bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Berbagai bentuk pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah ditujukan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan taraf hidup masyarakat. Hal ini
sesuai dengan tujuan negara Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan
Undang – Undang Dasar 1945, yaitu “… melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…….”
Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu rangkaian upaya yang
dilakukan secara terus menerus untuk mencapai suatu tingkat kehidupan masyarakat
yang sejahtera lahir dan batin, untuk itu peran serta masyarakat dalam pembangunan
sangat diperlukan karena merekalah objek sekaligus subjek pembangunan, sehingga
berkembanglah model pembangunan partisipatif ( Sumaryadi, 2005 : 87 ).
Pembangunan partisipatif merupakan pendekatan pembangunan yang sesuai dengan
hakikat otonomi daerah yang meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh
berkembang dari masyarakat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh
masyarakat dan hasilnya dinikmati oleh seluruh masyarakat ( Sumaryadi, 2005 : 87 ) .
Salah satu ukuran yang menunjukkan kesejahteraan umum / rakyat dapat dilihat
apabila kondisi kemiskinan dapat dikurangi, sehingga tepat jika yang harus dilakukan
adalah melalui upaya penanggulangan kemiskinan.
Permasalahan kemiskinan di Indonesia pada masa sekarang ini membutuhkan
keseriusan dalam penanganannya demi mendukung pembangunan masyarakat dan
bangsa secara keseluruhan, mengingat faktor kemiskinan sangat mempengaruhi cepat
atau lambatnya laju pembangunan dan kemajuan suatu bangsa.
Kemiskinan yang terjadi di Indonesia tidak hanya terjadi di pedesaan saja
tetapi juga di perkotaan saja, dan selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan
kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di
tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial,
ekonomi, aset dan lain – lain, namun masih belum menyentuh sampai akarnya. Akan
tetapi apapun alasannya, masalah kemiskinan harus diselesaikan dengan langkah
2
nyata yang dimulai dengan menyelesaikan akar penyebab kemiskinan itu sendiri. Dari
data yang ada, saat ini tahun 2010 jumlah kemiskinan di Indonesia sekitar 13.5%.
Kalau jumlah penduduk di Indonesia saat ini sebanyak 238 juta jiwa, maka 13.5%
dari 238 juta adalah sekitar 55 juta jiwa masih hidup dalam kemiskinan1
Langkah yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan pengentasan
kemiskinan dalam masyarakat tersebut adalah dengan mengeluarkan kebijakan
Program Pengentasan Kemiskinan di berbagai sektor kehidupan secara merata dan
berkesinambungan baik di pedesaan maupun di perkotaan di Perkotaan.
Negara adalah organisasi kekuasaan yang berwenang untuk merumuskan dan
melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk demi
kepentingan masyarakat ( Budiarjo, 1993 : 4 ) .
Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh negara melalui pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan dalam bentuk suatu program kegiatan adalah dengan
menciptakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan atau
disebut PNPM MP.
Kebijakan program PNPM MP ini merupakan pembangunan yang bersifat
partisipasif kerena melibatkan peran serta masyarakat dalam menciptakan daya upaya
untuk mencapai tujuan program.. Pembangunan partisipatif erat kaitannya dengan
pemberdayaan masyarakat, dimana pada pembangunan partisipatif diperlukan upaya
dan langkah-langkah untuk mempersiapkan masyarakat guna memperkuat
kelembagaan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian,
dan kesejahteraan dalam suasana keadilan yang berkelanjutan untuk meningkatkan
harkat dan martabatnya serta mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Upaya tersebut merupakan salah satu wujud nyata dari
pemberdayaan masyarakat ( Sumaryadi, 2005 :111 ) .
Selama ini banyak program – program kebijakan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, yang antara antara lain :
a. Program pemerintah (Jaring Pengaman Sosial/ JPS,
Evaluasi Program Pemberdayaan Potensi Ekonomi Masyarakat Desa Nelayan /
P3EMDN, Program Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi / P4K, Peningkatan Keberdayaan Masyarakat / PPKM, Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman / PPSP, Pusat Informasi dan Konseling
1 Diunduh dari http://www.jawapos.com/ mengutip dari data BPS tahun 2010, dikutip tanggal 17
Februari 2012
3
Kesehatan Reproduksi Remaja / PIK - KKR, Inpres Desa Tertinggal / IDT,
Pemberdayaan ekonomi kerakyatan, Usaha Ekonomi Desa, Program
pengentasan kemiskinan daerah pantai, dan Program pemulihan keberdayaan
masyarakat).
b. Program penyertaan partisipasi masyarakat / dunia usaha ( Tabungan Keluarga
Sejahtera / Takesra, Keluarga Pra Sjahtera dan Keluarga Sejahtera/
Kukesra,Kredit Pengembangan Kemitraan Usaha Prokesra / KPKU Prokesra,
dan Program kredit Pengentasan Kemiskinan / Taskin, Dana Karya Abadi /
DAKAB, Pengembangan Sumber Daya Manusia.
c. Program Bantuan Luar Negeri ( Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan / P2KP
dan Program Pengembangan Kecamatan / PPK ).
d. Skim Kredit ( Kredit Usaha Tani / KUT, Kawasan Keselamatan Operasi
Penerbangan / KKOP, Kredit Modal Kerja Badan perkreditan Rakyat Syari’ah /
KMKBPR/Syari’ah, Kredit modal kerja usaha kecil menengah KMK-UKM,
kredit penerapan teknologi tepat guna / KPTTG, dan Kredit Penerapan
Teknologi Produk Unggulan Daerah / KPTPUD).2
Program – program penanggulangan kemiskinan tersebut masih dirasakan
kurang dalam merespon akar penyebab kemiskinan. Untuk itu pemerintah melalui
Departemen Pekerjaan Umum dengan sub bidang direktorat jendral Cipta Karya
sebagai penyelenggara kegiatan / program PNPM MP.
Sebenarnya PNPM MP ini bukan merupakan program penanggulangan kemiskinan
yang baru, namun program ini adalah kelanjutan dari Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan ( P2KP ) yang telah dimulai sejak tahun 1999, kemudian pada
tahun 2008 program ini diperluas dan dikemas lagi dalam suatu Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat yang karena sasaran programnya adalah masyarakat
miskin di perkotaan maka dinamakan dengan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perkotaan. PNPM Mandiri Perkotaan ini adalah program
pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan
melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya,
termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat
terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan
berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal.
2 Buku Pedoman PMPM Mandiri Perkotaan edisi Juli 2009
4
Pendanaan dari program ini sebelumnya ( pada program P2KP ) hanya
bersumber dari hibah dan pinjaman lunak dari Bank Dunia, tetapi pada program
PNPM MP sekarang berasal dari berbagai sumber yaitu selain dari hibah dan
pinjaman dari bank dunia juga berasal dari APBN, APBD dan sumber lain yang tidak
mengikat.
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai suatu program kebijakan
pemerintah yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu permasalahan masyarakat
adalah sejalan dengan konsep Negara kesejahteraan ( Welfate State ) yang dianut oleh
Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD’45 pada alinea ke 4 dengan
landasan falsafah pancasila dimana tujuan akhir yaitu untuk mewujudkan
kesejahteraan negara.
Sehubungan dengan konsep negara sejahtera tersebut, maka tugas-tugas
pemerintah menjadi semakin luas dalam kehidupan masyarakat dalam rangka untuk
mengurus dalam menata berbagai fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam kehidupan
bersama (kepentingan umum / public service ). Sehingga dapat dikatakan bahwa
negara merupakan pihak yang harus bertanggungjawab atas segala permasalahan yang
terjadi dalam masyarakat ( Ridwan, 1990 : 20 ) .
Selaras dengan hal tersebut, kondisi masyarakat Indonesia yang semakin modern
tidak dapat terlepas dari masalah – masalah sosial yang selalu menyertainya seperti
masalah lingkungan, pengangguran, kemiskinan, sumber daya, kerawanan sosial dan
lain sebagainya. Kesemua permasalahan yang timbul di dalam masyarakat tersebut
merupakan agenda politik pemerintah untuk mendapatkan penyelesaiannya dengan
menuangkannya melalui proses politik guna menghasilkan kebijaksanaan-
kebijaksanaan politik pemerintah yang dibuatnya.
Kebijakan pemerintah atau sering disebut kebijaksanaan publik adalah
tindakan – tindakan atau keputusan – keputusan yang dibuat oleh pemerintah (
Bambang, 1994 : 25 ) . Suatu kebijakan pemerintah didasari dari adanya kondisi sosio
– politik yang berkembang dan menuntut adanya penyelesaian secara komprehensif.
Tujuan – tujuan penting kebijaksanaan pemerintah pada umumnya sebagai fungsi
sentral dari negara bagi seluruh masyarakat di daerah kekuasaannya adalah :
1. Memelihara ketertiban umum
2. Memajukan perkembangan dari masyarakat dalam berbagai hal
3. Memperpadukan berbagai aktivitas
4. Menunjuk dan membagi berbagai benda material maupun non material
5
Dapat dikatakan bahwa prinsip dari kebijaksanaan pemerintah adalah
kepentingan umum ( publik ) yang merupakan implementasi dari suatu cita – cita
politik ( Bambang, 1994 : 12 ) .
Dengan demikian cukup dapat dipahami bahwa kebijaksanaan pemerintah
merupakan usaha untuk mencapai tujuan tertentu dengan sarana tertentu dengan
sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu.
Kebijaksanaan pemerintah itu dapat ditetapkan secara jelas dalam peraturan
perundang – undangan atau dalam bentuk pidato – pidato pejabat pemerintah atau
juga berupa program – program dan tindakan – tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah ( Bambang, 1994 : 22 ) .
Ditetapkannya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan ( PNPM MP ) sebagai suatu kebijaksanaan pemerintah Indonesia dalam
upaya menanggulangi masalah sosial yaitu kemiskinan khususnya dengan sasaran
masyarakat yang tinggal di perkotaan adalah salah satu langkah yang diharapkan
mampu menekan sampai semaksimal mungkin angka kemiskinan agar laju
pembangunan dapat terus berlanjut mencapai tujuan negara.
Legitimasi yang mendasari pelaksanaan Kebijakan Program PNPM MP
adalah Dasar 1945 yang tertuang dalam beberapa pasal yaitu :
Pasal 27 ayat (2) " tiap – tiap warga negara berhak atas pekerjaan
danpenghidupan yang layak bagi kemanusiaan " ;
Pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan
kesehatan ;
Ayat (2) setiap orang mendapatkan kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
Ayat(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat ;
Ayat (4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan
hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara
sewenang – wenang oleh siapapun.
6
Pasal 34 menyebutkan " fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara".
Pada Pasal 34 tersebut diatas yang semula ayat tunggal, pada amandemen
keempat UUD 45 dipertegas lagi dengan menambah ayat-ayat baru, sehingga pasal
34 menjadi empat ayat. Ayat (2) berbunyi " negara mengembangkan sistem jaminan
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan".
Selain itu, landasan legitimasi pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan tersebut juga diperkuat dengan tingkatan yang lebih implementatif dalam
Undang – Undang No. 5 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas), dimana substansinya disebutkan empat strategi penanggulangan
kemiskinan, yaitu :
1. Penciptaan kesempatan (create opportunity) melalui pemulihan ekonomi
makro, pembangunan yang baik, dan peningkatan pelayanan umum.
2. Pemberdayaan masyarakat (people empowerment) dengan meningkatkan akses
terhadap sumber daya ekonomi dan politik.
3. Peningkatan kemampuan (increasing capacity) melaui pendidikan dan
perumahan.
4. Perlindungan sosial (social protection) untuk mereka yang memiliki cacat
fisik, fakir miskin, kelompok masyarakat yang terisolir, serta terkena pemutusan
hubungan kerja (PHK), dan korban konflik sosial.
Sejalan dengan komitmen penanggulangan kemiskinan di Indonesia tersebut
selaras dengan himbauan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang telah
disepakati pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium di Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB), New York tahun 2000 yang menetapkan upaya mengurangi separuh
dari kemiskinan di dunia sebagai Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals) yang harus dicapai pada tahun 2015. Tujuan tersebut
dilaksanakan melalui 8 jalur sasaran yang meliputi :
Memberantas kemiskinan dan kelaparan
Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua
Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
Menurunkan angka kematian anak
Meningkatkan kesehatan ibu
7
Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain
Menjamin kelestarian lingkungan hidup
Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Komitmen atas sasaran dan target tersebut disepakati juga oleh pemerintah
Indonesia yang ikut menandatangani dokumen Rencana Pelaksanaan KTT
Pembangunan Berkelanjutan untuk menjadi acuan dalam melaksanakan pembangunan
di Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan Berkelanjutan di
Johannesburg, Afrika Selatan, bulan September 2002. Dengan demikian, konsensus
bangsa Indonesia dan maupun komitmen internasional untuk memberantas
kemiskinan dalam rangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.
Faktor tersebut membutuhkan peran pemerintah dan semua perangkat negara
bersama dengan berbagai unsur masyarakat memikul tanggungjawab utama untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan sekaligus pengentasan kemiskinan
paling lambat tahun 2015 ( Sutrisna, 2001 : 17 ) . Dalam penjabaran yang lebih jelas
melalui Peraturan presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan secara legitimasi semakin memperkuat pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan PNPM MP.
Korelasi pentingnya pengorganisasian tersebut, dalam program PNPM MP ini
secara organisatoris, birokrasi yang menjadi leading sector atau pelaksana program
adalah Departemen Pekerjaan Umum yang menyerahkan pelaksanaan kegiatan secara
operasional kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya di bawah atap Departemen
Pekerjaan Umum.
Dalam pengertian teknis operasional, ada 3 pokok tindakan / kegiatan yang
dilaksanakan dalam PNPM MP kepada penerima sasaran program ini yaitu adalah
masyarakat miskin di perkotaan yaitu berupa :
1. Bantuan Langsung Masyarakat
2. Pijaman Bergulir
3. Dana Pendampingan
Dalam pelaksanaan pembangunan sangat diperlukan keterpaduan dari
berbagai elemen yang terkait. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah
mengikutsertakan rakyat untuk berpartisipasi dalam pembangunan yang berwawasan
pemberdayaan. Masyarakat local ( setempat ) dengan pengetahuan serta
pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan pembangunan,
8
karena masyarakat lokal-lah yang mengetahui apa permasalahan yang dihadapi serta
potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Masyarakat memiliki kedaulatan yang cukup
luas untuk menentukan orientasi dan arah kebijakan pembangunan yang dikehendaki.
Nilai-nilai kedaulatan selayaknya dibangun sebagai kebutuhan kolektif masyarakat
dan bebas dari kepentingan individu dan atau golongan 3 .
Partisipasi publik dalam kebijakan pembangunan di negara-negara yang
menerapkan demokrasi termasuk di Indonesia bukanlah hal yang baru. Sebagai suatu
konsep dan praktek pembangunan, konsep partisipasi baru dibicarakan pada tahun 60-
an ketika berbagai lembaga internasional mempromosikan partisipasi dalam praktek
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Di Indonesia, landasan hukum
pelaksanaan partisipasi masyarakat adalah UUD 1945 yang menyebutkan bahwa
partisipasi adalah hak dasar warga negara, dan partisipasi politik sebagai prinsip dasar
demokrasi. Presiden Suharto sejak tahun 1966 menerapkan konsep partisipasi
masyarakat dalam program pembangunan dan sesuai dengan paradigma pemerintahan
Orde Baru yang sentralistik, seluruh kebijakan pembangunan dilakukan secara “top-
down”. Inisiatif dalam menetapkan kebijakan pembangunan berasal dari atas (pejabat
berwenang) tanpa melibatkan masyarakat dan stakeholder lainnya. Dalam kaitan ini,
masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan terutama dalam membantu dana
maupun tenaga. Pada saat itu partisipasi dipandang sebagai proses mobilisasi yaitu
penggerakkan masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Meskipun model ini
memiliki keunggulan karena pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan secara cepat,
namun kelemahan yang dijumpai adalah masyarakat sering merasa tidak memiliki dan
tidak merasakan manfaat dari kegiatan pembangunan itu 4 .
Perlunya keterlibatan masyarakat ini dianggap sangat penting, karena
pembangunan yang terlalu menekankan peranan pemerintah birokrasi yang biasanya
bercirikan top down mendapat kritikan tajam, dimana kurang peka terhadap
kebutuhan lokal. Dari pada itu, pelaksanaan pembangunan yang mengutamakan
masyarakat dalam pelaksanaan program-program pembangunan, berarti memberikan
peluang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengarahkan sumber daya, potensi,
merencanakan serta membuat keputusan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
3 Diunduh dari http://rekompakjrf.org/download/pelembagaan_partisipasi_masyarakat_desa_
melalui_pembang unan_bkm.pdf. Diunduh pada hari Jum‟at 17 januari 2012, pukul 14:22 4 Diunduh dari http://rekompakjrf.org/download/pelembagaan_partisipasi_masyarakat_desa_
melalui_pembang unan_bkm.pdf. Diunduh pada hari Jum‟at 18 Maret 2012, pukul 14:22
9
pembangunan yang akan mensejahterakan mereka, sehingga mereka berdaya (
Conyers, 1991 : 87 ) .
Seiring dalam kerangka pemerintahan daerah yang mengutamakan prinsip
desentralisasi, secara substantif menempatkan partisipasi masyarakat sebagai
instrumen yang sangat penting dalam sistem pemerintahan daerah dan berguna untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan sosial, menciptakan rasa memiliki
pemerintahan, menjamin keterbukaan, akuntabilitas dan kepentingan umum,
mendapatkan aspirasi masyarakat, dan sebagai wahana untuk agregasi kepentingan
dan mobilisasi dana, sehingga pada intinya ada ruang yang sangat luas pada
partisipasi masyarakat dalam menentukan kebijakan publik dan implementasinya 5.
Penyertaan masyarakat sebagai subjek pembangunan adalah suatu
keniscaayaan dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Ini berarti
masyarakat diberi peluang untuk berperan aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan
hingga evaluasi setiap tahap pembangunan yang diprogramkan. Terlebih apabila kita
akan melakukan pendekatan pembangun dengan semangat lokalitas. Masyarakat lokal
dengan pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam
melaksanakan pembangunan, karena masyarakat lokal-lah yang mengetahui apa
permasalahan yang dihadapi serta potensi yang dimiliki oleh daerahnya.
Masyarakat memiliki kedaulatan yang cukup luas untuk menentukan orientasi
dan arah kebijakan pembangunan yang dikehendaki. Nilai-nilai kedaulatan
selayaknya dibangun sebagai kebutuhan kolektif masyarakat dan bebas dari
kepentingan individu dan atau golongan. Di Indonesia, rencana pembangunan secara
nasional diberikan tempat central kepada pembangunan pedesaan. Hal ini disebabkan
karena kurang lebih 80 % penduduk Indonesia berdiam di pedesaan. Sehingga dengan
demikian, upaya perencanaan pembangunan masyarakat pedesaan tidaklah lepas dari
setiap program pembangunan nasional.
Pembangunan desa sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
mempunyai arti strategis, karena desa secara keseluruhan merupakan basis atau
landasan negara RI yang diukur dalam kancah pembangunan nasional, serta
keterkaitan dengan kondisi-kondisi sosial masyarakat yang masih terbelakang
5 Diunduh dari http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=ijptuncen-gdl-res- 1994-
jan-1046- pada tanggal 17 Januari 2012
10
merupakan tantangan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan
merata6
Program kebijakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan melalui
PNPM MP juga dilaksanakan di Desa Pulorejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten
Grobogan melalui mekanisme yang ada pada pedoman pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan. Pelaksanaan program partisipatif ini melibatkan masyarakat untuk terlibat
langsung mulai dari pembentukan kelembagaan program sampai pada pelaksanaan
kegiatan – kegiatan program menurut standart operasional procedure ( SOP ) dalam
PNPM MP..
Dalam perencanaan maupun pelaksanaan kegiatannya, lembaga masyarakat
yang terbentuk dalam program ini mendapatkan pendampingan dari fasilitator
kelurahan dan pendamping dari petugas PNPM MP yang bertujuan untuk penyiapan,
pengembangan, dan kemampuan kelembagaan masyarakat di tingkat kelurahan untuk
dapat mengkoordinasikan dan memberdayakan masyarakat dalam melaksanakan
program pembangunan.
Dengan melihat upaya pengentasan kemiskinan dari pemerintah melalui
PNPM MP di Desa Pulorejo ini perlu dilihat bagaimana dan sejauh mana partisipasi
partisipasi masyarakat setempat terhadap pelaksanaan PNPM MP di wilayahnya,
mengingat pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam PNPM MP ini cukup terkait
dengan berbagai factor baik yang berasal pelaksana program ataupun penerima
sasaran maupun dari para pemangku kepentingan yang lain ( Stake Holder ) lainnya.
Dari fenomena yang terjadi dalam masyarakat antara harapan dan
ketidaksesuaian kenyataan dalam setiap pelaksanaan partisipasi masyarakat terhadap
suatu kebijakan pemerintah dalam kerangka pencapaian cita – cita politik negara,
menyiratkan bahwa selalu ada permasalahan sosio politik yang mewarnainya dan
menuntut adanya tindakan nyata untuk menyelesaikannya. Bertitik tolak dari
permasalahan sebagaimana dalam latar belakang masalah diatas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul :
“ PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (
PNPM MP ) DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN “
6 Diunduh pada http://digilib.itb.ac.id/ pada tanggal 17 Februari 2012
11
( Studi Di Desa Pulorejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan )
1.2. Rumusan Masalah
Dari fenomena masalah yang ada, penulis merumuskan masalah yang akan
diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Desa Pulorejo
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ?
2. Apa saja yang menjadi kendala terhadap pelaksanaan partisipasi
masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan di Desa Pulorejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Desa Pulorejo
Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.
2. Menjelaskan kendala - kendala pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan di Desa
Pulorejo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran pengembangan ilmu pengetahuan
pada umumnya dan Ilmu Sosiologi pada khususnya.
b. Untuk membuka kemungkinan dan menambah bahan referensi serta
bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah dan
masyarakat dalam pelaksanaan kebijakan PNPM Mandiri Perkotaan
yang akan datang.
b. Sebagai bahan masukan dalam rangka pemberdayaan sumberdaya
masyarakat melalui kualitas partisipasi masyarakat yang ideal dalam
pelaksanaan Program kebijakan PNPM Mandiri Perkotaan.
1.5. Batasan Penelitian
12
Untuk menghindari kekaburan masalah, dalam penelitian ini di berikan
batasan dengan meliputi :
1. Fokus penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk melihat bagaimana partisipasi masyarakat
Desa pada pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perkotaan ( PNPM MP ).
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di ambil di Desa Pulorejo Kecamatan Purwodadi
Kabupaten Grobogan.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dibatasi hanya pada tahun 2011 yaitu pada siklus 1
(tahapan tahun pertama / awal ) dalam PNPM MP di Desa Pulorejo, dan data
yang diambil dilakukan mulai Januari sampai Desember 2011.