sejarah pengembangan kurikulum di indonesia dari jaman belanda.doc

55
Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda (penjajahan) sampai sekarang Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Komponen Kurikulum Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama Yulyana Darmini A 202 15 009 Nama : Yulyana Darmini Stambuk : A 202 15

Upload: yulyana-darmini

Post on 04-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda

(penjajahan) sampai sekarang

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh

suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan

kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata

pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam

penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu

kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang

dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah

dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

 Komponen Kurikulum

Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada

dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan

dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen

merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan

satu sama lainnya, sebab kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana

mestinya.

Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum. Ada yang

mengemukakan 5 komponen kurikulum dan ada yang mengemukakan hanya 4 komponen

kurikulum. Untuk mengetahui pendapat para ahli mengenai komponen kurikulum berikut

Subandiyah (1993: 4-6) mengemukakan ada 5 komponen kurikulum, yaitu: (1) komponen

tujuan; (2) komponen isi/materi; (3) komponen media (sarana dan prasarana); (4) komponen

strategi dan; (5) komponen proses belajar mengajar.

Sementara Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen kurikulum, yaitu: (1) Objective

(tujuan); (2) Knowledges (isi atau materi); (3) School learning experiences (interaksi belajar

mengajar di sekolah) dan; (4) Evaluation (penilaian). Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution Yulyana Darmini A 202 15 009

Nama : Yulyana Darmini

Stambuk : A 202 15 009

Page 2: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

(1988), Fuaduddin dan Karya (1992), serta Nana Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah

komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama yakni: (1) Tujuan; (2) Isi dan

struktur kurikulum; (3) Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar), dan: (4) Evaluasi.

 Fungsi Kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

A. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendididkan Fungsi kurikulum dalam

pendidikan tidak lain merupakan alat untuk mencapai tujuan pendididkan.dalam hal ini, alat

untuk menempa manusia yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pendidikan

suatu bangsa dengan bangsa lain tidak akan sama karena setiap bangsa dan Negara mempunyai

filsafat dan tujuan pendidikan tertentu yang dipengaruhi oleh berbagai segi, baik segi agama,

idiologi, kebudayaan, maupun kebutuhan Negara itu sendiri. Dsdengan demikian, dinegara kita

tidak sama dengan Negara-negara lain, untuk itu, maka: 1) Kurikulum merupakan alat untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional, 2) Kuriulum merupakan program yang harus dilaksanakan

oleh guru dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan-tujuan itu, 3)

kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana proses belajar mengajar dengan

baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

B. Fungsi Kurikulum Bagi Sekolah yang Bersangkutan Kurikulum Bagi Sekolah yang

Bersangkutan mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) Sebagai alat mencapai tujuan pendidikan

yang diinginkan 2) Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari-hari di sekolah tersebut,

fungsi ini meliputi: a. Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan b. Cara

menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan c. Orang yang bertanggung jawab dan

melaksanakan program pendidikan.

C. Fungsi kurikulum yang ada di atasnya 1) Fungsi Kesinambungan Sekolah pada tingkat

atasnya harus mengetahui kurikulum yang dipergunakan pada tingkat bawahnya sehingga dapat

menyesuaikan kurikulm yang diselenggarakannya. 2) Fungsi Peniapan Tenaga Bilamana sekolah

tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga guru bagi sekolah yang memerlukan tenaga

guru tadi, baik mengenai isi, organisasi, maupun cara mengajar.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 3: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

D. Fungsi Kurikulum Bagi Guru Guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum sesuai

dengan kurikulum yang berlaku, tetapi juga sebagai pengembanga kurikulum dalam rangaka

pelaksanaan kurikulum tersebut.

E. Fungsi Kurikulum Bagi Kepala Sekolah Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan

barometer atau alat pengukur keberhasilanprogram pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.

Kepala sekolah dituntut untuk menguasai dan mengontrol, apakah kcegiatan proses pendidikan

yang dilaksanakan itu berpijak pada kurikulum yang berlaku.

F. Fungsi Kurikulum Bagi Pengawas (supervisor) Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat

dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dan menetapkan bagaimana yang memerlukan

penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu

pendidikan.

G. Fungsi Kurikulum Bagi Masyarakat Melalui kurikulum sekolah yang bersangkutan,

masyarakat bisa mengetahui apakah pengetahuan, sikap, dan nilaiserta keterampilan yang

dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kuri-kulum suatu sekolah.a

H. Fungsi Kurikulum Bagi Pemakai Lulusan Instansi atau perusahaan yang memper-gunakan

tenaga kerja yang baik dalamarti kuantitas dan kualitas agar dapat meningkatkan produk-tivitas.

Berbicara mengenai sejarah berarti kita membicarakan mengenai keadan yang telah

berlalu di masa lalu, begitu halnya jika kita membahas mengeni sejarah kurikulum Indonsia

berarti kita akan membahas mengenai perkembangan kurikulum di Indonesia dari beberapa

periode atau zaman.

Kurikulum pada hakekatnya adalah alat pendidikan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.  Oleh karena itu, kurikulum akan searah dengan tujuan pendidikan, dan tujuan

pendidikan searah dengan perkembangan tuntutan dan kebutuhan masyarakat (Sanjaya, 2007).

Dalam  dunia pendidikan kita, sampai sekarang masih beredar di masyarakat sebuah pameo,

“ganti menteri, ganti aturan.” Saking biasanya, maka ketika muncul sebuah aturan (baca:

kurikulum) baru, masyarakat menjadi tidak kaget lagi.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 4: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Yang menjadi pertanyaan adalah benarkah tiap ganti menteri mesti ganti aturan? Adakah ini

berarti bahwa masyarakat tidak menghendaki adanya aturan baru? Sebab, seperti bisa diduga,

ekses dari sebuah aturan baru biasanya dikaitkan dengan pembelian buku pelajaran baru, yang

memaksa orangtua merogoh kocek yang sudah semakin kempis.

 PENDIDIKAN SEBELUM MASA KOLONIALISME

Pada saat zaman hindu budha, pendidikan hanya dinikmati oleh kelas Brahmana, yang

merupakan kelas teratas dalam kasta Hindu. Mereka umumnya belajar teologi, sastra, bahasa,

ilmu pasti, dan ilmu seni bangunan. Sejarah mencatat, kerajaan-kerajaan Hindu seperti Kalingga,

Kediri, Singosari, dan Majapahit, melahirkan para empu, punjangga, karya sastra, dan seni yang

hebat.

Padepokan adalah model pendidikan zaman hindu yang dikelola oleh seorang guru/bengawan

dan murid/cantrik mempelajari ilmu bersifat umum, religius, dan juga kesaktian. Murid di

Padepokan bisa keluar masuk bila merasa cukup atau tidak puas dengan pengajaran guru.

Pada zaman penyebaran Islam, pola pendidikan bernapaskan islam menyebar dan mewarnai

penyelenggaraan pendidikan. Pusat-pusat pendidikan tesebar di langgar, surau, meunasah

(madrasah), masjid, dan pesantren. Pesantren adalah lembaga pendidikan formal tertua di

Indonesia. Pesantren diajar oleh seorang kyai, dan santri/murid tinggal di pondok/asrama di

sekitar pesantren. Jumlah pondok pesantren cukup banyak tersebar di Jawa, Aceh, dan sumatera

selatan. Sampai saat ini pondok pesantran masih eksis, menurut data DEPAG pada tahun 2005-

2006 jumlah pesantren yang asa di 33 propinsi di Indonesia adalah 16.015 buah, dengan jumlah

santri sebanyak 3.190.394 orang, dengan proposi laki-laki 53,2% dan perempuan

46,8%.  Bagaimana perkembangan pendidikan islam dari sebelum merdeka hingga kini, bisa

dibaca dihalaman madrasah pada blog ini.

 PENDIDIKAN MASA KOLONIALISME

Pada masa penjajahan Portugis didirikan sekolah-sekolah misionaris. Portugis

mendirikan sekolah seminari di Ambon, Maluku, dan sebagian Nusa Tenggara Timur. Belanda

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 5: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

pada awal kedatangannya pun melakukan hal yang sama dengan Portugis. Pendidikan banyak

ditangani oleh kalangan gereja kristen dengan bendera Nederlands Zendelingen Gennootschap

(NZG). Pasca politik etis, Belanda mengucurkan dana pendidikan yang banyak dan bertambah

setiap tahunnya, tetapi tujuannya untuk melestrarikan penjajahan di Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada tiga sistem pendidikan dan pengajaran yang

berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan

perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda.  Sistem pendidikan Belanda diatur dengan

prosedur yang ketat dari mulai aturan siswa, pengajar, sistem pengajaran, dan kurikulum. Sistem

prosedural seperti ini sangat berbeda dengan sistem prosedural pada sistem pendidikan islam

yang telah dikenal sebelumnya.  Sistem pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif.  Sekolah-

sekolah dibentuk   dengan membedakan pendidikan antara anak Belanda, anak timur asing, dan

anak pribumi. Golongan pribumi ini masih dipecah lagi menjadi masyarakat kelas bawah dan

priyayi. Susunan persekolahan zaman kolinial adalah sebagai berikut (Sanjaya, 2007:207):

1. Persekolahan anak-anak pribumi untuk golongan non priyayi menggunakan pengantar

bahasa daerah, namanya Sekolah Desa 3 tahun.  Mereka yang berhasil menamatkannya

boleh melajutkan ke Sekolah Sambungan (Vervolg School) selama 2 tahun.  Dari sini

mereka bisa melanjutkan ke Sekolah Guru atau Mulo Pribumi selama 4 tahun, inilah

sekolah paling atas untuk bangsa pribumi biasa.  Untuk golongan pribumi masyarakat

bangsawan bisa memasuki His Inlandsche School selama 7 tahun, Mulo selama 3 tahun,

dan Algemene Middlebare School (AMS) selama 3 tahun.

2. Untuk orang timur asing disediakan sekolah seperti Sekolah Cina 5 tahun dengan

pengantar bahasa Cina,  Hollandch Chinese School (HCS) yang berbahasa Belanda

selama 7 tahun.  Siswa HCS dapat melanjutkan ke Mulo.

3. Sedangkan untuk orang Belanda disediakan sekolah rendah sampai perguruan tinggi,

yaitu Eropese Legere School 7 tahun, sekolah lanjutan HBS 3 dan 5 tahun Lyceum 6

tahun, Maddelbare Meisjeschool 5 tahun, Recht Hoge School 5 tahun, Sekolah

kedokteran tinggi 8,5 tahun, dan kedokteran gigi 5 tahun.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 6: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Pemerintah kolonial sebenarnya tidak berniat mendirikan universitas tetapi akhirnya mereka

mendirikan  universitas untuk kebutuhan mereka sendiri seperti Rechts Hogeschool (RH) dan

Geneeskundige Hogeschool di Jakarta. Di Bandung, pemerintah kolonial mendirikan Technische

Hogeschool (TH). Kebanyakan dosen TH adalah orang Belanda.  Menurut Soenarta (2005) kaum

inlanders atau pribumi agak sulit untuk masuk ke sekolah-sekolah tinggi itu.  Ketika almarhum

Prof Roosseno lulus TH, jumlah lulusan yang bukan orang Belanda hanya tiga orang, yaitu

Roosseno dan dua orang lagi vreemde oosterling alias keturunan Tionghoa. Bila demikian, lantas

berapa orang yang lulus bersama almarhum Ir Soekarno (presiden pertama RI) dan Ir Putuhena?

Di zaman pendudukan Jepang, pernah dicari 100 orang insinyur yang dibutuhkan. Padahal saat

itu belum ada 90 orang insinyur lulusan TH Bandung.

Agar tidak banyak bangsa Indonesia yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, maka biaya

kuliah pun dibuat sangat besar.  Menurut Soenarta (2005) biaya kuliah untuk satu tahun di salah

satu sekolah tinggi itu besarnya fl (gulden) 300. Saat itu, harga satu kilogram (kg) beras sama

dengan 0,025 gulden. Maka, besar uang kuliah sama dengan 12.000 kg beras. Bila ukuran dan

perbandingan itu diterapkan sebagai biaya kuliah di universitas sekarang, sedangkan harga beras

sekarang rata-rata Rp 3.000 per kg, maka untuk kuliah di universitas biayanya sebesar Rp 36 juta

per mahasiswa per tahun.  Biaya di MULO, setingkat sekolah lanjutan tingkat pertama, adalah

sebesar 5,60 gulden per siswa per bulan, setara dengan 224 kg beras. Bila dihitung dengan harga

beras sekarang, akan menjadi Rp 672.000 per siswa per bulan. Akibatnya banyak anak Indonesia

yang lebih memilih masuk  Ambachtschool atau Technische School, karena biayanya agak

murah sedikit. Berbekal keterampilan yang diperoleh di Ambachtschool atau Technische School,

siswa bisa langsung bekerja setelah lulus.

Kurikulum pendidikan Belanda dideisain untuk melestarikan penjajahan di Indonesia,

maka pada kurikulum pun dikenalkan kebudayaan Belanda, juga penekan hanya pada menulis

dengan rapi, membaca, dan berhitung, yang keterampilan ini sangat bermanfaat untuk

diperbantukan pada Pemerintah Belanda dengan gaji yang sangat rendah.  Anak-anak Indonesia

pada zaman itu tidak diperkenalkan dengan budayanya sendiri dan potensi bangsanya.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 7: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Ketiga, sekolah yang dikembangkan tokoh pendidikan nasional seperti KH Ahmad Dahlan dan

Ki Hajar Dewantara.  K.H Achmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah yang menggunakan

sistem pendidikan barat dengan menambanhkan pelajaran agama islam.  Ki Hajar Dewantara

mendirikan Taman Siswa dengan membuat sistem pendidikan yang berakar pada budaya dan

filosofi hidup Jawa, yang kemudian dianggap sebagai sistem pengajaran dan pendidikan

nasional.

Pada masa Jepang, pendidikan diarahkan untuk menyediakan prajurit yang siap berperang di

perang Asia Timur Raya. Peggolongan sekolah berdasarkan status soaial yang dibangun Belanda

dihapuskan. Pendidikan hanya digolongkan pada pendidikan dasar 6 tahun, pendidikan

menengah pertama, dan pendidikan menegah tinggi yang masing-masing tiga tahun, serta

pendidikan tinggi. Sekolah Rendah diganti nama menjadi Sekolah Rakyat (Kokumin Gakko),

Sekolah Menengah Pertama (Shoto Chu Gakko), dan Sekolah Mengengah Tinggi (Koto Chu

Gakko). Hampir semua pendidikan tinggi yang ada pada zaman Belanda ditutup, kecuali Sekolah

Tinggi Kedokteran di Jakarta, dan Sekolah Teknik Tinggi di Bandung.

Pada masa peralihan dari Jepang ke Sekutu, ketika proklamasi dikumandangkan, dibentuklah

Panitia Penyelidik Pengajaran RI yang dipimpin oleh Ki Hajar Dewantara. Lembaga ini

melahirkan rumusan pertama sistem pendidikan nasional, yakni pendidikan bertujuan

menekankan pada semangat dan jiwa patriotisme. Kemudian disusun punla pembaruan

kurikulum pendidikan dan pengajaran. Kurikulum sekolah dasar lebih mengutamakan

pendekatan filosofis-ideologis. Proses penyunsunan singkat dan tentu saja tanpa disertai data

empiris. Penetapan isi kurikulum di masa permulaan kemerdekaan itu berdasarkan asumsi

belaka.

Setelah Indonesia merdeka dalam pendidikan dikenal beberapa masa pemberlakuan kurikulum

yaitu kurikulum sederhana (1947-1964), pembaharuan kurikulum (1968 dan 1975), kurikulum

berbasis keterampilan proses (1984 dan 1994), dan kurikulum berbasis kompetensi 2004

kurikulum tingkat satuan pemdidikan  2006 dan kurikulum 2013

 KURIKULUM SEDERHANA (1947-1964)

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 8: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Rencana Pelajaran 1947

Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika

itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang

istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau

lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan

dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas pendidikan ditetapkan

Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947,

baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut

kurikulum 1950.

Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar

mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Rencana Pelajaran

1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada

pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian

terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani.

Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura

diberikan bahasa daerah. Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah,

Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara,

Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi

Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada awalnya pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun

sejak 1951 agama juga diajarkan sejak kelas 1.

Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dab cara murid

mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-cakap,

membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari,

bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana 9pompa, timbangan, manfaat bes

berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif diisi air

dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel listrik.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 9: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal

dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang

guru mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat. yaitu

sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat

mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak

tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.

Struktur program Sekolah Rakyat (SD) menurut Rencana Pelajaran 1947 adalah sebagai berikut:

No Mata Pelajaran Kelas

1 2 3 4 5 6

1. B. Indonesia – – 8 8 8 8

2. B. Daerah 10 10 6 4 4 4

3. Berhitung 6 6 7 7 7 7

4. Ilmu Alam – – – – 1 1

5. Ilmu Hayat – – – 2 2 2

6. Ilmu Bumi – – 1 1 2 2

7. Sejarah – – – 1 2 2

8. Menggambar – – – – 2 2

9. Menulis 4 4 3 3 – –

10. Seni Suara 2 2 2 2 2 2

11. Pekerjaan Tangan 1 1 2 2 2 2

12. Pekerjaan kepurtian – – – 1 2 2

13. Gerak Badan 3 3 3 3 3 3

14. Kebersihan dan kesehatan 1 1 1 1 1 1

15. Didikan budi pekerti 1 1 2 2 2 3

16. Pendidikan agama – – – 2 2 2

JUMLAH 28 28 35 38 40 41

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 10: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Kurikulum 1964

  Pada akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang lalu diubah menjadi

Rencana Pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah konsep

pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembelajaran ini mewajibkan

sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem

solving). Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada

pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah

Pancawardhana. Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok

perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artisitk, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.

Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional

praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Cara belajar dijalankan dengan metode

disebut gotong royong terpimpin. Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari

krida. Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang

kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa.   Kurikulum 1964 adalah

alat untuk membentuk manusia pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada

ketetapan MPRS No II tanun 1960.

Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah penilaian di rapor bagi kelas I

dan II yang asalnya berupa skor 10 – 100 menjadi huruf A, B, C, dan D. Sedangkan bagi kelas II

hingga VI tetap menggunakan skor 10 – 100.

Kurikulum 1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran

berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana).  Struktur program berdasarkan

kurikulum ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

No Mata Pelajaran Kelas

1 2 3 4 5 6

I Pengembangan Moral

1.      Pendidikan

kemasyarakatan

1 2 3 3 3 3

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 11: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

2.      Pendidikan

agama/budi pekerti

1 2 2 2 2 2

II

Perkembangan kecerdasan

3.   Bahasa Daerah 9 8 5 3 3 3

4.   Bahasa Indonesia – – 6 5 8 8

5.   Berhitung 6 6 6 6 6 6

6.   Pengetahuan alamiah 1 1 2 2 2 2

III

Pengembangan

emosional/artistik

7.      Pendidikan kesenian 2 2 4 4 4 4

IVPengembangan keprigelan

8.      Pendidikan keprigelan 2 2 4 4 4 4

V

Pengembangan jasmani

9.         Pendidikan

jasmani/Kesehatan

3 3 4 4 4 4

Jumlah 25 26 36 36 36 36

 PEMBAHARUAN KURIKULUM 1968 DAN 1975

Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 lahir dengan pertimbangan politik ideologis. Tujuan pendidikan pada

kurikulum 1964 yang bertujuan menciptakan masyarakat sosialis Indonesia diberangus,

pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia pancasila sejati.

Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya materi pelajaran pada tingkat

bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikum ini

dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan

kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yang memuat hanya mata pelajaran pokok saja.

Muatan materi pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi mengkaitkannya dengan

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 12: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

permasalahan faktual di lingkungan sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah

teori psikologi unsur. Contoh penerapan metode pembelajarn ini adalah metode eja ketika

pembelajaran membaca. Begitu juga pada mata pelajaran lain, “anak belajar melalui unsur-

unsurnya dulu”.  Struktur kurikulum 1968 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Mata Pelajaran Kelas

1 2 3 4 5 6

I

Pembinaan Jiwa Pancasila

1.   Pendidikan agama 2 2 3 4 4 4

2.   Pendidikan

kewarganegaraan

2 2 4 4 4 4

3.   Bahasa Indonesia – – 6 6 6 6

4.   Bahasa Daerah 8 8 2 2 2 2

5.   Pendidikan olahraga 2 2 3 3 3 3

II

Pengembangan pengetahuan

dasar

6.   Berhitung 7 7 7 6 6 6

7.   IPA 2 2 4 4 4 4

8.   Pendidikan kesenian 2 2 2 2 2 2

9.   Pendidikan

kesejahteraan keluarga

1 1 2 2 2 2

III

Pembinaan kecakapan

khusus

10.     Pendidikan kejuruan 2 2 5 5 5 5

Jumlah 28 28 40 40 40 40

Kurikulum 1975

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 13: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Dibandingkan kurikulum sebelumnya, kurikulum ini lebih lengkap, jika dilihat dari

pedoman yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut.  Pada kurikulum SD 7 unsur pokok

yang disajikan dalam 3 buku.  Tujuh unsur pokok tersebut adalah dasar, tujun, dan prinsip;

struktur program kurikulum; GBPP; sistem penyajian; sistem penilaian; sistem bimbingan dan

penyuluhan; pedoman supervisi dan administrasi.  Pembuatan buku pedoman, pada kurikulum

selanjutnya tetap dipertahankan.

Pendekatan kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efesien,

yang mempengaruhinya adalah konsep di bidang manajemen, yaitu MBO (Management by

Objective). Melalui kurikulum 1968 tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran yang terkandung

pada kurikulum 1968 lebih dipertegas lagi. Metode, materi, dan tujuan pengajarannya tertuang

secara gambalang dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Melalui PPSI

kemudian lahir satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan

bahsasb memiliki unsur-unsur: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi

pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.

Kurikulum 1975 didasari konsep SAS (Structural, analysis, sintesis). Anak menjadi pintar karena

paham dan mampu menganalisis sesuatu yang dihubungkan dengan mata pelajaran di sekolah.

Kurikulum 1975 juga dimaksudkan untuk menyerap perkembangan ilmu era 1970-an. Selain

memperkuat matematika, pelajaran teoritis IPA juga dipertajam. Jam pelajaran yang tadinya 41

jam per minggu, menjadi 43 jam. Pelajaran IPA menjadi gabungan dari Ilmu Hayat dan Ilmu

Alam. Sisi positif kurikulum ini adalah, “ilmu-ilmu dasar yang diserap siswa SD pada masa itu

menjadi semakin berkembang”. Akan tetapi dampak dari kurikulum 1975 adalah banyak guru

menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas administrasi, seperti membuat TIU, TIK, dan

lain-lain; sedangkan substansi materi uang akan diajarkan kurang didalami.

Struktur program pada kurikulum 1975 di sekolah dasar adalah sebagai berikut:

No Mata Pelajaran Kelas

1 2 3 4 5 6

1. Pendidikan agama 2 2 2 2 2 2

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 14: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

2. Pendidikan Moral Pancasila 2 2 3 4 4 4

3. B. Indonesia 8 8 8 8 8 8

4. IPS – – 2 2 2 2

5. Matematika 6 6 6 6 6 6

6. IPA 2 2 3 4 4 4

7. Olah raga dan kesehatan 2 2 3 3 3 3

8. Kesenian 2 2 3 4 4 4

9. Keterampilan khusus 2 2 4 4 4 4

JUMLAH 26 26 33 36 36 36

 KURIKULUM KETERAMPILAN PROSES

Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach, yang senada dengan tuntukan

GBHN 1983 bahwa pendidikan harus mampu mencetak tenaga terdidik yang kreatif, bermutu,

dan efisien bekerja. Kurikulum 1984 tidak mengubah semua hal dalam, kurikulum 1974, meski

mengutamakan proses tapi faktor tujuan tetap dianggap penting. Oleh karena itu kurikulum 1984

disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi Siswa dalam kurikulum 1984 diposisikan

sebagai subyek belajar. Dari hal-hal yang bersifat mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan,

hingga melaporkan, menjadi bagian penting proses belajar mengajar, inilah yang disebut konsep

Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

CBSA didasarkan pada disertasi Conny R. Semiawan, yang didasarkan pada pandangan

Sikortsky, yang menelorkan Zone of Proximality Development. Teori yang mengatakan bahwa

setiap manusia mempunyai potensi dan potensi itu dapat teraktualisasi melalui ketuntasan belajar

tertentu. Tetapi antara potensi dan aktualisasi terdapat daerah abu-abu (grey area), guru

berkewajiban menjadikan daerah abu-abu ini dapat teraktualisasi. Caranya dengan belajar

kelompok.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 15: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Dari sisi konten tidak banyak perubahan pada kurikulum ini, kecuali ditambahkannya

pembelajaran PSPB.  Struktur kurikulum pada tingkat sekolah dasar dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

No Mata Pelajaran Kelas

1 2 3 4 5 6

1. Pendidikan agama 2 2 2 2 3 3

2. Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2

3. PSPB 1 1 1 1 1 1

4. B. Indonesia 8 8 8 8 8 8

5. IPS – – 2 3 2 2

6. Matematika 6 6 6 6 6 6

7. IPA 2 2 3 4 4 4

8. Olah raga dan kesehatan 2 2 3 3 3 3

9. Kesenian 2 2 3 4 4 4

10. Keterampilan khusus 2 2 4 4 4 4

11. B. Daerah 2 2 2 2 2

JUMLAH 26 26 33 36 36 36

 KURIKULUM 1994

Lahirnya UU No 2 tahun 1989 tentang pendidikan nasional, merupakan pemicu lahirnya

kurikulum 1994.  Menurut UU tersebut, pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdasakan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manisia beriman

dan bertakwa kepada tuhan yang mahaesa, berbudi luhur, memeliki keterampilan dan

pengetahuan, kessehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.  Pada kurikulum 1994, pendidikan dasar

dipatok menjadi sembilan tahun (SD dan SMP).  Berdasarkan struktur kulikulum, kurikulum

1994 berusaha menyatukan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 16: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

tujuan dan kurikulum 1984 dengan tujuan pendekatan proses.  Pada kurikulum ini pun

dimasukan muatan lokal, yang berfungsi mengembangkan kemampuan siswa yang dianggap

perlu oleh daerahnya.  Pada kurikulum ini beban belajar siswa dinilai terlalu berat, karena ada

muatan nasional dan lokal. Walaupun ada suplemen 1999 seiring dengan tuntutan reformasi,

namun perubahan tidak total. Struktur kurikulum 1994 adalah sebagai berikut:

No Mata Pelajaran Kelas

1 2 3 4 5 6

1. Pendidikan agama 2 2 2 2 2 2

2. Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2

3. B. Indonesia 10 10 10 8 8 8

4. IPS – – 3 5 5 5

5. Matematika 10 10 10 8 8 8

6. IPA 3 6 6 6

7. Olah raga dan kesehatan 3 5 5 5

8. Kerajinan tangan dan

kesenian

2 2 2 2 2 2

9. Muatan lokal 2 2 2 2 2 2

JUMLAH 30 30 38 40 42 42

 

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

Kurikulum 2004

Kurikulum 2004 lebih populer dengan sebutan KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi).

Lahir sebagai respon dari tuntutan reformasi, diantaranya UU No 2 1999 tentang pemerintahan

daerah,  UU No 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi

sebagai daerah otonom, dam Tap MPR No IV/MPR/1999 tentang arah kebijakan pendidikan

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 17: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

nasional.  KBK tidak lagi mempersoalkan proses belajar, proses pembelajaran dipandang

merupakan wilayah otoritas guru, yang terpenting pada tingkatan tertentu peserta didik mencapai

kompetensi yang diharapkan.  Kompetensi dimaknai sebagai perpaduan pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan

bertindak.  Seseorang telah memiliki kompetensi dalam bidang tersebut yang tercermin dalam

pola perilaku sehari-hari.

Kompetensi mengandung beberapa aspek, yaitu knowledge, understanding, skill, value, attitude,

dan interest.  Dengan mengembangkan aspek-aspek ini diharapkan siswa memahami, mengusai,

dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari materi-materi yang telah dipelajarinya.  Adapun

kompentensi sendiri diklasifikasikan menjadi: kompetensi lulusan (dimilik setelah lulus),

kompetensi standar (dimiliki setelah mempelajari satu mata pelajaran), kompetensi dasar

(dimiliki setelah menyelesaikan satu topik/konsep), kompetensi akademik (pengetahuan dan

keterampilan dalam menyelesaikan persoalan), kompetensi okupasional (kesiapan dan

kemampuan beradaptasi dengan dunia kerja), kompetensi kultural (adaptasi terhadap lingkungan

dan budaya masyarakat Indonesia), dan kompetensi temporal (memanfaatkan kemampuan dasar

yang dimiliki siswa. KBK dinilai lebih unggul daripada kurikulum 1994, jika dilihat dari

beberapa aspek berikut ini:

Beberapa keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah:

1994 KBK

Yang

dikedepankan

Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi

Paradigma

pembelajaran

versi UNESCO: learning to know,

learning to do, learning to live together,

dan learning to be

Silabus Silabus ditentukan secara seragam Peran serta guru dan siswa dalam

proses pembelajaran, silabus menjadi

kewenagan guru.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 18: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Jumlah jam

pelajaran

40 jam per minggu 32 jam perminggu, tetapi jumlah mata

pelajaran belum bissa dikurangi

Metode

pembelajaran

Keterampilan proses Lahir metode pembelajaran PAKEM

dan CTL

Sistem

penilaian

Lebih menitik beratkan pada aspek

kognitif

Penilaian memadukan keseimbangan

kognitif, psikomotorik, dan afektif,

dengan penekanan penilaian berbasis

kelas

  KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian

berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan pengelolaan kurikulum berbasis

sekolah (PKBS).  KHB berisi tentang perencaan pengembangan kompetensi siswa yang perlu

dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai usia 18 tahun.  PBK adalah melakukan penilaian

secara seimbang di tiga ranah, dengan menggunakan instrumen tes dan non tes, yang berupa

portofolio, produk, kinerja, dan pencil test. KBM diarahkan pada kegiatan aktif siswa dala

membangun makna atau pemahaman, guru tidak bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar,

tetapi sebagai motivator yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan siswa dapat

belajar secara penuh dan optimal.  PKBS memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga

kependidikan dan sumberdaya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar.  Struktur kurikulum

KBK adalah sebagai berikut

No Mata Pelajaran Kelas

1 2 3 4 5 6

Matapelajaran 1.      Pendidikan agama tematik 3

2.      Pendidikan

kewarganegaraan dan

pengetahuan sosial

5

3.      Bahasa Indonesia 5

4.      Matematika 5

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 19: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

5.      IPA 4

6.      Kerajinan tangan dan

kesenian

4

7.      Pendidikan jasmani 4

pembiasaan

8.      Kegiatan yang

mendorong/mendukung

pembiasaan

2

Mulok9.      Mata

pelajaran/kegiatan

Jumlah 27 32

 KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP 2006)

Kurikulum 2006 atau KTSP tidak mengubah KBK, bahkan sebagai penegas KBK (Jalal,

2006). Dibandingkan kurikulum 1994,  kurikulum KTSP lebih sederhana, karena ada

pengurangan beban belajar sebanyak 20%, jam pelajaran yang dikurangi antara 100-200 jam per

tahun, bahan ajar yang dianggap memberatkan siswa pun akan dikurangi, kurikulum ini lebih

menekankan pada pengembangan kompetensi siswa dari pada apa yang harus dilakukan guru.

Kurikulum 2006 adalah penyempurnaan dari KBK yang telah diuji coba kelayakannya secara

publik, melalui beberapa sekolah yang menjadi pilot project.  Menurut Jalal (2006) KBK tidak

resmi, hanya uji coba yang diterapkan di sekitar 3.000 sekolah se- Indonesia.

KTSP sendiri lahir sebagai respon dari UU No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional, terutama pasal 36 ayat 1 dan 2.  KTSP bertujuan memandirikan dan memberdayakan

satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga

pendidikan.  Prinsip pengembangan KTSP adalah:

1.      Berpusat pada potensi, pengembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, dan

lingkungannya.

2.      Beragam dan terpadu

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 20: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

3.      Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

4.      Relevan dengan kebutuhan kehidupan

5.      Menyeluruh dan berkesinambungan

6.      Belajar sepanjang hayat

7.      Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Komponen dalam KTSP adalah:

1.    Tujuan pada pendidikan dasar: meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

akhlak mulia, serta keterampilan untuk  hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut.

2.   Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar

No Mata Pelajaran Kelas

1 2 3 4 5 6

Matapelajaran 1.      Pendidikan agama tematik 3

2.      Pendidikan

kewarganegaraan

2

3.      Bahasa Indonesia 5

4.      Matematika 5

5.      IPA 4

6.      IPS 3

7.      Kerajinan tangan dan

kesenian

4

8.      Pendidikan jasmani 4

9.      Seni budaya dan

keterampilan

4

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 21: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Mulok 2

Pengembangan diri 2

Jumlah 26 27 28 32

3.      Kenaikan kelas dan kelulusan berdasarkan PP 19/2005 pasal 72 ayat 1, siswa dinyatakan

lulus apabila: menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal, lulus

ujian sekolah, dan lulus ujian nasional.

 Pengembangan Silabus

Pada KTSP menuntut satuan pendidikan untuk mengembangkan silabus.  Silabus adalah

rencana pembelajaran pada suatu atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup

standar kompentensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator, penilaian, alokasi waktu, dan suber/alat/bahan belajar. Silabus merupakan penjabaran

standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Silabus dikembangkan dengan menekankan pada prinsip ilmiah, relevan, sistematis, konsisten,

memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh.

Berdasarkan unit waktu:

1.      Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk

mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

2.      Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, pertahun,

dan alokasi waktu untuk mata pelajaran lain yang sekelompok.

3.      Implementasi per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan standar

kompetensi dasar untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur

kurikulum.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 22: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Pengembangan silabus dilakukan oleh para guru secara mandiri, atau berkelompok dalam sebuah

sekolah, atau beberapa sekolah, kelompok MGMP atau PKG, dan dinas pendidikan. Adapun

langkah-langkah pengembangan silabus adalah sebagai berikut:

1.      Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar seperti yang ada pada standar isi

2.      Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang potensi peserta didik,

relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan, kebermanfaatan, struktur ilmu, dan

lain-lain.

3.      Mengemban kegiatan pembelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai

dengan pencapaian kompetensi.  Kegiatan pembelajaran menekankan pada proses

pengembangan mental dan fisik melalui interaksi antara semua yang terlibat, baik siswa, guru,

lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

4.      Merumuskan indikator pencapaian kompetensi sebagai penanda pencapaian kompetensi

dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup pengetahuan, sikap,

dan keterampilan.

5.      Penentuan jenis penilaian berdasarkan indikator baik dalam bentuk tes maupun non tes,

tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap penilaian hasil karya, dan lain-lain.

6.      Penentuan alokasi waktu pada setiap kompentensi dasar yang didasarkan pada jumlah

minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu.

7.      Memanfaatkan sumber belajar sebagai rujukan baik berupa cetak, elektronik, narasumber,

lingkungan fisik, a;am, sosial, dan budaya.

Dari uraian di atas, contoh format silabus adalah sebagai berikut:

SILABUS

NAMA SEKOLAH:

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 23: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

MATA PELAJARAN:

KELAS/SEMESTER:

STANDAR KOMPETENSI (LIHAT STANDAR ISI)

KOMPETENSI DASAR (LIHAT STANDAR ISI)

ALOKASI WAKTU:

Materi pokok

pembelajaran

Kegiatan

pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi waktu Sumber Belajar

Untuk memperjelas pemahaman tentang kurikulum, kita perlu mengetahui, apa toh yang

dimaksud dengan kurikulum? Apa pula KTSP?

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan

pendidikan (sekolah).

Komponen KTSP terdiri dari:

1. Visi, Misi, dan Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan

2. Struktur dan Muatan KTSP

3. Kalender Pendidikan

4. Silabus

5. RPP

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 24: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Visi dan Misi, sudah ada dan dimiliki oleh setiap satuan pendidikan. Sedang Tujuan pendidikan

dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Pengembangan KTSP didasarkan pada PP No.19 Tahun 2005 tentang SNP (Standar Nasional

Pendidikan) pasal 17, yang menyebutkan bahwa : 1) Kurikulum tingkat satuan pendidikan

dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi/karakteristik daerah, sosial budaya

masyarakat, dan karakteristik peserta didik, 2) Sekolah dan komite sekolah/madrasah

mengembangkan kurikulum satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar

kurikulum dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan yg disusun oleh

BSNP

Dengan demikian kurikulum yang biasanya sudah berupa ‘buku paket’ seragam yang dibuat oleh

pemerintah pusat, tidak ada lagi. Yang ada adalah Kurikulum SMP atau SMA Anu. Masing-

masing satuan pendidikan (sebut: sekolah), membuat kurikulum sendiri dan dilaksanakan sendiri.

Pemerintah pusat hanya memberikan acuan operasional penyusunannya.

Acuan Operasional penyusunan KTSP adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia

2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan

kemampuan peserta didik

3. Keragaman potensi dan karakter daerah dan lingkungan

4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

5. Tuntutan dunia kerja

Struktur dan Muatan KTSP

1. Struktur KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Standar Isi,

yg dikembangkan dari kelompok mata pelajaran :

o Agama dan ahlak mulia

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 25: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

o Kewarganegaraan dan kepribadian

o Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

o Estetika

o Jasmani, olahraga dan kesehatan

1. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya

merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu

materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum,

sebagai berikut:

o

1. Mata pelajaran

2. Muatan lokal

3. Kegiatan Pengembangan diri

4. Pengaturan beban belajar

5. Kenaikan Kelas, Penjurusan, dan kelulusan

6. Pendidikan kecakapan Hidup

7. Pendidikan berbasis Keunggulan Lokal dan Global

– Mata Pelajaran, beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan tertera

pada struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar Isi

– Muatan lokal

o merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang

diselenggarakan.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 26: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

o Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal

setiap semester. Ini berarti bahwa dalam satu tahun, satuan pendidikan dapat

menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.

– Kegiatan Pengembangan Diri

o Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan

diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik, sesuai dengan

kondisi sekolah.

o Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,

atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler.

– Pengaturan Beban Belajar (contoh)

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

VII VIII IX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama : 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4 4

5. Matematika 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga

dan Kesehatan

2 2 2

10. Keterampilan/Teknologi 2 2 2

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 27: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Informasi dan Komunikasi

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)

Jumlah 34 34 34

Setiap jam pelajaran adalah 40 Menit

– Ketuntasan Belajar

o Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam satu kompetensi

dasar berkisar antara 0 – 100%.

o Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%.

o Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan

mempertimbangan kompleksitas SK dan KD tingkat kemampuan rata-rata peserta

didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan

pembelajaran.

o Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara

terus-menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal

– Kenaikan kelas, dan Kelulusan

o Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan

kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait.

Sesuai dengan ketentuan PP No.19 tahun 2005 pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus

dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:

o Menyelesaiakan seluruh program pembelajaran;

o Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran

kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia, kewarganegaraan dan

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 28: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

kepribadian, estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan

kesehatan;

o Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran IPTEK; dan

o Lulus Ujian Nasional.

– Penjurusan

a. Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA.

1. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis terkait.

2. Penujuran pada SMK/MAK didasarkan pada spektrum pendidikan kejuruan yang

diatur oleh direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

– Pendidikan Kecakapan Hidup

a. Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB,SMK/MAK dapat

memasukan pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, sosial, akademik

dan/atau kecakapan vokasional.

b. Dapat merupakan bagian dari pendidikan semua mata pelajaran

c. Dapat diperoleh dari peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau dari

satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

– Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

a. Kurikulum untuk semua satuan pendidikan dapat memasukan pendidikan berbasis keunggulan

lokal dan global.

b. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata

pelajaran.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 29: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan

formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

– Kalender Pendidikan

Satuan pendidikan dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah,

karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender

pendidikan sebagaimana tercantum dalam Standar Isi.

Demikianlah pemaparan ringkas tentang kurikulum dari masa ke masa, yakni mulai dari

Kurikulum 76, hingga 2006 yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Seperti kita lihat, masing-masing kurikulum tersebut memiliki kelebihan dan

kekurangannya.

Namun, sebagai produk paling gres, tentu KTSP memiliki kelebihan yang tidak terdapat dalam

kurikulum-kurikulum sebelumnya. Karena, ia disusun mengacu kepada kekurangan yang

terdapat pada kurikulum terdahulu. Kelebihan ini terutama tampak pada watak desentralistiknya.

Meski, di sana sini mengundang kontroversi, toh muatan kurikulum ini tetap mencerminkan

watak kebersamaan. Terutama, kebersamaan dalam mengaplikasikan KTSP antara pihak

sekolah, guru dan komite sekolah. Ini mudah-mudahan menjadi preseden yang demokratis bagi

sistem pendidikan di negeri kita.

KURIKULUM 2013

Secara falsafati, pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk

mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya,

yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan

peradabannya.

Dalam UU Sisdiknas, menjadi bermanfaat itu dirumuskan dalam indikator strategis, seperti

beriman-bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam memenuhi kebutuhan kompetensi Abad

21, UU Sisdiknas juga memberikan arahan yang jelas, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 30: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan program

pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan,

sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan

nasional perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap,

pengetahuan, dan keterampilan). Di dalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki

seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa, berilmu, dan seterusnya.

Mengingat pendidikan idealnya proses sepanjang hayat, maka lulusan atau keluaran dari suatu

proses pendidikan tertentu harus dipastikan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk

melanjutkan pendidikannya secara mandiri sehingga esensi tujuan pendidikan dapat dicapai.

Perencanaan Pembelajaran

Dalam usaha menciptakan sistem perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik,

proses panjang tersebut dibagi menjadi beberapa jenjang, berdasarkan perkembangan dan

kebutuhan peserta didik. Setiap jenjang dirancang memiliki proses sesuai perkembangan dan

kebutuhan peserta didik sehingga ketidakseimbangan antara input yang diberikan dan kapasitas

pemrosesan dapat diminimalkan.

Sebagai konsekuensi dari penjenjangan ini, tujuan pendidikan harus dibagi-bagi menjadi tujuan

antara. Pada dasarnya kurikulum merupakan perencanaan pembelajaran yang dirancang

berdasarkan tujuan antara di atas. Proses perancangannya diawali dengan menentukan

kompetensi lulusan (standar kompetensi lulusan). Hasilnya, kurikulum jenjang satuan

pendidikan.

Dalam teori manajemen, sebagai sistem perencanaan pembelajaran yang baik, kurikulum harus

mencakup empat hal. Pertama, hasil akhir pendidikan yang harus dicapai peserta didik

(keluaran), dan dirumuskan sebagai kompetensi lulusan. Kedua, kandungan materi yang harus

diajarkan kepada, dan dipelajari oleh peserta didik (masukan/standar isi), dalam usaha Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 31: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

membentuk kompetensi lulusan yang diinginkan. Ketiga, pelaksanaan pembelajaran (proses,

termasuk metodologi pembelajaran sebagai bagian dari standar proses), supaya ketiga

kompetensi yang diinginkan terbentuk pada diri peserta didik. Keempat, penilaian kesesuaian

proses dan ketercapaian tujuan pembelajaran sedini mungkin untuk memastikan bahwa masukan,

proses, dan keluaran tersebut sesuai dengan rencana.

Dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi, tak tepat jika ada yang menyampaikan bahwa

pemerintah salah sasaran saat merencanakan perubahan kurikulum, karena yang perlu diperbaiki

sebenarnya metodologi pembelajaran bukan kurikulum. (Mohammad Abduhzen, “Urgensi

Kurikulum 2013”, Kompas, 21/2 dan “Implementasi Pendidikan”, Kompas, 6/3). Hal ini

menunjukkan belum dipahaminya secara utuh bahwa kurikulum berbasis kompetensi termasuk

mencakup metodologi pembelajaran.

Tanpa metodologi pembelajaran yang sesuai, tak akan terbentuk kompetensi yang diharapkan.

Sebagai contoh, dalam Kurikulum 2013, kompetensi lulusan dalam ranah keterampilan untuk SD

dirumuskan sebagai “memiliki (melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji,

menalar, mencipta) kemampuan pikir dan tindak yang produktif  dan kreatif, dalam ranah

konkret dan  abstrak, sesuai dengan yang  ditugaskan kepadanya.”

Kompetensi semacam ini tak akan tercapai bila pengertian kurikulum diartikan sempit, tak

termasuk metodologi pembelajaran. Proses pembentukan kompetensi itu, sudah dirumuskan

dengan baik melalui kajian para peneliti, dan akhirnya diterima luas sebagai suatu taksonomi.

Pemikiran pengembangan Kurikulum 2013 seperti diuraikan di atas dikembangkan atas dasar

taksonomi-taksonomi yang diterima secara luas, kajian KBK 2004 dan KTSP 2006, dan

tantangan Abad 21 serta penyiapan Generasi 2045. Dengan demikian, tidaklah tepat apa yang

disampaikan Elin Driana, “Gawat Darurat Pendidikan” (Kompas, 14/12/2012) yang

mengharapkan sebelum Kurikulum 2013 disahkan, baiknya dilakukan evaluasi terhadap

kurikulum sebelumnya.

Mengatakan tidak ada masalah dengan kurikulum saat ini adalah kurang tepat. Sebagai contoh,

hasil pembandingan antara materi TIMSS 2011 dan materi kurikulum saat ini, untuk mata

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 32: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

pelajaran Matematika dan IPA, menunjukkan, kurang dari 70 persen materi TIMSS yang telah

diajarkan sampai dengan kelas VIII SMP.

Belum lagi rumusan kompetensi yang belum sesuai dengan tuntutan UU dan praktik terbaik di

dunia, ketidaksesuaian materi matapelajaran dan tumpang tindih yang tidak diperlukan pada

beberapa materi matapelajaran, kecepatan pembelajaran yang tidak selaras antarmata pelajaran,

dangkalnya materi, proses, dan penilaian pembelajaran, sehingga peserta didik kurang dilatih

bernalar dan berfikir.

 Kompetensi Inti

Kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan pun masih memerlukan rencana

pendidikan yang panjang untuk pencapaiannya. Sekali lagi, teori manajemen mengajarkan, untuk

memudahkan proses perencanaan dan pengendaliannya, pencapaian jangka panjang perlu dibagi-

bagi jadi beberapa tahap sesuai dengan jenjang kelas di mana kurikulum tersebut diterapkan.

Sejalan dengan UU, kompetensi inti ibarat anak tangga yang harus ditapak peserta didik untuk

sampai pada kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi inti meningkat seiring

meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas.

Melalui kompetensi inti, sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan, integrasi vertikal

antarkompetensi dasar dapat dijamin, dan peningkatan kemampuan peserta dari kelas ke kelas

dapat direncanakan. Sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan multidimensi,

kompetensi inti juga memiliki multidimensi. Untuk kemudahan operasionalnya, kompetensi

lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua, yaitu sikap spiritual terkait tujuan membentuk

peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan kompetensi sikap sosial terkait tujuan membentuk

peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran mata

pelajaran-mata pelajaran yang relevan. Setiap mata pelajaran harus tunduk pada kompetensi inti

yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari

pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap pembentukan kompetensi inti.

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 33: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Ibaratnya, kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan

dengan mempelajari setiap mata pelajaran. Di sini kompetensi inti berperan sebagai integrator

horizontal antarmata pelajaran.

Dengan pengertian ini, kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran karena tidak mewakili

mata pelajaran tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan kompetensi peserta didik,

sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi dasar yang akan diserap peserta didik

melalui proses pembelajaran yang tepat, menjadi kompetensi inti. Bila pengertian kompetensi

inti telah dipahami dengan baik, tentunya tidak akan ada kritikan bahwa Kurikulum 2013 adalah

salah dengan alasan pada “Kompetensi Inti Bahasa Indonesia” tidak terdapat kompetensi yang

mencerminkan kompetensi Bahasa Indonesia, karena memang tidak ada yang namanya

kompetensi inti Bahasa Indonesia, sebagaimana yang dipertanyakan Acep Iwan Saidi, “Petisi

untuk Wapres” (Kompas, 2/3).

Dalam mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi

kompetensi dasar-kompetensi dasar yang dikelompokkan menjadi empat. Ini  sesuai dengan

rumusan kompetensi inti yang didukungnya, yaitu dalam kelompok kompetensi sikap spiritual,

kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.

Uraian kompetensi dasar sedetil ini adalah untuk memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak

berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara

pada sikap.

Kompetensi dasar dalam kelompok kompetensi inti sikap bukanlah untuk peserta didik, karena

kompetensi ini tidak diajarkan, tidak dihafalkan, tidak diujikan, tapi sebagai pegangan bagi

pendidik, bahwa dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut, ada pesan-pesan sosial dan

spiritual yang terkandung dalam materinya. Apabila konsep pembentukan kompetensi ini

dipahami, dapat mengurangi bahkan menghilangkan kegelisahan yang disampaikan L. Wiliardjo

dalam “Yang Indah dan yang Absurd” (Kompas,  22/2)

 Kedudukan Bahasa

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 34: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Uraian rumusan kompetensi seperti itu masih belum cukup untuk dapat digunakan,

terutama saat merancang kurikulum SD (jenjang sekolah paling rendah), tempat dimana peserta

didik mulai diperkenalkan banyak kompetensi untuk dikuasai. Pada saat memulainya pun,

peserta didik SD masih belum terlatih berfikir abstrak. Dalam kondisi seperti inilah, maka

terlebih dahulu perlu dibentuk suatu saluran yang menghubungkan sumber-sumber kompetensi,

yang sebagian besarnya abstrak, kepada peserta didik yang masih mulai belajar berfikir abstrak.

Di sini peran bahasa menjadi dominan, yaitu sebagai saluran mengantarkan kandungan materi

dari semua sumber kompetensi kepada peserta didik.

Usaha membentuk saluran sempurna (perfect channels dalam teknologi komunikasi) dapat

dilakukan dengan menempatkan bahasa sebagai penghela mata pelajaran-mata pelajaran lain.

Dengan kata lain, kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam

penggunaan jenis teks yang sesuai dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui pembelajaran

tematik integratif dan perumusan kompetensi inti, sebagai pengikat semua kompetensi dasar,

pemaduan ini akan dapat dengan mudah direalisasikan.

Dengan cara ini pula, maka pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dibuat menjadi kontekstual,

sesuatu yang hilang pada model pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini, sehingga pembelajaran

Bahasa Indonesia kurang diminati oleh pendidik maupun peserta didik.

Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia yang kontekstual, peserta didik sekaligus dilatih

menyajikan bermacam kompetensi dasar secara logis dan sistematis. Mengatakan kompetensi

dasar Bahasa Indonesia SD, yang memuat penyusunan teks untuk menjelaskan pemahaman

peserta didik, terhadap ilmu pengetahuan alam sebagai mengada-ada (Acep Iwan Saidi, “Petisi

untuk Wapres”), sama saja dengan melupakan fungsi bahasa sebagai pembawa kandungan ilmu

pengetahuan.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam Rintisan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk

segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rumusannya

berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda dengan kurikulum berbasis materi, sehingga

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 35: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

sangat dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi tentang bagaimana kurikulum seharusnya

dirancang. Perbedaan ini menyebabkan munculnya berbagai kritik dari yang terbiasa

menggunakan kurikulum berbasis materi. Untuk itu ada baiknya memahami lebih dahulu

terhadap konstruksi kompetensi dalam kurikulum sesuai koridor yang telah digariskan UU

Sisdiknas, sebelum mengkritik.

Dan berikut ini adalah beberapa hal yang baru yang terdapat pada kurikulum 2013 mendatang

diantaranya sebagai berikut:

SD – MI (Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah)

Kurikulum 2013 berbasis pada sains.

Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik integratif.

Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap,

keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan

menyenangkan.

Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian

berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.

Mata pelajara (MAPEL) SD diantaranya:

o Pendidikan Agama

o PPKn

o Bahasa Indonesia

o Matematika

o IPA

o IPS

o Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal; Mulok)

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 36: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

o Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal;Mulok)

Alokasi waktu per jam pelajaran SD 35 menit

Banyak jam pelajaran per minggu Kelas I = 30 jam, kelas II= 32 jam, kelas III=34 jam,

kelas IV, V,VI=36 jam

SMP – MTs (Sekolah Menengah Pertama – Madrasah Tsanawiyah)

Mata pelajaran SMP MTs kurikulum 2013 sebagai berikut:

Mata Pelajaran:

o Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

o PPKn

o Bahasa Indonesia

o Matematika

o IPA

o IPS

o Bahasa Inggris

o Seni Budaya (Muatan Lokal)

o Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)

o Prakarya (Muatan Lokal)

Alokasi waktu per jam pelajaran SMP = 40 menit

Banyak jam pelajaran per minggu 38 jam

SMA – MA (Sekolah Menengah Atas – Madrasah Aliyah)

Yulyana Darmini A 202 15 009

Page 37: Sejarah Pengembangan Kurikulum di Indonesia dari jaman Belanda.doc

Mata pelajaran SMA – MA kurikulum 2013 sebagai berikut:

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti

PPKn

Bahasa Indonesia

Matematika

Sejarah Indonesia

Bahasa Inggris

Seni Budaya (Muatan Lokal)

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)

Prakarya dan Kewirausahaan (Muatan Lokal)

Alokasi waktu per jam pelajaran SMA = 45 menit

Banyak jam pelajaran per minggu SMA = 39 jam

Yulyana Darmini A 202 15 009