profil status gizi balita yang berdomisili di sekitar tpa bitung

45
KARYA ILMIAH Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung Karang Ria Kota Manado Oleh : dr. Aaltje E. Manampiring, M. Kes Nip. 196408091996012001 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2008

Upload: buibao

Post on 19-Jan-2017

226 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

KARYA ILMIAH

Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar

TPA Bitung Karang Ria Kota Manado

Oleh :

dr. Aaltje E. Manampiring, M. Kes

Nip. 196408091996012001

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO 2008

Page 2: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

ii

LEMBAR PENGESAHAN

N A M A : dr. Aaltje A. Manampiring, M.Kes

NIP : 196408091996012001

PANGKAT/GOLONGAN : Pembina / IV/a

FAKULTAS : KEDOKTERAN

JURUSAN/BAGIAN : KIMIA

JUDUL : Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di

Sekitar TPA Bitung Karang Ria Kota Manado

Mengetahui / Menyetujui

Dekan FK Unsrat,

Prof. dr. S. M. Warouw, Sp.A-K

Nip. 130806576

P e n u l i s,

dr. Aaltje A. Manampiring, M.Kes

Nip. 132148528

Page 3: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

i

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena penyertaannya sehingga

penulis bisa membuat suatu Karya Ilmiah

Adapun Karya Ilmiah ini berjudul “Profil Status Gizi Balita Yang

Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung Karang Ria Kota Manado.”

Dari Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rekan-rekan Dokter dan Staf

yang ada di Bagian Kimia yang begitu banyak membantu dalam pembuatan Karya

Ilmiah ini.

Terakhir Penulis berharap agar Karya Ilmiah ini dapat dimanfaatkan dan

berguna bagi kita semua, dan walaupun karena keterbatasan Penulis, masih

memerlukan banyak perbaikan dan saran.

Manado,

Penulis,

Page 4: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

LAMPIRAN

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………. 3

1.3 Hipotesis ……………………………………………………….. 3

1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………… 3

1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi …………………………………………………….. 5

2.2 Penilaian Status Gizi …………………………………………… 11

2.3 Kerangka Konsep ……………………………………………… 13

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ……………………………………………….. 14

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………… 14

3.3 Populasi dan Sampel …………………………………………… 14

3.4 Variabel Penelitian …………………………………………….. 15

3.5 Definisi Operasional ……………………………………………. 15

3.6 Instrumen Penelitian ………………………………………….. 15

3.7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ……………………………. 16

3.8 Pengolahan Data ………………………………………………. 16

BAB IV. HASIL PENELITIAN …………………………………………… 17

BAB V. PEMBAHASAN …………………………………………………. 32

BAB VI. PENUTUP ……………………………………………………….. 38

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 39

Page 5: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak azasi manusia dan sekaligus merupakan investasi Sumber

Daya Manusia (SDM) serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang penting artinya untuk meningkatkan daya

saing Bangsa Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Kesehatan bersama

pendidikan dan ekonomi merupakan unsur utama yang menentukan mutu sumber

daya manusia (DepKes RI, 2004).

Salah satu masalah sosial yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status

gizi masyarakat. Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai masalah gizi, seperti

kurang gizi, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dan kurang

vitamin A (Khomsan, 2002).

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan refleksi dari apa yang kita

makan sehari-hari. Status gizi dikatakan baik, apabila pola makan kita seimbang,

artinya banyak dan jenis makanan yang kita makan sesuai dengan yang dibutuhkan

tubuh. Apabila yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh maka tubuh akan

kegemukan, sebaliknya bila yang dimakan kurang dari yang dibutuhkan maka tubuh

akan kurus dan sakit-sakitan. Kedua keadaan tersebut sama tidak baiknya, sehingga

disebut gizi salah (Astawan, 2002). Rendahnya status gizi jelas berdampak pada

kualitas sumber daya manusia. Oleh karena status gizi mempengaruhi kecerdasan,

daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu, dan menurunnya

produktivitas kerja (Khomsan, 2002).

Menurut Depkes RI 1999 dalam Purba (2005a), status gizi merupakan salah

satu determinan utama status kesehatan penduduk. Salah satu indikator status gizi

penduduk yang rendah adalah tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada

anak bawah lima tahun (balita) yang didasarkan pada Berat Badan menurut Umur

(BB/U).

Berdasarkan data statistik kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun 2005

dari 241.973.879 penduduk Indonesia, 6% atau sekitar 14,5 juta orang menderita gizi

buruk. Penderita gizi buruk pada umumnya anak-anak di bawah usia lima tahun

Page 6: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

2

(balita). Penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya

2-4 dari 10 balita menderita gizi kurang (Nurlianti, 2006a).

Menurut laporan pemantauan status gizi tahun 2006 di Provinsi Sulawesi

Utara dari 33.325 jumlah anak balita yang diukur ternyata terdapat 0.61% dengan

status gizi buruk, 8.35% dengan status gizi kurang, 88.38% status gizi baik dan

2.66% anak balita dengan status gizi lebih. Data ini juga menunjukkan di kawasan

kota Manado dari 2.267 anak balita yang diukur terdapat 1.28% mengalami gizi

buruk, 13.50% gizi kurang, 81.83% gizi baik dan 3.40% yang gizi lebih.

Indonesia pada saat ini menghadapi masalah gizi ganda yaitu masalah gizi

kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh

kemiskinan; kurangnya persediaan pangan; kurang baiknya kualitas lingkungan

(sanitasi); kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan

kesehatan; dan adanya daerah miskin gizi. Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan

karena kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan

kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan (Almatsier,

2005a). Keadaan Sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya

berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan dan infeksi saluran pencernaan.

Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan, penyerapan zat-zat gizi akan

terganggu yang menyebabkan terjadinya kekurangan zat gizi sehingga lingkungan

berpengaruh dalam status gizi seseorang (Supariasa dkk, 2002a).

Keadaan gizi atau status gizi masyarakat, menggambarkan tingkat kesehatan

yang diakibatkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang

dikonsumsi seseorang. Anak yang kurang gizi akan menurun daya tahan tubuhnya,

sehingga mudah terkena penyakit infeksi. Sebaliknya, anak yang menderita penyakit

infeksi akan mengalami gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga

menyebabkan kurang gizi. Anak yang sering terkena infeksi dan gizi kurang akan

mengalami gangguan tumbuh kembang yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan,

kecerdasan, dan produktivitas di masa dewasa (Nurlianti, 2006b).

Kelurahan Sumompo dan Kelurahan Bitung Karang Ria merupakan dua

kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kecamatan

Tuminting Kota Manado, dimana di Kelurahan Sumompo terdapat lokasi Tempat

Pembuangan Akhir (TPA), sedangkan Kelurahan Bitung Karang Ria merupakan

Page 7: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

3

kelurahan yang letaknya jauh dari Lokasi TPA. Data sekunder yang diperoleh

ternyata menunjukkan terdapat 1 balita yang mengalami gizi buruk, dan 49 balita

mengalami gizi kurang, dari total balita yang ada yaitu sebanyak 437 anak balita.

Sedangkan Kelurahan Bitung Karang Ria yang dalam hal ini sebagai pembanding

Kelurahan Sumompo yang letaknya jauh dari lokasi TPA, dengan jumlah balita

sebanyak 188 anak balita.

Melihat pentingnya masalah gizi pada anak balita dan hubungannya dengan

lingkungan tempat tinggal maka penelitian yang dilakukan kali ini mengambil lokasi

di sekitar TPA di Sumompo dan bukan di sekitar lokasi TPA di Bitung Karang Ria

dengan maksud untuk melihat perbedaan status gizi anak balita pada kedua lokasi

tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah : “Apakah ada perbedaan status gizi pada balita yang tinggal di sekitar Lokasi

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Sumompo dan balita yang tinggal bukan di

sekitar lokasi TPA di Bitung Karang Ria Kota Manado?”

1.3 Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan status gizi pada balita yang tinggal di sekitar Lokasi

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Sumompo dan balita yang tinggal

bukan di sekitar Lokasi TPA di Bitung Karang Ria.

H1 : Ada perbedaan status gizi pada balita yang tinggal di sekitar Lokasi

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Sumompo dan balita yang tinggal

bukan di sekitar Lokasi TPA di Bitung Karang Ria.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan status gizi pada balita yang tinggal di sekitar Lokasi TPA di

Sumompo dan balita yang tinggal bukan di sekitar Lokasi TPA di Bitung Karang

Ria.

Page 8: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

4

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran status gizi anak balita yang tinggal di sekitar Lokasi TPA

di Sumompo.

b. Mengetahui gambaran status gizi anak balita yang tinggal bukan di sekitar Lokasi

TPA di Bitung Karang Ria.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi instansi

kesehatan dalam menentukan kebijakan, khususnya dalam upaya peningkatan

status gizi anak balita.

2. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan

masyarakat khususnya di bidang gizi.

3. Memberi informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya.

Page 9: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penduduk Usia 45 Tahun Ke Atas

2.1.1 Pengertian

Depkes RI 2000 dalam Purba (2005b) menyatakan bahwa tujuan utama

pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional

melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia

Sehat 2010. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi

untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal.

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan menjadi status gizi buruk, status gizi kurang,

status gizi baik dan status gizi lebih. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi

bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan

kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila

tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih

terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga

menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2005b). Status gizi buruk

terjadi bila kondisi gizi kurang berlangsung lama, maka akan berakibat semakin berat

tingkat kekurangannya. Pada keadaan ini dapat menjadi kwashiorkor dan marasmus

yang biasanya disertai penyakit lain seperti diare, infeksi, penyakit pencernaan,

infeksi saluran pernapasan bagian atas, anemia, dan lain-lain (Paath dkk, 2004a).

Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya

tingkat kesehatan atau sering disebut dengan status gizi. Apabila tubuh berada dalam

tingkat kesehatan gizi optimum dimana jaringan jenuh oleh semua zat gizi, maka

disebut status gizi optimum. Dalam kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit

dan mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya. Apabila konsumsi gizi makanan

pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi

kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrition ini mencakup kelebihan

nutrisi/gizi disebut gizi lebih (over nutrition), dan kekurangan gizi atau gizi kurang

(under nutrition) (Notoatmodjo, 2003).

Page 10: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

6

Penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan akibat dari kekurangan atau

kelebihan zat gizi dan yang telah merupakan masalah kesehatan masyarakat,

khususnya di Indonesia antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003) :

- Penyakit kurang Kalori dan Protein (KKP)

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau

karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya defisiensi atau

defisit energi dan protein. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan

kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi (kurang kalori dan protein).

Penyakit ini dibagi dalam KKP ringan (jika berat badan anak mencapai antara

84% - 95% dari berat badan menurut standar Harvard), KKP sedang (jika berat

badan anak hanya mencapai antara 44% - 60% dari berat badan menurut standar

Harvard), dan KKP berat (jika berat badan anak mencapai antara 84%-95% dari

berat badan menurut standar Harvard). Beberapa ahli hanya membedakan adanya

dua macam KKP saja yaitu KKP ringan atau gizi kurang dan KKP berat atau gizi

buruk atau lebih sering disebut marasmus-kwasiorkor.

- Penyakit anemia (Penyakit kurang darah)

Terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang

dari kebutuhan tubuh.

- Penyakit Kurang Vitamin A

Disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalam tubuh.

- Penyakit gondok endemik

Disebabkan karena kurangnya konsumsi zat gizi esensial bagi tubuh yaitu zat

iodium yang biasanya terdapat di daerah terpencil di pegunungan, yang air

minumnya kekurangan zat iodium, sehingga disebut penyakit gondok endemik.

- Penyakit kegemukan (obesitas)

Terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi

yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau

pemakaian energi. Kelebihan dalam tubuh disimpan dalam bentuk lemak.

Cenderung menderita penyakit degeneratif (Kardio-vaskuler, hipertensi, dan

diabetes mellitus).

Page 11: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

7

Menurut Supariasa dkk (2002b), status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam

bentuk variabel tertentu. Malnutrition atau gizi salah adalah suatu keadaan patologis

akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut dari satu atau lebih

zat gizi. 4 bentuk malnutrisi antara lain :

1. Under nutrition : kekurangan konsumsi pangan secara relatif absolut untuk

periode tertentu.

2. Specific defisiency : kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan Vitamin

A, yodium, Fe dan lain-lain.

3. Over nutrition : kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

4. Imbalance : karena disproporsi zat gizi, misalnya : kolesterol terjadi karena tidak

seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein),

dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).

2.1.2 Kelompok Rentan Gizi

Merupakan kelompok di dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan

kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi. Kelompok ini terdiri dari kelompok

umur yang berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang

memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur lainnya.

Kelompok tersebut antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003) :

- Kelompok bayi : 0 – 23 bulan

- Kelompok di bawah lima tahun (balita) : 1 – 5 tahun

- Kelompok anak sekolah : 6 – 12 tahun

- Kelompok remaja : 13 – 20 tahun

- Kelompok ibu hamil dan menyusui

- Kelompok usia lanjut

Balita adalah anak di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang

menunjukkan pertumbuhan badan pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang

tinggi setiap kilogram berat badannya. Masa balita adalah masa pertumbuhan

sehingga memerlukan gizi yang baik, namun anak balita ini justru merupakan

kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Paath dkk,

2004b). Masalah kesehatan masyarakat yang menyangkut masalah gizi yang sering

Page 12: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

8

dialami oleh balita adalah berupa anemia defisiensi besi, berat badan berlebih, berat

badan kurang, penyakit kronis yang berlangsung lama sehingga dapat

menghilangkan nafsu makan anak dan menyebabkan gangguan pertumbuhan

(Arisman, 2004).

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi status gizi balita

Gangguan gizi pada anak usia balita merupakan dampak kumulatif dari berbagai

faktor baik yang berpengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap gizi anak

(Moehji, 2003). Konferensi Internasional tentang “At Risk Factors and the Health

and Nutrition of Young Children” di Kairo tahun 1975 dalam Moehji (2003)

mengelompokkan faktor-faktor itu menjadi 3 kelompok sebagai berikut :

1. At Risk Factors yang bersumber dari masyarakat yang meliputi struktur politik,

kebijakan pemerintah, ketersediaan pangan, prevalensi berbagai penyakit,

pelayanan kesehatan, tingkat sosial ekonomi, pendidikan dan iklim.

2. At Risk Factors yang bersumber pada keluarga yang mencakup tingkat

pendidikan, status pekerjaan, penghasilan, keadaan perumahan, besarnya

keluarga dan karakteristik khusus setiap keluarga.

3. At Risk Factors yang bersumber pada individu anak yang terdiri dari usia ibu,

jarak lahir terhadap kakaknya, berat lahir laju pertumbuhan, pemanfaatan ASI

(Air Susu Ibu), imunisasi dan penyakit infeksi.

UNICEF 1988 dalam Purba (2005b) telah mengembangkan kerangka konsep

makro sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi.

Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan

oleh :

A. Penyebab langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.

Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,

tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering

menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada

anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan

melemah dan akan mudah terserang penyakit.

Page 13: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

9

B. Penyebab tidak langsung

1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai, keluarga diharapkan

mampu memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam

jumlah yang cukup baik maupun jumlah mutu gizinya.

2. Pola pengasuhan anak kurang memadai, keluarga dan masyarakat diharapkan

dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat

tumbuh kembang dengan baik, baik fisik, mental, dan sosial.

3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai, Sistem pelayanan

kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan

sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang

membutuhkan.

Ke tiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan

keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan, dan

keterampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola

pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan

kesehatan.

C. Pokok masalah di masyarakat

Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya

masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung dan tidak langsung.

D. Akar masalah

Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan

sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan

kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial

keadaan tersebut telah memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat

kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.

Page 14: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

10

Berikut ini adalah gambar mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah

gizi kurang menurut UNICEF 1988 dalam Purba (2005b).

Gambar 2.1 Faktor Penyebab Kurang Gizi (UNICEF 1988)

KURANG GIZI

Makan

Tidak Seimbang

Penyakit Infeksi

Pola Asuh Anak

Tidak Memadai

Sanitasi dan Air

Bersih/Pelayanan

Kesehatan Dasar

Tidak Memadai

Tidak Cukup

Persediaan Pangan

Kurang Pendidikan Pengetahuan dan keterampilan

Kurang pemberdayaan wanita dan

keluarga, kurang pemanfaatan

sumberdaya masyarakat

Pengangguran, inflasi kurang pangan dan kemiskinan

Krisis Ekonomi Politik

dan Sosial

Dampak

Penyebab

langsung

Penyebab

tidak langsung

Pokok Masalah

di Masyarakat

Akar Masalah

(nasional)

Page 15: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

11

2.2 Penilaian Status Gizi

Status gizi dapat diketahui melalui penilaian konsumsi makanan berdasarkan data

kuantitatif maupun kualitatif. Cara lain yang sering digunakan untuk mengetahui

status gizi yaitu dengan cara biokimia, antropometri ataupun secara klinis (Baliwati

dkk, 2004).

Penilaian status gizi dalam Supariasa (2002b) dibagi menjadi dua yaitu :

1. Secara langsung, terdiri dari empat penilaian yaitu :

a. Antropometri

b. Klinis

c. Biokimia

d. Biofisik

2. Secara tidak langsung terdiri dari tiga penilaian yaitu :

a. Survei konsumsi makanan,

b. Statistik vital dan

c. Faktor ekologi

Gibson (2005) dalam bukunya mengemukakan tentang penilaian status gizi

yang dibagi atas lima metode, dimulai dengan penilaian pola makan (dietary

methods), pemeriksaan laboratorium (laboratory methods), pemeriksaan

antropometri (anthropometric methods), pemeriksaan klinis (clinical methods) dan

penilaian faktor-faktor ekologi (ecological factors).

Status gizi pada balita dan anak dapat diukur dengan menggunakan indeks

antropometri. Antropometri adalah pengukuran dari dimensi fisik tubuh manusia.

Antropometri adalah teknik yang sangat berguna untuk mengestimasi komposisi

tubuh sehingga membutuhkan ketelitian dalam pengukuran serta keahlian dan alat-

alat yang sudah distandarisasi (Mitchell, 2003). Adapun indeks antropometri tersebut

antara lain (Baliwati dkk, 2004) :

a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U)

b. Indeks berat badan menurut panjang atau tinggi badan (BB/PB atau

BB/TB)

c. Indeks panjang atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau TB/U)

d. Indeks gabungan (BB/U ; BB/TB ; TB/U)

e. Indeks lingkar lengan atas (LILA)

Page 16: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

12

f. Indeks lingkar kepala menurut umur (LK/U)

g. Tebal lipatan lemak di bawah kulit (TLBK)

2.2.1 Klasifikasi Status Gizi

Dalam SK Menkes RI No. 920 tahun 2002 ditetapkan klasifikasi status gizi anak

bawah lima tahun (Balita) yang didasarkan pada baku rujukan WHO NCHS, yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi anak Balita

INDIKATOR STATUS GIZI KETERANGAN

Berat Badan menurut Umur

(BB/U Gizi lebih > +2 SD

Gizi baik ≥ -2 SD sampai +2 SD

Gizi kurang < -2 SD sampai ≥ -3SD

Gizi buruk < -3 SD

Tinggi Badan menurut Umur

(TB/U) Normal ≥ -2 SD sampai +2SD

Pendek < -2 SD

Berat Badan menurut Tinggi

Badan (BB/TB) Gemuk > +2 SD

Normal ≥ -2 SD sampai +2 SD

Kurus < -2 SD sampai ≥ -3 SD

Kurus sekali < -3 SD

Page 17: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

13

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Persediaan Pangan

Status

Gizi Anak

Pola Pemberian makanan

- Jenis makanan

- Frekuensi pemberian

- Bentuk makanan

- Jumlah Makanan

Sanitasi Lingkungan

Asupan

Zat Gizi

Anak Balita

- Kelurahan Sumompo

- Kelurahan Bitung

Karang Ria

Penyakit

Infeksi

Page 18: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

14

BAB III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan Cross-Sectional

Study.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekitar Lokasi TPA di Sumompo dan yang bukan di

sekitar Lokasi TPA di Bitung Karang Ria.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian pada Bulan Mei – Juni 2007

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi seluruh anak balita (12 – 59 bulan) yang tinggal di sekitar Lokasi TPA di

Sumompo dan yang tinggal bukan di sekitar Lokasi TPA di Bitung Karang Ria.

3.3.2 Sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus (Lameshow, 1997) :

Keterangan :

n = Besar Sampel

Z2 – 1 – σ / 2 = Nilai pada distribusi normal standar yang sama pada tingkat

kepercayaan 95 % adalah 1,96

2

22

d

2/1Zn

2

22

0,1

50,0.(1,96)n

96n

Page 19: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

15

σ = Simpangan baku yang akan diperkirakan 50 %

d2 = Presisi yang ingin dicapai, dinyatakan dalam desimal 0,1

Dari rumus di atas diperoleh besar sampel minimal sebanyak 96 orang. Jadi, untuk

masing-masing kelurahan sampel yang diambil adalah 98 anak balita. Total

keseluruhan sampel adalah 196 anak balita.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu status gizi anak balita.

3.5 Definisi Operasional

a. Status gizi adalah keadaan gizi anak usia 12 – 59 bulan melalui pengukuran

antropometri dengan menggunakan indeks Berat badan menurut Umur (BB/U)

berdasarkan standar buku WHO/NCHS yang telah ditetapkan untuk Indonesia

(Kepmenkes RI, 2002) dengan kategori :

- Gizi lebih : > +2SD

- Gizi baik : ≥ -2SD s/d +2SD

- Gizi Kurang : < -2SD s/d ≥ -3SD

- Gizi Buruk : < -3SD

b. Anak balita adalah anak yang berusia 12 – 59 bulan yang tinggal di sekitar lokasi

TPA dan yang tinggal bukan di sekitar lokasi TPA.

c. Lokasi penelitian untuk sampel balita dan ibu yang tinggal di sekitar lokasi TPA

adalah di Kelurahan Sumompo dan untuk sampel balita serta ibu yang tinggal

bukan di sekitar lokasi TPA adalah di Kelurahan Bitung Karang Ria.

3.6 Instrumen Penelitian

a. Kuesioner untuk mencatat identitas balita dan Orang tua.

b. Timbangan injak merk Camry menchanical personal scale Model BR 9015B

dengan ketelitian 0,1 kg (100 gr).

c. Alat tulis menulis.

d. Komputer.

e. Tabel klasifikasi BB/U dalam SK Menkes RI No. 920 tahun 2002 untuk balita

berdasarkan Rujukan WHO - NCHS.

Page 20: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

16

3.7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer ini berupa data identitas balita serta responden, status gizi balita yang

diperoleh melalui pengukuran secara langsung dan wawancara langsung dengan

menggunakan alat bantu timbangan berat badan serta kuesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder ini berupa gambaran umum kelurahan, jumlah anak balita di tiap

lingkungan serta data penunjang lainnya yang diperoleh dari kantor kelurahan dan

Puskesmas setempat.

3.8 Pengolahan Data

a. Dalam mengukur status gizi balita melalui pengukuran antropometri anak balita

dalam hal ini Berat Badan menurut Umur (BB/U) menggunakan alat timbangan

balita. Setelah ditimbang, lalu dimasukkan dalam rumus perhitungan Standar

Deviasi unit (SD) yang disebut juga Z-Skor yaitu :

Setelah itu diklasifikasikan ke dalam 4 kategori yaitu gizi buruk, gizi kurang, gizi

baik dan gizi lebih berdasarkan Klasifikasi WHO-NCHS

b. Untuk mengetahui perbedaan status gizi anak balita yang tinggal di sekitar

Lokasi TPA di Sumompo dan balita yang tinggal bukan di sekitar Lokasi TPA di

Bitung Karang Ria dilakukan dengan pengujian statistik menggunakan komputer

program SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 12.00 dengan uji

independent sample t-test pada tingkat kemaknaan 95 % (α 0,05).

RujukanBakuSimpangNilai

RujukanBakuMedianNilaiSubyekIndividuNilaiSkor-Z

Page 21: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

17

BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

A. Lokasi TPA (Kelurahan Sumompo)

4.1.1 Letak Geografis

Kelurahan Sumompo terletak di Kecamatan Tuminting Kota Manado. Luas wilayah

Kelurahan Sumompo adalah 113,6 Ha, yang terdiri dari 5 lingkungan.

Batas wilayah Kelurahan Sumompo adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Buha dan Kelurahan Bailang.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Singkil 2 dan Kelurahan

Tuminting.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Singkil 2 dan Kelurahan Buha.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Mahawu.

4.1.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Sumompo sebanyak 5193 jiwa dengan

pembagian penduduk berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 2652 jiwa dan

penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 2541 jiwa. Jumlah penduduk

yang ada di Kelurahan Sumompo menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2

di bawah ini.

Tabel 4.2. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan

Sumompo

No Lingkungan Luas

(Ha) Laki-laki Perempuan Jumlah %

1 I 44,5 815 614 1429 27,5

2 II 48 519 672 1191 22,9

3 III 10,5 474 419 893 17,2

4 IV 3,5 444 438 881 17,0

5 V 7,1 400 398 798 15,4

Total 113,6 2652 2541 5193 100

Sumber : Profil Kelurahan Sumompo Tahun 2007

Page 22: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

18

4.1.3 Penduduk Menurut Umur

Jumlah Penduduk tertinggi yang ada di Kelurahan Sumompo jika dilihat dari total

penduduk yang ada yaitu terdapat pada umur 20 – 24 tahun sebanyak 522 jiwa

(10%), sedangkan terendah terdapat pada umur > 60 tahun sebanyak 245 jiwa

(4,7%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kelurahan Sumompo

No Umur

(Tahun) Jumlah %

1 0 – 4 400 7,7

2 5 – 9 482 9,3

3 10 – 14 446 8,6

4 15 – 19 446 8,6

5 20 – 24 522 10

6 25 – 29 450 8,7

7 30 – 34 499 9,6

8 35 – 39 439 8,5

9 40 – 44 348 6,7

10 45 – 49 331 6,4

11 50 – 54 244 4,7

12 55 – 59 341 6,6

13 > 60 245 4,7

Total 5193 100

Sumber : Profil Kelurahan Sumompo Tahun 2007

4.1.4 Penduduk Menurut Agama

Penduduk yang ada di Kelurahan Sumompo, pada umumnya menganut lima agama

yang ada di Indonesia, dan sebagian besar memeluk Agama Kristen Protestan yaitu

sebanyak 2955 jiwa dari total keseluruhan penduduk yang ada di Kelurahan

Sumompo yaitu 5193 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah pemeluk Agama

Hindu yang berjumlah 5 jiwa dari seluruh total yang ada di Kelurahan Sumompo.

Lebih jelasnya data tentang jumlah penduduk menurut agama yang dianut di

Kelurahan Sumompo dapat dilihat pada tabel 4.4 di berikut ini.

Page 23: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

19

Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Agama Yang

Dianut di Kelurahan Sumompo

No Umur Jml Kristen % Ktlk % Islam % Hindu % Budha %

1 0-4 400 153 5,2 12 12,2 235 11,1 0 0 0 0

2 5-9 482 260 8,8 11 11,2 210 9,9 1 20 0 0

3 10-14 446 255 8,6 4 4,1 185 8,7 0 0 2 13,3

4 15-19 446 266 9 4 4,1 175 8,3 0 0 1 6,7

5 20-24 522 297 10 14 14,3 210 9,9 0 0 1 6,7

6 25-29 450 255 8,6 3 3,1 188 8,9 2 40 2 13,3

7 30-34 499 278 9,4 10 10,2 210 9,9 0 0 1 6,7

8 35-39 439 265 9 6 6,1 167 7,9 0 0 1 6,7

9 40-44 348 250 8,5 8 8,1 86 4,1 2 40 2 13,3

10 45-49 331 183 6,2 8 8,1 138 6,5 0 0 2 13,3

11 50-54 244 125 4,2 8 8,1 108 5,1 0 0 3 20

12 55-59 341 225 7,6 5 5,1 111 5,2 0 0 0 0

13 > 60 245 143 4,9 5 5,1 97 4,6 0 0 0 0

Total 5193 2955 100 98 100 2120 100 5 100 15 100

Sumber : Profil Kelurahan Sumompo Tahun 2007

4.1.5 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk yang ada di Kelurahan Sumompo jika dilihat dari tingkat pendidikan yang

terbanyak adalah pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah 2071 jiwa dari

total penduduk yang ada, sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah

penduduk dengan tingkat pendidikan (Diploma III) DIII dengan jumlah 33 jiwa.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

Page 24: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

20

Tabel 4.5. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Sumompo

No Umur Jml SD % SLTP % SLTA % DIII % S1 %

1 0-4 400 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 5-9 482 190 9,2 0 0 0 0 0 0 0 0

3 10-14 446 326 15,7 160 10,9 0 0 0 0 0 0

4 15-19 446 140 6,8 126 8,6 267 22,7 0 0 0 0

5 20-24 522 210 10,1 165 11,3 195 16,5 0 0 10 25

6 25-29 450 205 10 145 10 130 11 10 30,3 0 0

7 30-34 499 200 9,7 192 13 100 8,5 8 24,2 13 32,5

8 35-39 439 145 7 200 13,7 88 7,5 15 45,5 7 17,5

9 40-44 348 120 5,8 112 7,7 120 10,2 0 0 10 25

10 45-49 331 160 7,7 100 6,8 77 6,5 0 0 0 0

11 50-54 244 125 6 79 5,4 45 3,8 0 0 0 0

12 55-59 341 150 7,2 110 7,5 81 6,9 0 0 0 0

13 > 60 245 100 4,8 74 5,1 75 6,4 0 0 0 0

Total 5193 2071 100 1463 100 1178 100 33 100 40 100

Sumber : Profil Kelurahan Sumompo Tahun 2007

4.1.6 Penduduk Menurut Pekerjaan

Penduduk di Kelurahan Sumompo jika dilihat dari jenis pekerjaan paling banyak

adalah sebagai buruh yaitu 611 jiwa, dan yang paling sedikit adalah jenis pekerjaan

sebagai TNI yaitu 7 jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.

Tabel 4.6. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kelurahan Sumompo

No Pekerjaan Jumlah %

1 TNI 7 0,41

2 POLRI 48 2,8

3 PNS 100 5,9

4 Swasta 333 19,6

5 Buruh 611 35,9

6 Nelayan 8 0,47

7 Lain-lain (Sopir, Ojek) 595 34,9

Total 1702 100

Sumber : Profil Kelurahan Sumompo Tahun 2007

Page 25: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

21

4.1.7 Sarana dan Prasarana

a. Sarana

Sarana yang terbanyak di Kelurahan Sumompo adalah berupa ojek (Sepeda Motor)

dengan jumlah 86 buah, sedangkan paling sedikit adalah bus dengan jumlah 2 buah.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7. Distribusi Jumlah Sarana Menurut lingkungan di Kelurahan Sumompo

No Lingkungan Bus Truk Mikrolet Ojek Perahu

dagang Jumlah

1 I 0 9 10 20 0 39

2 II 0 0 5 25 2 32

3 III 0 1 1 12 2 16

4 IV 2 0 0 9 0 11

5 V 0 0 4 20 0 24

Total 2 10 20 86 4 122

Sumber : Profil Kelurahan Sumompo Tahun 2007

b. Prasarana

Prasarana yang terbanyak di Kelurahan Sumompo adalah berupa tempat peribadatan

yang terbagi atas gereja 13 bangunan, mesjid 6 bangunan, dan mushola 2 bangunan.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8. Distribusi Jumlah Prasarana Menurut Lingkungan di Kelurahan

Sumompo

No Lingkungan Sekolah Gereja Mesjid Mushola Lainnya Jumlah

1 I 0 4 1 1 2 8

2 II 3 2 2 1 0 8

3 III 1 2 1 0 0 4

4 IV 0 1 1 0 0 0

5 V 0 4 1 0 0 5

Total 4 13 6 2 2 25

Sumber : Profil Kelurahan Sumompo Tahun 2007

Page 26: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

22

B. Bukan Lokasi TPA (Kelurahan Bitung Karang Ria)

4.1.1 Letak Geografis

Kelurahan Bitung Karang Ria terletak di Kecamatan Tuminting Kota Manado. Luas

wilayah Kelurahan Bitung Karang Ria adalah 37,8 Ha, yang terdiri atas 5

Lingkungan. Batas wilayah Kelurahan Bitung Karang Ria adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Maasing

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sindulang II

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tuminting

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi

4.1.2 Penduduk Menurut Umur

Jumlah Penduduk yang ada di Kelurahan Bitung Karang Ria sebanyak 3453 jiwa

dengan pembagian penduduk berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1703 jiwa

dan penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 1750 jiwa. Jumlah

penduduk yang ada di Kelurahan Bitung Karang Ria menurut Umur dapat dilihat

pada tabel 4.9 di bawah ini.

Tabel 4.3. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kelurahan Bitung Karang

Ria.

No Umur

(Tahun) Jumlah %

1 0 – 4 127 3,7

2 5 – 9 288 8,3

3 10 – 14 343 10

4 15 – 19 367 10,6

5 20 – 24 392 11,4

6 25 – 29 357 10,3

7 30 – 34 292 8,5

8 35 – 39 258 7,5

9 > 40 1029 29,8

Total 3453 100

Sumber : Profil Kelurahan Bitung Karang Ria Tahun 2007

Page 27: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

23

4.1.3 Penduduk Menurut Agama

Penduduk yang ada di Kelurahan Bitung Karang Ria, sebagian besar memeluk

Agama Kristen Protestan yaitu sebanyak 2484 jiwa (72 %) dari total keseluruhan

penduduk yang ada di Kelurahan Bitung Karang Ria yaitu 3453 jiwa, sedangkan

yang paling sedikit adalah pemeluk Agama Hindu yang berjumlah 10 jiwa (0,3 %)

dari seluruh total penduduk yang ada di Kelurahan Bitung Karang Ria. Lebih

jelasnya, data tentang jumlah penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat

pada tabel 4.10 di bawah ini.

Tabel 4.10. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Bitung

Karang Ria.

No Agama Jumlah %

1 Kristen Protestan 2484 72

2 Kristen Katolik 275 8

3 Islam 625 18,1

4 Hindu 10 0,3

5 Budha 59 1,7

Total 3453 100

Sumber : Profil Kelurahan Bitung Karang Ria Tahun 2007

4.1.4 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk yang ada di Kelurahan Bitung Karang Ria jika dilihat dari tingkat

pendidikan yang paling banyak adalah pada tingkat SLTA/Sederajat dengan jumlah

1161 jiwa dari total penduduk yang ada, sedangkan yang paling sedikit adalah

penduduk dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD dengan jumlah 116 jiwa. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini.

Page 28: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

24

Tabel 4.11. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Bitung Karang Ria.

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 Belum sekolah 127 3,8

2 Tidak tamat Sekolah Dasar 116 3,3

3 Tamar SD / sederajat 615 17,8

4 Tamat SLTP / sederajat 964 27,9

5 Tamat SLTA / sederajat 1161 33,6

6 Tamat Akademi / Sederajat 277 8

7 Tamat Perguruan Tinggi / sederajat 193 5,6

Total 3453 100

Sumber : Profil Kelurahan Bitung Karang Ria Tahun 2007

4.1.5 Penduduk Menurut Pekerjaan

Penduduk yang ada di Kelurahan Bitung Karang Ria jika dilihat dari pekerjaan yang

paling banyak adalah sebagai Karyawan Swasta yaitu 242 jiwa, dan yang paling

sedikit adalah penduduk dengan jenis pekerjaan sebagai Dosen yaitu 8 jiwa. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan di Kelurahan Bitung

Karang Ria

No Pekerjaan Jumlah %

1 TNI/POLRI 24 3,6

2 PNS 105 15,7

3 Guru 41 6,1

4 Dokter 17 2,5

5 Dosen 8 1,2

6 Karyawan Swasta 242 36,3

7 Pedagang 101 15,1

8 Nelayan 86 12,9

9 Buruh 41 6,1

Total 665 100

Sumber : Profil Kelurahan Bitung Karang Ria Tahun 2007

Page 29: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

25

4.1.6 Sarana dan Prasarana

a. Sarana

Sarana yang paling banyak di Kelurahan Bitung Karang Ria adalah berupa Sepeda

Motor dengan jumlah 100 buah. Sedangkan yang paling sedikit adalah Truk dengan

jumlah 12 buah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4.13. Distribusi Jumlah Sarana di Kelurahan Bitung Karang Ria.

No Sarana Jumlah

1 Truk 12

2 Kapal Motor / Boat 40

3 Sepeda Motor 100

4 Pick Up 30

5 Sepeda 50

6 Mobil 18

Total 250

Sumber : Profil Kelurahan Bitung Karang Ria Tahun 2007

b. Prasarana

Prasarana yang paling banyak di Kelurahan Bitung Karang Ria adalah berupa tempat

pendidikan (Sekolah) yang berjumlah 7 bangunan dan yang paling sedikit adalah

Masjid dan Apotik yang masing-masing berjumlah 1 bangunan. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14. Distribusi Jumlah Prasarana di Kelurahan Bitung Karang Ria.

No Prasarana Jumlah

1 Sekolah 7

2 Gereja 4

3 Masjid 1

4 Apotik 1

Total 14

Sumber : Profil Kelurahan Bitung Karang Ria Tahun 2007

Page 30: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

26

4.2 Karakteristik Orang Tua

4.2.1 Distribusi Tingkat Pendidikan Orang tua Menurut Lokasi TPA

Hasil penelitian menunjukkan Orang tua yang tinggal di sekitar Lokasi TPA di

Sumompo untuk tingkat pendidikan ayah yang paling banyak adalah SD yaitu 36

orang (36,7 %) dan tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi

yaitu 1 orang (1,0 %), sedangkan tingkat pendidikan untuk Ibu yang paling banyak

adalah SD yaitu 44 orang (44,9 %) dan tingkat pendidikan Ibu yang paling sedikit

adalah Perguruan Tinggi yaitu 1 orang (1,0 %).

Berdasarkan pendidikan Orang tua yang tinggal bukan di sekitar Lokasi TPA

di Bitung Karang Ria untuk ayah yang paling banyak adalah SMA yaitu 45 orang

(45,9 %) dan yang paling sedikit adalah Perguruan Tinggi yaitu 8 orang (8,2 %),

sedangkan tingkat pendidikan untuk ibu yang paling banyak adalah SMA yaitu 44

orang (44,9 %) dan tingkat pendidikan ibu yang paling sedikit adalah Perguruan

Tinggi yaitu 5 orang (5,1 %). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah

ini.

Tabel 4.15 Distribusi Tingkat Pendidikan Ayah dan Tingkat Pendidikan Ibu Yang

Tinggal Di Sekitar Lokasi TPA di Sumompo dan Yang Tinggal Bukan di

Sekitar Lokasi TPA di Bitung Karang Ria

Tingkat Pendidikan

Lokasi Kelurahan

TPA

(Sumompo)

Bukan TPA

(Bitung Karang Ria)

n % n %

Ayah

SD 36 36,7 19 19,4

SMP 33 33,7 26 26,5

SMA 28 28,6 45 45,9

Perguruan Tinggi 1 1,0 8 8,2

Total 98 100 98 100

Ibu

SD 44 44,9 26 26,5

SMP 25 25,5 23 23,5

SMA 28 28,6 44 44,9

Perguruan Tinggi 1 1,0 5 5,1

Total 98 100 98 100

Page 31: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

27

4.2.2 Distribusi Pekerjaan Orang Tua Menurut Lokasi TPA

Dilihat dari jenis pekerjaan Orang Tua yang tinggal di sekitar lokasi TPA di

Sumompo, untuk jenis pekerjaan Ayah yang paling banyak adalah sebagai buruh /

pemulung yaitu sebanyak 57 orang (58,2 %) dan jenis pekerjaan yang paling sedikit

adalah sebagai PNS dan petani / nelayan yaitu masing-masing sebanyak 1 orang

(1,0%), sedangkan jenis pekerjaan Ibu yang paling banyak adalah sebagai IRT (Ibu

Rumah Tangga) yaitu sebanyak 91 orang (91,8 %) dan yang paling sedikit adalah

sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 1 orang (1,0 %).

Orang tua yang tinggal bukan di sekitar lokasi TPA di Bitung Karang Ria

untuk jenis pekerjaan Ayah yang paling banyak adalah sebagai buruh / pemulung

yaitu sebanyak 30 orang (30,6 %) dan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah

sebagai PNS dan petani/nelayan masing-masing sebanyak 9 orang (9,2 %),

sedangkan jenis pekerjaan Ibu yang paling banyak adalah sebagai IRT yaitu

sebanyak 92 orang (93,9 %) dan yang paling sedikit adalah sebagai PNS, Pegawai

Swasta dan Wiraswasta masing-masing sebanyak 2 orang (2,0 %). Lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 4.16 di bawah ini.

Tabel 4.16 Distribusi Jenis Pekerjaan Ayah dan Jenis Pekerjaan Ibu Yang Tinggal di

Sekitar Lokasi TPA di Sumompo dan Yang Tinggal Bukan di Sekitar

Lokasi TPA di Bitung Karang Ria

Jenis Pekerjaan

Lokasi Kelurahan

TPA

(Sumompo)

Bukan TPA

(Bitung Karang Ria)

n % n %

Ayah

PNS 1 1 9 9,2

Pegawai Swasta 10 10,2 24 24,5

Wiraswasta 29 29,6 26 26,5

Petani/Nelayan 1 1 9 9,2

Buruh/Pemulung 57 58,2 30 30,6

Total 98 100 98 100

Ibu

PNS - - 2 2,0

Pegawai Swasta 2 2,0 2 2,0

Wiraswasta 1 1,0 2 2,0

Petani/Nelayan 5 5,1 - -

Buruh/Pemulung 90 91,8 92 93,9

Total 98 100 98 100

Page 32: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

28

4.2.3 Distribusi Pendapatan Keluarga Menurut Lokasi TPA

Berdasarkan hasil penelitian jumlah pendapatan keluarga yang tinggal di sekitar

Lokasi TPA di Sumompo untuk jumlah pendapatan keluarga antara Rp. 500.000,- s/d

Rp. 1.000.000,- adalah yang paling banyak yaitu sebanyak 66 keluarga (67,3 %),

sedangkan untuk jumlah pendapatan < Rp. 500.000,- adalah yang paling sedikit yaitu

sebanyak 15 keluarga (15,3 %).

Pendapatan keluarga yang tinggal bukan di sekitar Lokasi TPA di Bitung

Karang Ria untuk jumlah pendapatan keluarga antara Rp. 500.000,- s/d Rp.

1.000.000,- adalah yang paling banyak juga yaitu sebanyak 52 keluarga (53,1 %),

sedangkan untuk jumlah pendapatan > Rp. 1.000.000,- adalah yang paling sedikit

yaitu sebanyak 21 keluarga (21,4 %). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.17 di

bawah ini.

Tabel 4.17 Distribusi Pendapatan Keluarga Yang Tinggal Di Sekitar Lokasi TPA di

Sumompo dan Yang Tinggal Bukan di Sekitar Lokasi TPA di Bitung

Karang Ria

Pendapatan Keluarga

Lokasi Kelurahan

TPA

(Sumompo)

Bukan TPA

(Bitung Karang Ria)

n % n %

< Rp. 500.000,- 15 15,3 25 25,5

Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- 66 67,3 52 53,1

> Rp. 1.000.000,- 17 17,3 21 21,4

Total 98 100 98 100

4.3 Karakteristik Subjek Penelitian

4.3.1 Distribusi Balita Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan Lokasi TPA

Hasil penelitian menunjukkan Jenis Kelamin untuk Balita yang tinggal di sekitar

Lokasi TPA di Sumompo yang paling banyak adalah berjenis kelamin Perempuan

yaitu 56 orang (57,1 %), sedangkan untuk balita yang tinggal bukan di sekitar Lokasi

TPA di Bitung Karang Ria paling banyak adalah berjenis kelamin Laki-laki yaitu

sebanyak 53 orang (54,1 %). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut ini.

Page 33: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

29

Tabel 4.18 Distribusi Balita Menurut Jenis Kelamin Yang Tinggal Di Sekitar Lokasi

TPA di Sumompo dan Yang Tinggal Bukan di Sekitar Lokasi TPA di

Bitung Karang Ria

Jenis Kelamin

Lokasi Kelurahan

TPA

(Sumompo)

Bukan TPA

(Bitung Karang Ria)

n % n %

Laki-laki 42 42,9 53 54,1

Perempuan 56 57,1 45 45,9

Total 98 100 98 100

4.3.2 Distribusi Balita Menurut Umur Berdasarkan Lokasi TPA

Dilihat dari Umur Balita yang tinggal di sekitar Lokasi TPA di Sumompo lebih

banyak balita dengan kelompok umur 49 – 59 bulan yaitu sebanyak 28 balita

(28,6%) sedangkan untuk balita yang tinggal bukan di sekitar Lokasi TPA di Bitung

Karang Ria, kelompok Umur balita yang paling banyak adalah 12 – 24 bulan yaitu

sebanyak 27 balita (27,6 %). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.19 di bawah

ini.

Tabel 4.19 Distribusi Balita Menurut Umur Yang Tinggal Di Sekitar Lokasi TPA di

Sumompo dan Yang Tinggal Bukan di Sekitar Lokasi TPA di Bitung

Karang Ria

Umur Balita

Lokasi Kelurahan

TPA

(Sumompo)

Bukan TPA

(Bitung Karang Ria)

n % n %

12 – 24 bulan 27 27,6 27 27,6

25 – 36 bulan 17 17,3 25 25,5

37 – 48 bulan 26 26,5 24 24,5

49 – 59 bulan 28 28,6 22 22,4

Total 98 100 98 100

Page 34: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

30

4.3.3 Distribusi Balita menurut Status Gizi Berdasarkan Lokasi TPA

Status gizi yang diperoleh dari hasil penelitian terdiri dari status Gizi Buruk, status

Gizi Kurang, status Gizi Baik dan status Gizi Lebih. Berdasarkan pengukuran

antropometri dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U).

Berdasarkan hasil penelitian, untuk balita yang tinggal di sekitar lokasi TPA

di Sumompo umumnya paling banyak adalah balita yang mempunyai status Gizi

Baik yaitu berjumlah 54 balita (55,1 %), namun terdapat juga balita Gizi Buruk yang

berjumlah 15 balita (15,3 %), dan balita Gizi Kurang berjumlah 29 balita (29,6 %),

sedangkan untuk balita yang tinggal bukan di sekitar lokasi TPA di Bitung Karang

Ria yang paling banyak umumnya balita yang mempunyai status Gizi Baik yaitu

berjumlah 70 balita (71,4 %), juga terdapat balita yang mempunyai status Gizi Buruk

yaitu berjumlah 7 balita (7,1 %), balita status Gizi Kurang yang berjumlah 20 balita

(20,4 %), dan balita status Gizi Lebih yaitu berjumlah 1 balita (1,0 %). Lebih

jelasnya Distribusi status gizi balita berdasarkan lokasi TPA dapat dilihat pada tabel

4.20 di bawah ini.

Tabel 4.20 Distribusi Balita Menurut Status Gizi Yang Tinggal Di Sekitar Lokasi

TPA di Sumompo dan Yang Tinggal Bukan di Sekitar Lokasi TPA di

Bitung Karang Ria

Status Gizi

Lokasi Kelurahan

TPA

(Sumompo)

Bukan TPA

(Bitung Karang Ria)

n % n %

Gizi Buruk 15 15,3 7 7,1

Gizi Kurang 29 29,6 20 20,4

Gizi Baik 54 55,1 70 71,4

Gizi Lebih - - 1 1,0

Total 98 100 98 100

Page 35: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

31

4.4 Perbedaan Status Gizi Balita Yang Tinggal Di Sekitar Lokasi TPA di

Sumompo dan Balita Yang Tinggal Bukan Di Sekitar Lokasi TPA di Bitung

Karang Ria

Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji t pada tingkat kemaknaan 95 % (α

0,05) diperoleh nilai t = -2,676 dan nilai p = 0,008 yakni lebih kecil dari α 0,05.

Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara status gizi balita

yang tinggal di sekitar Lokasi TPA di Sumompo dan status gizi balita yang tinggal

bukan di sekitar Lokasi TPA di Bitung Karang Ria. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel 4.21 di bawah ini.

Tabel 4.21 Perbedaan Status Gizi Balita (Nilai Z – Score) Yang Tinggal di Sekitar

Lokasi TPA di Sumompo dan Balita Yang Tinggal Bukan di Sekitar

Lokasi TPA di Bitung Karang Ria.

Lokasi Kelurahan n Mean

(Rata-rata) t p

Status Gizi

TPA (Sumompo 98 -1,762

-2,676 0,008 Bukan TPA

(Bitung Karang Ria 98 -1,292

Page 36: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

32

BAB V. PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Kelurahan

5.1.1 Karakteristik Lokasi Di Sekitar TPA (Kelurahan Sumompo)

Kelurahan Sumompo adalah salah satu kelurahan yang terdapat dalam wilayah

Kecamatan Tuminting Kota Manado. Pada Kelurahan Sumompo terdapat salah satu

area atau lokasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai Tempat Pembuangan

Akhir (TPA). Lokasi TPA ini terletak di tepi jalan raya dan berseberangan atau

berdekatan dengan pemukiman penduduk.

Berdasarkan hasil penelitian pada Kelurahan Sumompo, menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan ayah dari anak balita yang menjadi sampel masih banyak yang

berpendidikan rendah yaitu SD (36,7 %). Untuk tingkat pendidikan ibu yang menjadi

responden penelitian ini dapat juga dilihat bahwa masih banyak yang berpendidikan

rendah yaitu SD (44,9 %). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Orang tua

yang rendah bisa berpengaruh terhadap status kesehatan anak dalam hal penerimaan

informasi sehingga pengetahuan mengenai kesehatan perorangan/keluarga termasuk

juga pola asuh maupun kesehatan lingkungan menjadi rendah.

Jenis pekerjaan ayah paling banyak adalah sebagai Buruh/Pemulung (58,2%).

Banyaknya pekerjaan ayah yang sebagai buruh/pemulung menunjukkan bahwa

lokasi TPA dijadikan sebagai lahan mata pencaharian sedangkan pekerjaan ibu pada

umumnya adalah tidak bekerja atau hanya sebagai Ibu Rumah Tangga (91,8 %). Ibu

yang hanya sebagai IRT akan mempunyai waktu yang lebih banyak dalam hal

mengurus serta merawat anaknya, namun jika dikaitkan lagi dengan rendahnya

pendidikan ibu maka bisa saja ibu masih belum mempunyai pengetahuan yang baik

mengenai kesehatan perorangan/keluarga, kesehatan lingkungan dan terutama juga

mengenai pola asuh anak.

Klasifikasi pendapatan menurut Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi

Utara tahun 2005 mengklasifikasikan tingkat pendapatan mulai dari rendah jika <

Rp. 500.000,- menengah jika Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- dan tinggi jika > Rp.

1.000.000,-. Hasil penelitian untuk Pendapatan Keluarga per bulan yang paling

banyak adalah keluarga dengan pendapatan Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000 (67,3%).

Mengenai pekerjaan ayah yang rata-rata sebagai buruh/pemulung bila dikaitkan

Page 37: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

33

dengan pekerjaan ibu yang hanya sebagai IRT maka dapat disimpulkan bahwa

pekerjaan ibu belum dapat menopang penghasilan keluarga tersebut sehingga bisa

saja mempengaruhi daya beli keluarga menjadi berkurang.

5.1.2 Karakteristik Lokasi Yang Bukan di Sekitar lokasi TPA (Kelurahan

Bitung Karang Ria)

Kelurahan Bitung Karang Ria merupakan salah satu kelurahan dalam lingkup

Kecamatan Tuminting Kota Manado. Kelurahan ini dijadikan pembanding dari

Kelurahan Sumompo karena terletak jauh di sekitar lokasi TPA.

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendidikan ayah yang paling banyak

adalah SMA (45,9 %) sedangkan tingkat pendidikan ibu yang menjadi responden

penelitian paling banyak adalah SMA (44,9 %). Hal ini berarti bahwa banyak ibu

yang mempunyai tingkat pendidikan sama atau setara dengan ayah yaitu SMA. Hasil

ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pendidikan Orang tua di

Kelurahan Bitung Karang Ria dengan tingkat pendidikan Orang tua di Kelurahan

Sumompo dimana tingkat pendidikan Orang tua di Kelurahan Bitung Karang Ria

masih jauh lebih tinggi atau lebih baik bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan

Orang tua di kelurahan Sumompo.

Jenis pekerjaan ayah paling banyak adalah sebagai Buruh/Pemulung (30,6%).

Pekerjaan ayah yang sebagai buruh/pemulung dalam hal ini bukanlah sebagai

pemulung melainkan sebagai buruh untuk jenis pekerjaan lainnya (buruh bangunan).

Hal ini menunjukkan bahwa pada Kelurahan Bitung Karang Ria pekerjaan sebagai

buruh/pemulung lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan pekerjaan ayah di

Kelurahan Sumompo. Pekerjaan ibu yang menjadi responden penelitian, pada

umumnya tidak bekerja atau hanya sebagai Ibu Rumah Tangga (93,9 %). Pekerjaan

ibu yang hanya sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) di Kelurahan Bitung Karang Ria

lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan ibu yang sebagai IRT di Kelurahan

Sumompo. Tetapi untuk pekerjaan ibu sebagai Pegawai Swasta, PNS, dan

Wiraswasta pada Kelurahan Bitung Karang Ria masih lebih banyak bila

dibandingkan dengan Kelurahan Sumompo sehingga hal ini bisa membantu

meningkatkan pendapatan keluarga sehingga daya beli keluarga pun meningkat.

Pendapatan Keluarga untuk Kelurahan Bitung Karang Ria per bulan yang

paling banyak adalah dengan pendapatan Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- (53,1%),

Page 38: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

34

akan tetapi dari pendapatan rata-rata per bulan > Rp. 1.000.000,- Kelurahan Bitung

Karang Ria masih lebih banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan Kelurahan

Sumompo.

5.2 Perbedaan Status Gizi Balita

Hasil analisis Statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna status

gizi balita yang tinggal di sekitar lokasi TPA di Sumompo dan balita yang tinggal

bukan di sekitar lokasi TPA di Bitung Karang Ria. Berdasarkan hasil analisis dari

dua lokasi yang diteliti melalui pengukuran langsung menggunakan timbangan injak

serta Tabel klasifikasi BB/U untuk balita (Baku Rujukan WHO-NHCS) didapatkan

bahwa untuk sampel balita yang tinggal di sekitar Lokasi TPA di Sumompo terdapat

lebih banyak balita yang berstatus Gizi Buruk yaitu 15 balita (15,3 %) dibandingkan

dengan balita Gizi Buruk pada Kelurahan Bitung Karang Ria yaitu 7 balita (7,1 %),

untuk sampel Balita yang berstatus Gizi Kurang lebih banyak terdapat di Kelurahan

Sumompo yaitu 29 balita (29,6 %) bila dibandingkan dengan balita Gizi Kurang pada

Kelurahan Bitung Karang Ria yaitu 20 balita (20,4 %), sedangkan untuk sampel

balita yang berstatus Gizi Baik paling banyak terdapat pada Kelurahan Bitung

Karang Ria yaitu terdapat 70 balita (71,4 %) dibandingkan dengan balita pada

Kelurahan Sumompo yaitu terdapat 55 balita atau 56,1 % dan untuk balita yang

berstatus Gizi Lebih hanya terdapat pada Kelurahan Bitung Karang Ria yaitu 1 balita

(1,0 %).

Penelitian yang membandingkan dua lokasi juga dilakukan oleh Sandjaja

(2001) pada balita di Propinsi Jawa Barat, di Kabupaten Sukabumi dan di Propinsi

Yogyakarta, di daerah Gunung Kidul. Hasil studi menunjukkan bahwa Balita di

daerah terpilih dengan gizi baik, kurang, buruk, dan buruk sekali masing-masing

73,1%, 23,3%, 3,3% dan 0,3%. Prevalensi gizi baik di Sukabumi sedikit lebih tinggi

dibandingkan Daerah Gunung Kidul, tetapi prevalensi gizi buruk sekali lebih tinggi

di Daerah Sukabumi. Prevalensi gizi baik anak perempuan lebih besar dari anak laki-

laki, tetapi prevalensi gizi buruk sekali lebih tinggi pada anak perempuan.

Data sekunder yang didapat dari puskesmas setempat, menunjukkan jumlah

balita gizi buruk pada Kelurahan Sumompo tidak sama dengan hasil penelitian yang

diperoleh peneliti dimana didapatkan lebih banyak balita gizi buruk dan balita gizi

Page 39: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

35

kurang yang jumlahnya lebih sedikit dari data puskesmas setempat. Adanya

perbedaan ini karena belum maksimalnya kinerja dari puskesmas termasuk posyandu

terutama dalam hal pelacakan kasus gizi buruk maupun gizi kurang pada balita

sehingga kasus ini tidak tercover atau terlacak lebih jauh.

Status Gizi Buruk dan status Gizi Kurang pada balita sampai saat ini masih

menjadi masalah kesehatan yang belum dapat diatasi, sehingga sangat berpengaruh

pada pertumbuhan dan perkembangan balita selanjutnya. Hal ini diperkuat dengan

penelitian terhadap 557 anak umur 3 – 18 tahun di daerah Jawa Barat dimana

terdapat asosiasi atau hubungan antara pertumbuhan badan dan perkembangan

motorik. Ternyata status gizi merupakan predektor yang signifikan terhadap

perkembangan motorik anak seperti perkembangan terlambat atau tidak terlambat

(Anwar, 2000).

Pada Kelurahan Sumompo yang mana didapati lebih banyak balita yang

berstatus gizi buruk dan kurang, berdasarkan pengamatan secara langsung di

kelurahan tersebut terdapat suatu area atau lokasi yang digunakan sebagai Tempat

Pembuangan Akhir / TPA. Hal inilah (lingkungan di sekitar TPA) yang turut

berperan dalam status gizi balita setempat. Menurut Sirajudin (2007), dua faktor

langsung yang diyakini menyebabkan timbulnya gizi kurang yaitu rendahnya

konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Rendahnya konsumsi makanan

memang umumnya merupakan sindroma kemiskinan dan meluasnya penyakit infeksi

merupakan refleksi sanitasi lingkungan yang buruk.

Berdasarkan pernyataan tersebut dan bila dihubungkan dengan keadaan

lingkungan serta pemukiman yang berada di sekitar lokasi TPA dimana menurut

hasil pengamatan terhadap daerah yang berada di sekitar lokasi TPA masih belum

memenuhi syarat kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut terutama

bagi balita. Adapun kondisi yang dapat ditemui di sana ialah :

a. Masih adanya lingkungan pemukiman di sekitar kawasan TPA yang dibiarkan

kotor begitu saja. Tempat penampungan sampah organik dan anorganik yang

berada sangat dekat di samping dan di belakang rumah sehingga menimbulkan

bau yang tak sedap dan banyak lalat.

b. Terdapat kandang ternak yang dekat dengan perumahan (ayam dan babi) yang

juga berbau tidak sedap.

Page 40: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

36

c. Anak-anak termasuk balita yang ditemui terkadang tidak menggunakan pengalas

kaki di rumah yang umumnya lantai rumah masih berupa tanah.

d. Masih adanya anak-anak yang dibiarkan makan sendiri tidak menggunakan alat

makan (sendok) melainkan hanya memakai tangan yang jika tidak dicuci ataupun

dipantau oleh orangtua, tangan anak tersebut bisa saja sudah tercemar oleh

kotoran di sekitarnya.

Pernyataan tersebut sejalan bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rudianto H. dan Azizah R. (2005) tentang studi perbedaan jarak perumahan ke TPA

sampah Open Dumping dengan indikator tingkat kepadatan lalat dan kejadian diare

di Desa Kenep Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan dimana didapatkan untuk jarak

perumahan yang dekat dengan TPA open dumping mengakibatkan tingginya angka

kejadian diare, sebaliknya semakin jauh jarak perumahan dengan TPA maka semakin

rendah prosentase kejadian diare. Pada rumah dengan kategori tingkat kepadatan

lalat tinggi prosentase kejadian diare lebih besar jika dibandingkan dengan rumah

yang mempunyai tingkat kepadatan lalat rendah. Perbedaan jarak perumahan ke TPA

dengan kejadian diare menunjukkan hasil yang signifikan.

Keadaan sanitasi lingkungan yang jelek atau buruk seperti inilah yang dapat

menggambarkan status gizi balita di daerah tersebut sehingga dapat berpengaruh

terhadap keadaan status gizi anak melalui adanya penyakit infeksi. Pernyataan ini

didukung dengan adanya data dari Puskesmas Tuminting yang mempunyai salah satu

wilayah kerja di Kelurahan Sumompo menunjukkan masih adanya penderita

penyakit infeksi yang berupa ISPA sebanyak 124 anak balita dan Diare yang

berjumlah sebanyak 55 anak balita sedangkan di Kelurahan Bitung Karang Ria

terdapat 45 anak balita yang menderita ISPA dan 23 anak balita yang menderita

Diare (Profil Puskesmas, 2006).

Sesuai dengan penyebab langsung terjadinya masalah gizi pada balita yaitu

terjadinya masalah kurang gizi adalah akibat langsung dari rendahnya konsumsi

makanan sehingga mengakibatkan asupan zat gizi yang tidak seimbang dan adanya

penyakit infeksi yang diderita. Sebuah program yang menekankan pentingnya

sanitasi dalam mencegah malnutrisi dilakukan oleh CONPAN terhadap 300 keluarga

di Chili pada tahun1974, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

sangat bermakna antara sanitasi lingkungan dan status gizi. Sanitasi yang kurang

Page 41: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

37

baik sangat mempengaruhi nutrisi anak dan akan meningkatkan penyakit infeksi

khususnya penyakit gastrointestinal. Tidak ada keraguan bahwa kondisi sanitasi

merupakan faktor penting untuk mengurangi malnutrisi dan meningkatkan kondisi

kesehatan (Bendich dan Deckelbaum, 2006).

Santoso dan Ranti (1999) menyatakan bahwa defisiensi gizi sering

dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui

beberapa cara yaitu mempengaruhi nafsu makan, menyebabkan kehilangan bahan

makanan karena diare/muntah-muntah atau mempengaruhi metabolisme makanan

dan banyak cara lain lagi. Defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan

sistem kekebalan. Gizi kurang dan infeksi, kedua-duanya dapat bermula dari

kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan sanitasi buruk, selain itu juga

diketahui bahwa infeksi menghambat reaksi imunologis yang normal dengan

menghabiskan sumber-sumber energi di tubuh. Gizi kurang menghambat reaksi

imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit

infeksi. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan melalui

muntah-muntah dan diare, selain itu juga penghancuran jaringan tubuh akan

meningkat karena dipakai untuk pembentukan protein dan enzim-enzim yang

diperlukan dalam usaha pertahanan tubuh.

Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerjasama, dan bila bekerja

bersama-sama akan memberikan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan

bila kedua faktor tadi masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Infeksi memperburuk

taraf gizi dan sebaliknya, gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk

mengatasi penyakit infeksi. Kuman-kuman yang kurang berbahaya bagi anak gizi

baik bisa menyebabkan kematian pada anak-anak dengan gizi buruk (Santoso dan

Ranti, 1999).

Page 42: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

38

BAB VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Anak Balita yang tinggal di sekitar Lokasi TPA di Sumompo menderita status

gizi buruk sebanyak 15 balita (15,3 %), gizi kurang sebanyak 29 balita (29,6 %)

dan gizi baik sebanyak 54 balita (55,2 %).

2. Anak Balita yang tinggal bukan di sekitar Lokasi TPA di Bitung Karang Ria

menderita status gizi buruk sebanyak 7 balita (7,1 %), status gizi kurang

sebanyak 20 balita (20,4 %), status gizi baik sebanyak 70 balita (71,4 %) dan

status gizi lebih yang berjumlah 1 balita (1,0 %).

3. Terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara status gizi balita yang

tinggal di sekitar TPA di Sumompo dan balita yang tinggal bukan di lokasi TPA

di Bitung Karang Ria. Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang lebih banyak terdapat

pada kelurahan yang dekat dengan lokasi TPA dibandingkan dengan kelurahan

yang jauh dari Lokasi TPA.

B. Saran

1. Dinas Kesehatan Kota Manado (Puskesmas Tuminting) agar segera

menanggulangi anak balita yang menderita gizi buruk (rujukan kesehatan) serta

pelacakan kasus gizi buruk. Perlu diadakan penyuluhan dari puskesmas dan

posyandu terhadap keluarga yang tinggal di sekitar lokasi TPA untuk dapat

membersihkan lingkungan sekitarnya terutama menjaga kebersihan di luar

rumah, dalam rumah maupun kebersihan tiap anggota keluarga khususnya anak

balita.

2. Pemerintah Kota Manado (Dinas Kesehatan) perlu memperhatikan lebih jauh lagi

mengenai keadaan status gizi anak balita yang tinggal di sekitar Lokasi TPA di

Sumompo dan juga keadaan di sekitar tempat tinggal penduduk yang dekat

dengan lokasi TPA.

3. Sebaiknya dilakukan relokasi untuk penduduk yang tinggal di dekat lokasi TPA,

agar supaya tidak ada lagi pemukiman penduduk yang berdekatan dengan TPA,

karena derajat kesehatan dari penduduk di sekitar lokasi TPA lebih rendah

dibandingkan dengan yang tinggal jauh dari lokasi TPA.

Page 43: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

39

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2005 (a). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Angka Kecukupan Gizi yang

Dianjurkan dan Masalah Gizi di Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia

Pustaka Utama, hal 301

Almatsier S. 2005 (b). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Pengenalan Ilmu Gizi. Jakarta:

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, hal 3 ; 9

Anwar H. M. 2000. Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan

Kualitas Tumbuh Kembang Anak (Online), (http://anak.i2.co.id/beritabaru/

berita.=asp?id=169 diakses tanggal 5 September 2007)

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Gizi Anak. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC, hal 56-8

Astawan M. 2002. Kembali ke Pola Makan Yang Benar. (Online),

(www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1041219513,57968,-23k,

diakses tanggal 16 Maret 2007)

Baliwati E. Y, Khomsan A, Dwiriani M. C. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi.

Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya. Edisi 1, hal 78-80.

Bendich A, Deckelbaum R. J. 2006. Preventive Nutrition The Comphrehensive

Guide for Health Professionals. Malnutrition in Chile. Totowa : Humana

Press. 3rd

, p 767

Departemen Kesehatan RI. 2004. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan.

Pendahuluan. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan, hal 1

Dinas Kesehatan Provinsi, 2006. Laporan Hasil Kegiatan Pemantauan Status Gizi

(PSG). Propinsi Sulawesi Utara, Manado.

Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutritional Assessment, Second Edition.

Introduction, Nutritional Assesment System. New York : Oxford University

Press. P 2 – 7

Keppel B. 2005. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Sarjana Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat. Manado.

Khomsan A. 2002. SDM Bangsa dan Gizi Buruk. (Online),

(www.Kompas.com/Kompas-cetak/0602/18/opini/2445871.htm-43k-, diakses

tanggal 16 Maret 2007)

Lameshow S., David W., Hosmer Jr, Klar J., Stephen K., Lwanga. Terjemahan

Promono Dibyo, Kusnanto H. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian

Kesehatan. Metode Statistik Untuk Penentuan Besar Sampel. Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press, hlm 1-59

Page 44: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

40

Mitchell, M. K. 2003. Nutrition Across the Life Span. Nutrition Screening and

Assessment. Second Edition. Philadelphia, Pennsylvania : Saunders An

Imprint of Elsevier. P 49-50

Moehji S. 2003. Ilmu Gizi 2. Peranan Gizi Dalam Berbagai Kurun Usia Dalam

Daur Kehidupan. Jakarta : Papas Sinar Sinanti, hal 26

Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (prinsip-prinsip dasar). Gizi

Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta. hlm 198 - 203

Nurlianti W. 2006 (a). Bayi Usia Dua Tahun Paling Rawan. (Online), (www.pikiran-

rakyat.com/cetak/2006/032006/20/09lapsus02.htm-22k, diakses tanggal 16

Maret 2007)

Nurlianti W. 2006 (b). Tangani Gizi Buruk Dengan Pengentasan Kemiskinan.

(Online), (http://www.pikiranrakyat.com/cetak/2006/032006/20/09lapsus()

1htm diakses tanggal 16 Maret 2007)

Paath E. F, Rumdasih Y, Heryati, 2004 (a). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.

Konsep Gizi Seimbang. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 46

Paath E. F, Rumdasih Y, Heryati, 2004 (b). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.

Kebutuhan Gizi Sepanjang Daur Kehidupan Wanita. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC, hal 66

Purba R.B. 2005 (a). Program Implementasi dan Evaluasi Program Gizi. Masalah

Gizi (Program Gizi) Hubungannya dengan Pembangunan dan Sumber Daya

Manusia. Jilid 1. Manado, hal 22

Purba R.B. 2005 (b). Program Implementasi dan Evaluasi Program Gizi. Program

Perbaikan Gizi Makro Departemen Kesehatan RI. Jilid 1. Manado, hal 60 ;

65-8

Puskesmas Tuminting. 2006. Profil Kesehatan Puskesmas Tuminting Tahun 2006.

Manado : Puskesmas Tuminting.

Rudianto H, Azizah R. 2000. Studi Tentang Perbedaan Jarak Perumahan Ke TPA

Sampah Open Dumping Dengan Indikator Tingkat Kepadatan Lalat dan

Kejadian Diare (Studi di Desa Kenep Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan).

(Online), (http://www.journal.unair.ac.id/login/jurnal/filer/KESLING-1-2-

06.pdf diakses tanggal 5 September 2007)

Sandjaja. 2001. Penyimpangan Positif (Positif Deviance) Status Gizi Anak Balita dan

Faktor-faktor yang Berpengaruh. (Online) (http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?

mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-gdl-grey-2001-sandjaja-123-gizi

diakses tanggal 16 Maret 2007)

Page 45: Profil Status Gizi Balita Yang Berdomisili Di Sekitar TPA Bitung

41

Santoso S, Ranti L. A. 1999. Kesehatan dan Gizi. Permasalahan Gizi dan Kehidupan

Anak. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta, hal 82-4

Sirajuddin. 2007. Model Tungku (Heart) Terbukti Mampu Mengeliminasi Kasus

Kurang Gizi secara Berkelanjutan. (Online) (http://gizi.net/makalah/

download/hearth%20TT.pdf diakses tanggal 14 Agustus 2007)

Supariasa I, Bakri B, Fajar I. 2002 (a). Penilaian Status Gizi. Antropometri Gizi.

Jakarta : Buku Kedokteran. Edisi I, hal 31

Supariasa I, Bakri B, Fajar I. 2002 (b). Penilaian Status Gizi. Metode Penilaian

Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran. Edisi I, hal 18-21