bab i pendahuluan -...

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul “Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Transaksi Bisnis Internasional” mengingat judul seperti itu menarik untuk dikaji lebih dalam khususnya dalam memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas yang posisinya memang jauh lebih lemah karena nilai saham yang begitu kecil dibandingkan dengan nilai pemegang saham mayoritas yang secara ekonomis nilai pemegang saham minoritas tersebut dapat berdampak besar pada kerugian apabila hak-haknya dirampas dan menjadi tumbal di dalam kepentingan para pemegang saham mayoritas. Hak pemegang saham minoritas atau golongan minority interests, terutama dalam konteks penelitian dan penulisan ini adalah hak seorang pemegang saham minoritas dalam penanam modal asing dalam suatu bisnis Perseroan Terbatas di Indonesia, dapat dikatakan sebagai suatu bisnis atau transaksi perdagangan internasional apabila memenuhi kharakteristik atau memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat perdagangan Internasional.

Upload: nguyenkhue

Post on 08-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Penulis memilih judul “Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Transaksi

Bisnis Internasional” mengingat judul seperti itu menarik untuk dikaji lebih

dalam khususnya dalam memberikan perlindungan kepada pemegang saham

minoritas yang posisinya memang jauh lebih lemah karena nilai saham yang

begitu kecil dibandingkan dengan nilai pemegang saham mayoritas yang secara

ekonomis nilai pemegang saham minoritas tersebut dapat berdampak besar pada

kerugian apabila hak-haknya dirampas dan menjadi tumbal di dalam kepentingan

para pemegang saham mayoritas. Hak pemegang saham minoritas atau golongan

minority interests, terutama dalam konteks penelitian dan penulisan ini adalah hak

seorang pemegang saham minoritas dalam penanam modal asing dalam suatu

bisnis Perseroan Terbatas di Indonesia, dapat dikatakan sebagai suatu bisnis atau

transaksi perdagangan internasional apabila memenuhi kharakteristik atau

memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat perdagangan Internasional.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

2

Sifat-sifat perdagangan internasional dalam transaksi bisnis dimaksud

dapat dikenali dengan cara: “(1) memperhatikan apakah ada perpindahan barang

dan atau jasa dari suatu negara atan rezim hukum ke negara atau rezim hukum

lainnya; (2) demikian pula dapat diidentifikasi dengan memperhatikan apakah

tempat kedudukan dari para pihak dalam suatu transaksi itu berada di negara atau

rezim hukum yang berbeda satu dengan yang lainnya; (3) dapat pula dikenali

dengan cara memperhatikan mungkin saja dalam transaksi tersebut terdapat

percampuran (hybrid) dari kedua unsur yang ada dalam unsur pertama dan kedua

tersebut.1”.

Di dalam satu putusan yang diangkat Penulis menjadi satuan amatan hak

pemegang saham minoritas (minority interests) serta perlindungan kepada

golongan pemegang saham seperti itu (protection of minority shareholders) dalam

Skripsi (Penelitian) ini, yaitu suatu Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan

hukum tetap, in kracht van gewijde (BHT), si pemegang saham minoritas dalam

kasus yang masuk di dalam Putusan 137/Pdt.G/2004.PN.SMG2 adalah Livio

Tarantino3. Livio

4 yang adalah pemegang saham 10% di PT. Antik Dimensi,

suatu Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) yang berinvestasi di Indonesia,

tepatnya pernah berlokasi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Livio adalah

1 Karya ilmiah mendalam tentang “Hakikat Pembiayaan sebagai Transaksi yang Berkharakteristik

Internasional” lihat penelitian individual Dr. Jeferson Kameo, SH., LLM., yang dilakukan di

Glasgow (Tahun 2001 sampai-dengan 2005) penelitian tidak dipublisikan. Lihat pula R. Fisher and

W. Ury, Getting to Yes (Century Business, 1982).

2 Selanjutnya Penulis menyingkat Livio dan penyebutan Putusan 137/Pdt.G/2004.PN.SMG

disingkat dengan Putusan 137 saja.

3 Pihak ini dalam Putusan 137 bertindak sebagai Penggugat (the Plaintif).

4 Disingkat Livio.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

3

pekerja Swasta, berkebangsaan Italia dan ketika kasus itu berlangsung hingga

tulisan ini dibuat, yang bersangkutan berdomisili di Italia.

Dengan kedudukan Livio sebagai pihak yang berkebangsaan Italia dan

terutama tidak berdomisili di Indonesia, maka hal itu berarti bahwa di dalam

aktivitas bisnis dalam PT. Antik Dimensi, perusahaan (orang bukan manusia

karena berbadan hukum) yang didirikan dengan hukum Indonesia dan berdomisili

serta menjalankan kegiatan usaha di Indonesia, ada pergerakan barang dari satu

negara ke negara yang lain; dalam hal ini pergerakan barang dari Italia ke

Indoneisa. Sekalipun uang tidak terlalu tepat disebut sebagai barang, namun hak

atas uang yang diinvestasikan oleh pihak Livio di dalam PT. Antik Dimensi itu

merupakan barang yang berpindah dari Italia ke Indonesia itu adalah barang tidak

berwujud (incorporeal property) berupa hak Livio atas uang yang dibawa dari

Italia dan kemudian dikonversikan ke dalam mata uang rupiah, dimasukan ke

dalam saham ditaruh dalam bisnis PT. Antik Dimensi sebagai modal dasar. Hal itu

menunjukkan bahwa menurut pendapat Penulis ada dimensi Hukum Bisnis atau

perdagagnan internasional di dalam Putusan 137 di atas.

Setelah memperhatikan karakteristik transaksi bisnis Internasional

sebagaimana digambarkan dalam buku “Pembiayaan dalam Perdagangan

Internasional”, dan mencermati fakta yang telah Penulis ungkapkan di atas bahwa

jumlah saham yang dikuasai oleh Livio adalah sebanyak 10%, maka Penulis

berpendapat bahwa hak Livio atas saham di PT. Antik Dimensi adalah hak dari

seorang pemegang saham minoritas (minority interests), adalah merupakan suatu

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

4

permasalahan yang dapat dikaji dari sudut pandang hukum yang mengatur sebuah

bisnis Internasional atau hukum perdagangan internasional.

Penulis memilih judul ini untuk menggambarkan temuan hukum yang

dilakukan oleh Hakim, khususnya yang berhubungan dengan bagaimana

melindungi seseorang pemegang saham minoritas (minority interests) yang

berkebangsaan asing). Cara pengkajian seperti ini, yaitu mengkaji bisnis

internasional hak pemegang saham minoritas yang akan dijelaskan secara ringkas

dalam latar belakang permasalahan di bawah ini.

1.2. Latar Belakang Masalah

Urgensi jaminan Hukum Bisnis Internasional juga wajib diketahui oleh

Penyelenggara Negara, termasuk dalam hal ini adalah para hakim yang diyakini

sudah mengetahui hal seperti itu, dalam melindungi bisnis internasional, dalam

hal ini perlindungan hukum terhadap hak pemegang saham minoritas dalam

perseroan terbatas (PT) yang didirikan dengan hukum Indonesia, berdomisili dan

menjalankan aktivitas bisnisnya di Indonesia.

Menurut pemahaman yang berlaku umum, saham adalah bagian dari

pemegang saham di perusahaan, yang dinyatakan dengan angka dan bilangan

tertulis pada surat saham yang dikeluarkan oleh perseroan.5 Di Indonesia saham

suatu perusahaan diatur dalam UU No. 40 tahun 2007. Bukti bahwa seseorang

memiliki saham adalah sertifikat saham yang diterbitkan oleh perseroan. Dengan

menjadi pemegang saham (share holder atau stock holder) maka yang

5I. G. Ray Widjaja, SH., Hukum Perusahaan, Megapoin, Jakarta, 2000, hlm.., 193.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

5

bersangkutan menjadi bagian pemilik perusahaan, kepemilikan saham tidak

memberikan hak kepada pemegangnya untuk ikut campur tangan dalam

pengelolaan Perseroan.

Namun demikian, kepemilikan saham secara umum memberikan hak

kepada pemiliknya atas bagian keuntungan Perseroan (deviden), memberikan

suara dalam pengambilan keputusan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) dan mendapatkan sisa hasil kekayaan pada saat likuidasi Perseroan6.

Pemegang saham minoritas secara posisi jauh lebih lemah apabila dibandingkan

dengan pemegang saham mayoritas, terutama dalam konspirasi pemegang saham

mayoritas Direksi dan Dewan Komisaris.

Ada pendapat sehubungan dengan persoalan atau isu hukum saham

minoritas (minority interests) ini sebagai berikut:

“Prinsip hak suara yang dianut dalam UU PT adalah satu saham

satu suara (one share one vote). Prinsip inilah yang seringkali

disebut sebagai demokrasi perusahaan atau demokrasi

kapitalisme. Apabila dilihat dari sejarah perkembangannya,

demokrasi perusahaan atau demokrasi kapitalisme ini mengadopsi

demokrasi politik yang berbasiskan pada orang (one man one

vote). Tetapi dalam demokrasi perusahaan, basis orang (one man

one vote) dimodifikasi menjadi basis uang (one share one vote)

yang terpresentasikan dalam bentuk share (stock). Dari aspek ini,

mempersamakan (satuan) orang dengan (satuan) uang sejatinya

merupakan bentuk dehumanisasi. Demokrasi perusahaan, telah

melahirkan tirani mayoritas yang berada di tangan pemegang

6 Dr. Tri Budiono, SH., M.Hum. Hukum Perusahaan, Griya Media, Salatiga, 2011, hlm., 89.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

6

saham mayoritas. Satu orang pemegang saham yang memiliki

saham Perseroan 51% dapat mengalahkan 1000 orang yang

apabila dikalkulasi jumlah saham yang dimilikinya hanya 49%.

Kondisi demikian sejatinya telah melahirkan kesempatan

penyalahgunaan posisi –khususnya yang dapat dilakukan oleh

pemegang saham mayoritas- yang dapat merugikan pemegang

saham minoritas. Kondisi ini masih diperparah oleh peran yang

dilakukan oleh pengurus Perseroan (Direksi) dan Dewan

Komisaris yang cenderung berfihak pada pemegang saham

mayoritas. Pemegang saham minoritas yang secara posisional

jauh lebih lemah apabila dibandingkan dengan pemegang saham

mayoritas, sangat sulit ketika mereka harus berhadapan dengan

konspirasi pemegang saham mayoritas Direksi dan Dewan

Komisaris. Hal lain yang turut memperlemah kedudukan

pemegang saham minoritas adalah prinsip persona standi in

judicio (capacity standing in court or in judgement), yaitu hak

untuk mewakili Perseroan baik di depan maupun di luar

pengadilan. Secara normatif, posisi ini hanya terbuka pada

pemegang saham mayoritas.7

Meskipun kutipan di atas tampak menyesali keadaan tirani mayoritas

dalam suatu perseroan terbatas, namun penulis yang pandangannya Penulis kutip

itu, mungkin secara sengaja menyembunyikan kaedah hukum bisnis internasional

yang dapat dirujuk untuk memberikan perlindungan kepada pemegang saham

minoritas yang berinvestasi dalam suatu perseroan terbatas. Sementara itu, orang

lainnya juga mengemukakan pandangannya mengenai bagaimana Indonesia yang

didikte oleh hukum memikirkan cara yang terbaik dalam rangka menanggapi

7 Dr. Tri Budiyono, SH. M.Hum., Ibid., hlm., 97-98.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

7

persoalan atau legal isu kepentingan dari pemegang saham minoritas (minority

interests) tersebut mengemukakan keluhan yang sama dengan kaedah yang dia

pinjam dari Belanda yang dinamakan dengan enqueterech dalam memberikan

perlindungan dimaksud sebagai berikut:

“Dalam penjelasan umum undang-undang Perseroan Terbatas,

berkali-kali dijelaskan bahwa, dalam menyusun undang-undang

ini sangat diperhatikan untuk memberikan perlindungan kepada

pemegang saham minoritas. Sebagaimana kita ketahui, dalam

setiap pengambilan keputusan dalam PT berlaku asas pemungutan

suara (vooting). Dalam hubungan ini maka akan menjadi sangat

lebih kedudukan seorang pemegang saham yang prosentase dari

saham yang dimilikinya lebih kecil dari presentase pemegang

saham lainnya. Dalam hubungan inilah memang diperlukan

adanya mekanisme yang melindungi kepentingan pemegang

saham minoritas yang bisa tertindas itu. Saya melihat memang

telah dirasakan perlu sekali adanya perlindungan terhadap

pemegang saham minoritas8 tersebut. Terlebih-lebih manakala

kita melihat praktek go-public PT-PT yang ada di Indonesia, rata-

rata atas saham yang listing dan dijual memasuki bursa tersebut

keseluruhannya tidak lebih dari 30% dari seluruh saham yang

ditempatkan. Tujuh puluh prosen dari saham yang ada masih tetap

dikuasai dan dipegang oleh para pendiri atau yang dinamakan

pula “pemegang saham utama”. Pada hal para pemegang saham

minoritas sebersar 20% tersebut tersebar luas di antara publik.

8 Hal ini di dalam Literatur di Inggris disebut dengan isu protection of minority interests. Hasil

penelitian individual yang dilakukan oleh Jeferson Kameo SH., LL.M., Ph.D dalam suatu kasus

yang sangat terkenal yaitu Foss v Harbottle yang diputus dalam tahun 1843 di Inggris

membuktikan bahwa apa yang dikemukakan oleh Dr. Parsetyo di atas itu sudah dipikirkan di

Inggris dengan istilah protection of minority interests. Prinsip itu dibangun sebagai pengecualian

atas “kemutlakan” majority rule yang mendapat ekspresi dalam Foss v Harbottle (1843) 2 Hare

461., dirujuk dari penelitian individuil di atas yang tidak dipublikasikan.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

8

Telah lama melalui berbagai tulisan saya, telah saya ingatkan

perlu adanya suatu lembaga yang memberikan perlindungan

terhadap pemegang saham minoritas dari kekalahannya dalam

pemungutan suara dalam RUPS, seperti yang di negara Belanda

dinamakan enqueterech. Adapun pada intinya, lembaga ini

memberikan hak kepada pemegang saham minoritas untuk

memohon melalui Pengadilan untuk dilakukannya pemeriksaan

pada perseroan berhubung terdapat dugaan adanya kecurangan-

kecurangan atau hal-hal yang disembunyikan oleh pemegang

saham mayoritas. Mengapa melalui pengadilan? Dipikirkan, di

satu pihak perlu diberikannya perlindungan terhadap pemegang

saham minoritas, tetapi di lain pihak kemungkinan dapat

disalahgunakan oleh para competitor (pesaing dagang), yang

dengan sengaja membeli sejumlah saham kecil semata-mata untuk

mengetahui rahasia perusahaan. Dengan permohonan melalui

hakim, dapat diharapkan hakim akan berperan untuk menapis,

sampai sejauh mana memang beralasan permintaan pemeriksaan

pemegang saham bersangkutan”9.

Seperti ungkapan dalam kutipan di atas, satu hal yang memperlemah

posisi dari pemegang saham minoritas yaitu prinsip persona standi in judicio

(capacity standing in court or in judgement), yaitu hak untuk mewakili Perseroan

baik di depan maupun di luar pengadilan, dimana secara normatif, posisi tersebut

hanya terbuka pada pemegang saham mayoritas. Disamping hal-hal seperti yang

telah Penulis kemukakan di atas, khusus mengenai bagaimana hukum

memberikan perindungan terhadap hak pemegang saham minoritas yang

berdimensi hukum perdagangan internasional, termasuk di dalamnya persona

9 Prof. Dr. Rudhi Prasetya, S.H., Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, hlm., 229-231.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

9

standi in judicio, terungkap dari kutipan di atas, terkesan belum diperhatikan

secara serius dalam sistem hukum pada umumnya, apalagi oleh sistem hukum

positif Indonesia. Itulah sebabnya Skripsi ini disusun oleh Penulis dengan maksud

membahas dan menemukan cara yang ada di balik kaedah hukum perdagangan

internasional yang sudah dikenal dalam rangka memberikan perlindungan kepada

pemegang saham minoritas dalam suatu perseroan terbatas, dalam hal ini

khususnya dalam memberikan perlindungan kepada pemegang saha minotiras

dalam suatu bisnis atau transaksi/perdagagnan internasional.

Sebelum aspek hukum perlindungan terhadap pemegang saham minoritas

yang berdimensi perdagangan internasional itu dibahas lebih lanjut, berikut di

bawah ini perlu Penulis kemukakan ciri-ciri dari suatu Transaksi Bisnis

Internasional yang sudah Penulis singgung sedikit di atas. Ciri-ciri perdagangan

atau bisnis internasional tersebut yaitu: Menitikberatkan kepada perpindahan

barang, tempat kedudukan para pihak dalam suatu transaksi dan hibrida.

Cara yang pertama adalah penggunaan standard atau alat pengukur

(yardstick) yaitu hanya dengan melihat apakah dalam transaksi yang diadakan

tersebut melibatkan pergerakan barang ataupun pergerakan jasa yang berpindah

dari suatu negara ke negara yang lain. Cara yang kedua dalam menentukan

kharakteristik perdagangan internasional adalah mempertimbangkan bukan lagi

pergerakan barang, tetapi memperhatikan tempat berusaha (the places of business)

dari masing-masing pihak yang ada dalam transaksi. Cara ketiga, yang umum

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

10

dipergunakan oleh banyak pihak adalah menentukan kharakteristik perdagangan

internasional adalah dengan memerhatikan jual-beli eksport (eksport sales).10

Dalam penelitian ini Penulis akan membahas hak pemegang saham

minoritas suatu Bisnis Internasional dalam hal ini penanaman modal di suatu

perseroan terbatas dengan status penanaman modal asing. Meskipun anggaran

dasar minoritas dibolehkan dan dilindungi oleh hukum namun ada pihak yang

mencoba-coba mengesampingkan hak tersebut. Pemegang saham minoritas

merasa dikesampingkan oleh perbuatan pengesampingan tersebut. Dia kemudian

menggugat di pengadilan. Hakim mengabulkan gugatan pemegang saham

minoritas dan putusan hukum tersebut kemudian berkekuatan hukum tetap. Hal

ini sudah tentu berbeda dengan anggapan di atas bahwa ada hal yang

memperlemah posisi dari pemegang saham minoritas yaitu prinsip persona standi

in judicio (capacity standing in court or in judgement) dimana hak untuk

mewakili Perseroan baik di depan maupun di luar pengadilan secara normatif

posisi tersebut hanya terbuka pada pemegang saham mayoritas.

Bagaimana perlindungan terhadap pemegang saham minoritas di Indonesia

yang dijalankan oleh hakim melalui Putusan 137, dimana capacity standing in

court or in judgement diberikan juga kepada pemegang saham minoritas,

diperoleh dasarnya dalam Pasal 11 Ayat (4) Anggaran Dasar Perseroan (AD-

ART) yang di dalamnya dinyatakan bahwa:

10

Jeferson Kameo, SH., LL. M., Ph.D., Penelitian Hukum Tidak dipublikasikan, Op. Cit.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

11

“perbuatan hukum untuk mengalihkan melepaskan hak atau

menjadikan jaminan utang seluruh atau sebagian besar harta

kekayaan perseroan, dalam satu tahun buku baik dalam satu

transaksi atau beberapa transaksi yang berdiri sendiri ataupun

yang berkaitan satu sama lain harus mendapat persetujuan rapat

umum pemegang saham (RUPS)”.

Sementara itu, dengan mempertimbangkan bahwa apa yang diatur di

dalam Pasal 22 Ayat (8) AD-ART Perseroan PT. Antik Dimensi, para pemegang

saham mayoritas berargumen juga dengan mendasarkan diri kepada AD-ART

perseroan yang mengakui bahwa:

“Pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang sah

tanpa megadakan rapat umum pemegang saham dengan ketentuan

semua pemegang saham telah diberi tahu secara tertulis dan

semua pemegang saham memberikan persetujuan mengenai usul

yang diajukan secara tertulis serta menandatangani persetujuan

tersebut, keputusan yang diambil dengan cara demikian

mempunyai kekuatan yang sama dengan keputusan yang diambil

dengan sah dalam rapat umum pemegang saham”.

Mempertimbangkan apa yang diatur dalam AD-ART tersebut di atas,

hakim dalam Putusan 137 berpendapat bahwa hal itu adalah mengikat dan adalah

kaedah atau sesuatu yang harus dilaksanakan oleh pemegang saham mayoritas,

dalam hal ini Ny. Naning dan MR. Tarantino, juga oleh pihak Livio sebagai

Penggugat. Oleh sebab itu, si pemegang saham minoritas yang telah memperoleh

standing atau dihargai hak-haknya sekalipun hanya memegang saham minoritas,

kemudian mempertimbangkan bahwa terhadap perbuatan hukum yang pernah

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

12

dibuat oleh PT. Antik Dimensi, dalam hal ini yang direkam dalam akta notaris

Nomor 1 tanggal 30 Januari 200111

yang tidak pernah diadakan perubahan

apapun; ditambah dengan dibuatnya akta Nomor 12 dan 13 tanggal 14 Desember

2001 di hadapan Subiyanto Putro, SH., Notaris di Semarang oleh para pemegan

saham mayoritas yaitu Ny. Naning dan Mr. Tarantino,12

maka menurut

pemegang saham minoritas (Livio) hal itu adalah bertentangan dengan AD-ART

PT. Antik Dimensi sebagaimana dimaksudkan di atas. Livio berpendapat bahwa

apa yang dilakukan tersebut tertera dalam Putusan 137 sebagai sesuatu yang

menurut hukum dapat dikwalifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum

(PMH).

Menurut Penulis, dengan mempertimbangkan bahwa akta notaris Nomor

12 dan 13 tanggal 14 Desember 2001 yang dibaut oleh para pemegang saham

mayoritas tersebut di atas telah dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum, maka

dengan demikian, para Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Semarang pada waktu

itu memandang bahwa tuntutan Livio mengenai hal itu dapat dikabulkan.Itu

berarti bahwa dalam Putusan 137 ada tanda-tanda semangat hakim untuk

memberikan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas (minority

interests). Dalam kaitan dengan itu, majelis Hakim juga sempat

mempertimbangkan apakah akta Perjanjian, akta Notaris Nomor 1 tanggal 01

Feberuari 200113

beralasan hukum untuk dinyatakan sah atau tidak. Menurut para

11

Bukti P-1 / T I-II-1.

12

Bukti P-2 dan P-3/T I-II-2 dan T I-II-3.

13

Bukti TI - II - 4.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

13

Majelis Hakim, akta perjanjian dimaksud adalah merupakan perjanjian antara Ny.

Naning dan Mr. Tarantino yang isinya antara lain menyangkut keberadaan dan

kepentingan perseroan PT. Antik Dimensi yang juga berarti kepentingannya si

Livio sebagai pemegang saham minoritas.

Dengan demikian, menurut majelis hakim, bila dihubungkan dengan

keberadaban bukti-bukti yang diajukan ke hadapan Persidangan maka secara

hukum menimbulkan hak dan kepentingan penggugat, si pemegang saham

minoritas yang mengikat dan harus dilindungi. Oleh karenanya adalah beralasan

apabila berdasarkan hukum, akta perjanjian, akta notaris Nomor 1 tanggal 01

Februari 200114

tersebut dinyatakan sah.

Majelis hakim mengabulkan tuntutan pihak Livio dan selanjutnya tuntutan

pihak Livio mengenai ganti rugi, majelis hakim mempertimbangkan bahwa

walaupun suatu kerugian yang timbul karena keberadaan suatu perkara aquo dan

tidak dapat dimintakan kepada pihak lawan, namun secara kasuitis tuntutan ganti

kerugian dimaksud dapat dinilai dari sisi kepatutan dan kewajaran.

Pertimbangan hakim selanjutnya dalam Perkara 137 dipertimbangkan ada

perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Ny. Naning dan Mr. Tarantino

dalam hal ini para pemegang saham mayoritas.

Atas dasar itu maka sebagai kompensasi hukum atas perbuatan melawan

hukum yang dilakukan dihubungkan dengan tuntutan ganti kerugian yang dituntut

14

Ibid.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

14

oleh pihak Livio Majelis Hakim melihat atau menilai adalah sesuatu yang patut

dan wajar dan karenanya beralasan untuk dikabulkan. Dalam Putusan 137 itu

Majelis Hakim kemudian menghukum Ny. Naning dan Mr. Tarantino untuk

membayar ganti rugi kepada penggugat sebesar lima puluh juta rupiah. Terdiri

dari kerugian immaterial sebesar dua puluh lima juta rupiah dan materiil sebesar

dua puluh lima juta rupiah.

Majelis Hakim juga menghukum Ny. Naning dan Mr. Tarantino untuk

membayar ongkos biaya perkaea sebesar dua ratus enam puluh Sembilan ribu

rupiah, selebihnya, Majelis Hakim menolak gugatan pihak Livio untuk selain dan

selebihnya itulah latar belakang dari penelitian dan penulisan karya tulis

kesarjanaan/skripsi yang perumusan masalahnya akan dikemukakan berikut di

bawah ini.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

15

1.3. Rumusan Masalah

Atas dasar uraian latar belakang permasalahan sebagaimana dikemukakan

diatas maka Penulis merumuskan masalah penelitian untuk karya tulis ilmiah ini

sebagai berikut: Bagaimana hak pemegang saham minoritas dalam hal ini terkait

pertimbangan hakim dalam putusan-putusan perkara transaksi bisnis?

1.4. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana Hak Pemegang Saham Minoritas dalam

suatu Bisnis Internasional. Termasuk di dalamnya rumusan kata bagaimana Hak

Pemegang Saham Minoritas dalam Hukum Transaksi Bisnis Internasional itu

adalah kaedah, asas-asas yang dikenal oleh hukum untuk melindungi hak

pemegang saham minoritas dalam suatu bisnis Internasional. Terutama bagaimana

Hakim dalam petimbangkan hukumnya mengakui Hak Pemegang Saham

Minoritas dalam bisnis Internasional.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat secara substansi dari penelitian ini adalah Penulis dapat belajar

lebih dalam untuk mengetahui dan memahami secara ilmiah bagaimana hukum

melalui hakim dapat menjawab permasalahan pemegang saham minoritas yang

hak-haknya dirugikan.

1.6. Metodologi Penelitian

Metodologi penilitian yang dipergunakan disini adalah tidak lain,

metodologi penelitian hukum. Maksud dari metodologi penelitian hukum adalah

mencari kembali dan menemukan asas-asas atau kaedah-kaedah dan prinsip-

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/1/T1_312010025_BAB I.pdf · terutama tidak berdomisili di Indonesia, ... sudah mengetahui hal seperti

16

prinsip hukum yang mengatur mengenai Hak Pemegang Saham Minoritas dalam

suatu bisnis terlebih lagi dalam kasus Bisnis Internasional.

Adapun satuan amatan dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-

undangan, keputusan pengadilan dan dokumen terkait adapun peraturan

perundang-undangan yang dimaksud Undang Undang No. 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas.

Sedangkan putusan pengadilan yang juga menjadi satuan amatan dalam

penelitian ini adalah Putusan Perkara No. 137/Pdt.G/PN.Smg; Juga penelitian

individuil yang memfokuskan perhatiannya pada aspek atau isu hukum minority

interests ini. Satuan analisis dalam penelitian ini adalah bagaimana Hak Pemegang

saham minoritas (minority interest) menurut bisnis internasional yang ada dalam

kepustakaan.