bab i pendahuluan -...

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka menunjang kegiatan produksi pabrik pupuk PT. X, yang semakin hari permintaan terhadap pupuk semakin meningkat maka di bangunlah tangki penyimpanan amoniak. Karena amoniak adalah salah satu bahan baku utama dalam pembuatan pupuk. Untuk realisasi Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak, selanjutnya diserahkan kepada PT. Y selaku kontraktor pelaksana, yang dipilih melalui proses tender terlebih dahulu. PT. Y yang bertindak sebagai kontraktor pelaksana dihadapkan pada suatu permasalahan bahwa proyek yang berlangsung tersebut harus diselesaikan sesuai jadwal dan rencana biaya yang sudah disepakati serta harus sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Seperti yang telah kita ketahui keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari ketepatan waktu terselesainya proyek tersebut dan sesuai dengan anggaran (budget) yang disediakan serta dapat menghasilkan kualitas proyek sesuai yang ditetapkan. Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari peranan manajemen proyek tersebut. Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi yang telah ditentukan. Dengan kata lain, fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengaturan dan penyediaan staff, pengarahan, pengontrolan / pengendalian dan pengkoordinasian. Pengendalian suatu proyek yang merupakan salah satu kegiatan manajemen sangat penting keberadaanya mengingat masalah proyek merupakan masalah yang sangat kompleks, melibatkan banyak personel, biaya yang besar dan waktu yang terbatas serta harus dapat menghasilkan produk dengan mutu yang diinginkan. Sehingga membutuhkan suatu manajemen yang bagus untuk mengelolanya, termasuk di dalamnya kegiatan pengendalian proyek agar proyek tersebut dapat berjalan sesuai dengan jadwal (time schedule) yang telah disepakati dengan anggaran yang ada serta sudah memenuhi standar mutu. Jika jalannya proyek mengalami keterlambatan, maka akan berpengaruh pada biaya pelaksanaan proyek. Hal tersebut sangat tidak diinginkan oleh pemilik proyek (owner), konsultan, maupun kontraktor sebagai pelaksana pembangunan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan pengendalian biaya dan waktu. Sebelum perlu dilakukan suatu tindakan dalam mengendalikan proyek, perlu diketahui terlebih dahulu kinerja proyek yang telah berlangsung. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja proyek adalah metode Earned Value. Pada Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak PT. X ini melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain civil, mechanical, electrical dan instrument sehingga permasalahan yang dihadapi pada saat proyek berlangsung sangat kompleks, berbeda dengan proyek yang sering dijumpai selama ini seperti proyek pembangunan gedung, apartemen, jembatan dan lain – lain yang mungkin hanya melibatkan disiplin ilmu yang sedikit sehingga kemungkinan masalah dihadapi relatif tidak bermacam – macam, berbeda dengan Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak PT. X ini. Oleh karena itu, dalam pengerjaan proyek tersebut sangatlah dibutuhkan sumber daya yang baik. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa manusia, pengadaan material, biaya ataupun alat serta komunikasi yang baik antara PT. X selaku pemilik proyek (owner) dengan PT.Y selaku kontraktor pelaksana maupun dengan sub kontraktor yang ada di proyek tersebut. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mengimbangi keterbatasan waktu dalam penyelesaian Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak serta kompleksnya masalah yang dihadapi di lapangan. Dengan analisa Earned Value ini, maka diharapkan dapat membantu dasar mengendalikan Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak dengan memadukan unsur prestasi, biaya dan waktu proyek. Sehingga dapat diketahui seberapa jauh kemajuan atau keterlambatan proyek pada saat pelaporan dan berapa besar proyeksi kemajuan atau keterlambatan pada akhir proyek dari segi biaya dan waktu. Dari analisa tersebut maka kontraktor diharapkan dapat mengetahui kinerja proyek dan langkah – langkah apa saja yang harus ditempuh agar proyek selesai pada waktu yang telah ditentukan dengan sisa dana yang ada.

Upload: nguyentu

Post on 27-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka menunjang kegiatan produksi pabrik pupuk PT. X, yang semakin hari permintaan terhadap pupuk semakin meningkat maka di bangunlah tangki penyimpanan amoniak. Karena amoniak adalah salah satu bahan baku utama dalam pembuatan pupuk. Untuk realisasi Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak, selanjutnya diserahkan kepada PT. Y selaku kontraktor pelaksana, yang dipilih melalui proses tender terlebih dahulu.

PT. Y yang bertindak sebagai kontraktor pelaksana dihadapkan pada suatu permasalahan bahwa proyek yang berlangsung tersebut harus diselesaikan sesuai jadwal dan rencana biaya yang sudah disepakati serta harus sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

Seperti yang telah kita ketahui keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari ketepatan waktu terselesainya proyek tersebut dan sesuai dengan anggaran (budget) yang disediakan serta dapat menghasilkan kualitas proyek sesuai yang ditetapkan. Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari peranan manajemen proyek tersebut. Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang lain untuk mencapai sasaran organisasi yang telah ditentukan. Dengan kata lain, fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengaturan dan penyediaan staff, pengarahan, pengontrolan / pengendalian dan pengkoordinasian.

Pengendalian suatu proyek yang merupakan salah satu kegiatan manajemen sangat penting keberadaanya mengingat masalah proyek merupakan masalah yang sangat kompleks, melibatkan banyak personel, biaya yang besar dan waktu yang terbatas serta harus dapat menghasilkan produk dengan mutu yang diinginkan. Sehingga membutuhkan suatu manajemen yang bagus untuk mengelolanya, termasuk di dalamnya kegiatan pengendalian proyek agar proyek tersebut dapat berjalan sesuai dengan jadwal (time schedule) yang telah disepakati dengan anggaran yang ada serta sudah memenuhi standar mutu.

Jika jalannya proyek mengalami keterlambatan, maka akan berpengaruh pada biaya pelaksanaan proyek. Hal tersebut sangat tidak diinginkan oleh pemilik proyek (owner), konsultan, maupun kontraktor sebagai pelaksana pembangunan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan pengendalian biaya dan waktu. Sebelum perlu dilakukan suatu tindakan dalam mengendalikan proyek, perlu diketahui terlebih dahulu kinerja proyek yang telah berlangsung. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja proyek adalah metode Earned Value.

Pada Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak PT. X ini melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain civil, mechanical, electrical dan instrument sehingga permasalahan yang dihadapi pada saat proyek berlangsung sangat kompleks, berbeda dengan proyek yang sering dijumpai selama ini seperti proyek pembangunan gedung, apartemen, jembatan dan lain – lain yang mungkin hanya melibatkan disiplin ilmu yang sedikit sehingga kemungkinan masalah dihadapi relatif tidak bermacam – macam, berbeda dengan Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak PT. X ini. Oleh karena itu, dalam pengerjaan proyek tersebut sangatlah dibutuhkan sumber daya yang baik. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa manusia, pengadaan material, biaya ataupun alat serta komunikasi yang baik antara PT. X selaku pemilik proyek (owner) dengan PT.Y selaku kontraktor pelaksana maupun dengan sub kontraktor yang ada di proyek tersebut. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mengimbangi keterbatasan waktu dalam penyelesaian Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak serta kompleksnya masalah yang dihadapi di lapangan.

Dengan analisa Earned Value ini, maka diharapkan dapat membantu dasar mengendalikan Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak dengan memadukan unsur prestasi, biaya dan waktu proyek. Sehingga dapat diketahui seberapa jauh kemajuan atau keterlambatan proyek pada saat pelaporan dan berapa besar proyeksi kemajuan atau keterlambatan pada akhir proyek dari segi biaya dan waktu. Dari analisa tersebut maka kontraktor diharapkan dapat mengetahui kinerja proyek dan langkah – langkah apa saja yang harus ditempuh agar proyek selesai pada waktu yang telah ditentukan dengan sisa dana yang ada.

2

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan dalam Tugas Akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja proyek bangunan pendukung tangki amoniak PT.X dilihat dari segi biaya dan waktu?

2. Berapa besar perkiraan biaya akhir proyek bangunan pendukung tangki amoniak PT.X dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek bila kondisi pelaksanaan proyek tersebut seperti saat peninjauan?

3. Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan kemajuan / keterlambatan Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak PT.X?

1.3. Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang

dianalisa dalam penelitian atau tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Obyek adalah Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak PT. X

2. Peninjauan dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Mei 2010 hingga bulan Juli 2010.

3. Metode yang digunakan untuk menganalisa kinerja biaya dan waktu adalah metode Earned Value.

4. Analisa kinerja proyek dilihat dari sudut pandang kontraktor pelaksana.

5. Analisa dilakukan berdasarkan data yang didapatkan dari kontraktor pelaksana.

1.4. Tujuan Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam

penulisan dan penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memberi gambaran tentang cara pengukuran kinerja proyek dari segi biaya dan waktu proyek agar proyek tersebut dapat berjalan sesuai target awal yang telah disepakati.

Berdasarkan permasalahan diatas tujuan yang hendak dicapai adalah :

1. Mengetahui kinerja biaya dan waktu pada Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak.

2. Mengetahui besar perkiraan biaya akhir proyek dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek bila kondisi pelaksanaan proyek seperti saat peninjauan.

3. Mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan keterlambatan atau kemajuan proyek.

1.5. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi penulis dapat menjadi sarana dalam peningkatan pemahaman dan pendalaman terhadap manajeman proyek.

2. Bagi instansi terkait, khususnya para kontraktor, di lingkungan industri konstruksi nasional. Sebagai alat bantu untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, baik di tingkat proyek, perusahaan maupun di tingkat industri secara terintegrasi.

3. Bagi masyarakat dapat digunakan sebagai sumbangsih pemikiran dalam pendalamaan manajemen konstruksi suatu proyek baik kecil maupun besar.

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini terdiri dari lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I merupakan Pendahuluan dari laporan Tugas Akhir yang menjelaskan tentang latar belakang masalah yang dibahas dalam penulisan laporan Tugas Akhir. Kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah, batasan masalah, tujuan masalah, manfaat penulisan dan sistematika penulisan Tugas Akhir ini. Bab II merupakan Tinjauan Pustaka yang menjelaskan tentang teori-teori pendukung dan akan digunakan dalam penelitian earned value. Bab III adalah Metodologi Penelitian. Metodologi secara garis besar berisi tentang rancangan penelitian, pengumpulan data, teknik analisa data, pembahasan terhadap hasil sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dilengkapi dengan diagram alir.

3

Bab IV mengenai Data dan Analisa. Pada bab ini dibahas mengenai data penelitian seperti gambaran umum proyek, data penelitian,analisa earned value bulan pertama peninjauan, analisa earned value bulan kedua peninjauan, analisa kinerja proyek, prediksi waktu dan biaya penyelesaian proyek dan pembahasan rekapitulasi hasil perhitungan. Bab V adalah Kesimpulan dan Saran. Bab ini memberikan suatu kesimpulan berupa hasil analisa earned value pada saat peninjauan dan saran tentang metode earned value ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kegiatan Proyek dan

Manajemen Proyek 2.1.1 Definisi Kegiatan Proyek

Definisi dari kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah ditetapkan dengan jelas (Soeharto, 1999). Pengertian lainnya tentang definisi proyek menurut (Santosa, 2009) menyebutkan proyek adalah sebagai sebuah rangkaian aktivitas unik yang saling terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode tertentu pula.

Ciri - ciri proyek (Soeharto, 1999) a. Memiliki sasaran (tujuan khusus,

produk akhir atau hasil kerja akhir).

b. Jumlah biaya, sasaran jadwal dan kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan diatas yang telah ditentukan.

c. Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir telah ditentukan dengan jelas (rentang waktu).

d. Non rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan interaksi kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

2.1.2. Definisi Manajemen Proyek Suatu proyek dapat berjalan dengan

baik dan sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, tentunya membutuhkan suatu sistem yang dapat menjaga agar kerjasama dalam suatu proyek berjalan dengan baik. Untuk menciptakan suatu kerjasama yang baik dibutuhkan suatu sistem yang disebut Manajemen Proyek. Sedangkan definisi manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan, ketrampilan, alat, dan teknik dalam aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan proyek (Santosa, 2009). Pengertian lainnya tentang definisi manajemen proyek menurut (Soeharto, 1999) adalah proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hierarki (arus kegiatan) vertikal dan horizontal.

2.1.3 Manajemen Biaya Manajemen biaya proyek (project

cost management) menurut (Soemardi dkk., 2010) melibatkan semua proses yang diperlukan dalam pengelolaan proyek untuk memastikan penyelesaian proyek sesuai dengan anggaran biaya yang telah disetujui. Hal utama yang sangat diperhatikan dalam manajemen biaya proyek adalah biaya dari sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek, sebagai berikut:

1. Perencanaan Sumber Daya. Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk menentukan sumber daya dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan jumlahnya yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini sangat berkaitan erat dengan proses estimasi biaya.

2. Estimasi Biaya. Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari sumber daya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Bila proyek dilaksanakan melalui sebuah kontrak, perlu dibedakan antara perkiraan biaya dengan nilai kontrak. Estimasi biaya melibatkan perhitungan kuantitatif dari biaya-biaya yang muncul untuk menyelesaikan proyek. Sedangkan nilai kontrak

4

merupakan keputusan dari segi bisnis di mana perkiraan biaya yang didapat dari proses estimasi merupakan salah satu pertimbangan dari keputusan yang diambil.

3. Penganggaran Biaya. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk masing-masing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses estimasi. Dari proses ini didapatkan cost baseline yang digunakan untuk menilai kinerja proyek.

4. Pengendalian Biaya. Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah biaya aktual pelaksanaan proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua penyebab penyimpangan biaya harus terdokumentasi dengan baik sehingga langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan.

Waktu dan biaya merupakan dua hal penting dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi selain mutu, karena biaya yang akan dikeluarkan pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan waktu pelaksanaan pekerjaan. Biaya proyek pada proyek konstruksi dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). (Soeharto, 1997). Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilapangan. Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah biaya bahan /material, biaya pekerja /upah dan biaya peralatan (equipment). Biaya tak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Nugraha et al., 1986). Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tak langsung adalah biaya overhead, biaya tak terduga (contigencies), keuntungan /profit, pajak dan lainnya.

1. Biaya Eksplisit (Explisiy Cost) Biaya yang dikeluarkan guna mendapatkan input yang dibutuhkan dalam proses produksi.

Contoh : Biaya material, upah, gaji, bunga, sewa, dll.

2. Biaya Implisit (Implicit Cost) Harga dari setiap input yang dimiliki oleh perusahaan dan yang digunakan dalam produksi. Biaya Implisit bukan pengeluaran, namun harus dikurangkan dari pendapatan agar dapat dihitung keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari suatu keputusan secara tepat. Contoh : Pabrik, mesin & peralatannya yang mempunyai opportunity cost.

3. Opportunity Cost Biaya alternatif yang ditimbulakan akibat dipilihnya suatu keputusan. Contoh : Gaji pemilik perusahaan

4. Incremental Cost Biaya yang timbul akibat adanya pertambahan/pengurangan output.

5. Sunk Cost Biaya-biaya yang telah dikeluarkan/diterima sebelum terjadinya suatu keputusan

2.2 Kinerja Proyek

Menurut Cleland (1995), standar kinerja diperlukan untuk melakukan tindakan pengendalian terhadap penggunaan sumber daya yang ada dalam suatu proyek. Hal ini agar sumber daya dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam penyelenggaraan proyek.

Menurut Barrie (1995), pelaporan mengenai kinerja suatu proyek harus memenuhi lima komponen yaitu :

1. Prakiraan, yang akan memberikan suatu standar untuk membandingkan hasil sebenarnya dengan hasil ramalan.

2. Hal yang sebenarnya terjadi. 3. Ramalan, yang didasarkan untuk

melihat apa yang akan terjadidi masa yang akan datang.

4. Varian, menyatakan sampai sejauh mana hasil yang diramalkan berbeda dari apa yang akan diperkirakan.

5. Pemikiran, untuk menerangkan mengenai keadaan proyek.

Apabila dalam suatu pelaporan terdapat penyimpangan maka manajemen akan meneliti dan memahami alasan yang

5

melatarbelakanginya. Untuk itu diperlukan pengendalian agar pekerjaan sesuai anggaran , jadwal dan spesifikasi yang telah ditetapkan.

2.3 Konsep Earned Value

Konsep Earned Value (nilai hasil) adalah konsep yang menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan yang telah diselesaikan atau dilaksanakan. Bila ditinjau dari jumlah pekerjaan yang diselesaikan maka konsep ini mengukur besarnya unit pekerjaan yang telah diselesaikan pada suatu waktu bila dinilai berdasarkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaan tersebut. Dengan perhitungan ini diketahui hubungan antara apa yang sesungguhnya telah dicapai secara fisik terhadap jumlah anggaran yang telah dikeluarkan. Dengan metode ini, dapat diketahui kinerja proyek yang telah berlangsung, dengan demikian dapat dilakukan langkah – langkah perbaikan bila terjadi penyimpangan dari rencana awal proyek. Perhitungan besarnya nilai hasil adalah :

Nilai hasil = (% penyelesaian) x (Anggaran) (1) (1) Keterangan:

- % penyelesaian yang dicapai pada saat pelaporan.

- Anggaran yang dimaksud adalah anggaran biaya proyek.

Ditinjau dari progress pekerjaan berarti konsep ini mengukur besarnya unit pekerjaan yang telah diselesaikan pada waktu tertentu bila dinilai berdasarkan jumlah anggaran yang disediakan untuk pekerjaaan tersebut. Sebagai contoh suatu proyek, didapat informasi sebagai berikut : Biaya aktual untuk 5 bulan pertama sebesar Rp. 9.500.000,00 Anggaran biaya 5 bulan pertama sebesar Rp. 9.000.000,00

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa sampai dengan bulan ke-3 telah terjadi pembengkakan biaya sebesar Rp. 500.000,00 dalam proyek. Dengan informasi tersebut mungkin pihak penganalisa menyimpulkan bahwa telah terjadi pemborosan. Tetapi dari data diatas belum diketahui pekerjaan yang telah diselesaikan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Bila dengan biaya tersebut pekerjaan yang telah diselesaikan melebihi

progres rencana, tentu hal tersebut bukanlah suatu pemborosan. Dengan metode Earned Value dapat digunakan untuk memperkirakan waktu penyelesaian dan biaya akhir suatu proyek sesuai dengan kecenderungan kinerja proyek yang didapatkan saat dilakukannya peninjauan.

2.4.1 Indikator – Indikator Dalam Earned Value

Konsep dasar nilai hasil dapat digunakan untuk menganalisis kinerja dan membuat perkiraan pencapaian sasaran. Indikator yang digunakan dalam analisis adalah biaya aktual (actual cost), nilai hasil (earned value) dan jadual anggaran (planned value).

1. PV (Planned Value) PV atau planned value merupakan

anggaran biaya yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja yang telah disusun terhadap waktu. PV dihitung dari akumulasi anggaran biaya yang direncanakan untuk pekerjaan dalam periode waktu tertentu. PV pada akhir poyek (penyelesaian 100 %) disebut Budget at Completion (BAC). PV juga menjadi tolak ukur kinerja waktu dari pelaksanaan proyek. PV merefleksikan penyerapan biaya rencana secara kumulatif untuk setiap paket-paket pekerjaan berdasarkan urutannya sesuai jadwal yang direncanakan. 2. AC (Actual Cost)

AC atau actual cost adalah biaya aktual yang dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam periode tertentu. Biaya ini diperoleh dari data-data akuntansi atau keuangan proyek pada tanggal pelaporan (misalnya akhir bulan), yaitu catatan segala pengeluaran biaya aktual dari paket kerja. Jadi AC merupakan jumlah aktual dari pengeluaran atau dana yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pada kurun tertentu. 3. EV (Earned Value)

EV atau earned value adalah nilai yang diterima dari penyelesaian pekerjaan selama periode waktu tertentu. EV ini dihitung berdasarkan akumulasi dari pekerjaan-pekerjaan yang telah diselesaikan.

6

Dengan menggunakan tiga indikator di atas dapat dihitung berbagai faktor yang menunjukkan kemajuan dan kinerja pelaksanaan proyek seperti :

a. Varians biaya (CV) dan varians jadwal (SV).

b. Memantau perubahan varians terhadap angka standar.

c. Indeks produktivitas dan kinerja. d. Prakiraan biaya penyelesaian

proyek.

2.4.2 Varians Biaya dan Varians Jadwal Terpadu

Telah disebutkan sebelumnya bahwasanya dengan menggunakan indikator PV, EV, AC dapat diketahui faktor yang menunjukkan kemajuan kinerja pelaksanaan proyek seperti varians biaya (CV) dan varians jadwal terpadu (SV).

1. Cost Variance (CV)

Cost variance merupakan selisih antara nilai yang diperoleh setelah menyelesaikan paket-paket pekerjaan dengan biaya aktual yang terjadi selama pelaksanaan proyek. Cost variance positif menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan paket-paket pekerjaan tersebut. sebaliknya nilai negatif menunjukkan bahwa nilai paket-paket pekerjaan yang diselesaikan lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan. CV = EV - AC (2) (2)

2. Schedule Variance (SV) digunakan untuk menghitung

penyimpangan antara PV dengan EV. Nilai positif menunjukkan bahwa paket-paket pekerjaan proyek yang terlaksana lebih banyak dibanding rencana. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan kinerja pekerjaan yang buruk karena paket-paket pekerjaan yang terlaksana lebih sedikit dari jadwal yang direncanakan. SV = EV – PV

Tabel 2.1 Analisa Varians Terpadu

(Sumber : Soeharto, 2001) Berikut adalah contoh grafik kombinasi dari varians jadwal dan varians biaya:

Gambar 2. 1 Grafik Kombinasi SV dan CV

(Sumber : Gray and Larson, 2003) 2.4.3 Indeks Produktivitas dan Kinerja

Pengelola proyek sering kali ingin mengetahui efisiensi penggunaan sumber daya, yang dapat dinyatakan sebagai indeks produktivitas atau indeks kinerja. Indeks kinerja ini terdiri dari Indeks Kinerja Biaya (Cost Performance Index = CPI) dan Indeks Kinerja Jadual (Schedule Performance Index = SPI)

1. Cost Performance Index (CPI) Faktor efisiensi biaya yang

telah dikeluarkan dapat diperlihatkan dengan membandingkan nilai pekerjaan yang secara fisik telah

7

diselesaikan (Earned Value = EV) dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam periode yang sama (Actual Cost = AC).

Nilai CPI ini menunjukkan bobot nilai yang diperoleh (relatif terhadap nilai proyek keseluruhan) terhadap biaya yang dikeluarkan. CPI kurang dari 1 menunjukkan kinerja biaya yang buruk, karena biaya yang dikeluarkan (Actual Cost = AC) lebih besar dibandingkan dengan nilai yang didapat (Earned Value = EV) atau dengan kata lain terjadi pemborosan.

CPI = ACEV

(4)

2. Schedule Performance Index (SPI)

Faktor efisiensi kinerja dalam menyelesaikan pekerjaan dapat diperlihatkan oleh perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan (Earned Value = EV) dengan rencana pengeluaran biaya yang dikeluarkan berdasar rencana pekerjaan (Planned Value = PV).

SPI = PVEV

(5)

Nilai SPI menunjukkan seberapa besar pekerjaan yang mampu diselesaikan (relatif terhadap proyek keseluruhan) terhadap satuan pekerjaan yang direncanakan. Nilai SPI kurang dari 1 menunjukkan bahwa kinerja pekerjaan tidak sesuai dengan yang diharapkan karena tidak mampu mencapai target pekerjaan yang sudah direncanakan.

2.4.4 Prediksi Waktu dan Biaya Untuk

Penyelesaian Proyek Metode Earned Value ini juga dapat

digunakan untuk memperkirakan biaya akhir proyek dan juga waktu penyelesaian proyek. Perkiraan dihitung berdasarkan kecenderungan kinerja proyek pada saat peninjauan, dan asumsi bahwa kecenderungan tersebut tidak akan berubah sampai akhir proyek. Perkiraan ini berguna untuk memberikan gambaran ke

depan kepada pihak kontraktor, sehingga dapat melakukan langkah – langkah perbaikan yang diperlukan. Oleh karena itulah CPI dan SPI harus dihitung terlebih dahulu, supaya bisa memprediksikan secara statistik biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek :

1. Estimate to Complete (ETC) ETC merupakan perkiraan

biaya untuk pekerjaan tersisa, dengan asumsi bahwa kecenderungan kinerja proyek akan tetap sampai dengan akhir proyek.

ETC =CPI

EVBAC )( −

2. Estimate at Complete (EAC) EAC merupakan perkiraan

biaya total pada akhir proyek. Ada beberapa rumus perhitungan EAC, salah satunya adalah sebagai berikut : EAC = AC + ETC

Perhitungan EAC merupakan penjumlahan biaya aktual yang sudah dikeluarkan dan sisa biaya yang akan dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Sisa biaya yang akan dibutuhkan diprediksi secara statistik dengan memperhitungkan efektifitas penggunaan biaya (CPI) dan kinerja pekerjaan terhadap rencana (SPI). Dari nilai EAC dapat diperoleh perkiraan selisih antara biaya rencana penyelesaian proyek (BAC) dengan biaya penyelesaian proyek berdasarkan kinerja pekerjaan yang telah dicapai (EAC) atau yang disebut variance at completion (VAC). VAC = BAC – EAC

3. Time Estimate (TE) TE merupakan waktu

perkiraan penyelesaian proyek. Asumsi yang digunakan untuk memperkirakan waktu penyelesaian adalah kecenderungan kinerja proyek akan tetap seperti saat peninjauan.

TE = ATE + TE (Time Estimated) :

{ }SPI

(ATExSPI)-OD

8

Perkiran waktu penyelesaian proyek

ATE (Actual Time expended) : Waktu yang telah ditempuh

OD (Original Duration) : Waktu yang direncanalan

Indikator CPI dan SPI lebih

sering digunakan untuk penilaian kinerja proyek dibanding SV dan CV. Nilai CPI dan SPI merupakan bobot nilai yang tidak memiliki dimensi sehingga dapat dilakukan perbandingan antara kinerja proyek satu dengan lainnya. Selain itu nilai SPI dan CPI memberikan perbandingan relatif terhadap planned value atau Performance Measurement Baseline (PMB) yang menjadi dasar penilaian status proyek dari segi biaya dan waktu.

Gambar 2. 2 Grafik Performance

Measurement Baseline

Pada gambar 2.3 menjelaskan tentang penggunaan konsep earned value dalam penilaian kinerja proyek atau menjelaskan hubungan antara Planned Value (BCWS), Actual Cost (ACWP), dan Earned Value (BCWP) yang menunjukkan varians biaya (Cost Variance) dan varians jadwal (Schedule Variance).

2.5 Model – Model Perkiraan Earned Value

Ada lima model prakiraan dalam menentukan biaya dan waktu pada saat penyelesaian akhir proyek dalam konsep earned value. Kelima model prakiraan tersbut berbeda-beda dalam hal kondisi dan asumsi-asumsi yang mendasarinya. Adapun kelima model prakiraan tersebut adalah seperti dijelaskan dibawah ini :

1. Constant budget Model ini mengasumsikan bahwa semua penyimpangan biaya akan dikoreksi oleh waktu penyelesaian proyek (Flemming & Koppelman, 1994). Menerapkan sistem biaya akhir sama dengan biaya anggaran: EAC = BAC

2. Constant cost deviation value Model ini berasumsi bahwa biaya akhir proyek akan dieksekusi menurut rencana (Flemming& Koppelman, 1996), dapat disimpulkan bahwa nilai akhir proyek adalah nilai rencana ditambahkan dengan penyimpangan anggaran pada ketika peramalan dan tidak akan berubah: EAC = BAC + (AC – E V).

3. Constant cost efficiency rate Model ini berasumsi bahwa efisiensi biaya yang dicapai sejauh ini dalam proyek akan tetap sampai akhir(Shtub et. al., 1994)

EAC = CPIBAC

4. Constant cost and schedule efficiency rate Model ini bersumsi bahwa biaya akhir penyelesaian proyek bergantung pada index efisiensi biaya dan waktu. (Flemming & Koppelman, 1994):

EAC=)( SPICPI

BAC×

5. Future constant cost and schedule efficiency rate Model ini berasumsi bahwa penyimpangan biaya untuk sisa proyek adalah suatu fungsi yang

9

menilai efisiensi biaya dan jadwal, dimana penyimpangan ini akan berada pada penambahan terhadap penyimpangan yang terjadi dengan kondisi sebenarnya pada saat pelaporan. (Flemming & Koppelman, 1995)

EAC=)()(

SPICPIEVBACAC

×−

+

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pengumpulan Data Sebelum melakukan analisa, terlebih

dahulu kita harus mendapatkan data sebagai dasar asumsi untuk mengetahui kinerja kegiatan di proyek. Adapun data – data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Data Primer Berikut adalah data – data

primer yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir ini, adapun data – data yang dimaksud adalah : a. Wawancara dengan Project

Manager Proyek Pembangunan Tangki Penyimpanan Amoniak Data – data tersebut diatas

merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi langsung dilapangan.

2. Data Sekunder Berikut adalah data – data

sekunder yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir ini, adapun data – data yang dimaksud adalah : a. RAB ( Rencana Anggaran

Biaya ) b. Time Schedule c. Laporan Progress Bulanan

3.2 Langkah – Langkah Pengerjaan Sebelum menganalisa dalam mengerjakan tugas akhir ini, diperlukan penyusunan langkah – langkah kerja sesuai dengan bagan alir yang telah dibuat, yaitu :

1. Menentukan latar belakang. 2. Merumuskan rumusan masalah. 3. Studi Literatur

4. Mengumpulkan data (Time Schedule, RAB, laporan progress bulanan) untuk menghitung PV, EV, AC.

5. Melakukan analisa kinerja untuk menghitung SV, CV, CPI, SPI.

6. Menghitung estimasi biaya dan pekerjaan tersisa (ETC, EAC dan TE).

7. Mengetahui faktor kemajuan / keterlambatan proyek.

8. Menarik kesimpulan.

Selanjutnya, metodologi penelitian dapat dilihat pada bagan alir penelitian di halaman selanjutnya:

LATAR BELAKANG

PERUMUSAN MASALAH

STUDI LITERATUR

PENGUMPULAN DATAData Primer : Wawancara Project ManagerData Sekunder : RAB

Time Schedule Laporan Progress Bulanan

ANALISA KINERJA PROYEK1. Menghitung indikator planned value, actual cost dan earned value2. Menghitung SV dan CV3. Menghitung CPI dan SPI

CPI dan SPI < 1, proyek mengalami keterlambatan dan pembengkakan biaya

CPI dan SPI > 1, maka menandakan bahwa proyek lebih baik dari perencanaan

PREDIKSI WAKTU DAN BIAYAPENYELESAIAN PROYEK

1.Menghitung nilai Estimate at Complete (EAC)2.Menghitung nilai Estimate to Complete (ETC)

3.Menghitung nilai Time Estimate (TE)

Faktor PenyebabKemajuan / Keterlambatan Proyek

Kesimpulan dan saran

Faktor PenyebabKemajuan / Keterlambatan Proyek

Kesimpulan dan saran Gambar 3. 1 Bagan Alir Penelitian

10

BAB IV ANALISA DATA

4. 1. Gambaran Umum Proyek Proyek Pembangunan Tangki

Amoniak PT. X ini dibuat untuk menunjang kegiatan produksi pabrik pupuk PT. X karena permintaan terhadap pupuk semakin hari semakin meningkat dan amoniak adalah salah satu bahan baku untuk pembuatan pupuk tersebut. Adapun lokasi proyek ini berada di Kawasan Industri X, Jawa Timur.

Gambar 4.1 Lokasi Proyek Tangki

Amoniak PT. X

4. 2. Data Penelitian 4.2.1. Data Umum Proyek Nama Proyek : Proyek Pembangunan

Tangki Amoniak PT.X Lokasi Proyek : Kawasan Industri X, Jawa Timur

Pemilik Proyek : PT. X Kontraktor : PT. Y Biaya Proyek : Rp 47.684.000.000 4.2.2. Data Proyek Untuk Penelitian Beberapa data yang diperlukan untuk penelitian oleh penulis antara lain:

1. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Merupapakan daftar biaya untuk masing – masing item pekerjaan. Data RAB ini digunakan untuk perhitungan bobot masing – masing pekerjaan dalam perhitungan laporan mingguan dan

kurva-S. Selanjutnya digunakan untuk menentukan planned value dan earned value.

2. Kurva-S (Master Schedule) Merupakan acuan atau rencana waktu pengerjaan atau pelaksanaan masing – masing item pekerjaan. Master schedule ini digunakan sebagai data rencana pekerjaaan planned value.

3. Laporan Progress Bulanan Merupakan rekaman data prestasi proyek yang telah dicapai tiap satu bulan. Laporan bulanan ini digunakan sebagai data realisasi pekerjaan atau earned value.

4. Laporan Keuangan Kontraktor Merupakan laporan yang berisi biaya - biaya yang telah dikeluarkan di lapangan oleh kontraktor selama proyek berlangsung. Laporan keuangan ini digunakan sebagai data untuk actual cost.

4. 3. Analisa Earned Value Bulan Pertama Peninjauan Pada analisa earned value ini hanya meninjau pada pekerjaan fisik saja karena proyek pembangunan tangki penyimpanan amoniak PT. X ini sangat kompleks karena melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain civil, mechanical, electrical dan intrument. Pekerjaan fisik yang ditinjau oleh penulis adalah bangunan pendukung tangki amoniak yang meliputi control room, electrical building, dan pondasi emergency diesel. 4.3.1. Perhitungan PV pada Periode 8 Mei

2010 - 24 Juni 2010 Untuk mendapatkan nilai earned value (EV) dan planned value (PV) pertama – tama yang harus ditinjau adalah master time schedule proyek. Dalam master time schedule proyek terdapat prosentase rencana tiap item pekerjaan. Prosentase rencana tersebut apabila dikalikan dengan rencana anggaran biaya (RAB) disebut dengan planned value (PV). PV dapat dihitung dengan cara mengalikan % rencana jadwal pada bulan yang diamati (Kurva-S) dengan jumlah rencana anggaran biaya pada suatu pekerjaan (Nilai Kontrak). Contoh perhitungan PV pada bangunan control room sebagai berikut: Kurva-S (lihat lampiran)

11

Total Nilai Kontrak = Rp. 949.819.692.- (total nilai kontrak untuk bangunan pendukung) PV untuk bangunan control room : = komulatif rencana progress x Nilai Kontrak = 70,43% x Rp. 88.152.850,- = Rp. 62.086.094,11 Untuk perhitungan bangunan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti perhitungan diatas. Berikut ini hasil perhitungan PV pada periode 8 Mei 2010 – 24 Juni 2010.

Tabel 4.1 PV periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010

88.152.850 70,43 62086094,11812.208.342 70,43 572038720,8649.458.500 70,43 34833645,03

668.958.460Rp Pondasi Emergency Diesel

Total PV

Jenis Bangunan RAB (%) komulatif rencana

Nilai PV

Control RoomElectrical Building

Planned Value (PV)

Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa nilai PV pada periode 8 Mei 2010 – 24 Juni 2010 adalah Rp. 668.958.460,- atau 70,43% dari nilai total seluruh pekerjaan bangunan pendukung. 4.3.2. Perhitungan EV pada Periode 8 Mei

2010 - 24 Juni 2010 Earned Value (EV) dapat dihitung

dengan cara mengalikan % progress fisik di lapangan dengan jumlah rencana anggaran biaya pada suatu pekerjaan (Nilai Kontrak). Contoh perhitungan EV pada bangunan control room sebagai berikut: Total Nilai Kontrak = Rp. 949.819.692.- EV untuk bangunan control room : = % progress fisik di lapangan x Nilai Kontrak = 43,89% x Rp. 88.152.850.- = Rp. 38.686.357,28 Untuk perhitungan bangunan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti perhitungan diatas. Berikut ini hasil perhitungan EV pada periode 8 Mei 2010 – 24 Juni 2010.

Tabel 4.2 EV periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010

RAB(%) Progress

FisikNilai EV

88.152.850 43,89 38686357,28812.208.342 43,89 356442044,7149.458.500 43,89 21705131,50

416.833.533,5Rp

Electrical BuildingPondasi Emergency Diesel

Total EV

Earned Value (EV)

Jenis Bangunan

Control Room

Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa nilai EV pada periode 8 Mei 2010 – 24 Juni 2010 adalah Rp. 416.833.533,5,- atau 43,89% dari nilai total seluruh pekerjaan bangunan pendukung. 4.3.3. Perhitungan AC pada periode 8 Mei

2010 - 24 Juni 2010 Perhitungan Actual Cost (AC) terdiri

dari perhitungan biaya langsung dan biaya tidak langsung dari suatu kegiatan produksi. Biaya langsung dari sebuah proyek terdiri dari biaya material, upah tenaga kerja, biaya sewa alat dan biaya subkontraktor. Sedangkan biaya tidak langsung terdiri dari pajak, overhead kantor dan overhead lapangan.

Berdasarkan data yang didapat dari pihak kontraktor, untuk nilai actual cost pada periode 8 Mei 2010 – 24 Juni 2010 adalah sebesar Rp. 384.982.925,4,- .

Dengan didapatkannya nilai Actual Cost pada periode 8 Mei 2010 – 24 Juni 2010 maka bisa dibuat tabel hubungan Planned Value (PV), Earned Value (EV), dan Actual Cost (AC) sebagai berikut:

Tabel 4.3 Nilai PV, EV, AC periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010

BesaranPVEV AC

Periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010Rp. 668.958.460

Rp. 416.833.533,5Rp. 384.982.925,4

4. 4. Analisa Kinerja Proyek, Prediksi

Waktu Dan Biaya Penyelesaian Proyek Pada Periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010

4.4.1. Perhitungan Kinerja Proyek Pada Periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010 BAC = Rp. 949.819.692.- OD = 175 hari Pada minggu ke-16 hari ke-108 (ATE=108)

12

Dari grafik PV, EV, dan AC diketahui : PV = Rp. 668.958.460 EV = Rp. 416.833.533,5 AC = Rp. 384.982.925,4 SV = EV – PV

= Rp. 416.833.533,5- Rp. 668.958.460

= Rp. - 252.124.926,5 (terlambat)

SPI = CV = EV - AC

= Rp. 416.833.533,5 - Rp. 384.982.925,4

= Rp. 31.850.608,1

CPI = \ Hasil analisa perhitungan dapat dilihat

pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 Kinerja Proyek Periode 8 Mei

2010 - 24 Juni 2010 Besaran Nilai Periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010

PV Rp. 668.958.460EV Rp. 416.833.533,5AC Rp. 384.982.925,4SV Rp. - 252.124.926,5 CV Rp. 31.850.608,1SPI 0,62CPI 1,08

Kondisi proyek pada periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010 1. Kondisi proyek pada periode 8 Mei 2010

- 24 Juni 2010 ada yang negatif dan ada yang positif, hal ini juga dapat dilihat pada tabel 4.4 diatas yang menunjukkan analisa varians jadwal (SV) yang bernilai negatif yang bisa diartikan bahwa pekerjaan mengalami keterlambatan dari jadwal yang direncanakan dan analisa varians biaya (CV) bernilai positif yang bisa diartikan bahwa biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari nilai yang didapat.

2. Harga actual cost (AC) pada periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010 ini lebih kecil dari earned value (EV) sehingga biaya proyek lebih hematdari anggaran yang direncanakan.

3. Nilai analisa varians jadwal (SV) yang bernilai negatif yang bisa diartikan bahwa

pekerjaan mengalami keterlambatan dari jadwal yang .

4. Untuk indeks kinerjanya, SPI menunjukkan angka indeks kurang dari 1,dalam hal ini berarti waktu pelaksanaan terlambat dari jadwal rencana, sedangkan CPI menunjukkan angka indeks lebih dari 1 yang menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dari nilai yang didapat.

4.4.2. Perhitungan Prediksi Waktu Dan

Biaya Penyelesaian Proyek Pada Periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010 Dari peninjauan yang dilakukan setiap

bulan maka didapatkan ETC juga EAC dan selisih total waktu pelaksanaan proyek.

ETC = CPI

EVBAC )( −

= 08.1

)3,5416.833.53 Rp. - 2949.819.69 Rp.(

= Rp. 493.505.702,3 EAC = AC + ETC = AC +

CPIEVBAC )( −

= Rp. 384.982.925,4 + Rp. 493.505.702,3

= Rp. 878.488.627,7 TE = ATE + = = 282,25 = 282 hari Selisih Total Biaya = BAC - EAC = Rp. 949.819.692 - Rp.

878.488.627,7 = Rp. 71.331.064,3 Prosentase Selisih Total Biaya = = 7,51% Selisih Total Waktu Penyelesaian Proyek = (175 – 282) = -107 hari

0,620668.958.46 Rp.

.533,5Rp.416.833==

PVEV

08.15,4384.982.92 Rp.

3,5416.833.53 Rp.==

ACEV

{ }SPI

(ATExSPI)-OD

{ }0.62

(108x0.62)-175108 +

%100 2949.819.69 Rp.

,371.331.064 Rp. x

13

Jadi proyek tersebut akan selesai dalam waktu 282 hari, lebih lambat 107 hari dari waktu rencana 175 hari dengan biaya sebesar Rp. 878.488.627,7 atau 7,51% lebih rendah dari anggaran yang direncanakan sebesar Rp. 949.819.692

TCPI =

= = 1.08

Dengan CPI = 08.1 dan TCPI = 1.08, maka selisih = 0.00 < 20%

Ini berarti EAC dapat digunakan untuk meramalkan biaya total proyek

4. 5. Analisa Earned Value Bulan Kedua Peninjauan 4.5.1. Perhitungan PV pada periode 25

Juni 2010 - 29 Juli 2010 Untuk mendapatkan nilai earned value (EV) dan planned value (PV) pertama – tama yang harus ditinjau adalah master time schedule proyek. Dalam master time schedule proyek terdapat prosentase rencana tiap item pekerjaan. Prosentase rencana tersebut apabila dikalikan dengan rencana anggaran biaya (RAB) disebut dengan planned value (PV). PV dapat dihitung dengan cara mengalikan % rencana jadwal pada bulan yang diamati (Kurva-S) dengan jumlah rencana anggaran biaya pada suatu pekerjaan (Nilai Kontrak). Contoh perhitungan PV pada bangunan control room sebagai berikut: Kurva-S (lihat lampiran 1) Total Nilai Kontrak = Rp. 949.819.692.- (total nilai kontrak untuk bangunan pendukung) PV untuk bangunan control room : = komulatif rencana progress x Nilai Kontrak = 81,8007% x Rp. 88.152.850,- = Rp. 72.116.692,83 Untuk perhitungan bangunan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti perhitungan diatas. Berikut ini hasil perhitungan PV pada periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010.

Tabel 4.5 PV periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010

88.152.850 81,81 72116692,83812.208.342 81,81 664457014,349.458.500 81,81 40461351,53

777.035.058,7Rp

Planned Value (PV)

Jenis Bangunan RAB (%) komulatif rencana

Nilai PV

Control RoomElectrical BuildingPondasi Emergency Diesel

Total PV Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa nilai PV pada periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010 adalah Rp. 777.035.058,7,- atau 81,8087% dari nilai total seluruh pekerjaan. 4.5.2. Perhitungan EV pada periode 25

Juni 2010 – 29 Juli 2010 Earned Value (EV) dapat dihitung

dengan cara mengalikan % progress fisik di lapangan dengan jumlah rencana anggaran biaya pada suatu pekerjaan (Nilai Kontrak). Contoh perhitungan EV pada bangunan control room sebagai berikut: Total Nilai Kontrak = Rp. 949.819.692.- EV untuk bangunan control room : = % progress fisik di lapangan x Nilai Kontrak = 49,07% x Rp. 88.152.850.- = Rp. 43.253.515,58 Untuk perhitungan bangunan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti perhitungan diatas. Berikut ini hasil perhitungan EV pada periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010. Tabel 4.6 EV periode 25 Juni 2010 – 29 Juli

2010

88.152.850 49,07 43253515,58812.208.342 49,07 398522182,549.458.500 49,07 24267553,46

466.043.251,5Rp

Jenis Bangunan RAB (%)Progress Fisik

Nilai EV

Earned Value (EV)

Control RoomElectrical BuildingPondasi Emergency Diesel

Total EV

Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa nilai EV pada periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010 adalah Rp. 466.043.251,5,- atau 49,07% dari nilai total seluruh pekerjaan. 4.5.3 Perhitungan AC pada periode 25

Juni 2010 – 29 Juli 2010 Perhitungan Actual Cost (AC) terdiri

dari perhitungan biaya langsung dan biaya tidak langsung dari suatu kegiatan produksi.

AC-EACEV-BAC

5,4384.982.92 Rp.-7,7878.488.62 Rp.3,5416.833.53 Rp.-2949.819.69 Rp.

14

Biaya langsung dari sebuah proyek terdiri dari biaya material, upah tenaga kerja, biaya sewa alat dan biaya subkontraktor. Sedangkan biaya tidak langsung terdiri dari pajak, overhead kantor dan overhead lapangan.

Berdasarkan data yang didapat dari pihak kontraktor, untuk nilai actual cost pada periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010 adalah sebesar Rp. 430.432.486,6,-.

Dengan didapatkannya nilai Actual Cost pada periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010 maka bisa dibuat tabel dan grafik hubungan Planned Value (PV), Earned Value (EV), dan Actual Cost (AC) sebagai berikut:

Tabel 4.7 Nilai PV, EV, AC periode 25 Juni

– 29 Juli 2010 Besaran

PVEV AC

466.043.251,5430.432.486,6

Periode 25 Juni 2010 - 29 Juli 2010777.035.058,7

4. 6. Analisa Kinerja Proyek, Prediksi

Waktu Dan Biaya Penyelesaian Proyek Pada Periode 25 Juni – 29 Juli 2010

4.6.1. Perhitungan Kinerja Proyek Pada Periode 25 Juni – 29 Juli 2010 BAC = Rp. 949.819.692.- OD = 175 hari Pada minggu ke-16 hari ke-143 (ATE=143) Dari grafik PV, EV, dan AC diketahui : PV = Rp. 777.035.058,7 EV = Rp. 466.043.251,5 AC = Rp. 430.432.486,6 SV = EV – PV

= Rp. 466.043.251,5- Rp. 777.035.058,7

= Rp. - 310.991.807,2 (terlambat)

SPI = CV = EV - AC = Rp. 466.043.251,5- Rp.

430.432.486,6 = Rp. 35.610.764,9

CPI =

Hasil analisa perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.8 Kinerja Proyek Periode 25 Juni – 29 Juli 2010

Besaran Nilai Periode 25 Juni 2010 – 29

Juli 2010 PV Rp. 777.035.058,7 EV Rp. 466.043.251,5 AC Rp. 430.432.486,6 SV Rp. - 310.991.807,2 CV Rp. 35.610.764,9 SPI 0,60 CPI 1,08

Dari hasil perhitungan antara PV, EV, dan AC dapat diplot ke dalam tabel yang menunjukkan biaya dan waktu proyek untuk menunjukkan variasi antara nilai serta pergerakan masing – masing indikator yang digunakan . Berikut ini adalah grafik hubungan antara PV, EV, dan AC pada periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010

0100000000200000000300000000400000000500000000600000000700000000800000000900000000

8 Mei - 24 Juni 2010 25 Juni - 29 Juli 2010

Biay

a d

alam

Rup

iah

Periode

Peninjauan

Nilai PV

Nilai EV

Nilai AC

Gambar 4.2 Grafik Hubungan PV, EV, dan

AC

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

8 Mei - 24 Juni 2010 25 Juni - 29 Juli 2010

Inde

ks

Periode

Grafik SPI dan CPI

SPI

CPI

Gambar 4.3 Grafik Hubungan SPI dan CPI

Kondisi proyek pada periode 25 Juni 2010 - 29 Juli 2010 1. Kondisi proyek pada periode 25 Juni

2010 - 29 Juli 2010 ada yang negatif dan

0,608,7777.035.05 Rp.

.251,5Rp.466.043==

PVEV

08.16,6430.432.48 Rp.1,5466.043.25 Rp.

==ACEV

15

ada yang positif, hal ini juga dapat dilihat pada tabel 4.5 diatas yang menunjukkan analisa varians jadwal (SV) yang bernilai negatif yang bisa diartikan bahwa pekerjaan mengalami keterlambatan dari jadwal yang direncanakan dan analisa varians biaya (CV) bernilai positif yang bisa diartikan bahwa biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari nilai yang didapat.

2. Harga actual cost (AC) pada periode 25 Juni 2010 - 29 Juli 2010 ini lebih kecil dari earned value (EV) sehingga biaya proyek lebih hematdari anggaran yang direncanakan.

3. Nilai analisa varians jadwal (SV) yang bernilai negatif yang bisa diartikan bahwa pekerjaan mengalami keterlambatan dari jadwal yang direncanakan.

4. Untuk indeks kinerjanya, SPI menunjukkan angka indeks kurang dari1,dalam hal ini berarti waktu pelaksanaan terlambat dari jadwal rencana, sedangkan CPI menunjukkan angka indeks lebih dari 1 yang menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dari nilai yang didapat.

4.6.2. Perhitungan Prediksi Waktu Dan

Biaya Penyelesaian Proyek Pada Periode 25 Juni – 29 Juli 2010 Dari peninjauan yang dilakukan setiap

bulan maka didapatkan ETC juga EAC dan selisih total waktu pelaksanaan proyek.

ETC =

CPIEVBAC )( −

08.1)1,5466.043.25 Rp. - 2949.819.69 Rp.(

=

=Rp. 447.941.148,6 EAC = AC + ETC = AC +

CPIEVBAC )( −

= Rp. 430.432.486,6 + Rp. 447.941.148,6

= Rp. 878.373.635,2 TE = ATE + = = 291,67

= 292 hari Selisih Total Biaya = Rp. 949.819.692 - Rp.

878.373.635,2 = Rp. 71.446.056,8 Prosentase Selisih Total Biaya = = 7,52% Selisih Total Waktu Penyelesaian

Proyek = (175 – 292) = -117 hari Jadi proyek tersebut akan selesai

dalam waktu 292 hari, lebih lambat 117 hari dari waktu rencana 175 hari dengan biaya sebesar Rp. 878.373.635,2 atau 7,52% lebih rendah dari anggaran yang direncanakan sebesar Rp. 949.819.692

TCPI = = = 1.08

Dengan CPI = 08.1 dan TCPI = 1.08, maka selisih = 0 < 20%

Ini berarti EAC dapat digunakan untuk meramalkan biaya total proyek

Dari hasil perhitungan EAC dan ETC periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010 dapat dibuat grafik sebagai berikut:

Gambar 4.4 Grafik Estimasi Biaya Akhir

dan Waktu Penyelesaian Proyek

Dari grafik 4.4 diatas perbandingan

antara EAC dengan PV menunjukkan semakin mendekati waktu penyelesaian proyek, maka

{ }SPI

(ATExSPI)-OD

{ }0.60

(143x0.60)-175143+

%100 2949.819.69 Rp.

,871.446.056 Rp. x

AC-EACEV-BAC

6,6430.432.48 Rp.-5,2878.373.63 Rp.1,5466.043.25 Rp.-2949.819.69 Rp.

16

nilai EAC akan semakin mendekati nilai PV. Untuk estimasi penyelesaian proyek pada periode 8 Mei 2010 - 24 Juni 2010 sebesar 292 hari.

Dari hasil observasi bahwa realisasi proyek dilapangan lebih lambat daripada jadwal rencana. Menurut Site Engineer hal – hal yang membuat pekerjaan tersebut lebih lambat diselesaikan adalah sering terjadinya perubahan desain dari pihak owner. 4. 7. Pembahasan Rekapitulasi Hasil

Perhitungan Dari hasil perhitungan yang telah

dilakukan diatas dan analisanya, maka dibawah ini hasil dari rekapitulasi semua hasil perhitungan dalam tugas akhir ini.

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Perhitungan

Periode BAC % Rncna % Real PV EV8 Mei - 24 Juni 2010 Rp. 949.819.692 70,43 43,89 Rp. 668.958.460 Rp. 416.833.533,5

25 Juni - 29 Juli 2010 Rp. 949.819.693 81,81 49,07 Rp. 777.035.058,7 Rp. 466.043.251,5

Lanjutan Tabel 4.9 Periode AC SV CV SPI CPI

8 Mei - 24 Juni 2010 Rp. 384.982.925,4 Rp. - 252.124.927 Rp. 31.850.608,1 0,62 1,08

25 Juni - 29 Juli 2010 Rp. 430.432.486,6 Rp. - 310.991.807,2 Rp. 35.610.764,9 0,60 1,08

Lanjutan Tabel 4.9 Periode ETC EAC TE

8 Mei - 24 Juni 2010 Rp. 493.505.702,3 Rp. 878.488.627,7 282 hari

25 Juni - 29 Juli 2010 Rp. 447.941.148,6 Rp. 878.373.635,2 292 hari 4.7.1. Pembahasan Hasil Perhitungan PV,

EV, dan AC Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa

pada periode 8 Mei – 24 Juni 2010 dan 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010 harga Earned Value (EV) lebih kecil daripada Planned Value (PV) proyek mengalami keterlambatan daripada rencana awal dikarenakan beberapa hal antara lain :

1. Masih sering terjadinya perubahan desain yang diminta oleh pihak owner sehingga membutuhkan waktu untuk merevisinya.

2. Sering terjadi keterlambatan material yang disebabkan pihak sub kontraktor kekurangan biaya operasional.

3. Pihak sub kontraktor yang mengerjakan bangunan pendukung ini jumlah main power yang dimiliki sangat sedikit sehingga mengganggu progress penyelesaian proyek.

4. Kondisi cuaca di lokasi proyek sering terjadi hujan.

4.7.2. Pembahasan Hasil Anlisa Varian

1. Untuk analisa varian pada periode 8 Mei 2010 – 24 Juni 2010 bernilai negatif pada SV yaitu sebesar Rp. – 252.124.927 dan bernilai positif pada CV yaitu sebesar Rp. 31.850.608,1, Schedule Variance (SV) bernilai negatif yang berarti proyek terlambat dari jadwal rencana dan Cost Variance (CV) bernilai positif yang berarti bahwa anggaran yang dikeluarkan lebih kecil dari anggaran rencana.

2. Untuk analisa varian pada periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010 bernilai negatif pada SV yaitu sebesar Rp. – 310.991.807,2 dan bernilai positif pada CV yaitu sebesar Rp. 35.610.764,9, Schedule Variance (SV) bernilai negatif yang berarti proyek terlambat dari jadwal rencana dan Cost Variance (CV) bernilai positif yang berarti bahwa anggaran yang dikeluarkan lebih kecil dari anggaran rencana.

4.7.3. Pembahasan Anlisa Indeks

Performasi 1. Untuk analisa indeks kinerja 8 Mei

2010 – 24 Juni 2010 indeks performa jadwal bernilai 0,62 yang berarti kurang dari 1, SPI (Schedule Performance Indeks) bernilai kurang dari 1 yang berarti proyek mengalami keterlambatan dari jadwal rencana dan CPI (Cost Performance Indeks) bernilai 1,08 yang berarti lebih dari 1 itu menunjukkan biaya yang telah dikeluarkan (AC) lebih kecil daripada hasil yang dicapai (EV).

2. Untuk analisa indeks kinerja 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010 indeks performa jadwal bernilai 0,60 yang berarti kurang dari 1, SPI (Schedule Performance Indeks) bernilai kurang dari 1 yang berarti proyek mengalami keterlambatan dari jadwal rencana dan CPI (Cost Performance Indeks) bernilai 1,08 yang berarti lebih dari 1 itu menunjukkan biaya yang telah dikeluarkan (AC) lebih kecil daripada hasil yang dicapai (EV).

17

4.7.4. Pembahasan Prediksi Waktu Dan Biaya Penyelesaian Proyek

1. Untuk analisa waktu dan biaya akhir proyek sampai pada akhir peninjauan pada periode 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010 didapatkan hasil perbandingan antara estimasi biaya akhir proyek (EAC) sebesar Rp. 878.373.635,2 dan estimasi waktu penyelesaian proyek (TE) sebesar 292 hari, dengan PV sebesar Rp. 777.035.058,7 yang berarti untuk estimasi biaya akhir semakin mendekati akhir proyek, nilainya akan semakin mendakati pula dengan anggaran rencana (PV).

4.7.5. Pembahasan Faktor- Faktor

Penyebab Kemajuan atau Keterlambatan Proyek Berdasarkan observasi yang dilakukan

pada saat peninjauan pada periode 8 Mei 2010 – 24 Juni 2010 sampai dengan 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010 progress awal kegiatan yang terlambat dari rencana hal ini disebabkan beberapa hal :

1. Masih sering terjadinya perubahan desain yang diminta oleh pihak owner sehingga membutuhkan waktu untuk merevisinya.

2. Sering terjadi keterlambatan material yang disebabkan pihak sub kontraktor kekurangan biaya operasional.

3. Pihak sub kontraktor yang mengerjakan bangunan pendukung ini jumlah main power yang dimiliki sangat sedikit sehingga mengganggu progress penyelesaian proyek.

4. Kondisi cuaca di lokasi proyek sering terjadi hujan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan,maka hal – hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah:

1. Pada akhir peninjauan kinerja jadwal proyek (SPI) sebesar 0,6 menunjukkan proyek mengalami keterlambatan 32,74% dari rencana awal proyek yang direncanakan 81,81% tapi realisasi

pekerjaan 49,07%. Dari segi kinerja biaya angka CPI 1,08 menunjukkan bahwa biaya yang telah dikeluarkan masih dibawa anggaran rencana.

2. Pada akhir masa peninjauan didapatkan estimasi biaya akhir proyek baik biaya langsung maupun tidak langsung sebesar Rp. 878.373.635,2. Bila kecenderungan kinerja proyek seperti pada akhir peninjauan periode 25 Juni 2010 - 29 Juli 2010. Angka tersebut masih dibawah anggaran proyek yang sebesar Rp. 949.819.692,00. Sedangkan estimasi waktu penyelesaian proyek adalah 292 hari yang berarti lebih lama atau akan terlambat dibandingkan waktu rencana yang mempunyai durasi 175 hari kalender.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek yang terjadi pada periode 8 Mei 2010 – 24 Juni 2010 dan 25 Juni 2010 – 29 Juli 2010, yang paling utama adalah sering terjadimya perubahan desain yang diminta oleh pihak owner, keterlambatan material karena sub kontraktor kekurangan biaya operasional, jumlah man power yang kurang memadai, dan kondisi cuaca di lokasi proyek yang sering terjadi hujan. Selain itu ada beberapa faktor lain yang terjadi di lapangan yang juga mempengaruhi ketarlambatan proyek tersebut antara lain : • Koordinasi yang buruk antara staf

sub kontraktor dengan pekerja yang terkait pada Proyek Pembangunan PT. X sehingga sistem kerja menjadi kacau dan sering terjadi salah komunikasi

• Pemilihan mandor dan tenaga kerja yang kurang bagus ini terlihat masih banyaknya tenaga kerja yang masih kurang menguasai pekerjaannya sehingga pekerjaan yang dilakukan sering mengalami keterlambatan dalam penyelesaiaannya.

• Jarangnya dilakukannya evaluasi kinerja selama 1 bulan sekali sehingga hal – hal yang menghambat didalam pekerjaan tidak diketahui dengan jelas.

18

5. 2. Saran Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini : 1. Pada masa peninjauan, untuk

mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja proyek, selain wawancara dari pihak kontraktor dengan Project Manager, Site Manager, dan Pengawas, dan juga perlu dilakukan pengamatan sendiri pada setiap hari kerja proyek.

2. Diperlukan koordinasi yang baik antara main kontraktor, sub kontraktor, dan owner untuk mengatasi keterlambatan progress pekerjaan.

3. Metode earned value sangat berguna bagi penanggung jawab proyek dalam pengambilan keputusan untuk kelangsungan proyek.