bahwa Cyril S. Smith

68R.M. Soedarsono, 2002, 121-123.

Page 61: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

61

menyatakan dalam sejarah teknologi material-material untuk tu-

juan artistik, magis, religius, makna jauh lebih dulu ditemukan

sebelum adanya unsur-unsur fungsional.69

Max Weber mengungkapkan bahwa manusia adalah seekor

binatang yang bergantung pada jaringan-jaringan makna yang

dirakitnya sendiri. Geertz sependapat dengan itu, dan menyatakan

kebudayaan sebagai jaringan-jaringan makna yang analisisnya bu-

kan merupakan ilmu eksperimental untuk mencari kebenaran hu-

kum, melainkan sebuah ilmu yang bersifat interpretatif untuk

mencari makna. Konsep kebudayaan pada hakikatnya merupakan

sebuah konsep semiotik.70 Sehubungan dengan itu untuk meng-

kaji makna simbolis rejang digunakan teori semiotika, yang mem-

bahas tentang tanda.

Mengetahui makna dari sebuah bentuk X, orang harus me-

nentukan terlebih dahulu, itu adalah sebuah tanda. Tanda memi-

liki struktur. Bentuk X adalah tanda jika: pertama, ia dapat

dibedakan dari bentuk lain (paradigmatic); dan kedua, ia dikon-

struksi dengan cara yang dapat diprediksi (syntagmatic). Proses

yang terjadi di pikiran kita pada saat menggunakan atau menafsir

tanda disebut penandaan. Jika rejang kuningan disebut “X” dan

69Timbul Haryono, Seni Pertunjukan dan Seni Rupa dalam Persepektif

Arkeologi Seni (Solo: ISI Press Solo, 2008), 72.

70Clifford Geertz, Tafsir Kebudayaan, Terj. F. Budi Hardiman (Yogyakar-

ta: Kanisius, 1992), 5.

Page 62: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

62

maknanya disebut “Y” maka tanda X mewakili Y, artinya X=Y yang

merupakan proses penandaan. Tanda adalah Segala sesuatu (X)

yang merepresentasi sesuatu selain dirinya (Y). Sistem tanda (ver-

bal, visual, gestural, dan lain-lain) yang mempunyai sifat tertentu,

dan karenanya dapat digunakan berulang kali untuk mengodifi-

kasi dan mendekodifikasi teks dan pesan disebut kode.71 Rejang

kuningan di Kecamatan Abang adalah tanda non verbal yang dapat

dibedakan dari rejang-rejang lain di Kabupaten Karangasem (para-

digmatic). Rejang dikonstruksi oleh berbagai unsur menjadi satu

bentuk tari yang khas yang dapat disebut tari rejang kuningan

(syntagmatic).

Untuk mengkaji makna pertunjukan rejang kuningan seca-

ra umum digunakan teori tentang struktur yadña. Seperti yang

telah diuraikan terdahulu bahwa yadña adalah aktivitas memper-

sembahkan (memberi) berupa barang atau jasa yang dilandasi de-

ngan rasa tulus ikhlas tanpa pamrih, karena ingin mengabdi kepa-

da Tuhan (Déwa). Dalam teori ini Tuhan dipandang sebagai pe-

nentu kehidupan, sebagai pelindung, sebagai pusat Segala-gala-

nya sehingga manusia berbakti kepada-Nya. Tuhan mampu mem-

beri keselamatan, kesejahteraan, dan mampu menghindarkan ma-

nusia dari kejahatan dan bahaya. Yadña memiliki komponen-kom-

ponen yang saling berelasi yang disebut struktur yadña, yaitu

71Marcel Danesi, 2004, 7-31.

Page 63: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

63

“pelaku yadña”, “bentuk yadña” dan “tujuan yadña”. Pelaku yad-

ña adalah orang yang melaksanakan yadña, sebagai sumber kegi-

atan. Mereka yang mengadakan aktivitas yadña, mengawali dan

mengakhirinya. Bentuk yadña adalah semua bentuk kegiatan

yang dapat digunakan untuk memprediksi apakah sebuah kegiat-

an itu adalah yadña atau tidak. Tujuan yadña adalah motivasi

yang dimiliki pelaku yadña untuk melaksanakan kegiatan. Tujuan

atau motivasi yadña tidak mudah untuk diketahui. Untuk menge-

tahuinya dapat dikaji melalui bentuk aktivitas dan sasaran yadña.

Sasaran yadña adalah sesuatu yang akan diberi persembahan. Ji-

ka yadña dipersembahkan untuk Déwa maka Déwa itulah sasar-

an yadña.

Bentuk yadña terdiri dari dua bagiaan yaitu: pertama,

bentuk aktivitas yadña dan kedua adalah bentuk hasil aktivitas

yadña. Bentuk hasil aktivitas yadña adalah bentuk-bentuk hasil

kerja atau hasil karya sebuah kegiatan. Sebuah kegiatan menya-

jikan tari maka bentuk hasil aktivitasnya adalah tarian yang dima-

inkan oleh penari. Sudah barang tentu penari sudah berhias dan

berbusana dilengkapi dengan tempat dan musik tarinya. Berbeda

dengan itu, bentuk aktivitas yadña adalah bentuk proses kerja

yadña dari awal sampai kepada akhir kegiatan. Motif kerja sebuah

yadña dapat diketahui dari bentuk akhir aktivitasnya, tetapi tidak

selamanya demikian. Seseorang melakukan kegiatan menari dapat

Page 64: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

64

diketahui itu yadña apabila penari tidak menerima upah di akhir

kegiatannya. Berbeda halnya dengan orang tua yang menerima

bantuan dua ekor sapi milik saudagar kaya. Bentuk akhir akti-

vitas itu belum dapat digunakan untuk mengetahui motivasi yad-

ña-nya. Ketika anak perempuan orang tua itu menginjak dewasa

baru diketahui motivasinya. Orang kaya itu ingin meminang anak

perempuan orang tua di atas, maka kegiatan itu bukan yadña.

Tiga komponen itu merupakan struktur penting yang dapat

digunakan untuk mengetahui fungsi dan makna kegiatan. Sebuah

kerja atau karya seni pertunjukan berfungsi yadña apabila pela-

ku, bentuk, dan tujuannya adalah yadña, namun demikian pen-

ting ditegaskan bahwa sekurang-kurangnya dua hal harus dipe-

nuhi yaitu bentuk dan motivasi atau tujuannya adalah yadña, un-

tuk mengabdi kepada sesuatu yang lebih penting. Pelaku kegiatan

dapat dikatakan sebagai sebuah yadña apabila bentuk dan tunju-

annya adalah yadña.

Sebuah kegiatan yadña dapat dikenali maknanya dengan

membaca struktur umum kegiatan tersebut. Makna sebuah yadña

dapat ditentukan apabila data yang disajikan alamiah. Jika salah

satu komponen struktur itu abstrak maka harus dicari unsur-

unsur ilmiahnya. Komponen yang berpotensi untuk abstrak ada-

lah tujuan yadña. Struktur yadña ritual rejang dikaji terlebih

Page 65: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

65

dahulu selanjutnya makna yang lebih dalam dikaji dengan teori

semiotika Marco de Marinis.

Marco de Marinis mengajukan teori tentang semiotika seni

pertunjukan. Pada proses penandaan, ia menganalisis peristiwa

pertunjukan sebagai suatu teks dengan pendekatan multi disiplin.

Analisis teks pertunjukan berbeda sekali dengan analisis teks

bahasa, karena sifat dan bentuknya yang multi lapis. Pertunjukan

merupakan satu entitas multi lapis. Semiotika pertunjukan dipa-

hami sebagai sebuah prinsip metodologi dan sebagai sebuah ben-

tuk dari konsep integrasi. Sebuah pertunjukan terjadi dari ga-

bungan berbagai aspek seperti pemain, busana, tempat pentas,

penonton, dan lain-lain, yang saling terkait menjadi satu.72

Analisis tekstual dibagi dua yaitu ko-tekstual dan konteks-

tual. Analisis ko-tekstual dikaitkan dengan hubungan internal teks

pertunjukan. Analisis kontekstual berurusan dengan aspek ekster-

nal teks pertunjukan, yang dapat dipecah lagi menjadi konteks

pertunjukan dan konteks budaya.73

Konteks pertunjukan ditunjukkan dengan adanya situasi

produksi dan resepsi dari teks pertunjukan. Pertunjukan berkon-

teks dengan elemen-elemen yang mendukung pertunjukan. Kon-

teks budaya merupakan keseluruhan teks budaya sinkronis yang

72Marco de Marinis, The Semiotics of Performance, Transleted by Aine

O‟Healy (Bloomington and Indianapolis: Indiana University Press, 1993), 7-9.

73Marco de Marinis, 1993, 3-4.

Page 66: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

66

menyangkut theatrical dan extra-theatrical. Theatrical adalah hal-

hal yang mengenai teks pertunjukan atau teks bagian yang berhu-

bungan dengan mime, koreografi, skenografi, dramaturgi, dan lain-

lain, sedangkan extra-theatrical di luar itu seperti kesusasteraan,

gambar, arsitektur, retorika, filsafat, atau berhubungan dengan

perencanaan kota.74

Teks pertunjukan dapat diklasifikasikan menjadi dua bagi-

an besar yaitu konvensi seni pertunjukan dan kode pertunjukan.

Konvensi seni pertunjukan adalah teknik, yang dapat dinyatakan

sebagai regulator pertunjukan yang berfungsi sebagai keseim-

bangan dalam koordinasi, seperti halnya arsitektur dalam bangun-

an atau desain panggung dalam pertunjukan. Itu menyangkut

semua kebiasaan atau tradisi yang berlaku sebagai norma, atur-

an-aturan, pandangan umum, konstruksi dan lain-lain. Konvensi

itu membantu teks pertunjukan mudah dibaca dan oleh karena

itu komunikasi seni pertunjukan akan terjadi dengan tepat. Kode

pertunjukan merupakan kode dari sebuah isi yang meliputi ideo-

logi, aksiologi, epistemologi, dan juga termasuk linguistik, per-

spektif, naratif dan lain-lain. Semua kode semiotik merupakan de-

finisi budaya dalam pengertian umum. Kode dimaknai secara kon-

tekstual, baik secara konteks pertunjukan maupun konteks buda-

ya. Kode pertunjukan dibagi menjadi tiga tipe yaitu kode general

74Marco de Marinis, 1993, 80-81.

Page 67: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

67

(lapisan umum), kode particular (lapisan khusus), dan kode dis-

tinctive (lapisan khas).75

Mengacu pada definisi konvensi tipe umum, lapisan umum

merupakan kode-kode yang meliputi kehadiran panggung tetapi

bukan permainan dekor/panggungnya, aktivitas aktor tetapi bu-

kan karakter berpentas, waktu-ruang dari pernyataan teks pertun-

jukan tetapi bukan ruang-waktu dari ucapan teks pertunjukan,

dan sebagainya termasuk penonton. Kode ini merupakan repre-

sentasi pertunjukan yang menyangkut keseluruhan selain lapisan

khusus dan lapisan khas. Lapisan khusus adalah kode yang ber-

hubungan dengan penyajian, yaitu kode yang terdapat pada pema-

in, gerak, cerita, permainan dekor, dan lain-lain. Lapisan khas (ko-

de distinctive) adalah kode baru yang dikreasi untuk kepentingan

pertunjukan itu sendiri. Kode ini merupakan kode khas yang khu-

sus ditujukan untuk seni pertunjukan yang berfungsi hanya un-

tuk pertunjukan, oleh karena itu dalam tulisan ini kode distinctive

diabaikan. Untuk itu makna rejang dikaji dengan dua lapis yaitu

dari lapisan khusus dan lapisan umum.

Rejang pada hari Kuningan di Kecamatan Abang me-

rupakan sebuah tanda yang perlu dimaknai. Tanda itu dibagi ke

dalam dua lapisan yaitu lapisan khusus dan lapisan umum.

Lapisan khusus pertunjukan rejang dibedakan menjadi lapis yang

75Marco de Marinis, 1993, 104-116.

Page 68: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

68

berhubungan dengan pemain disebut lapis pemain dan yang ber-

hubungan dengan gaya/jenis disebut lapis genre. Lapis pemain

adalah lapis yang meliputi pemain yaitu penari, koreografer, dan

pelaku-pelaku utama yang lain. Lapis genre adalah lapis yang me-

nyangkut koreografi rejang, meliputi lapis genre bentuk tari dan

lapis genre isi tari rejang. Lapis genre ini diarahkan semata-mata

untuk mengiterpretasi makna dari kode-kode yang ada, bukan di-

arahkan kepada pencarian identitas rejang.

Beberapa contoh yang penting dikaji mengenai lapis-lapis

di atas adalah jenis kelamin penari, gerak, desain lantai, busana,

kata “rejang” dan lain-lain. Penari perempuan merupakan lapis

pemain. Mengapa penari rejang itu perempuan? Perempuan seba-

gai penari rejang memiliki makna tersendiri.

Gerak tari rejang merupakan lapis genre yang penting dika-

ji. Makna gerak ditentukan dengan membedakan lapis ke dalam

dua bagian yaitu gerak maknawi dan gerak murni. Masing-masing

gerak memiliki potensi untuk diketahui maknanya.

Desain lantai melingkar yang dibentuk oleh barisan rejang

adalah desain religius yang merupakan lapis genre. Desain meling-

kar ini dilakukan dengan barisan rejang mengelilingi bangunan-

bangunan suci. Desain lantai melingkar itu memiliki makna ter-

sendiri yang penting dikaji.

Page 69: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

69

Penampilan gerak dan busana rejang merupakan lapis gen-

re yang mengandung makna. Makna pokok rejang akan didukung

oleh kehadiran makna dari gerak dan busananya. Busana rejang

yang digunakan sangat berbeda dengan busana orang-orang ber-

sembahyang pada saat pertunjukannya. Busana rejang kelihatan

sangat tertata, terutama pada hiasan kepala. Tampaknya hiasan

kepala mendapat perlakuan lebih dibandingkan dengan perlakuan

terhadap hiasan atau busana yang lain.

Selain itu kata rejang yang merupakan istilah untuk nama

tari perlu diulas. Kata rejang yang sering diucapkan itu merupa-

kan lapis genre memiliki makna tersendiri yang perlu dikaji, demi-

kian pula bentuk-bentuk yang lain.

Lapis genre yang lain adalah isi tari rejang. Menganalisis isi

tari rejang dilakukan dengan mengkaji tipe / jenis tari. Tari dapat

dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu murni, studi, abstrak, liris,

komik, dramatik, dan dramatari. Tari murni adalah tipe tari yang

memandang stilisasi gerak sebagai pokok persoalan karya. Karak-

ter gerak tetap menjadi pertimbangan, tetapi susana atau kete-

gangan bukan dibentuk oleh konflik drama. Tegang dan kendur

suasana karena pengolahan ritme gerak itu sendiri. Tipe tari studi

adalah tipe tari yang terbatas pada jangkauan materi gerak atau

jenis gerak tertentu. Ia memiliki bentuk gerak yang kompleks, dan

bahkan cendrung kreatif. Tipe murni dan studi sama-sama memu-

Page 70: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

70

satkan perhatian pada keindahan gerak, namun tari murni memi-

liki gerak yang lebih sederhana tetapi materinya tidak terbatas pa-

da jenis gerak tertentu. Mirip dengan tari murni, tipe tari abstrak

sama-sama memusatkan perhatian kepada pengolahan keindahan

gerak, tetapi tari murni lebih jelas bentuk dan temanya. Tari ab-

strak memiliki bentuk yang tidak mudah dimengerti apa temanya.

Walaupun gerak berkarakter itu mudah disimak, tetapi memahami

apa yang disampaikan membutuhkan analisis yang lebih dalam.

Stilisasi gerak menjadi pokok persoalan karya. Namun demikian,

tari abstrak tetap merupakan abstraksi dari sesuatu yang nyata.

Tipe tari murni dan abstrak yang memiliki kualitas gerak lembut

disebut tari liris. Sebuah tari yang mempersoalkan komedi disebut

tari komik. Makna tari komik lebih mudah disimak, karena gerak-

gerak yang diolah sangat komunikatif dengan penonton. Tari yang

lebih mengutamakan karakter, emosi dan kejadian dalam hubung-

annya dengan manusia disebut tari dramatik atau dramatari.

Makna lebih jelas tampak karena mengungkapkan karakter, kon-

flik drama, atau suasana dalam realita. Tari dramatik memusat-

kan perhatian pada sebuah kejadian atau suasana yang tidak

menggelar cerita, sedangkan dramatari mementingkan cerita dan

penokohan.76 Tari dengan tema penderitaan para Pandawa di

hutan dalam cerita Mahabarata “Pandawa Kalah Judi” adalah dra-

76Jacqueline Smith, 1985, 24-29.

Page 71: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

71

matik, tetapi cerita perjalanan hukuman Pandawa di hutan men-

jadi dramatari. Klasifikasi jenis atau tipe tari tersebut di atas

digunakan untuk mengkaji isi tari rejang kuningan.

Lapisan umum pertunjukan rejang antara lain adalah mak-

na mengenai pura, aktivitas warga pemedek (pejabat desa, warga

desa murwa dan warga biasa/lain), aktivitas penari (di luar kegiat-

an menari), dan hari Kuningan. Pura memiliki wilayah jeroan dan

jabaan yang perlu dimaknai sebagai wilayah yang mengandung

tingkat kesucian yang berbeda. Pura memiliki fungsi yang ber-

beda-beda dengan makna simbol berbeda antara pura satu dengan

yang lainnya. Aktivitas warga desa murwa sebagai warga yang

wajib mengeluarkan rejang dan aktivitas pejabat desa memiliki

makna yang penting dikaji. Warga pemedek lain (orang-orang yang

bersembahyang) yang juga sebagai penonton penting dimaknai,

demikian pula aktivitas penari di luar kegiatannya menari. Hari

Kuningan sebagai jadwal pementasan rejang memiliki makna ter-

sendiri. Saniscara Kliwon Kuningan yang menjadi hari kegiatan ri-

tual kuningan adalah kode general pertunjukan rejang yang pen-

ting dijelaskan untuk mengungkap makna rejang.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang meng-

kaji rejang secara lebih mendalam. Jenis penelitian ini dipilih ka-

Page 72: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

72

rena menggunakan analisis kualitatif dan data-data yang disajikan

adalah data-data kualitatif, berupa deskripsi dari kata-kata dan

dokumen. Ada lima jenis metode kualitatif yaitu: 1) kualitatif rasi-

onalistik, 2) fenomenologi interpretatif, 3) kualitatif kritis dengan

pandangan dunia tertentu, 4) kualitatif pragmatis metaetik, dan 5)

kualitatif postmodernisme.77 Penelitian ini ditekankan kepada me-

tode kualitatif rasionalistik dan fenomenologi interpretatif. Data-

data yang ada dikaji secara rasional dan juga dengan menghu-

bungkan bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan, dengan me-

nekankan hubungan-hubungan bermakna yang terdapat dalam

situasi dan kondisi ritual yang diteliti. Data-data yang digunakan

adalah data-data kualitatif yang bersifat deskriptif analitis.

Objek material dan objek formal penelitian telah ditentu-

kan. Objek materialnya adalah pertunjukan tari rejang kuningan di

Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Penelitian ditujukan

kepada rejang yang memiliki eksistensi dan menjadi identitas ta-

rian sakral désa-désa adat di Kecamatan Abang Kabupaten Ka-

rangasem. Rejang hidup subur pada sebagian besar wilayah désa-

désa adat. Rejang tersebut hanya dipertunjukkan pada hari Ku-

ningan.

77H. Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake

Sarasin, 2002), 23-27.

Page 73: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

73

Objek formal penelitian ini adalah perspektif atau paradig-

ma etnokoreologi. Sebagai sebuah paradigma, etnokoreologi memi-

liki asumsi-asumsi dasar, model, konsep-konsep, metode peneli-

tian, metode analisis, dan hasil analisis.78 Salah satu asumsinya

adalah manusia ingin berekspresi melalui seni (tari) yang memiliki

fungsi dan tujuan-tujuan tertentu. Asumsi yang lain adalah tari

tradisional cenderung bersifat kontekstual. Rejang sebagai karya

tari tradisional merupakan ekspresi budaya masyarakat yang me-

latarbelakanginya yang memiliki identitas etnis. Apa yang terkan-

dung dalam ekspresi merupakan makna, sedangkan bentuk eks-

presi adalah seni yang memiliki keindahan. Makna ada dalam ben-

tuk, maka tari sebagai bentuk seni menjadi sebuah model yang

digunakan sebagai objek kajian.

Berdasarkan asumsi dan model tersebut di atas maka kon-

sep-konsep etnokoreologi yang penting dalam penelitian ini adalah

“ekspresi”, “kontekstual”, “identitas etnis”, “bentuk seni”, “kein-

dahan”, “fungsi”, “emik-etik” dan lain-lain. Etnokoreologi memiliki

metode penelitian yang khas yang dapat digunakan untuk meng-

kaji rejang. Jenis-jenis kesenian memiliki ciri yang berbeda-beda

karena dihasilkan dari material yang berlainan. Ciri dan sifat

tertentu itu akan menuntut metode-metode tertentu pula dalam

78Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2007, 105.

Page 74: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

74

penelitian dan analisisnya.79 Mengkaji rejang yang merupakan

bentuk seni dengan identitas etnis membutuhkan metode pene-

litian khusus. Seorang peneliti etnokoreologi hendaknya memiliki

kemampuan dalam bidang teknik tari sesuai dengan tari yang

diteliti, agar dapat memperoleh data yang akurat mengenai batas-

batas gerak yang dipertunjukkan.80 Tari merupakan seni temporal,

terbatas pada waktu sajian, oleh karena itu teknik perekaman tari

sangat penting dilakukan. Demikian pula analisis dokumen meru-

pakan bagian yang sangat penting dalam melakukan metode ana-

lisis etnokoreologi. Paradigma penelitian yang digunakan untuk

metode pengumpulan data adalah paradigma emik yaitu sudut

pandang dari masyarakat yang diteliti, sedangkan tahap penulisan

etnografi menggunakan perspektif emik-etik dan holistik. Tahap

analisis data atau perumusan teori menggunakan perspektif kom-

paratif.81

Penelitian ini menggunakan pendekatan multi-disiplin, me-

ngingat seni pertunjukan memiliki bentuk yang multi lapis.82 Et-

nokoreologi digunakan sebagai pendekatan pokok yang didukung

79Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2007, 101.

80Edi Sedyawati, ”Etno-Koreologi Nusantara: Perspektif, Paradigma, dan Metodologi” dalam R.M. Pramutomo, ed., Etnokoreologi Nusantara: Batasan Kaji-

an, Sistematika dan Aplikasi Keilmuannya (Surakarta: ISI Press, 2007), 74.

81Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2007, 104.

82R.M. Soedarsono, 2001, 16.

Page 75: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

75

oleh beberapa teori dari disiplin lain seperti agama, semiotika, an-

tropologi, dan estetika.

Penelitian ini mengkaji eksistensi rejang, namun demikian

kajian yang menyangkut aspek waktu diabaikan. Penelitian ini

merupakan penelitian sinkronik. Penelitian dengan pendekatan

sinkronik tidak memperhatikan rentang waktu dan a-historis sifat-

nya, karena seni pertunjukan yang menjadi objek studinya dile-

takkan dalam ruang.83 Pementasan rejang dipahami sebagai sebu-

ah pertunjukan yang sama, yang dipentaskan rutin setiap hari Ku-

ningan. Salah satu bentuk rejang yang disajikan berulang-ulang

itu dijadikan sebagai objek kajian dengan mengabaikan kajian pe-

rubahan atau perkembangannya. Masing-masing rejang désa adat

di Kecamatan Abang disajikan manjadi satu identitas dan dipa-

hami sebagai sebuah pertunjukan yang ditempatkan di dalam

ruang.

1.7.1 Lokasi Penelitian

Kecamatan Abang terletak di ujung timur wilayah Kabupa-

ten Karangasem. Kecamatan Abang yang merupakan satu keca-

matan dari delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Karang-

83Ninuk Kleden. ”Diakronik dalam Penelitian Seni Pertunjukan” dalam

Waridi dan Bambang Murtiyoso, ed. Seni Pertunjukan Indonesia: Menimbang Pendekatan Emik Nusantara (Surakarta: The Ford Foundation dan Program

Pendidikan Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta,

2000), 33-40.

Page 76: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

76

asem memiliki luas wilayah 134,05 km²,84 dengan batas-batas wi-

layah sebelah utara Laut Bali dan Kecamatan Kubu, sebelah timur

Selat Lombok, sebelah selatan Kecamatan Karangasem, sebelah

barat Kecamatan Bebandem dan Gunung Agung.85

Wilayah Kecamatan Abang terbagi menjadi empat belas dé-

sa dinas, yaitu: Abang, Ababi, Tista, Culik, Datah, Tiyingtali, Bu-

nutan, Purwakerti, Kertamandala, Labasari, Nawakerti, Pidpid, Ke-

simpar, dan Tribuana. Wilayah desa administratif itu dibagi men-

jadi dua puluh wilayah budaya desa yang disebut desa pekraman

(désa adat). Désa-désa adat yang dimaksud adalah Tista, Tiying-

tali, Purwayu, Basang Alas, Kesimpar, Tanah Aji, Tuminggal, Ngis,

Tauka, Ababi, Sega, Gulinten, Culik, Datah, Kedampal, Gamong-

an, Linggawana, Bebayu, Tukad Besi, dan Paselatan.86 Rejang hi-

dup subur dan terpusat hanya pada sepuluh wilayah désa adat

dari duapuluh désa adat yang ada, yaitu di Tista, Tiyingtali, Pur-

wayu, Basang Alas, Kesimpar, Tanah Aji, Tuminggal, Ngis, Tauka,

dan Ababi, oleh karena itu penelitian ini dilaksanakan pada sepu-

luh lokasi tersebut.

Rejang tidak ditemukan di wilayah Désa Adat Sega, Tukad

Besi, Linggawana, Gulinten dan Gamongan yang berada pada per-

84I Made Sudiarsa, 2009, 1.

85Kabupaten Dati II Karangasem (Peta), Surabaya: PT. Karya Pembina

Sivajaya, tt.

86I Made Sudiarsa, 2009, 14-17, 24-25.

Page 77: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

77

bukitan timur dekat Lempuyang. Demikian pula rejang tidak ada

di Datah dan Kedampal yang merupakan wilayah perbukitan barat

menuju puncak Gunung Agung.Wilayah Kecamatan Abang meli-

puti daerah perbukitan dan juga daerah pantai. Di wilayah daerah

pantai seperti pada wilayah Désa Adat Bebayu dan Paselatan tidak

ada tradisi rejang, sedangkan Désa Adat Culik memiliki tradisi

rejang yang tidak dipertunjukkan pada hari Kuningan, tetapi pada

acara ritual usaba dan odalan.

Lokasi penelitian dilaksanakan pada sepuluh désa adat

yang mementaskan rejang kuningan yaitu di Tista, Tiyingtali, Pur-

wayu, Basang Alas, Kesimpar, Tanah Aji, Tuminggal, Ngis, Tauka,

dan Ababi. Masing-masing désa adat itu umumnya memiliki satu

tradisi rejang, tetapi Tiyingtali, Ababi, dan Kesimpar memiliki lebih

dari satu tradisi rejang. Pada desa Tiyingtali tradisi rejang ada di

Kertawarah dan di Tiyingtali Kelod, rejang desa Ababi ada di Du-

sun Abian Jero, Sadimara, dan Bias sedangkan tradisi rejang Désa

Adat Kesimpar ada di desa Kesimpar, Abang dan Pidpid. Selan-

jutnya masing-masing rejang dipilih satu sebagai contoh untuk

mewakili désa adat. Rejang Désa Adat Tiyingtali yang digunakan

adalah rejang kuningan dari Tiyingtali sedangkan rejang Désa Adat

Ababi dipilih rejang kuningan dari Abian Jero. Khusus rejang Désa

Adat Kesimpar yang dipilih adalah rejang yang ditampilkan di pura

Page 78: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

78

Puseh Bale Agung pada Hari Kuningan bukan yang ditampilkan di

pura-pura pemaksan atau banjar.

Sepuluh désa adat itu berada di daerah tengah kecamatan

yang saling berdekatan satu daerah dengan daerah yang lain. Wi-

layah Désa Adat Tista, dan Ngis dekat dengan wilayah Désa Adat

Kesimpar yang terletak di Desa Abang yang menjadi pusat kota

kecamatan. Wilayah Désa Adat Ababi, Tiyingtali, Tauka, dan Ba-

sang Alas saling berdekatan dan juga tidak jauh dari Kesimpar.

Wilayah Dusun adat Tanah Aji, Tuminggal, dan Purwayu tampak-

nya agak terpencil, tetapi tradisi rejang-nya tetap hidup subur.

Désa-désa adat tersebut memelihara rejang dengan mementaskan

secara rutin pada hari Kuningan di sebuah pura desa, sehingga

keberadaan rejang di Kecamatan Abang hidup subur.

Lokasi penelitian ini terpusat pada wilayah-wilayah pura di

mana rejang ditampilkan. Lokasi penelitian dapat dijangkau de-

ngan transportasi sepeda motor. Arah lokasi penelitian melewati

jalan propinsi dari arah Kabupaten Karangasem menuju Singa-

raja. Pertama-pertama perjalanan dimulai dari pusat kota Karang-

asem menuju tempat permandian wisata Tirtagangga. Dekat dari

lokasi wisata Tirtagangga telah dapat ditemukan Desa Ababi. Se-

lanjutnya kurang lebih tiga sampai empat kilometer menelusuri

jalan desa akan ditemukan Dusun Bias, Abian Jero, dan Desa Ti-

yingtali. Menelusuri jalan propinsi kurang lebih dua sampai lima

Page 79: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

79

kilometer akan ditemukan Desa Kesimpar, kemudian Ngis, dan

Tista, begitu selanjutnya tempat-tempat yang lain mudah ditemu-

kan.

1.7.2 Metode Pengumpulan Data

Sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh dari

sumber data penelitian lapangan dan dari sumber data tertulis

atau dokumen. Sumber data lapangan diperoleh dari narasumber

utama dan dari aktivitas pertunjukan rejang di lapangan. Sumber

tertulis diperoleh dari sumber pustaka berupa buku, foto, dan re-

kaman tari yang tertuang dalam video.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam peneliti-

an ini adalah metode pengamatan (observasi), metode wawancara,

dan metode penggunaan bahan dokumen.87 Penggunaan metode

tersebut dilandasi dengan pemahaman emik, yaitu sudut pandang

dari masyarakat atau orang yang diteliti. Hal ini dilakukan agar

data diperoleh apa adanya, tidak terdapat pernyataan yang tidak

sesuai bahkan berlawanan dengan pihak yang diteliti (etnosen-

tris).88

87Periksa S. Budhisantoso, ”Metode-metode Penelitian Ilmu Kemasyara-

katan dan Kemanusiaan,” dalam Pemikiran Biografi dan Kesejarahan: Suatu Kumpulan Prasaran pada Berbagai Lokakarya Jilid I (Jakarta: Departemen Pen-

didikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inven-

tarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1983), 296.

88Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2007, 105.

Page 80: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

80

Peneliti melakukan observasi dengan ikut melibatkan diri

dalam kegiatan upacara. Peneliti ikut berpartisipasi sebagai peme-

dek umum, memakai pakaian sembahyang, mengikuti tata cara

warga bersembahyang. Keberadaan peneliti sebagai warga yang

berasal dari Karangasem juga lebih menguntungkan dalam menja-

ring data.

Ada beberapa kendala yang perlu diperhatikan dalam kegi-

atan observasi, yaitu mengenai jadwal kegiatan pertunjukan yang

serentak tampil pada masing-masing desa. Jadwal pertunjukan

hanya ada pada saat upacara hari suci Kuningan, yang datang

setiap satu siklus pawukon89. Kegiatan observasi tidak dapat dila-

kukan sewaktu-waktu. Jarak antara tempat pertunjukan satu de-

ngan yang lainnya berjauhan. Jadwal pertunjukan terjadi bersa-

maan. Untuk mengatasi hal itu peneliti menggunakan tenaga lain

sebagai instrumen. Selain peneliti, digunakan satu orang lagi se-

bagai penjaring data observasi yang dilakukan ketika jadwal per-

tujukan terjadi bersamaan.

Kelengkapan data diperoleh melalui observasi yang dituju-

kan pada keadaan tempat kegiatan, pelaku kegiatan, dan tindakan

atau perbuatan pelaku kegiatan.90 Menjaring data tindakan kegiat-

89Satu siklus pawukon sama dengan 210 hari. Jumlah wuku ada 30,

satu wuku sama dengan tujuh hari.

90James P. Spradley, Participant Observation (New York: Holt, Renehart

and Winston, 1980),39-46.

Page 81: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

81

an yang berupa pertunjukan rejang membutuhkan pengamatan

yang sangat teliti. Gerak-gerak dan busana tari yang disajikan ti-

dak cukup diamati secara detail di lapangan, mengingat banyak

hal yang harus diamati ketika kegiatan berlangsung. Pertunjukan

rejang merupakan pertunjukan sesaat, yang ada pada saat diper-

tunjukkan saja. Setelah pertunjukan selesai, semua kegiatan le-

nyap, seakan-akan tidak pernah terjadi pertunjukan sebelumnya.

Untuk mengamati aspek koreografi seperti gerak, busana dan lain-

lain dengan cermat membutuhkan alat perekam berupa handycam

dan kamera foto, oleh karena itu pendokumentasian data observa-

si dilakukan dengan tertata. Gerak yang direkam selalu utuh, se-

hingga tidak ada satu pun gerak yang tidak terekam. Busana tari

direkam baik dari perbagian bentuk maupun sampai pada bentuk

yang utuh.

Kegiatan observasi dijadwalkan mulai September 2009-

Agustus 2012. Jadwal observasi dilakukan setiap satu siklus pa-

wukon, mengikuti jadwal pertunjukan rejang yang ada setiap hari

Kuningan.

Selain observasi data dikumpulkan melalui wawancara.

Wawancara dilaksanakan dengan mengacu pada tiga hal yaitu:

seleksi informan yang berkompeten dalam bidangnya; pendekatan

terhadap informan; dan mewujudkan suasana kondusif dalam

Page 82: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

82

wawancara.91 Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak

terstruktur yang hanya dipandu oleh pedoman wawancara. Pedo-

man wawancara ini berupa pokok-pokok pertanyaan yang menjadi

fokus wawancara. Selanjutnya pokok-pokok pertanyaan ini dikem-

bangkan ketika wawancara berlangsung. Wawancara tidak ter-

struktur dilaksanakan agar pembicaraan lebih bebas dan leluasa

tanpa terikat pada susunan pertanyaan yang tertulis.92

Wawancara mendalam dilakukan terhadap informan kunci

(keyinforman). Sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah

para penari rejang senior atau periasnya, kelihan gong, kelihan dé-

sa adat, pemangku, warga desa murwa, danilmuwan/tokoh-tokoh

masyarakat yang memahami upacara dan rejang. Kegiatan wawan-

cara ini dilakukan juga dengan merekam semua pembicaraan

yang terjadi. Pendokumentasian wawancara ini dilakukan agar da-

pat menganalisis data secara berulang-ulang.

Selain observasi dan wawancara, data diperoleh pula dari

metode penggunaan dokumen. Metode ini dilakukan untuk mene-

liti data yang bersumber dari data-data tertulis atau terekam baik

dalam media cetak ataupun elektronik yang merupakan data do-

kumen penting. Data dokumentasi ini adalah data dokumen yang

91Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gra-

media, 1977), 163.

92Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi (Ma-

lang: Asah Asih Asuh, 1990), 62.

Page 83: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

83

sudah ada yang tidak dimiliki oleh peneliti. Semua data doku-

mentasi ini adalah data-data pendukung yang menyangkut rejang

di luar rejang pada hari Kuningan di Kecamatan Abang. Doku-

mentasi ini misalnya rekaman rejang dari Tenganan, foto rejang

Bebandem, foto rejang dari Asak, rekaman rejang Banjar Bias, da-

ta tulis rejang-rejang di Bali dan nama-nama rejang kuno, dan la-

in-lain.

1.7.3 Langkah-Langkah dan Analisis Data Penelitian

Langkah awal proses penelitian adalah menentukan objek

material dan objek formal penelitian. Wilayah kajian etnokoreologi

adalah tari-tarian etnis. Mengacu pada hal itu dan mempertim-

bangkan kompetensi peneliti, maka tari Bali ditentukan sebagai

objek material penelitian. Jenis-jenis tari Bali cukup banyak dan

sebagian besar sudah diteliti, maka dilakukan studi pustaka un-

tuk memilih satu di antara jenis tari Bali sebagai objek material

yang orisinal. Studi pustaka dilakukan untuk mengkaji hasil-hasil

penelitian dan buku-buku yang terkait dengan objek penelitian

agar tidak terjadi penjiplakan ataupun pengulangan. Selain itu

dapat memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti,

menegaskan landasan teori dan konsep-konsep yang digunakan.93

93Koentjaraningrat, 1977, 29-36.

Page 84: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

84

Dengan melakukan studi pustaka ditentukan rejang di Kabupaten

Karangasem sebagai objek penelitian. Selanjutnya dilakukan wa-

wancara dan observasi awal terhadap rejang-rejang yang ada di

wilayah kabupaten tersebut. Ternyata, di Kabupaten Karangasem

terdapat bermacam-macam jenis rejang. Dengan berbagai pertim-

bangan, rejang kuningan di Kecamatan Abang ditentukan sebagai

objek material penelitian. Selanjutnya menentukan topik peneliti-

an yang dijabarkan menjadi rumusan masalah. Sebelum dan atau

setelah menentukan rumusan masalah dilakukan kajian menda-

lam terhadap landasan teori yang digunakan untuk membuat

asumsi terhadap masalah-masalah yang diajukan.

Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data melalui ob-

servasi, wawancara, dan studi dokumen. Ketiga jenis metode pe-

ngumpulan data itu digunakan untuk saling melengkapi. Data dan

fakta yang telah terkumpul kemudian dianalisis. Analisis peneliti-

an ini dilakukan dalam suatu proses, yang berarti data hasil ob-

servasi, wawancara dan dokumentasi dianalisis secara terus me-

nerus sejak pengumpulan data berlangsung. Selanjutnya, dari da-

ta dan informasi empiris tersebut dibuat kategorisasi berdasarkan

konsep-konsep dan teori untuk melihat, mengklasifikasikan, dan

menghubungkan antara satu data atau fakta dengan data atau

fakta lainnya.

Page 85: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

85

Diagram 1.2 Langkah-langkah pengklasifikasian menuju penulis-

an laporan penelitian. (Diagram dibuat oleh I Nengah Mariasa, 2012)

Rejang di Kecamatan Sidemen

Rejang di Kecamatan

Kubu

Rejang di Keca-matan

Rendang

Rejang di Keca-matan Selat

Rejang di Keca-matan

Manggis

Rejang di Kecamatan Karangasem

Rejang di Keca-matan Abang

Rejang di Kecamatan Bebandem

Analisis Data Awal dan Menentukan Fokus Penelitian.

Rejang Tuming-

gal

Rejang Tiyingtali

Rejang Ngis

Rejang

Purwayu

RejangKesim-

par

RejangTanah

Aji

RejangBasang

Alas

Bentuk Pertunjukan Rejang Kuningan

Analisis Data Penelitian

RejangTauka

Rejang Ababi

Rejang Tista

Pengumpulan Data Rejang Kuningan di Kecamatan

Abang Kabupaten

Karangasem, Bali

penelitian

Penulisan Laporan Penelitian

Makna Pertunjukan Rejang Kuningan

Fungsi Tari Rejang Kuningan

Menentukan Objek Material

Penelitian

Pengumpulan Data Awal Penelitian

Page 86: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

86

Menganalisis koreografi yang meliputi bentuk gerak, busa-

na, desain lantai, musik, dan relasi antar bentuk itu membutuh-

kan kegiatan pengamatan dan analisis yang berulan-ulang, oleh

karena itu kegiatan analisis dokumen menjadi sangat penting.

Analisis dokumen memberi kesempatan pengamatan yang leluasa

karena data telah terekam dalam dokumen.

Data-data diklasifikasikan dan kemudian dibahas sesuai

dengan pertanyaan-pertanyan dalam rumusan masalah yaitu: ta-

hap pertama, mengklasifikasikan dan menemukan ciri-ciri bentuk

pertunjukan rejang; tahap kedua, menemukan fungsi rejang; ta-

hap ketiga, mencari makna rejang. Tahap-tahap tersebut tidak

berdiri sendiri-sendiri secara terpisah, tetapi saling berhubungan

karena beberapa teori yang digunakan saling bersinergi.

Untuk memudahkan kerja analisis dalam sebuah karya se-

ni dibuat kerangka kerja yang terjadi akibat akumulasi dari teori

dan konsep-konsep yang digunakan.94 Teori struktur yadña dijadi-

kan landasan berpikir untuk membuat kerangka kerja. Sebuah

bentuk kegiatan yadña dapat dikenali dengan membahas struktur

yadña. Kegiatan yadña memiliki tiga bagian yang menjadi kerang-

ka struktur yadña, yaitu pelaku yadña, bentuk yadña dan tujuan

yadña. Pelaku yadña adalah Masyarakat Abang. Bentuk yadña

94M.H. Abrams, “Orientation of Critical Theories” dalam Vassilis Lam-

bropoulos and David Neal Miller, Ed.,Twentieth-Century Literary Theory (Albany:

State University of New York Press, 1987), 6.

Page 87: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

87

terdiri dari dua bagian yaitu bentuk aktivitas yadña dan bentuk

hasil aktivitas yadña. Kerangka tersebut disajikan sebagai berikut.

Diagram 1.3 Kerangka analisis struktur yadña. (Diagram dibuat oleh I Nengah Mariasa, 2012)

Berdasarkan kerangka tersebut di atas dibuat tahap-tahap

analisis sebagai berikut: 1) kerangka analisis bentuk pertunjukan

rejang kuningan; 2) kerangka analisis fungsi tari rejang kuningan;

3) kerangka analisis makna pertunjukan rejang kuningan.

Tahap pertama adalah analisis bentuk pertunjukan rejang

kuningan. Sebagai dasar langkah tahap analisis sebelum menga-

nalisis fungsi dan makna rejang, tahap pertama disajikan analisis

bentuk pertunjukan rejang dengan diagram sebagai berikut.

P e l a k u Y a d ñ a

(Warga Desa Murwa)

M a s y a r a k a t A b a n g

Tujuan Yadña

Bentuk Yadña

Bentuk Aktivitas Yadña

Bentuk Hasil Aktivitas Yadña

Page 88: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

88

Diagram 1.4 Hubungan dan bagian-bagian bentuk pertunjukan

rejang kuningan yang menjadi tahap penentuan ciri-ciri bentuk pertunjukan rejang kuningan. (Diagram dibuat oleh I Nengah Mari-

asa, 2012)

Pada langkah analisis tahap pertama ini, lebih dahulu ben-

tuk pertunjukan rejang diuraikan dan diklasifikasikan. Sepuluh

Tema

KOREOGRAFI REJANG KUNINGAN

Bentuk Tari

BENTUK PERTUNJUKAN REJANG

KUNINGAN

PELENGKAP PERTUNJUKAN REJANG KUNINGAN

Isi Tari Aktivitas Pemedek sebagai Penonton

Busana, Iringan, Tempat, Waktu

Gerak Maknawi

Gerak Murni

Teknik

Gerak

Penampilan

Gerak Berpindah Tempat

Gerak Penguat Ekspresi Verbal

Desain Atas

Bentuk-Struktur Gerak

Tipe Tari Rejang

Ciri-ciri Bentuk Pertunjukan Rejang Kuningan

Desain Lantai

Dinamika

Page 89: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

89

bentuk pertunjukan rejang itu pada dasarnya memiliki struktur

bentuk yang hampir sama, oleh karena itu penampilan data re-

jang-rejang itu dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan

ciri bentuk geraknya. Kelompok pertama adalah rejang kuningan

dari Tiyingtali dan rejang-rejang sejenis; kelompok kedua rejang

kuningan dari Purwayu dan Tanah Aji; dan kelompok ketiga rejang

kuningan dari Tista dan Kesimpar. Dalam pembahasan masing-

masing kelompok itu disajikan satu contoh data koreografi rejang

secara detail, yaitu kelompok pertama diwakili oleh rejang kuning-

an dari Tiyingtali, kedua oleh rejang kuningan dari Purwayu, dan

ketiga rejang kuningan dari Tista.

Menganalisis bentuk pertunjukan rejang adalah menganali-

sis koreografi dan pelengkap pertunjukan rejang. Pada pengkajian

bagian-bagian koreografi dan bentuk pelengkap pertunjukan akan

ditemukan bentuk-bentuk simbolis dan bentuk artistik. Bentuk

simbolis dan bentuk artistik yang memiliki fungsi berdasar nilai

yang ada adalah ciri-ciri bentuk yang akan dicari. Ciri-ciri bentuk

itu akan ditemukan melalui analisis tema, bentuk gerak, teknik

gerak, penampilan busana, iringan, tempat, waktu pentas, tipe tari

dan struktur yang menghubungkannya.

Tahap kedua adalah analisis fungsi rejang kuningan. Ke-

rangka analisis fungsi rejang kuningan disajikan dalam diagram

sebagai berikut.

Page 90: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

90

Diagram 1.5 Rejang berfungsi bagi tiga aspek kebudayaan pada sistem pranata ritual kuningan di Kecamatan Abang. (Diagram

dibuat oleh I Nengah Mariasa, 2012)

Pada tahap ini fungsi rejang diarahkan kepada tiga aspek

budaya dari masyarakat Abang. Masyarakat itu dipahami sebagai

pelaku budaya, oleh karena itu sasaran fungsi ditujukan pada tiga

wujud budaya. Dengan menglasifikasikan sasaran fungsi kemu-

dian menganalisis fungsi rejang bagi tiga wujud budaya, maka

fungsi-fungsi rejang akan dapat ditemukan. Kehadiran rejang da-

pat berfungsi pada wilayah ide, aktivitas ritual, dan pada wilayah

bentuk. Rejang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam

wilayah masing-masing tiga aspek tersebut. Ia memiliki keduduk-

Pada Wilayah

I D E

Pada Wilayah

AKTIVITAS

FUNGSI TARI REJANG

KUNINGAN

Pada Wilayah

BENTUK

Page 91: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

91

an penting baik dalam wilayah ide, aktivitas, maupun dalam wila-

yah bentuk.

Tahap ketiga adalah analisis makna pertunjukan rejang

kuningan. Pada langkah analisis tahap ketiga ini makna pertun-

jukan rejang dicari dengan menganalisis bentuk pertunjukan re-

jang. Bentuk pertunjukan rejang dapat dipahami sebagai sebuah

teks pertunjukan yang dapat dibaca seperti halnya teks bahasa.

Menganalisis bentuk pertunjukan dilakukan dengan menganalisis

struktur umum bentuk pertunjukan rejang. Selanjutnya dari

struktur umum itu dibuat kategori-kategori ke dalam lapisan khu-

sus dan lapisan umum pertunjukan. Lapis-lapis yang telah diten-

tukan dikaji secara mendalam, diinterpretasi eksplisit dan selan-

jutnya ditentukan maknanya.

Makna-makna yang ada direlasikan dengan makna-makna

yang lain dengan analisis ko-tekstual dan kontekstual, selanjutnya

disatukan ke dalam struktur umum makna bentuk pertunjukan

rejang. Dengan menyatukan makna-makna yang ditemukan ke da-

lam struktur tersebut akan diperoleh makna bentuk pertunjukan

rejang. Tahap ketiga itu dapat disajikan dengan diagram sebagai

berikut.

Page 92: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

92

Diagram 1.6 Kerangka analisis makna bentuk pertunjukan re-

jang kuningan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. (Dia-

gram dibuat oleh I Nengah Mariasa, 2012)

1.8 Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini disusun menjadi sebuah disertasi. Pe-

nulisannya disusun sebagai berikut. Bagian awal berisi ”Prakata”;

Lapisan Khusus Koreografi Rejang

Kuningan

BENTUK PERTUNJUKAN REJANG KUNINGAN

Lapisan Umum Pelaku Ritual

Rejang

Makna Pura

Makna

Kuningan

Makna Aktivitas

warga Lapis

Pemain Lapis

Genre

Makna Pertunjukan Rejang

Kuningan

Makna

Pemain

Makna Bentuk

& Isi Tari

Analisis Ko-Tekstual

Makna Koreografi Rejang

Kuningan

Analisis Kontekstual

Lapisan Umum

Acara Ritual Rejang

Page 93: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

93

”Daftar Isi”; ”Daftar Tanda Baca”; ”Daftar Gambar”; ”Daftar Dia-

gram”; ”Daftar Tabel”; ”Daftar Lampiran”; ”Intisari”; dan ”Abstract.”

Bagian isi berisi ”Bab I Pengantar”; ”Bab II Bentuk Pertun-

jukan Rejang Kuningan”; ”Bab III Fungsi Tari Rejang Kuningan”;

”Bab IV Makna Pertunjukan Rejang Kuningan”; dan ”Bab V Ke-

simpulan”.

”Bab I Pengantar” memuat latar belakang; rumusan masa-

lah; tujuan dan manfaat penelitian; tinjauan pustaka; definisi kon-

sep; landasan teori; metode penelitian; dan sistematika penulisan.

Semua sub bab di atas telah jelas, namun ada hal yang perlu

dijelaskan mengenai definisi konsep dan metodologi penelitian. Pa-

da tulisan terdahulu setelah penyajian rumusan masalah, tujuan

dan manfaat, disajikan definisi konsep yang membahas definisi-

definisi yang berkaitan dengan judul dan rumusan masalah yang

digunakan. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi perbedaan penaf-

siran terhadap makna sebuah istilah. Mengenai metodologi peneli-

tian digunakan beberapa sub bab agar dapat memudahkan untuk

menyimak bagian-bagian isi.

”Bab II Bentuk Pertunjukan Rejang Kuningan” berisi penje-

lasan umum bentuk pertunjukan rejang kuningan meliputi tempat

dan waktu pementasan, acara kegiatan, pelaku-pelaku kegiatan,

gerak, busana dan gamelan tari. Penjelasan tersebut diklasifikasi-

kan menjadi tiga penampilan yaitu pertama pertunjukan rejang

Page 94: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

94

kuningan dari Tiyingtali dan rejang-rejang sejenis; kedua rejang

kuningan dari Purwayu dan Tanah Aji; ketiga rejang kuningan dari

Tista dan Kesimpar. Bab ini memuat penjelasan dan penampilan

data yang dilengkapi dengan menghadirkan foto-foto pertunjukan

rejang. Kajian bentuk dan teknik gerak tiga contoh rejang yaitu

rejang kuningan dari Tiyingtali, Purwayu, dan Tista akan diungkap

detail dengan menghadirkan tabel gerak-pola lantai-gambar gerak,

Notasi Laban, dan Notasi Kepatihan. Selanjutnya elemen-elemen

koreografi dan pelengkap pertunjukan dibahas berurutan menuju

penemuan ciri-ciri bentuk pertunjukan rejang kuningan.

”Bab III Fungsi Tari Rejang Kuningan” berisi data dan pem-

bahasan mengenai fungsi rejang bagi wujud kebudayaan pada

sistem pranata ritual kuningan di Kecamatan Abang Kabupaten

Karangasem. Bab ini dibagi menjadi empat sub bab. Sub bab

pertama adalah kedudukan warga desa murwa pada pranata ritual

kuningan di Kecamatan Abang. Sub bab kedua adalah fungsi

rejang sebagai persembahan suci. Sub bab ketiga adalah fungsi

rejang sebagai sebuah bentuk penampilan dan sub bab keempat

adalah fungsi rejang sebagai media komunikasi.

”Bab IV Makna Pertunjukan Rejang Kuningan” dibagi men-

jadi dua sub bab yaitu, lapisan khusus pertunjukan dan lapisan

umum pertunjukan rejang. Dalam lapisan khusus pertunjukan

rejang dibahas tentang lapis pemain dan lapis genre. Lapis pemain

Page 95: BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/84597/potongan/S3-2015... · upakara seperti banten (sajen), ... Jaman dahulu ada

95

yang dibahas adalah lapis yang berhubungan dengan penari re-

jang, misalnya membahas makna penari perempuan, membahas

makna penari tidak cuntaka dan lain-lain. Lapis genre adalah selu-

ruh lapis yang ada pada elemen-elemen koreografi rejang, antara

lain adalah lapis gerak, desain lantai, busana, dan lain-lain. Dalam

lapisan umum dibahas masalah makna di luar masalah penyajian

yang meliputi makna mengenai pura sebagai tempat pertunjukan

rejang, wewaran, wuku dan aktivitas warga sehubungan dengan

pertunjukan rejang.

Akhir dari bagian isi adalah kesimpulan. ”Bab V Kesimpul-

an” berisi tentang jawaban-jawaban atas masalah yang telah diru-

muskan. Bagian akhir terdiri dari “Kepustakaan”; “Daftar Nara-

sumber”; ”Glosarium”; dan ”Daftar Lampiran”.