bab i pendahuluan -...

24
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun Anggaran 2010 1 BAB I PENDAHULUAN Pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Sleman menyelenggarakan 26 urusan wajib, 8 urusan pilihan dan melaksanakan tugas pembantuan serta tugas umum pemerintahan. Secara umum penyelenggaraan pemerintahan tersebut berjalan dengan baik. Berbagai target program kegiatan yang ditetapkan dapat terlaksana. Namun demikian penyelenggaraan pemerintahan ini mengalami berbagai permasalahan eksternal dan internal. Pergantian kepemimpinan daerah terjadi pada bulan Agustus 2010. Proses pemilihan kepala daerah dilaksanakan pada bulan Mei 2010 yang menempatkan Drs. H. Sri Purnomo, MSi dan Yuni Satia Rahayu, S.S., M.Hum sebagai Bupati dan Wakil Bupati. Pada tahun ini pula penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Sleman diwarnai dengan terjadinya berbagai bencana seperti angin puting beliung, Erupsi Merapi dan banjir lahar dingin. Bencana erupsi Merapi yang terjadi pada triwulan terakhir banyak berpengaruh pada kehidupan masyarakat terutama di wilayah Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi dan Tempel. Selain menelan korban jiwa, rumah dan harta, sebagian lahan pertanian dan hutan di wilayah Kecamatan Cangkringan dan Pakem mengalami kerusakan parah. Sarana prasarana dan fasilitas umum serta fasilitas sosial di wilayah tersebut juga banyak mengalami kerusakan. Erupsi Merapi mengharuskan masyarakat yang bermukim sampai dengan radius 15 kilometer dari puncak Merapi mengungsi. Upaya evakuasi dan penanggulangan bencana erupsi Merapi dilakukan lintas sektoral dengan melibatkan semua elemen masyarakat. Penyaluran bantuan, relokasi pengungsi dan rehabilitasi masyarakat dilakukan secara komprehensif dengan tetap memperhatikan kebutuhan masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Kecamatan Cangkringan, Turi, Pakem dan Tempel dilakukan menyesuaikan

Upload: duongdat

Post on 07-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 2010 Pemerintah Kabupaten Sleman menyelenggarakan 26 urusan

wajib, 8 urusan pilihan dan melaksanakan tugas pembantuan serta tugas umum

pemerintahan. Secara umum penyelenggaraan pemerintahan tersebut berjalan

dengan baik. Berbagai target program kegiatan yang ditetapkan dapat terlaksana.

Namun demikian penyelenggaraan pemerintahan ini mengalami berbagai

permasalahan eksternal dan internal.

Pergantian kepemimpinan daerah terjadi pada bulan Agustus 2010. Proses

pemilihan kepala daerah dilaksanakan pada bulan Mei 2010 yang menempatkan

Drs. H. Sri Purnomo, MSi dan Yuni Satia Rahayu, S.S., M.Hum sebagai Bupati

dan Wakil Bupati. Pada tahun ini pula penyelenggaraan pemerintahan di

Kabupaten Sleman diwarnai dengan terjadinya berbagai bencana seperti angin

puting beliung, Erupsi Merapi dan banjir lahar dingin.

Bencana erupsi Merapi yang terjadi pada triwulan terakhir banyak berpengaruh

pada kehidupan masyarakat terutama di wilayah Kecamatan Cangkringan, Pakem,

Turi dan Tempel. Selain menelan korban jiwa, rumah dan harta, sebagian lahan

pertanian dan hutan di wilayah Kecamatan Cangkringan dan Pakem mengalami

kerusakan parah. Sarana prasarana dan fasilitas umum serta fasilitas sosial di

wilayah tersebut juga banyak mengalami kerusakan.

Erupsi Merapi mengharuskan masyarakat yang bermukim sampai dengan radius

15 kilometer dari puncak Merapi mengungsi. Upaya evakuasi dan

penanggulangan bencana erupsi Merapi dilakukan lintas sektoral dengan

melibatkan semua elemen masyarakat. Penyaluran bantuan, relokasi pengungsi

dan rehabilitasi masyarakat dilakukan secara komprehensif dengan tetap

memperhatikan kebutuhan masyarakat.

Pelayanan kepada masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan di wilayah

Kecamatan Cangkringan, Turi, Pakem dan Tempel dilakukan menyesuaikan

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

2

dengan keadaan. Kantor kecamatan, desa, puskesmas dan sekolah-sekolah

dipindahkan ke daerah-daerah yang masih memungkinkan dan berada di daerah

aman. Beberapa program dan kegiatan yang sudah disusun pada awal tahun

menjadi tidak mungkin dilaksanakan karena adanya erupsi ini. Upaya yang

dilaksanakan adalah penjadwalan ulang atas berbagai program dan kegiatan.

A. Dasar Hukum

Dasar hukum pembentukan Kabupaten Sleman adalah Undang–Undang

Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam

lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta Jo Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1950.

Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

tahun anggaran 2010 adalah :

1. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan

Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan

Perwakilan Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah kepada Masyarakat.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

B. Gambaran Umum Daerah

1. Kondisi Geografis

a. Batas Administrasi Daerah

Kabupaten Sleman secara geografis terletak diantara 110o12’57” dan

110o32’48” Bujur Timur, 7o32’28” dan 7o50’11” Lintang Selatan. Wilayah

Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Magelang dan Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, sebelah timur

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

3

berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, sebelah

barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY dan

Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah selatan

berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten

Gunung Kidul, Provinsi DIY.

b. Luas Wilayah

Kabupaten Sleman memiliki wilayah seluas 57.482 Ha (574,82 Km2) atau

sekitar 18% dari luas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (3.185,80

Km2) dengan jarak terjauh utara–selatan 32 Km, timur–barat 35 Km.

Dalam perspektif mata burung, wilayah Kabupaten Sleman berbentuk

segitiga dengan alas di sisi selatan dan puncak di sisi utara. Secara

administratif terdiri dari 17 wilayah kecamatan, 86 desa dan 1.212

padukuhan.

Tabel 1.1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sleman

No Kecamatan Banyaknya

Luas (Ha) Desa Padukuhan

1. Kecamatan Moyudan 4 65 2.762 2. Kecamatan Godean 7 77 2.684

3. Kecamatan Minggir 5 68 2.727 4. Kecamatan Gamping 5 59 2.925 5. Kecamatan Seyegan 5 67 2.663 6. Kecamatan Turi 4 54 4.309

7. Kecamatan Tempel 8 98 3.249 8. Kecamatan Sleman 6 83 3.132 9. Kecamatan Ngaglik 5 87 3.852 10 Kecamatan Mlati 5 74 2.852

11. Kecamatan Depok 3 58 3.555 12. Kecamatan Cangkringan 5 73 4.799 13. Kecamatan Pakem 5 61 4.384

14. Kecamatan Ngemplak 5 82 3.571 15. Kecamatan Kalasan 4 80 3.584 16. Kecamatan Berbah 4 58 2.299 17. Kecamatan Prambanan 6 68 4.135

Jumlah 86 1.212 57.482 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman

c. Topografi

Wilayah Kabupaten Sleman di bagian selatan datar, kecuali daerah

perbukitan di bagian tenggara Kecamatan Prambanan dan sebagian di

Kecamatan Gamping. Keadaan tanah semakin ke utara kondisinya

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

4

makin miring bahkan di sekitar Lereng Merapi terjal. Erupsi Merapi

pada akhir Oktober dan awal November 2010, telah merubah bentuk

dan fungsi lahan 30 dusun di Kecamatan Cangkringan menjadi

hamparan material.

Ketinggian wilayah Kabupaten Sleman berkisar antara <100 sampai

dengan >1000 m di atas permukaan laut. Daerah tertinggi di atas 1000

m berada di Kecamatan Pakem, Turi dan Cangkringan, sedangkan

daerah terendah (<100 m) berada di Kecamatan Minggir, Moyudan,

Godean, Gamping, Berbah dan Prambanan. Data selengkapnya

sebagaimana tabel 1.2. berikut:

Tabel 1.2 Ketinggian Wilayah Kabupaten Sleman

No Kecamatan < 100 m (Ha) 100-499 m (Ha) 500-999 m (Ha) > 1000 M (Ha) Jumlah (Ha)

1. Moyudan 2.407 355 - - 2.762 2. Minggir 357 2.370 - - 2.727 3. Godean 209 2.475 - - 2.684

4. Seyegan - 2.663 - - 2.633 5. Tempel - 3.172 77 - 3.249 6. Gamping 1.348 1.577 - - 2.925 7. Mlati - 2.852 - - 2.852

8. Sleman - 3.132 - - 3.132 9. Turi - 2.076 2.155 78 4.039

10. Pakem - 1.664 1.498 1.222 4.384

11. Ngaglik - 3.852 - - 3.852 12. Depok - 3.555 - - 3.555 13. Kalasan - 3.584 - - 3.584 14. Berbah 1.447 852 - - 2.299

15. Prambanan 435 3.700 - - 4.135 16. Ngemplak - 3.571 - - 3.571 17. Cangkringan - 1.796 2.808 195 4.799

Jumlah 6.203 43.246 6.538 1.495 57.482

Sumber : Kantor Pertanahan/Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah

d. Karakteristik Wilayah

1) Berdasarkan karakteristik sumberdaya yang ada, wilayah Kabupaten

Sleman terbagi menjadi 4 kawasan, yaitu :

a) Kawasan lereng Gunung Merapi, dimulai dari jalan yang

menghubungkan Kecamatan Tempel, Turi, Pakem dan

Cangkringan (ringbelt) sampai dengan puncak Gunung Merapi.

Wilayah ini kaya sumberdaya air dan ekowisata yang

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

5

berorientasi pada kegiatan Gunung Merapi dan ekosistemnya.

Di daerah Lereng Merapi tersebut, terdapat kurang lebih 100

sumber mata air yang mengalir ke sungai–sungai utama yaitu

Sungai Boyong, Kuning, Gendol, Krasak dan anak-anak sungai

yang mengalir ke arah selatan serta bermuara di Samudera

Indonesia. Keberadaan Gunung Merapi merupakan aset wisata

maupun sumberdaya alam galian C, namun diperlukan

antisipasi yang memadai untuk mengurangi dampak negatif

jika terjadi erupsi.

b) Kawasan timur, meliputi Kecamatan Prambanan, Kalasan dan

Berbah. Di wilayah ini terdapat banyak peninggalan purbakala

(candi) yang merupakan pusat wisata budaya. Kondisi lahan

kering, memiliki cadangan bahan batu putih yang cukup

banyak.

c) Kawasan tengah, yaitu wilayah aglomerasi Kota Yogyakarta

yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak,

Depok, dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan,

perdagangan, dan jasa.

d) Kawasan barat, meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan,

dan Moyudan, merupakan daerah pertanian lahan basah

dengan irigasi yang baik dan sumber bahan baku untuk

kegiatan industri kerajinan mendong, bambu dan gerabah.

2) Kabupaten Sleman dilewati jalur jalan negara yang merupakan jalur

ekonomi menghubungkan Kabupaten Sleman dengan kota-kota

pelabuhan utama (Semarang, Surabaya, Jakarta). Keberadaan

Kabupaten Sleman pada persimpangan jalur ekonomi merupakan

posisi yang sangat strategis untuk meningkatkan taraf perekonomian

masyarakat. Jalur ini melewati wilayah Kecamatan Prambanan,

Kalasan, Depok, Mlati, Sleman, Tempel dan Gamping. Selain itu,

wilayah Kecamatan Depok, Mlati dan Gamping dilalui jalan lingkar

yang merupakan jalan arteri, sehingga menjadikan wilayah tersebut

cepat berkembang dan mengalami perubahan dari wilayah pertanian

menjadi wilayah industri, perdagangan dan jasa.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

6

3) Berdasar letak kota dan mobilitas kegiatan masyarakat, dapat

dibedakan fungsi kota sebagai berikut:

a) Wilayah aglomerasi perkotaan Yogyakarta meliputi Kecamatan

Depok, Gamping, sebagian wilayah Kecamatan Ngaglik dan Mlati.

b) Wilayah sub-urban yaitu wilayah perbatasan antara desa dan

kota meliputi Kecamatan Godean, Sleman dan Ngaglik yang

berkembang menjadi tujuan kegiatan masyarakat di wilayah

kecamatan sekitarnya, sehingga menjadi pusat pertumbuhan

ekonomi.

c) Wilayah dengan fungsi khusus atau daerah penyangga (buffer

zone) meliputi Kecamatan Tempel, Pakem dan Prambanan,

yang merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya.

e. Sumber daya Alam

Potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah Sleman meliputi

sumber daya alam non hayati yaitu air, lahan, udara dan mineral/bahan

galian. Sumber daya alam hayati terdiri dari hutan, flora dan fauna.

Sumber daya air di Kabupaten Sleman terdiri dari air tanah, dan air

permukaan (sungai dan mata air). Jumlah mata air di Kabupaten

Sleman pada tahun 2010 sejumlah 182 buah. Debit mata air pada

musim kemarau berkisar antara 0,5 sampai dengan 200 liter/detik,

sedangkan pada musim penghujan berkisar antara 1 sampai dengan

265 liter/detik. Debit tertinggi terdapat di mata air Umbul Wadon Desa

Umbulharjo Kecamatan Cangkringan. Mata air Umbul Wadon selain

digunakan untuk sumber air minum PDAM Kabupaten Sleman, juga

digunakan oleh PDAM Tirta Marta Kota Yogyakarta, serta dimanfaatkan

untuk irigasi oleh masyarakat di sekitar Umbul Wadon. Akibat erupsi

Merapi, sebagian sumber mata air di sekitar hulu Kali Kuning, Kali

Gendol dan Kali Boyong tertimbun material vulkanik erupsi Merapi. Hal

ini mengganggu pasokan dan distribusi air minum PDAM Sleman serta

masyarakat petani ikan di sepanjang wilayah sungai tersebut.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

7

Di Kabupaten Sleman terdapat 5 sungai besar yang berhulu di Gunung

Merapi. Kelima sungai tersebut adalah Kali Gendol, Kali Opak, Kali

Boyong, Kali Krasak dan Kali Kuning. Sistem sungai di Kabupaten

Sleman mempunyai pola radial paralel yang terbagi dalam 2 subsistem

yaitu subsistem Sungai Progro dan subsistem Sungai Opak. Semua

sungai tersebut merupakan sungai perenial, yang disebabkan oleh curah

hujan yang tinggi, sifat tanah yang permeabel dan akifer tebal, sehingga

aliran dasar (base flow) pada sungai-sungai tersebut cukup besar.

Sumber daya mineral/bahan galian di Kabupaten Sleman terdiri dari

batu kapur, breksi batu apung, andesit, tanah liat pais dan kerikil.

Potensi mineral/bahan galian di Kabupaten di antaranya batu kapur

yang berada di wilayah Kecamatan Gamping. Breksi Batu Apung berada

di Kecamatan Prambanan dan Berbah, Batu Andhesit tersebar di

wilayah Kecamatan Godean, Seyegan, Pakem dan Prambanan. Mineral

berupa tanah liat tersebar di wilayah Kecamatan Godean, Seyegan,

Sleman, Tempel, Gamping, Prambanan dan Berbah. Erupsi Merapi

mengeluarkan banyak materi vulkanik berupa pasir dan batu. Material ini

terbawa oleh aliran air sungai yang berhulu di Gunung Merapi dan

ditambang di aliran Kali Kuning, Gendol, Opak, Boyong dan Krasak

yang berada di wilayah Kecamatan Cangkringan, Ngemplak, Kalasan,

Pakem, Ngaglik dan Tempel.

Sumber daya hutan di Kabupaten Sleman menurut fungsinya terbagi

menjadi hutan lindung, cagar alam dan taman wisata alam. Sejak tahun

2007 semua kawasan fungsi hutan berubah menjadi Taman Nasional

Gunung Merapi (TNGM) seluas 1.729,91 ha. Erupsi Merapi pada

penghujung tahun menyebabkan rusaknya hutan sepanjang hulu Kali

Kuning di wilayah Kecamatan Pakem dan sepanjang hulu Kali Opak dan

Gendol di wilayah Kecamatan Cangkringan. Kerusakan parah hutan

lereng Merapi ini sangat terlihat di wilayah Desa Kepuharjo dan

Glagaharjo Cangkringan

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

8

f. Jumlah bangunan

Banyaknya rumah tinggal yang dihuni oleh masyarakat adalah:

Tabel 1.3. Jumlah Rumah tinggal yang dihuni di Kabupaten Sleman Tahun 2010*)

No Kecamatan Jumlah rumah tinggal yang dihuni Keterangan

1 Moyudan 8.021

2 Minggir 8.085

3 Seyegan 11.194

4 Godean 14.364

5 Gamping 22.504

6 Mlati 22.504

7 Depok 32.940

8 Berbah 12.668

9 Prambanan 12.968

10 Kalasan 18.882

11 Ngemplak 14.526

12 Ngaglik 23.588

13 Sleman 15.596

14 Tempel 12.582

15 Turi 8.422

16 Pakem 8.680

17 Cangkringan 7.450

Jumlah 254.542

Sumber : BPS Kabupaten Sleman (Angka Sementara Hasil SP 2010) *) kondisi sebelum erupsi Merapi

Jumlah rumah tinggal tersebut tercatat sebelum terjadi erupsi merapi

Oktober-November 2010. Setelah erupsi Merapi, banyak rumah tinggal

di wilayah Kecamatan Cangkringan yang rusak berat dan tidak bisa lagi

dihuni.

2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.116.957 jiwa.

Penduduk laki-laki berjumlah 554.960 jiwa (49,68%), perempuan 561.997

jiwa (50,32%) dan rata-rata kepadatan penduduk 1.943 jiwa per km2.

Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi adalah Kecamatan

Depok sebesar 3.660 jiwa per km2 dan Mlati sebesar 3.398 jiwa per km2.

Kecamatan tersebut merupakan kecamatan yang berbatasan langsung

dengan wilayah Kota Yogyakarta. Kecamatan yang memiliki kepadatan

penduduk rendah adalah Cangkringan sebesar 691 jiwa per km2 dan Turi

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

9

sebesar 868 jiwa per km2, selengkapnya seperti pada tabel 1.4 berikut:

Tabel 1.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan dan

Rasio Seks Tahun 2010

No Kecamatan Luas

(km2)

Jenis Kelamin Jumlah Kepadatan

Laki – laki Perempuan

1 Moyudan 27,62 18.324 19.261 37.585 1.361

2 Minggir 27,27 18.909 19.937 38.846 1.424

3 Seyegan 26,63 26.324 27.172 53.496 2.009

4 Godean 26,84 37.195 37.783 74.978 2.794

5 Gamping 29,25 46.798 46.941 93.739 3.205

6 Mlati 28,52 48.205 48.711 96.916 3.398

7 Depok 35,55 65.473 64.623 130.096 3.660

8 Berbah 22,99 24.952 25.387 50.339 2.190

9 Prambanan 41,35 32.748 30.163 62.911 1.521

10 Kalasan 35,84 35.948 36.430 72.378 2.019

11 Ngemplak 35,71 30.022 31.132 61.154 1.713

12 Ngaglik 38,52 48.967 49.484 98.451 2.556

13 Sleman 31,32 33.981 34.910 68.891 2.200

14 Tempel 32,49 32.544 33.513 66.057 2.033

15 Turi 43,09 19.644 20.289 39.933 927

16 Pakem 43,84 18.677 19.361 38.038 868

17 Cangkringan 47,99 16.249 16.900 33.149 691

Jumlah 57.482 554.960 561.997 1.116.957 1.943

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Pada tahun 2010 registrasi penduduk yang lahir sebanyak 6.762 jiwa,

penduduk yang meninggal sebanyak 3.081 jiwa, penduduk yang datang

sebanyak 14.056 jiwa dan penduduk yang pergi sebanyak 8.536 jiwa

seperti tampak pada grafik1 berikut:

Grafik 1. Mutasi Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2009 dan 2010

10.967

6.7624.806

3.081

17.840

14.056

11.507

8.536

0

5000

10000

15000

20000

Lahir Mati Datang Pergi

2009

2010

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Penduduk Kabupaten Sleman sebagian besar berada pada rentang usia

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

10

produktif 15-60 tahun. Struktur penduduk Kabupaten Sleman terlihat dalam

tabel berikut:

Tabel 1.5. Struktur Penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2010

No Struktur Usia (tahun) Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Total

1. 0 - 4 45.553 42.325 87.878

2. 5 – 9 41.664 39.463 81.127

3. 10 – 14 39.527 37.305 76.833

4. 15 – 19 49.654 49.059 98.714

5. 20 – 24 64.594 57.136 121.730

6. 25 – 29 50.741 47.919 98.660

7. 30 - 34 45.738 45.617 91.355

8. 35 – 39 42.504 42.708 85.212

9. 40 – 44 40.724 42.118 82.842

10. 45 – 49 32.978 35.641 68.619

11. 50 – 54 29.411 31.076 60.487

12. 55 – 59 22.747 22.749 45.495

13. 60 – 64 15.244 17.699 32.943

14. 65 – 69 14.197 15.460 29.657

15. 70 – 74 10.606 12.848 23.453

16. 75 ke atas 13.396 18.555 31.951

Total 559.279 557.678 1.116.957

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Pada tahun 2010 sumber mata pencaharian penduduk Kabupaten Sleman

sebagian besar bergerak di sektor jasa yakni sebanyak 34,57% dan sektor

pertanian sebanyak 24,39%. Terjadi kecenderungan perubahan dominasi

mata pencaharian penduduk mengarah pada sektor jasa, tidak lagi pada

sektor perdagangan sebagaimana tahun 2009. Kondisi ini memperlihatkan

bahwa dinamika ekonomi penduduk Kabupaten Sleman semakin menguat

ke arah sektor tersier. Secara rinci struktur mata pencaharian penduduk

Kabupaten Sleman tergambar dalam tabel 1.6.

Tabel 1.6. Proporsi Penduduk Kab. Sleman yang Bekerja Per Lapangan Usaha (%) Tahun 2010

No Sektor Tahun

2008 (%) 2009(%) 2010(%)

1 2 3 4 5

1 Pertanian 18,44 20,31 24,39

2 Pertambangan & Penggalian 0,61 0,67 3,33

3 Industri 15,48 12,83 8,05

4 Listrik, Gas & Air 0,07 0,30 2,20

5 Bangunan 7,08 7,77 8,01

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

11

1 2 3 4 5

6 Perdagangan 27,07 26,36 12,10

7 Angkutan dan Komunikasi 4,25 3,42 4,00

8 Keuangan 3,75 3,43 3,35

9 Jasa-jasa 23,31 24,90 34,57

Jumlah 100,00 100,00 100

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Sleman.

Grafik 2. Komposisi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Tahun 2010

24,39

3,33

8,052,2

8,0112,14

3,35

34,57

Pertanian Pertambangan & PenggalianIndustri Listrik, Gas & AirBangunan PerdaganganAngkutan dan Komunikasi KeuanganJasa-jasa

Sumber: BPS Kabupaten Sleman

Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang cukup besar secara langsung

mempengaruhi kondisi sosial masyarakat. Hal ini terlihat dengan semakin

meningkatnya penduduk yang tidak bekerja yang mencapai 14,03%, yang

pada tahun 2009 jumlahnya sebesar 10,77%.

Tabel 1.7. Jumlah Angkatan Kerja

No Uraian Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

1 Bekerja 380.780 422.490 415.295

2 Tidak Bekerja 44.558 45.534 58.295

3 Jumlah 425.338 468.024 473.590

Persentase tidak bekerja 10,48 9,73 12,31

Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Sosial

3. Kondisi Sosial

a. Pendidikan

Masyarakat Sleman sebagian besar berpendidikan SLTA keatas.

Komposisi pendidikan masyarakat Sleman terlihat dalam Tabel 1.8

sebagai berikut:

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

12

Tabel 1.8. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pada Tahun 2010

No. Pendidikan tertinggi Laki - laki Perempuan Jumlah %

1 Tidak/belum punya ijazah 34.351 66.776 101.127 11,61

2 SD/MI 64.693 70.187 134.881 15,48

3 SMP 67.287 84.157 151.444 17,38

4 SMU 120.704 95.810 216.514 24,85

5 SMK 67.852 52.517 120.370 13,82

6 Diploma I/II 1.999 6.570 8.569 0,98

7 Diploma III 17.034 14.549 31.583 3,63

8 D IV/S1 45.779 40.295 86.075 9,88

9 S2/S3 12.837 7.722 20.558 2,36

Jumlah 432.536 438.584 871.120 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Sleman ** Angka sementara

Sampai dengan tahun 2010 angka melek huruf mencapai 95,46% atau

meningkat 2,42 % dibandingkan tahun sebelumnya. Angka putus

sekolah SD/MI tahun 2010 sama dengan kondisi tahun 2009 yakni

sebesar 0,04%, demikian juga angka putus sekolah SMP/MTs sama

dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 0,12%. Angka Partisipasi

Kasar (APK) SD/MI pada tahun 2010 mencapai 116,42%, SMP/MTs

sebesar 115,48%, SMA/SMK/MA sebesar 77,17%. Angka Partisipasi

Murni (APM) pada tahun 2010 untuk SD/MI sebesar 100,73%, SMP/MTs

sebesar 81,71% dan SMA/SMK/MA sebesar 54,03%.

b. Kesehatan

Tingkat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari indikator rata-rata usia

harapan hidup penduduk, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran

hidup, angka kematian ibu melahirkan, dan status gizi masyarakat.

Pada tahun 2010, rata-rata usia harapan hidup sebesar 74,74 tahun,

lebih tinggi jika dibanding usia harapan hidup tingkat Provinsi DIY yaitu

74 tahun ataupun nasional sebesar 70,6 tahun. Usia harapan hidup

perempuan lebih tinggi daripada laki-laki yakni 76,93 tahun sedangkan

laki-laki 72,62 tahun.

Angka Kematian Bayi (AKB) dapat dipertahankan di bawah 10 per

1.000 kelahiran hidup, yaitu pada tahun 2010 sebesar 5,78 per 1.000

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

13

kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu melahirkan pada tahun 2010

adalah 13 ibu dari 11.591 kelahiran hidup sehingga dapat diprediksi AKI

di Kabupaten Sleman adalah 112,2 ibu per 100.000 kelahiran hidup.

Untuk status gizi buruk balita pada tahun 2010 sebesar 0,66%.

Peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan secara langsung

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tercermin dalam

pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun 2009,

nilai IPM Kabupaten Sleman mencapai 77,70 atau meningkat

dibandingkan tahun 2008 sebesar 77,24. Nilai IPM tahun 2009 untuk

komponen kesehatan mencapai 82,90, komponen pendidikan mencapai

84,08 serta komponen pendapatan mencapai 66,12. Secara nacional

nilai IPM tersebut menempatkan Kabupaten Sleman pada peringkat 14

untuk tingkat kabupaten dan kota.

c. Kemiskinan

Di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 terdapat 57.979 KK yang masuk

kategori miskin atau 14,82 % dari keseluruhan KK. Jika dibandingkan

dengan kondisi tahun 2009 angka tersebut menurun 11% atau 7.178

KK. Sebaran Keluarga Miskin di Kabupaten Sleman terlihat sebagai

berikut:

Tabel 1.9. Jumlah KK Miskin Tahun 2009-2010

No Kecamatan KK MiskinTahun 2009 KK Miskin Tahun 2010 Keterangan

1 2 3 4 5

1. Moyudan 2.307 2.068 Turun 10,4 %

2. Godean 4.578 4.047 Turun 11,6%

3. Minggir 3.522 3.190 Turun 9,4%

4. Gamping 4.087 3.990 Turun 2,4%

5. Seyegan 4.385 4.027 Turun 8,2%

6. Turi 2.662 2.518 Turun 5,4%

7. Tempel 5.454 4.908 Turun 10%

8. Sleman 7.030 6.521 Turun 7,2%

9. Ngaglik 3.354 3.305 Turun 1,5%

10 Mlati 4.450 3.981 Turun 10,5%

11. Depok 2.013 1.802 Turun 10,5%

12. Cangkringan 3.030 2.728 Turun 10% 13. Pakem 1.635 1.348 Turun 17,6%

14. Ngemplak 3.727 3.194 Turun 14,3%

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

14

1 2 3 4 5 15. Kalasan 53.130 3.564 Turun 30,5%

16. Berbah 3.648 3.287 Turun 9,9%

17. Prambanan 4.145 3.501 Turun 15,5%

Jumlah 65.157 57.979

Sumber: Dinas Nakersos

Kondisi jumlah keluarga miskin tersebut dimungkinkan meningkat

setelah terjadi erupsi Merapi. Terdapat 2.613 KK di wilayah Kecamatan

Cangkringan kehilangan rumah tinggal karena tertimbun material erupsi

dan terkena terjangan awan panas.

4. Kondisi Ekonomi

a. Potensi Unggulan Daerah

Produk unggulan daerah merupakan suatu produk yang dihasilkan atau

potensial dikembangkan dalam suatu wilayah (berdasarkan Surat

Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah, Depdagri Nomor 671/2413,

tanggal 4 November 1998). Melalui produk unggulan daerah dapat

tergambarkan kemampuan daerah menghasilkan produk, menciptakan

nilai, memanfaatkan sumber daya secara nyata, memberi kesempatan

kerja, mendatangkan pendapatan bagi masyarakat dan memiliki

prospek untuk meningkatkan produktivitas dan investasinya serta

memiliki daya saing yang tinggi. Beberapa potensi yang dimiliki wilayah

Kabupaten Sleman yang telah berkembang maupun potensial untuk

dikembangkan, antara lain:

1) Pertanian: Salak Pondoh

Tanaman salak pondoh dominan berkembang di wilayah lereng

Gunung Merapi meliputi Kecamatan Turi, Tempel dan Pakem,

dengan produksi mencapai 56.554 ton atau turun 2.045 ton (3,49%)

dibanding tahun 2009 yang mencapai 58.599 ton. Penurunan

produksi tersebut sebagai akibat bencana erupsi Merapi tahun 2010

yang bertepatan dengan masa menjelang panen raya salak pondoh.

Sebanyak 4.392.919 rumpun salak rusak, padahal produktivitas per

rumpunnya rata-rata 12,86 kg, sedangkan untuk dapat berproduksi

kembali secara normal diperkirakan memerlukan waktu sekitar dua

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

15

tahun. Salak pondoh yang dihasilkan oleh masyarakat Sleman, tahun

2010 sudah memasuki pasar ekspor ke China sebanyak 3.852 ton,

dan sebagian besar dilakukan sendiri oleh kelompok tani yang

bekerjasama dengan ekspotir. Pengembangan salak pondoh yang

telah menggunakan SOP Good Agricultural Practices dalam

budidayanya sebanyak 1.504.975 ha.

2) Peternakan: domba, kambing, sapi potong dan sapi perah.

Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang cukup pesat

perkembangannya dan mampu memberikan nilai tambah bagi usaha

masyarakat. Populasi domba pada tahun 2010 sebanyak 64.853

ekor turun 9,45%, kambing sebanyak 31.837 ekor turun 11,94%

dan sapi potong sebanyak 47.909 ekor turun 12,77% dari tahun

sebelumnya. Penurunan ini antara lain disebabkan bencana erupsi

Merapi tahun 2010 yang mengakibatkan kematian 235 ekor sapi

potong, 180 ekor kambing dan 2.233 ekor sapi perah. Dari budidaya

hewan ternak tersebut telah dihasilkan kulit domba sebanyak 4.697

lembar, kambing 3.265 lembar, kulit sapi 4.184 lembar dan daging

sebanyak 21.348,857 ton dan susu 4.597,59 ton, hasil tersebut

menurun 1,55% dibanding tahun 2009.

3) Perikanan: budidaya ikan

Budidaya perikanan air tawar baik untuk produksi ikan konsumsi,

pembibitan maupun ikan hias mampu menjadi tumpuan pemenuhan

kebutuhan ikan konsumsi, bibit ikan dan ikan hias di Provinsi DIY.

Pada tahun 2010 produksi ikan konsumsi sebesar 14.574,68 ton

atau meningkat 17,29% dan mampu memenuhi 60-70% dari total

kebutuhan Provinsi DIY. Produksi benih ikan sebanyak 785.857.500

ribu ekor benih atau meningkat 100,42% dan memberikan kontribusi

pemenuhan kebutuhan di DIY sebesar 77%-99%. Benih ikan yang

dominan dikembangkan adalah Ikan Nila dan benih Ikan Lele.

Bahkan budidaya pembibitan ikan dimulai dengan mengembangkan

induk ikan unggul yakni induk Lele Sangkuriang dengan induk Nila

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

16

Nirwana. Angka ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sleman

merupakan penghasil benih ikan terbesar dan juga penghasil benih

ikan unggul.

Peningkatan produksi ikan konsumsi juga telah meningkatkan tingkat

konsumsi ikan masyarakat Sleman. Jika pada tahun 2009 tingkat

konsumsi ikan hanya 25,95 kg/kapita/tahun, pada tahun 2010

menjadi 26,73 kg/kapita/tahun. Pemerintah Kabupaten Sleman juga

berhasil memberikan kontribusi yang besar terhadap pemenuhan

kebutuhan ikan hias di DIY sebesar 50%-75%. Produksi ikan hias

pada tahun 2010 sebanyak 11.445.500 ekor atau meningkat 20,47%

dari tahun sebelumnya.

Budidaya Udang Galah terdapat di Kecamatan Minggir, Godean,

Mlati, Ngemplak dan Berbah. Pembenihan maupun pembesaran

dilakukan untuk mencukupi kebutuhan lokal juga untuk dipasarkan

ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali. Budidaya Udang

Galah juga dikembangkan untuk mendukung wisata pedesaan.

Peningkatan produktivitas bidang perikanan ini untuk waktu

mendatang diperkirakan turun karena sebanyak 82 usaha

pembenihan rakyat, 75 kelompok pembudidaya ikan konsumsi dan 1

kelompok pembudidaya ikan hias terkena dampak erupsi.

4) Perindustrian: potensi industri kerajinan

Usaha kerajinan masyarakat mampu menjadi kontributor andalan

pada produk domestik regional bruto. Bahkan di tengah kondisi krisis

perekonomian dunia ternyata nilai ekspor produk kerajinan

Kabupaten Sleman ke manca negara mengalami peningkatan

sebesar 6,05% jika dibandingkan dengan relisasi ekspor tahun 2009

yang nilainya sejumlah US$ 43.851.293,33. Kenaikan tersebut salah

satunya karena promosi aneka produk kerajinan yang terus

dilakukan melalui berbagai event pameran, baik di dalam negeri

maupun di luar negeri. Selain itu juga didukung dengan adanya

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

17

kemauan belajar dan kemampuan para pengusaha mengantisipasi

kebutuhan pasar ekspor terhadap produk yang diinginkan. Hal lain

yang tak kalah pentingnya dalam mendongkrak ekspor Sleman

adalah kejelian para eksportir/pengusaha melihat peluang pasar baru

pada negara-negara tujuan ekspor seperti Turki, Malaysia,

Singapura dan Korea.

Produk kerajinan Kabupaten Sleman yang cukup potensial

diantaranya pakaian jadi, sarung tangan dan meubel kayu.

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi Kabupaten Sleman realisasi ekspor (yang berdokumen

ekspor resmi) di Kabupaten Sleman selama bulan Januari 2010

sampai dengan Desember tahun 2010 nilainya mencapai US$

46.505.525,79. Adapun volume ekspor mencapai 3.475.581,35 kg

dengan jenis komoditi yang diekspor sebanyak 38 jenis.

Eksportir yang melakukan kegiatan ekspor dari Kabupaten Sleman

selama tahun 2010 sebanyak 43 eksportir, dengan negara tujuan

ekspor (NTE) yang tersebar ke 49 negara.

Tiga besar usaha kerajinan yang memiliki potensi untuk

dikembangkan antara lain:

a) Pakaian jadi

Seperti tahun 2009, pada tahun 2010 produk pakaian jadi masih

menjadi primadona ekspor Sleman ke manca negara. Pada

tahun 2010 nilai ekspor pakaian jadi mencapai US $

24.130.665,17 atau meningkat sebesar 1,85 % dari tahun 2009

yang besarnya mencapai US$ 23.691.655,54. Produk pakaian

jadi Sleman diantaranya diekspor ke Amerika Serikat, Inggris,

Spanyol, Turki dan Italia.

b) Sarung tangan

Nilai ekspor tahun 2010 mencapai US $ 16.557.420,88 atau naik

sebesar 17,79 % dari tahun 2009 sebesar US $ 23.691.655,54.

Produk sarung tangan Sleman diantaranya diekspor ke Amerika

Serikat, Jepang, Korea, Inggris, Malaysia dan Australia

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

18

c) Meubel kayu

Ekspor meubel kayu masih menjadi tiga besar komoditi ekspor

Sleman ke manca negara. Pada tahun 2010 ekspor meubel kayu

Sleman mencapai US $ 3.390.978,07. Nilai ekspor tersebut turun

sebesar 3,68 % dari tahun 2009 yang besarnya mencapai US $

3.520.789.80. Negara tujuan produk ekspor meubel kayu

Kabupaten Sleman di antaranya ke Amerika Serikat, Jepang,

Korea, Inggris, Perancis, Spanyol, Malaysia, Australia dan Turki.

5) Potensi Wisata

Daya tarik wisata Sleman merupakan perpaduan antara karakter

alam yang kuat, kebudayaan dan kepurbakalaan. Untuk menunjang

kegiatan wisata telah tersedia fasilitas hotel, rumah makan, restoran,

bandara dan sarana prasarana transportasi yang menjangkau

seluruh wilayah Kabupaten Sleman serta berbagai tempat hiburan.

Potensi wisata yang diandalkan meliputi:

a) Wisata Pedesaan

Pada tahun 2010 terdapat 35 desa wisata dari sebelumnya 38

desa wisata pada tahun 2009. Desa-desa wisata tersebut

dikelola oleh masyarakat secara mandiri. Selain desa wisata

yang mengandalkan alam, budaya dan kesenian beberapa desa

wisata juga menawarkan keunikan yang dimilikinya. Beberapa

Desa Wisata Budaya seperti Brayut, dan Tanjung serta Desa

Wisata Fauna Kethingan sampai saat ini masih menjalankan

kegiatan dan menjaring wisatawan untuk berkunjung dan

beraktivitas.

b) Wisata Budaya

Sleman memiliki cukup banyak potensi seni dan budaya yang

masih berkembang di masyarakat dan masih dilaksanakan

secara rutin hingga saat ini. Setidaknya terdapat 10 upacara

adat, 36 merti dusun dan 13 lembaga budaya. Keberadaan

potensi tersebut menyebar di berbagai wilayah kecamatan di

Kabupaten Sleman. Masyarakat Sleman memiliki antusiasme

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

19

dan kesadaran yang tinggi dalam mengembangkan budaya lokal

sehingga mampu menjadi obyek wisata budaya. Oleh karena itu

sangatlah tepat konsep “Kecamatan sebagai Pusat Pelestarian

dan Pengembangan Budaya” dikembangkan di 17 kecamatan se

Kabupaten Sleman. Pada umumnya berbagai upacara adat dan

merti dusun dilaksanakan pada Bulan Suro, Sapar dan Ruwah

dalam penanggalan Jawa.

c) Wisata Alam

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di

dunia. Bagi Kabupaten Sleman dan bahkan Provinsi DIY,

keberadaan Gunung Merapi menjadi ikon kepariwisataan daerah.

Kondisi alam yang sejuk dan panorama yang alami di lereng

Gunung Merapi menjadi daya tarik unggulan. Fasilitas yang

tersedia saat ini diantaranya camping ground, taman rekreasi

anak, Tlogo Putri, kereta kelinci, flying fox serta fasilitas

akomodasi berupa hotel dan pondok wisata. Hal ini mampu

menjadikan kawasan Kaliurang sebagai kawasan wisata yang

representatif. Bahkan beberapa hotel di kawasan ini juga sudah

dilengkapi dengan fasilitas untuk meeting, incentive, conference,

dan exhibition (MICE) dalam skala kecil dan menengah maupun

sarana olah raga.

Selain itu, erupsi Merapi yang terjadi pada penghujung tahun

2010 justru membuka peluang baru untuk wisata tracking yang

sebelumnya belum dikelola secara optimal. Lereng Merapi

memiliki 3 alternatif wisata tracking, yaitu tracking Bukit

Pronojiwo, tracking Bukit Gandok – Kalikuning, dan tracking Goa

Jepang di Bukit Plawangan. Selain itu, kondisi pasca erupsi

Gunung Merapi di kawasan utara Kecamatan Cangkringan juga

memberikan peluang baru untuk pengembangan volcano tour

yang mampu memberikan peningkatan kesejahteraan bagi

masyarakat sekitarnya.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

20

d) Wisata Pendidikan

Sebagai bagian dari Provinsi DIY yang merupakan ‘Kota

Pendidikan”, Sleman memiliki 45 perguruan tinggi negeri dan

swasta. Perguruan tinggi-perguruan tinggi besar di Kabupaten

Sleman seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas

Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Universitas Negeri

Yogyakarta (UNY), Universitas Pembangunan Nasional (UPN)

Veteran dan Universitas Sanata Darma (USD) dapat difungsikan

sebagai wisata pendidikan. Selain itu keberadaan museum di

Kabupaten Sleman juga menjadi salah satu potensi wisata

pendidikan di Kabupaten Sleman. Beberapa museum yang

berlokasi di Kabupaten Sleman di antaranya Museum Gunung

Api Merapi, Museum Affandi, Museum Pendidikan UNY, Museum

Geologi UPN, Museum Budaya Ullen Sentanu berlokasi di

Kabupaten Sleman.

e) Wisata Sejarah Kepurbakalaan

Pada tahun 2010 di Sleman terdapat 72 candi, 116 situs, 33

tetenger/museum perjuangan, 3 peninggalan pesanggrahan, 414

rumah tradisional, 4 makam untuk ziarah dan 2 masjid pathok

nagari.

f) Wisata Kuliner

Sampai dengan tahun 2010 terdapat 51 restoran dengan

perincian 7 klasifikasi Talam Selaka dan 44 Talam Gangsa dan

204 rumah makan dengan perincian 44 kelas A, 72 kelas B, dan

88 kelas C.

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir

mengalami kenaikan rata-rata 10,39 % per tahun yaitu dari Rp 8,89

trilliun pada tahun 2006 menjadi Rp13,19 trilliun pada tahun 2010.

PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK 2000) mengalami

kenaikan rata-rata 4,58% per tahun yaitu dari Rp5,31 trilliun pada tahun

2006 menjadi Rp6,35 trilliun di tahun 2010.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

21

Tabel 1.10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010 (Jutaan Rupiah)

No PDRB 2006 2007 2008 2009* 2010**

1. ADHB 8.898.867 9.972.193 11.446.071 12.503.760 12.094.832

2. ADHK 5.309.059 5.553.580 5.836.246 6.089.557 5.822.968

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *) = angka sementara.

**) = angka sangat sementara.

c. Struktur Perekonomian Daerah

Selama periode tahun 2006-2010, kontribusi sektor primer cenderung

terus mengalami penurunan yaitu dari 17,78% pada tahun 2006

menjadi 16,48% tahun 2010, kontribusi sektor sekunder mengalami

fluktuasi yaitu dari 27,75% pada tahun 2006 menjadi 27,25% pada

tahun 2009 dan 27,32% pada tahun 2010 sedangkan kontribusi sektor

tersier mengalami kenaikan yaitu dari 54,49% pada tahun 2006

menjadi 56,2% pada tahun 2010.

Tabel 1.11. Struktur Perekonomian Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010

No Kelompok Sektor Kontribusi Terhadap PDRB (%)

2006 2007 2008 2009* 2010**

1. Primer 17,78 17,22 17,43 16,94 16,48

a. Pertanian 17,42 16,63 16,91 16,47 15,95

b. Pertambangan& Penggalian

0,36 0,59 0,52 0,47 0,53

2. Sekunder 27,75 27,77 27,40 27,25 27,32

c. Industri Pengolahan 16,45 16,04 15,49 15,11 14,82

d. Listrik, Gas & Air Bersih 0,86 0,90 0,90 0,92 0,93

e. Bangunan 10,45 10,83 11,01 11,22 11,57

3. Tersier 54,47 55,01 55,17 55,79 56,2

a. Perdag., Hotel & Rest. 21,21 21,69 21,87 22,29 22,51

b. Pengangkutan dan Komunikasi

5,66 5,80 5,81 5,92 6,05

c. Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan

10,16 10,21 10,25 10,35 10,37

d. Jasa-jasa 17,44 17,31 17,24 17,23 17,27

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. Keterangan: *)= angka sementara.

**) = angka sangat sementara

Empat sektor pendukung utama perekonomian di Kabupaten Sleman

selama periode tahun 2006-2010 adalah sektor perdagangan, hotel dan

restoran, sektor jasa-jasa, sektor industri pengolahan dan sektor pertanian.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

22

d. PDRB Perkapita

PDRB perkapita menurut harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun

meningkat rata-rata per tahun 8,48%. Pada tahun 2006 pendapatan

perkapita sebesar Rp8.763.123,00 pada tahun 2010 meningkat

menjadi Rp12.094.832,00. Demikian juga PDRB perkapita menurut

harga konstan (ADHK 2000) meningkat rata-rata per tahun 2,09% yaitu

dari Rp 5.240.006,00 pada tahun 2006 menjadi Rp 5.822.968,00 pada

tahun 2010. Tabel 1.12. Pertumbuhan PDRB Perkapita Kabupaten Sleman Tahun 2006 - 2010

Tahun PDRB Perkapita (Rp) Pertumbuhan (%)

ADHB ADHK ADHB ADHK

2006 8.763.123 5.240.006 - -

2007 9.712.226 5.408.803 10,83 3,22

2008 11.003.510 5.612.311 13,30 3,76

2009*) 11.868.036 5.789.440 7,86 3,16

2010**) 12.094.832 5.822.968 1,91 0,58

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten. Sleman. Keterangan: *) = angka sementara.

**) = angka sangat sementara.

e. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman selama 5 tahun

mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 tumbuh 4,50% sedangkan

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sebesar 4,61% dan pada tahun

2010 turun menjadi 4,11%. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dari

tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terlihat pada grafik 3 sebagai

berikut:

Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006-2010

4,5 4,615,13

4,534,11

0

1

2

3

4

5

6

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 tertinggi terjadi pada sektor

bangunan sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

23

pertambangan. Data pertumbuhan ekonomi persektor secara rinci

sebagaimana tabel 1.13 berikut.

Tabel 1.13. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010

No

Lapangan Usaha Pertumbuhan (%)

2006 2007 2008 2009 2010*)

1. Pertanian 4,04 -0,13 6,94 1,75 0,80

2. Pertambangan 0,71 74,6 -7,96 -4,84 6,40

3. Industri Pengolahan 2,67 2,02 1,52 1,93 2,08

4. Listrik, Gas, dan Air 2,33 10,48 5,15 6,21 5,29

5. Bangunan 10,97 8,42 6,86 6,51 7,34

6. Perdagangan, Hotel & Rest 5,11 4,15 6,97 5,99 5,14

7. Pengangkutan 5,43 7,16 7,06 5,40 6,33

8. Keuangan 6,03 3,17 5,10 5,47 4,33

9. Jasa 2,95 3,61 3,81 4,70 4,33

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman. :*) = angka sementara.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, Kabupaten

Sleman membuka diri untuk penanaman investasi. Potensi investasi di

Kabupaten Sleman terdiri dari berbagai sektor/bidang. Potensi investasi

di bidang pertanian meliputi komoditas hasil pertanian, peternakan,

perkebunan dan perikanan. Bidang pariwisata antara lain meliputi

usaha wisata alam, wisata candi, museum, wisata olahraga, wisata

pendidikan, wisata budaya, dan wisata agro. Bidang industri meliputi

industri pengemasan, industri pengolahan dan industri pengolahan

bahan galian golongan C.

Investasi yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi di Kabupaten

Sleman adalah investasi non PMA-PMDN. Jumlah unit usaha dari

investasi tersebut pada tahun 2009 sebanyak 29.222 dengan nilai

investasi Rp2.289.736.900.000,00 dan jumlah tenaga kerja 228.268

orang. Pada tahun 2010 jumlah unit usaha meningkat menjadi 30.179

dengan nilai investasi Rp2.502.314.551.780,00 atau meningkat sebesar

9.28 % dengan jumlah tenaga kerja 234.508 orang.

f. Inflasi

Pada tahun 2010 tingkat inflasi di Kabupaten Sleman mencapai 7,46.

Hal tersebut salah satunya dikarenakan krisis ekonomi global.

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun Anggaran 2010

24

Perkembangan tingkat inflasi yang terjadi di Kabupaten Sleman dalam

kurun waktu tahun 2006 – 2010 tergambar dalam grafik 4 berikut:

Grafik 4.Tingkat Inflasi di Kabupaten Sleman Tahun 2006-2010

10,88

7,62

10,34

4,1

7,46

0

5

10

15

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman.

Berdasarkan kelompok pengeluaran tingkat inflasi tahun 2010 tertinggi

terjadi pada bahan makanan. Pada tahun 2006 dan 2007 inflasi

tertinggi juga terjadi pada kelompok bahan makanan. Sedangkan pada

tahun 2008 inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Adapun pada tahun 2009

inflasi tertinggi terjadi pada kelompok sandang. Secara rinci kondisi

inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran yang terjadi di Kabupaten

Sleman pada tahun 2006-2010 sebagaimana pada tabel berikut.

Tabel 1.14. Inflasi Kabupaten Sleman Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2006 - 2010

No Kelompok Pengeluaran Tingkat Inflasi (%)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Bahan Makanan 16,86 11,12 10,30 5,14 22,02

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

13,38 3,35 7,91 7,31 6,50

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

11,72 5,13 18,90 5,80 6,23

4 Sandang 10,27 5,37 9,18 11,22 5,71

5 Kesehatan 4,02 5,84 4,75 6,16 0,60

6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga

11,04 11,08 5,50 -3,52 3,63

7 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

1,92 1,92 4,86 -1,99 2,26

Umum 10,88 7,62 10,34 4,10 7,46

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Sleman.