bab ii tinjauan pustaka, hasil penelitian dan...

58
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HAK TERHADAP PEMEGANG SAHAM MINORITAS Gambaran tentang tinjauan kepustakaan atas hak pemegang saham minoritas yang penulis uraikan dalam bab ini tidak lain dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Rumusan masalah penelitian yang Penulis maksudkan itu adalah bagaimana hak pemegang saham minoritas (minority interests) menurut hukum bisnis internasional atau hukum yang mengatur mengenai transaksi bisnis internasional yang ada di dalam kepustakaan. Isi kepustakaan yang menjelaskan konsep-konsep di balik perlindungan terhadap pemegang saham minoritas (minority interests) tersebut terdiri dari hakikat pemegang saham minoritas, pertanggung jawaban perusahaan terhadap pemegang saham minoritas, peranan badan pengadilan terhadap perlindungan pemegang saham minoritas, dan arti penting dari studi kepustakaan hak pemegang saham minoritas. Konsep-konsep demikian itu diapkai sebagai pedoman untuk melihat bagaimana perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham minoritas di perseroan terbatas memanifestasikan

Upload: docong

Post on 18-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN

ANALISIS HAK TERHADAP PEMEGANG SAHAM

MINORITAS

Gambaran tentang tinjauan kepustakaan atas hak pemegang saham

minoritas yang penulis uraikan dalam bab ini tidak lain dimaksudkan untuk

menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Rumusan masalah penelitian

yang Penulis maksudkan itu adalah bagaimana hak pemegang saham

minoritas (minority interests) menurut hukum bisnis internasional atau hukum

yang mengatur mengenai transaksi bisnis internasional yang ada di dalam

kepustakaan.

Isi kepustakaan yang menjelaskan konsep-konsep di balik

perlindungan terhadap pemegang saham minoritas (minority interests) tersebut

terdiri dari hakikat pemegang saham minoritas, pertanggung jawaban

perusahaan terhadap pemegang saham minoritas, peranan badan pengadilan

terhadap perlindungan pemegang saham minoritas, dan arti penting dari studi

kepustakaan hak pemegang saham minoritas. Konsep-konsep demikian itu

diapkai sebagai pedoman untuk melihat bagaimana perlindungan terhadap

hak-hak pemegang saham minoritas di perseroan terbatas memanifestasikan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

18

diri di dalam putusan-putusan satuan amatan Skripsi dan Penelitian ini yang

digambarkan setelah uraian kepustakaan mengenai konsep-konsep

perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham minoritas tersebut. Tentang

bagaimana keberadaan hak-hak pemegang saham minoritas itu

memanifestasikan diri di dalam putusan-putusan yang telah digambarkan

terlebih dahulu tersebut, terutama bagaimana prinsip-prinsip hukum yang

berkaitan dengan hak-hak pemegang saham minoritas memanifestasikan diri

di dalam Putusan 137, dalam Bab ini, hal itu Penulis tempatkan di bawah

judul analisis hak-hak pemegang saham minoritas. Hanya saja, berikut di

bawah ini, bagaimana kepustakaan hukum di Indonesia (jika ada) membahas

aspek perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan ketentuan

hukum perdagangan atau bisnis internasional mengatur mengenai hal tersebut.

2.1. Konsep Hak terhadap Pemegang Saham Minoritas

Secara leksikal, yaitu pengertian terhadap apa yang disebut sebagai

pemegang saham minoritas dalam kamus hukum, dirumuskan sebagai:

“Those stockholders of a corporation who hold so few shares in

relation to the total outstanding that they are unable to control the

management of the corporation or to elect directors” 19

(Dapat

diterjemahkan, mereka pemegang saham dari suatu perusahaan yang

memiliki atau memegang begitu sedikit saham jika dibandingkan

dengan total saham seluruhnya ditambah lagi mereka tidak dapat

mengontrol manajemen perusahaan atau pengangkatan direktur)

19

Black, Henry Campbell, “Black’s Law Dictionary”, St Paul Minn: West Publishing Co.,

1990. hlm., 997.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

19

Dalam kaitan dengan apa yang baru saja dikemukakan Penulis di atas,

kepentingan pemegang saham mayoritas dengan kepentingan pemegang

saham minoritas dalam suatu perseroan terbatas seringkali bertentangan satu

dengan yang lain. Ada pendapat bahwa pertentangan kepentingan antara

kedua kelas pemegang saham perseroan terbatas tersebut adalah faktor utama

yang menyebabkan hak pemegang saham minoritas dalam suatu perusahaan

seringkali diabaikan bahkan dirugikan. Untuk menjaga kedua belah pihak,

dalam hal ini pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas agar

tidak saling merugikan, kepustakaan dalam ilmu hukum mengenal prinsip

“Mayority Rule Minority Protection.”

Menurut prinsip ini, yang memerintah (the ruler) di dalam perseroan

tetap pihak pemegang saham mayoritas, tetapi kekuasaan pihak pemegang

saham mayoritas tersebut haruslah dijalankan dengan selalu melindungi (to

protect) pihak pemegang saham minoritas20

.

Berlandaskan prinsip majority rule minority protection sebagaimana

telah Penulis kemukakan di atas, maka literatur hukum kemudian memerinci

beberapa hak pemegang saham minoritas. Hak pemegang saham minoritas

yang pertama, hak positif. Hak seperti itu dimengerti sebagai pemegang

saham minoritas diberikan kesempatan untuk mengambil inisiatif-inisiatif

tertentu sehingga pelaksanaan bisnis perusahaan tidak merugikan

kepentingannya. Selanjutnya hak yang kedua yaitu hak negatif.

20

Dr. Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, CV. Utomo, Bandung, 2005.

hlm., 89.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

20

Dalam kategori hak seperti itu pemegang saham minoritas diberikan

hak untuk memblokir/menghambat/memveto terhadap tindakan-tindakan

tertentu yang diambil oleh perusahaan yang merugikan kepentungan

pemegang saham minoritas. Kategori ketiga yaitu hak normalisasi, pihak

pemegang saham minoritas diberikan hak untuk memaksa perusahaan untuk

menuruti ketentuan yang ada dalam peraturan perundang-unndangan atau

dalam anggaran dasar perusahaan.

Kategori keempat hak kompensasi, jika terjadi tindakan yang

merugikan pemegang saham minoritas, maka kepada pemegang saham

minoritas tersebut tidak diberikan hak untuk menghambat atau memblokir

tindakan perusahaan meskipun dengan tindakan perseroan tersebut,

kepentingan pemegang saham minoritas akan dirugikan21

.

21

Dr. Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, CV. Utomo, Bandung, 2005.

hlm., 93-94.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

21

2.2. Perspektif Hukum Perdagangan Internasional Melindungi Saham

Minoritas

Gambaran kepustakaan tentang bagaimana hukum positif Indonesia

memberikan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas (proteection

of minority shareholders), terutama bagi pemegang saham minoritas yang

berinvestasi dalam bisnis yang berdimensi perdagangan internasional seperti

yang dihadapi oleh Livio di atas, terasa tidak mencukupi.

Penulis juga menyadari bahwa ketidakcukupan kepustakaan, jika tidak

mau dikatakan tidak ada sama sekali kepustakaan yang ditulis dalam bahasa

Indonesia yang membicarakan mengenai hal itu, disamping UU Perseroan

Terbatas22

yang mengakui bahwa setiap pemegang saham berhak

mengajukan gugatan terhadap Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa

alasan wajar sebagai keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Komisaris. Ini

mengindikasikan bahwa ada perlindungan terhadap pemegang saham

minoritas yang hak-haknya dikesampingkan. Mengingat setiap saham yang

dikeluarkan mempunyai satu hak suara23

Oleh sebab itu, Penulis menyambut baik apa yang diungkapkan dalam

suatu Penelitian Ilmiah dalam bidang hukum24

yang tidak dipublikasikan di

22

Lihat Pasal 61 Ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007

23

Lihat Pasal 84 Ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007

24

Gambaran kaedah hukum yang diambil dari Kepustakaan dimaksud Penulis ambil dari

Penelitian Individuil Jeferson Kameo SH., LL.M., Ph.D yang dilakukan di Glasgow dari

tahun 2001 sampai dengan 2005. Penelitian tersebut tidak dipublikasikan, oleh karea itu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

22

bawah ini, sebagai gambaran aspek hukum dalam Kepustakaan yang dapat

menuntun pengkajian atas Putusan 137 yang menjadi satuan amatan utama

Penelitian dan Penulisan Karya Tulis Kesarjanaan yang dilakukan oleh

Penulis ini.

Gambaran kepustakaan dalam rangka menjawab rumusan masalah

Penelitian ini yaitu bagaimana hak pemegang saham minoritas (minority

interests) menurut hukum bisnis internasional atau hukum yang mengatur

mengenai transaksi bisnis internasional dimaksud, Penulis pilah ke dalam

beberapa bagian sebagai berikut:

2.2.1. Pengendalian dalam Perusahaan menurut Perspektif Hukum

Membicarakan mengenai aspek hukum perlindungan terhadap

pemegang saham minoritas dalam perspektif hukum perdagagnan

internasional tidak terlepas dari pemahaman akan prinsip atau kaedah hukum

umum yang berkaitan dengan itu, yaitu bahwa pemegang saham yang

mempunyai hak untuk memilih (the voting shareholders) adalah pihak yang

mengendalikan perusahaan (control the company)25

. Dimaksudkan dengan

para pemegang saham yang mempunyai hak pilih itu adalah, sudah disinggung

juga dalam kutipan yang lebih dahulu telah Penulis kemukakan di atas,

pemegang saham yang menguasai lebih dari 50 prosen (per cent) dari

pemegang saham yang mempunyai hak pilih.

Penulis berterima kasih kepada Pak Jeff yang telah memberikan akses menggunakan hasil

penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis untuk Skripsi ini. 25

Hasil penelitian individuil Jeferson Kameo, Catatan Kaki No. 19 di atas. Ibid. Selanjutnya,

sepanjang rujukan berada dari hasil penelitian individuil ini maka referensi untuk catatan kaki

hanya disebut dengan Jeferson Kameo saja.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

23

Golongan atau si pemegang saham tersebut dapat membuat keputusan

apa saja dalam rapat umum pemegang saham (ordinary resolution).

Sementara itu, apabila seorang atau golongan pemegang saham itu menguasai

75 prosen saham maka orang itu juga dapat mengadakan suatu rapat umum

luar biasa (extraordinary) atau rapat istimewa (special resolution). Begitu

pula dengan mereka yang menguasai jumlah saham di antara angka prosentasi

sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka orang-orang itu dapat

melakukan pengendalian yang beraneka macam di dalam perseroan dimaksud.

Kaitan dengan isu bagaimana perlindungan terhadap pemegang saham

minoritas, prosentase sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas dapat

menjadi suatu persoalan penting tatkala seseorang mempertimbangkan untuk

menanamkan modalnya atau berinvestasi di suatu perusahaan.

Sebagai contoh, manakala seseorang yang bernama (A) mengundang

seseorang lain bernama (B) untuk mendirikan suatu perusahaan dengan

dirinya, dan menyarankan supaya si (B) memasukkan 49 prosen dari saham

perusahaan dimaksud sementara si (A) mengambil 51 prosen, maka

kepemilikan mereka atas perusahaan tersebut memang terlihat hampir

berimbang (almost equal). Hanya saja, kekuasaan mereka untuk

mengendalikan perusahaan itu sangat jauh dari berimbang (very far from

equal), meski hanya selisih satu prosen. Di sinilah isu pemegang saham

minoritas mulai muncul. Si (B) akan sangat berhati-hati untuk menerima

proporsi tawaran saham yang diberikan oleh si pihak (A) tersebut.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

24

Dalam kaitan dengan isu hak pemegang saham minoritas, orang

mungkin saja berpendapat bahwa si (B) sekurang-kurangnya akan memiliki

suatu derajat mengendalikan perusahaan itu secara negatif “negative control”.

Maksudnya, dengan jumlah suara yang demikian itu dia dapat saja melakukan

blokir terhadap diselenggarakannya rapat umum pemegang saham yang

istimewa. Namun demikian, dengan jumlah saham yang lebih kecil,

katakanlah 25 prosen, maka (B) sama sekali tidak mempunyai kekuasaan

untuk mengendalikan perusahaan tersebut.

Sementara itu, apabila tiap-tiap pemegang saham (the two

shareholders) itu masing-masing menguasai 50 prosen saham maka keduanya

mempunyai kekuasaan untuk melakukan pengendalian secara negatif. Tidak

ada satu pun dari kedua belah pihak itu bisa memaksakan diselenggarakannya

suatu rapat umum pemegang saham jenis apa pun, baik itu luar biasa,

istimewa maupun rapat umum pemegang saham biasa dan sebagainya.

Sehingga orang pada umumnya berpendapat bahwa penguasaan yang

seimbang yaitu 50 prosen masing-masing menguasai saham seperti itu

merupakan suatu penguasaan atas saham perusahaan yang ideal dari dua orang

yang menjadi pemilik perusahaan itu.

Hanya saja, keadaan yang seimbang itu bisa jadi mungkin memang

ideal apabila kedua belah pihak itu rukun-rukun saja (the shareholder get on

with each other). Hanya sja, manakala ada suatu kebuntuan (complete

dealock) maka jalan hukum yang selama ini tersedia adalah Pengadilanlah

yang akan membubarkan perusahaan itu (wind the company up), jika satu dari

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

25

kedua belah pihak yang berhubungan hukum itu meminta kepada pihak

Pengadilan. Hukum perdagangan internasional mendikte (the Law dictates)

bahwa dasar permohonan kepada pengadilan tersebut adalah apa yang disebut

dengan kaedah just and equitable26

(kepantasan dan kepatutan atau adil).

Kaedah hukum seperti itu muncul dalam Re27

Yenidge tobaco Co Ltd28

[1916] 2 Ch 426. Dalam kasus itu Pengadilan melikuidasi perusahaan yang

bernama Yenidge Co Ltd, padahal menurut hakim perusahaan itu adalah suatu

perusahaan yang lagi bonafid dan untung atau profitable. Dibubarkannya

perusahaan itu oleh hakim karena dua direkturnya yang juga adalah pemegang

saham, dalam hal ini Mr. Rothman dan Mr. Weinberg sudah berada pada titik

tidak bisa berkompromi antara satu dengan yang lainnya (had reached

complete deadlock).

Hakim yang memutus kasus itu bernama Cozen-Hardy Mr

mengatakan: „Certainly, having regard to the fact that there are only two

26

Jeferson Kameo mengartikan kaedah itu ke dalam bahasa hukum di Indonesia sebagai

sesuai dengan kepantasan dan kepatutan atau keadilan.

27

Kata Re menunjuk kepada suatu situasi bahwa dalam sengketa itu si Penggugat diwakili

oleh Perusahaan karena perintah pengadilan. Hal inilah mekanisme internasional yang

memungkinkan seseorang meminta kepada hakim untuk membela kepentingan dirinya dan

juga kepentingan perusahaan itu dari kungkungan mayoritas, apabila hakim mengabulkan

maka posisi orang itu tidak ditulis namanya hanya dicatatkan saja di pengadilan tetapi diberi

tanda Re. Demikian penjelasan Jeferson Kameo. Pendapat peneliti tersebut reliable

mengingat yang bersangkutan mengenyam pendidkan hukum di Inggris dan Skotlandia.

28

[1916] 2 Ch 426., dikutip dari Jeferson Kameo. Perlu Penulis kemukakan di sini bahwa

menurut Jeferson Kameo, tanda [1916] adalah tahun diputusnya dan juga tahun publikasi

dari jural hukum yang bernama Ch. Ch adalah jurnal hukum tempat kaedah hukum dapat

ditemukan karena memuat apa yang dikatakan oleh hakim yang didikte oleh hukum bernama

Law Reports Chancery Division. Jurnal ini mulai diterbitkan dan masih terus dipublikasikan

hingga saat ini. Hal ini dikemukakan dalam buku Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

26

directors who will not speak to each other, and no business which deserves

the name of business in the affairs of the company can be carried on, I think

the company should not be allowed to continue”. Memperhatikan apa yang

terjadi dengan Mr. Rothman dan Mr. Weinberg itu, orang dapat

mengatakan: “lah bagaimana dengan situasi apabila satu dari kedua pihak itu

adalah pemegang saham minoritas, misalnya hanya memegang 49 prosen?‟.

Di bawah ini perkembangan kaedah untuk mengatasi kebuntuan minoritas

manakala ada ketakutan sebagaimana baru saja dikemukakan tersebut.

2.2.2. Hakikat Hak Saham Minoritas Perspektif Ilmu Hukum

Apakah sejatinya hakikat (the nature) dari isu atau kaedah perlidungan

terhadap pemegang saham minoritas, yang dalam kasus ini akan dipergunakan

untuk menganalisis satuan amatan yaitu Putusan 137 Pengadilan Negeri

Semarang itu? Dalam ilmu hukum, dalam hal ini Kontrak Sebagai Nama Ilmu

Hukum, setiap kaedah itu haruslah dilihat sebagai suatu kontrak. Itu berarti,

termasuk kaedah-kaedah yang memberikan perlindungan kepada kepentingan

pemegang saham minoritas dalam suatu Perusahaan pun adalah contracts.

Sedangkan Kontrak dalam Perspektif Ilmu Hukum tersebut didefinisikan

sebagai:

“It is the group of kinds of obligations all concerned with legal

duties undertaken by persons, by promises to, or agreement with,

another, to give or do or refrain from doing something to of for

another, or with legal duties imposed by law to give or do

something to or for another where justice requires it though there

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

27

is no promise”29

.(Dapat diterjemahkan, Segenap kewajiban bagi

setiap orang berjanji atau bersepakat dengan orang lain untuk

memberikan, atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap

atau untuk orang lain tersebut, atau berkenaan dengan segenap

kewajiban yang dituntut oleh hukum kepada setiap orang untuk

memberikan atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu terhadap

atau untuk orang lain apabila keadilan menghendaki meskipun

tidak diperjanjikan sebelumnya).

Berikut di bawah ini, perlindungan terhadap pemegang saham

minoritas itu Penulis lihat atau kaji dalam perspektif kontrak sebagai

nama ilmu hukum, dalam di bawah ini metoda yang Penulis pergunakan

adalah perbandingan hukum, dimana kaedah transaksi bisnis

internasional yang berlaku di Inggris dan Skotlandia dilihat sebagai

sesuatu kontrak atau sesuatu yang harus dilakukan dalam memberikan

perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, baik itu yang ada di

dalam keputusan-keputusan pengadilan (Yurisprudensi) dan legislasi

yang berlaku di negara itu, kemudian hal itu dipergunakan dengan

transposisi untuk membeda atau menganalisis Putusan 137 yang menjadi

satuan amatan Penelitian dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah Kesarjanaan

Penulis ini.

29

Definisi dikutip dari Buku Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum, hlm., 2.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

28

2.2.3. Kaedah Foos v Harbottle30

Hukum Transaksi Bisnis Internasional

Posisi dari pemegang saham minoritas menurut kaedah hukum yang

mengatur mengenai perdagangan internasional dimulai dari munculnya suatu

kaedah yang bernama the rule in Foss v Harbottle. Kaedah yang bernama

Foss v Harbottle mengandung hukum yang mengatur bahwa manakala ada

perbuatan melawan hukum atau kesalahan yang dilakukan terhadap suatu

perusahaan maka hanya perusahaan itu sajalah yang mempunyai hak untuk

mengajukan gugatan dalam kaitannya dengan perbuatan tersebut.

Di sinilah muncul persoalan bagi pemegang saham minoritas yang

dirasakan tidak begitu terlindungi dalam suatu perusahaan oleh ketentuan

peraturan yang pernah berlaku. Kasus Foss v Harbottle31

bermula dari dua

orang anggota dari suatu perusahaan yang menggugat lima orang direktur dari

perusahaan tersebut sebab para direktur itu telah menjual tanah dengan harga

yang sudah dimark-up atau ditinggikan dari harga normal kepada perusahaan

yang mereka nahkodai itu sehingga dengan demikian perusahaan itu

mengalami kerugian.

Aturan yang mengunci hak pemegang saham minoritas di balik Foss v

Harbottle adalah bahwa pemegang saham yang dua itu tidak mempunyai hak

untuk mengajukan gugatan. Kaedah itu lebih jauh menandasakan bahwa

apabila para direktur dari perusahaan itu sudah melakukan kesalahan yang

30

Jeferson Kameo, Ibid.

31

(1843) 2 Hare 461. Dikutip dari Jeferson Kameo, Hasil Penelitian Ilmiah yang tidak mau

Dipublikasikan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

29

merugikan perusahaan itu maka hak untuk mengajukan gugatan atas pihak

yang merugikan perusahaan itu terletak pada perusahaan yang bersangkutan.

Apa yang merugikan pemegang saham minoritas adalah bahwa perusahaan

yang bersangkutan sangat tidak mungkin melakukan gugatan seperti itu sebab

perusahaan itu dikendalikan oleh para direktur yang didugat oleh kedua orang

pemegang saham yang berbuat curang (the very directors who had cheated

it!), sebagaimana telah dikemukakan di atas.

Memang, ada pendapat bahwa Foss v Harbottle mengandung manfaat,

dalam hal ini akan mencegah diajukannya banyak gugatanyang akan

dilancarkan kepada perusahaan seperti dalam kasus Foss v Harbottle. Ada

pendapat bahwa apabila setiap orang di dalam suatu perusahaan memperoleh

hak dari hukum untuk mengajukan gugatan atas suatu dugaan adanya

perbuatan melawan hukum yang dilakukan terhadap perusahaan yang

bersangkutan maka apa yang terjadi adalah akan banyak sekali jumlah

gugatan yang berpotensi muncul sebagaimana terjadi di dalam kasus Foss v

Harbottle.

Peristiwa itu kemudian memunculkan tuntutan akan adanya

perlindungan terhadap pemegang saham minoritas yang juga dibicarakan oleh

Penulis sebagai karya tulis kesarjanaan Penulis dalam Skripsi ini.

Di Inggris dan di dunia internasional, sebagaimana penelitian

individual yang tidak dipublikasikan yang dilakukan oleh Jeferson Kameo

menemukan Foss v Harbottle telah mentriger munculnya berbagai keputusan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

30

pengadilan dan produk peraturan legislatif yang didikte oleh hukum

perdagangan internasional dan dikenal secara populer dengan hukum transaksi

bisnis internasional disusun atas keprihatinan yang dilihat di dalam Foss v

Harbottle. Aturan-aturan yang memberikan perlindungan kepada pemegang

saham minoritas, yang juga telah menjadi keprihatinan Tri Budiono dan

Rudhi Prasetya perlu dimunculkan di dalam sistem hukum Indonesia

sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas akan digambarkan di bawah ini.

2.2.4. Isu Hak Saham Minoritas dalam Yurisprudensi Tetap dan Legislasi

Jeferson Kameo dalam temuan penelitian yang tidak dia publikasikan

menyatakan bagaimana hukum mendikte (the Law dictates) para hakim

Inggris bertransposisi terhadap hukum di Skotlandia untuk mematuhi kaedah

hukum perdagangan internasional dalam memberikan perlindungan terhadap

pemegang saham minoritas dalam tiga situasi.

Pertama, tatkala ada suatu penipuan terhadap minoritas (where there is

a fraud on the minority). Kedua, jika perbuatan yang dilakukan itu dapat

digolongkan sebagai suatu tindakan sewenang-wenang atau melampau

kekuasaan dan ilegal (if the act done is ultra vires or illegal). Ketiga,

manakala hak perseorangan seorang anggota, termasuk jika si anggota itu

adalah pemegang hak atas jumlah saham yang minoritas (where the personal

rights of a member have been infringed). Berikut di bawah ini, merujuk

penelitian individuil yang tidak dipublikasikan oleh Jeferson Kameo, Penulis

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

31

memerinci gambaran tentang bagaimana perlindungan terhadap pemegang

saham minoritas hasil dikte hukum kepada hakim-hakim di Inggris tersebut.

Manakala ada suatu penipuan terhadap minoritas (where there is a

fraud on the minority) atau pihak yang lemah itu dapat dijelaskan dengan

melihat beberapa perilaku di bawah tangan (underhand behaviour); cara

melihat fraud atas minoritas seperti itu diambil mengingat sulit bagi Penulis

untuk mendefinisikan apa yang dimaksudkan dengan fraud tersebut. Definisi

bisa dibuat hanya saja kurang menguntungkan, menurut Penulis jika

dibandingkana dengan memahami konsep fraud melalui ilustrasi kasus, tradisi

belajar ilmu hukum (Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum)32

yang

dikembangkan di Skotlandia. Beginilah situasi itu, yang hanya bisa dilukiskan

dengan memperhatikan yurisprudensi tetap yang pernah di putus di Inggris,

disamping nantinya dalam Bab ini juga dikemukakan bagaimana hal itu terjadi

di Indonesia dalam Putusan 137 yang sudah berkekuatan hukum tetap

(inkrahck van gewijde).

Di dalam kasus-kasus yang pernah diputus di Inggris itu dapat dilihat

bagaimana pemegang saham minoritas mengalami apa yang disebut dengan

fraud, suatu situasi dimana hak-hak pemegang saham minoritas itu menjadi

tumbal, terlihat seperti sandiwara reality show yang enak ditonton dan

dipelihara, karena hak-hak pemegang saham minoritas itu diinjak-injak namun

dalam banyak hal kadang-kala dijadikan bahan lawakan oleh para pemimpin

32

Lihat buku: Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga yang ditulis oleh Jeferson Kameo.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

32

masyarakat di negara itu untuk menyatukan suatu komunitas tersebut, atau

untuk membuat semacam hiburan, seolah-olah dunia ini belum pernah

dimerdekakan, alias masih ada misi penyelamatan dunia yang belum

selesaikan oleh Hukum.

Yurisprudensi pertama, Cook v Deeks33

adalah satu yurisprudensi tetap

yang penting, dimana dalam kasus itu Cook adalah satu dari empat direktur

dalam suatu perusahaan jasa konstruksi. Perusahaan jasa konstruksi itu adalah

perusahaan yang sering sekali menjalankan suatu bisnis jasa konstruksi yang

mendatangkan banyak keuntungan dengan perusahaan lain, berdimensi

transkasi bisnis internasional, yaitu the Canadian Pacific Railway Company.

Suatu waktu, ketika suatu perjanjian baru sedang berada di tingkat

negosiasi antara perusahaan tempat Cook itu dengan the Canadian Pacific

Railway Company, tiga direktur sekaligus juga adalah pemegang saham di

perusahaan tempat Cook itu bekerja menutup perjanjian itu untuk mereka

sendiri, tidak untuk perusahaan Cook juga bekerja. Ketiga direktur itu

menguasai dan memiliki total saham di perusahaan tempat Cook bekerja

sebesar 75 prosen.

Itu artinya, Cook adalah pemegang saham minoritas dalam situasi

suatu perusahaan yang sedang menjalankan operasi bisnis atau transaksi bisnis

internasional. Ketiga direktur itu membuat suatu resolusi, rapat umum

33

[1916] 1 AC 544 (PC)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

33

pemegang saham, bahwa perusahaan dimana Cook itu bekerja dan menguasai

serta memiliki saham minoritas tidak punya kepentingan dengan perjanjian

baru yang semula dinegosiasi untuk perusahaan tetapi belakangan disusupi

untuk kepentingan si tiga direktur tersebut.

Cook mengajukan gugatan ke pengadilan, mengajukan dalil bahwa

rapat umum pemegang saham (the resolution) yang dibuat oleh ketiga direktur

yang menguasai 75 prosen saham di atas tidak berlaku (ineffective) dan Cook

juga meminta hakim agar keuntungan yang diperoleh dari perjanjian yang

dibuat atas nama tiga direktur itu, dan bukan atas nama perusahan Cook juga

bersama dengan tiga direktur tersebut harus diambil dan diberikan kepada

peruahaan. Hakim dalam Cook v Deeks memberikan Putusan (holding) yang

melindungi pemegang saham minoritas dan kasus itu menjadi Landmark yang

sangat terkenal hingga saat ini. Hakim dalam kasus itu menyatakan bahwa

ketiga direktur selain Cook telah melakukan apa yang disebut sebagai fraud

terhadap pemegang saham minoritas34

.

Yurisprudensi kedua, yaitu yurisprudensi yang di dalamnya

mengandung kaedah hukum yang mendikte perlindungan terhadap pemegang

34

Yurisprudensi ini diambil dari hasil penelitian individuil Jeferson Kameo yang tidak

dipublikasikan. Penelitian Jeferson Kameo memiliki nilai reabilitas yang sangat tinggi sebab

yang bersangkutan mempunyai akses langsung ke tangan pertama. Di tengah kenyataan

bahwa begitu mahalnya biaya untuk memperoleh akses terhadap dokumen-dokumen yang

memuat kasus-kasus itu untuk diverivikasi (syarat keilmuan), yang bersangkutan (Jeferson

Kameo) membaca langsung dokumen-dokumen tempat tersimpannya kasus-kasus yang telah

menjadi Yurisprudensi itu; sebab seperti telah dikemukakan di atas, yang bersangkutan

mengenyam pendidikan tinggi hukum di Inggris dan skotlandia. Tidak banyak orang

memperoleh akses dan kesempatan yang sama, dan sebagai mahasiswa yang membutuhkan

rujukan ilmiah seperti itu merasa sangat memperoleh manfaat dari penelitian individuil atas

kasus-kasus Yurisprudensi itu.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

34

saham minoritas yaitu Re J. Beauforte (London) Ltd35

. Dalam kasus itu, di

dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (Memorandum)

mencantumkan pemberian kekuasaan atau kewenangan Perusahaan tersebut

untuk menjalankan perusahaan yaitu pembuatan pakaian dan gaun perempuan.

Hanya saja, pada kenyataannya Perusahaan tersebut yaitu J. Beauforte

(London) Ltd., justru melakukan bisnis yang lain sama sekali, yaitu membuat

venir panel dari kayu. Akibat dari keputusan Perusahaan yang tidak sejalan

dengan apa yang sudah diamanatkan di dalam AD-ART Perusahaan itu, J.

Beauforte (London) Ltd membuat perjanjian-perjanjian dengan sejumlah

developer untuk membuat suatu bangunan pabrik yang baru, demikian pula si

pihak Perusahaan, dalam hal ini J. Beauforte (London) Ltd., membuat

perjanjian-perjanjian dengan sejumlah pihak untuk mensuplai venir dan juga

anehnya batu bara yang sudah diolah (coke). Perusahaan itu kemudian

menjadi bangkrut.

Para developer dan pedagang-pedagang yang membuat perjanjian

dengan J. Beauforte (London) Ltd belum dibayar dan oleh sebab itu mereka

menggugat atas dasar perjanjian yang telah dibuat. Menarik, bahwa dalam

kasus ini baik para developer maupun pihak pedagang itu tidak berhasil

memenangkan gugatan sebab semua perjanjian itu adalah ultra vires (beyond

the powers) atau melampaui kekuasaan maupun kewenangan. Pihak minoritas

yang ikut sebagai turut tergugat di dalam gugatan itu (Re) dilindungi dari

35

[1953] 1 All ER 634. Sumber, masih merujuk kepada Penelitian individuil Jeferson

Kameo.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

35

tuntutan kepada J. Beauforte (London) Ltd untuk membayar ganti rugi. Hakim

juga mengemukakan pandangan jika semua pihak yang dirugikan, secara

konstruktif sejatinya mengetahui adanya ultra vires itu.

Yurisprudensi ketiga, yaitu yurisprudensi mengenai adanya tuntutan

hukum untuk memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas,

dalam hal hak perseorangan seorang anggota, termasuk jika si anggota itu

adalah pemegang hak atas jumlah saham yang minoritas (where the personal

rights of a member have been infringed) dirugikan. Yurisprudensi ketiga itu

adalah Pender v Lushington36

. Dalam Yurisprudensi tersebut, Anggaran Dasar

Perseroan mengandung ketentuan bahwa setiap jumlah sepuluh suara terdapat

satu hak untuk memilih, hanya saja tidak ada satu anggota pun berhak

memiliki hak untuk memilih lebih dari seratus suara (100 votes).

Agar supaya kelebihan dari saham-saham itu tetap bernilai suara,

seorang pemegang saham yang memegang dan memiliki lebih dari seribu

saham mengalihkan sisa dari saham yang tidak bernilai suara itu kepada

anggota dalam perusahaan itu bernama Pender. Orang terakhir itu merupakan

pemegang saham minoritas dalam perusahaan tersebut.

Si Direktur perusahaan tersebut, bernama Lushington, menolak untuk

menerima suara yang timbul dari saham-saham yang dikuasai oleh Pender

dan Pender pun menggugat pihak Lushington. Hakim memutus bahwa

36

[1877] 6 Ch D 70.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

36

saham-saham yang dikuasai Pender telah dialihkan secara sah, sehingga apa

yang dilakukan Lushington tidak menerima saham-saham Pender tersebut

adalah merupakan suatu pelanggaran terhadap hak Pender sebagai satu

anggota dari Perusahaan.

Disamping kaedah-kaedah hukum yang melindungi pemegang saham

minoritas sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas, dalam Yurisprudensi,

studi kepustakaan yang tetap sama merujuk kepada hasil penelitian individuil

Jeferson Kameo juga membuktikan bahwa ada kaedah-kaedah hukum

transaksi bisnis internasional yang diadopsi ke dalam beberapa regulasi yang

berkaitan dengan Undang-undang Perseroan Terbatas37

yang berlaku di

Inggris. Dalam apa yang disebut dengan The Insolvency Act 1986, seperti

diungkap Jeferson Kameo, Hakim dapat melikuidasi (wind a company up)

suatu perusahaan38

dengan alasan bahwa pembubaran perusahaan itu

merupakan suatu perbuatan yang pantas dan patut atau berkeadilan (just and

equitable to do so). Hak pemegang saham minoritas yang dilindungi di sini

terlihat dari kenyataan bahwa UU itu membolehkan, bahkan seorang

pemegang satu saham saja (a single shareholder) dapat memiliki hak untuk

menggugat tersebut.

Sementara itu, dalam UU Perseroan Terbatas Inggris sendiri

ditentukan bahwa siapa saja anggota suatu perseroan terbatas dapat

37

The Companies Act 1985, merujuk kepada hasil penelitian Jeferson Kameo yang tidak

dipublikasikan.

38

Pasal 122 – 124 of the Insolvency Act 1986, merujuk penelitian individuil Jeferson Kameo.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

37

mengajukan gugatan kepada Pengadilan atas dasar hukum bahwa urusan-

urusan dari suatu Perseroan Terbatas sedang, atau telah, atau bakal, dilakukan

dengan suatu cara yang tidak adil merugikan (unfairly prejudical) terhadap

semua anggota (shareholders) dari perusahaan itu atau kepada anggota

tertentu dari Perusahaan tersebut.

Manakala Pengadilan berpendapat bahwa perbuatan (the conduct)

yang bersangkutan adalah langkah-langkah yang tidak adil dan merugikan,

maka Pengadilan dapat melakukan: (1) memerintahkan kepada Perusahaan

tersebut untuk bertindak-tanduk menurut cara-cara tertentu yang telah

ditentukan di kemudian hari; (2) mencegah Perusahaan itu untuk melakukan

perbuatan-perbuatan tertentu; (3) memerintahkan Perusahaan itu untuk

menggugat perbuatan salah atau melawan hukum yang sudah dilakukan

kepada Perusahaan itu; (4) memerintahkan kepada beberapa anggota dari

perusahaan itu untuk membeli saham-saham yang dikuasai oleh pihak lain; (5)

membuat perintah apa saja yang menurut Pengadilan pantas39

.

Berikut di bawah ini Penulis merasa perlu untuk mengemukakan

bagaimana hakim di Inggris telah menerapkan kelima jalan perlindungan

kepada pemegang saham minoritas yang diatur oleh legislasi di negara itu, dan

yang juga dalam hal tertentu tidak terlalu berbeda dengan perlindungan

39

Hasil Penelitian Individuil Jeferson Kameo, tidak dipublikasikan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

38

terhadap pemegang saham minoritas yang dikenal dalam legislasi yang

berlaku di Skotlandia40

.

Kasus yang pertama yaitu Re HR Harmer Ltd41

. Dalam kasus itu,

pihak Harmer yaitu suatu perusahaan yang bergerak dan sukses meraup

banyak keuntungan besar dalam bidang usaha penjualan perangko-perangko

antik yang bernilai tinggi. Harmer kemudian mendirikan suatu Perusahaan

(HR Harmer Ltd) untuk membeli (take over) kegiatan usaha yang sudah

dijalankan sebelumnya oleh Harmer itu.

Kedua anak-anaknya, seperti ayah mereka, adalah merupakan direktur

dari Perusahaan yang baru didirikan oleh Harmer itu. Harmer tetap

mempertahankan hak memilih pengendalian (voting control) atas Perusahaan

itu sekalipun kedua anaknya itu menguasai dan memiliki hampir seluruh

saham dari Perusahaan itu. Ketika usia si Harmer mencapai 88 tahun, kedua

anaknya itu menggugat pengadilan meminta pembebasan (relief) dengan dalil

bahwa orang tua mereka itu benar-benar mengabaikan keinginan mereka

berdua, Harmer menjalankan Perusahaan itu seolah-olah ia masih memiliki

Perusahaan mereka tersebut.

Lagi pula, Harmer, menurut kedua anaknya itu, telah mengambil

keputusan yang sangat buruk, memekerjakan detektif swasta untuk mengawasi

40

Ibid.

41

[1958] 3 All ER 589 9CA). Hasil Penelitian Individuil Jeferson Kameo, tidak

dipublikasikan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

39

para karyawan perusahaan itu dan mengabaikan (countermaded) resolusi atau

keputusan-keputusan yang diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham

yang dilakukan oleh para direktur Perusahaan tersebut. Hakim memutuskan,

Harmer seharusnya menjadi Presiden Direktur dari Perusahaan itu seumur

hidup, namun tidak ada kekuasaan yang khusus tentang apa pun yang

diberikan kepada si Harmer, selanjutnya Harmer juga berhak atas gaji. Para

hakim itu juga memerintahkan si Harmer tidak lagi menginterfensi urusan-

urusan Perusahaan tersebut terkecuali ada keputusan yang sah untuk

melakukan hal itu yang dibuat oleh Dewan Direksi (the Board of Directors).

Sedangkan kasus yang kedua, yaitu Re Nuneaton Borough Athletic

Football Club42

. Daam kasus yang kedua itu, Perusahan hanya dikuasakan

untuk menerbitkan 2000 surat saham dengan masing-masing senilai satu

Pounsterling. Si Penggugat telah membeli 24 ribu surat saham, sekalipun

penerbitan semua surat saham itu tidak pernah dilakukan secara sah. Dengan

demikian hal itu berarti bahwa si Penggugat itu telah membelanjakan suatu

jumlah uang yang sangat besar sekali, namun saham-saham terhadap mana

uang si Penggugat itu dibelanjakan adalah saham-saham yang tidak pernah

ada.

Hakim memutus bahwa si pemilik atas dua ribu lembar saham yang

diterbitkan secara sah harus mengalihkan sebanyak 1007 kepada si pihak

Penggugat dengan suatu harga yang wajar (a fair price). Namun demikian,

42

[1989] BCLC 454. Merujuk Penelitian Individuil Jeferson Kameo.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

40

ada suatu syarat bahwa si Penggugat harus membayar suatu hutang yang

sangat besar yang telah dibuat oleh si pemegang dua ribu saham terhadap

Club (Nuneaton Borough Athletic Football Club) tersebut.

Kasus yang ketiga yaitu; Re Sam Weller and Sons Ltd43

. Si Penggugat

dalam kasus itu memiliki 42.5 prosen saham dalam suatu perusahaan yang

dikendalikan oleh Pamannya, Sam Weller. Selama tiga puluh tujuh tahun,

Perusahaan itu tidak pernah meningkatkan dividennya, sekalipun mengalami

banyak keuntungan dalam tahun-tahun terakhir sebelum kasus diajukan ke

Pengadilan.

Pada tahun 1985, dari keuntungan neto sebesar tiga puluh enam ribu

Pounsterling, si Paman hanya membayar dividen sebanyak dua ribu enam

ratus lima puluh Pounsterling. Hakim memutus bahwa apa yang dilakukan

oleh Sam Weller adalah suatu perbuatan yang disebut dengan menimbulkan

kerugian yang tidak adil (unfair prejudice) atau di Indonesia mungkin sapat

disebut dengan perbuatan melawan hukum44

. Pada saat itu, seorang hakim

yang bernama P. Gibson J mengatakan:

“It is asserted by the petitioners that the sole director is

conducting the affairs of the company for the sole benefit of

himself and his family, and that while he and his sons are taking

43

[1990] Ch 682. Lagi-lagi, merujuk Penelitian Individuil Jeferson Kameo yang tidak

dipublikasikan.

44

Sehingga menurut pandangan Penulis, di Indonesia, ketentuan yang memberikan

perlindungan kepada pemegang saham minoritas sudah ada, yaitu KUHPerdata yang

megnatur mengenai perbutan melawan hukum (PMH).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

41

an income from the company, he is causing the company to pay

inadequate dividens to the shareholders ... (whose interests may

be not only prejudiced by the policy of low dividend payments,

but unfairly prejudiced)”45

. (Maksudnya adalah; telah didalilkan

oleh para Penggugat bahwa si satu-satunya Direktur dari

Perusahaan itu telah menjalankan urusan dari Perusahaan

tersebut hanya semata-mata untuk kepentingan dirinya sendiri

dan keluarganya, dan tatkala dia dan anak-anaknya mengambil

atau meraup gaji dan pendapatan dari Perusahaan itu, dia

menyebabkan Perusahaan tersebut membayarkan dividen yang

tidak memenuhi syarat kepada para pemegang saham

Perusahaan itu ... (semua pemegang saham yang

kepentingannya mungkin saja tidak semata dirugikan oleh

kebijakan Perusahaan membayar dividen yang rendah, tetapi

lebih dari itu juga menimbulkan suatu kerugian yang tidak adil).

Demikianlah gambaran tentang studi kepustakaan mengenai kaedah

hukum dalam transaksi bisnis internasional yang memberikan perlindungan

kepada pemegang saham minotiras yang telah diadopsi di Inggris dan

skotlandia, baik oleh para hakim melalui Yurisprudensi yang berlaku di sana

dan juga dalam regulasi yang dibuat di negara-negara itu. Berikut di bawah

ini, apakah kaedah perlindungan terhadap para pemegang saham minoritas itu

juga dikenal di Indonesia dalam suatu analisis terhadap Putusan 137. Namun

sebelum analisis itu dikemukakan terlebih dahulu perlu dikemukakan di sini

gambaran tentang Putusan 137 tersebut.

45

Penelitian Individuil Jeferson Kameo.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

42

2.3. Hasil Penelitian Satuan Amatan dimana Ada Aspek Isu Kepentingan

Minoritas

Kasus yang menjadi satuan amatan, yang dalam pandangan Penulis

mengandung persoalan atau isu atau kaedah dalam hukum perdagagnan

internasional atau hukum dan transaksi bisnis internasional yang memberikan

perlindungan terhadap pemegang saham minoritas tersebut terjadi di

Pengadilan Negeri Semarang. Pengadilan Negeri Semarang memutus perkara

telah melahirkan Putusan 137. Putusan itu telah berkekuatan hukum tetap pada

21 September 2004.

2.3.1. Pihak dalam Sengketa Hak Terhadap Pemegang Saham Minoritas

Jeferson Kameo menggariskan, bahwa setiap studi, mau dikatakan

sebagai studi ilmu hukum, dalam perpektif Kontrak Sebagai Nama Ilmu

Hukum46

, maka studi itu tidak hanya menentukan bahwa sesuatu yang distudi

itu adalah suatu kontrak, namun setelah itu harus menunjuk siapa si subyek

hukum (the party to contract) yang mengemban hak-hak dan kewajiban

(obligations) di sana. Atas dasar itu, maka apa yang ada di dalam satuan

amatan Penulis, ternyata adalah bahwa pihak-pihak yang ada di dalamnya

dimulai dari Livio47

.

46

Kajian, studi Penulis terhadap buku Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang ditulis oleh Jeferson Kameo.

47

Pihak yang dalam Putusan 137 sebagai Penguggat, di atas telah disingkat hanya Livio saja.

Pihak ini elemen internasional, sehingga dimensi hukum yang ada di dalam Putusan 137

adalah hukum trainsaksi bisnis (dalam hal ini investasi saham dalam Perseroan Terbatas

Modal Asing (PMA) di Indonesia.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

43

Pihak Livio adalah seorang pekerja swasta berkebangsaan Italy. Livio

adalah pemegang saham minoritas, atau apa yang nantinya Penulis analisis

kemudian disebut dalam Bahasa Inggris Hukum sebagai protection of minority

shareholders, sebab Livio, dalam pengamatan penulis atas Putusan 137

tersebut hanya menguasai dan memiliki sepuluh prosen saham di PT. Antik

Dimensi yang berinvestasi di Demak (Indonesia).

Dua pihak lainnya yang berhadapan dengan Livio menguasai sembilan

puluh prosen saham, yaitu pihak-pihak yang digugat, dalam hal ini Ny.

Naning Tjatoerprilyani Oetami, untuk selanjutnya disebut dengan Ny.

Naning. Pihak ini sejatinya juga merupakan pemegang saham minoritas yang

harus mendapatkan perlindungan, hanya saja, kebetulan, dalam Putusan 137

ini, Ny. Naning yang bergabung dengan Mr. Tarantino berada dalam posisi

atau kedudukan yang berhadap-hadapan (vis-a-vis) dengan Livio. Ny.

Naning, sama halnya dengan Livio juga seorang pekerja swasta,

berkebangsaan Indonesia, tinggal di Semarang. Pihak (the party to contract)

selanjutnya yang juga merupakan seorang pekerja swasta berikutnya yang

sudah bekerja di Indonesia 20 tahun lebih bernama Mr. Nuzio Tarantino

(untuk selanjutnya disingkat Nuzio), berkebangsaan Italia menguasai delapan

puluh prosen saham di perusahaan yang sama.

2.3.2. Saat Mulainya Isu Hak Terhadap Pemegang Saham Minoritas

Adapun dalam duduk perkara, atau dalam hal ini Penulis istilahkan

sebagai isu dimulainya, atau saat mulainya persoalan perlindungan hukum

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

44

terhadap pemegang saham minoritas, dimilai dari dalam Putusan 137 adalah

sebagai berikut.

Berdasarkan akta Notaris Nomor: 1 tertanggal 30 Januari 2001 yang

dibuat oleh Dra. Jessica Linjani, SH., yang berkantor di Ungaran, Jawa

Tengah, dan oleh Notaris tersebut telah dibuatkan akta pendirian PT. Antik

Dimensi. Pihak yang adalah suatu perusahaan atau badan hukum itu didirikan

untuk jangka waktu tiga puluh tahun. PT. Antik Dimensi bermaksud dan

memiliki tujuan menjalankan usaha di bidang industri meubel dan

perdagangan impor/ekspor atas hasil produksi dari PT. Antik Dimensi.

Direktur PT. Antik Dimensi adalah Ny. Naning, dengan Mr. Nunzio sebagai

Komisaris. Keseluruhan Modal PT. Antik Dimensi, yang tidak dinyatakan di

atas kertas adalah tiga puluh miliar rupiah.48

Dalam rangka menunjang pelaksanaan operasional perseroan tersebut

maka dibutuhkan sebidang tanah guna mendirikan bangunan gudang dan

kantor. Kemudian diputuskan pihak PT. Antik Dimensi, sebagai subyek

hukum menggunakan tanah milik Ny. Naning, subyek hukum lainnya, di luar

keberadaan Ny. Naning sebagai Direktur PT. Antik Dimensi dan di luar pula

kedudukannya sebagai pemegang saham di PT. Antik Dimensi. Ny. Naning

adalah pemilik sebidang tanah bersertifikat hak milik Nomor 210 dengan luas

kurang lebih seribu seratus dua puluh dua meter persegi.

48

Menurut Mr. Tarantino (Nunzio), ketika berlangsungnya suatu eksekusi yang berakibat

pada tidak berartinya sama sekali Putusan 137 yang telah memberikan perlindungan terhdap

saham minoritas, Livio.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

45

Sertifikat Hak Milik atas Tanah (SHM) tersebut bertertanggal 26

Agustus 1994 dan dalam gambar situasi tertanggal 30 Juli 1994 No. :

3517/1994 tertulis atas nama Naning Tjatorpriyani Oetami (Ny. Naning)

dan dikeluarkan oleh kantor Pertanahan Kabupaten Demak Propinsi Jawa

Tengah. Perjanjian49

Nomor 1 tertanggal 01 Februari 2001 yang dibuat

dihadapan Dra. Jessica Linjani, SH.

Dalam kontrak atau Akta Perjanjian tersebut para pihak adalah Ny.

Naning berkedudukan sebagai pihak yang memberikan hak atas tanahnya

kepada Ny. Naning sendiri, namun dalam kedudukan sebagai Direktur PT.

Antik Dimensi menggunakan tanah50

tersebut. Sedangkan Mr. Tarantino,

dan dalam konteks penelitian dan penulisan karya tulis kesarjanaan ini, sudah

tentu Livio, dalam kepentingannya sebagai pemegang saham minoritas (a

minority shareholder) untuk dirinya (Livio) sendiri dan untuk PT. Antik

Dimensi sebagai Orang, atau suatu Subyek Hukum dimana Livio adalah pihak

di dalamnya, adalah sebagai pihak yang menggunakan tanah milik Ny.

Naning sebagai pribadi.

Penggunaan tanah milik Ny. Naning itu, tentu untuk mendirikan

bangunan-bangunan yang adalah milik PT. Antik Dimensi, dimana di

dalamnya juga ada kepentingan Livio sebagai pemegang saham minoritas,

dalam Perjanjian tersebut dinyatakan bahwa biaya sepenuhnya ditanggung

49

Nama Akta No. 1 tersebut bukan Sewa-Menyewa. Yang betul adalah suatu Perjanjian.

50

Bersama dengan empat bidang tanah lainnya, namun tidak disebutkan di dalam Akta

Perjanjian No. 1.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

46

oleh PT. Antik Dimensi, yang tidak saja dikuasai oleh sembilan puluh prosen

saham dari pihak Mr. Tarantino dan Ny. Naning, tetapi juga ada

kepentingan saham minoritas yaitu Livio.

Bidang tanah yang tadinya hanya satu dengan luas sebagaimana telah

dikemukakan di atas, ditambah dengan empat bidang lainnya menjadi lima

bidang tanah semuanya milik Ny. Naning sebagai pribadi, didirikan bangunan

milik PT. Antik Dimensi, dan sekali lagi di dalamnya juga ada kepentingan

pemegang saham minoritas yaitu Livio, baik letak, batas serta designya telah

diketahui oleh kedua belah pihak, dalam hal ini yaitu PT. Antik Dimensi dan

Ny. Naning, sudah barang tentu di dalannya diketahui juga oleh Livio sebagai

pemegang saham minoritas, dan disetujui oleh mereka itu.

Para pihak dalam kontrak atau Perjanjian No. 1 tersebut yang dibuat

di hadapan Notaris Ungaran Dra. Jessica Linjani SH itu bersepakat untuk

mengatasnamakan semua ijin yang berhubungan dengan bangunan tersebut

atas nama pihak Ny. Naning. Biaya serta ijin-ijin ditanggung sepenuhnya oleh

pihak PT. Antik Dimensi, yang untuk mudahnya, dan juga karena semua uang

memang pada prinsipnya keluar dari kantong Mr. Tarantino, ditanggung oleh

Mr. Tarantino secara bersama-sama, menurut cara berpikir hukum sipil yaitu

oleh Mr. Tarantino, Ny. Naning dan Livio sebagai para pemegang saham

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

47

yang dalam hal ini disebut PT. Antik Dimensi, berlaku sampai 1 Pebruari

203151

(tiga puluh tahun) terhitung sejak tanggal 1 Pebruari 2001.

Perjanjian (Akta No. 1) di atas itu menegaskan bahwa selesainya

jangka waktu tersebut tanah-tanah serta bangunan di atasnya menjadi milik

Ny. Naning52

tanpa ada kewajiban untuk melakukan ganti rugi dalam bentuk

apapun kepada PT. Antik, Perusahaan Penanaman Modal Asing. Perjanjian

itu juga menegaskan bahwa Mr. Tarantino membantu Ny. Naning untuk

mengalihkan hak dan ijin atas bangunan tersebut ke atas nama Ny. Naning

sampai selesai. Sedangkan mengenai biaya yang timbul sehubungan dengan

pengalihan hak atas kepemilikan bangunan tersebut ditanggung sepenuhnya

oleh Mr. Tarantino, dalam hal ini PT. Antik Dimensi.

Melanjutkan duduk perkara kasus dalam Putusan 137, singkat kata,

dapat Penulis katakan bahwa permasalahan dipicu, oleh pihak Livio,

51

Satu hal yang sangat menyakitkan hati, yaitu bahwa di Indonesia ini sepertinya tidak ada

yang namanya perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, atau tidak ada kepatuhan

hukum yang hukumnya ada di Indonesia, sehingga, kalau Pembaca tidak kaget, Penulis perlu

mengemukakan bahwa saat ini yang namanya PT. Antik Dimensi itu sudah tidak ada lagi. Sia-

siakah hukum yang sudah menggariskan perlindungan terhadap pemegang saham minoritas

yang nyata-nyata ada dan diakui dalam Putusan 137? Tanyakan pada rumput yang bergoyang!

52

Kalau orang mau jujur, sejatinya, Ny. Naning juga adalah pemegang saham minoritas,

sebab menguasai sepuluh prosen dari jumlah total saham PT. Antik Dimensi, namun sangat

menyedihkan, tidak hanya Livio, dalam the Indonesian Legal System Tragedy? yang bisa

dilihat terang benderang pada Putusan 137 itu, entah angin “kejahatan” apa yang bertiup, Ny.

Naning pun, hingga saat ini tidak menguasai apapun dari tanah-tanah (lima bidang) miliknya

tersebut. Dalam konteks penulisan skripsi ini, dua orang pemegang saham minoritas, yang

pertama adalah Livio dan yang kedua adalah Ny. Naning, sekaligus adalah pemilik dari

tanah-tanah tempat didirikannya bangunan-bangunan PT. Antik Dimensi, suatu transaksi

bisnis internasional, mungkin dapat dikatakan saat ini hanya bisa menatap kosong, hak-

haknya yang diambil di dalam putaran mesin sistem hukum yang mungkin bukan hukum yang

sejati, sebab tidak berpihak kepada mereka Ny. Naning, Livio dan sekaligus pemegang saham

lainnya yaitu Mr. Tarantino. Bangsa ini seolah-olah bisa dilukiskan sebagai bangsa

pemerkosa hak-hak pemegang saham minoritas?

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

48

berdasarkan fakta yang ada, bahwa pihak Ny. Naning dan Mr. Tarantino

dengan dan tanpa persetujuan dari pihak Livio sebagai salah satu pemegang

sepuluh prosen saham, atau pemegang saham minoritas, merasa bahwa PT.

Antik Dimensi telah secara sepihak dan tanpa memberitahukan kepada Livio

telah melakukan penjualan atas asset PT. Antik Dimensi kepada pihak lain

tanpa persetujuan umum dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Padahal, Pasal 11 Ayat (4) Anggaran Dasar Perseroan (AD-ART )

menyatakan bahwa seharusnya pemegang saham minoritas seperti Livio yang

merupakan bagian dari RUPS perlu dimintakan persetujuannya (audi alteram

partem). Rumusan ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: “perbuatan

hukum untuk mengalihkan melepaskan hak atau menjadikan jaminan utang

seluruh atau sebagian besar harta kekayaan perseroan, dalam satu tahun

buku baik dalam satu transaksi atau beberapa transaksi yang berdiri sendiri

ataupun yang berkaitan satu sama lain harus mendapat persetujuan rapat

umum pemegang saham (RUPS)”.

Memang betul, bahwa Anggaran Dasar Perseroan (AD-ART) PT.

Antik Dimensi juga menegaskan bahwa persetujuan RUPS terkait dengan

harta benda PT. Antik Dimensi harus di setujui 90% (sembilan puluh persen).

Seperti telah dikemukakan di atas, rincian modal awal PT. Antik Dimensi

yaitu pihak Ny. Naning selaku Direktur: 10% Mr. Tarantino selaku

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

49

Komisaris 80% dan Pihak Livio 10% dengan total keseluruhan modal tiga

puluh juta rupiah53

.

Artinya, berdasarkan kaedah tersebut di atas, sebetulnya menurut

argumentasi pihak Ny. Naning dan pihak Mr. Tarantino pemungutan suara

terkait dengan RUPS pada PT. Antik Dimensi adalah sah Mengingat 90%

saham adalah gabungan saham dari saham milik Ny. Naning dan Mr.

Tarantino. Sementara, pihak Livio hanya menguasai 10% saham; atau

mungkin dalam konteks penulisan skripsi ini hanyalah pemegang saham

minoritas, jadi dapat diabaikan dalam hal ini. Mungkin karena itulah maka

hakim yang memutus Putusan 137 degan pertimbangan-pertimbangan yang

ada memutuskan dan mengabulkan permohonan penggugat sebagai pemegang

saham minoritas yang merasa tidak dianggap dan dikesampingkan.

Memang, harus diakui, bahwa dalam Putusan 137, ada bangunan

argumen bahwa pihak Ny. Naning juga mengakui, tidak diperlukan adanya

persetujuan dari pihak Livio karena kepemilikan saham pihak Livio, yang

sama dengan kepemilikan saham miliknya berjumlah hanya 10% (Minoritas).

Karenanya, tanpa kehadiran pihak Livio, dua pihak lainnya yang mayoritas,

yaitu Ny. Naning dan Mr. Tarantino dengan kepemilikan sahamnya adalah

90 %, menurut pihak Ny. Naning dan Mr. Tarantino bisa mengambil

keputusan mengenai apapun menyangkut perseroan tanpa perlu adanya RUPS,

dalam hal ini mereka boleh mengesampingkan perjanjian yang telah mereka

53

Perhitungan di atas kertas.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

50

buat dan tandatangani sendiri, sebagaimana durumuskan dalam Pasal 11 Ayat

4 AD-ART PT. Antik Dimensi.

Itulah sebabnya dalam Putusan 137 dinyatakan bahwa dengan

pertimbangan bahwa Ny. Naning dan Mr. Tarantino sendiri mengakui

bahwa mereka membuat akta-akta Nomor 12 dan Nomor 13 dengan

mengesampingkan Pasal 11 ayat 4 AD-ART Perseroan, yang di dalamnya

secara tegas menentukan harus mendapat persetujuan dalam RUPS vide

salinan akta tanggal 30 Januari 2001 No. 1 Akta pendirian perseroan terbatas

PT. Antik Dimensi yang sudah dikatakan di atas, dibuat dihadapan Notaris

Dra. Jessica Linjani, SH.54

Sekalilagi perlu dikemukakan bahwa Putusan 137 juga mencatat

bahwa selain diakui, Ny. Naning dan Mr. Tarantino juga telah

mengesampingkan keberadaban Pasal 11 Ayat (4) AD-ART dimaksud, yaitu:

“perbuatan hukum untuk mengalihkan melepaskan hak atau

menjadikan jaminan untang selain atau sebagian besar harta

kekayaan “perseroan” dalam satu tahun buku baik di dalam satu

transaksi atau beberapa transaksi yang berdiri sendiri ataupun

yang berkaitan satu sama lain harus mendapat persetujuan rapat

umum pemegang saham yang sendiri atau diwakili para

pemegang saham yang memiliki paling sedikit 3/4 (tiga per

empat) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara

yang sah dan paling disetujui oleh paling sedikit 3/4 (tiga per

empat) bagian dari jumlah seluruh suara yang dikeluarkan

secara sah dalam rapat”.

54

Vide, bukti P – 1 / T I – II 1.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

51

Kedua pihak pemegang saham mayoritas di atas juga membangun

argumentasi mereka bahwa tidak hanya ketentuan sebagaimana dikemukakan

di atas, namun lebih dari pada itu, ternyata dalam Pasal 22 Ayat (8) AD-ART

Perseroan, juga mengakui bahwa:

“Pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang sah

tanpa mengadakan rapat umum pemegang saham dengan

ketentuan semua pemegang saham telah diberi tahu secara

tertulis dan semua pemegang saham memberikan persetujuan

mengenai usul yang diajukan secara tertulis serta

menandatangani persetujuan tersebut, keputusan yang diambil

dengan cara demikian mempunyai kekuatan yang sama dengan

keputusan yang diambil dengan sah dalam rapat umum

pemegang saham”.

Dengan memertimbangkan bahwa apa yang diatur didalam AD-ART

perseroan tersebut di atas adalah mengikat dan harus dilaksanakan oleh Ny.

Naning dan Mr. Tarantino juga oleh pihak Livio sebagai Penggugat yang

dalam hal ini merupakan pemegang saham minoritas dalam perspektif

penulisan dan penelitian karya tulis ilmiah dalam bidang hukum di Fakultas

Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ini, kemudian dengan

memertimbangkan bahwa terhadap akta notaris No. 1 tanggal 30 Januari 2001

tersebut tidak pernah diadakan perubahan apapun; ditambah dibuatnya akta

Nomor 12 dan 13 tanggal 14 Desember 2001 di hadapan Subiyanto Putro,

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

52

SH., yang berkantor di Semarang oleh Ny. Naning dan Mr. Tarantino,55

adalah bertentangan dengan AD-ART PT. Antik Dimensi, maka apa yang

dilakukan tersebut, tertera di dalam Putusan 137 sebagai sesuatu yang menurut

hukum dapat dikwalifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum (PMH).

Demikian dalil yang dikemukaan oleh Livio.

Sejalan dengan itu, dengan memertimbangkan bahwa akta notaris

Nomor 12 dan 13 pada tanggal 14 Desember 2001 tersebut di atas telah

dinyatakan tidak sah dan batal demi hukum, maka dengan demikian, para

Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Semarang pada waktu itu memandang

bahwa tuntutan pihak Livio, yang dalam koneks penulisan karya tulis ini

harus dilihat sebagai pemegang saham minoritas menganai hal itu dapat

dikabulkan.

Majelis Hakim juga sempat memertimbangkan apakah akta Perjanjian,

akta notaris Nomor 1 tanggal 01 Februari 200156

beralasan hukum untuk

dinyatakan sah atau tidak. Maka menurut para Majelis Hakim, akta Perjanjian

dimaksud adalah merupakan perjanjian antara Ny. Naning dan Mr.

Tarantino yang isinya antara lain menyangkut keberadaan dan kepentingan

perseroan PT. Antik Dimensi. Dengan demikian, menurut Majelis Hakim, bila

dihubungkan dengan keberadaban bukti-bukti yang diajukan ke hadapan

Persidangan maka secara hukum ada hak dan kepentingan penggugat yang

55

Bukti P-2 dan P-3 / T I-II-2 dan T I-II-3.

56

Bukti TI – II – 4.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

53

mengikat dan yang harus dilindungi57

. Oleh karenanya adalah beralasan

apabila berdasarkan hukum, akta perjanjian, akta notaris No. 1 tanggal 01

Februaru 200158

yang dibuat di hadapan Notaris Dra. Jesicca Linjani SH

tersebut untuk dinyatakan sah. Majelis Hakim mengabulkan tuntutan pihak

Livio sebagai pihak yang merupakan pemegang saham minoritas.

2.3.3. Remedy, Bentuk Perlindungan Bagi Pemegang Saham Minoritas

Suatu hal menarik yang perlu dikemukakan di sini sehubungan dengan

aspek perlindungan terhadap pemegang saham minoritas adalah aspek ganti

kerugian atau remedy. Majelis hakim mempertimbangkan bahwa walaupun

suatu kerugian yang timbul karena keberadaan suatu perkara aquo dan tidak

dapat dimintakan terhadap pihak lawan, namun secara kasuistis tuntutan ganti

kerugian dimaksud dapat dinilai dari sisi kepatutan dan kewajaran.

Menurut Majelis Hakim dalam Putusan 137 tersebut, karena dalam

perkkara itu ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Ny. Naning

dan Mr. Tarantino, maka sebagai kompensasi hukum atas perbuatan

melawan hukum yang dilakukan, dan karena ada tuntutan ganti kerugian yang

dituntut oleh pihak Livio, yang dalam hal ini harus dibaca sebagai

kepentingan pemegang saham minoritas, maka Majelis Hakim dalam Putusan

137 itu melihat atau menilai bahwa adalah sesuatu yang patut dan wajar dan

karenanya menurut Majelis Hakim Pengadilan Negeri di Provinsi Jawa

57

Konteks penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah dalam bidang hukum ini, maka hal itu

harus dilihat sebagai perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, yang analisisnya

akan dikemukakan Penulis dalam bagian analisis.

58

Ibid.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

54

Tengah itu memandangnya sebagai beralasan untuk mengabulkan tuntutan

ganti rugi tersebut dan memberikan remedy berupa ganti rugi. Dalam bahasa

Inggris hukum, hal ini dikenal dengan damage.

Mengenai tuntutan pihak Livio, dalam hal ini harus dilihat sebagai

tuntutan pemegang saham minoritas, yaitu tuntutan tentang putusan serta-

merta, ditolak oleh majelis hakim. Majelis hakim beralasan bahwa tuntutan

serta-merta itu tidak memenuhi persyaratan yang dikehendaki oleh Pasal 180

HIR. Selanjutnya, mengingat gugatan pihak Livio dikabulkan sebagian, maka

biaya perkara dibebankan kepada Ny. Naning dan Mr. Tarantino.

Para Majelis hakim, berdasarkan perhatian mereka terhadap pasal-

pasal dan peraturan-peraturan hukum yang bersangkutan kemudian pada

waktu itu mengadili bahwa mereka mengabulkan gugatan pihak Livio untuk

sebagian dan menyatakan menurut hukum bahwa perbuatan Ny. Naning dan

Mr. Tarantino di atas adalah perbuatan melawan hukum (PMH). Atas dasar

itu Majelis Hakim juga mengatakan tidak sah dan batal demi hukum akata

Nomor 12 dan 13 tanggal 14 Desember 2001 yang dibuat di hadapan

Subiyanto Putro, SH., Notaris di Semarang dengan segala akibat hukumnya.

Majelis hakim juga menyatakan sah menurut hukum akta No.: 1

tertanggal 01 Februari 2001 tentangg Perjanjian yang dibuat di hadapan Dra.

Jessica Linjani, SH., Notaris di Ungaran. Dalam Putusan 137 tersebut,

Majelis Hakim kemudian menghukum Ny. Naning dan Mr. Tarantino untuk

membayar ganti rugi terhadap penggugat lima puluh juta rupiah.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

55

Ganti kerugian atau dalam koneks penulisan karya tulis ini harus

dibaca sebagai ganti kerugian dalam rangka memulihkan hak-hak dan

kepentingan pemegang saham minoritas itu terdiri dari kerugian immateriil

sebesar dua puluh lima juta rupiah dan materiil sebesar dua puluh lima juta

rupiah. Majelis Hakim juga menghukum Ny. Naning dan Mr. Tarantino

untuk membayar ongkos biaya perkara sebesar dua ratus enam puluh sembilan

ribu rupiah. Selebihnya majelis hakim menolak gugatan pihak Livio untuk

selain dan selebihnya.

2.4. Analisis Kaedah Hak Hukum terhadap Pemegang Saham Minoritas

Setelah mengemukakan studi kepustakakaan yang mebahas mengenai

isu perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas (protection of

minority shareholders), selanjutnya diikuti dengan pemaparan gambaran hasil

penelitian, yaitu Putusan 137 Pengadilan Negeri Semarang sebagaimana telah

dikemukakan di atas, maka kini tiba gilirannya bagi Penulis untuk

mengemukakan analisis terhadap Putusan 137 untuk melihat apakah kaedah-

kaedah perlindungan hukum yang berdimensi hukum perdagangan atau

transaksi bisnis internasional terhadap pemegang saham minoritas yang

dikemukakan dalam studi kepustakaan itu juga ada dan diakui di dalam sistem

hukum Indonesia, dalam hal ini dipergunakan juga oleh para hakim misalnya,

dalam mengadili dan memutus kasus yang diajukan kepada mereka. Analisis

berikut di bawah ini dimulai dari bagaimana aspek sejarah isu perlidungan

terhadap pemegang saham minoritas tersebut, baik yang berlaku dan dikenal

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

56

dan dibahasa di Indonesia, setidak-tidaknya telah dikemukakan di atas oleh

Penulis, dimulai dari pendapat para ahli hukum yang menekuni bidang

perseroan terbatas, kemudian dilanjutkan dengan hakikat dari perlindungan

terhadap pemegang saham minoritas sabagai suatu kontrak dan hal-hal yang

lebih detail yaitu transposisi antara kaedah-kaedah yang ada di dalam studi

kepustakaan dengan apa yang ada di dalam Putusan 137.

2.4.1. Sejarah Pergumulan Memikirkan Hak atas Pemegang Saham

Minoritas

Pergumulan pemikiran tentang bagaimana sistem hukum di muka

bumi ini memberikan perhatian terhadap isu perlindungan terhadap pemegang

saham minoritas itu sesungguhnya, seperti telah Penulis kemukakan di atas,

terjadi di mana saja, khususnya dalam konteks penelitian ini terjadi di

Indonesia, maupun di Inggris dan Skotlandia.

Hal seperti itu terbukti dengan apa yang sudah Penulis kemukakan di

atas, sudah mulai dipikirkan oleh para ahli yang melakukan spesialisasi dalam

melihat aspek perlindungan terhadap pemegang saham minoritas itu, terutama

ahli hukum perusahaan di Indonesia dan juga di Inggris dan Skotlandia.

Di Indonesia, Tri Budiono, kajian yang paling kontemporer mnegenai

aspek perbadingan hukum atas perlindungan terhadap pemagang saham

minoritas ini, seperti dikemukakan di atas, mengemukakan bahwa prinsip hak

suara yang dianut dalam UU PT adalah satu saham satu suara (one share one

vote). Prinsip inilah yang seringkali disebut sebagai demokrasi perusahaan atau

demokrasi kapitalisme. Apabila dilihat dari sejarah perkembangannya,

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

57

demokrasi perusahaan atau demokrasi kapitalisme ini mengadopsi demokrasi

politik yang berbasiskan pada orang (one man one vote). Tetapi dalam

demokrasi perusahaan, basis orang (one man one vote) dimodifikasi menjadi

basis uang (one share one vote) yang terpresentasikan dalam bentuk share

(stock). Dari aspek ini, mempersamakan (satuan) orang dengan (satuan) uang

sejatinya, menurut Tri Budino, sesuatu yang berada di luar kaedah hukum

namun aspek politik, merupakan bentuk dehumanisasi. Demokrasi perusahaan,

telah melahirkan tirani mayoritas yang berada di tangan pemegang saham

mayoritas. Satu orang pemegang saham yang memiliki saham Perseroan 51%

dapat mengalahkan 1000 orang yang apabila dikalkulasi jumlah saham yang

dimilikinya hanya 49%. Kondisi demikian sejatinya telah melahirkan

kesempatan penyalahgunaan posisi –khususnya yang dapat dilakukan oleh

pemegang saham mayoritas- yang dapat merugikan pemegang saham

minoritas.

Kondisi ini, seperti telah diungkapkan dalam Bab I, merujuk Tri

Budiono, masih diperparah oleh peran yang dilakukan oleh pengurus

Perseroan (Direksi) dan Dewan Komisaris yang cenderung berfihak pada

pemegang saham mayoritas. Pemegang saham minoritas yang secara

posisional jauh lebih lemah apabila dibandingkan dengan pemegang saham

mayoritas, sangat sulit ketika mereka harus berhadapan dengan konspirasi

pemegang saham mayoritas Direksi dan Dewan Komisaris. Hal lain yang turut

memperlemah kedudukan pemegang saham minoritas adalah prinsip persona

standi in judicio (capacity standing in court or in judgement), yaitu hak untuk

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

58

mewakili Perseroan baik di depan maupun di luar pengadilan. Secara normatif,

posisi ini hanya terbuka pada pemegang saham mayoritas.59

Meskipun kutipan

di atas tampak menyesali keadaan tirani mayoritas dalam suatu perseroan

terbatas, namun penulis yang pandangannya Penulis kutip itu, mungkin secara

sengaja menyembunyikan kaedah hukum bisnis internasional yang secara

historis sudah mulai bertumbuh di dalam penelitian itu dapat dirujuk untuk

memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas yang

berinvestasi dalam suatu perseroan terbatas.

Sebelum itu, orang lainnya juga yaitu Rudhi Prasetya mengemukakan

pandangannya mengenai aspek sejarah bagaimana Indonesia yang didikte oleh

hukum memikirkan cara yang terbaik dalam rangka menanggapi persoalan

atau legal isu kepentingan dari pemegang saham minoritas (minority interests)

tersebut mengemukakan keluhan yang sama dengan kaedah yang dia pinjam

dari Belanda yang dinamakan dengan enqueterech dalam memberikan

perlindungan dimaksud.

Dalam penjelasan umum undang-undang Perseroan Terbatas, menurut

Rudhi Prasetya, berkali-kali dijelaskan bahwa, dalam menyusun undang-

undang ini sangat diperhatikan untuk memberikan perlindungan kepada

pemegang saham minoritas. Sebagaimana kita ketahui, dalam setiap

pengambilan keputusan dalam PT berlaku asas pemungutan suara (vooting).

Dalam hubungan ini maka akan menjadi sangat lebih kedudukan seorang

59

Dr. Tri Budiyono, SH. M.Hum., Loc. Cit., hlm., 97-98.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

59

pemegang saham yang prosentase dari saham yang dimilikinya lebih kecil dari

presentase pemegang saham lainnya. Dalam hubungan inilah memang

diperlukan adanya mekanisme yang melindungi kepentingan pemegang saham

minoritas yang bisa tertindas itu. Saya melihat memang telah dirasakan perlu

sekali adanya perlindungan terhadap pemegang saham minoritas60

tersebut.

Terlebih-lebih manakala kita melihat praktek go-publik PT-PT yang

ada di Indonesia, rata-rata atas saham yang listing dan dijual memasuki bursa

tersebut keseluruhannya tidak lebih dari 30% dari seluruh saham yang

ditempatkan. Tujuh puluh prosen dari saham yang ada masih tetap dikuasai

dan dipegang oleh para pendiri atau yang dinamakan pula “pemegang saham

utama”. Pada hal para pemegang saham minoritas sebersar 20% tersebut

tersebar luas di antara publik. Telah lama melalui berbagai tulisan saya, telah

saya ingatkan perlu adanya suatu lembaga yang memberikan perlindungan

terhadap pemegang saham minoritas dari kekalahannya dalam pemungutan

suara dalam RUPS, seperti yang di negara Belanda dinamakan enqueterech.

Adapun menurut Rudhi Prasetya, sebagaimana telah dikemukakan

pula juga oleh Penulis dalam Bab I, pada intinya, lembaga ini memberikan

hak kepada pemegang saham minoritas untuk memohon melalui Pengadilan

60

Hal ini di dalam Literatur di Inggris disebut dengan isu protection of minority interests.

Hasil penelitian individual yang dilakukan oleh Jeferson Kameo SH., LL.M., Ph.D dalam

suatu kasus yang sangat terkenal yaitu Foss v Harbottle yang diputus dalam tahun 1843 di

Inggris membuktikan bahwa apa yang dikemukakan oleh Dr. Parsetyo di atas itu sudah

dipikirkan di Inggris dengan istilah protection of minority interests. Prinsip itu dibangun

sebagai pengecualian atas “kemutlakan” majority rule yang mendapat ekspresi dalam Foss v

Harbottle (1843) 2 Hare 461., dirujuk dari penelitian individuil di atas yang tidak

dipublikasikan.

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

60

untuk dilakukannya pemeriksaan pada perseroan berhubung terdapat dugaan

adanya kecurangan-kecurangan atau hal-hal yang disembunyikan oleh

pemegang saham mayoritas. Mengapa melalui pengadilan? Dipikirkan, di satu

pihak perlu diberikannya perlindungan terhadap pemegang saham minoritas,

tetapi di lain pihak kemungkinan dapat disalahgunakan oleh para competitor

(pesaing dagang), yang dengan sengaja membeli sejumlah saham kecil

semata-mata untuk mengetahui rahasia perusahaan. Dengan permohonan

melalui hakim, dapat diharapkan hakim akan berperan untuk menapis, sampai

sejauh mana memang beralasan permintaan pemeriksaan pemegang saham

bersangkutan”61

.

Seperti ungkapan dalam kutipan di atas, satu hal yang memperlemah posisi

dari pemegang saham minoritas yaitu prinsip persona standi in judicio

(capacity standing in court or in judgement), yaitu hak untuk mewakili

Perseroan baik di depan maupun di luar pengadilan, dimana secara normatif,

posisi tersebut hanya terbuka pada pemegang saham mayoritas. Disamping

hal-hal seperti yang telah Penulis kemukakan di atas, yang sudah

terlebihdahulu Penulis singgung dalam Bab I Skripsi ini62

, khusus mengenai

bagaimana hukum memberikan perindungan terhadap hak pemegang saham

minoritas yang berdimensi hukum perdagangan internasional, termasuk di

dalamnya persona standi in judicio, terungkap dari kutipan di atas, terkesan

61

Prof. Dr. Rudhi Prasetya, S.H., Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, hlm., 229-231.

62

Lihat Bab I, hlm 8

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

61

belum diperhatikan secara serius dalam sistem hukum pada umumnya,

menurut penulis di atas, apalagi oleh sistem hukum positif Indonesia,

demikian kata penulis tersebut. Itulah sebabnya di bawah ini analisis disusun

oleh Penulis dengan maksud membahas dan menemukan cara yang ada, di

balik kaedah hukum perdagangan internasional yang sudah dikenal dalam

rangka memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas dalam

suatu perseroan terbatas, dalam hal ini khususnya dalam memberikan

perlindungan kepada pemegang saham minotiras dalam suatu bisnis atau

transaksi/perdagagnan internasional.

Penulis, berasumsi bahwa secara historis, sudah lama sejatinya,

termasuk yang secara implisit terkandung di dalam Pasal 1365 KUHPerdata,

PMH, ada perkembagan pemikiran dan pergulatan untuk menghadirkan

kaedah perlindungan hukum itu dalam sistem hukum di Indonesia. Dimensi

terakhir dari analisis sisi historis pergulatan pemikiran mengenai bagaimana

hukum memberikan perlindungan kepada pemegang saham minoritas tersebut

adalah bahwa apabila dibandingkan antara sistem hukum Inggris dan apalagi

Skotlandia dengan sistem hukum Indonesia, maka Inggris dan Skotlandia,

dilihat dari tahun kasus Landmark dimana hak pemegang saham minoritas

persona standi in judicio mulai dipikirkan oleh para hakim, sebagaimana

dikemukakan di atas, jauh lebih dahulu memikirkan mengenai hal itu. The rule

in Foss v Harbottle misalnya sudah diputus atau dibuat pada tahun 1843,

sedikit lebih tua dari lembaga penundukan diri kepada hukum perdata Eropah

yang sudah diberlakukan juga kepada golongan Timur Asing dan lain-lain di

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

62

Hindia Belanda dalam tahun 192563

, namun agak lebih muda jika

dibandingkan dengan pembentukan peraturan hukum perdata yang dilakukan

oleh Napoleon sebelumnya.

2.4.2. Hakikat Hak terhadap Pemegang Saham Minoritas (Suatu Kontrak)

Dalam sub-judul 2.2.2. di atas64

, telah Penulis kemukakan suatu hasil studi

kepustakaan Penulis bahwa di dalam perspektif ilmu hukum, dalam hal ini

Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum, setiap kaedah itu haruslah dilihat

sebagai suatu kontrak (a contract). Itu berarti, termasuk kaedah-kaedah

(obligations) yang berdimensi memberikan perlindungan kepada kepentingan

pemegang saham minoritas (protection of the minority shareholders) dalam

suatu Perusahaan seperti Perseroan Terbatas pun adalah contracts.

Apabila prinsip seperti itu dipergunakan untuk membadah atau

menganalisis Putusan 137, maka tampak dengan jelas pula bahwa para hakim

Indonesia, dalam hal ini Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan

memutus perkara 137 juga menganut prinsip yang sama. Termasuk di

dalamnya para notaris yang membuat akta-akta pendirian perusahaan, seperti

akta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PT. Antik Dimensi.

Bahwa kaedah pemberian perlindungan terhadap pemagang saham minoritas,

dalam hal ini kepada si pihak Livio dalam Putusan 137 itu adalah suatu

kontrak, jelas nampak dalam Akta yang dirujuk oleh Putusan 137:

63

Mengenai tahun-tahun sejarah berlakunya KUHPerdata di Indonesia, di mana ketentuan

mengenai perbuatan melawan hukum ada di dalamnya, lihat Seluk Beluk dan Asas Asas

Hukum Perdata yang ditulis oleh Riduan Syahani SH., Alumni, Bandung, 2000, hlm., 4 – 20.

64

Lihat Bab II, hlm 26.

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

63

Pasal 11 Ayat (4) Anggaran Dasar Perseroan (AD-ART ) menyatakan

bahwa seharusnya pemegang saham minoritas seperti Livio yang merupakan

bagian dari RUPS perlu dimintakan persetujuannya (audi alteram partem).

Rumusan ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: “perbuatan hukum untuk

mengalihkan melepaskan hak atau menjadikan jaminan utang seluruh atau

sebagian besar harta kekayaan perseroan, dalam satu tahun buku baik dalam

satu transaksi atau beberapa transaksi yang berdiri sendiri ataupun yang

berkaitan satu sama lain harus mendapat persetujuan rapat umum pemegang

saham (RUPS)”. Para Majelis Hakim, yang dalam hal ini memandang pasal-

pasal itu sebagai suatu kontrak, sekalipun tidak dinyatakan secara eksplisit,

berdasarkan perhatian mereka terhadap pasal-pasal dan peraturan-peraturan

hukum yang bersangkutan kemudian pada waktu itu mengadili bahwa mereka

mengabulkan gugatan pihak Livio untuk sebagian dan menyatakan menurut

hukum bahwa perbuatan Ny. Naning dan Mr. Tarantino di atas adalah

perbuatan melawan hukum (PMH).

Demikian pula, karena menganggap bahwa ketentuan-ketentuan dalam

Akta-akta di atas merupakan suatu kontrak, meskipun tidak secara eksplisit,

atas dasar itu Majelis Hakim juga mengatakan tidak sah dan batal demi hukum

akata Nomor 12 dan 13 tanggal 14 Desember 2001 yang dibuat di hadapan

Subiyanto Putro, SH., Notaris di Semarang dengan segala akibat hukumnya.

Sebagaimana diketahui, seperti yang selama ini dipahami, namun karena

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

64

kekuasaan65

dianggap lain, dengan dinyatakan batalnya Akta No. 12

menyebabkan jual-beli seharusnya batal demi hukum (null and void).

2.4.3. Saat Mulainya Isu Hak Terhadap Pemegang Saham Minoritas

Sebagai suatu kontrak, maka harus pula ditentukan kapan sejatinya

hak, dalam hal ini perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham

minoritas itu dimulai. Sebagaimana terlihat dalam gambaran hasil penelitian

terhadap Putusan 137 di atas, hak untuk memperoleh perlindungan terhadap

Livio sebagai pihak dalam perjanjian itu, sudah tentu lahir sejak adanya akta

pendirian perseroan terbatas PT. Antik Dimensi. Selain itu, dalam pengamatan

Penulis, hak seperti itu semakin nyata terancam dan oleh sebab itu mulai

dirasakan betapa pentingnya perlindungan seperti itu diberikan oleh hukum,

ketika pembuatan Akta No. 1 di hadapan Notaris Dra. Jesicca Linjani SH.

Dalam kontrak atau Akta Perjanjian tersebut para pihak adalah Ny. Naning

berkedudukan sebagai pihak yang memberikan hak atas tanahnya kepada Ny.

Naning sendiri, namun dalam kedudukan sebagai Direktur PT. Antik Dimensi

menggunakan tanah66

tersebut. Sedangkan Mr. Tarantino, dan dalam konteks

penelitian dan penulisan karya tulis kesarjanaan ini, sudah tentu Livio, dalam

kepentingannya sebagai pemegang saham minoritas (a minority shareholder)

untuk dirinya (Livio) sendiri dan untuk PT. Antik Dimensi sebagai Orang,

atau suatu Subyek Hukum dimana Livio adalah pihak di dalamnya, adalah

sebagai pihak yang menggunakan tanah milik Ny. Naning sebagai pribadi.

65

Hal itu tidak dibahas oleh Penulis dalam karya tulis ini, namun Putusan-putusan yang

berkaitan dengan Putusan 137 yang telah menyebabkan pelaksanaan kaedah hukum dalam

Putusan 137 terkesan tidak pasti dilampirkan dalam Skripsi ini. 66

Bersama dengan empat bidang tanah lainnya, namun tidak disebutkan di dalam Akta

Perjanjian No. 1.

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

65

Penggunaan tanah milik Ny. Naning itu, tentu untuk mendirikan bangunan-

bangunan yang adalah milik PT. Antik Dimensi, dimana di dalamnya juga ada

kepentingan Livio sebagai pemegang saham minoritas, dalam Perjanjian

tersebut dinyatakan bahwa biaya sepenuhnya ditanggung oleh PT. Antik

Dimensi, yang tidak saja dikuasai oleh sembilan puluh prosen saham dari

pihak Mr. Tarantino dan Ny. Naning, tetapi juga ada kepentingan saham

minoritas yaitu Livio.

2. 4.4. Analisis Perbandingan dengan Yurisprudensi Inggris Persona

Standi in Judicio

Sementara itu, apabila lebih jauh dianalisis secara membandingkan

dengan sistem hukum Inggris, baik yang ada di dalam Yurisprudensi negara

itu maupun legislasi, mengenai kapankan kepentingan pemegang saham

minoritas itu membutuhkan perlindungan oleh hukum dapat dikemukakan

sebagai berikut.

Studi pustakan di atas memperlihatkan bahwa di Inggris, posisi dari

pemegang saham minoritas menurut kaedah hukum yang mengatur mengenai

perdagangan internasional dimulai dari munculnya suatu kaedah yang

bernama the rule in Foss v Harbottle. Kaedah yang bernama Foss v Harbottle

mengandung hukum yang mengatur bahwa manakala ada perbuatan melawan

hukum atau kesalahan yang dilakukan terhadap suatu perusahaan maka hanya

perusahaan itu sajalah yang mempunyai hak untuk mengajukan gugatan dalam

kaitannya dengan perbuatan tersebut. Dalam analsis ketika studi kepustakaan

di atas dilakukan, Penuls mengemukakan bahwa di sinilah muncul persoalan

Page 50: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

66

bagi pemegang saham minoritas yang dirasakan tidak begitu terlindungi dalam

suatu perusahaan oleh ketentuan peraturan yang pernah berlaku. Kasus Foss v

Harbottle67

bermula dari dua orang anggota dari suatu perusahaan yang

menggugat lima orang direktur dari perusahaan tersebut sebab para direktur

itu telah menjual tanah dengan harga yang sudah di-mark-up atau ditinggikan

dari harga normal kepada perusahaan yang mereka nahkodai itu sehingga

dengan demikian perusahaan itu mengalami kerugian. Apabila hal itu

dibandingkan dengan yang terjadi dalam Putusan 137, memang harus diakui

kedua-duanya menyatakan bahwa hal itu merupakan suatu bentuk “perbuatan

melawan hukum”.

Hanya saja, yang berbeda antara Foss v Harbottle dengan Putusan 137

adalah bahwa dalam Foss v Harbottle anggota perusahaan dalam hal ini

pemegang saham pengendali (controling shareholders) lah yang mempunyai

kekuasaan untuk mewakili perusahaan dalam menggugat perusahaan.

Sementara dalam Putusan 137, pihak yang ada adalah pihak yang dirugikan

secara langsung, dalam hal ini Livio. Tidak dijelaskan di dalam Putusan 137,

kedudukan Livio ketika dia mengajukan gugatan terhadap kedua pemegang

saham, dalam hal ini gabungan antara pemegang saham minoritas lainnya dan

pemegang saham pengendali (Ny. Naning dan Mr. Tarantino), apakah dia

berkedudukan sebagai anggota, shareholders ataukah Livio sendiri, terlepas

dari kedudukannya sebagai pemegang saham. Di tengah kekaburan (dubious)

67

(1843) 2 Hare 461. Dikutip dari Jeferson Kameo, Hasil Penelitian Ilmiah yang tidak mau

Dipublikasikan.

Page 51: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

67

seperti itu, maka apabila kaedah yang ada di dalam Putusan 137

ditransposisikan kepada Foss v Harbottle, maka Yurisprudensi Inggris itu

sangat menolong, dalam hal ini memastikan bahwa dalam Putusan 137 itu

Livio berkedudukan sebagai pemegang saham, dan dalam hal ini relevan,

yaitu bahwa Livio adalah pemegang saham minoritas. Dalam terang

perspektif Foss v Harbottle seperti itu, apa yang ada di dalam Putusan 137,

menurut pendapat Penulis, jauh lebih maju jika dibandingkan dengan kaedah

yang dibangun dalam sistem hukum Inggris. Kemajuan itu adalah bahwa

dalam sistem Putusan 137, si pemegang saham minoritas mempunyai persona

standi in judicio, tanpa harus menggunakan Re, seperti yang ada di dalam

putusan-putusan setelah Foss v Harbottle diterobos. Dalam sistem Re, seperti

putusan-putusan setelah Foss v Harbottle yang hendak membenahi

Yurisprudensi itu, si pemegang saham minoritas yang merasa dirugikan harus

meminta kepada pemegang saham pengendali untuk mewakili dirinya (Foss v

Harbottle), sedangkan dalam putusan-putusan setelah Foss v Harbottle

pemegang saham minoritas harus meminta kepada hakim terlebih dahulu

untuk memperoleh persona standi in judicio.

2.4.5. Isu Sekitar Justifikasi Hak terhadap Pemegang Saham Minoritas

Dalam studi kepustakaan yang juga telah dikemukakan di atas,

Jeferson Kameo dalam temuan penelitian yang tidak dia publikasikan

menyatakan bagaimana hukum mendikte (the Law dictates) para hakim

Inggris bertransposisi terhadap hukum di Skotlandia untuk mematuhi kaedah

hukum perdagangan internasional dalam memberikan perlindungan terhadap

Page 52: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

68

pemegang saham minoritas dalam beberapa situasi atau isi hukum. Isu ini

adalah isu justifikasi terhadap pemegang saham minoritas dalam

mengusahakan perlindungan bagi mereka. Artinya, kalau ada keadaan

sebagaimana dikemukakan di bawah ini terjadi, maka si pemegang saham

minoritas dapat dibenarkan (dijustifikasi) untuk meminta perlindungan

hukum, baik itu yang terdapat dan diakui dalam yurisprudensi tetap maupun

dalam legislasi.

Soal yang pertama, tatkala ada suatu penipuan terhadap minoritas

(where there is a fraud on the minority). Kedua, jika perbuatan yang

dilakukan itu dapat digolongkan sebagai suatu tindakan sewenang-wenang

atau melampau kekuasaan dan ilegal (if the act done is ultra vires or illegal).

Ketiga, manakala hak perseorangan seorang anggota, termasuk jika si anggota

itu adalah pemegang hak atas jumlah saham yang minoritas (where the

personal rights of a member have been infringed) dirugikan. Ketiga situasi itu

sejatinya juga dapat diidentifikasi sebagai temuan yang ada di dalam Putusan

137. Hanya saja, nampaknya Majelis Hakim di dalam Putusan 137 tidak

menggunakan ketiga nomenklatur atau istilah sebagaimana dikemukakan di

atas itu yaitu fraud, sewenang-wenang atau ultra vires, dan merugikan

kepentingan pemegang saham minoritas. Dalam Putusan 137 nomenklatur

atau terminologi hukum yang dipergunakan tetap konvensional yaitu adanya

perbuatan melawan hukum (PMH) yang dilakukan, baik oleh Ny. Naning,

maupun Mr. Tarantino yang menimbulkan kerugian terhadap pemegang

saham minoritas, dalam hal ini Livio.

Page 53: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

69

Satu nomenklatur yang paling jelas dalam Putusan 137 yang telah

menjustifikasi Majelis Hakim untuk memberikan perlindungan terhadap

pemegang saham minoritas yaitu adanya kerugian dari pihak pemegang saham

minoritas, dalam hal ini Livio. Seperti telah Penulis kemukakan dalam

gambaran hasil penelitian sebagaimana dikemukakan di atas, kategori

justifikasi itu adalah adanya kerugian. Hal ini dapat didistilasi dari pernyataan

Majelis Hakim yang menyatakan sah menurut hukum akta No.: 1 tertanggal

01 Februari 2001 tentangg Perjanjian yang dibuat di hadapan Dra. Jessica

Linjani, SH., Notaris di Ungaran. Dalam Putusan 137 tersebut, Majelis

Hakim kemudian menghukum Ny. Naning dan Mr. Tarantino untuk

membayar ganti rugi terhadap penggugat lima puluh juta rupiah. Kata ganti

rugi itu mengindikasikan bahwa ada kategori ketiga, sebagaimana

dikemukakan dalam studi kepustakaan atas Yurisprudensi Inggris

sebagaimana dikemukakan di atas. Ganti kerugian atau dalam koneks

penulisan karya tulis ini harus dibaca sebagai ganti kerugian dalam rangka

memulihkan hak-hak dan kepentingan pemegang saham minoritas itu terdiri

dari kerugian immateriil sebesar dua puluh lima juta rupiah dan materiil

sebesar dua puluh lima juta rupiah. Majelis Hakim juga menghukum Ny.

Naning dan Mr. Tarantino untuk membayar ongkos biaya perkara sebesar

dua ratus enam puluh sembilan ribu rupiah. Selebihnya majelis hakim

menolak gugatan pihak Livio untuk selain dan selebihnya.

Dalam Putusan 137, menurut hemat Penulis tidak ada indikasi dapat

digunakannya fraud, atau penipuan yang dilakukan oleh pihak pemegang

Page 54: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

70

kendali dominan dalam PT. Antik Dimensi. Seperti nampak dalam studi

kepustakaan mengenai fraud, dikemukakan bahwa fraud itu adalah sama

dengan yang ada di dalam Yurisprudensi pertama, Cook v Deeks68

, satu

yurisprudensi dimana Cook adalah satu dari empat direktur dalam suatu

perusahaan jasa konstruksi menggugat Deeks mengingat Perusahaan jasa

konstruksi itu mengalihkan keuntungan yang seharusnya dinikmati oleh

Perusahaan dimana Cook juga adalah pemegang saham. Sedangkan kasus

kedua mengenai fraud di dalamnya mengandung kaedah hukum yang

mendikte perlindungan terhadap pemegang saham minoritas yaitu Re J.

Beauforte (London) Ltd69

. Dalam kasus itu, di dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga (Memorandum) mencantumkan pemberian

kekuasaan atau kewenangan Perusahaan tersebut untuk menjalankan

perusahaan yaitu pembuatan pakaian dan gaun perempuan. Hanya saja, pada

kenyataannya Perusahaan tersebut yaitu J. Beauforte (London) Ltd., justru

melakukan bisnis yang lain sama sekali, yaitu membuat venir panel dari kayu.

Akibat dari keputusan Perusahaan yang tidak sejalan dengan apa yang sudah

diamanatkan di dalam AD-ART Perusahaan itu, J. Beauforte (London) Ltd

membuat perjanjian-perjanjian dengan sejumlah developer untuk membuat

suatu bangunan pabrik yang baru, demikian pula si pihak Perusahaan, dalam

hal ini J. Beauforte (London) Ltd., membuat perjanjian-perjanjian dengan

sejumlah pihak untuk mensuplai venir dan juga anehnya batu bara yang sudah

68

[1916] 1 AC 544 (PC)

69

[1953] 1 All ER 634. Sumber, masih merujuk kepada Penelitian individuil Jeferson

Kameo.

Page 55: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

71

diolah (coke). Perusahaan itu kemudian menjadi bangkrut. Sedangkan

Yurisprudensi ketiga mengenai fraud yang tidak ditemukan di dalam Putusan

137 dapat menjadi legitimasi tuntutan untuk memperoleh perlindungan hukum

kepada pemegagn saham minorotas adalah Pender v Lushington70

. Dalam

Yurisprudensi tersebut, Anggaran Dasar Perseroan mengandung ketentuan

bahwa setiap jumlah sepuluh suara terdapat satu hak untuk memilih, hanya

saja tidak ada satu anggota pun berhak memiliki hak untuk memilih lebih dari

serast suara (100 votes). Agar supaya kelebihan dari saham-saham itu tetap

bernilai suara, seorang pemegang saham yang memegang dan memiliki lebih

dari seribu saham mengalihkan sisa dari saham yang tidak bernilai suara itu

kepada anggota dalam perusahaan itu bernama Pender. Orang terakhir itu

merupakan pemegang saham minoritas dalam perusahaan tersebut. Si Direktur

perusahaan tersebut, bernama Lushington, menolak untuk menerima suara

yang timbul dari saham-saham yang dikuasai oleh Pender dan Pender pun

menggugat pihak Lushington. Hakim memutus bahwa saham-saham yang

dikuasai Pender telah dialihkan secara sah, sehingga apa yang dilakukan

Lushington tidak menerima saham-saham Pender tersebut adalah merupakan

suatu pelanggaran terhadap hak Pender sebagai satu anggota dari Perusahaan.

Disamping Yurisprudensi mengenai fraud yang tidak padan dengan Putusan

137, legitimasi gugatan untuk menuntut hak pemegang saham minoritas pun

tidak padan dan tidak ditemukan dalam Putusan 137. Di atas, pada bagian

studi kepustakaan Penulis mengemukakan bahwa dalam UU Perseroan

70

[1877] 6 Ch D 70.

Page 56: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

72

Terbatas Inggris sendiri ditentukan bahwa siapa saja anggota suatu perseroan

terbatas dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan atas dasar hukum

bahwa urusan-urusan dari suatu Perseroan Terbatas sedang, atau telah, atau

bakal, dilakukan dengan suatu cara yang tidak adil merugikan (unfairly

prejudical) terhadap semua anggota (shareholders) dari perusahaan itu atau

kepada anggota tertentu dari Perusahaan tersebut. Sepanjang pengamatan

penulis, justifikasi tentang adanya unfairly prejudical terhdap Livio sebagai

pemegang saham minoritas, tidak secara eksplisit dinyatakan di dalam

Putusan itu oleh Majelis Hakim.

2.4.6. Remedy Hak terhadap Pemegang Saham Minoritas

Hal penting yang jgua sudah dikemukakan di atas sehubungan dengan

aspek perlindungan terhadap pemegang saham minoritas adalah aspek ganti

kerugian atau remedy. Dalam Putusan 137, Majelis hakim mempertimbangkan

bahwa walaupun suatu kerugian yang timbul karena keberadaan suatu perkara

aquo dan tidak dapat dimintakan terhadap pihak lawan, namun secara

kasuistis tuntutan ganti kerugian dimaksud dapat dinilai dari sisi kepatutan

dan kewajaran. Menurut Majelis Hakim dalam Putusan 137 tersebut, karena

dalam perkara itu ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Ny.

Naning dan Mr. Tarantino, maka sebagai kompensasi hukum atas perbuatan

melawan hukum yang dilakukan, dan karena ada tuntutan ganti kerugian yang

dituntut oleh pihak Livio, yang dalam hal ini harus dibaca sebagai

kepentingan pemegang saham minoritas, maka Majelis Hakim dalam Putusan

137 itu melihat atau menilai bahwa adalah sesuatu yang patut dan wajar dan

Page 57: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

73

karenanya menurut Majelis Hakim Pengadilan Negeri di Provinsi Jawa

Tengah itu memandangnya sebagai beralasan untuk mengabulkan tuntutan

ganti rugi tersebut dan memberikan remedy berupa ganti rugi. Dalam bahasa

Inggris hukum, hal ini dikenal dengan damage. Ganti kerugian atau dalam

koneks penulisan karya tulis ini harus dibaca sebagai ganti kerugian dalam

rangka memulihkan hak-hak dan kepentingan pemegang saham minoritas itu

terdiri dari kerugian immateriil sebesar dua puluh lima juta rupiah dan materiil

sebesar dua puluh lima juta rupiah. Majelis Hakim juga menghukum Ny.

Naning dan Mr. Tarantino untuk membayar ongkos biaya perkara sebesar

dua ratus enam puluh sembilan ribu rupiah. Selebihnya majelis hakim

menolak gugatan pihak Livio untuk selain dan selebihnya. Hal seperti ini juga

tidak secara eksplisit ditemukan dalam studi kepustakaan terhadap bagaimana

perlindungan atas kepentingan pemegang saham minoritas yang berlaku di

Inggris, yang telah dikemukakan di atas. Uraian perpektif kepustakaan

mengenai hal itu sebagaimana dikemukakan di atas hanya memunculkan

bahwa manakala Pengadilan berpendapat bahwa perbuatan (the conduct) yang

bersangkutan adalah langkah-langkah yang tidak adil dan merugikan, maka

Pengadilan dapat memerintahkan kepada Perusahaan tersebut untuk bertindak-

tanduk menurut cara-cara tertentu yang telah ditentukan di kemudian hari;

mencegah Perusahaan itu untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu;

memerintahkan Perusahaan itu untuk menggugat perbuatan salah atau

melawan hukum yang sudah dilakukan kepada Perusahaan itu;

memerintahkan kepada beberapa anggota dari perusahaan itu untuk membeli

Page 58: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8349/2/T1_312010025_BAB II.pdf · penelitian tersebut untuk kepentingan penelitian dan analisis

74

saham-saham yang dikuasai oleh pihak lain; membuat perintah apa saja yang

menurut Pengadilan pantas71

.

71

Hasil Penelitian Individuil Jeferson Kameo, tidak dipublikasikan.