bab i pendahuluan - uksw...syukuran kelahiran, pernikahan, upacara kematian, dan kegiatan lainnya),...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam pembangunan dan perekonomian Indonesia memiliki peran strategis. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2013, peran strategis UMKM dapat dilihat dari beberapa aspek, pertama jumlah industri UMKM yang besar yaitu 57 juta unit usaha yang meningkat 2,41 persen dari Tahun 2012. Kedua, mampu menyerap 114 juta tenaga kerja atau 96,9 persen dari total tenaga kerja yang terdapat pada UMKM dan besar. Ketiga, memberikan kontribusi dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama kurun waktu 2008-2013 jumlah PDB UMKM meningkat sebanyak Rp4.328.355,2 miliar atau 50,62%. Pada tahun 2012-2013 jumlah PDB UMKM meningkat sebanyak Rp844.978,7 miliar atau 17,35 persen. Selain itu, UMKM mampu memasuki berbagai sektor terutama pada sektor pertanian. Meskipun memiliki peran strategis, tidak dapat dipungkiri perkembangan UMKM masih terkendala oleh berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan klasik yang dihadapi adalah keterbatasan pendanaan yang antara lain disebabkan oleh masih sulitnya UMKM dalam akses ke lembaga keuangan bank dan non bank, padahal pembiayaan/kredit merupakan salah satu hal yang krusial dalam pengembangan usaha di samping aspek pasar dan kapasitas teknis/manajemen. Laporan Bank Indonesia tentang perkembangan kredit UMKM per Triwulan I tahun 2014, menunjukkan bahwa hanya 21,8 persen yang disalurkan bagi usaha mikro (www.bi.go.id). Beberapa aspek yang menghambat akses usaha mikro ke perbankan adalah adanya tuntutan jaminan (collateral) sebagai persyaratan untuk mendapatkan layanan kredit yang sulit dipenuhi oleh pemilik usaha mikro (Badulescu, 2011; Tambunan,

Upload: others

Post on 25-Jan-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam pembangunan dan

    perekonomian Indonesia memiliki peran strategis. Berdasarkan data

    Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2013, peran strategis UMKM dapat

    dilihat dari beberapa aspek, pertama jumlah industri UMKM yang besar

    yaitu 57 juta unit usaha yang meningkat 2,41 persen dari Tahun 2012. Kedua,

    mampu menyerap 114 juta tenaga kerja atau 96,9 persen dari total tenaga

    kerja yang terdapat pada UMKM dan besar. Ketiga, memberikan kontribusi

    dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama kurun waktu

    2008-2013 jumlah PDB UMKM meningkat sebanyak Rp4.328.355,2 miliar

    atau 50,62%. Pada tahun 2012-2013 jumlah PDB UMKM meningkat

    sebanyak Rp844.978,7 miliar atau 17,35 persen. Selain itu, UMKM mampu

    memasuki berbagai sektor terutama pada sektor pertanian.

    Meskipun memiliki peran strategis, tidak dapat dipungkiri

    perkembangan UMKM masih terkendala oleh berbagai permasalahan. Salah

    satu permasalahan klasik yang dihadapi adalah keterbatasan pendanaan yang

    antara lain disebabkan oleh masih sulitnya UMKM dalam akses ke lembaga

    keuangan bank dan non bank, padahal pembiayaan/kredit merupakan salah

    satu hal yang krusial dalam pengembangan usaha di samping aspek pasar dan

    kapasitas teknis/manajemen. Laporan Bank Indonesia tentang perkembangan

    kredit UMKM per Triwulan I tahun 2014, menunjukkan bahwa hanya 21,8

    persen yang disalurkan bagi usaha mikro (www.bi.go.id). Beberapa aspek

    yang menghambat akses usaha mikro ke perbankan adalah adanya tuntutan

    jaminan (collateral) sebagai persyaratan untuk mendapatkan layanan kredit

    yang sulit dipenuhi oleh pemilik usaha mikro (Badulescu, 2011; Tambunan,

    http://www.bi.go.id/

  • 2

    2012; BI Solo, 2013). Selain itu, Situmorang dan Situmorang (2008)

    menemukan tingginya suku bunga kredit perbankan juga sebagai salah satu

    penyebabnya. Tambunan (2012) juga menegaskan bahwa hambatan-

    hambatan lain yang dihadapi usaha mikro dalam mengakses modal dari

    perbankan adalah ketidaktahuan tentang prosedur pengajuan kredit, prosedur

    pengajuan kredit yang berbelit-belit, dan adanya kekuatiran kredit yang

    diajukan tidak memenuhi standar. Kesulitan dalam mengakses modal dengan

    sendirinya akan menghambat pemilik usaha mikro dalam mengembangkan

    usahanya (Ackah dan Vuvor, 2011).

    Permasalahan klasik tentang keterbatasan modal juga terjadi pada

    usaha mikro kain tenun di Sumba Timur (Radda, 2005; Babang, 2008).

    Keterbatasan modal ini akan menghambat pemilik usaha mikro dalam

    mengembangkan usahanya. Demi berlangsungnya usaha, maka pemilik usaha

    mikro akan mencari tambahan modal dari luar, dalam hal ini hutang. Kondisi

    tersebut menunjukkan bahwa sampai saat ini, keputusan pendanaan

    khususnya hutang masih menjadi isu yang penting bagi pemilik usaha mikro,

    terutama di Sumba Timur.

    Penelitian tentang keputusan pendanaan umumnya difokuskan pada

    perusahaan go-public, yang mendapatkan manfaat dari berbagai peluang

    pendanaan (Myers, 2001). Sebaliknya usaha yang sangat kecil (mikro)

    memiliki karakteristik tertentu dan kendala pendanaan, yang menciptakan

    isu-isu pendanaan yang berbeda dibandingkan dengan yang dihadapi oleh

    perusahaan yang lebih besar atau bahkan usaha kecil dan menengah (Aktas,

    2011). Salah satu karakteristik yang membedakan usaha mikro dengan skala

    usaha yang lain adalah kepemilikan usaha. Pada usaha besar terdapat

    pemisahan antara pemilik (owner) dan manajer (manager), sedangkan pada

    usaha mikro pemilik sekaligus sebagai manajer (Holmes et al., 2003; Ang

    dan Lawson, 2010). Perbedaan ini akan mempengaruhi pada keputusan-

    keputusan usaha yang diambil, termasuk keputusan pendanaan. Pengambilan

  • 3

    keputusan pendanaan pada usaha mikro dilakukan secara individual oleh

    pemilik (owner) yang berperan langsung sebagai pengelola (manager).

    Penelitian tentang keputusan pendanaan pada usaha mikro, kecil, dan

    menengah (UMKM) selama ini lebih menekankan pada kaitannya dengan

    karakteristik yang melekat pada individu pemilik usaha. Penelitian tersebut

    antara lain yang berkaitan dengan karakteristik demografi seperti umur

    (Briozzo dan Vigier, 2007), gender (Coleman dan Cohn, 2000; Carter dan

    Auken, 2007; Huang dan Kisgen, 2008; Alesina et al., 2008; Cole dan

    Mehran, 2009; Alina, 2011; Zabri, 2012; Asiedu et al., 2012; Gonzales dan

    Ozuna, 2012), etnik (Fraser, 2005), pendidikan (Vos et al., 2007), dan

    pengalaman (Woldie et al., 2008). Selain faktor demografi, beberapa peneliti

    menekankan pada preferensi pemilik usaha dalam memilih pendanaan hutang

    atau modal sendiri (Vos et al., 2005; Briozzo dan Vigier, 2007; Mac an

    Bhaird, 2010; Daskalakis, 2010; Zabri, 2012). Studi lainnya meneliti

    pengaruh bias psikologis terhadap pengambilan keputusan hutang seperti

    overconfidence dan illusion of control (Supramono dan Putlia, 2010).

    Penelitian-penelitian di atas hanya menekankan pada satu dimensi

    faktor yaitu faktor dari dalam diri individu. Padahal keputusan pendanaan

    UMKM dapat ditentukan oleh multidimensi faktor baik dari dalam individu

    maupun luar individu (Michaelas et al., 1998; Holmes et al., 2003). Studi ini

    akan menggunakan faktor-faktor yang terdapat dalam Theory of Planned

    Behavior (TPB) sebagai kerangka kerja untuk mendapatkan pengertian yang

    lebih baik tentang faktor penentu perilaku pengusaha khususnya skala mikro

    dalam membuat keputusan hutang. Adapun pertimbangan penggunaaan

    Theory of Planned Behavior (yang dikemukakan oleh Ajzen, 1991) adalah

    pertama, merupakan salah satu teori yang telah secara luas digunakan untuk

    menjelaskan perilaku individu, dan telah terbukti dapat menjelaskan berbagai

    perilaku pengambilan keputusan individu dalam perusahaan termasuk

    keputusan keuangan (Hailu et al., 2005; Espel et al., 2009; Phan dan Zhou,

  • 4

    2014; Koropp et al., 2014). Kedua, Theory of Planned Behavior dapat

    mengakomodir faktor multidimensi yang mempengaruhi perilaku individu

    (Lu dan Chen, 2013). Faktor multidimensi dimaksud yaitu faktor dari dalam

    diri individu (dapat diakomodir oleh faktor sikap, yang menggambarkan

    perasaan individu apakah menerima atau menolak suatu perilaku), pengaruh

    dari luar individu (dapat diakomodir oleh faktor norma subyektif, yang

    menggambarkan pihak-pihak yang mempengaruhi individu untuk melakukan

    suatu perilaku), dan faktor-faktor pendukung lainnya (dapat diakomodir oleh

    faktor kontrol perilaku yang dipersepsikan, yang menggambarkan

    kemudahan atau kesulitan yang dipersepsikan oleh individu untuk melakukan

    suatu perilaku).

    Penelitian keputusan hutang yang menggunakan faktor-faktor dalam

    Theory of Planned Behavior sejauh yang diketahui masih terbatas. Koropp et

    al. (2014) menggunakan Theory of Planned Behavior untuk melihat

    pengambilan keputusan pemilik usaha tentang pilihan berbagai pendanaan

    (termasuk hutang) pada family firms saat melakukan investasi. Namun

    penelitian ini berbeda dengan penelitian tersebut, di mana Koropp et al.

    (2014) meneliti tentang keputusan berbagai pilihan pendanaan (multiple-

    choice behaviors), sedangkan penelitian ini fokus pada satu jenis pendanaan

    yaitu hutang. Hal ini sesuai dengan konsep Theory of Planned Behavior yang

    lebih tepat untuk menggambarkan keputusan yang sifatnya tunggal (single-

    choice decisions) (Sharma et al., 2003)

    Penelitian Koropp et al. (2014) dilakukan di negara Jerman, dengan

    ukuran perusahaan yang menjadi sampel penelitian cenderung merupakan

    usaha besar berdasarkan kriteria Indonesia. Uni Eropa (termasuk di dalamnya

    Jerman) mendefinisikan usaha kecil sebagai usaha yang memiliki karyawan

    kurang dari 50 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta, dan

    jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta. Usaha menengah adalah usaha yang

    dikelola kurang dari 250 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta,

  • 5

    dan jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta. Usaha mikro merupakan usaha yang

    dilakukan dengan karyawan kurang dari 10 orang, pendapatan setahun tidak

    melebihi $ 2 juta, jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta (Nauwelaerts dan

    Hollaenders, 2012). Jika dikurskan dalam rupiah (kurs per 31 Desember

    2015, $1=Rp13.795), maka pendapatan setahun maksimum untuk usaha

    mikro Rp27,59 milyar; usaha kecil Rp137,95 milyar, dan usaha menengah

    Rp689,75 milyar.

    Di Indonesia, sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 6

    disebutkan kriteria usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih

    paling banyak Rp50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

    atau hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta; usaha kecil memiliki

    kekayaan bersih lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling banyak Rp500

    juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau hasil

    penjualan tahunan lebih dari Rp300 juta sampai dengan paling banyak Rp2

    milyar; usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500 juta

    sampai dengan paling banyak Rp10 milyar termasuk tanah dan bangunan

    tempat usaha; atau hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2,5 milyar sampai

    dengan paling banyak Rp50 milyar. Rata-rata penjualan perusahaan yang

    menjadi sampel penelitian Koropp et al sebesar €36,580,196.70 atau setara

    Rp494 milyar sesuai kurs pada tahun 2009 (tahun penelitian), dimana jumlah

    tersebut jauh di atas kriteria penjualan usaha mikro bahkan usaha menengah

    di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.

    Perbedaan kriteria definisi UMKM dapat menimbulkan permasalahan

    yang berbeda yang dihadapi masing-masing pemilik usaha termasuk dalam

    keputusan pendanaan. Kondisi tersebut dapat saja mempengaruhi hasil

    penelitian. Selain itu, jenis hutang yang diteliti berbeda dengan penelitian ini.

    Fokus penelitian Koropp et al. (2004) pada hutang yang digunakan untuk

    investasi proyek (kredit investasi), sedangkan penelitian ini akan difokuskan

  • 6

    pada hutang yang digunakan untuk kelangsungan proses produksi dari usaha

    mikro yang cenderung bersifat jangka pendek (kredit modal kerja).

    Pemaparan di atas menunjukkan bahwa masih adanya kesenjangan

    (research gap) dalam penelitian keputusan hutang pada usaha mikro

    berdasarkan faktor-faktor dalam Theory of Planned Behavior yang meliputi

    sikap, norma subyektif, kontrol perilaku yang dipersepsikan, dan niat.

    Penelitian ini dilakukan pada usaha mikro kain tenun Sumba Timur

    karena beberapa karakteristik berikut yang dimiliki oleh usaha tersebut.

    Karakteristik umum yang dimiliki: Pertama, Usaha kain tenun di Sumba

    Timur merupakan usaha mikro terbesar di Sumba Timur yang banyak

    menyerap tenaga kerja (Sumba Timur dalam angka Tahun 2015). Kedua,

    sama seperti usaha mikro lainnya, usaha kain tenun mengalami pemasalahan

    klasik yaitu keterbatasan modal (Radda, 2005; Babang, 2008), namun

    berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumba

    Timur menunjukkan jumlah unit usaha kain tenun mengalami peningkatan

    dari tahun ke tahun. Jumlah unit usaha kain tenun tahun 2011 sebanyak 628

    unit yang mengalami peningkatan sebesar 135 persen pada tahun 2014

    menjadi 1.477 unit usaha (www.sumbatimurkab.go.id). Namun peningkatan

    jumlah unit usaha tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan skala usaha.

    Selain karakteristik umum di atas, usaha kain tenun di Sumba Timur

    memiliki karakteristik-karakteristik khusus. Pertama, usaha kain tenun di

    Sumba Timur merupakan usaha rumah tangga, yang aktivitasnya tidak

    terlepas dari nilai-nilai budaya masyarakat setempat. Aktivitas kehidupan

    masyarakat Sumba Timur sangat kuat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya

    yang diyakini dan diwariskan oleh nenek moyang. Salah satunya adalah

    hubungan kekerabatan menurut kabihu (suku/marga) yang sangat kuat yang

    tercermin dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Kabihu (marga)

    memegang peranan sangat penting sebagai unit kesatuan masyarakat

    (Bappenas, 2008). Setiap kegiatan yang dilakukan suatu keluarga (seperti

    http://www.sumbatimurkab.go.id/

  • 7

    syukuran kelahiran, pernikahan, upacara kematian, dan kegiatan lainnya),

    akan melibatkan keluarga yang lain, terutama yang berada dalam kabihu

    yang sama. Kegiatan-kegiatan tersebut cenderung membutuhkan biaya besar.

    Hal ini akan mempengaruhi ekonomi rumah tangga, termasuk usaha yang

    dikelola, sehingga ada kecenderungan dana usaha dicampuradukkan dengan

    keperluan keluarga (Radda, 2005). Kondisi ini dapat menyulitkan bagi

    pemilik usaha untuk memperoleh hutang dari pihak luar, yang akan

    menghambat perkembangan usaha mereka. Selain itu, biaya sosial yang

    tinggi dapat membuat pemilik menggunakan dana usaha untuk keperluan

    keluarga. Kedua, usaha kain tenun di Sumba Timur umumnya dimiliki oleh

    perempuan yang telah berkeluarga. Berkaitan dengan karakteristik pertama,

    dimana usaha kain tenun merupakan usaha rumah tangga, pengambilan

    keputusan terkait usaha dapat dipengaruhi oleh suami, orang tua, dan saudara

    lainnya. Mengingat dalam satu rumah tangga di Sumba Timur, biasanya

    terdiri dari beberapa kepala keluarga yang masih berhubungan darah

    (Bappenas, 2008). Karakteristik-karakteristik di atas dapat mempengaruhi

    pemilik usaha dalam melakukan keputusan hutang.

    Karakteristik-karakteristik khusus di atas dapat diakomodir oleh faktor-

    faktor yang terdapat dalam Theory of Planned Behavior untuk

    menggambarkan perilaku keputusan hutang usaha kain tenun di Sumba

    Timur. Karakteristik pertama berkaitan dengan hambatan yang dihadapi

    pengusaha mikro untuk memperoleh hutang, dapat diakomodir oleh faktor

    kontrol perilaku yang dipersepsikan. Karakteristik kedua berkaitan dengan

    pengaruh dari pihak-pihak di luar pengusaha kain tenun, dapat diakomodir

    oleh faktor norma subyektif.

    1.2. Masalah dan Persoalan Penelitian

    Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-

    masalah penelitian ini yaitu pertama, penelitian keputusan pendanaan masih

  • 8

    didominasi oleh faktor demografis dan bias psikologis yang sifatnya satu

    dimensi. Kedua, penelitian tentang keputusan hutang pada pemilik usaha

    mikro berdasarkan faktor mutidimensi dalam Theory of Planned Behavior

    masih terbatas.

    Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penelitian ini akan menggunakan

    faktor-faktor yang terdapat dalam Theory of Planned Behavior dalam

    menggambarkan perilaku keputusan hutang usaha mikro. Model asli Theory

    of Planned Behavior digunakan tanpa melakukan modifikasi, dengan

    pertimbangan bahwa karakteristik khusus yang menjadi keunikan usaha

    mikro kain tenun di Sumba Timur, dapat dijelaskan oleh faktor-faktor dalam

    model tersebut.

    Menurut Theory of Planned Behavior, suatu perilaku (dalam hal ini

    keputusan hutang) dipengaruhi faktor niat terhadap perilaku tersebut. Faktor

    niat dipengaruhi oleh faktor-faktor sikap, norma subyektif, dan kontrol

    perilaku yang dipersepsikan. Selain itu, faktor kontrol perilaku yang

    dipersepsikan dapat mempengaruhi perilaku secara langsung tanpa melalui

    mediasi faktor niat. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan norma sosial

    untuk faktor norma subyektif dengan mengacu pada beberapa penelitian

    sebelumnya (Woon dan Pee, 2005; Espel et al., 2009).

    Mengacu pada masalah penelitian yang telah paparkan di atas, maka

    beberapa persoalan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

    1. Apakah faktor sikap terhadap hutang mempengaruhi niat berhutang

    pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur?

    2. Apakah faktor norma sosial mempengaruhi niat berhutang pemilik

    usaha kain tenun di Sumba Timur?

    3. Apakah faktor kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi

    niat berhutang kain tenun di Sumba Timur?

    4. Apakah faktor niat berhutang mempengaruhi keputusan hutang

    pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur?

  • 9

    5. Apakah faktor kontrol perilaku yang dipersepsikan mempengaruhi

    keputusan hutang pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

    untuk menggambarkan keputusan hutang pada usaha kain tenun di Sumba

    Timur berdasarkan faktor-faktor dalam Theory of Planned Behavior (TPB).

    Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka secara khusus tujuan dari penelitian

    ini sebagai berikut:

    1. Menguji pengaruh faktor sikap terhadap hutang pada niat berhutang

    pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur.

    2. Menguji pengaruh faktor norma sosial terhadap niat berhutang

    pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur.

    3. Menguji pengaruh faktor kontrol perilaku yang dipersepsikan

    terhadap niat berhutang pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur.

    4. Menguji pengaruh faktor niat berhutang terhadap keputusan hutang

    pemilik usaha kain tenun di Sumba Timur.

    5. Menguji pengaruh faktor kontrol perilaku yang dipersepsikan

    terhadap keputusan hutang pemilik usaha kain tenun di Sumba

    Timur.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini berangkat dari kesenjangan penelitian tentang faktor-

    faktor penentu keputusan hutang usaha mikro, dengan pertimbangan

    karakteristik yang dimiliki usaha mikro dimana pemilik usaha berperan

    langsung sebagai manajer (owner-manager), sehingga secara teoritis hasil

    penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

  • 10

    1. Penelitian-penelitian sebelumnya lebih menekankan pada satu

    dimensi faktor yaitu faktor internal individu (Coleman dan Cohn,

    2000; Cole dan Mehran, 2009; Supramono dan Putlia, 2010), maka

    penelitian ini akan melihat faktor multidimensi (internal dan

    eksternal individu) dengan mengacu pada faktor-faktor yang

    terdapat dalam Theory of Planned Behavior.

    2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

    membuktikan bahwa faktor-faktor non keuangan dapat

    mempengaruhi keputusan keuangan yang dilakukan pemilik usaha

    mikro (Michaelas et al., 1998; Holmes et al., 2003).

    3. Selain itu juga penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian

    sebelumnya (Hailu et al., 2005; Espel et al., 2009; Phan dan Zhou,

    2014; Koropp et al., 2014) dengan menunjukkan bahwa Theory of

    Planned Behavior dapat menjelaskan perilaku keputusan keuangan

    yang dilakukan manajer atau pemilik usaha.

    1.4.2. Manfaat Praktis

    Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi:

    1. Pemilik usaha mikro, memberikan pemahaman tentang

    pentingnya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

    perilaku mereka dalam mengambil keputusan hutang, sehingga

    dapat membantu mereka untuk mengambil keputusan hutang yang

    lebih baik dalam menunjang perkembangan usahanya.

    2. Pemerintah daerah dan lembaga keuangan, hasil penelitian ini

    berkontribusi dalam memberi masukan untuk pengambilan

    kebijakan terkait pengembangan usaha mikro yang berkaitan

    dengan keputusan hutang.

  • 11

    1.5. Struktur Disertasi

    Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang

    pentingnya penelitian ini. Bab ini dimulai dengan menguraikan pentingnya

    UMKM dalam pembangunan dan perekonomian Indonesia, namun masih

    mengalami kendala dalam pendanaan. Penjelasan selanjutnya berkaitan

    penelitian-penelitian yang dilakukan pada keputusan pendanaan usaha mikro,

    kecil dan menengah, yang mengarah pada research gap. Bab ini diakhiri

    dengan pemaparan masalah, persoalan, tujuan dan manfaat penelitian.

    Bab II membahas tentang literatur dan teori yang dijadikan acuan

    dalam mengembangkan hipotesis dan model penelitian. Bab ini dimulai

    dengan penjelasan teoritis tentang keputusan pendanaan secara umum,

    keputusan hutang pada usaha mikro dan Theory of Planned Behavior (TPB).

    Kemudian dipaparkan hipotesis yang dikembangkan serta model penelitian

    yang digunakan.

    Bab III memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan dalam

    penelitian ini seperti populasi dan sampel, pengukuran variabel yang

    digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

    Bab IV membahas tentang gambaran obyek penelitian. yang

    memaparkan kondisi umum Kabupaten Sumba Timur, gambaran sektor

    industri, gambaran usaha kain tenun, dan kebijakan pemerintah terhadap

    usaha kain tenun.

    Bab V membahas tentang gambaran keputusan hutang, yang

    memaparkan karakteristik pemilik usaha, karakteristik usaha, karakteristik

    keputusan hutang. Bab ini diakhiri dengan persepsi pemilik usaha terhadap

    faktor penentu keputusan hutang dengan menggunakan analisis nilai indeks

    variabel.

    Bab VI membahas tentang pengujian hipotesis faktor-faktor penentu

    keputusan hutang sesuai yang telah dikembangkan pada bab II dengan

    menggunakan model persamaan struktural (SEM). Bab ini dimulai dengan

  • 12

    analisis faktor konfirmatori, uji reliabilitas, uji asumsi persamaan struktural,

    dan diakhiri dengan uji hipotesis.

    Bab VII membahas tentang analisis keputusan hutang berdasarkan

    hasil pengujian lima hipotesis.

    Disertasi ini akan diakhiri dengan Bab VIII yang memaparkan tentang

    kesimpulan atas persoalan penelitian, implikasi hasil penelitian baik

    implikasi teoritis maupun praktis, dan keterbatasan penelitian serta agenda

    penelitian mendatang.